180 edition

Page 1

>> FDS, PERLUKAH?

| EDISI 180/TAHUN IV  26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> FDS, PERLUKAH?

Pemimpin Redaksi Hary B Kori’un Wakil Pemimpin Redaksi Menrizal Nurdin, Furqon LW Redaksi Hary B Kori’un, Menrizal Nurdin, Furqon LW, Kunni Masrohanti, Gema Setara, Adrian Eko Layout Wan Sarudin Online Yendrizal Iklan/Pemasaran (62-761) 64633 Presiden Komisaris Rida K Liamsi Presiden Direktur: Makmur Kasim General Manager Zulmansyah Sekedang Wakil General Manager Asnida Syukur General Manager Online Raja Isyam Azwar Alamat Redaksi Graha Pena Riau Lantai 3, Jalan HR Subrantas KM 10,5 Pekanbaru, Telp (62-761) 64633, Fax (62-761) 64640, e-mail: majalah_riaupos@yahoo.com

FOTO: GEMA SETARA/RIAU POS

| EDISI 180/TAHUN IV  26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> FDS, PERLUKAH?

LIPUTAN UTAMA

Benih Ikan, Menjanjikan LAPORAN: ERWAN SANI & GEMA SETARA (PEKANBARU)

USAHA PEMIJAHAN BIBIT IKAN SANGAT POTENSIAL DI RIAU. PEMINATNYA BAHKAN BANYAK DARI LUAR PROVINSI SEPERTI SUMATERA UTARA HINGGA NATUNA (KEPULAUAN RIAU). BAGAIMANA

| EDISI 180/TAHUN IV  26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> FDS, PERLUKAH?

HALAMAN 2

SABTU (20/8/2016) lalu Mu-

hammad Thamrin pemilik Ranty Farm sedang duduk santai dengan seorang rekannya. Dua gelas kopi menemani perbualan mereka pagi yang cerah itu. Senyum simpul mengembang saat kami datang ke kediamannya sekaligus sebagai tempat usaha pemijahan ikan di Jalan Mawar Nomor 70 A Pekanbaru. Di halaman rumah miliknya setidaknya ada tujuh hingga delapan kolam ikan dengan berbagai ukuran, semuanya berbentuk segi empat yang di semen dengan berbagai ukuran. Tiga kolam ia siapkan untuk indukan, masing-masing untuk indukan ikan patin, baung dan gurami. Sementara kolam lainnya berisi anakan ikan dengan berbagai macam jenis, semuanya terpisah antara satu dengan yang lainnya. ‘’Yang tiga kolam, itu khusus untuk indukan. Kita mengembangkan ikan patin dan baung. Untuk gurami baru kita siapkan untuk indukan, jika memang sudah siap dipijah akan kita pijahkan. Sementara untuk gurami kita membeli telur ikannya lalu kita pijah sendiri,’’ ujar Thamrin. Air yang disedot dengan menggunakan pompa air terus mengalir sepanjang waktu, air dan mesin pompa air tidak pernah berhenti mengalir dan berbunyi. Ini sangat penting sekali, karena untuk jenis-jenis ikan tertentu seperti baung harus hidup di air yang mengalir. ‘’Mesin pompanya 24 jam non stop, ini penting untuk menjaga ketersediaan air dalam kolam yang ada,’’ ujarnya. Tak berapa lama, Thamrin mengajak masuk ke rumah melalui pintu samping. Di dalam itu terdapat bakbak penampung yang berisikan ribuan anak-anak ikan yang kasat mata tidak terlihat. Setiap petak kolam temperature suhu dijaga, ini tujuannya agar anak-anak ikan bisa hidup dan tumbuh dengan baik. Setidaknya ada 10 petak kolam dengan berbagai ukuran. Masingmasing kolam dipastikan berisi ribuan anak ikan. ‘’Kolam ini baru satu minggu umur anaknya, sementara yang di dalam akuarium itu baru tiga hari. Suhu airnya harus terus dipantau agar anak-anak

ikan bisa tumbuh dan berkembang dengan baik,’’ ujarnya. Keperluan benih ikan air tawar endemik Riau terutama baung, patin dan selais untuk dibudidayakan sangat tinggi. Bahkan setiap bulannya ratusan bahkan jutaan benih ikan terserap di 12 kabupaten/kota yang ada di Riau. Hal ini dikarenakan konsumsi ikan air tawar terutama patin dan baung terus meningkat dari waktu ke waktu. Tak hanya di Riau bahkan dari beberapa daerah seperti Sumatera Utara (Sumut) juga berharap benih ikan baung dan patin dari Riau.

150 RIBU BENIH IKAN

Bertandang di hatchery Ranty Farm milik Ir Muhamad Thamrin menjadi kebanggaan sendiri selain bisa melihat langsung proses pemijahan benih ikan patin, baung dan gurami juga melihat proses pemeliharaan larva atau anakan ikan yang baru tiga hari menetas. Hatchery yang sudah berdiri sejak 20 tahun silam ini tetap fokus menghasilkan ratusan ribu benih ikan yang bisa dijual ke tengah-tengah masyarakat terutama para pembudidaya tambak ikan seantero Riau. Memiliki sepuluh kotak hatchery atau (merupakan sebuah tempat untuk pembenihan memanipulasi suhu ruangan agar menjadi lebih hangat/panas untuk benih ikan) Thamrin berusaha tetap eksis dan menghasilkan benihbenih ikan yang berkualitas. Setiap bulannya dirinya berusaha memproduksi atau menetaskan lebih dari 50 ribu anakan ikan baung, patin dan juga gurami. Dengan jumlah itu juga terkadang dirinya kewalahan untuk memenuhi pasar. Pasalnya dalam sebulan permintaan benih ikan terutama ikan patin mencapai 500 ribu. ‘’Makanya dalam satu bulan paling sedikit memproduksi 150 ribu benih ikan,’’ jelas Thamrin yang saat itu memperlihatkan larva anakan ikan patin baru berumur sepekan di hatchery miliknya. Dibantu dengan seorang karyawan dirinya tak pernah bosan berbuat agar benih yang dihasilkan tumbuh baik dan maksimal. Meskipun tidak melakukan pemijahan secara alami akan tetapi

menggunakan sistem indusced breeding (kawin dengan suntik). ‘’Istilah dengan kawan-kawan sesama pemijahan ikan ’kawin paksa’ gitu,’’ kata Thamrin sambil tersenyum. Dikatakan dia keberhasilan untuk pemijahan sistem ‘’kawin paksa’’ ini bisa 100 persen. Hanya saja untuk pemeliharaan hingga sampai jual menjadi kendala. Jadi, kata Thamrin dari 100 persen telur jadi larva dan anakan itu bisa terjual keberhasilannya maksimal 80-90 persen. Misalnya anakan dari hasil pemijahan dari satu induk 15 ribu keberhasilannya bisa mencapai 12 ribu benih. ‘’Jadi tergantung pemeliharaan saat menetas. Jadi kondisi air harus benarbenar terjaga sehingga anakan tetap sehat dan tumbuh maksimal,’’ jelasnya. Untuk proses pemijahan, penetasan, pemeliharaan larva hingga menjadi benih siap dijual kondisi atau suhu air harus benar-benar terjaga. Untuk itu suhu air harus tetap di rentangan 26-30 derajat. Makanya, kata dia, setiap kotak hatchery miliknya memiliki pengukur suhu air. Jika di atas atau di bawah suhu tersebut resiko mati sangat tinggi. ‘’Kondisi suhu air inilah terus dijaga sehingga benih ikan tetap tumbuh maksimal,’’ jelasnya. Akhir pekan kemarin di sepuluh hatchery miliknya sudah ada kurang lebih 150 ribu larva atau ikan baru menetas. Menurut dia dalam empat pekan ke depan benih-benih yang baru menetas tersebut sudah bisa didistrubusikan kepada pembudidaya ikan. Sebab ratusan benih ikan yang baru berumur tiga hari tersebut sudah ada pemesannya. ‘’Satu atau dua bulan ke depan benih ini sudah dijemput pemiliknya. Sebab benih-benih ikan ini sudah ada pemesannya,’’ kata Thamrin yang sudah membina ratusan warga dan mahasiswa untuk ahli di bidang pemijahan ikan. Pada umumnya pembeli benih ikan yang diproduksinya setiap tahun para pembudidaya ikan air tawar di Kabupaten Kuantan Singingi, Kampar, Rokan Hulu, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan Siak. Bahkan ada juga berasal dari Sumatera Utara (Sumut). Untuk Sumut pada umumnya benih ikan baung. Sekali ambil paling tidak

| EDISI 180/TAHUN IV  26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> FDS, PERLUKAH?

lima ribu ekor. Itu rutin diambil setiap bulannya. ‘’Macam benih ikan baung ini sudah ada pemesannya dan tinggal diambil saja pemiliknya kalau sudah cukup umur,’’ ungkap Thamrin sambil menangguk benih ikan baung yang sudah berukuran setengah inchi. Ditanya tentang tantangan atau risiko untuk membenih ikan khas Riau, Thamrin mengatakan untuk usaha pembenihan ikan atau pemijahan ini risikonya tetap tinggi. Sebab kondisi air harus mencukupi agar tak berisiko terhadap penyakit yang selama ini menjadi bumerang untuk pemijahan ikan. Sebab berbagai penyakit bisa terkena pada ikan, terutama jamur dan sangat beresiko itu white spot atau ich yang merupakan parasit berwarna putih menempel di badan ikan. ‘’Jika sudah terkena penyakit ini sangat sulit untuk dipulihkan dan diyakini benih ikan berisiko mati,’’ jelasnya.

HALAMAN 3

Untuk itu penjagaan kondisi air baik suhu, kebersihan sangat diperlukan. Sehingga benih-benih ikan yang ada agar tetap terjaga dan tidak mati sia-sia. ‘’Makanya setiap hari diperhatikan dan dipilah. Terutama tetap mensortir ikanikan yang telah mati dari dalam kolam ikan,’’ jelasnya.

HASILKANRP10 JUTA

Penjualan benih ikan atau berwirausaha budidaya anakan ikan ini sangat menggiurkan. Sebab untuk produksi ikan air tawar di Riau terus menggeliat. Khususnya ikan-ikan endemik Riau, seperti ikan baung, patin dan selais. Untuk tiga jenis ikan ini harga per ekornya sangat menggiurkan. Dikatakan Thamrin untuk ikan baung untuk ukuran satu inchi per ekornya Rp250. Sedangkan untuk ukuran dua inchi per ekornya Rp500. Begitu juga dengan ikan patin untuk

ukuran satu inchi per ekornya Rp120 dan ukuran 2 inchi Rp225. Dengan harga tersebut saat sekarang cukup untuk memenuhi biaya operasional jika rata-rata para pembeli dengan partai besar. Sebab rata-rata pembudidaya atau tingkat petani ikan memesan di atas 2 ribu bahkan terkadang mencapai 50 ribu benih. Ayah tiga anak ini menjelaskan untuk penghasilan pembenihan ikan yang digelutinya tersebut cukup untuk memenuhi keperluan hidup seharihari. Bahkan untuk pendapatan per bulannya dari heatcry miliknya tersebut mencapai Rp10 juta. ‘’Itu sudah bersih dikeluarkan biaya operasional untuk pembelian pakan benih ikan. Untuk pembelian artemia per bulannya mencapai Rp3 juta,’’ jelas Thamrin. ‘’Bagaimana lagi, uang gaji sebagai PNS sudah habis dipotong bank,’’ jelas

| EDISI 180/TAHUN IV  26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 4

PNS yang sudah mengabdikan dirinya selama 24 tahun di Dinas Perikanan Provinsi Riau tersebut. Dia juga menceritakan bahwa untuk penghasilan sebesar itu per bulannya buah atau hasil dari 60 ekor ikan patin betina dan 20 ekor jantan. Begitu juga sebaliknya untuk ikan baung. Sedangkan untuk ikan gurami pada umumnya didatangkan telur dari beberapa daerah di Pulau Jawa. ‘’Untuk gurami sekarang kami sedang berusaha membuat indukannya,’’ tegas Thamrin. Dikatakan dia untuk semua usaha harus benar-benar tunak dilakukan. Karena dirinya berawal dari memanfaatkan lahan seluas 500 meter persegi, di situ rumah tempat tinggal, kemudian di situ juga kolam tempat indukan dan anakan ikan. Kemudian di belakang rumah dengan ukuran 100 meter persegi dijadikan kotak-kotak atau hatchery miliknya. ‘’Alhamdulillah berjalan sukses dan baik,’’ jelasnya. Dengan hasil kerja keras saat sekarang anak pertamanya sudah selesai mengecap pendidikan di Fakultas Perikanan Universitas Riau (Unri). Sedangkan yang nomor dua saat ini sedang mengecap pendidikan di Fakultas Kedokteran Unri dan nomor tiga sedang

>> FDS, PERLUKAH?

sekolah di tingkat SMP. Dikatakannya, dengan usaha yang dilakukannya itu lumayan bisa membantu anak-anak sekolah ke jenjang pendidikan tinggi. ‘’Kan kedokteran itu mahal biaya kuliahnya. Jadi bisalah membantu anak untuk biaya kuliahnya,’’ kata Thamrin.

BERBAGI ILMU BAHKAN JADI PESAING

Sejak 1989 hingga 2014 lalu Thamrin berkecimpung di lapangan sebagai pengembangan pembenihan ikan air tawar di Riau. Bahkan dirinya hanya dua tahun di kantor. Selama di lapangan dirinya bertugas membina para petani bahkan mahasiswa terkait pembudidayaan ikan air tawar mulai dari sistim kawin, penetasan telur, hingga pemeliharaan benih untuk bisa didistribusikan ke tengah masyarakat. Sekarang, kata Thamrin, sudah ada ratusan pembudidaya atau yang ahli dalam pemijahan ikan air tawar yang ada di Pekanbaru. Bahkan sekarang sudah menjadi pesaing bagi dirinya dalam usaha penyediaan benih ikan patin, baung dan juga gurami.

‘’Satu sisi kita sukses memberi lapangan kerja baru kepada petani dan mahasiswa. Satu sisi sekarang sudah menjadi pesaing kita. Tapi itu tak ada masalah, sebab dengan begitu Riau tak perlu lagi mendatangkan benih-benih dari luar Riau khususnya untuk patin dan baung juga gurami,’’ kata pengelola hatchery milik Pemerintah Provinsi Riau yang berada di Danau Buatan, Rumbai tersebut. Dengan banyaknya pembenih ikan tersebut bisa saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Misalnya beberapa daerah memerlukan benih dan jumlah benih terbatas bisa meminta bantuan kepada para petani yang telah dididik tersebut. Apalagi sekarang sudah ada beberapa kelompok petani pemijahan beberapa jenis ikan. Mulai petani dengan usaha pemijahan ikan lele, patin, baung, nilai, gurami dan ada juga selais.***

| EDISI 180/TAHUN IV  26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> FDS, PERLUKAH?

HALAMAN 5

Ratusan Ribu Diburu Pembeli Setiap Hari SETIAP HARI, RATUSAN RIBU BIBIT IKAN DIBURU PARA PETANI IKAN. SEBUAH PELUANG YANG SANGAT BESAR UNTUK MENGEMBANGKANNYA. Di rumah sekaligus tempat usaha pemasaran bibit ikan milikya terletak di Jalan Kesehatan, Pekanbaru, Markam (45) terlihat bahagia. Saat dikunjungi wartawan, dia sedang menunggu anak ikan yang sedang dihitung dua karyawannya. Seorang sedang mengambil dan menghitung anak ikan patin yang dibeli konsumen, sementara karyawan lainnya sedang memasukkan oksigen ke dalam kantong yang berisi ratusan bibit ikan yang siap tabur. Ada empat tabung oksigen ukuran jumbo yang dimiliki Markam. Oksigen ini sangat diperlukan jika ada konsumen yang membeli bibit ikan. Di belakang rumah Markam terlihat belasan kolam ikan ukuran kecil yang terbuat dari plastik berwarna biru, semua kolam itu berisi ratusan anak ikan berbagai jenis. Ada lele, nila, patin, emas, gurami dan sebagainya. Di antara kolam itu air mengalir air tanpa berhenti. Sisi lain, di atas meja sederhan di teras belakang rumahnya, ada satu buku yang berisi transaksi jual beli benih ikan. ‘’Alhamdulillah prospek bisnis ini cukup menjanjikan, hanya perlu kesabaran dan ketelitian dalam menjalankannya, karena apapun usaha yang dijalankan pasti ada risiko yang harus kita hadapi,’’ ujar Markam. Budidaya ikan air tawar, khususnya ikan lele dumbo dan ikan patin menjadi primadona bagi pelaku wirausaha saat ini. Selain pangsa pasarnya jelas, juga tak terhukum oleh luas lahan untuk budidaya dua jenis ikan ini. Namun bagi pembudidaya ikan air tawar yang tinggal di tepian sungai, ikan baung, selais dan tapah menjadi

primadona. Untuk mendapatkan anakan tak semestinya didatangkan dari luar Sumatra. Di Riau --khususnya Pekanbaru-- sudah ratusan warga menyediakan benihnya. ‘’Kalau dibilang mudah ya sangat mudah membenihnya, tapi kalau dibilang susah ya sangat susah’’ ungkap yang bertungkus-lumus untuk menyediakan berbagai jenis benih ikan air tawar untuk didistribusikan ke seluruh kabupaten/kota di Riau. Bukan saja untuk memenuhi benih ikan air tawar di kabupaten/kota di Riau saja, Markam juga menjadi agen untuk penjualan benih ikan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Menurut dia untuk satu hari ratusan ribu benih ikan dikirimkan ke berbagai kota. Jumlah benih yang dipesan sangat bervariasi. Pembudidaya ikan biasanya meme-

san minimal 5-25 ribu benih ikan lele setiap harinya. Begitu juga dengan ikan patin dan nila. Terkadang, kata dia, tak hanya memesan tiga jenis benih ikan itu, juga memesan jenis ikan gurami (kalui) dan juga ikan emas. ‘’Kalau bulan Agustus ini saja per harinya bisa menjual 70-150 ribu benih ke pelaku budidaya ikan dari berbagai wilayah,’’ jelas Markam yang asyik menangguk anakan ikan nila dari kolam penampung berukuran 3-7 meter miliknya. Pembelian benih ikan ini masih cukup tinggi. Seperti di catatannya per 16 Agustus lalu per harinya mencapai 70 ribu ikan keluar dari tempat usahanya tersebut. Terbanyak itu ikan lele dan patin. Masing-masing mencapai 25 ribu ekor per hari.

| EDISI 180/TAHUN IV  26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 6 Untuk memenuhi keperluan ikan patin dan lele per bulannya, jelas dia, bisa mencapai ratusan ribu benih. Hal inilah membuat para pemijah atau kelompok warga yang ahli dalam pemijahan ikan lele dan patin harus berlomba dengan musim bertelur. Berdasarkan jumlah petani pelaku pemijahan ikan air tawar yang berhubungan langsung dengan dirinya bisa mencapai ratusan orang. Hanya saja, kata Markam, para petani itu biasanya mengumpulkan benih-benih ikannya ke satu pengepul dan pengepul tersebut mengantarkan kepada dirinya untuk didistribusikan kepada pengusaha atau wiraswata tambak ikan yang ada di Riau dan Kepulauan Riau. ‘’Bisa saja satu pengepul terdapat 10-20 petani pemijah ikan,’’ jelas dia. Markam yang memanfaatkan lahan seluas 1.250 meter per segi bisa membuat 13 kolam penadah anakan/ benih. Dari belasan kolam yang ada tidak semuanya terbuat dari beton juga ada terbuat dari terpal. Seperti Jumat (19/8) hampir semua kolam sudah berisi benih ikan. Dan terbanyak itu jenis ikan lele dan nila Ratusan ribu benih ikan yang dijualnya tersebut sekarang sudah menyebar hampir seluruh kabupaten/ kota di Riau. Bahkan untuk beberapa pulau yang ada di Riau. Seperti petani Selatpanjang, Rangsang, Merbau dan Bengkalis juga memesan benih ikan di tempatnya. Mayoritas warga atau pengusaha ini banyak memesan ikan lele dan patin. Bukan itu saja, para petani atau pemilik kolam ikan yang ada di Kepulauan Riau, seperti Tanjungbalai Karimun, Batam dan Tanjungpinang juga memesan kepadanya. ‘’Bahkan benih ikan kita sudah sampai di Pulau Natuna,’’ jelas Markam lagi. Pengiriman di pulau-pulau ini pada umumnya menggunakan pesawat. Sedangkan untuk pulau-pulau terdekat menggunakan feri atau speedboat. ‘’Pokoknya waktu perjalanan tak lebih dari delapan jam. Jika melebihi itu tentu tanggung jawab dari pembawa benih,’’ jelasnya sambil memilah ikan di beranda tempat pengisian oksigen rumahnya di Jalan Kesehatan.

>> FDS, PERLUKAH? Sedangkan untuk beberapa kabupaten/kota di Riau daratan pengiriman benih, kata Markam dirinya menggunakan travel. ‘’Paling jauh pengirimannya ke Bagansiapi-api. Itupun jarak tempuhnya hanya 6-7 jam,’’ lanjutnya. Ditanya benih-benih ikan air tawar apa saja yang dijualnya, dengan jelas Markam mengatakan hampir semua benih ikan ada. Di antaranya, ikan lele, patin, gurami, nila, baung dan juga selais. Untuk jenis ikan selais masih terbatas. Meskipun memiliki stok banyak, tak jarang dirinya juga kehabisan stok dan harus memesan ke luar daerah. Untuk lele biasanya mendatangkan dari Medan atau dari daerah Pulau Jawa. ‘’Tapi pada waktu tertentu. Tapi untuk sekarang lele dan patin untuk Riau sudah memadai dan bisa terpenuhi keperluan untuk para petani yang ada di Riau. Bahkan terkadang patin dan lele dari Riau terbang ke Medan dan Sumatera Barat,’’ jelasnya. Disinggung soal harga ikan per ekor, terutama untuk harga sampai ke tangannya untuk dua jenis ikan air tawar paling laris manis yaitu lele dan patin, Markam menegaskan harganya sangat bervariasi. Untuk ikan lele atau tiga tingkat. Misalnya ukuran 34 per ekornya Rp65. Sedangkan untuk ukuran 35 seharga Rp75 dan ukuran maksimal yaitu 46 seharga Rp90. Begitu juga dengan harga benih ikan patin berdasarkan lima tingkatan. Untuk ukuran 1 inchi per ekornya Rp160. Kemudian ukuran 1,5 inchi Rp200, 2 inchi Rp250, 2,5 inchi Rp300, 3 inchi Rp350 dan ukuran maksimal 4 inchi Rp400. Benih Ikan Naik ‘’Burung Besi’’ Tingginya tingkat budidaya ikan di Riau terutama untuk memenuhi keinginanan pasar tak jarang para penjual benih ikan harus menerbangkannya menggunakan pesawat. Seperti benih ikan gurami dan nila terkadang didatangkan langsung dari Yogyakara, Bandung, Solo, Surabaya, dan Jakarta. ‘’Jadi anak ikan pun sudah naik pesawat. Waktu lebih cepat sehari sampai,’’ jelas Markam. Pengiriman benih ikan menggunakan pesawat ini tidak dengan jumlah sedikit. ‘’Paling tidak 100-200

ribu benih ikan. Kalau tidak rugi biaya kargo,’’ jelasnya. Tak hanya didatangkan dari Pulau Jawa jenis ikan tersebut. Sebab untuk ikan nila, emas dan gurami juga didatangkan dari Sumbar. Untuk dari sumbar ikan diangkut menggunakan truk atau kiriman dengan travel.

BELAJAR DARI PENGALAMAN RUGI

Kembali ke pernyataan awal Markam, untuk membenih ikan atau mengembangkan wirausaha di bidang perikanan gampang-gampang sulit. Ini terbukti pada awal perjalanan usaha penjualan benih ikan air tawar yang dilakukannya sempat merugi mencapai puluhan juta rupiah. Namun itu menjadi batu loncatan bagi dirinya untuk terus memperbaiki sistem pengolahan atau pemelliharaan benih ikan. Awal usaha dikembangkan yaitu dua tahun lalu, kata Markam, dirinya sempat merugi mencapai Rp70 juta. Ini dikarenakan kekurangan air. ‘’Saat itu 210 ribu bibit ikan mati di dalam kolam dan tak sempat didistribusikan kepada petani,’’ kenang Markam. Dengan kejadian tersebut menjadi pengalaman baginya. Sehingga berbagai rekayasa dilakukan agar tidak terjadi kekurangan air. Selain itu ketahanan benih juga terus diperhatikan dengan melakukan berbagai rekayasa sehingga benih ikan merasa berada di habitat asalnya. ‘’Alhamdulillah sekarang berjalan normal dan pendistribusiannya juga disesuaikan,’’ jelasnya. (Erwan Sani/Gema Setara)

| EDISI 180/TAHUN IV  26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 7

>> FDS, PERLUKAH?

Baung, Selais, dan Patin jadi Primadona TIGA JENIS IKAN “KHAS” RIAU JADI PRIMADONA PARA PETANI YANG MEMERLUKAN BIBIT. BAUNG, SELAIS, DAN PATIN. HATCHERY terletak di Kampus Universitas Islam Riau (UIR) menjadi salah satu wadah untuk mengembangkan budidaya ikan yang selama ini sulit dikembangkan seperti ikan baung dan selais. Yang sebelumnya diupayakan dengan mengembangkan teknologi ‘’kawin paksa’’ (induced breeding) sekarang tidak lagi karena sudah dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan alam aslinya di sungai maupun di danau. Dengan begitu ikan endemik Riau tersebut tak sulit dikembangkan ke tengah-tengah masyarakat. Dikatakan Prof Dr Ir H Muchtar Ahmad didampingi Abdul Fatah Rasidi, untuk pengembangan budidaya pembenihan ikan baung dan selais di Riau menjadi percontohan bagi perikanan di kementerian RI. ‘’Sebab di sini yang pertama sukses membudidaya pemijahan ikan baung dan selais. Sehingga berbagai kelompok budidaya ikan di Jakarta sudah datang ke Riau untuk mempelajari bagaimana proses pemijahan ikan baung dan selais yang dibuat oleh BBI UIR,’’ jelas Muchtar Ahmad. Keberadaan balai benih, kata dia, bagaimana teknologi baru, kemudian memproduksi jenis benih ikan baru dikomersialkan. BBI UIR termasuk dibanggakan karena orang Jakarta belajar di sini. Mereka mempelajari pembenihan ikan baung dan ikan selais. ‘’Kemarin ada dua tenaga datang dari Universitas Indonesia (UI) mempelajari bagaimana pengembangan atau budidaya ikan baung dan selais. Seluruh Indonesia belum ada berhasil memproduksi atau membudidaya ikan baung dan Riau yang pertama ’’ jelas Muchtar Ahmad.

MUCHTAR AHMAD Sekarang sudah banyak di Riau membudidayakan benih ikan baung, sebab masyarakat sudah banyak melakukan sendiri dengan teknologi atau cara yang telah kita sebar luaskan kepada masyarakat. Selain itu para pembudidaya ikan khas Riau dari berbagai daerah baik dari Kuantan Singingi, RokanHulu, dan Kampar juga daerah lainnya sudah belajar di BBI terkait pengembangan budidaya ikan baung dan selais ini. Jadi tak susah pengembangan baung dan selais. Ini dilihat dari hasil pengembangan budidaya ikan baung dan selais secara alami terakhir ini dikembangan di Riau. ‘’Jadi tak ada susahnya. Cuma selama ini tak ada berpikir begitu. Padahal ikan ini mahal dan ikan ini hanya ada di beberapa daerah di Riau,’’ jelasnya.

Teknologi digunakan kawin suntik atau ‘’kawin paksa’’. Sebab harus disuntik dulu baru ikan itu akan kawin. Namun sekarang tidak lagi, sudah dilakukan secara alamiah. Sekarang lebih mu dan dan bebas jenis baung dan selais tadi. Sekarang lebih mudaKetenangannya biasanya pemijahan ikan itu terjadi di tengah malam. Biasanya di atas pukul satu sampai pukul dua malam. Proses pemijahan itu biasanya juga dibantu dengan memberikan batu es dua sampai tiga bongkahan batu es, karena suhu air saat pemijahan bisa sampai 20-24 derjat celcius. Kemudian pengaturan cahayanya dengan membangun kelambu pelindung di bak-bak hatchery yang ada. Kemudian terkait pemijahan ikan baung dan selais ini menurut Muchtar Ahmad tak sesulit dibayangkan semua orang selama ini. Bahkan dia mengatakan untuk proses pemijahan baung dan selais bisa sambil pejam mata. ‘’Jadi para alumni dari BBI ini pada umumnya untuk proses pemijahan ikan baung dan selais tak ada kendala dan pada umumnya sudah menguasai,’’ jelasnya. Untuk pengembangan budidaya dan teknologi pengembangan pemijahan ikan baung dan selais BBI UIR juga memberdayakan masyarakat. BBI di PKU ini ada 69 di Pekanbaru dan terdapat 43 yang aktif. Sedikit banyak puluhan BBI yang aktif itu ada pengaruhnya dari BBI UIR sebab pada umunya para alumni dari BBI UIR kemudian para mahasiswa UIR yang magang di BBI tersebut. Jadi sambil belajar sambil mengajarkan.

| EDISI 180/TAHUN IV  26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 8 Dalam kesempatan itu Muchtar Ahmad juga menegaskan bahwa pihaknya sekarang terus melakukan upaya bagaimana pengembangan pembenihan terutama jenis ikan tapah. Saat sekarang pihaknya sudah mengumpulkan indukan tapah. ‘’Namun

>> FDS, PERLUKAH? dari pengalaman secara alamiah belum tahu kapan tapah kawin dan di umur berapa masa kawin ikan tapah tersebut,’’ jelasnya. Menurut dia, ikan tapah ini berkemungkinan hermaprodit atau perubahan dari jantan menjadi betina pada

umur berapa belum tahu. ‘’Kami menjumpai di lapangan ikan tapah tersebut menjadi betina saat berat badannya 4 kg ke atas. Jadi berat-berat 1-3 kg jika kita lihat secara morpologinya masih jantan. Itu sekarang sedang kita selidiki betul,’’ jelasnya.(Erwan Sani)

Potensi Perikanan Belum Dimaksimalkan SECARA keseluruhan, potensi

perikanan kita belum dikelola secara maksimal. Perikanan laut maupun darat masih memerlukan kerja serius untuk ikut menyejahterakan rakyat. Masih dominannya budidaya ikan air tawar, sementara Riau memiliki 20 persen wilayah laut yang masih belum dimaksimalkan membuar produksi ikan laut terus saja merosot. Untuk itu kalangan anggota DPRD Riau memita kepada pihak Dinas Perikanan dan Lelautan (Diskanlut) Provinsi Riau untuk segera membuat gebrakan agar potensi laut yang ada di Riau dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Anggota Komisi B DPRD Riau Karmila Sari mengatakan, pihaknya juga meminta kepada Diskanlut untuk focus membantu daerah sesuai dengan kebutuhan atau potensi yang ada di Kabupaten/Kota sehingga dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat. Terutama para nelayan dan memenuhi kebutuhan konsumsi ikan yang selalu bertambah. “Ada beberapa kelemahan perkembangan perikan an Riau yaitu, belum maksimal budidaya perikanan laut, pabrik pakan yang masih minim sehingga harga ikan mahal. Selain itu belum termanfaatkan dengan baik alumni perikanan dan SDM yang belum mumpuni serta teknologi yang belum canggih juga terus saja menjadi kendala,” paparnya. Melihat kondisi ini, demikian

juga meminta kepada Diskanlut untuk focus membantu daerah sesuai dengan kebutuhan atau potensi yang ada di Kabupaten/Kota sehingga dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat. Karmila, pihak Komisi B DPRD Riau akan konsisten dengan pola pikirnya agar Diskanlut mulai memperhatikan

dan memberdayakan lebih potensi wilayah pesisir. Banyak nelayan-nelayan miskin yang belum terbina dan terbantu secara maksimal. Untuk itu salah satu solusi dari Komisi B adalah membuat BUMD perikanan yang bekerjasama dengan teknologi Norwegia dengan memanfaatkan bunga rendah 1,16 persen-1,6 persen. 85 persen di-support oleh kredit GIEK Norwegia. “Mengingat kondisi Pulau Jemur Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupatem Rokan Hilir yang jauh dari perkotaan, membuat daerah ini berpeluang baik unttk membuka akses ke sana dalam hal budiaya perikanan laut. Pemerintah mendukung jalan, BUMD m ensupport PLTA, dan lokasi pulau jemur dengan air yang bersih untuk budidaya perikanan yang higienis dan layak jual untuk eksport. Pengembangan budidaya perikanan laut bagus diterapkan di daerah pesisir,” jelasnya. Untuk itu, menurutnya keseriusan pemerintah dalam memfasilitasi infrastruktur seperti listrik, zonasi wilayah dan hal pendukung lainnya merupakan faktor penting untuk keberhasilan. Untuk budidaya ikan ini ia mengatakan Riau perlu perlu mencontoh Norwegia. “Karena Norwegia konsisten dan fokus dalam mengembangkan potensi perikanan laut selama 40 tahun terbukti banyak memberikan kontribusi untuk negara dan penduduknya,” ujarnya. (Soleh Saputra)

| EDISI 180/TAHUN IV  26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


DAERAH

DERITA EMPAT SUNGAI RIAU

Tercemar & Pendangkalan Empat sungai di Riau kini tak lagi ramah. Pencemaran dan pendangkalan membuat masyarakat Bumi Melayu ini tak dapat manfaat, dan malah menambah derita.

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> DAERAH

HALAMAN 12

SUNGAI SIAK

SEJARAH

menunjukkan, sungai identik dengan budaya dan aktivitas masyarakat Melayu di kawasan timur Sumatera ini. Selain sumber air, juga menjadi sumber penghidupan masyarakat yaitu mata pencarian yang membentuk karakter dan budaya masyarakat. Dulu, namun fakta di lapangan berbicara lain. Empat sungai, yaitu Siak, Kampar Indragiri dan Rokan sudah terjadi pendangkalan dan pencemaran. Dalam analisa para pakar, rata-rata di akibatkan ulah tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab dan hanya mencari keuntungan sendiri maupun faktor alam. Pencemaran sungai Siak sudah pada tahap mengkhawatirkan. Tak hanya pencemaran, sungai dengan julukan sungai jantan ini mengalami abrasi. Sungai Siak ini merupakan sungai strategis nasional dan terdalam ditanah air. Sungai ini mengitari empat kabupaten/kota di Riau; Rokan Hulu, Kampar, Pekanbaru dan Riau. “Seingat saya dulu ada MoU bersa-

GREENSTUDENTJOURNALISTS.BLOGSPOT.COM

ma empat kementrian tentang penulihan sungai Siak,” kata bupati Siak Drs H Syamsuar MSi. Kata dia, dulunya sungai Siak ini tempat nelayan mencari ikan. Tak hanya ikan, ada udang galah. Namun, sekarang sangat minim. Pencemaran sungai Siak ini, kata dia sudah menyeluruh. Di Siak yang bagian hilirnya ikut terkena imbasnya. Terhadap pencemaran ini, Pemkab merasa kesulitan, karena banyak perusahaan yang beraktivitas di pinggiran sungai ini. Pencemaran sungai ini juga sudah disampaikan oleh Kemen LHK. Bahkan bu Metri Siti Nurbaya telah menggambil langsung sampel air sungai Siak untuk dibawa ke laboratorium. Keberadaan sungai Siak ini, oleh pemerintah memang harus difungsikan. Tak hanya sebagai tempat nelayan mencari ikan, namun juga lebih mengedepankan kepada water front city, dan menjadikan daya tarik wisatawan. “Kita berharap ada langkah-lang-

kah kongrit penanganan pemulihan sungai Siak ini,” ujar dia. Kapolres Siak AKBP Restika Nainggolan menambahkan, pihaknya belum pernah mendapat laporan akan pencemaran sungai Siak ini. Bahkan sebelum ia menjabat, pejabat sebelumnya juga tidak ada. “Kami himbau kepada masyarakat yang mengetahui akan pencemaran sungai ini, laporkan, biar dilakukan penyelidikan,” kata dia. Kompleksivitas pencemaran sungai Siak ini, harus segera dipulihkan, karena sungai ini akan memberikan manfaat bagi masyarakat. Lain lagi dengan kondisi Sungai Kampar. Sungai Kampar merupakan hulu dari Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat. Sungai Kampar juga melewati Kabupaten Kampar, Kuantan Singingi dan Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Kampar Irtarius MSi didamping Kabid Pemantauan Ling-

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 13

>> DAERAH kungan Idrus SSos mengatakan bahwa pemantauan terhadap kualitas air Sungai Kampar tidak hanya dilakukan oleh BLH Kabupaten Kampar, tetapi juga oleh BLH Provinsi Riau, bahkan kualitas air Sungai Kampar menjadi salah satu perhatian pemerintah pusat. Dijelaskannya, secara umum air limbah penduduk memberikan kontribusi terbesar terhadap beban pencemaran sungai baik secara total maupun dari masing-masing kabupaten. Beberapa kegiatan yang berkontribusi terhadap beban pencemaran sungai antara lain kegiatan pertanian, peternakan dan sampah. “Pencemaran terbesar datang dari limbah rumah tangga yang terkait dengan penduduk, maka prioritas penanganan harus dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Prinsip pendekatan yaitu dengan mengedepankan pemanfaatan sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,’’ terangnya. Untuk memantau kualitas air Sungai Kampar, BLH Kabupaten Kampar melakukan uji laboratorium dan men-

uangkannya dalam catatan neraca sumber daya air Sungai Kampar dan anak Sungai Kampar. Berdasarkan data neraca tahun 2015, diketahui komposisi belerang dan total Coliform melebihi baku mutu yang ditetapkan Keputusan Gubernur Riau Nomor 23 Tahun 2003. Dijelaskannya, Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sumatera dalam buku rencana umum pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Kampar memaparkan tentang strategi pengendalian pencemaran air Sungai Kampar. Strategi tersebut telah dirumuskan berdasarkan wawancara mendalam dengan keyperson serta berdasarkan hasil Analytic Hierarchy Process (AHP). Alternatif untuk mencapai tujuan strategi pengendalian pencemaran air Sungai Kampar disusun berdasarkan hasil survei lapangan serta diskusi terhadap keyperson yang berkompeten dalam pengendalian pencemaran air. Rumusan hasil survei dan pengamatan di lapangan yang dilanjutkan dengan wawancara mendalam terhadap keyperson dalam upaya pengendalian pencemaran air Sungai Kampar

antara lain: Pertama, perilaku masyarakat menyumbang terjadinya pencemaran air Sungai Kampar. Kedua, belum optimalnya koordinasi antar intansi yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya air dan pengendalian pencemaran air. Ketiga, diperlukan instrumen di tingkat kebijakan yang dapat dijadikan pedoman program pengendalian pencemaran air. Keempat, perlunya kegiatan nyata di lapangan baik berupa pembangunan sistem sanitasi masyarakat maupun konservasi vegetatif. Strategi dan Pengambilan Keputusan pengendalian kerusakan DAS Kampar disusun atas hasil monitoring dan evaluasi indikator kinerja DAS Kampar, yang ditekankan pada aspek lahan, tata air, sosial ekonomi, nilai investasi bangunan dan pemanfaatan ruang wilayah berdasarkan pendekatan Permenhut Nomor P.61/Menhut-II/2014 tentang Monitoring dan Evluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS. Di Inhu, sekitar 36 tahun silam,

INTERNET

Abrasi di Sungai Siak terus mengancam. | EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> DAERAH

HALAMAN 14

MEDIATATARUANG.COM

sungai Indragiri tidak lagi bisa dilewati kapal motor yang mengangkut berbagai kebutuhan masyarakat. Bahkan saat itu, sungai Indragiri masih menjadi salah akses transportasi masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) menuju Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) maupun Teluk Kuatan Kabupaten Kuansing. Perubahan dari waktu ke waktu, sungai Indragiri mulai mengalami pendangkalan. Bersamaan itu pula, akses jalan darat mulai dibangun terutama dari Rengat hingga ke Tembilahan. Banyak faktor yang menyebabkan sungai Indragiri mengalami pendangkalan, terutama akibat aktivitas industri dibagian hulu hingga terjadinya penggundulan hutan dibagian hulu. Bahkan belakangan, sungai Indragiri terancam hingga menjadi dangkal akibat aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI). Ketua LAM Kabupaten Inhu H Zulkifli Ghani mengisahkan, pada zaman dulu untuk perusahaan besar seperti PT Stanpack (PT Pertamina) mengangkut peralatan industrinya dari sungai. Saat itu sangat memungkinkan transportasi dilalui kapal motor dengan tongkangnya. Karena, kedalam sungai Indragiri sangat dalam dan kapal yang melintas tidak kandas. “Baru sekitar diakhir tahun 1970-an atau diawal tahun 1980an, sungai Indragiri mulai tidak bisa dilewati kapal motor,” ujarnya. Tidak hanya sekedar dilewati kapal motor, bukti sungai Indragiri sebagai

Budiono SH MH. Dikatakan, penyebab terjadinya pendangkalan sungai Indragiri disebabkan oleh aktivitas di hulu sungai. Bahkan, di bagian hulu terjadi penggundulan hutan. Memang sebutnya, penyebab yang paling nyata ternjadinya pendangkalan sungai Indragiri yakni adanya aktivitas PETI hingga aktivitas galian C. “Di satu sisi juga ada kegiatan rumah tangga dan pasar berupa membuang sampah ke sungai,” ujarnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kondisi sungai Indragiri kepada kondisi awal tentunya dengan cara melakukan normalisasi. Hanya saja, program tersebut tidak

WWF.OR.ID

transportasi air yakni adanya pelabuhan kapal di Kota Rengat. “Barang-barang yang masuk ke Rengat saat itu, melalui laut. Baik dari Tembilahan, Tanjung Pinang hingga Malaysia,” sebutnya. Belakangan sungai Indragiri mengalami pendangkalan oleh akibat faktor alam. Disamping itu tentunya ada juga disebabkan oleh tangan-tangan manusia, seperti penambangan dan berbagai kegiatan dibagian hulu. “Disadari atau tidak, tahun berganti tahun sungai Indragiri mengalami pendangkalan,” terangnya. Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Inhu Moch Bayu Setiya

dapat dilakukan oleh BLH dan bisanya dilaksanakan pada SKPD lain. “Secara langsung tidak akan dapat dilaksanakan. Karena anggaran normalisasi untuk sungai Indragiri pasti besar,” ungkapnya. Untuk penertiban aktivitas PETI sambungnya, BLH juga tidak dapat melakukannya. Karena penrtiban tersebut harus ada dari unsur yustisi. “BLH hanya dapat menyampaikan imbau, begitu juga tentang limbah-limbah industri yang bisa dibuang ke sungai,” terangnya. Sementara itu Kapolres Inhu AKBP Abas Basuni Sik mengatakan, pencegahan dengan cara persuasif untuk PETI terus dilakukan melalui Bhabinkamti-

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 15

>> DAERAH bmas dan Kapolsek. Karena untuk saat ini, aktivitas PETI diketahui terjadi di Kecamatan Peranap dan Batang Peranap. Penindakan tetap akan dilakukan ketika, kepada para pelaku PETI sudah diingatkan oleh Bhabinkamtibmas dan Kapolsek. “Apabila tidak mengindah imbauan yang disampaikan Bhabinkamtibmas dan Kapolsek tetap akan disikat,” tegasnya. Di Kabupaten Kuansing, lebih parah lagi. Sungai Kuantan maupun anak-anak sungai disekitarnya tak lagi bisa dimanfaatkan akibat penambangan emas tanpa izin. Suara mesin menggelegar hampir di sepanjang Sungai Kuantan, mulai dari Hulu Kuantan hingga Cerenti. Satu per satu suara mesin kapal yang melakukan aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) serentak mengeruk kulit bumi di sepanjang daerah aliran sungai. Tak hanya Sungai Kuantan, anakanak sungai yang bermuara ke Sungai Kuantan pun menjadi sasaran untuk mengeruk hasil bumi secara ilegal tersebut. Sehingga tak heran hingga saat ini, mayoritas sungai di negeri jalur ini tercemar. Air keruh bak susu coklat. Jangankan untuk minum, mandi dan mencuci saja tak bisa lagi dimanfaatkan. Bahkan, habitat di dalamnya, seperti ikan, kerang, dan hewan di dalamnya pun tak layak dikonsumsi, karena air tercemar oleh unsur merkuri. Air sungai jernih hanya pada saat lebaran Idul Fitri. Hal ini dikarenakan para penambang masih sibuk bersilaturrahmi mengisi lebaran. Dari pantauan, 20 Agustus 2016, air sungai kuantan masih saja keruh. Menurut Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kuansing, Jafrinaldi AP MIP melalui Kepala Bidang Lingkungan BLH Kuansing Oktavianus ST mengakui, bahwa sungai di Kuansing tercemar akibat penambangan emas ilegal. Tidak hanya Sungai Kuantan, anakanak sungai pun digasak oleh para penambang. “Tak hanya PETI di sepanjang sungai, PETI di anak-anak sungai juga membuat sungai tercemar,

SKYSCRAPERCITY.COM

karena anak-anak sungai itu bermuara ke Kuantan, tentu sungai jadi keruh,” katanya. Disadarinya, persoalan PETI di Kuansing tak kunjung tuntas. Sehingga dibutuhkan komitmen bersama untuk menertibkan guna menyelamatkan lingkungan dari pencemaran yang berkepanjangan. Sementara itu, Kapolres Kuansing AKBP Dasuki Herlambang SIK melalui Kasubag Humas Polres Kuansing AKP G Lumbang Toruan mengaku persoalan PETI di Kuansing sulit dituntaskan

karena sudah menjadi persoalan sosial. Sehingga katanya butuh dukungan semua pihak, khususnya pemerintah untuk menghentikan aktivitas PETI di Kuansing. “Kami komit untuk memberantasnya,” katanya. Jika ada personil polisi yang berupaya memback up PETI di Kuansing, sesuai instruksi pimpinan, katanya, diminta untuk tidak segan-segan melaporkan. Dan sesuai rencana, Polres Kuansing akan melakukan razia besar-besaran terhadap para penambang emas

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> DAERAH

HALAMAN 16

harus dilakukan dalam menghidupkan dan mengoptimalkan kembali fungsi aliran sungai besar yang ada, perlunya dilakukan penghijauan. ‘’Solusinya harus dilakukan penanaman tumbuhan hijau terutama bagi pengusaha yang melakukan aktifitas kegiatan disepanjang aliran sungai besar dan sungai kecil yang ada di Rokan Hulu. Penertiban terhadap aktifitas dan kegiatan usaha illegal yang dilakukan oknum masyarakat,’’ tuturnya. Disinggung ketaatan dari pengusaha yang beraktifitas di sepanjang aliran sungai untuk melakukan penanaman pohon di aliran sungai besar dan sungai kecil di Rokan Hulu, Hen Irfan menyebutkan, pengusaha yang telah mengantongi izin usaha di sepanjang aliran sungai Rokan, masih ada sejumlah pengusaha yang beraktifitas, tidak

Sungai Indragiri.

ZONARIAU.COM

ilegal ini usai dihelatnya festival pacu jalur. “Rencananya sudah pacu ini kita mulai melakukan penertiban. Makanya, kami minta dukungan semua pihak untuk menertibkannya,” ujar mantan Kapolsek Pangean tersebut. Sungai Rokan yang melintasi Kabupaten Rokan Hulu, juga terjadi pendangkalan dan pencemaran. Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) tidak mempungkiri adanya ketidak taatan sejumlah kegiatan usaha disepanjang aliran sungai yang menyebabkan sungai besar yang ada. Kondisi itu, mempengaruhi fungsi dari aliran sungai untuk kehidupan masyarakat maupun ikan dan biota yang ada. Bahkan adanya penambangan galian C illegal yang mengakibat aliran sungai rusak. Kepala BLH Kabupaten Rokan Hulu, Drs Hen Irfan MSi menjelaskan, pihaknya selaku instansi teknis akan meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan usaha yang telah diberikan izin pemerintah disepanjang aliran sungai, baik sungai nasional, sungai provinsi maupun sungai kabupaten. Dia menyebutkan, keberadaan sungai Nasional di Rokan Hulu, tepatnya di bagian Hulunya Sungai Siak di Bukit Suligi. Kondisi hutan lindung

LINTASBERITA.NET

Ruas Jalan Rengat-Tembilahan yang longsor. disepanjang aliran sungai itu, tidak ada lagi. Dikarenakan banyak kegiatan usaha illegal. Termasuk dialiran disepanjang Sungai Rokan, selain adanya aktifitas penambangan galian C illegal, juga tercemarnya limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS), yang mengakibatkan rusaknya fungsi sungai. Akibat aktifitas tersebut, aliran sungai Rokan sebagian besar tidak lagi dimamfaatkan oleh masyarakat untuk air bersih, baik kegunaan untuk mandi dan mencuci piring dan lain sebagainya. Untuk itu, lanjutnya, solusi yang

melaksanakan penghijauan. ‘’Ke depan kita akan tingkatkan pengawasan terhadap aktifitas kegiatan pengusaha disepanjang aliran Sungai Rokan. Saat ini, kegiatan penghijauan tidak dilaksanakan. Sementara tidak ada solusi selain penghijaun untuk mengembalikan fungsi sungai itu,’’ tuturnya. Ditegaskannya, masih adanya ketikdataatan dari pengusaha dalam menjaga fungsi sungai. Selama ini, dalam pengawasan masih ditemukan, dugaan sejumlah perusahaan yang membuang limbah PKS di aliran sungai. ‘’Sanksinya jelas, bisa pembekuan

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 17

>> DAERAH izin usaha, bila ditemukan perusahaan yang terbukti dengan sengaja melakukan pembuang limbah ke aliran sungai, dari laporan masyarakat yang kita tindaklanjuti dilapangan. Pemulihan sungai itu, perusahaan harus lakukan penghijauan dan menaburkan bibit ikan di sungai yang tercemar,’’ jelasnya. Kapolres Rohul AKBP Yusup Rahmanto SIK MH menegaskan, pihaknya komitmen dalam hal penegakan hukum terhadap pelaku pengrusakan lingkungan hidup. Polres Rohul tidak bisa bekerja sendiri, perlu turun bersama instansi terkait. Selain mendatangkan tim Ahli Lingkungan Hidup, untuk mengetahui adanya indikasi pencemaran lingkungan hidup kepada penyidik kepolisian. ‘’Kalau ada aktifitas yang dapat merusak lingkungan misalnya penambangan illegal, sungai tercemar limbah. Masyarakat untuk segera melaporkan ke Polisi.Kita akan turun untuk melakukan cek dan ricek.Bila terbukti melakukan pengrusakan, maka kita proses sesuai dengan hukum yang berlaku,’’ tegasnya.

DAS PRIHATIN Kondisi empat sungai besar di Riau ini membuat Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Riau merasa khawatir dan geram. Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (For DAS) Riau, Mardianto Manan mengatakan, kondisi empat sungai besar di Provinsi Riau sudah mengalami pencemaran. Salah satunya yakni sungai Kuantan dimana saat ini kandungan merkuri didalam air sungai semakin banyak dan hal itu baru ditemukan beberapa tahun kebelakang ini. “Pertanyaan kita hanya satu, di Kabupaten Kuantan Singingi tidak ada industri satupun disekitar sungai. Namun kenapa ada merkuri di sungai Kuantan, tentu indikasi satu-satunya berasal dari Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI). Karena bahan baku untuk membentuk emas tersebut adalah merkuri,” jelasnya. Tidak hanya merusak alam, akibat aktivitas PETI tersebut juga dikatakan Mardianto sudah banyak menimbulkan

FAKTARIAU.COM

Sungai Kampar yang terus abrasi. korban jiwa, dan juga banyak masyarakat yang tersangkut persoalan hukum. Namun pihaknya juga menyesalkan tindakan aparat penegak hukum yang belum dapat menyelesaikan persoalan tersebut hingga ke akar masalahnya. “Selama ini masyarakat biasa yang menjadi pesuruh saja yang ditangkap. Sedangkan bos besar dibelakangnya hampir tidak tersentuh hukum sedikitpun. Sehingga tidak ada keseriusan baik dari aparat penegak hukum dan juga pemerintah untuk meyelesaikan persolan ini. Bahkan ada indikasi oknum aparat penegak hukum dan pejabat pemerintahan ada mendapatkan jatah dari sana sehingga hal ini sulit untuk ditumpas,” ujarnya. Untuk kondisi sungai lainnya, seperti Sungai Siak, dipaparkan Mardianto juga mengalami pencemaran. Karena seluruh limbah rumah tangga yang berasal dari Kota Pekanbaru semua bermuara ke sungai Siak, dan hal itu membuat pencemaran di sungai Siak sangat tinggi dan bahkan airnya tidak bisa dikonsumsi lagi. “Kemudian sungai Kampar, saat ini juga sudah mulai banyak aktivitas galian C yang biasanya memusingkan akan diikuti dengan masuknya alat domfeng. Begitu juga dengan sungai Rokan, juga mulai bermasalah akibat deforestasi akibat penggunakan hutan disekitar sungai,” jelasnya. Menurutnya, hilangnya pohon diderita sungai juga menjadi salah satu

sebab banjir yang melanda Riau beberapa waktu lalu. Pendangkalan sungai, abrasi juga disebabkan hilangnya pohon ditambah limbah dan sampah. Dikatan Mardianto, pohon menyerap air hingga 80 persen dirinya, seperti untuk dahannya, daunnya sampai akar yang membawanya ke dalam tanah. Sisanya itulah yang mengalir ke sungai. Kalau tidak ada pohon, semua air mengalir ke sungai. Sungai tak mampu menampung, air kehilangan jalannya. Akhirnya, pemukiman yang menjadi korban. ‘’Kalau air kehilangan rumahnya, kemana lagi ia hendak mengalir, tentu ke rumah-rumah kita. Sungai tidak mampu lagi menampung jumlahnya yang sangat besar. Ditambah kondisi sungai yang dangkal dan tidak ada tanaman di sisi kiri kananya sebagai penghambat,’’ jelas Mardianto. Dulu, kata Mardianto, hujan lebat, air hanya keruh. Sekarang, hujan sedikit saja sungai-sungai menguning, apalagi hujan lebat. Ada yang berubah dengan sungai. Tanah di dasar sungai semakin dekat dengan permukaan. Artinya semakin dangkal. Juga kerana abrasi yang disebabkan tidak adanya lagi pohon di sekelilingnya. Harusnya ada kawasan hijau di sekitar sungai (greenbelt) sebagai penyangga. Untuk itu, karena saat ini Pemerintah Provinsi Riau telah mengajukan Ranperda RTRW ke DPRD Riau dan pihak DPRD juga tengah melakukan

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


RIAUBOOK.COM

Bibir sungai Rokan Hilir yang abrasi. pembahasan. Kawasan kritis disekitar sungai juga perlu dipetakan apa langkah yang akan diambil. Karena RTRW Provinsi Riau yang baru tersebut berlaku dari 2016-2035. “Jadi 20 tahun ke depan apa yang akan kita lakukan untuk menanggulangi kerusakan disekitar DAS empat sungai besar di Riau. Harusnya dimasukkan dalam draf RTRW tersebut empat sungai besar di Riau itu. Bisa dibunyikan disana bagaimana polanya atau berapa luasannya sehingga ke depan sekitar DAS tersebut tidak kritis lagi,” jelasnya.

REVISI RPJMD Dalam setiap kesempatan pidato dan ekspos yang dilakukan Gubri H Arsyadjuliandi Rachman. Ia kerap menyinggung soal peradaban empat sungai besar di wilayah Riau. Sungai Siak, Sungai Indragiri, Sungai Kampar dan Sungai Rokan. Tempat dimana puluhan tahun lalu sejarah Riau dimulai, namun kini kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Pendangkalan dasar sungai terjadi, pengikisan tepian sungai hingga pencemaran air sungai membuat ikan-ikan dan makhluk hidup disekitarnya terancam punah. Hal tersebut juga diakui Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau H Ahmad Hijazi. Menurutnya, berdasar pengala-

man waktu kecil di Tembilahan. Ia mengisahkan bahwa saat itu Ia masih menikmati hari-hari dengan bermain menangkap ikan di sungai Indragiri, kemudian mandi-mandi di air sungai yang masih jernih ketika tahun-tahun 70an silam. “Memang kondisi sungai kita, sangat memprihatinkan sekarang. Dulu, masih bisa dapat ikan dan mata pencarian dari sungai, sekarang tidak lagi karena sudah tercemar,” ungkapnya kepada Riau Pos Ahad (21/8). Diakui Sekdaprov Riau, memang pendangkalan dan pencemaran empat sungai besar di Riau terus terjadi. Karenanya dalam hal mengelola sungai-sungai besar, dalam kaitan pemeliharaan lingkungan juga akan menjadi perhatian Pemprov Riau kedepannya. Meskipun belum mengetahui secara detail terkait pemeliharaan empat sungai besar di Riau tersebut, Sekdaprov Riau menyebut penyelamatan memang harus dimulai dari sekarang. “Memang pada pengelolaan harus jadi perhatian. Saya akan lihat di Bappeda, apakah ada dalam RPJMD yang sekarang sedang direvisi,” kata Sekda. Melalui revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau yang tengah berjalan. Pencemaran dan pendangkalan empat sungai besar di Riau menurut Sekdaprov Riau bakal menjadi salah satu

poin yang dimasukkan dalam program kegiatan Pemprov Riau kedepan. Karena memang diakuinya perlu dilihat aspek regulasi dalam perencanaan. Sehingga bisa dilakukan penyelamatan secepatnya bagi keselamatan lingkungan di Provinsi Riau ke depan. Karena diakuinya jika terus dibiarkan, maka dipastikan sungai besar yang menjadi awal mula peradaban di tanam tumpah darah melayu ini bakal tinggal sejarah saja. “Kita pastikan lagi, apakah ada yang menyangkut aspek regulasi dan aspek perencanaan. Degradasi SDA dan lingkungan tengah terjadi Provinsi Riau ini,” ujar Ahmad Hijazi. Sementara itu Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Riau Yulwiriati Moesa setelah dikonfirmasi beberapa hari terakhir belum memberikan penjelasan. Terutama terkait pencemaran dan pendangkalan yang sudah terjadi di empat sungai besar di Riau yang sering digaungkan Gubri dalam pidatonya. Karena pada 2015 silam, Yulwiriati pernah diwawancarai, mengakui sudah ada sekitar puluhan miliar dari APBN untuk normalisasi sungai Siak. Hanya saja, ketika dikonfirmasi Progres Normalisasi Sungai Siak tersebut, beberapa bulan lalu Ia menyebut penganggarannya dibagi di beberapa instansi vertikal sehingga Ia belum mengetahui secara rinci.(men)

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


NASIONAL

HALAMAN 17

>> DAERAH

Perbatasan nan Perawan Keindahan Pulau Semiun di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, seolah tak tersentuh peradaban. Tetap ’’perawan’’ dan eksotis. Namun, untuk menuju ke sana, perjalanan laut yang mendebarkan harus ditempuh.

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> NASIONAL

HALAMAN 20

DARI Pulau Sedanau, Natuna, Provinsi Kepulauan Riau masih ditempuh selama enam jam naik perahu motor sederhana milik nelayan. Itu pun kalau kondisi cuaca normal dan gelombang tidak tinggi. Lain halnya bila laut sedang bergejolak. Perjalanan bisa ditempuh dalam sepuluh jam Seperti yang dialami wartawan Riau Pos Group (RPG), Ferlinda Putri, 10 Agustus 2016 lalu. Baru saja melangkah, tiba-tiba cuaca menghadang. Perjalanan menuju Pulau Semiun terpaksa ’’tertunda’’ karena gelombang Laut China Selatan sedang kurang bersahabat. Nelayan pemilik perahu pompong berukuran 3 x 5 meter tidak berani melaut karena gelombang pasang mencapai 2–4 meter. Baru setelah gelombang surut, pemilik perahu Andryja Sakita beserta anak buahnya, Zahir, memberikan kabar bahwa perjalanan harus dilakukan menjelang subuh. Mereka tidak bisa menunggu keesokan harinya, khawatir gelombang pasang lagi. Maka, perahu pun berangkat Rabu pukul 02.24 WIB, ditemani dua nelayan yang sudah terbiasa singgah di pulau itu. Meski baru pertama bertemu, kami bisa langsung akrab. Sakita dan Zahir tidak segan-segan bercerita tentang kondisi di tengah laut maupun pulau yang saya tuju: Semiun. Mereka sudah

biasa ke pulau itu untuk istirahat di tengah perjalanan mencari ikan. Menurut alat navigasi yang ada di pompong, perjalanan ke Pulau Semiun akan menempuh jarak 48 mil (88,8 km) ke utara. Kecepatan pompong 5–6 knot. Maka, diperkirakan perjalanan ditempuh dalam 6–7 jam. Saat berangkat, hari masih gelap gulita. Hanya ada penerangan lampu kecil di perahu dan bintang-bintang di langit. Putri mengaku belum pernah melakukan perjalanan ”se-ekstrem” itu, dan sempat was-was. ‘’Sebab, yang kami hadapi laut lepas yang tidak diketahui ujungnya. Apalagi, begitu lepas dari Pelabuhan Sedanau, kami tidak lagi melihat perahu-perahu nelayan yang mencari ikan atau sedang sandar,’’ katanya. Yang ia lihat hanya kegelapan di tengah laut. Tak henti-hentinya dia berdoa semoga diberi keselamatan dan kelancaran sampai tujuan. Sesekali ombak besar menghantam pompong. Saat itulah, perutnya dikocok-kocok tidak keruan. Sampai akhirnya, tidak tahan lagi untuk memuntahkan seluruh isinya. ‘’Saya pun teler begitu isi perut terkuras habis. Dalam kondisi seperti itu, saya memutuskan untuk memaksa tidur, agar bisa segar sampai ke pulau tujuan,’’ katanya. Tapi, belum lama merebahkan tu-

buh, tiba-tiba terdengar suara, ’’brak’’. Perahu terguncang lumayan keras. Putri pun terbangun. ’’Perahu sepertinya menabrak karang, Om,’’ kata Zahir kepada Sakita, bosnya. Pria 52 tahun itu pun berusaha terus menggerakkan kemudi. Namun, kembali terdengar suara benturan di bawah. Rupanya, badan perahu menabrak karang lagi. Peristiwa itu terjadi pukul 03.34 atau sekitar sejam selepas pelabuhan. Perahu berhenti. Putri pun mulai khawatir karena beberapa kali upaya untuk menggerakkan pompong tidak berhasil. ’’Kita duduk di depan saja,’’ perintah Sakita. ’’Biar kalau karam, bagian depan yang terakhir,’’ imbuhnya. Tentu saja pernyataannya itu membuat Putri tambah panik. Yang terlihat hanya kegelapan yang mencekam. Sambil menunggu ikhtiar yang dilakukan Sakita dan Zahir, dia terus berdoa mohon keselamatan. Sekitar 40 menit pompong tak kunjung bergerak. Kami mulai gelisah. Angin laut yang menerpa tubuh menambah suasana makin mencekam. Dalam suasana seperti itu, tiba-tiba Aan –panggilan Sakita– memutuskan untuk menceburkan diri ke laut. Dia hanya bermodal kacamata renang. Di punggungnya tidak ada tabung oksigen untuk menopang pernapasannya selama menyelam. Saya tak bisa

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 21

>> NASIONAL membayangkan betapa dinginnya di dalam laut. ’’Kami sudah terbiasa seperti ini,’’ ujar Zahir. Pernyataan itu sedikit melegakan hati. Di dalam laut, Aan awalnya memeriksa kondisi badan pompong yang membentur karang. Setelah itu, dia berenang menjauh. Rupanya dia mencari palung terdekat. Palung adalah daerah di laut yang dalam. Setelah menemukan palung dimaksud, Aan kembali ke perahu dan menyuruh Zahir ikut terjun ke laut. ’’Kita dorong perahunya saja ke palung,’’ ucapnya. Tak berapa lama, perahu pelanpelan bergerak, menjauh dari gugusan karang yang menghalangi. Hati saya mulai lega. Ketika fajar menyingsing dari ufuk timur, p ompong pun bisa meneruskan perjalanan. Ketika langit sudah terang, Putri mulai bisa melihat pemandangan sekitar. Ternyata, kanan-kiri rute yang kami lalui adalah pulau-pulau kecil. Ada ciri khas di pulau-pulau tak berpenghuni itu. Yakni, bibir pantai yang putih dan pohon-pohon kelapa yang melambai. Konon, pulau-pulau tersebut dikuasai orang-orang Natuna untuk kebun

kelapa. Ketika laut sepi ikan, mereka bisa mengandalkan kelapa untuk menyambung hidup. Semakin siang, angin semakin kencang. Laut yang semula tenang mulai bergejolak. Pompong mulai bergoyang ke kanan dan kiri. Kali ini Aan yang mengambil alih kemudi. Berbeda dengan cara mengemudi Zahir, Aan melakukannya sambil berdiri. Tangan kirinya menggenggam kayu panjang untuk kemudi, sedangkan kakinya membentuk posisi kuda-kuda. Matanya awas ke depan. ”Wah, yang kita hindari datang. Angin barat,” seru dia. Di Laut Natuna, dikenal empat musim. Yakni, musim angin utara, angin barat, angin selatan, dan angin timur. Musim angin barat biasanya membuat para nelayan menganggur. Mereka tidak berani melaut. Sebab, musim tersebut sering menyebabkan badai datang tiba-tiba. Mata Aan terus memandang laut dengan penuh kewaspadaan. Sebab, selain angin kencang, ombak mulai membesar. Tak heran bila goyangan pompong makin terasa. Sesekali pompong berada di atas ombak yang cukup tinggi, seben-

tar kemudian di bawah ombak. Semakin lama, tidak hanya bergoyang ke kanan dan kiri, laju pompong mulai meliuk. Putri pun harus ikut membantu untuk menyeimbangkannya. ‘’Kalau pompong terlalu lama meliuk ke kiri, saya harus duduk di bagian kanan. Itu pun tidak mudah. Sebab, berkali-kali tubuh saya melorot dan kepala saya terbentur atap pompon,’’ katanya. Pyuuukkk! Ombak tinggi mencium jendela bagian tengah pompong. Airnya masuk dari sela-sela kayu. Isi perut Putri pun kembali bergejolak. ‘’Saya muntah lagi,’’ katanya. Dalam suasana kalut, tiba-tiba terdengar suara Aan, memberi kabar baik. ”Mbak, pulaunya sudah dekat,” kata Aan sambil menepuk kaki Putri untuk membangunkan. Saya gembira bukan kepalang. Sebab, penderitaan selama sepuluh jam perjalanan di tengah laut hampir berakhir. Benar saja, pada pukul 14.56 pompong tiba di pantai Pulau Semiun. Keindahan Semiun terlihat di depan mata. Pasir pantai yang putih, batu-batu besar yang berwarna gading, serta pohon-pohon kelapa yang melambai-lambai seakan-akan mengun-

Pantai berpasir putih di Pulau Semiun. WISATALOVA.COM

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> NASIONAL

HALAMAN 22

Ferlinda Putri di Pulau Semiun. dang untuk segera menginjakkan kaki ke tanah pulau tersebut. Pulau Semiun merupakan salah satu pulau terluar Indonesia di kawasan Laut Cina Selatan. Pulau itu berbatasan dengan Malaysia di sisi timur dan barat serta Vietnam di sisi utara. Dengan letak geografis seperti itu, Semiun rawan dicaplok negara lain. Terlebih bila kemudian diketahui bahwa di pulau tersebut terkandung hasil tambang yang melimpah. Letak yang jauh dan medan yang sulit membuat pulau tersebut jarang didatangi orang. Nelayan pun enggan mampir ke Pulau Semiun, kecuali bila badai datang dan mereka harus mencari tempat yang aman. ”Selama jadi nelayan, saya belum pernah ke Pulau Semiun sekali pun,” tutur Ari, nelayan Pulau Sedanau. Hal yang sama diungkapkan Muslimin. Bahkan, bapak tiga anak itu mengaku tidak tahu letak Pulau Semiun. ”Ke Pulau Laut saja saya belum pernah, apalagi ke Semiun,” ucap pria 39 tahun itu. Pulau Laut dan Pulau Semiun sebenarnya berdekatan. Sekitar dua jam perjalanan dengan perahu pompong. Namun, untuk menuju pulau itu, diperlukan nyali besar, mengingat gelombang tinggi dan badai angin

KLIKKABAR.COM

barat siap menyambut siapa saja yang mengarungi laut tersebut. Pulau Laut lebih luas bila dibandingkan dengan Pulau Semiun. Berbeda dengan Pulau Semiun, Pulau Laut dihuni banyak warga. Lebih dari seratus kepala keluarga. Karena itu, Pulau Laut menjadi satu kecamatan tersendiri di Kabupaten Natuna. Bahkan, pemerintah berencana mendirikan pangkalan militer di pulau itu untuk menjaga kawasan terluar Indonesia. Sebagian warga Pulau Laut memiliki kebun kelapa di Pulau Semiun. Mereka menyewa orang untuk mengelola kebun itu. Hanya ada dua warga yang ”merelakan” diri untuk tinggal di pulau seluas 18 hektare itu. Mereka adalah kakak beradik Muhammad Siral dan Pap Haidir. Sehari-hari keduanya hidup di pulau terpencil itu. Mereka memiliki rumah sendiri-sendiri. Saat perahu pompong yang saya tumpangi bersama nakhoda Andryja Sakita dan pembantunya, Zahir, hampir sampai di pantai, ada enam pompong lain yang sandar di tempat itu. Rupanya para pemiliknya sedang berlindung dari badai angin barat yang datang tiba-tiba, seperti yang kami alami beberapa jam sebelumnya.

Menurut Zahir, pompong-pompong itu berasal dari berbagai pulau lain. Ada yang berasal dari Anambas, ada pula yang berangkat dari Tanjungpinang. ”Banyak karang, pompong tidak bisa merapat di darat,” teriak Aan (panggilan Sakita). Aan pun memutuskan untuk menurunkan jangkar. Saat itu posisi perahu sekitar 200 meter dari bibir pantai. Dia kemudian mencoba memberi kabar nelayan atau warga yang berada di pulau tersebut. Tapi, teriakannya tak berbalas. Karena itu, dia akhirnya memutuskan untuk menyeberang ke Pulau Semiun dengan menggunakan tutup bak dari plastik. Ombak tak membiarkan Aan sampai di daratan dengan mudah. Beberapa kali dia terombang-ambing. Namun, dengan sekuat tenaga, dia terus mendayung dengan tangan. Sesampai di Pulau Semiun, Aan langsung masuk ke salah satu rumah warga. Dia kemudian keluar bersama seorang lelaki yang belakangan saya ketahui bernama Muhammad Siral, pemilik tempat tinggal yang lebih mirip dengan gubuk itu. Tak berapa lama, Aan kembali ke perahu sambil membawa perahu dayung milik Siral. ”Pompong mereka juga tidak bisa menjemput. Kita terpaksa menunggu

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 23

>> NASIONAL besok pagi, setelah laut pasang. Malam ini kita menginap di pompong ini,” ucap pria 31 tahun tersebut. Aan tidak berani membawa kami dengan perahu dayung. Sebab, perahu itu hanya muat satu orang. Saat itu hari sudah petang. Sebentar lagi langit gelap. Putri dengan terpaksa mengikuti apa perintah Aan. Pasalnya, tidak berani bila harus menyeberang sendiri menuju daratan Pulau Semiun. ‘’Maka, mau tidak mau, semalaman saya mesti tidur dan beraktivitas di dalam perahu berukuran 3 x 5 meter itu,’’ katanya. Untuk penerangan, pompong itu hanya diterangi lampu bohlam 5 watt. Sinyal HP timbul tenggelam. Praktis saya hanya bisa duduk-duduk menghitung bintang sambil menunggu rasa kantuk tiba. ”Kalau mau buang air, nunggu malam ya, Mbak,” kata Aan mengingatkan Putri. Siral mengaku sudah menghuni pulau tersebut selama 45 tahun. Sedangkan Haidir, adiknya, sudah 35 tahun. Mereka sebenarnya punya keluarga sendiri-sendiri yang tinggal di Pulau Laut. Namun, hanya kalau mau menjual hasil kebun kelapa dan telur penyu, mereka pulang ke Pulau Laut. Minimal sebulan sekali. Tentu saja sambil menemui anak-istri. Siral memiliki tiga anak. Sedangkan Haidir punya lima anak. ’’Kadang-kadang saja anak-anak dan istri ke sini,’’ ujar Siral. Untuk hidup sehari-hari, keduanya membawa bekal dari Pulau Laut. Mereka bergantian menyeberang ke Pulau Laut untuk membeli keperluan hidup. Jika laut sedang bergejolak, Siral dan Haidir memilih tinggal di Semiun lebih lama. ”Kalau bahan makanan habis, terpaksa kami memotong peliharaan ayam kami di sini,” cerita Siral lagi. Pulau itu juga tidak memiliki sumber air tawar yang melimpah. Untuk keperluan minum, mandi, dan mencuci, mereka mengandalkan satu-satunya sumber air di tengah pulau. Selain itu, kalau musim hujan, mereka menadah air hujan. Kondisi itu sudah dirasakan Siral dan Haidir bertahun-tahun sehingga mereka sudah hafal apa yang

JAWA POS

RUMAH BATU: Dari kiri, Muhammad Siral, Khairul, Pap Haidir, dan Amang di depan rumah batu milik Pap. Khairul dan Amang adalah orang sewaan yang bertugas menjaga kebun kelapa milik warga Pulau Laut. harus diperbuat bila musim kemarau maupun musim penghujan. Rumah Siral terbuat dari papan kayu, berbentuk rumah panggung. Ukurannya sekitar 5 x 6 meter. Rumah sederhana itu dibagi menjadi tiga ruangan. Yakni teras, ruang tengah yang digunakan untuk tempat tidur, dan bagian dapur. Jangan harap menemukan kamar mandi yang layak. Kamar mandi berada di luar rumah dan terbuat dari papan kayu sebagai dindingnya. Baknya menggunakan drum plastik. Gayungnya menggunakan jeriken yang dipotong setengah. ”Kami tidak menggunakan WC,’’ kata Haidir. Untuk buang air besar, mereka cukup lari di kebun. Rumah Haidir lebih unik lagi. Selama 35 tahun, dia hidup di sela-sela batu besar yang berongga ke dalam. Hanya ada satu ruangan yang dia gunakan untuk tempat tidur sekaligus dapur. Jika malam mereka tidur dalam kegelapan. Jika udara dingin mulai menggigit, keduanya mengandalkan api dari kayu kering atau kulit kelapa yang dibakar. ’’Api bisa juga digunakan untuk mengusir nyamuk. Nyamuknya mati, orangnya pingsan,’’ kelakar Haidir sambil menunjukkan tempat tinggalnya yang unik. Di dinding batu itu, rumah Haidir terlihat gosong bekas asap pembakaran kayu. Di lantai tanah di dekat dipannya terdapat seonggok kayu yang sebagian sudah menjadi arang.

Menurut Haidir, Tuhan bersikap adil. Buktinya, dirinya bersama Siral yang jauh dari rumah sakit jarang dihinggapi penyakit. Bahkan, untuk sekadar batuk, pilek, atau pusing, keduanya jarang merasakan. ’’Asal makan yang banyak, penyakit takut,’’ tutur Haidir. Dari kebun kelapa, Siral dan Haidir setiap pulang membawa 3–4 karung kelapa ke Pulau Laut. Satu karung kelapa dihargai Rp150 ribu–Rp 180 ribu. Tentu perolehan itu tidak cukup untuk memenuhi keperluan hidup keluarga. Maka, mereka juga membawa telur penyu untuk dijual. Mereka sebenarnya tahu bahwa telur penyu dilarang dijualbelikan. Namun, hal itu terpaksa dilakukan untuk memenuhi keperluan dapur keluarganya di Pulau Laut. Dari telur penyu, mereka bisa memperoleh tambahan uang Rp300 ribu untuk beberapa butir. ’’Kami ambil telur yang ada di kebun kami. Hampir setiap hari ada saja penyu yang bertelur,’’ ucap Siral. Dari pendapatan tersebut, mereka membagi untuk keperluan hidup dan sekolah anak-anak. Anak tertua Siral kini sudah menjadi sarjana dan bekerja sebagai pegawai di Ranai, ibu kota Natuna. Sedangkan anak Haidir masih kecil-kecil. Yang terbesar masih duduk di kelas XI SMA. Dengan keterbatasan, Siral maupun Haidir tetap ingin tinggal di Pulau Semiun. Bendera Merah Putih pun mereka pasang di atas batu besar dekat gubuk mereka

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


EKONOMI

HALAMAN 14

DEREGULASI DAN BUNGA MURAH

Pacu Gairah Otomotif

Pelaku industri otomotif makin optimis, karena kebijakan deregulasi dan penurunan suku bunga.

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 25

>> EKONOMI

SEJUMLAH pengamat juga sepakat bahwa sejumlah deregulasi pemerintah dan tren penurunan suku bunga bakal memicu kebangkitan industri otomotif tanah air. Ajang berkelas internasional Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016 yang berakhir 21 Agustus 2016 lalu menjadi salah satu indikator utama. Ketua Penyelenggara GIIAS 2016 Rizwan Alamsjah menyatakan, gairah konsumen tampak meningkat dalam sepuluh hari penyelenggaraan GIIAS 2016 di ICE BSD, Tangerang. Salah seorang Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) itu optimistis animo ekshibisi tersebut bisa merefleksikan situasi pasar. ‘’Kalau dari sisi optimisme, kan naik ya. Ada beberapa sentimen dari pemerintah seperti bunga turun, deregulasi beberapa hal, dan tax amnesty. Semua tunjukkan sinyal positif,’’ katanya. Rizwan optimistis pasar otomotif nasional lebih baik lagi pada semester kedua 2016. Selama Januari–Juli tahun ini, penjualan mobil mencapai 594.514 unit atau tumbuh 2,3 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni 581.106 unit. Gaikindo menargetkan angka penjualan 1,050 juta unit sepanjang tahun ini. Di ajang GIIAS 2016, penjualan kendaraan mencapai 15.911 unit dengan nilai transaksi Rp4,7 triliun hingga 20 Agustus 2016. ’’Sebenarnya itu data hingga kemarin siang (Sabtu, red) yang dicatat para peserta dan dilaporkan kepada kami,’’ ungkapnya kepada Jawa Pos (JPG), 21 Agustus 2016. Masih ada peluang tambahan jumlah dan nilai transaksi pada sisa waktu sore dan malam pada Sabtu (20/8) serta pada hari pamungkas, yaitu 21 Agustus 2016 lalu. ’’Besok baru ada data yang sebenarnya. Nanti dilihat berapa akhirnya,’’ ucapnya. Angka penjualan yang sudah tercatat merupakan laporan 25 agen pemegang merek (APM) partisipan. Padahal, secara total, ada 31 partisipan dalam GIIAS 2016. Itu belum termasuk partisipan lain

KABARNA.ID

GIIAS 2016 seperti aksesori, peralatan bengkel, dan penunjang otomotif yang lain. Namun, berdasar angka yang sudah bisa dilaporkan, Rizwan mengakui, nilai dan jumlahnya masih lebih kecil daripada 2015. Pada tahun lalu, kendaraan terjual 19.380 unit atau senilai Rp5,7 triliun. Meski begitu, total pengunjung bisa diyakini melampaui pencapaian tahun lalu. Hingga Sabtu atau setara sembilan hari penyelenggaraan, jumlah pengunjung menembus 400 ribu orang. Sebaliknya, pada 2015, angka 400 ribu pengunjung tercapai pada hari terakhir. ’’Ya memang bisa saja lebih dari 400 ribu kalau diasumsikan ada tambahan 40 ribu pengunjung lagi (rata-rata harian, red) hari ini (kemarin, red),’’ ujar Rizwan. Dia menegaskan, transaksi jual beli, terutama produk mobil, secara utuh merupakan sebuah konsekuensi penyelenggaraan sebuah pameran yang besar. ’’Tujuan GIIAS tidak menjual. International show tidak menjual. Tapi, kalau ada penjualan, itu efek saja,’’ tuturnya. Tujuan utama ajang sejenis, termasuk GIIAS, lanjut Rizwan, menyampaikan perkembangan inovasi dan keunggulan produk masing-masing merek dan industri secara umum. Industri otomotif Indonesia memiliki masa depan dengan etalase di ajang

tersebut. Direktur Marketing PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) Donny Saputra menuturkan, pasar mobil nasional berpotensi meningkat pada semester kedua ini. ’’Indikator utamanya, ekonomi membaik dan banyak produk baru yang diluncurkan melalui GIIAS ini dan pascanya,’’ katanya saat ditemui di booth Suzuki di GIIAS, ICE BSD, Tangerang, 19 Agustus 2016 lalu. Donny mengungkapkan, mobil baru bisa turut mendorong pertumbuhan pasar karena sesuai dengan kebutuhan masyarakat, menarik minat tambahan, dan beberapa jenis mobil baru bahkan membuka segmen pasar yang baru. PT Astra Daihatsu Motor (ADM) misalnya, yang mencatatkan angka pesanan (surat pemesanan kendaraan/ SPK) Daihatsu Sigra yang merupakan produk terbarunya di LCGC 7 seater sebanyak 491 unit di ajang GIIAS hingga Ahad siang (21/8) atau 51,79 persen dari total SPK ADM, yakni 948 unit. Saudara kembarnya, Toyota Cayla, lebih laris lagi. PT Toyota Astra Motor (TAM) melaporkan, hingga Jumat (19/8) saja, pesanan SPK Cayla menjadi yang tertinggi, yaitu 1.771 unit melebihi SPK Avanza (1.702 unit) dan Sienta (713 unit). Total SPK di booth Toyota mencapai 6.629 unit hingga Ahad (21/8).(men)

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


LINGKUNGAN HALAMAN 17

>> EKONOMI

HOT SPOT MENGANCAM LAGI

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau Mulai Lagi Waspada, itulah yang patut dikatakan saat ini. Bencana asap yang ditakuti masyarakat Bumi Melayu ini nampaknya mulai mengulang lagi.

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 27

>> LINGKUNGAN

POTRETNEWS.COM

DARI catatan Swarnadwipa, bermunculannya hot spot atau titik panas di sejumlah daerah di Bumi Lancang Kuning, memberikan indikasi bencana asap akan datang lagi. Di lapangan, Kota Pekanbaru pun mulai dilanda kabut asap. Kabupaten Bengkalis termasuk salah satu daerah yang ditemukan titik api. Bahkan makin meluas. Data terakhir mencatat lebih kurang 100 hektare lahan perkebunan dan semak belukar ludes dilalap api. Kapolda Riau Brigjend Pol Supriyanto bahkan terjun meninjau lokasi kebakaran di Desa Tasik Serai, Kecamatan Pinggir. Sejak 20 Agustus 2016 lalu, Kapolda memimpin langsung proses pemadaman di desa yang berbatasan langsung dengan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu itu. Kapolda datang ke lokasi dengan membawa satuan setingkat kompi Brigade Mobil (Brimob). Serta puluhan anggot Polres Bengkalis. Kapolres Bengkalis AKBP Hadi Wicak juga mendapingi turun ke lokasi. “Kebakaran di Bengkalis ini terjadi di perkebunan kelapa sawit dan semak belukar. Ada tiga titik besar yaitu Ke-

camatan Pinggir, Bukit Batu dan Mandau. Saya bawa 1 SSK Brimob kemari. Anggota kami sudah memadamkan puluhan hektare, sisanya masih kami usahakan,” ujar Supriyanto, 21 Agustus 2016 lalu. Untuk memadamkannya, selain puluhan Brimob juga dikerahkan 127 orang yang terdiri dari personel Polsek Pinggir sebanyak 30 orang, BKO Sabhara 5 orang, BKO lantas 4 orang, Manggala Agni 4 orang, RPKH 12 orang, MPA 10 orang, TNI 10 orang dan 50 personil yang diturunkan dari Pekanbaru. “Tidak hanya Polri. Semua unsur terlibat. Kami upayakan ini segera padam. Saya juga sudah telepon Bupati Bengkalis,” sebutnya. Pihak Polres Bengkalis juga mengambil langkah cepat. Titik yang sudah dipadamkan langaung di Police Line. Penyidikan juga langsung di mulai. Demikian ditegaskan oleh Kapolres Bengkalis AKBP Hadi Wicaksono. “Kami sudah pasang police line. Saat ini, kami prioritaskan pemadaman dulu meski sumber air sulit. Selain itu, struktur tanah gambut juga membuat api merembet dan tidak mudah dipadamkan, tapi tetap kita berusaha sambil

penyidikan berjalan,” ujar Wicaksono. Sementara pihak laboratorium udara Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Pekanbaru mendeteksi partikel debu mencemari udara di sebagian wilayah di Kota Pekanbaru. Berdasarkan pantauan dari pihak labor udara tersebut, kualitas udara sebagian wilayah Pekanbaru menurun. Tetapi penurunan kualitas udara belum berdampak signifikan terhadap kualitas udara. Kepala Labor Udara BLH Kota Pekanbaru Syariai mengatakan, beradasarkan pengamatan beberapa hari ini terpantau kualitas udara masih berada di ring di bawah ISPU 50. Artinya, lanjut Syarial kualitas udara meski menurun namun masih dalam kategori atau dalam status baik. “Kualitas udara dipengaruhi arah angin jadi setiap saat bisa saja beruba. Sampai sekarang beradasarkan hasil pemantauan kalitas udara status baik,” ujar Syarial. Pihak labor mencatat pantau kulitas udara pada 20-21 Agustus ISPU berada di ring atau PM10 : 40. Sedangkan satu hari sebelumnya ISPU berada di ring PM10: 49.

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 28

>> LINGKUNGAN

RAINFORESTTRUST.ORG

Tiga titik wilayah yang menjadi patokan pihak Labor Udara diantaranya Tampan, Sukajadi dan wilayah Kulim. Hasil pantauan kulitas udara juga setiap hari di tampilkan pada papan ISPU. Papan informasi kalitas udara ini berada didepan kantor Walikota Pekanbaru. Kualitas masuk kategori tidak sehat ketika ISPU berada di atas 100. Pantauan kualitaa udara dilaksanakan Labor Udara secara rutin untuk mengetahui perkembangan kualitas udara. Menginat kabut asap tipis mulai menyelimuti sebagian wilayah Pekanbaru. Mulai munculnya titik api dan kabut asap, disayangkan Wakil Ketua DPRD Kota Pekanbaru, Sigit Yuwono. ‘’Meski belum mengganggu aktivitas warga, kami minta aksi pembakaran lahan ini ditindak cepat dan tegas. Dan memang perlu keseriusan dari Pemda setempat, dan juga tim satgas Karhutla Riau,’’ kata Sigit Yuwono kepada RPG.

Berdasarkan rilis data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Riau Stasiun Pekanbaru, sejak sebulan terakhir ini juga aksi bakar lahan di Riau semakin menggila, dan jumlah hot spot selalu tertinggi dengan provinsi-provinsi tetangga. Untuk update Ahad (21/8) pukul 06.00 WIB, dari monitoring satelit Terra dan Aqua, di Sumatera itu ada 46 titik, terdapat di Aceh, Babel dan Riau. Riau menjadi yang terbanyak untuk produksi titik panas, 41 titik. Sementara untuk Aceh hanya 4, dan Babel 1. Dan dari 41 titik di Riau itu, terpantau di Rohil 14 titik, Bengkalis 11, Dumai 10, Rohul 3 dan Siak 3. ‘’Data update pagi di Riau ada 41 titik panas,’’ ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG, Slamet Riyadi dalam rilisnya. Dampak dari karhutla yang masih saja terjadi di Riau ini, penampakan bulan pada malam hari pun pucat, padahal bulan muncul penuh. Yang

sebelumnya begitu cerah dan enak di pandang, kini dengan kondisi ini membuat warga khawatir akan terjadi lagi kejadian tahun lalu. ‘’Sudah mulai berasap nampaknya, bulan pun dah pucat, serta langit tak biru lagi, ‘’ kata warga Kuantan Raya, Nesa malam tadi. Dia pun bertanya-tanya, mengapa masih saja ada orang yang bakar-bakar lahan? Padahal kan sanksi nya tegas dari Satgasnya. ‘’Setiap hari kami melihat helikopter yang membawa bakul air melintas, dan dari media massa sudah pula ada pelaku yang ditangkap, apa kurang tegas ya penindakan atas pelakuknya,’’ ungkapnya. Dengan kondisi ini, warga juga mulai khawatir dan siap-siap lah dengan masker sebagai antisipasi dampak asap. ‘’Jika tak kunjung clear langit kita dari asap, maka siap-siap lah pakai masker lagi,’’ sebut Irfa warga Payung Sekaki. (men)

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 20

KESEHATAN

>> LINGKUNGAN

Racun, Buang dengan Bawang Bawang merah sudah dikenal sejak jaman nenek moyang dahulu sebagai salah satu jenis obat tradisional, selain juga berfungsi sebagai bumbu masak.

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> KESEHATAN

HALAMAN 30

INTERNET

DI

beberapa negara Barat, ada kebiasaan masyarakat untuk memotong bawang merah menjadi dua dan meletakkan beberapa potongan di sudutsudut rumah jika ada wabah penyakit yang disebabkan oleh virus. Potongan bawang tersebut akan menyerap virus dan membersihkan udara di rumah dari bakteri maupun virus yang menyebabkan penyakit. Selain itu, ada cara lain juga yang diterapkan oleh pengobatan Tiongkok tradisional dengan memanfaatkan bawang merah yakni menempelkan potongannya ke telapak kaki. Ini diyakini dapat membuka jalur listrik di peredaran darah yang berfungsi memurnikan organ tubuh manusia dengan membuang racun tubuh. Caranya potong melintang bawang merah beberapa siung, lalu letakkan di telapak kaki dan diikat erat dengan kain atau sapu tangan. Diamkan selama beberapa jam, atau bisa juga sambil dibawa tidur. Asam fosfat di dalam bawang akan menyerap dalam pori-pori kulit, masuk ke pembuluh darah Anda. Ia membantu menyingkirkan racun yang terdapat di pembuluh darah. Tak hanya bawang merah saja yang

bisa Anda pergunakan, karena konon bawang putih pun mampu menyerap racun tubuh jika dilakukan hal yang sama. Tak percaya, silahkan Anda coba sendiri. Tubuh akan lebih sehat bila racun-racun di dalamnya bisa dikeluarkan. Tanpa disadari terkadang ada racun atau zat berbahaya lainnya yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan, air, udara, atau melalui kontak langsung dengan sumber penyebaran yang berbahaya. Proses mengeluarkan racun dari dalam tubuh disebut detox. Ada banyak sekali jenis detox yang umum digunakan, mulai dari detox menggunakan bahan herbal sampai dengan detox dengan bahan kimia. Salah satu jenis detox yang sangat baik untuk mengeluarkan racun atau toxin dari dalam tubuh adalah detox bantalan kaki atau biasa juga disebut detox Foot Pads. Detox Foot Pads sangat mudah dilakukan. Detox ini akan membantu tubuh dalam mengeluarkan berbagai logam berat, sisa metabolik, racun, parasit mikroskopik, lendir, kimia dari dalam tubuh. Detox ini juga dapat meningkatkan

stamiba, menurunkan stres dan rasa cemas, meningkatkan sirkulasi, dan menghilangkan rasa sakit dan nyeri. Melalukan detox bantalan kaki secara rutin akan meningkatkan kualitas tidur anda, meredakan sakit kepala, meningkatkan kemampuan mental dan konsentrasi, ditambah meningkatkan metabolisme dan mengurangkan keletihan. Manfaat melakukan detox Foot Pads: z Detoksifikasi (Pembuangan Racun) Tubuh Anda. z Meningkatkan Energi Atau Tenaga. z Mengurangi Stres Yang Terjadi Pada Anda. zMenghilangkan Rasa Nyeri Pada Bagian Tubuh. z Memperlancar Peredaran Darah. z Mengatasi Sulit Tidur / Insomnia. z Meningkatkan Konsentrasi. z Meningkatkan Fungsi Metabolisme Pada Tubuh Anda. Adapun manfaat lain yang bisa Anda dapatkan dengan melakukan detox bantalan kaki ini adalah: z Menghilangkan Sakit Kepala dan Migrain. z Mencegah Obesitas / Kegemukan.

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 31

>> KESEHATAN z Menghilangkan Rasa Nyeri Pung gung. z Mengurangi Rasa Keletihan Atau Lelah. z Mencegah Kembung Pada Perut. z Mencegah & Mengobati Depresi. z Mencegah & Mengobati Penyakit Diabetes. zMencegah & Mengobati Penyakit Asam Urat. z Mencegah & Mengobati Penyakit Kolesterol. z Mencegah & Mengobati Penyakit Ginjal. z Mencegah & Mengobati Penyakit Stroke. z Mencegah & Mengobati Penyakit Arthritis (Rematik). z Mencegah & Mengobati Penyakit Jantung. z Mencegah Terjadinya Kanker. z Mencegah Terjadinya Kerontokan Pada Rambut. z Mencegah & Mengobati Sembelit.

Cara Penggunaan: Iris bawang putih dan bawang merah sampai lembut. Siapkan air bersih dan rebus hingga mendidih. Masukkan irisan bawang putih dan bawang merah ke dalam air yang sedang mendidih. Biarkan mendidih selama 10 menit. Kemudian biarkan hingga dingin selama 20 menit. Tuangkan ramuan itu ke kain kassa yang telah disiapkan, secukupnya hingga basah. Apabila terlalu banyak air, peras kain kassa tersebut. Usahakan untuk tidak membasahai plester agar tetap lengket. Jika semua bahan telah siap berarti anda sudah siap melakukan detox. Cara menggunakannya cukup mudah. Tempelkan kain kassa tadi pada telapak kaki bagian tengah, sebaiknya gunakan kaus kaki dan tidurlah sampai keesokan harinya, buanglah bantalan detox tersebut.

Untuk hasil yang maksimal lakukan detox ini secara rutin setiap hari atau bisa juga kapan saja anda merasa butuh. Saat ini sudah dijual beberapa jenis pengganti bahan di atas yang memiliki manfaat yang sama bagusnya salah satunya adalah Kinoki Gold Detox Foot Pads. Anda bisa membeli produk-produk tersebut di apotik atau toko kecantikan.(men)

Bahan yang dibutuhkan: 1. Air 2. Kaus kaki 3. Kain kassa 4. Bawang putih 5. Plester lebar 6. Bawang merah

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> BARU TAHU HALAMAN 32

>> HALAMAN BARU TAHU 29

Si kembar Yuliana-Yuliani

KEMBAR SIAM JADI DOKTER Sekitar 29 tahun silam, Yuliana dan Yuliani adalah kisah kembar siam yang mendebarkan. Kini, mereka tak kenal lelah menggapai mimpi. Yuliana ialah mahasiswa program doktoral, sementara Yuliani menjadi dokter. Dilansir dari Harian Kompas, Kisah mereka bermula tahun 1987, saat kembar siam Yuliana-Yuliani, anak pasangan Tularji dan Hartini dari Tanjung Pinang, terlahir kembar siam dempet di kepala secara vertikal (kraniopagus). Pada usia 2 bulan 21 hari, kembar siam itu menjalani operasi di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Adalah Padmosantjojo, ahli bedah

saraf RSCM saat ini, berperan banyak pada operasi pemisahan si kembar. Dengan ketelitiannya, pria kelahiran Kediri, 26 Februari 1937, itu memisahkan selaput otak (duramater) yang berlekatan dengan pisau bedah biasa dan mata telanjang. Operasi pada 21 Oktober 1987 itu jadi tonggak sejarah bidang kedokteran di Indonesia,

khususnya bedah saraf. Bagi Padmosantjojo, operasi Yuliana-Yuliani menjadi karya adiluhung (masterpiece) dalam kariernya sebagai dokter. “Aku tak ingin karyaku rusak, mati karena mencret misalnya. Maka harus aku openi (rawat),� ujarnya di rumahnya, Selasa (16/8/2016). Bantuan dana Akhirnya, tak hanya mengoperasi secara gratis, Padmosantjojo juga membawa Yuliana-Yuliani dan orangtuanya ke Jakarta. Padmosantjojo mencarikan rumah untuk ditinggali keluarga itu. Ia mendukung pemenuhan kebutuhan nutrisi si kembar dan memantau tumbuh kembang mereka selama di Jakarta. Sebab, baginya, masa di bawah usia 5 tahun jadi fase penting pertumbuhan otak seseorang. Setelah kembar Yuliana-Yuliani dan

| EDISI| 180/TAHUN EDISI 178/TAHUN IV z IV26zAGUSTUS 19 - 25 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016 2016


HALAMAN 33

>> BARU TAHU orangtuanya pulang ke Tanjung Pinang pun, Padmosantjojo tetap memberikan dukungan dana untuk keperluan pendidikan kembar itu hingga kini. “Ternyata bisa, tuh, Yuliana-Yuliani sampai lulus universitas. Saya senang,” kata Padmosantjojo sambil tersenyum. Kini, Yualiana-Yuliani telah dewasa. Yuliani jadi dokter dari Universitas Andalas (Unand), Padang, dan sedang menjalani program internsip di Puskesmas Seberang Padang, Kota Padang, Sumatera Barat. Sementara Yuliana sedang menempuh program doktor ilmu nutrisi dan teknologi di Institut Pertanian Bogor (IPB) semester ketiga. Yuliana menuturkan, meski pernah menjalani operasi pemisahan kepala dengan risiko tinggi, ia dan kembarannya mampu bersaing dengan anak lain yang terlahir normal di bidang pendidikan. Bahkan, capaian mereka terbilang luar biasa. Yuliana lulus sarjana ilmu nutrisi dan makanan dari Unand dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 4. Begitu juga saat ia menyelesaikan program magister ilmu nutrisi dan teknologi di IPB. Kini, ia menargetkan program doktornya rampung kurang dari tiga tahun. Menurut Yuliana, pengalaman hidup menjalani operasi pemisahan membentuk mereka seperti saat ini. Banyak pihak berkontribusi dalam keberhasilan mereka, yakni orangtua, Pakde, begitu kembar Yuliana-Yuliani biasa memanggil Padmosantjojo, dan masyarakat yang mendoakan agar operasi pemisahan tahun 1987 silam berhasil. Oleh karena itu, Yuliana menjadikan hidupnya sebagai ucapan terima kasih kepada mereka yang berjasa dalam hidupnya. “Kami ingin membuat bangga orangtua, Pakde juga. Mereka tersenyum bangga atas prestasi kami sudah cukup bagi saya,” ujarnya. Yuliana menambahkan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, tanggung jawab sosial terhadap masyarakat pun kian tinggi. Itu yang selalu diajarkan orangtua dan Pakde. Saat dihubungi dari Jakarta, Yuliani menyampaikan, operasi pemisahan oleh Pakde memungkinkan mereka meraih capaian seperti sekarang. Jika tak dioperasi saat itu, amat mungkin ia menghabiskan hidup dengan terbaring

Prof Padmosantjojo menunjukkan foto-foto si kembar siam Yuliana-Yuliani di kamar kerjanya di Jakarta, Selasa (16/8). karena sulit bergerak akibat kembar siam.

SUMBER INSPIRASI Setelah operasi pemisahan, Pakde jadi sumber inspirasi bagi si kembar Yuliana-Yuliani. Sebagai dokter, Yuliani dididik Pakde agar tak berorientasi uang. Pakde mengajarkan, motivasi jadi dokter seharusnya menolong sesama. “Pakde selalu mengajar kami berbagi dengan orang lain dan memberi manfaat bagi orang banyak,” ucap Yuliani yang dirilis tabloid nova. Padmosantjojo selama di RSCM selalu menggratiskan bedah saraf yang dilakukannya. “Saya dibayar 2M per pasien. Makasih, Mas. Matur nuwun, Mas,” ujarnya sambil tertawa. Menurut Padmosantjojo, perhatiannya pada kembar Yuliana-Yuliani juga merupakan bentuk protes kepada pemerintah yang disampaikan dengan contoh nyata. Bahwa untuk memberi akses layanan kesehatan tak perlu jargon politik, hanya perlu empati dan kemauan menolong mereka yang

PRINT.KOMPAS.COM

membutuhkan. Padmosantjojo, yang belajar bedah saraf di Rijk Universiteit, Groningen, Belanda, menyatakan, 71 tahun Indonesia merdeka, tetapi akses warga pada layanan kesehatan, khususnya bedah saraf, belum merata. Tidak semua warga bisa mengakses layanan bedah saraf. Sejumlah provinsi belum punya dokter spesialis bedah saraf. Itu membuat pasien yang butuh menjalani bedah saraf bisa meninggal karena tak tertangani. Penghargaan prestasi dokter bedah saraf pun seolah enggan dilakukan pemerintah. Padmosantjojo pernah ditawari bekerja di Belanda dan akan dikukuhkan sebagai guru besar di Groningen, tetapi ia memilih balik ke Indonesia. “Demi bangsa,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu. Ke depan, Yuliana ingin membagi ilmunya dengan menjadi dosen atau peneliti. Sementara Yuliani ingin meneruskan pendidikan dokter spesialis bedah saraf seperti Pakde, sumber inspirasinya.(men)

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> TEKNOLOGI

HALAMAN 34

INTERNET

Wow, Pesawat Terbang Tanpa Awak YULIAN

Paonganan bersama timnya sudah melewatkan tiga tahun untuk melakukan riset pembuatan Pesawat Amphibi yang diberi nama OS-Wifanusa. Hasil riset itu membuahkan hasil. OS-Wifanusa pesawat amphibi yang awalnya dirancang sebagai wahana transportasi alternatif di wilayah kepulauan telah berhasil mencapai satu tahapan spekatakuler. OS-Wifanusa skala 1:3 dan 1:2 telah bermetamorfosis menjadi Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) supercanggih dan sudah mengantongi sertifikat Kelaikan Udara Miiter dan Indonesian Militery Airworthiness Autority (IMAA) Kemhan RI. Kini drone canggih itu juga sudah resmi dimiliki oleh Kementerian Pertahanan sebanyak tiga set yang berjum-

lah enam unit PTTA. “Kami masih menyelesaikan detail desain untuk merealisasikan OS-Wifanusa yang berpenumpang (berawak), karena proses pembuatan pesawat berawak banyak regulasi dan persyaratan yang tentu harus kami patuhi. Ini butuh waktu yang relatif lama” tutur pria yang akrab disapa Ongen itu. Dia mengatakan akan ter us memantapkan karya teknologi drone tersebut agar terus berkembang mengikuti perkembangan kebutuhan pertahanan. “Untuk drone yang saat ini sudah kantongi sertifikat IMAA kami juga akan terus memantapkan lagi meski saat ini sudah dikategorikan sebagai drone canggih, jika perlu kami akan

lengkapi dengan persenjataan” lanjut Ongen Sebagaimana diketahui, Drone OS-Wifanusa memiliki dua type saat diciptakan. Yaitu OS-Wifanusa SL-D70 (wingspan 4.2m) dan OS-Wifanusa SLD28 (wingspan 6.4m) dengan Endurance 6-8 jam dan 8-10 jam. Drone ini mampu terbang autonomous dengan jangkauan telemetri mencapai 100 km dan membawa kamera canggih untuk surveillance dan pemetaan. “Kami bertiga sebagai inventor dari pesawat ini, saya bersama Laksamana TNI Ade Supandi dan Oky Suanandi dibantu chief engineering Hisar Pasaribu dan sejumlah anak bangsa yang nasionalismenya tidak diragukan lagi, karya kami ini kami persembahkan untuk HUT NKRI,” pungkas Ongen. (men)

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


PUAN

Anjuran dan Pantang saat Haid MENSTRUASI merupakan kondisi alami yang dialami wanita. Menstruasi adalah proses keluarnya darah dari dalam rahim, yang terjadi karena luruhnya lapisan dinding rahim bagian dalam yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel telur yang tidak dibuahi.

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> PUAN

HALAMAN 36

ji-bijian, buah-buahan dan sayuran bisa mencegah masalah usus, yang kadang-kadang muncul selama periode Anda. Solusinya, Anda bisa dengan mudah mendapatkan cukup serat dengan mengonsumsi buah-buahan dan sayuran. 8. Makanan ringan rendah garam. Banyak wanita mendambakan garam selama periode, tapi masalahnya adalah hal itu bisa membuat perut kembung. Sebaliknya, cobalah alternatif rendah garam, seperti kentang goreng buatan sendiri atau popcorn tawar. Gangguan menstruasi itu juga bisa dipengaruhi oleh makanan. Karena itu, hindari mengonsumsi makanan di bawah ini, saat sedang menstruasi. GADISACTIVE.WORDPRESS.COM

PADA saat wanita memasuki siklus menstruasi, biasanya ia akan mengalami beberapa perubahan, baik dari segi fisik maupun psikis. Selain itu, asupan makan yang dikonsumsi juga bisa memengaruhi kesehatan wanita ketika memasuki periode menstruasi. Untuk itu, seorang wanita harus memperhatikan asupan makanan ketika memasuki periode menstruasi. Berikut beberapa asupan makanan yang bisa membantu kondisi kesehatan wanita lebih baik ketika melewati periode menstruasi. 1. Makanan yang mengandung zat besi. “Karena Anda kehilangan banyak darah selama periode, Anda lebih rentan terhadap anemia,� kata kepala gizi dan kesehatan di YummlyClark, Edwina Clark, MS, RD, seperti dilansir laman Glamour, Rabu (10/8). Untuk mengurangi efek ini, cobalah makan daging merah, unggas, makanan laut, sayuran hijau atau sereal yang diperkaya. 2. Makanan kaya kalsium. Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa kalsium bisa mengurangi keparahan PMS. Jika PMS adalah masalah bagi Anda, mungkin mengonsumsi produk susu, sayuran hijau, tahu atau makanan lain yang

tinggi kalsium bisa membantu. 3. Saffron. Saffron juga mampu meredakan gejala PMS. Anda bisa menggabungkan rempah-rempah ke dalam sup, teh dan saus seperti kari. 4. Ikan. Omega-3 asam lemak merupakan anti-inflamasi, yang berarti mereka bisa membantu mengatasi kram saat Anda sedang datang bulan. Cara terbaik untuk mendapatkan ini dari makanan adalah melalui ikan, seperti salmon, trout, sarden dan ikan asin atau Anda bisa mengonsumsi dalam bentuk kapsul minyak ikan atau suplemen omega-3. 5. Jahe. Jahe juga merupakan anti-inflamasi dan itu biasanya digunakan untuk mengobati sakit perut. Seperti kunyit, jahe bisa ditambahkan ke teh atau saus serta dicampur ke dalam smoothies. 6. Kacang-kacangan dan biji-bijian Kacang-kacangan, biji-bijian dan minyak nabati yang tinggi vitamin E, bisa membantu mencegah migrain akibat menstruasi. 7. Fiber. Makanan kaya serat seperti bi-

1. Kafein. Kafein bisa meningkatkan asam lambung. Jika Anda menghindari kafein saat datang bulan, maka Anda akan menenangkan perut dan mengurangi kembung. 2. Makanan tinggi lemak. Jika Anda sering menderita kembung dan nyeri payudara saat datang bulan, kemungkinan karena ketidakseimbangan hormonal dan perubahan selama periode, serta makanan tinggi lemak yang memengaruhi aktivitas hormonal tubuh Anda. Kelebihan estrogen ini bisa dikurangi dengan tetap mengonsumsi makanan yang rendah lemak jenuh, seperti buah-buahan, sayuran, ikan dan daging tidak berlemak. 3. Minuman manis. Ingat, minuman manis dan minuman bersoda menyebabkan kembung. 4. Lemak daging dan produk susu. Karena lemak ini bisa menyebabkan dan memperburuk rasa sakit dan peradangan. University of Maryland Medical Center menyarankan, Anda mengonsumsi ikan, daging tanpa lemak dan kacang. 5. Makanan goreng. Makanan yang digoreng meningkatkan kadar estrogen yang bisa menghambat kemampuan alami tubuh Anda untuk berjalan normal.(men)

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


OPINI

Undangan Penuh Tantangan MENYAMBUT IBADAH HAJI 1437 H/2016 M Ibadah haji bagi masyarakat Indonesia merupakan prestise tersendiri. Bukan hanya sebuah kebanggaan bisa menginjakkan kaki di Tanah Haram (Makkah), tapi juga simbol kekayaan dan penghargaan yang disematkan masyarakat kepadanya dengan panggilan haji.

JIKA efek dari penyelenggaraan

mengundang adalah orang penting ibadah Haji bagi masyarakat begitu dan nomor satu di Indonesia. besar, tentu ibadah haji dalam syariat Tentu rasa bangga dan takjub itu Islam tentu lebih besar. Buktinya, Allah lebih dirasakan oleh jamaah hajiyang SWT sendiri yang menegaskan di dasaat ini yang sedang bergerak ke tanlam Alquran bahwa para jamaah haji ah suci untuk memenuhi undangan datang pada Bulan Dzulkaidah dan sebagai tamu Allah. Bukan karena pulang di Bulan Dzuklhijjah tiap tabangga telah duluan mendaftar haji hun, bukan hanya sekadar jalan-jalan –ditambah pula informasi terakhir, dan kegiatan rutin, tapi menyandang mendaftar haji sekarang sudah masuk predikat ‘’tamu Allah’’. giliran tunggu selama puluhan tahun. Allah langsung mengundang Bukan pula merasa paling kaya, umatnya melaksanakan ibadah haji, sehingga mendapat kesempatan untuk Oleh lewat manusia terbaik kala itu, yang bergi ke tanah suci. Bukan pula merajuga digelar ‘’kekasih Allah’’ Ibrahim sa terhormat dan tersanjung karena Alaihissalam. Allah telah menyuruh kedudukan di masyarakat, sehingga Jurnalis tinggal di Pekanbaru Nabi Ibrahim mengundang manusia dengan pergi haji, ketenaran itu seuntuk datang ke Makkah melaksanamakin besar di tengah masyarakat. kan ibadah haji. Meski membanggakan, apakah undangan itu, dipenuhi ‘’Dan serulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, jamaah dengan proses yang mudah? Tentu tidak. Dalam seniscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, jarah penyelenggaraan haji di Indonesia, berbagai cobaan dan mengendarai unta yang kurus yang dari segenap penjuru terus dialami, mulai dari proses pemberangkatan, fasilitas yang jauh’’ Surat Al Hajj Ayat 27. penginapan, catering dan peristiwa lainnya yang membuat Dikatakan para ulama, istilah ‘’tamu Allah’’ diambil dari air mata keluarga mengalir ketika mendengar keluarganya penafsiran terhadap ayat di atas. Dengan demikian, pahamlah mendapat musibah saat berhaji. kita bahwa betapa istimewanya menjadi jamaah haji, yang Ternyata ujian berat yang dialami jamaah haji di era setiap Muslim mengidamkannya. mederen ini, tidak sebanding dengan ujian yang dialami Sebagai ilustrasi, apa yang akan kita lakukan ketika diunRasullullah dan para sahabat saat melaksanakan ibadah dang oleh presiden untuk makan malam di istana negara, tentu haji. Salah satu ujian yang ditetapkan Allah untuk para sakita bergegas untuk memenuhi undangan itu. Berbagai upaya habat adalah, tertulis dalam Surat Almaidah, Ayat 1 dan 96. dilakukan agar dapat memenuhi undangan tersebut. ‘’Hai orang orang beriman, penuhilah akad akad itu. Bagi Anda yang tidak bisa memenuhi undangan itu, tentu Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan saja merasa sangat menyesal. Mengapa demikian? Karena yang dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak

MENRIZAL NURDIN

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> OPINI

HALAMAN 38

menghalalkan berburu ketika sedang mengerjakan haji’’. ‘’Dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam berihram’’. Mengapa dikatakan hal ini menjadi ujian yang sangat besar? Di sinilah letak ketaatan para sahabat Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam yang patut dicontoh. Ini berbeda dengan sikap para sahabat Nabu Musa (Bani Israil) yang juga diceritakan Allah dalam Alquran. Sahabat Nabi Musa diharamkan untuk menangkap ikan di hari Sabtu, namun para pengikut Nabi Musa memodifikasi larangan itu dengan memasang perangkap di Hari Jumat dan hari Ahad baru mereka panen. Atas kejadian itu, maka Allah melaknat mereka. Dapatlah dibayangkan, betapa ujian yang Allah berikan kepada para sahabat dalam berhaji, sangat berat. Keterangan dari para ulama, ketika ketentuan dilarang berburu itu turun, dalam perjalanan sahabat dari Madinah ke Makkah yang berhari-hari itu (dalam kondisi berihram), binatang liar saat itu sangat banyak sepanjang perjalanan dan mudah untuk ditangkap. Namun, para sahabat tetap taat, walaupun godaan perut terus menghantui.

Aplikasi larangan itu tergambar dari hadits Rasulullah, riwayat Imam Muslim No 2840. ‘’Dari Ibnu Abbas, berkata: Ash Sha’ab bin Jatstasmah Radiallahhu Anhuma, menghadiahkan keledai liar kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, sementara beliau ketika itu sedang dalam keadaan berihram, maka beliau mengembalikan keledai itu kepadanya dan bersabda ‘’Seandainya kami tidak dalam keadaan berihram, pasti kami akan menerimanya darimu’’.

Meski dalam kondisi yang cukup berat, para sahabat Rasulullah berhasil mengaplikasikan menjadi tamu Allah, dengan mengambil cara haji yang langsung dipraktekkan Rasulluah ketika itu. Dalam beberagai hadits Rasulullah menjelaskan bahwa ibadah haji, wukuf

di arafah, baik tawaf, sai (berlari-lari kecil dari Bukit Safa ke Bukit Marwa), melontar jumrah bermalam di Mina dan mustdalifah, semua itu adalah kegiatan fisik yang bukan menjadi hal utama dalam penyelenggaraan ibadah haji, tapi inti utama adalah khususnya hati kita berzikir, berdoa dan memohon ampun kepada Allah atas dosa yang kita lakukan. Lalu, selain berbagai persoalan dan kendala yang dialami jamaah haji saat ini, kita anggap ujian yang berat dari Allah sebagai tamu Allah. Tentu saja, tidak. Ujian dan tantangan itu tetap akan ada selama musim berhaji, karena sudah menjadi ketetapan Allah. Mungkin bentuk ujiannya saja yang berbeda-beda setiap generasi. Saat ini, kuliner, wisata belanja dan selfi disela-sela menyelenggarakan haji, dianggap sebuah perkembangan biasa di zaman ini. Namun patut direnungkan bagi jamaah haji, bahwa bisa jadi tiga jenis kegiatan ini, merupakan ujian yang sangat berat dari Allah. Sebab, kelihatan mudah dan menyenangkan, namun itu bisa membuyarkan inti dari pelaksanaan ibadah haji. Selamat menunaikan ibadah haji, semoga menjadi haji mabrur.***

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


SENI BUDAYA

Semangat yang Terlupakan dari Benteng Tujuh Lapis Sebagai situs sejarah yang memiliki nilai juang, Benteng Tuanku Tambusai atau juga dikenal Benteng Tujuh Lapis, memang sudah selayaknya dipelihara. Warisan seperti itulah penyambung ingatan bagi masyarakat Riau terhadap nilai historis yang terhimpun di dalamnya.

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> SENI BUDAYA

HALAMAN 40

SUDAH

sekian lama terbiar, tak terjamah, meskipun berada di depan mata. Barulah tahun ini, sebuah peninggalan cagar budaya yang terdapat di kota Daludalu, Kabupaten Rokan Hulu itu direncanakan untuk direvitalisasi. Terlambat memang, tetapi untuk sebuah niat baik tentu saja perlu disambut lega dengan harapan akan menambah kesadaran akan pentingnya menjaga warisan-warisan budaya sebagai penghubung informasi manusia hari ini ke masa lampau. Sebagaimana diketahui, Benteng Tuanku Tambusai, atau Benteng Tujuh Lapis ini merupakan sebuah peninggalan sejarah kemerdekaan Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Benteng yang dibangun pada tahun 1832 oleh Tuanku Tambusai ini, dahulunya dijadikan sebagai basis pertahanan dalam melawan penjajah Belanda. Luasnya menyamai sebuah kampung. Benteng Tujuh Lapis ini sudah sejak lama diusulkan sebagai situs cagar

budaya nasional, namun sayang, statusnya sampai hari ini masih dalam status terdaftar, belum juga meningkat ditetapkan sebagai Warisan Benda

Cagar Budaya Indonesia. Benteng ini dahulunya dibangun menggunakan material tanah liat di tepi Sungai Batang Sosa, Tambusai. Benteng yang juga dikenal sebagai Benteng Aur Berduri ini akhirnya jatuh ke tangan Belanda pada 1838, setelah di gempur selama satu tahun lamanya. Konon, bekas benteng tersebut tinggalkan oleh Tuanku Tambusai pada Desember 1839. Di sekitar daerah Dalu-Dalu ini juga terdapat beberapa benteng-benteng yang oleh masyarakat setempat di sebut Kubu. Benteng itu kini berada di tengah-tengah kota kecil, kota Dalu-dalu. Berada di tepi jalan besar, tidaklah terpencil dan medannya tidak sulit. Disanalah kisah sejarah telah tertoreh, kegigihan perjuangan Tuanku Tambusai dalam melawan Belanda sehingga dia diberi gelar oleh Belanda “De Padriche Tijger Van Rokan� berarti Harimau Padri dari Rokan. Dalam upaya menjaga dan mele-

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 41

>> SENI BUDAYA starikan salah satu warisan budaya Riau ini, sebuah program telah dirancang yang disebut dengan Revitalisasi Kawasan Tradisional Bersejarah Benteng Tujuh Lapis. Beberapa kali pertemuan telah pula dilakukan, baik pihak pemerintah, swasta, lembaga dan pakar budaya bahkan pakar sejarah. Semuanya telah sepakat bulat untuk menyegerakan pelaksanaan revitalisasi ini. Untuk menjaga nilai-nilai cabar budaya, revitalisasi dilakukan dengan pendekatan kawasan sehingga kemudian, dibagilah menjadi empat zona. Di antaranya, zona inti, penyangga, pengembangan dan penunjuang. Pada zona inti yaitu situs dan perkitaran Benteng Tuanku Tambusai itu sendiri tidak boleh diapa-apakan sebelum dilakukan kajian pelestarian oleh pakar-pakar sejarah, arkeolog dan lain-lain. Oleh karena itu, tahun 2016 ini, revitalisasi akan berfokus pada zona pengembangan dan zona penyangga saja.

SEBUAH IRONI Ketua Harian Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), Al azhar menilai upaya revitalisasi terhadap warisan-warisan budaya di Riau ini memang terkesan sebuah ironi bila dihadapkan dengan semobyan-semboyan yang telah didengungkan. Bahwa Riau ini sebagai tanah tumpah darah Melayu, pariwisata Riau berbasiskan budaya. Persoalannya jejak-jejak informasi warisan itu benar yang terabaikan. Padahal, apabila dihadapkan dengan semboyan tersebut, maka Riau hedakanya meniscayakan adanya “sambungan”’ kita dengan masa lampau. Hal itu tentulah ada pada warisan-warisan seperti ini. Baik benda yang tak bergerak maupun benda yang bergerak. “Kalau itu tidak dipelihara, maka bualbual kosong saja semboyan itu,” kata budayawan Riau itu. Benteng Tuanku Tambusai, adalah salah satu contoh. Sudah sejak berpuluh tahun terbiarkan begitu saja. Sudah terdaftar sebagai cagar budaya namun sampai hari ini, statusnya tidak naik menjadi Benda Cagar Budaya, masih setakat terdaftar. Pertanyaannya, sambung Al azhar, kenapa begitu lama?

LAM RIAU

Kawasan pengembangan sekitar Benteng Tujuh Lapis. Di sinilah, sebetulnya terlihat belum ada upaya keras untuk sama-sama menjaga warisan budaya. Terlihat juga bahwa lembaga-lembaga yang diharapkan untuk mengawal warisan budaya Riau, baik yang benda maupun yang tak benda, itu macam tak bekerja. “Benteng Tuanku Tambusai hanya salah satu benda cagar budaya. Banyak lagi warisan budaya yang lain di Riau ini. Ke mana saja kita pergi di Riau ini banyak kita jumpai baik warisan benda budaya yang bergerak dan tak berrgerak. Tapi semua itu tak pernah ditetapkan. Padahal kita tahu urgensinya, ketika warisan itu ditetapkan, maka bisa mendapatkan perlindungan undang-undang cagar budaya, ini penting apalagi kita hidup dinegeri yang sesuka-suka hati saja,” ujar Al azhar. Namun demikian, apa yang sedang dihajatkan hendaknya didukung bersama. Dengan pengawalan-pengawalan. Dimaksudkan agar kekhawatiran hilangnya nilai-nilai budaya terhadap objek dari revitalisasi tersebut. Menurut Al azhar, zona inti yang menjadi kawasan penting, tidak boleh diapa-apakan ter-

lebih dahulu sebelum diadakan kajian pelestarian. Kondisi Benteng Tuangku Tambusai tentu tidak lagi seperti sedia kala. Oleh karenanya, perlu pengawalan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk tahap awal, reitalisasi dilakukan di luar zoan inti yaitu zona pengembangan dan zona penunjang. Jaraknya sekitar 2 km dari zona inti. Akan dibangun gerbang releif yang menggambarkan riwayat hidup Tuanku Tambusai dan perjuangannya menentang penjajah. “Kita tetap menggesa dan mengusulkan segera dilakukan kajian pelestairan itu bersamaan kajian untuk penetapan sebagai benda cagar budaya,” jelasnya lagi.

NILAI JUANG PER LU DIKEDEPANKAN Salah seorang pakar sejarah asal Pasir Pangaraian, Ridwan Melay, mengatakan, persetujuannya untuk dilakukan revitalisasi terhadap Benteng Tuangku Tambusai. Menurutnya, meskipun sudha terlabat tetapi upaya pemugaran

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> SENI BUDAYA

HALAMAN 42

dan revitalisasi itu menjadi penting hari ini sebagai warisan kepada generasi sekarang dan masa depan bangsa untuk membentuk jiwa nasionalisme Indonesia. “Sementara benteng-benteng perjuangan di tempat lain, sudah sejak lama dilakukan pemugaran sebagaimana layaknya,” jelas Wakil Ketua Masyarakat Sejarahwan Indonesia (MSI) itu. Selain itu, menurut dosen Prodi Pendidikan Sejarah Unri itu, Benteng Tuanku Tambusai adalah bukti karya nyata anak bangsa Indonesia, bukti kepahlawanan Tuanku Tambusai sebagai seorang yang ahli dalam strategi perang melawan pemerintah Belanda. Bentuk Benteng Tuanku Tambusai, unik dan tidak ada yang menyerupainya. Tetapi yang terpenting adalah pemugaran itu nantinya tidak melanggar UU.

“Kita jangan melanggar hukum. Ikuti aturan sesuai dengan UU No. 11/2010 tentang Cagar Budaya. Selain itu, menghargai dan membangun kesadaran sejarah itu, jangan setengah-setengah,” kata Ridwan Melay. Hal serupa juga disampaikan salah seorang akademisi bidang kebudayaan, Dr Junaidi. Katanya untuk memastikan mana zona inti dan apa-apa yang terapat di dalam zona inti itu memang diperlukan sebuah kajian pelestarian. Sehingga dalam pemugaran itu nantinya, benteng yang seharusnya menjadi lambang semangat perjuangan bagi anak negeri ini tetap seperti semula keasliannya. Disadarinya, orisinalitas itu sendiri perlu pula dipahami juga. Dalam artian, yang hendak dikembalikan itu berdasarkan periode yang mana. Benteng

itu sebagai kawasan tempat bertahannya melawan Belanda, keadaannya pastilah berbeda dengan sesudah Tuanku Tambusai keluar dari benteng itu. Dan tentu jauh berbeda pula dari keadaan sekarang, apalagi dipengaruhi faktor alam dengan kurun waktu yang tidak sebentar itu. Disanalah diperlukan kajian-kajian yang mendalam sehingga apa yang diharapkan bersama dapat terwujud. “Menurut saya, yang tak kalah penting itu, adalah mengharapkan dari upaya revitalisasi ini, agar figur Tuanku Tambusai lebih ditonjolkan dalam simbol-simbol budaya yang mudah dikenali, diingat, dan mengedepankan nilai dan semangat serta citra keperkasaan beliau dalam berjuang,” ujar Wakil Rektor Unilak tersebut.(Jefrizal)

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> T A R I

HALAMAN 43

Penari Riau Ikuti Sasikirana Dance Camp SASIKIRANA Dance Plus adalah sebuah helat bermula dari inisiatif yang lahir dari Bengkel Tari Ayu Bulan (BTAB). Kegiatan yang berlangsung di Nuart Sculpture Park, Bandung 2016, ini, mendapat bantuan dari dana Hibah Bakti Budaya Djarum Foundation. Salah seorang penari asal Riau yang lulus seleksi di ajang bergengsi ini adalah Dewi Safrila Darmyanti. Mahasiswi yang sedang menyelesaikan studi Pascasarjana di ISI Padangpanjang ini mengatakan, helat yang digagas oleh Keni Soeriaatmadja adalah sebuah program yang menghimpun seniman tari bukan hanya nasional tetapi juga penari dari luar negeri. Katanya, Sasikirana Dance Camp 2016 “Dance City, Density� yang diselenggarakan dari 1-9 Agustus 2016, diawali proses pendaftaran terbuka sejak April 2016 lalu. Kemudian diseleksi oleh tim juri untuk kemudian dapat menjaring 25 seniman tari yang aktif baik nasional atau internasional. Di antara seniman tari yang terpilih selain dirinya mewakili Riau adalah Ferry Cahyo Nugroho (Magetan), Andhika Annisa (Bali), Heidy Dwiyanti (Bekasi), Herdi Muhammad (Bandung), Sherli Novalinda (Padangpanjang), Syifa Nur Muslim (Bandung), Eka Wahyuni (Berau), Tutu Wisti Sabila (Klaten), Razan Mohammad (Jakarta), M. Dinu (Malang), Junaida (Medan), Satriya (Bekasi), Laila Putri (Serang), Fernandito (Maluku Utara), Greatsia Yunga (Maluku Utara), Veyndi Dangsa (Maluku Utara), Patricia (Malang), Josh (Jakarta), R. Angga (Bandung), dan Rosalia (Yogyakarta). Sedangkan peserta internasional, Lim Pei Ern (Malaysia), Dinie Dasuki (Singapura), Sompong Leartvimolkasame (Thailand), dan Ari Rudenko (Amerika Serikat). Kemudian 6 Peserta Koreo Lab yaitu Muhammad Asri

Bin Razali (Singapura), Yudi Tangker (Tanjung Pinang), Dekgeh (Bali), Tyoba Armey (Bandung), Siska Aprisia (Padangpanjang), dan Ridwan Aco (Makasar). Kegiatan ini, lanjut Dewi, didukung oleh beberapa mentor baik dalam negeri dan luar negeri seperti Hartati(Indonesia), Faturrahman Bin Said (Singapura), dan Arco Renz(Belgia) serta

kurator atau observer Eko Supriyanto (Indonesia). Dalam rangkaian program yang diikuti, kata Dewi, bertujuan untuk memberikan kontribusi dan menyatukan pola pikir antar seniman yang berbeda agar menjawab kegelisahan yang sedang terjadi di dunia seni Indonesia pada saat ini, khususnya seni tari kontemporer Indonesia.

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> T A R I

HALAMAN 44 Karena kesulitan utama saat ini, adalah sangat sulit menyatukan pembedahan pola pikir hingga antara satu dengan yang lainnya sama. Membongkar pola pikir yang sudah ada bahkan tertanam di dalam setiap tubuh penari bahkan koreografer bukan perkara yang mudah, tetapi para peserta belajar bagaimana melakukan pencaharian di titik kosong untuk mengekpresikan diri, menerjemahkan gagasan yang disampaikan oleh tubuh. Menurut Dewi, kegiatan ini sangat bermanfaat untuk seni pertunjukan khususnya seni tari kontemporer. Diantara manfaat yang dirasakan selama mengikuti program ini, dapat menjawab kegelisahan yang sedang melanda seni tari kontemporer bahkan

perkembangan seni pertunjukan “Seharusnya seniman tari di Riau baik pemula ataupun yang sudah lama berkecimpung di dunia kesenian hendaknya juga berkesempatan bergabung dengan kegiatan-kegiatan seperti ini, karena penyatuan ide dan gagasan serta mengasah kemampuan kita dibantu oleh para mentor dan kurator,” ujarnya kepada. Bahkan di ajang itu juga, kesempatan untuk memiliki tempat bertukar pikiran dengan para peserta dance camp yang lainnya. “Saya yakin, temanteman di Riau mempunyai potensi atau bakat khususnya di bidang seni tari baik tradisi atau kontemporer. Mengikuti kegiatan ini supaya kita mempunyai sudut pandang yang baru dan belajar hal yang

baru. Saya berharap semoga tahun depan peserta koreolab dan dance camp ada yang berasal dari Riau kembali karena di tahun sebelumnya sudah ada peserta dance camp dari Riau Dyan Indah Purnama Sari,” jelasnya. Gadis Riau yang dalam kesempatan itu terlibat dalam sebuah karya tari berjudul Pensucian karya Ridwan Aco (Makasar), juga menyebutkan sebagai pelaku tari, dirinya tak pernah berhenti belajar dan mencari hingga akhir hayat, karena kesenian yang tentu hasil dari sebuah proses, masih banyak harus dilakukan pembedahan atas diri, belajar dan terus belajar khususnya dibidang seni tari. “Semoga seni tari di Riau tetap dan semakin berkembang,” tutupnya.(Jefrizal)

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 45

>> SENGGANG

Pada Zaman Dahulu FRASA “pada zaman dahulu” atau “pada suatu hari” seolah telah menjadi miliknya dongeng. Sebab, dongenglah yang kerap memakainya sebagai pembuka cerita. Cerita-cerita modern (cerpen dan novel misalnya), kemudian seolah enggan memakainya. Takut klise. Kuatir dianggap tak kreatif. Jadul, alias ketinggalan zaman. Tapi, kenapa agaknya dongeng gemar memakai frasa itu?

HEMAT

saya, karena dongeng henbabkan terjadinya keberjarakan puisi dengan dak mengatakan kepada pembacanya pembacanya. (atau pendengarnya), bahwa cerita-cerita Padahal, kalau kita bersetuju dengan (dongeng itu) memiliki “dunianya sendiri.” Roman Ingarden (dalam A. Teew, 1988), ia Dengan begitu, sekaligus ia hendak menmenjelaskan bahwa karya sastra itu memiyarankan bahwa, mari bebas berimajinasi, liki struktur yang obJektif, tidak terikat pada mari untuk tidak terlalu repot-repot mencari pembaca, memiliki kemandirian terhadap relasinya (ataupun rujukannya) dengan kekenyataan, bersifat skematik dan selektif, dan hidupan nyata. Sebab dunia yang dibangun tidak pernah menciptakan gambaran dunia dalam dongeng itu, adalah sebuah realitas yang sesungguhnya. Tersebab teks sastra tidak yang terjadi “pada suatu hari”—yang bukan identik dengan dunia nyata, mandiri terhadap hari ini dan entah kapan, atau “pada zaman kenyataan, maka di situ letak wilayah tafsir dahulu”—yang entah di zaman apa. terbuka. Wilayah dimana, antara fiksi dan fakta Dan konsepsi semacam itu, sesungguhdipertemukan dalam sebuah “percakapan” nya adalah juga konsepsi yang (menurut yang saling melengkapi. MARHALIM ZAINI banyak pakar) digunakan dalam salah satu Dengan begitu, kita pun akan bersepakat cara mencerna karya sastra modern—terutama puisi, yang bahwa Ingarden tidak sedang mengatakan pada kita bahwa mengandung kerumitan bahasa lebih tinggi dibanding prosa. sastra itu tidak butuh pembaca. Akan tetapi, agaknya ia ingin Todorov dalam The Poetics of Prose (1977) bilang, bahwa menandaskan bahwa, “sastra butuh cara membaca.” Cara cara pembacaan sebuah karya sastra itu sudah “tersedia” di membaca—memperkuat kembali Todorov—yang sesungdalam teks itu sendiri. Artinya, kita tidak perlu menghubuguhnya telah tersedia di dalam teks sastra itu sendiri, begitu ng-hubungkannya secara agak “memaksa” dengan dunia kita menyadari bahwa ia memiliki dunianya sendiri, memiliki (realitas) di luar teks. “hari” dan “zaman”-nya sendiri. Memaksa yang saya maksud adalah, ketika seseorang Sebagaimana dongeng, yang bisa membuat semua membaca karya sastra, ia kerap memiliki kecenderungan makhluk bisa bercakap-cakap dengan bahasa manusia, untuk mencocok-cocokkannya dengan realitas keseharian maka demikianlah pula teks sastra (modern). Bahkan, ketika yang terjadi selama ini. Ia menganggap, karya sastra yang kita berharap misalnya, menemukan puisi (sastra modern) tengah dibacanya itu, tidak mandiri, sekaligus tidak obyekbercakap-cakap “lebih liar” melebihi bahasa yang digunakan tif. Sehingga, begitu ia menemukan sebuah puisi yang rumit oleh manusia, toh sastra lisan—melalui mantera—telah misalnya, yang tidak ia temukan kecocokannya dengan pun lebih dulu melakukannya. Sayangnya, kita selama dunia realitas keseharian, baik bahasa maupun maknanya, ini memang telah terlanjur percaya bahwa dunia ini telah maka ia pun berkesimpulan bahwa puisi tersebut “susah terkotak-kotak, disekat-sekat dalam kategori-kategori, yang dibaca.” Dan saya kira, hal inilah yang selama ini menyekadang cenderung membunuh imajinasi.***

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> RESENSI BUKU

HALAMAN 46

Menjadi Hud-hud di Negeri Saba’ ADA

banyak orang yang suka melakukan kegiatan berjalan untuk berwisata, atau yang sering disebut dengan istilah rihlah dalam bahasa Arab. Akan tetapi tidak semua orang mampu mengambil pelajaran dari setiap perjalanan yang dilakukan. Kebanyakan orang cukup mengabadikan perjalanan mereka melalui foto-foto dan caption pendek yang diunggah ke jejaring sosial. Lalu menimbulkan decak kagum orang yang melihatnya. Tetapi mereka lupa mengambil banyak pelajaran dari setiap rihlah yang dilakukan, bahkan membuat ekspansi lebih luas terhadap hal-hal yang ia saksikan dalam perjalanan tersebut. Perjalanan keliling dunia untuk mengambil banyak hikmah dilakukan oleh orang-orang besar dan yang selalu berpikir dan menghayati saat menyaksikan sesuatu. Aktivitas dakwah ternyata juga bisa disematkan melalui kegiatan rihlah tersebut. Dan mereka yang mengaku sebagai pendakwah, sudah selayaknya mengembangkan sayap dakwahnya ke seantero dunia. Tidak lagi berebut ladang dakwah di negeri sendiri. Sebab ada banyak negeri yang bisa disinggahi dan membutuhkan cahaya penerangan dari dakwah itu sendiri. Bukankah kisah burung Hud-Hud yang merasa risau saat menyaksikan negeri Saba’ yang menyembahkan matahari patut kita jadikan sebagai pelajaran. Seekor burung memiliki semangat untuk menyebarkan kebaikan, apakah kita sebagai manusia yang memiliki akal pikiran hanya akan puas dengan foto-foto di sebuah negara yang kita singgahi. Inilah sebuah renungan perjalanan rihlah dengan tujuan yang

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 47

>> RESENSI BUKU mulia, yakni menyebarkan nila-nilai dakwah. Kita ingin menjadi Hud-Hud dan Sulaiman, yang berjalan mengelilingi dunia untuk menyebarkan nilanilai kebaikan dakwah. Itulah yang kita katakan sebagai rihlah dakwah. Siapa yang tak kenal Salim A Fillah, penulis unggulan penerbit Pro U Media, Jogjakarta yang dikenal dengan tulisan-tulisan penuh hikmah dan cerdas dalam penyajiannya. Salim A Fillah menulis tentang banyak hal yang ia temukan dalam perjalanan rihlah dakwahnya di jejaring sosial seperti Instagram dan Facebook. Lalu kisah-kisah menghentak dan penuh hikmah tersebut diabadikan oleh Pro U Media ke dalam sebuah buku berjudul Rihlah Dakwah. Buku yang cukup tebal ini berisia catatan perjalanan, data akurasi yang lengkap, serta hikmah-hikmah yang kadang tak pernah terpikirkan oleh kita. Secara umum, buku Rihlah Dakwah karya Salim A Fillah tersebut berisi dua bagian yang sangat humanis. Bagian pertama berisi tentang Nusantara

(dan Islam di dalamnya tentunya), membahas berbagai macam dari mulai kerajaan-kerajaan, pakaian, kebudayaan dan lainnya yang ditilik dari sejarah dan masih bersambung dengan dunia Islam. Bahasan ini menunjukkan pengetahuan penulis yang cukup mendalam akan keberadaan Islam di Indonesia dalam sudut pandang sejarah dan budaya di Indonesia. Penuh dengan referensi yang shohih serta data-data yang akurat seperti kebiasaan penulis dalam setiap karya tulis yang ia sajikan. Bagian kedua dari buku Rihlah Dakwah tersebut, berisi mengenai “Rihlah Dakwah� beliau ke berbagai negara, utamanya saat beliau diundang ke berbagai negara: Swiss, Austria, Inggris dan negeri lainnya. Dengan pengetahuan beliau yang luas (dan lagi-lagi gaya penuturannya yang khas), maka kita seolah dipandu secara langsung olehnya seraya menikmati tempat-tempat yang sedang dituju, meski -sekali lagi- terkadang pembahasan tidak begitu mendalam. Hal ini tentu saja disebabkan karena tulisan yang beliau

buat tujuan awalnya hanya untuk diunggah di sosial media. Sehingga cukup berbeda dengan gaya kepenulisan buku Salim A Fillah pada umumnya. Meskipun belum dikupas secara mendalam, dalam buku ini Salim A Fillah mampu memberikan inspirasi besar terhadap setiap muslim untuk bisa berjalan ke berbagai penjuru dunia guna menyebarkan nilai-nilai dakwah Islam yang rahmatan lilalamin. Dunia akan semakin luas jika kita berjalan. Dan sebaik-baik perjalanan adalah rihlah untuk aktivitas dakwah menyebarkan kebaikan. Buku penuh hikmah ini layak dibaca oleh siapa saja yang mengaku muslim, yang menginginkan setiap perjalanan yang mereka lakukan memiliki manfaat yang besar. Bukan sekedar untuk dirinya tapi juga orang lain. Bukan sekedar foto-foto di instagram tapi juga memiliki catatan pahala di sisi Allah SWT.*** Nafiah Al Marab, bergiat di Forum Lingkar Pena Riau.

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> OBITUARI

HALAMAN 48

“Selamat Jalan Eddy Silitonga…” Eddy Silitonga meninggal karena komplikasi gula dan jantung. Dia penyanyi yang punya peran penting perkembangan music pop Indonesia.

MENINGGALNYA

penyanyi senior Eddy Silitonga menyisakan duka bagi dunia hiburan tanah air. Bagaimana tidak, musisi yang lahir di Pematang Siantar, 17 November 1950 lalu itu adalah sosok yang multi-talenta. Dia terkenal lewat sederet prestasi dan beragam karya. Eddy Silitonga dikenal berkat suaranya yang tinggi dan melengking. Dia adalah anak k empat dari 11 saudara buah hati pasangan Gustaf Silitonga dan Theresia Siahaan. Mendiang Eddy Silitonga memulai karier bernyanyi pada 1967. Kala itu dia meraih Juara 1 Penyanyi Seriosa Sumatera Utara dan meraih Juara Pop Singer di Medan. Di puncak ketenarannya Eddy menyanyikan lagu “Biarlah Sendiri” ciptaan pengarang dan penyanyi senior Rinto Harahap pada tahun 1976. Berkat lagu itu dia juga meraih juara ke-4 Festival Lagu Popular yang digelar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Prestasinya tidak berhenti, meski berasal dari Tanah Batak, Eddy Silitonga dengan membanggakan juga mendapat juara pertama pria Lomba Lagu Minang pada tahun 1983. Sebelumnya dia sempat mengenyam bangku kuliah di Institut Teknologi Mapua, Filipina. Pada masa itu dia juga membentuk group sendiri yaitu Eddy’s Group pada puncak kejayaannya 1976-1979. Berkat keteladanan itu Eddy kemudian diangkat menjadi sekretaris PAR-

SEL (Pengayuban Artis Jakarta Selatan) yang diketuai pelawak Ateng dan Is Haryanto. Segudang lagu daerah pernah dipopulerkan Eddy Silitonga. Seperti, “Alusi Au” (Batak), “Romo ono Maling” (Jawa), “Ngawujudku Tika-tika” (Ogan Kemering Ulu), “Ade Dide Kah” (Lahat), “Belek Gi” (Lubuk Linggau), “Ndungku” (Muara Enim), “Songon Bulan” (Batak), “Dabu-dabu Lo Tamate” (Gorontalo), “Himbulomu Pulau Salah Nama” (Melayu Batu Bara), dan “Manyuruak di Lalang Sahalai” (Minang). Bakat Eddy Silitonga bukan hanya sebagai penyanyi. Dia juga sempat menjajal seni peran lewat film Kembalilah Mama tahun 1977 disutradarai oleh Abubakar Djunaedy. Meski kini telah berpulang, semua karya-karya Eddy Silitonga akan menjadi abadi sebagi sejarah betapa cintanya beliau terhadap lagu pop dan lagu daerah. Seperti diketahui, jagad hiburan Tanah Air kembali berduka. Penyanyi pop legendaris, Eddy Silitonga meninggal dunia pada 25 Agustus 2016 sekitar pukul 00.05 WIB di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. “Malamnya sekitar pukul 20.00 WIB, ayah menjalani proses pengeluaran racun dengan menggunakan alat. Namun sekitar pukul 00.05 WIB, dinyatakan sudah tidak ada lagi,” kata Mario Marco saat dihubungi awak media, Kamis (25/8) pagi. Mendiang Eddy Silitonga diketahui menderita peyakit diabetes dan jantung. Dia sempat dikabarkan koma, meski belakangan kondisinya membaik

PENYANYI MULTITALENTA Pengamat musik senior, Bens Leo ikut berduka atas perpulangnya Eddy Silitonga. Dia mengaku sangat sedih

ketika mendengar kabar meninggalnya rekannya itu. Pria 64 tahun itu pun mengenang kehidupan Eddy Silitonga jelang menemui ajal. Bens Leo menyebut Eddy tidak pernah bercerita maupun mengeluh soal sakit yang dideritanya. “Bang Eddy itu orangnya ngga mau mengeluh dan repotin orang. Dia ngga mau cerita soal kondisinya, bilangnya sehat, selalu begitu. Padahal rekan-rekan musisi bersedia membantu beliau,” kata Bens Leo. “Dia sempat cerita ke saya belum punya BPJS saat mau masuk rumah sakit,” sambungnya. Wartawan musik senior itu menyebut sangat merasa kehilangan atas wafatnya Eddy Silitonga. Bukan hanya dia, namun menurutnya Indonesia kehilangan musisi pop terbaik yang pernah ada. “Indonesia kehilangan musisi pop serba bisa. Dia bisa menyanyikan lagu pop dan lagu daerah dengan baik,” ujar Bens. Dijelaskan oleh Bens, Eddy adalah salah satu penyanyi yang berpengaruh dalam perkembangan musik pop di tanah air. “Bang Eddy sangat berpengaruh di musik pop Indonesia. Selain Chrisye dan Rinto Harahap, beliau memberi warna berbeda di industri musik terutama pop,” kata Bens Leo. (hbk/jpg/berbagai sumber)

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 49

>> F I L M

3 SRIKANDI,

PERJUANGAN SEKEPING PERAK Perjuangan meraih medali perak ternyata bukan hal yang mudah dilakukan tim panahan Indonesia di Olimpiade Seoul 1988. Film ini menceritakan hal itu.

DI

Olimpiade Seoul 1988, Indonesia mencatat sejarah besar. Untuk pertama kalinya, bendera merah-putih ikut dikibarkan dalam penghormatan pemberian medali. Memang bukan medali emas. Tetapi menjadi nomor dua alias perak, pada masa itu, amatlah membanggakan. Meski bukan Indonesia Raya yang dikumandangkan, tetapi terkereknya merah-putih dalam penghormatan itu, membuat kita bangga. Itulah medali pertama dalam sekian kali keikutsertaan Indonesia di Olimpiade. Sebuah pesta olahraga multiiven dunia, yang siapapun yang ikut, akan merasakan nuansa magis. Sebuah nuansa yang muncul dengan sendirinya mengingat bagaimana sejarah Olimpiade itu sendiri muncul sebagai jawaban bahwa hanya dalam ajang olahragalah suasana persaudaraan antarbangsa terlihat. Di luar itu, dentuman misiu dan kejahatan kemanusiaan karena perang dan sebagainya, menjadi santapan kita sehari-hari. Dan medali (perak) pertama yang didapatkan Indonesia itu berasal dari cabang olahraga panahan. Cabang olahraga yang sebenarnya sejak dulu sudah menjadi senjata leluhur secara tradisional, tetapi dalam masyarakat modern kita kurang dikenal dengan baik. Perjuangan trio Srikandi peraih perak itulah yang kemudian diangkat ke layar perak menjadi sebuah film yang sepertinya “dipersiapkan� untuk dipu-

SCREENRANT.COM

INTERNET

tar saat Olimpiade Rio 2016 dimulai. Sebuah cara mengingat yang baik dengan sebuah film. Judulnya: 3 Srikandi. Selama ini, kita tak punya terlalu banyak memiliki genre olahraga dalam film nasional. Kalaupun ada, biasanya kebanyakan membahas sepakbola den-

gan berbagai judul. Di bulutangkis ada King. 3 Srikandi muncul dengan soal panahan yang memang kurang familiar dibanding cabang olahraga lainnya di kalangan masyarakat kita. Paling tidak, rilis yang tepat saat Olimpiade Rio di balik harapan-harapan keberhasilan

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> F I L M

HALAMAN 50

INTERNET

atlet kita, bisa sedikit lebih mendorong animonya. Tapi apa yang diangkat sebagai kisah nyata dari Olimpiade Seoul 1988 memang perlu diketahui lebih luas. Mendapat medali perak dalam panah beregu, di tahun itu – adalah sesuatu yang sangat spesial. Menjelang Olimpiade Seoul 1988, Sekjen PERPANI, Udi Harsono (Donny Damara) mempersiapkan atletnya untuk berlaga. Namun satu-satunya harapan untuk melatih atlet putri ada pada Donald Pandiangan (Reza Rahadian), mantan atlet nasional yang dijuluki “Robin Hood Indonesia”, namun frustrasi karena kecewa kegagalan keberangkatan ke Moskow 4 tahun sebelumnya dicampuri urusan politik. Sempat menolak, Donald akhirnya bersedia melatih tiga yang terpilih, Nurfitriyana Saiman (Bunga Citra Lestari), LiliesHandayani (Chelsea Islan) dan Kusumawardani (Tara Basro). Tapi ini bukan perkara mudah karena gemblengan Donald yang disiplin harus diwarnai konflik intern ala wanita di antara 3 srikandi panahan ini. Walau punya background iklan yang pas dengan genre-nya, debut sutradara Iman Brotoseno ternyata masih cukup tertatih-tatih buat bercerita. Ada beberapa detil yang terasa melompat, sementara ia juga gagal

INTERNET

menaikkan level-nya di klimaks final yang seharusnya bisa lebih mendebarkan dalam memperkenalkan panahan lewat film kita. Ada beberapa usaha yang terlihat, namun dengan minimnya detil-detil informasi dan rules of the game dalam kompetisi cabang olahraga yang diangkat –-yang rata-rata tak diketahui banyak lapisan selayaknya cabang lain, sebagian montase-mon-

tase klimaksnya malah terasa kelewat bombastis ketimbang meyakinkan. Masa iya rakyat kita di tahun itu sebegitu antusiasnya mengikuti hasil panahan lewat radio hingga lapis masyarakat terkecilnya? Belum lagi soal justifikasi disiplin ateit menjelang pengujungnya, di mana tahapan-tahapan dialog dalam skrip Swastika Nohara bersama Iman (super-

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 51

>> F I L M

INTERNET

visi oleh Adi Nugroho) malah memberi impact cukup fatal ke persuasi rasa patriotisme yang seharusnya muncul lewat tema seperti ini. Penutup yang seharusnya bisa jauh lebih menyentuh buat membidik puncak hubungan 3 Srikandi dengan Pandi di tengah kemenangan mereka pun seakan jadi menguap begitu saja. Begitupun, penggarapan teknis terutama tata artistik Frans XR Paat dengan pendekatan nostalgik 80an-nya bisa dibilang cukup baik. Tata kamera dari Ipung Rachmat Syaiful juga bekerja dengan baik di bagian-bagian terpentingnya. Begitu pula gimmick-gimmick ‘80an lain dengan OST vintage dari Kla Project, Ruth Sahanaya plus Vonny Sumlang di selipan adegan musikal yang cukup padu dengan tone pencer-

itaan yang mereka pilih sejak awal. Dari dramatisasi klise konflik atlet dengan orangtuanya ke romantisasi love parts di tengah ketiga karakter ini plus secuil tragedi –yang juga tak kalah klise-- 3 Srikandi memang seakan tak pernah menempatkan dirinya sebagai sports biopic klasik tapi lebih ke pola Disney Matinee sports dengan elemen Girls Just Want to Have Fun di bangunan interaksi karakter-karakternya. Bisa jadi flaws buat yang mengharapkan tontonan lebih serius, tapi jelas tak mengapa. Memerankan Donald Pandiangan, meski masih ada sedikit pengaruh peran Habibie dan dialek yang masih belum seratus persen pas, Reza Rahadian tetap bertransformasi begitu jempolan seperti biasanya. Selebihnya bermain baik, tapi yang paling menon-

jol justru Chelsea Islan dengan gestur teledor di balik dialek Jawa Timur medoknya. Bunga Citra Lestari mungkin tak mendapat treatment sebesar itu bahkan dibandingkan Tara Basro, tapi mereka tetap bermain baik dengan dukungan supporting cast yang bagus terutama dari Donny Damara, Indra Birowo, dan Mario Irwinsyah. Dengan kelebihan dan kekurangan itu, 3 Srikandi untungnya tetap tak terjebak sebagai biopik olahraga yang gagal. Meski tak bisa benar-benar maksimal memanfaatkan potensi yang dimilikinya, juga dalam membangkitkan rasa patriotisme lewat turnamen olahraga, ini paling tidak masih bisa menghibur bak film-film matinee Disney dalam genre sama. (danieldokter.wordpress. com/hbk/berbagai sumber)

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> W I S A T A

HALAMAN 52

IKAN RAMAH DI RUBIAH Banyak kesenangan yang ditawarkan tanah paling ujung Indonesia, yaitu Pulau Sabang. Ya, catatan Swarnadwipa rata-rata hal yang paling dicari di sana adalah bersantai dan snorkeling di sekitar Pulau Rubiah.

SEPERTI yang dilakukan Nurul dan dua orang anaknya. ‘’Pengalaman di Pulau Rubiah adalah satu yang terbaik dan sulit dilupakan. Terlebih untuk Daffa’ & Abyan. Karena di sanalah untuk pertama kalinya mereka snorkeling dan melihat langsung dunia bawah laut yang mempesona,’’ ungkap Nurul di dalam akun medsosnya. Bagaimana tidak terpesona, air laut di sekitaran Pulau Rubiah sangat bersih dan jernih. Saking beningnya, dasar laut dan ikan-ikan bisa terlihat dari atas, tanpa harus menyelam lagi. Beruntung Nurul datang ke sana bukan saat hari libur, sehingga di Iboih maupun di Pulau Rubiah suasananya sepi.

Biasanya pada hari libur, Pulau Rubiah dipenuhi wisatawan, dan kebayakan wisatawan lokal. Maka sangat wajar jika Nurul dan pengunjung yang lain bercerita bahwa Pulau Rubiah adalah tempat wisata keluarga favorit bagi warga sekitar Sabang atau pun Aceh, juga wisatawan lokal lain. Dikatakan Nurul, ada satu hal yang membuatnya tetap menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi ikan-ikan, yaitu banyaknya kima yang hidup di sana. Seperti diketahui, kalau kima merupakan biota laut yang bisa membersihkan air laut. Karena tubuhnya dapat menjadi

filter saat menyerap air dan mengeluarkannya kembali. Belum lagi jutaan telur yang ia hasilkan, menjadi pabrik makanan bagi ikan-ikan. Nah, ikan-ikan di Pulau Rubiah itu jinak-jinak. Sepertinya mereka sudah sangat terbiasa diberi makan oleh wisatawan. Bahkan pedagang makanan di Pulau Rubiah pun menyarankan Nurul membeli mie di warungnya untuk diberikan kepada ikan. ‘’Benar saja, saat kami mencoba menebar sedikit remahan mie instan, ikan-ikan langsung berkerumun di tepian pantai, mengelilingiku beserta Daffa & Abyan,’’ katanya. Air yang jernih, ikan yang banyak,

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 51

>> W I S A T A

& cuaca cerah, adalah perpaduan yang pas untuk didefinisikan sebagai hari yang indah dan sempurna di Pulau Rubiah. Sebenarnya, jika ingin menikmati keindahan underwater yang lebih baik lagi, dengan terumbu karang yang masih terjaga dan biota laut yang lebih banyak jenisnya, bisa menyewa perahu untuk berkeliling dan mengantarkan kita ke spot snorkeling dan penyeleman yang bagus. Jadi, setelah lelah bermain-main dengan ikan di depan Pulau Rubiah (sisi barat pulau), Nurul kemudian hanya leyeh-leyeh (bersantai) saja di pantai hingga sore dan malah sempat tertidur di kursi dan bangku yang ada di pantai. ‘’Sayang tidak ada hammock. Jika ada hammock, pasti pengalaman tidur siang di pantai di Pulau Rubiah akan lebih sedap,’’ katanya. Hammock adalah salah satu peralatan adventure yang sangat cocok untuk dibawa ke pantai. Malah sekarang, para traveler tidak hanya menjadikannya barang yangvwajib dibawa ke pantai, tetapi juga ke gunung, atau untuk aktifitas outdoor lainnya. ‘’Ya wajar, hammock memang enak banget did akai untuk bersantai, dan traveling adalah salah satu cara untuk memperoleh kesenangan bersantai

sejenak dari rutinitas sehari-hari,’’ katanya.

TENTANG PULAU RUBIAH Pulau Rubiah terletak di sebelah timur Pulau Weh, tepatnya di dekat pantai Iboih dan atau pantai Teupin Ayeu. Jaraknya dari pantai sekitar 350an kilometer. Untuk menuju ke Pulau Rubiah bisa menggunakan perahu yang disewakan di Pantai Iboih. Ada berbagai jenis perahu yang bisa disewa, di antaranya yaitu perahu boat dan parahu kayu. Tarifnya juga berbeda-beda. Jika hanya antar jemput ke Pulau Rubiah seperti kami krmarin, tarifnya Rp300.000 untuk perahu boat dengan kapasitas maksimal 10 orang. Tarif perahu kayu sebenarnya lebih murah, hanya saja kapasitas penumpang yang bisa diangkut tidak banyak. Hanya 4 orang saja. Sedangkan jika ingin diving, tarif boatnya akan dihitung per jam. karena kita akan diantar ke spot-spot diving yang oke. Di Pantai Iboih, terdapat satu dive center yang menyewakan peralatan diving, dan ada banyak sekali yang menyewakan peralatan snorkeling. Harga sewa peralatan snorkeling di Iboih relatif murah, hanya Rp45.000

saja untuk dipakai seharian. Satu set peralatan snorkeling yang disewakan mencakup pelampung (life vest), masker & selang snorkel. Untuk anak-anak, disediakan juga pelampung dengan ukuran khusus. Sebagai kawasan wisata favorite, ada banyak penginapan di Iboih, yang menjadi tempat paling mudah untuk mengakses Pulau Rubiah. Kisaran harga sewa penginapan per malam mulai Rp200.000 sampai sejutaan, tergantung fasilitasnya. Kalau aku kemarin, menyewa kamar seharga Rp350.000 dan bisa diisi 3 orang.

SARAPAN NASI GURIH Penginapan yang kami sewa di Iboih lokasinya persis di sisi pantai dan menghadap ke timur, berseberangan dengan Pulau Rubiah. Dari depan penginapan kami biaa menikmati panorama sunrise yang lumayan. Setiap pagi, setelah bersantai sambil meninkmati panorama matahari terbit yang menenangkan, kami akan mencari sarapan di sekitar pantai. Menu favoritku adalah nasi gurih dengan telur bulat. Harganya Rp10.000 per porsi. Terbilang murah lah, jika ditambah dengan panorama laut Pulau Weh yang spesial.(men)

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> OLAHRAGA

HALAMAN 54

LIGA CHAMPIONS

Leicester “Diuntungkan” Undian, Guardiola Bertemu sang Mantan Berada di grup “ringan” Leicester City dianggap mendapatkan keberuntungan. Sementara itu Manchester City dan Barcelona berada satu grup. Ini berarti Josep Guargiola akan bertemu sang mantan yang pernah memberikan segalanya.

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 55

>> OLAHRAGA

NASIB

baik menaungi Leicester City. Sebagai tim debutan di Liga Champions, juara Liga Inggris 2015/2016 ini masuk dalam grup “ringan� dalam babak penyisihan grup (32 Besar) Liga Champion musim ini. The Foxes tergabung dengan Porto (Portugal), Club Bruges (Belgia), dan Copenhagen (Denmark) di Grup G. Proses pengundian fase grup Liga Champions dilakukan di Grimaldi Forum, Monako, Kamis (25/8/2016) malam WIB. Direktur Kompetisi UEFA,

Giorgio Marchetti, memandu jalannya pengundian dengan dibantu oleh Ian Rush, Clarence Seedorf, Thierry Henry, Ruud van Nistelrooy, dan Roberto Carlos. Di antara tiga lawan itu, hanya Porto yang memiliki prestasi mentereng. Porto lolos ke babak utama ini setelah menyingkan tim kuat AS Roma dengan agregat 4-1. Selain menjadi klub terhebat dalam sejarah Liga Portugal (25 kali juara), Porto juga dua kali juara Liga Champions (1987 dan 2004), 17

kali juara Piala Liga Portugal, dan dua kali juara Piala Dunia Antarklub (dulu Piala Toyota). Dua lawan lainnya, Bruges dan Copenhagen, meski namanya banyak dikenal orang, tetapi secara prestasi mereka masih belum terlihat di Eropa. Di Belgia, Bruges masih kalah mentereng dibanding nama Standard Liege, atau Anderlecht. Sementara itu di Liga Denmark, nama Copenhagen masih kalah mentereng dibanding Brondby IF. Daily Mail menyebut ini keberun-

INTERNET

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


>> OLAHRAGA

HALAMAN 56

INTERNET

tungan sebagai tim debutan. Tetapi, mengingat Leicester baru pertama kali ini dalam sejarah ikut Liga Champions, dan langsung ke babak utama karena mendapat tiket juara. Bisa saja mereka akan grogi. Dengan perhitungan di atas kertas, Leicester bisa menemani Porto untuk lolos ke babak 16 Besar, atau babak knock-out. Sementara di grup lain, Barcelona dan Manchester City harus saling sikut untuk lolos. Berada di Grup C, keduanya akan berebut tempat dengan Borussia Muenchengladbach (Jerman) dan Glasgow Celtic (Skotlandia). Di atas kertas, Citizen dan Blaugrana bisa lolos. Tapi Gladbach sering menyulitkan lawan. Gladbah lolos ke babak utama lewat play-off setelah menyingkirkan Young Boys (Swiss) dengan agregat 9-2. Sedangkan Celtic menyingkirkan wakil Israel, Hapoel Beir-Sheva, dengan agregat 5-4. Yang menarik lagi, City juga datang dari play-off setelah menang telak dengan agregat 6-0 atas wakil Rumania, Steaua Bucharest. Ini menarik karena Josep Guardiola, pelatih City sekarang, adalah orang yang mengawali kesuksesannya di Barcelona sebelum pindah ke Bayern Muenchen mencari tantangan baru. Guardiola juga baru saja mereduksi kekuatan Barcelona dengan membeli kiper utama Barca, Claudio Bravo. Grup agak cadas lainnya terjadi di Grup D. Bayern Muechen yang musim lalu disingkirkan oleh Atletico Madrid di semifinal, kini bertemu kembali

INTERNET

di penyisihan grup. Nah, dua penantangnya adalah jagoan Belanda, PSV Eindhoven, dan tim kuda hitam asal Rusia, Rostov. Perlu diketahui, kemarin dinihari Rostov menyingkirkan jagoan Belanda lainnya, Ajax Amsterdam dengan agregat mencolok, 5-2. Sang juara bertahan, Real Madrid, kembali mendapat tantangan dari salah satu klub cadas Jerman, Borussia Dortmund. Keduanya bergabung di Grup F bersama Sporting Lisbon (Portugal) dan klub yang datang dari play-off, Legia Warsawa. Madrid tentu masih ingat bagaimana mereka dis-

ingkirkan Dortmund di semifinal pada tahun 2013. Ketika itu mereka kalah 1-4 di Dortmund dan hanya menang 2-0 di Santiago Bernabeau. Dortmund sendiri akhirnya kalah 0-2 dari Bayern Muenchen dalam All Germany Final di Wembley. Sementara para unggulan seperti Paris St Germain dan Juventus, mendapat lawan agak ringan. Paris satu grup dengan Arsenal, Basel (Swiss) dan Ludogorest (Bulgaria) di Grup A. Sedang Juventus akan ditantang Sevilla (Spanyol), Dinamo Zagreb (Serbia), dan Lyon (Prancis). (Hary B Koriun)

| EDISI 180/TAHUN IV z 26 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.