













• Majalah Kabari Digital
• Majalah Hidup Sehat
• Majalah Tur Dunia
• Majalah Extra Uang
Disebarkan ke
Lebih dari 27,000 Emails
Hubungi:
Lebih dari 25 juta Kabari YouTube Video Viewers
San Francisco : (415) 213-7323
Los Angeles : (562) 383-2100
Jakarta : (021) 4288-6112
Email: sales@kabarinews.com
Syamsi Ali Soroti Masalah Kebijakan Paspor dan Legalitas Warga Negara Indonesia di Luar Negeri
Green Card, Deportasi, dan Isu yang Beredar di Media Sosial: Penjelasan dari Pengacara Imigrasi Lia Sundah Suntoso
Keanggunan Alam Petal Reverie dari DINI By Dhini Aminarti di MUFFEST+ 2025
The Script Sukses Gelar Konser di Jakarta dan Surabaya
Energiknya Konser Maroon 5
Inovasi Berkelanjutan, Kisah Julie Sianturi Mengubah Limbah Sawit Menjadi Kain Ulos
Kisah Yayasan Widya Guna dan Piduh Charity Cafe di Bali yang Bangun Masa Depan Anak Disabilitas Melalui Pendidikan dan Pemberdayaan
Instalasi Imersif ‘BINTANG Dunia Tanpa Syarat’
Eko Saputro, Owner Pempek Raffael : Konsisten dan Kerja Keras Jadi Kunci Pempek Raffael Berkembang Pesat
Yongki Wahyono PS, Owner Yongki Batik : Ingin Melestarikan Batik sebagai Kekayaan Bangsa
Ira Poespita, Owner Siomay Dimsum Ira Puspita Food : Selalu Gunakan Bahan Baku Berkualitas
Septridayanah, Owner Berseri : Ingin Berseri Bisa Menembus Pasar Internasional
The Wheat Hadirkan Vienosserie Berkualitas Tinggi
Zante, Sentuhan Nusantara dalam Tas Kulit Eksotik
Meja Redaksi
Puji Syukur atas segala rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kepada kami waktu dan kesempatan untuk tetap terus berkarya memberikan beragam informasi yang dikemas sebagai Jembatan Informasi Indonesia – Amerika.
Majalah Kabari edisi kali ini menghadirkan beragam informasi serta artikel menarik buat para pembaca Kabari yang budiman.
Syamsi Ali yang sudah lebih dari 30 tahun tinggal di New York, memaparkan sejumlah permasalahan yang dihadapi warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri terkait kebijakan perpanjangan paspor. Simak selengkapnya hanya di cover story
Selain itu, Majalah Kabari edisi kali ini juga menghadirkan kisah menarik lainnya, seperti : Video: Lia Sundah Suntoso, pengacara imigrasi yang berpraktik di New York, baru-baru ini berbicara mengenai isu-isu yang sering beredar di media sosial terkait dengan imigrasi, terutama tentang Green Card dan deportasi. Energiknya Konser Maroon 5, The Script Sukses Gelar Konser di Jakarta dan Surabaya.
Dan masih banyak lagi artikel lainnya yang tak kalah menarik diantaranya : Inovasi Berkelanjutan, Kisah Julie Sianturi Mengubah Limbah Sawit Menjadi Kain Ulos, Keanggunan Alam Petal Reverie dari DINI By Dhini Aminarti di MUFFEST+ 2025, Video : Yongki Wahyono PS, Owner Yongki Batik : Ingin Melestarikan Batik sebagai Kekayaan Bangsa, Simak selengkapnya hanya di Majalah Kabari Edisi 211.
Kabari merupakan majalah bulanan berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh PT. Cempaka International dan didistribusikan secara gratis di seluruh wilayah Amerika Serikat.
Kantor Cabang Jakarta Cempaka Putih Timur V No.15 Jakarta, Indonesia 10510 Tel: (021) 428-86112
Email redaksi: redaksi@kabarinews.com | Iklan : sales@kabarinews.com
PENERBIT
JOHN OEI
KOMISARIS INDONESIA
OLINA HIMAYANTI
DEWAN PENASIHAT LISA TUNGKA
DIREKTUR UTAMA AMERIKA INDRIATI (VONNY) OEI
DIREKTUR UTAMA INDONESIA ANITA SETIAWARDI
PENULIS
ASBAN NATAWIJAYA
HARRY PRASETYO
PENATA ARTISTIK Yanti bi
VIDEO FANIESYAH
KONTRIBUTOR
STANLEY CHANDRA
RIANA K LIPTAK
ADMINISTRASI DEWI LIEM
IKLAN DAN PEMASARAN
WEINA TANUWIJAYA
SIRKULASI
PETER ZHAN
Syamsi Ali yang sudah lebih dari 30 tahun tinggal di New York, memaparkan sejumlah permasalahan yang dihadapi warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri terkait kebijakan perpanjangan paspor.
Dalam wawancara yang menarik bersama Kabari, ia mengungkapkan pandangannya mengenai kebijakan pemerintah Indonesia yang mempersyaratkan bukti izin tinggal legal untuk memperpanjang paspor, sebuah peraturan yang menurutnya justru memberatkan banyak warga negara Indonesia di luar negeri.
Sebagai seorang warga Indonesia yang sudah lama menetap di New York, Syamsi Ali bukan hanya seorang imam tetapi juga bekerja di Departemen Kesehatan Kota New York sebagai Chaplain atau spiritual care provider. Selain itu, Syamsi juga sedang merintis pembangunan pondok pesantren di Connecticut, sebuah inisiatif yang diharapkannya bisa menjadi tempat pendidikan bagi generasi muda Indonesia di Amerika.
Syamsi aktif dalam dialog antar agama dan membangun hubungan yang baik antar komunitas. Ia juga berperan dalam menyuarakan kepentingan warga Indonesia di luar negeri, termasuk permasalahan paspor dan status legalitas mereka.
Masalah Perpanjangan Paspor dan Surat Legalitas Tinggal
Menurut Syamsi, kebijakan pemerintah Indonesia yang mengharuskan warga negara Indonesia di luar negeri untuk melampirkan surat keterangan legalitas tinggal di negara tempat mereka berada, terutama saat memperpanjang paspor, sangat memberatkan. Banyak dari mereka yang masih berjuang untuk mendapatkan status tinggal legal di negara tempat mereka menetap.
“Persyaratan ini menjadi beban besar bagi banyak warga negara kita, terutama mereka yang belum mendapatkan status legal. Bahkan, ada aturan yang mengancam kewarganegaraan jika dalam waktu lima tahun paspor tidak diperpanjang, ini tentu sangat
memberatkan dan menyebabkan keresahan di kalangan warga,” ujar Syamsi.
Syamsi Ali menyoroti ketidaksesuaian peraturan ini dengan situasi warga Indonesia di luar negeri. Banyak dari mereka, khususnya yang berada di Amerika, belum memiliki status legal, dan jika paspor mereka telah habis masa berlakunya, mereka akan kehilangan identitas resmi sebagai warga negara Indonesia.
“Paspor adalah pengganti KTP bagi warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri. Tanpa paspor yang sah, warga kita kesulitan melakukan transaksi atau bahkan mengakses layanan pemerintah, seperti mendapatkan ID kota New York yang bisa digunakan untuk urusan administrasi di kota tersebut,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa peraturan ini tidak rasional, karena negara tempat mereka tinggal, seperti Amerika, tidak mewajibkan adanya bukti legalitas untuk perpanjangan paspor. Sebagai contoh, warga negara Indonesia yang tinggal di Amerika, meski sudah memiliki anak-anak yang lahir di sana dan bahkan berpotensi mendapatkan sponsor pekerjaan, tetap akan kesulitan jika paspor mereka sudah habis masa berlakunya dan tidak bisa diperpanjang tanpa surat izin tinggal.
Usulan Perubahan Kebijakan
Sebagai respons atas keresahan ini, Syamsi Ali menulis artikel yang disebarluaskan melalui media massa dan mendapat perhatian dari banyak kalangan, termasuk anggota DPR dan pihak Kementerian Hukum dan HAM. Melalui artikel tersebut, Syamsi mengusulkan agar kebijakan ini ditinjau ulang, mengingat banyak warga yang terjebak dalam dilema legalitas tinggal dan perpanjangan paspor.
“Setelah artikel saya dimuat, ada respons yang sangat positif. Saya sudah mengirimkan surat langsung ke Kementerian Hukum, dan pertemuan untuk membahas
masalah ini sedang dipersiapkan,” lanjutnya.
Meskipun tantangan masih ada, Syamsi optimis bahwa pemerintah Indonesia mulai mendengar dan merespons masalah ini. Menurutnya, surat yang ia kirimkan telah diproses dengan cepat, dan para pejabat terkait telah mengundangnya untuk melakukan pertemuan guna membahas peraturan ini lebih lanjut.
“Ini adalah langkah positif. Kita berharap dalam beberapa waktu ke depan akan ada solusi yang meringankan beban saudara-saudara kita yang tinggal di luar negeri,” ujar Syamsi dengan harapan besar agar kebijakan ini segera dirubah.
Di akhir wawancara, Syamsi
Ali mengingatkan kepada warga negara Indonesia di luar negeri untuk tetap mengawal masalah ini. Ia juga menyarankan agar warga yang memiliki masalah serupa mencoba melakukan pendekatan ke perwakilan Indonesia di negara mereka untuk mencari solusi yang lebih humanis dan tidak memberatkan.
“Peraturan ini tidak hanya merugikan warga kita, tetapi juga tidak memberikan manfaat yang jelas bagi Indonesia. Oleh karena itu, kita perlu terus mendorong perubahan dan mencari jalan keluar agar warga negara Indonesia di luar negeri dapat memperpanjang paspor mereka tanpa kesulitan yang tidak perlu,” tutup Syamsi.
Lia Sundah Suntoso, pengacara imigrasi yang berpraktik di New York, baru-baru ini berbicara mengenai isu-isu yang sering beredar di media sosial terkait dengan imigrasi, terutama tentang Green Card dan deportasi. Dalam wawancara bersama Kabari, Lia membahas banyak informasi yang sering disebarluaskan tanpa klarifikasi yang memadai, dan memberikan penjelasan yang lebih komprehensif terkait fenomena tersebut.
Saat ditanya mengenai banyaknya informasi yang beredar di media sosial tentang imigrasi, Lia menegaskan pentingnya untuk selalu memverifikasi kebenaran sebelum mempercayai berita yang tersebar. “Kami selalu mengingatkan klien kami untuk ‘take it with a grain of salt’, karena isu yang ada di media sosial sering kali terburu-
buru, tidak lengkap, dan bisa menyesatkan,” ujarnya.
Salah satu isu yang sering kali menjadi perbincangan adalah mengenai orang yang memiliki Green Card yang dideportasi kembali ke negara asalnya saat tiba di bandara Amerika. Isu ini menimbulkan banyak pertanyaan dan kecemasan, terutama bagi pemegang Green Card yang berencana melakukan perjalanan ke luar negeri.
Lia menjelaskan bahwa deportasi terhadap pemegang Green Card bisa terjadi karena beberapa alasan yang sangat bergantung pada kondisi masing-masing individu. “Memang ada kondisi-kondisi tertentu yang bisa menyebabkan hal tersebut, tetapi variabelnya sangat banyak,” ujar Lia.
Beberapa kemungkinan yang dapat memengaruhi keputusan deportasi adalah jika seseorang sudah lama tidak kembali ke Amerika Serikat, meskipun Green Card mereka masih berlaku. Hal ini bisa menimbulkan pertanyaan di pihak imigrasi saat mereka kembali ke bandara. Selain itu, jika seseorang terlibat dalam tindak kriminal atau memiliki catatan kriminal tertentu, ini bisa memengaruhi proses masuk mereka ke negara tersebut.
“Jika seseorang memiliki catatan kriminal atau ada pelanggaran hukum lainnya, itu bisa memengaruhi hak mereka untuk kembali. Imigrasi akan mengevaluasi kembali status mereka dan mungkin memerlukan permohonan ‘admission’ ulang,” tambah Lia.
Apakah Liburan Singkat Bisa Menjadi Masalah?
Sering kali muncul kekhawatiran apakah perjalanan singkat, misalnya liburan 2 hingga 3 minggu, bisa
menyebabkan masalah bagi pemegang Green Card yang kembali ke Amerika. Menurut Lia, jika tidak ada catatan kriminal atau masalah hukum lainnya, perjalanan singkat seharusnya tidak menjadi masalah besar.
“Jika tidak ada masalah sebelumnya, seperti penangkapan atau tindak kriminal, maka perjalanan singkat untuk liburan seharusnya tidak berisiko. Namun, jika ada kejadian-kejadian tertentu yang terjadi sebelum keberangkatan, seperti masalah hukum atau adanya pola perjalanan tertentu, itu bisa berisiko pada saat kedatangan kembali di bandara,” jelas Lia.
Pentingnya Menghindari Kejahatan Kecil
Salah satu faktor yang bisa memperburuk keadaan adalah terlibatnya seseorang dalam tindak kejahatan, bahkan yang tergolong kecil sekalipun. Salah satunya adalah kejahatan seperti shoplifting atau pencurian barang kecil. Meskipun tampak sepele, pelanggaran ini bisa berakibat pada masalah besar dalam status imigrasi seseorang.
“Misalnya, jika seseorang terlibat dalam kejahatan seperti shoplifting, itu bisa menjadi masalah besar dalam
hukum imigrasi, bahkan jika itu bukan kejahatan besar. Jadi, sangat penting untuk menghindari terlibat dalam aktivitas kriminal sekecil apapun,” tegas Lia.
Lia juga mengingatkan tentang adanya ketentuan dalam hukum imigrasi, seperti “Laken Riley Act”, yang dapat memperburuk status imigrasi seseorang jika ada pelanggaran hukum, meskipun pelanggaran tersebut tampak tidak signifikan.
Sebagai pengacara imigrasi yang berpengalaman, Lia Sundah Suntoso mengingatkan pentingnya untuk selalu memverifikasi informasi yang tersebar di media sosial sebelum mempercayainya. Hal ini penting untuk menghindari kepanikan atau kesalahpahaman yang bisa berisiko bagi status imigrasi seseorang.
“Jangan buru-buru percaya dengan apa yang Anda lihat di sosial media. Selalu cross-check informasi dan pastikan Anda memahami sepenuhnya situasi hukum Anda. Hindari kejahatan sekecil apapun, karena bisa berdampak besar pada status imigrasi Anda,” tutup Lia.
Perhelatan fashion muslim, MUFFEST+ 2025, menjadi panggung bagi DINI By Dhini Aminarti untuk memperkenalkan koleksi terbarunya bertajuk "Petal Reverie".
Koleksi ini memadukan keindahan alam dengan filosofi mendalam dalam desain yang anggun dan elegan.
Mengusung tema feminitas, keanggunan, dan keindahan, koleksi ini menghadirkan motif floral yang mencerminkan hubungan seorang muslim dengan alam, serta monogram geometris yang terinspirasi dari elemen arsitektur Persia dan Maroko abad ke-16.
Pola kisi-kisi yang digunakan melambangkan ruang suci yang tenang dan perlindungan,
sebagaimana dipahami dalam budaya Persia dan suku Berber Maroko.
Setiap busana dalam koleksi ini dibuat menggunakan bahan premium seperti sifon, katun, dan poliester, yang memberikan kesan ringan namun tetap elegan. Dominasi warna putih, emas, abu, dan biru pucat semakin mempertegas kelembutan desain serta menghadirkan nuansa ketenangan dan kemewahan.
Koleksi 14 look ini menampilkan siluet A-line yang memberikan kesan anggun dan mudah dipadupadankan.
Sentuhan printing floral, payet berkilau, dan motif monogram menjadi elemen utama yang menonjol, menambah dimensi keindahan pada setiap helai kain.
Grup band asal Irlandia, The Script, sukses menggelar konser “The Script Satellites World Tour 2025” pada Sabtu (15/02) malam. Digelar di ICE BSD City, Hall 6 & 7 ribuan penonton tumpah ruah memadati venue dan memberikan sambutan luar biasa bagi Danny O’Donoghue sang vokalis The Script, yang dipromotori oleh Color Asia Live.
Acara dibuka dengan meriah sebelumnya oleh penampilan Hoobastank, The Script menampilkan 18 lagu hits terbaik yang turut mengundang koor massal dari para penggemar. Sang vokalis, Danny O’Donoghue,
tampil enerjik sepanjang pertunjukan dan bahkan turun ke area penonton untuk memberi pengalaman lebih dekat dan personal. Teriakan histeris penonton menggema saat Danny berinteraksi dan menyapa mereka, menciptakan atmosfer penuh semangat dan kehangatan.
Konser bertema “Satellites World Tour 2025” ini menjadi momen nostalgia bagi para fans, di mana The Script membawakan lagulagu favorit seperti “The Man Who Can’t Be Moved,” “Hall of Fame,” hingga “Rain” dan hits lagu lainnya di album Satellites. Seluruh lagu yang dibawakan berhasil membakar antusiasme dan memberikan malam yang tak terlupakan.
Tak hanya di Jakarta, The Script, kembali menggetarkan panggung pada konser “Satellites World Tour 2025” di Jatim Expo, Surabaya, Minggu 16/2, dipromotori oleh Otello Asia. Penampilan mereka yang berlangsung meriah pada minggu
malam tidak hanya mengguncang ribuan penggemar di dalam venue, tetapi juga berlanjut hingga di luar, ketika para personel The Script memutuskan untuk menghibur penggemar dengan bernyanyi di atas mobil usai pertunjukan.
Sejak awal konser, The Script mempersembahkan panggung penuh energi. Para personel termasuk
vokalis Danny O’Donoghue menjalin interaksi hangat dengan penonton Surabaya yang antusias. Suasana meriah pun memuncak ketika lagu-lagu andalan mereka mengalun, yang sebelumnya dibuka oleh penampilan Hoobastank. The Script tuntas membawakan total 18 lagu yang dipilih secara khusus untuk memanjakan para penggemar
mereka di Indonesia.
Usai menyelesaikan lagu pamungkas “Hall of Fame,” tidak langsung meninggalkan lokasi, The Script justru memberikan kejutan bagi fans yang baru saja keluar dari Jatim Expo. Para personel muncul di area parkir keluar dan menaiki bagian atas sebuah mobil, lalu membawakan lagu-lagu hits mereka secara spontan. Aksi ini sontak menarik kembali perhatian penggemar yang berhamburan untuk merekam momen langka tersebut, tonton di sini.
“Menyenangkan sekali bisa kembali ke Surabaya. Kami ingin memastikan setiap orang yang datang pulang dengan kenangan luar biasa,” ujar Danny O’Donoghue sesaat sebelum penampilannya di luar venue. “Energi penonton malam ini luar biasa dan kami ingin memberi sedikit kejutan tambahan sebelum mereka benar-benar pulang,” katanya.
Konser di Surabaya ini menjadi salah satu pemberhentian penting dalam rangkaian “Satellites World Tour 2025” The Script di Indonesia. Totalitas penampilan mereka—dari lampu panggung spektakuler, suara menggelegar, hingga interaksi personal dengan penonton—mendapatkan respons sangat positif dari para penggemar musik di Tanah Air.
The Script, kembali menggetarkan panggung pada konser “Satellites World Tour 2025” di Jatim Expo, Surabaya, Minggu 16/2/2025
1. Tur Guide berbahasa Indonesia/ Inggris.
2. Private Tur di Amerika dan Kanada: Supir berbahasa Indonesia dengan Mobil/Van/Bis.
3. Sebelum Pulang ke Indonesia: Spesial Tur Program di Beberapa Negara di Asia Tenggara dengan Harga Grosir.
4. Sebelum Pulang ke Indonesia: Spesial Reuni Tur Program dengan Teman dan Famili Anda dari Indonesia.
5. Kantor di San Francisco, Los Angeles (La Habra) dan Jakarta.
6. Karyawan berpengalaman lebih dari 20 tahun.
7. Endorsed oleh California Media International, Inc (Penerbit Majalah Kabari, Majalah Tur Dunia dan Majalah Joint VentureHidup Sehat).
8. Harga Grosir untuk Tur ke Asia Tenggara = Joint Venture dengan Perusahaan Tur Wholesale yang berdomisili di Jakarta, Worldlinks Indonesia, dimana Program Tur hanya dijual melalui agen-agen travel ritel di Indonesia.
Ingin mendapatkan Informasi Tur Terkini? Silakan daftar di TurDuniaGratis.com
Jakarta menjadi saksi penampilan luar biasa grup band Maroon 5 dalam konser mereka di Jakarta International Stadium (JIS), pada Sabtu, 1 Februari 2025. Ribuan penggemar yang sudah memadati stadion sejak sore langsung disambut dengan ledakan energi dari lagu pembuka mereka, Animals.
Teriakan histeris menggema di seluruh arena saat Adam Levine dan band mulai menggebrak panggung, disusul dengan lagu-lagu hits One More Night dan This Love yang membuat seluruh penonton larut dalam euforia.
Di tengah-tengah penampilan, Adam Levine menyempatkan diri untuk menyapa penggemar dengan penuh kehangatan. Dengan senyum khasnya, ia meminta penonton memberikan ‘pelukan besar’ untuk dirinya dan seluruh band.
“Senang bertemu kalian malam ini, bisakah aku meminta pelukan yang besar? Dalam hitungan ketiga, berikan aku dan band pelukan!” kata Adam Levine dari atas panggung.
Para penggemar pun berteriak dan mengangkat tangan mereka ke udara, seolah benar-benar ingin memeluk idola mereka.
“Senang bisa kembali ke Jakarta, kami cinta kalian semua!” tambah Adam Levine.
Konser semakin memanas ketika Maroon 5 membawakan Makes Me Wonder. Di tengah lagu, Adam Levine secara spontan melepas singlet putihnya, membuat para
penggemar berteriak histeris.
Dia melanjutkan penampilannya dengan bertelanjang dada, memamerkan tato di tubuhnya yang berkeringat, dan berkilau terkena sorotan lampu panggung.
Setiap gerakan tubuhnya, setiap tarikan vokalnya yang khas, membuat konser semakin eksplosif. Teriakan penonton semakin menggema setiap kali ia berjoget mengikuti irama musik.
Suasana konser yang semula penuh energi berubah menjadi emosional dan penuh makna saat Adam membawakan lagu Memories. Sebelum menyanyikan lagu ini, ia mengajak seluruh penonton untuk ikut bernyanyi bersama. “Kita nyanyikan bersama lagu Memories. Setiap orang punya alasan sendiri untuk menyanyikan lagu ini,” ucapnya.
Seketika, stadion berubah menjadi lautan cahaya dari ribuan lampu ponsel yang menyala, menciptakan pemandangan yang begitu indah dan syahdu.
Kemudian membawakan Lost Stars, Adam Levine membuat suasana
semakin intim. Ia menggunakan handuk putih untuk menyeka keringatnya, lalu mengambil ponselnya dan mulai merekam video yang menyorot lautan penggemar di stadion.
Penonton semakin bersemangat, melambaikan tangan dan berteriak kegirangan, berharap bisa tertangkap kameranya.
Momen ini menjadi salah satu yang paling spesial di konser malam itu, di mana sang vokalis benar-benar menunjukkan kedekatannya dengan para penggemarnya di Jakarta.
Menjelang akhir konser, Maroon 5 membawakan deretan lagu populernya seperti She Will Be Loved, Moves Like Jagger, Girls Like You, dan Sugar berhasil membuat stadion kembali bergemuruh.
Setiap lagu yang dimainkan membawa kenangan tersendiri bagi para penonton. Semua orang menari,
bernyanyi, dan menikmati setiap detik dari konser ini, seolah tidak ingin malam itu berakhir.
Di penghujung konser, Adam Levine berdiri di tengah panggung, tersenyum lebar, dan melambaikan tangan kepada para penggemar. Ia mengakhiri malam yang luar biasa itu dengan kata-kata penuh cinta,
“Thank you so much, Jakarta. We love you. Thank you, Jakarta!” tutupnya.
Julie Sianturi, founder Saree Ulos, menceritakan perjalanan inspiratifnya dalam menciptakan inovasi berkelanjutan di dunia fashion. Berawal dari kunjungannya ke kampung penenun di Danau Toba pada April 2023, Julie terinspirasi untuk membantu meningkatkan kesejahteraan para penenun ulos. Meskipun kain ulos memiliki nilai jual yang tinggi, kehidupan para penenunnya masih jauh dari sejahtera. Dari situlah, Julie bertekad untuk menciptakan solusi yang tidak hanya membantu para penenun, tetapi juga membawa kain ulos ke level yang lebih tinggi.
Awal Mula: Dari Keprihatinan Menjadi Tindakan
Nyata
Julie mengungkapkan kunjungannya ke desa penenun di Danau Toba membuka matanya terhadap realitas kehidupan para penenun. “Mereka itu prasejahtera, sementara kain ulos yang mereka hasilkan harganya sangat mahal,” ujarnya. Dari keprihatinan ini, Julie mulai berpikir keras tentang cara membantu para penenun agar tetap produktif dan memiliki penghasilan yang lebih
baik.
Setelah kembali ke Jakarta, Julie dihubungi oleh stasiun televisi Trans7 untuk mengisi acara yang membahas tentang ulos. “Dari situ, saya semakin yakin bahwa ini adalah jalan yang harus saya tempuh. Tuhan memberikan jalan setelah saya berniat membantu para penenun,” kata Julie.
Pada tahun 2018, Julie memulai usahanya dengan menjadi reseller kain ulos. Baru pada tahun 2023, ia bertemu langsung dengan para penenun ulos di Tarutung, Tapanuli Utara. Dari situ, Julie mulai membangun sistem reseller dan dropshipper untuk memperluas pasar ulos. Namun, ide untuk membuat ulos dari limbah sawit baru muncul pada tahun 2024.
“Ketika saya mengikuti pelatihan Growpreneur, saya mendapat banyak wawasan tentang tren sustainable fashion. Saya mulai berpikir out of the box, bagaimana caranya agar usaha saya memiliki ciri khas dan bisa bersaing dengan brand besar,” jelas Julie.
Limbah Sawit: Dari Masalah Menjadi Solusi
Berangkat dari latar belakangnya sebagai orang Jambi yang akrab dengan perkebunan kelapa sawit, Julie mulai memikirkan pemanfaatan limbah sawit. "Saya kepikiran untuk membuat serat alam dari sawit. Saat ikut pelatihan, saya mencoba memasukkan ide ini, dan ternyata mendapat respons positif," ujarnya.
Pada Februari 2024, Julie mulai mencari pakar yang bisa membantu mewujudkan ide tersebut. Ia akhirnya menemukan tim dari universitas yang memiliki keahlian dalam mengolah limbah sawit menjadi serat. "Mereka lebih memahami kandungan limbah sawit dibanding saya yang tidak memiliki latar belakang di bidang itu," kata Julie.
Proses menciptakan ulos dari limbah sawit tidaklah mudah. Serat yang dihasilkan dari limbah sawit memiliki tekstur yang unik dan mudah putus, sehingga membutuhkan perlakuan khusus saat ditenun. "Tidak semua penenun bisa membuatnya. Butuh perjuangan dan treatment khusus untuk para penenun agar bisa menghasilkan kain yang sempurna," ungkap Julie.
Meskipun masih dalam tahap pengembangan, ulos dari limbah sawit ini sudah menarik minat stakeholder, termasuk eksportir Indonesia yang biasa mengekspor home decor ke Eropa dan Amerika. "Mereka tertarik dengan ulos yang sesuai dengan kebutuhan pasar internasional," kata Julie.
Fokus pada Pasar Internasional
Julie menjelaskan fokus pasar dari ulos limbah sawit ini adalah ke luar negeri. "Kelebihan ulos limbah sawit adalah teksturnya yang khas. Ini adalah produk yang tidak bisa ditiru oleh negara lain," ujarnya. Meskipun
bahan bakunya murah, namun ketika sudah menjadi kain dengan tekstur yang unik, harganya bisa sangat mahal. Saat ini, Julie terus melakukan riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas benang dari limbah sawit. "Harapannya, kami bisa menjual benang ke luar negeri dan membangun supply chain yang berkelanjutan," kata Julie.
Julie berharap inovasi ini tidak hanya membawa manfaat bagi lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan para penenun ulos. "Saya ingin menjadi contoh bagaimana fashion bisa berkelanjutan dan memiliki dampak sosial yang positif," ujarnya.
Berawal dari kepedulian terhadap pendidikan anak yatim piatu dan kurang mampu, Ni Nyoman Sri Wahyuni, mendirikan Yayasan Widya Gun pada tahun 2005 dengan tujuan memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan.
Namun, perjalanan yayasan ini tidak berhenti di situ.
Pada tahun 2008, yayasan mulai merangkul anak-anak dengan down syndrome dan disabilitas lainnya, membuka pintu bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang layak.
Pendidikan sebagai Kunci Memutus Rantai Kemiskinan
Ni Nyoman Sri Wahyuni menjelaskan bahwa tujuan utama Yayasan Widya Guna adalah memberikan pendidikan kepada anak-anak yatim piatu dan kurang mampu.
"Kita tidak mau kemiskinan itu diwariskan. Jika dalam satu keluarga anak tidak bisa disekolahkan, setelah menikah mereka tidak akan punya masa depan yang baik karena tidak mampu membiayai sekolah anaknya," ujarnya.
Dengan memberikan pendidikan, yayasan ini berharap dapat memutus rantai kemiskinan yang sering kali diwariskan dari generasi ke generasi.
Selain pendidikan formal, yayasan juga memberikan
les bahasa Inggris. Namun, pada tahun 2008, yayasan mulai menerima anak-anak dengan down syndrome dan disabilitas lainnya. "Saat itu, kita tidak punya pengetahuan tentang down syndrome, tetapi ada relawan dari Belanda yang mengajarkan teknik pengajaran untuk anak-anak disabilitas," kata Ni Nyoman. Dari situ, yayasan mulai berkembang dan menerima lebih banyak anak disabilitas.
Cafe Piduh: Tempat Pemberdayaan dan Kebanggaan
Pada tahun 2019, yayasan mulai memikirkan masa depan anak-anak disabilitas yang sudah berusia 20 tahun ke atas. "Kita punya 43 anak disabilitas, dan beberapa di antaranya sudah berusia 20 tahun ke atas. Kita harus memikirkan apa yang akan mereka lakukan setelah tamat dari yayasan," ujar Ni Nyoman.
Dengan bantuan dari orang tua dan ahli, yayasan membuka kelas kejuruan (vocational) untuk melatih anak-anak disabilitas bekerja di restoran.
Pada tahun 2022, yayasan membuka Cafe Piduh sebagai tempat pemberdayaan bagi anak-anak disabilitas yang sudah tamat dari yayasan.
"Cafe ini adalah tempat di mana mereka bisa
bekerja, mendapatkan gaji, dan merasa berguna," kata Ni Nyoman. Cafe Piduh tidak hanya memberikan pekerjaan, tetapi juga menjadi sumber motivasi bagi anak-anak disabilitas yang lebih muda. Mereka melihat contoh nyata bahwa setelah tamat dari yayasan, mereka bisa bekerja dan membantu keluarga mereka.
Karena sebagian besar anak disabilitas di Cafe Piduh tidak bisa membaca dan menulis, yayasan mengembangkan sistem kerja yang inovatif. "Kita menggunakan metode gambar untuk memudahkan mereka bekerja secara mandiri," jelas Ni Nyoman. Setiap menu di cafe ini dilengkapi dengan gambar dan kode khusus, sehingga anak-anak bisa mengantarkan makanan dan minuman dengan tepat.
Misalnya, nasi goreng dilengkapi dengan gambar anak perempuan, dan di sampingnya ada deskripsi bahanbahan yang digunakan. Untuk memesan, pelanggan harus
mencocokkan form order dengan gambar yang ada di menu. Setelah selesai memilih, pelanggan membunyikan bel yang ada di meja, dan waitres akan datang untuk mengambil pesanan.
Menu Harian dan Jam Operasional yang Ramah
Cafe Piduh menyajikan menu harian seperti nasi goreng, chicken mushroom, dan nachos. Selain itu, cafe ini juga memiliki menu signature, yaitu pasta dari daun piduh. "Kita buka dari jam 10 pagi sampai jam 3 sore, karena anak-anak down syndrome tidak bisa bekerja seharian penuh," kata Ni Nyoman.
Cafe ini buka dari Senin sampai Jumat, dan kedepannya mungkin akan dibuka dua shift untuk mengakomodasi lebih banyak pelanggan.
Sejak dibuka, Cafe Piduh telah memberikan dampak positif bagi anak-anak disabilitas dan keluarga mereka. "Mereka merasa berguna karena bisa mendapatkan gaji dan membantu keluarga," ujar Ni Nyoman.
Selain itu, cafe ini juga bekerja sama dengan travel agent untuk memasukkan Cafe Piduh dalam program kunjungan wisata, sehingga semakin banyak orang yang datang dan mendukung usaha ini.
Ni Nyoman Sri Wahyuni berharap Cafe Piduh bisa terus berkembang dan memberdayakan lebih banyak anak disabilitas di Bali. "Kita ingin menunjukkan bahwa anak disabilitas juga bisa berkontribusi dan memiliki masa depan yang cerah," ujarnya.
(Kiri ke Kanan): Iyas Lawrence, Ratih Novrita Sari, Marketing Manager PT Multi Bintang Indonesia dan aktor dan presenter, Kevin Julio.
Selama lebih dari tujuh dekade, Bir VBINTANG telah menjadi bagian dari momen kebersamaan di Indonesia. Tahun 2025, BINTANG menghadirkan ‘BINTANG Dunia Tanpa Syarat’, sebuah instalasi imersif yang berlangsung dari 8 hingga 16 Februari 2025 di M Bloc Space, Jakarta Selatan.
Melalui pengalaman ini, BINTANG ingin menciptakan
ruang untuk melampaui perbedaan dan merayakan keberagaman yang sejalan dengan semangat “Bersama BINTANG, Berbeda Bersama” yang telah diluncurkan sejak 2022.
Bekerja sama dengan Haluu, pengalaman imersif ini mengajak pengunjung menjelajahi tujuh ruangan tematik yang mengangkat berbagai label sosial, mulai dari gap generasi, zodiak, penampilan fisik, sampai stereotip profesi yang
seringkali membatasi individu untuk menjadi diri mereka yang sebenarnya.
Marketing Director Multi Bintang Indonesia, Jessica Setiawan, mengatakan di Indonesia, keinginan untuk hidup harmonis seringkali membuat kita menekan perbedaan dan kehilangan jati diri. Lewat ‘BINTANG Dunia Tanpa Syarat’, BINTANG ingin menciptakan ruang di mana setiap orang dapat
terhubung tanpa stereotip atau label. Sebab, kebersamaan yang sesungguhnya lahir saat kita bisa menerima dan merayakan perbedaan,” ucapnya.
Instalasi imersif ini dibuka dengan live podcast session yang menghadirkan Founder Makna Talks, Iyas Lawrence, aktor dan presenter, Kevin Julio, dan Ratih Novrita Sari, Marketing Manager PT Multi Bintang Indonesia.
Dalam siniar tersebut, Kevin mengatakan “pernah mengalami stigma sebagai seorang aktor, dengan banyak ‘syarat’ yang menilainya. ”Tapi saya belajar bahwa katakata seperti ‘syarat’, ‘ketentuan’, dan ‘stigma’ tidak boleh menghambat kita untuk berkarya,” terangnya. Ratih, Sementara itu, Ratih Novrita Sari, Marketing Manager PT Multi Bintang Indonesia menjelaskan kita sering
dihakimi berdasarkan ekspektasi sosial dengan hal-hal yang diharapkan dari diri kita. “BINTANG melihat ini sebagai isu yang lebih jauh lagi, di mana orang tidak bisa dilihat dari apa yang terlihat saja, tapi setiap manusia adalah individual yang unik. Kita harapkan setelah mengalami pengalaman melalui Instalasi Imersif ini, kita tidak mau, ini hanya sekadar percakapan saja tapi jadi pengalaman nyata. Dengan pengalaman ini orang jadi belajar menerima perbedaan tanpa syarat dan ketentuan,” ungkap Ratih.
Dikatakan Ratih, di setiap ruangan dalam Instalasi Imersif ini, mewakili setiap stereotype yang biasa kita lihat di masyarakat. Yang pertama adalah generation labelling. “Misalnya di sosial media kita suka bahas Gen Z begini, milenial begini. Padahal setiap generasi menghadapi
tantangan masing-masing, mereka punya keunikan dan gak bisa dikotak-kotakin. Ada juga area zodiak, dimana udah biasa banged, kita menghakimi kepribadian orang berdasarkan zodiaknya, misalnya Gemini itu red flag, seharusnya judgement ini gak boleh, karena orang itu lebih dari rasi bintang. Ada juga ngebahas, dengan melihat orang itu berdasarkan pekerjaan mereka. Padahal cara orang menjadi sukses itu beda-beda. Satu lagi, kita bahas penampilan. Don’t judge the book by the cover, misalnya kita lihat orang berpakain unik, langsung kita hakimi orang ini seperti ini,” tukas Ratih.
BINTANG Dunia Tanpa Syarat adalah ruang di mana pengunjung bisa membuka pikiran dan menghadapi tantangan untuk melampaui berbagai label sosial yang selama ini membatasi mereka. Berbagai ruangan hadir untuk membawa pengunjung menantang stereotip, baik yang diberikan oleh masyarakat maupun yang mereka lekatkan pada diri sendiri.
Pada akhir perjalanan, pengunjung diajak menanggalkan stiker seperti zodiak dan umur yang mereka terima di ruangan sebelumnya, lalu menempelkannya pada totem BINTANG merah raksasa di ruangan terakhir. Hal ini menjadi sebuah pernyataan kebebasan yang mengajak semua orang untuk melepaskan diri dari label yang membatasi mereka.
Tahun 2017, Eko Saputro memulai usaha pempek, melanjutkan usaha yang telah dibangun ibundanya. “Karena saya berhenti bekerja dan melihat ada peluang dari usaha pempek, akhirnya saya ambil alih usaha pempek dari Ibu saya,” kata Eko.
Resep pempek buatan Eko, berasal dari sang kakek. “Resep dari kakek asal Palembang, diturunkan ke ibu dan dari ibu kita belajar memproduksi pempek,” cerita Eko.
Saat ini Pempek Raffael memiliki 6 varian, yakni Kapal Selam, Lenjer, Kulit, Keriting, Adaan Telor Kecil dan tekwan. Harga pun variatif, mulai dari 6k untuk pempek satuan ukura kecil, lalu Tekwan 17k per porsi dan 24k untuk satuan Kapal Selam. “Semua pempek best seller, tapi yang lebih best seller adalah Tekwan, “ujar Eko.
Saat memulai usaha, pempek hanya dijual di rumah. Namun, seiring berjalannya waktu, Eko pun melakukan ekspansi. Kini Pempek Raffael memiliki 6 cabang yang berlokasi di dekat RS Cengkareng, Pujasera Daan Mogot, belakang Gedung CNI, Jalan Kosambi, Ropang DM, dan depan RS Kalideres.
Yang menjadi keunggulan dari Pempek Raffael adalah kuahnya. “Kuah pempek ini lumayan kental, berasa di lidah,” kata Eko berpromosi.
Bagi Eko, promosi terbaik adalah mendengarkan keinginan konsumen. Karena itu, di berbagai cabang Pempek Raffael, Eko sering ngobrol dan bertanya dengan
konsumen. Selain itu, Pempek Raffael pun rutin mengikuti bazaar yang dilakukan pemerintah. “Kita sering ikut event bazaar yang disponsori dari pemerintah,” tutur Eko. Dalam membangun usaha, tidak selamanya berjalan lancar. Lalu apa kendala yang sering Eko hadapi? “Kita sering bongkar pasang karyawan,” ucap Eko.
Apa tips dan trik yang membuat usaha Pempek Raffael ini bisa bertahan hingga 8 tahun? Menjaga konsistensi dan kerja keras. “Harus rajin, gerai tidak boleh banyak tutup. Lalu kita tahu target market, itu yang buat kita tetap stabil dan bertahan,” pungkasnya.
Karena kecintaan Yongki
Wahyono PS terhadap budaya Indonesia mendorongnya membangun usaha dengan merek Yongki Batik, pada tahun 2008. “Batik merupakan salah satu warisan budaya yang diakui dunia melalui UNESCO,” jelas Yongki.
Setelah mendirikan usaha ini, Yongki bergabung dengan Rumah Pesona Kain pimpinan Ike Nirwan Bakrie. “Sekarang saya lagi bekerja sama dengan Kementerian
Perindustrian dengan Ibu Dirjen Renita yang meresmikan acara
MUFFEST 2025 ini,” kata Yongki. Yongki berasal dari Cirebon, yang mempunyai kekhasan batiknya. “Saya mencintai batik Indonesia dan masih mempertahankan batikbatik langka yang ada di Indonesia terutama batik dua sisi. Batik dua sisi karena batik yang langka dan amat jarang digunakan. Dilakukan oleh pengrajin dengan biaya yang sangat besar dan proses pengerjaan yang amat sangat rumit,” terang Yongki.
Di Yongki Batik, varian batiknya selalu ada unsur Cirebonan, mulai dari motif Batik Banji Cirebon, Tiga Negeri, Batik Marawit, Batik
Kompeni, Batik Sekar Jagat hingga Batik Mega Mendung. Harga aneka batik yang dijual Yongki Batik, mulai dari harga Rp 500 ribu hingga Rp 2,3 juta.
Yongki menjelaskan tentang filosofi dari Batik Mega Mendung yang menggambarkan tentang suasana langit. “Langit itu melambangkan kemakmuran di Keraton Cirebon atau bangsa ini. Karena saya berasal dari Cirebon, jadi saya masih menjunjung Keraton Cirebon sebagai salah satu batik terbaik yang ada di Indonesia,” ungkapnya.
Yongki Batik menjual secara online dan offline. “Saya punya toko, ASIAN Tailor di Mall Arta Gading,” tukasnya.
Lalu apa goals yang ingin dicapai dari usaha ini? “Karena saya ingin melestarikan budaya bangsa Indonesia terutama batik. Melalui usaha ini, saya ingin memperkenalkan batik kepada generasi milenial dan Gen Z,” pungkasnya.
Digital Magazine
Digital Magazine with Video E-News Email
Written Articles in KabariNews.com
Copy & Paste from other Medias
Number of Videos (YouTube)
Number of Video Viewers (YouTube)
Number of Video Subscribers (YouTube) Webinar
Facebook Subscribers:
KabariNews.com in Ranking.com KabariNews.com in Alexa.com
Ira Poespita adalah pejuang bagi keluarganya. Sang suami yang di-PHK di tahun 2014, membuat Ira harus mencari uang untuk menghidupi keluarganya. Pilihannya saat itu, adalah berjualan siomay. ”Awalnya hanya jualan pake meja di pinggir lapangan, kemudian berkembang jualan di pasar malam atau pun bazaar. Akhirnya kini bisa supply ke vendor catering. Kebetulan aku vendor beberapa catering besar di Jakarta dan di Depok,” cerita Ira dalam perbincangan dengan Kabari.
vDijelaskan Ira, saat awal usaha, menggunakan brand Siomay Dimsum Puspita, lalu Puspita Food. Namun, saat mau didaftarkan ke Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), brand tersebut ditolak. Jadi sekarang, Ira menggunakan brand yakni Siomay Dimsum Ira Puspita Food.
Menurut Ira, siomay dan dimsum memiliki pangsa pasar sendiri. ”Untuk siomay kebanyakan disukai orang tua karena disitu ada sayur– sayurnya, seperti pare dan kol. Tapi kalau untuk anak muda itu lebih banyak menyukai dimsum,” tukas Ira.
Usaha yang telah berjalan lebih dari 1 dekade ini, Ira
menerapkan strategi marketing melalui penjualan lewat acara bazaar. Namun, seiring berjalannya waktu, Ira juga menjual produk secara frozen food di supermarket. ”Karena saya juga supply di acara pernikahan, sehingga biasanya calon pengantin juga menghubungi kami untuk memesan produk ini, baik yang menikah di rumah maupun di gedung,” ujar Ira.
Saat memulai usaha, Ira mengaku tanpa persaingan. Namun, sejak 3 tahun terakhir, produk semakin banyak yang membuatnya. ”Kalau di bazaar, dari ujung ke ujung semua jual dimsum,”ungkap Ira tersenyum.
Meski banyak pesaing, Ira sangat yakin dengan produk buatannya. Hal ini, karena Ira berani menjamin, produk buatannya menggunakan bahan-bahan berkualitas. ”Aku percaya rejeki sudah Allah yang atur, aku hanya berusaha menyajikan makanan yang berkualitas, dan berusaha semaksimal mungkin. Allah yang menentukan, dan jangan lupa, untuk memperlancar usaha ini adalah sedekah. Aku kebetulan sering kasih sumbangan ke yayasan dan itu yang penting,” kata Ira.
Meski usahanya telah berkembang, Ira ingin terus melakukan ekspansi usaha. Karena itu, saat ini Ira ingin merekrut
karyawan khusus untuk media sosial. Lalu membuat website yang khusus tentang ragam produk buatan Ira. Dengan harapan semakin banyak orang yang tahu tentang produk Siomay Dimsum Ira Puspita Food. Ira secara khusus ingin agar produk buatannya semakin banyak diketahui oleh pelaku usaha catering. ”Karena jarang UKM yang bisa masuk jadi vendor catering, karena jadi vendor catering itu tidak gampang. Aku kebetulan vendor di Tidar Catering, salah satu catering terbesar yang aku pegang sekarang. Di Tidar Catering itu, 3 jam sebelum event sudah stand by. Tak hanya disiplin tapi kualitas produk serta memberikan pelayanan yang bagus. Jadi aku tidak hanya menyediakan dimsum dan siomay saja tetapi aku juga menyediakan peralatan dan waitress, jadi pihak catering tidak repot mencari karyawan untuk menjaga dan melayani para tamu undangan,” tukas Ira.
Di tahun 2025 ini, Ira ingin usaha semakin maju, karena itu, saat sedang mengurus izin edar di BPOM. ”Setelah nanti Badan POM selesai, aku akan meluaskan jaringan usaha melalui supermarket dan toko frozen. Sebenarnya penjualan aku untuk market place itu dipegang sama Indonesian Mall, jadi aku hanya supply saja, namun sekarang mereka sudah stop. Jadi aku tidak jualan lagi di Shopee dan Tokopedia. Tapi aku memberikan kesempatan kepada reseller untuk jualan di Shopee, Tokopedia dan market place mana pun. Kenapa tidak mau jualan di market place, karena aku mau membuka peluang buat semua reseller untuk maju. Kalau aku yang jualan di sana, nanti kasihan mereka ke bantai sama harga pabrik. Jadi kita bagi – bagi rejeki saja. Reseller dan agen semua makmur, kan hasilnya
ke aku juga. Jadi sama – sama cari berkah saja,” tukas Ira bijak.
Lalu apa pesan Ira untuk para pelaku UKM agar bisa mengembangkan usahanya? ”Kebetulan saya memulai usaha ini dari nol, dari jualan di pinggir lapangan dengan uang modal pinjaman dari bank keliling. Jadi saya tahu banget gimana rasanya hidup susah. Karena itu, saya pengen memotivasi teman–teman bahwa semua itu perlu proses. Saya bisa di tahap sekarang, supply ke catering, bahkan catering bisa masuk istana. Semua jaringan – jaringan yang saya punya ini memerlukan proses panjang, tidak semudah itu mendapatkannya. Karena itu, saya pengen bilang ke teman –teman bahwa harus semangat, dan
mentalnya harus kuat. Memang modal penting tetapi kalau mentalnya tidak kuat, tidak akan jalan sampai detik ini. Bagi temen – temen UKM yang modalnya masih kecil, sering patah semangat karena orderan belum banyak. Ayo bangkit, jangan patah semangat. Aku dulu juga begitu. Kini 11 tahun kemudian, aku baru bisa seperti sekarang. Semangat terus ya,” pungkas Ira memotivasi.
Muda dan berkarya, adalah identitas seorang Septridayanah. Di usia muda, berani membangun brand fashion, Berseri. Hal ini karena Septridayanah sangat mencintai dunia fashion.
Brand untuk produk fashion karya Septridayanah adalah Berseri. “Itu artinya berseri-seri, dengan harapan ke depannya pengen go Internasional,” katanya.
Saat ini, ada banyak varian Berseri. “Berseri punya produk yang sangat banyak, dari atasan, bawahan, hingga hijab. Kita juga menggunakan bahan–bahan yang premium, dengan pola yang sesuai keinginan anak muda. Ada juga pola-pola khusus untuk produk eksklusif,” terang Septridayanah.
Untuk aneka produk fashion dari Berseri, harganya mulai dari 150k sampai 350k.
Agar produknya diminati pasar, Septridayanah menggunakan aksen tertentu dalam fashion buatannya. “Misalnya blazer tapi aku tambahkan aksen payet yang simple, karena anak-anak muda pengennya busana yang simple namun tetap elegan,” kata Septridayanah.
Agar produk Berseri makin dikenal, Septridayanah menggunakan system reseller. Selain itu, Septridayanah juga menerima custom dari konsumen juga menjual aneka produknya di market place.
Lalu apa harapannya dalam menekuni bisnis ini? “Harapan ke depan ingin Berseri bisa berkembang pesat. Jadi produk kami diterima, dari anak muda hingga mama mama muda,” tutup Septridayanah.
Egg & Corned Beef Croissant
Photo:IG@thewheat.id
Photo:IG@thewheat.id
Aneka viennoiserie yang menggugah selera
Kafe, pastry house hingga coffee shop saat ini telah menjadi pilihan bagi kawula muda atau keluarga untuk menghabiskan waktu di akhir pekan atau sekadar melepas penat di hari kerja.
Salah satu hidangan yang kini tengah menjadi idola adalah sajian viennoiserie, yakni hidangan yang populer setelah diperkenalkan dua abad yang lampau di Prancis. Viennoiserie dapat menjadi hidangan yang menjadi 'jembatan' bagi Anda yang ingin menikmati pastry dan roti Prancis. Jenisnya sendiri biasanya dibuat dengan tepung putih dan kultur ragi aktif, yang menyebabkan adonan mengembang dengan cepat dan mencapai kerenyahan yang sempurna. Beberapa malah dibuat menggunakan puff pastry. Aneka sajian viennoiserie saat ini mudah ditemukan di berbagai kafe, bakery dan coffee shop negara lain, dan tentunya di Indonesia.
Setelah sebelumnya sukses membawa restoran ayam goreng khas dari Jepang Karage Kei, restoran Mie Celor di kawasan Blok M hingga minuman segar dengan citarasa
yang khas melalui Estaganaga, ‘Culinary Duo’ Gupta Sitorus dan Primo Rizky kini menghadirkan pilihan baru bagi Anda yang ingin mencari 'baking house' dengan aneka sajian viennoiserie dan pastry berkualitas yang menggugah selera, The Wheat.
Bermitra dengan Chef Risa Andithia dan Akheela Chandra (anak dari Chef Ermey Trisniarty yang juga pendiri brand legendaris Dapur Cokelat), The Wheat menawarkan konsep live baking yang menghadirkan produk viennoiserie berkualitas dan inovatif seperti cheese cake croissant, tape cheese croissant, baso ayam croissant dan banyak pilihan pastry lainnya di kawasan Bintaro yang sudah ternama dengan beragam pilihan kuliner.
"The Wheat didirikan dengan tujuan untuk memberikan vienosserie berkualitas tinggi yang dapat diakses dengan mudah. Kami menggunakan bahan terbaik namun tetap berkomitmen menjaga harga tetap terjangkau, “ujar Chef Risa Andithia.
ke Kanan): Akheela
Sementara Gupta Sitorus menjelaskan bahwa, The Wheat berusaha mengakomodasi setiap kelompok demografis, namun khusus memberikan perhatian pada Generasi Z sebagai pengarah utama dalam tren.
"Seluruh aspek komunikasi merek, mulai dari desain interior, kehadiran di media sosial, dan sebagainya, kami rancang agar relevan dengan pasar yang lebih muda," kata Gupta.
Dengan ambience restoran yang memiliki paduan warna sejuk dengan desain estetik minimalis yang kekinian, The Wheat adalah pilihan yang tepat bagi Anda yang ingin menikmati sajian pastry kelas dunia sambil menikmati suasana di kawasan Fresh Market Bintaro yang asri dan instagramable.
Setelah The Wheat cabang pertama yang dibuka di Fresh Market Bintaro, nantinya The Wheat berencana akan membuka cabang berikutnya di Kawasan Melawai Blok M, Jakarta Selatan.
"Cabang pertama The Wheat dibuka di Bintaro, Tangerang Selatan, dan diikuti dengan pembukaan cabang baru di Blok M pada bulan depan," ungkap Akheela Chandra menutup pembicaraan.
Ketika seni tradisional bertemu dengan kemewahan, lahirlah produk unik yang memancarkan keindahan serta kualitas tinggi. Inilah yang diwujudkan oleh Zante, sebuah brand tas yang menggabungkan anyaman khas Nusantara dengan kulit eksotik.
Di balik kesuksesan Zante, ada sosok Susy Darmayanti, sang founder yang berangkat dari kecintaan terhadap tas dan keinginan untuk mengeksplorasi warisan budaya Indonesia.
Dari Hobi Menjadi Bisnis
Berawal dari hobi mengoleksi tas, Susy mulai berpikir untuk menciptakan sendiri koleksi pribadinya. Namun, seiring waktu, muncul gagasan untuk mengembangkan hobinya menjadi bisnis yang lebih serius. "Saya mulai serius berbisnis tas sekitar tiga tahun lalu. Awalnya, saya hanya membuat untuk koleksi pribadi, tetapi kemudian saya tertarik untuk berinovasi," ungkapnya.
Dalam perjalanannya, Susy menyadari bahwa anyaman Indonesia memiliki potensi besar. "Saya melihat banyak brand besar mulai memanfaatkan anyaman, padahal Indonesia memiliki kekayaan anyaman yang luar biasa. Dari situ, saya mulai mengeksplorasi dan mengombinasikannya dengan kulit eksotik," tambahnya.
Produk Zante memadukan anyaman khas dari berbagai daerah dengan kulit eksotik berkualitas tinggi. Beberapa koleksi yang telah dibuat antara lain, Tas kombinasi rotan Jawa dan kulit biawak, Tas dengan anyaman Kalimantan, kulit biawak, dan kulit domba, Tas full leather dari kulit biawak dan kulit sapi, Dompet dari
kulit biawak dan python, Tas dari kulit coco Himalaya, yang saat ini sedang populer
Semua produk Zante dibuat dengan detail tinggi dan sentuhan eksklusif, sehingga memiliki ciri khas tersendiri.
Dalam menjalankan bisnis ini, Susy menghadapi tantangan utama dalam mendapatkan bahan baku anyaman. "Kulit eksotik relatif mudah saya dapatkan karena sudah memiliki mitra penyamak yang handal. Namun, anyaman lebih menantang. Banyak pengrajin yang selama ini hanya fokus ekspor, sehingga harga cukup tinggi," jelasnya.
Meskipun begitu, Susy tetap berkomitmen untuk mempertahankan kualitas. "Kami terus mengeksplorasi berbagai jenis anyaman dan mencari cara terbaik untuk mengombinasikannya dengan kulit eksotik agar menghasilkan produk yang nyaman dan berkualitas tinggi."
Pasar Lokal hingga Internasional
Zante saat ini lebih banyak dijual di Indonesia, tetapi sudah mulai merambah pasar luar negeri. "Akhir tahun lalu, kami mendapat kesempatan masuk ke galeri di Busan, Korea Selatan. Kami juga menerima pesanan dari Jepang, meskipun lebih bersifat custom," ujarnya.
Salah satu keunggulan utama Zante adalah seluruh produknya dibuat secara handmade. "Dari bahan baku hingga proses produksi, semua dilakukan dengan tangan. Karena itu, setiap tas memiliki karakter unik dan tidak ada yang benar-benar sama," kata Susy.
Ia pun menegaskan Zante mengusung tagline ‘one
of a kind charm', yang menandakan keunikan setiap produknya. "Kulit eksotik memiliki corak alami yang berbeda-beda, begitu juga dengan anyaman yang dikerjakan pengrajin. Hal ini menjadikan setiap tas Zante benar-benar eksklusif."
Dalam memasarkan produknya, Susy masih mengandalkan metode konvensional melalui rekomendasi pelanggan setia dan sistem pemesanan khusus untuk produk high-end. "Kami juga sedang mengembangkan website agar bisa melayani pembelian online," tambahnya.
Ke depan, Susy berharap Zante bisa menjadi brand tas eksklusif bertaraf internasional. "Kami ingin terus berkembang dan berkontribusi dalam memperkenalkan anyaman Indonesia ke kancah dunia. Yang penting, kami harus tetap konsisten dalam menjaga kualitas dan terus berinovasi."
Zante pun telah meraih berbagai penghargaan yang menjadi bukti kualitasnya. "Kami memenangkan kompetisi Asta Kriya dari Kementerian Perindustrian dan Perdagangan serta meraih dua penghargaan dari Dekranas. Ini semakin memotivasi kami untuk terus berkarya dan menghadirkan produk terbaik."
Interaktif Majalah Digital Kabari Edisi 209 klik https://issuu.com/kabari8/ docs/majalah_digital_kabari_ edisi_209_2025
Langganan daftar di KabariGratis.com
Edisi bulan ini:
• Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., MD., Ph.D, Kepala BPOM Ingin Membawa BPOM Menjadi Lembaga Selevel FDA Amerika dan Eropa
• dr. Centery, SpBS, Dokter Bedah Saraf Pengabdian yang Membutuhkan Ketekunan dan Komitmen
• Feast of Fortune. Merayakan Warisan Kuliner Tionghoa di Imlek 2025
• Istimewanya Konser Boney M 50th Anniversary Tour
• Kurnia Putri, Owner Bolen Putri Ingin Punya Gerai Besar dan Semakin Bermanfaat Bagi Sesama
• Tria Noviana, Owner Tria Donuts Donat dan Fudgy Brownie Rasanya Juara
• Desainer Muda Michelle Liu Membawa Songket Palembang ke Panggung Dunia Dari Vietnam Sampai New York
• Harmoni Magis Super Diva
• Tommy Thomas, owner Rockskulls Bersinergi untuk Maju Bersama
• Koleksi Ciamik Leny Rafael di Ajang Asian Islamic Fashion and Art
• Menemukan Harmoni dalam Diri, Perjalanan Norin Silviana Menjadi Praktisi Sound Healing
• Sigit Wardana, Musisi Untuk Lagu Solo Biasanya Terinspirasi dari Pengalaman Pribadi
• Salzia Craft: Wadah Kreativitas dan Keterampilan Merajut yang Menjadi Destinasi di Tangsel
Untuk menonton video klik KabariNews.com/67108