5 minute read

REFLEKSI SETAHUN PANDEMI COVID-19: “JANGAN KASI KENDOR”

Next Article
KANREG MENJAWAB

KANREG MENJAWAB

Selalu ada hikmah dibalik setiap pristiwa. Kalimat bijak ini tepat untuk menggambarkan refleksi setahun Pandemi Codid-19 yang melanda dunia. Pandemi ini membawa ekses negatif yang luas di banyak aspek kehidupan, sosial dan perekonomian. Ratus Juta penduduk dunia terpapar Virus dan jutaan diantaranya meninggal dunia. Pada aspek sosial tidak aklah hebatnya, interaksi langsung dibatasi dan timbul kebiasaan baru menjaga jarak, dan pemakaian masker menjadi kebiasaan baru. Sementara di bidang perekonomian, pandemic ini telah menghantam semua sector. Yang paling dirasakan adalah negara-negara yang selama ini mengandalkan sektor pariwisata dan transportasi. Pembatasan orangorang untuk bepergian menyebabkan pertumbuhan ekonomi smapai minus dua digit.

Disisi lain pandemi telah berkontribusi untuk mempercepat penerapan digitalisasi pelayanan dalam berbagai sektor. Khusus dalam pelayanan kepegawaian, pandemi telah mengubah proses bisnis yang selama ini lebih banyak dengan meodet luring menjadi serba daring. Semua layanan mendadak dan dipaksa berlangsung secara daring. Adaptasi ini mautidak mau harus dilakukan karena dalamn situasi pandemi ada pembatasan pertemuan-pertemuan secara luring, pembatasan jarak. Berbagai inovasi pun terlahir dalam situasi seperti ini.

Advertisement

Refleksi setahun pandemi bukan tentang perayaan ulang tahun pandemi Covid-19. Kalau pun kita ibaratkan sebagai seorang bayi yang terlahir ke dunia, jangankan merayakan ulang tahunnya, kapan, dimana, dan bagaimana kelahirannya saja kita tidak benarbenar paham. Otoritas kesehatan internasional dan peneliti dari berbagai negara masih berdebat soal asal muasal virus SarsCov-2 yang menyebabkan pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) ini. Pengumuman penutupan layanan pertama kali pada tanggal 22 Maret 2020

Bagaimana Kantor Regional X BKN Menyikapi nya?

Sejak Indonesia digemparkan dengan adanya kasus 01 dan 02 pada 2 Maret 2020, seluruh mekanisme kehidupan masyarakat Indonesia disesuaikan, termasuk mekanisme urusan pemerintahan. Badan Kepegawaian Negara (BKN) menyikapi kondisi ini dengan awalnya berpedoman pada Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), dan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Covid-19 Sebagai Bencana Nasional. Hingga kemudian terbitlah SE Menpan RB Nomor 19 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam Upaya Pencegahan Covid-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah. Isi surat edaran tersebut secara keseluruhan adalah mengatur bahwa ASN dapat dijadwalkan bekerja dari rumah selama kondisi pandemi serta berbagai protokol pada instansi pemerintahan. Suatu hal yang selama ini pantang dan ragu-ragu dibayangkan oleh para ASN terjadi juga. Dikatalis Covid-19, ASN kini mengenal istilah Work From Home (WFH).

PROTOKOL PENCEGAHAN COVID-19 ADALAH KERJA TIM

Mari kita melihat gambaran besar dari apa yang telah kita lalui selama setahun ini. Protokol Covid-19 bukan hanya soal WFH/WFO, meski hal inilah yang menjadi perubahan besar pada pola kerja ASN Kantor Regional X BKN. Terlebih lagi, protokol pencegahan Covid-19 bukan sekedar perkara siapa yang taat dan siapa yang tidak. Jangankan yang tidak taat protokol, yang taat pun masih beresiko terpapar. Pelaksanaan protokol kesehatan bukan sekedar urusan orang per orang, melainkan sebuah kerjasama tim. Efektivitasnya adalah ketika setiap orang dapat memainkan peranannya dengan baik. Atas hal tersebut, demi pemantauan dan koordinasi upaya bersama mengatasi pandemi ini, dibentuklah Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melalui Surat Keputusan Kepala Kantor Regional X BKN Nomor 26/KEP/KR.X/2020, yang diketuai oleh Ade Judi Basma Hantana.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 memiliki tugas menetapkan, menerapkan rencana, mengkoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi operasional dan kegiatan-kegiatan percepatan penanganan Covid-19, melakukan pengawasan pelaksanaannya, hingga melaporkan kepada Kepala Kantor Regional X BKN. Sejak Gugus Tugas dibentuk, berbagai percepatan penanganan telah diupayakan.

1. Strategi WFH/WFO

WFH/ WFO dijadwalkan sesuai beban kerja dan jumlah pegawai di masing-masing unit. Gugus Tugas senantiasa menyesuaikan kebijakan WFH/ WFO agar selaras dengan kebijakan nasional. Pada kenyataannya tidak semua pegawai menjalankan WFH/WFO sesuai jadwal. Kebanyakan karena kendala teknis dan keperluan dokumen serta sarana dan prasarana. Sebagian pegawai menerapkan jadwal dengan disiplin, sebagian lainnya terpaksa tetap ke kantor karena keperluan dan tanggung jawab pekerjaan. Pada kondisi ini, koordinasi dan kerjasama diperlukan untuk mengusahakan agar komposisi jumlah pegawai di kantor tetap sesuai

protokol. Bantulah rekan yang terpaksa ke kantor dengan menjadi pihak yang mau bekerja dari rumah, demikian juga jangan mempermasalahkan seseorang yang taat menjalankan jadwal WFH hanya karena “terkesan” lebih santai.

2. Pengecekan suhu tubuh

Pegawai yang datang ke kantor harus melalui satu pintu dan melalui pengecekan suhu tubuh terlebih dahulu.

Mereka yang suhu tubuhnya di atas 37,5 derajat

Celcius, tidak diijinkan masuk ke kantor. Penerapan protokol ini tidak sesederhana kedengarannya.

Bukan perkara mudah untuk menghentikan pegawai di gerbang masuk kantor, maupun mencegah pegawai yang ada saja mencoba untuk masuk lewat pintu belakang kantor. Pengecekan sederhana yang mungkin manfaatnya tidak kita rasakan langsung.

Namun sebaiknya protokol ini tidak dilupakan atau diabaikan secara perlahan. Meskipun kita mengenal istilah Orang Tanpa Gejala (OTG), setidaknya kita mampu menyaring pegawai yang kondisinya benarbenar tidak aman untuk bekerja di kantor. Entah dengan dugaan telah terinfeksi atau justru beresiko tertular.

3. Pelaksanaan Rapid Test dan Swab PCR masal

Sebagai tindakan antisipatif, pada tanggal 15

Juli 2020 telah dilakukan Rapid Test bagi seluruh pegawai. Masih teringat, bagaimana rasa gugup saat akan mengetahui apakah kita terpapar atau tidak. Hasil tes saat itu menyatakan tidak terdapat pegawai dengan hasil reaktif. Namun seiring berjalannya waktu, ditambah resiko penularan dari berbagai kegiatan yang mulai dilakukan, mulai lah bermunculan pegawai yang berstatus positif

Covid-19. Atas hal ini kemudian dilaksanakan Swab

PCR masal bagi seluruh pegawai Kantor Regional

X BKN yang dilaksanakan selama 3 (tiga) hari yaitu tanggal 5,6, dan 13 Oktober 2020 bertempat di RS

Udayana.

4. Transparansi Kantor Regional X BKN dalam penanganan Covid-19 Kita ini manusia, sangat alami jika kita bingung dan panik menghadapi kondisi ini. Tapi karena kita manusia lah, kita mampu beradaptasi dengan begitu indahnya dalam setiap kekacauan. Kantor Regional

X BKN layak diacungi jempol sebagai salah satu satuan kerja BKN yang dengan berani menerapkan transparansi dalam penanganan Covid-19. Pegawai yang terpapar Covid-19 diumumkan secara terbuka kepada seluruh pegawai. Hal ini adalah tindakan yang sangat dihindari bahkan enggan dilakukan satuan kerja lainnya. Setiap pegawai berhak untuk tahu kondisi yang sebenar-benarnya demi kebaikan masing-masing. Terlebih lagi, pegawai Kantor

Regional X BKN terbukti berhasil tidak overpanic dan diskriminatif terhadap mereka yang terpapar. Yang ada justru limpahan dukungan, dan doa untuk rekanrekan pegawai yang terpapar. Covid-19 bukanlah aib, mengucilkan yang terpapar tidak akan memutus rantai penyebarannya.

“Jangan Kasi Kendor”

Tindakan dan upaya tersebut tentunya di luar protokol standar yang juga telah senantiasa diterapkan seperti rutin melakukan penyemprotan disinfektan, himbauan untuk mengenakan masker, rajin mencuci tangan (termasuk peletakan hand sanitizer di berbagai tempat strategis), serta pertemuan-pertemuan yang diusahakan dengan mode online. Protokol kesehatan adalah aturan dan ketentuan yang perlu diikuti oleh segala pihak agar dapat beraktivitas secara aman pada saat pandemi Covid-19. Protokol kesehatan bukan hanya urusan Gugus Tugas, namun seluruh pegawai. Maka, jika memang kita belum keluar dari masa pandemi ini - secara kondisi maupun berdasarkan peraturan dan edaran yang diperbaharui - seharusnya tidak ada tindakan atau pembenaran yang mengarah ke pengabaian protokol tersebut. Keberhasilan kerja tim ini adalah sebanyak mungkin pagawai tetap sehat dan produktif selama pandemi Covid -19. Maka, mari kita melihat sekeliling, dan mencoba jujur terhadap diri sendiri. Protokol-protokol apa saja yang belum kita terapkan, atau malah, telah kita kendorkan?. (GC)

This article is from: