













DI KABARI MEDIA?
• Majalah Kabari Digital
• Majalah Hidup Sehat
• Majalah Tur Dunia
• Majalah Extra Uang
Disebarkan ke
Lebih dari 27,000
Emails
Hubungi:
Lebih dari 25 juta Kabari YouTube Video Viewers
San Francisco : (415) 213-7323
Los Angeles : (562) 383-2100
Jakarta : (021) 4288-6112
Email: sales@kabarinews.com
Anita Gathmir Hidupkan Kain Tenun Tidore yang
Sudah 100 Tahun Punah
Poes Craft: Mengubah Limbah Menjadi Produk Bernilai Tinggi
Kedai Berbagi: Wadah untuk Berbagi Keterampilan dan Kebaikan
DeChantique Suguhkan Koleksi “Purity of Heart”di Jakarta Fashion Trend 2024
Tahu Jeletot Taisi, Goreng Tahu Pedas yang Sukses
Bangkit dari Bangkrut
Yohanna Gewang, Pengusaha Spa yang Berkembang
Pesat di Masa Pandemi
Cyber – Xotic Najua Yanti yang Terinspirasi Starwars
Cerita Kartika Winata Datangkan Merk Jam Tangan Mewah Independen ke Indonesia
Dra. Dewi Sri Isfandiary, S.Pd.: Membangun Kecintaan pada Tata Boga dan Pendidikan di LPK Rachma
Salsabila Atmaja Juarai Ajang Mister Miss Grand Tourism Indonesia 2024
Puji Syukur atas segala rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kepada kami waktu dan kesempatan untuk tetap terus berkarya memberikan beragam informasi yang dikemas sebagai Jembatan Informasi Indonesia – Amerika.
Majalah Kabari edisi kali ini menghadirkan beragam informasi serta artikel menarik buat para pembaca Kabari yang budiman.
Desember tahun lalu menjadi bulan yang spesial bagi Anita Gathmir. Pasalnya, pendiri merk kain wastra Puta Dino Kayangan ini berhasil mendapatkan penghargaan dan masuk dalam buku 95 Perempuan Tangguh dan Inspiratif di Indonesia.
Panggilan Jiwa, Anita tertarik dengan kain tenun Tidore karena dirinya berasal dari Tidore. Sebagai putra daerah, Anita terpanggil harus berbuat sesuatu untuk tanah kelahirannya. Baca selengkapnya hanya di cover story
Selain itu, Majalah Kabari edisi kali ini juga menghadirkan kisah menarik lainnya, ada Kedai Berbagi : Wadah Untuk Berbagi dan Kebaikan, kemudian ada Tahu Jeletot Taisi, Goreng Tahu Pedas yang Sukses Bangkit dari Bangkrut.
Dan masih banyak lagi artikel lainnya yang tak kalah menarik diantaranya : DeChantique Suguhkan Koleksi “Purity of Heart”di Jakarta Fashion Trend 2024, Yohanna Gewang, Pengusaha Spa yang Berkembang Pesat di Masa Pandemi. Simak selengkapnya hanya di Majalah Kabari Edisi 197.
Kabari merupakan majalah bulanan berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh PT. Cempaka International dan didistribusikan secara gratis di seluruh wilayah Amerika Serikat.
Kantor Cabang Jakarta Cempaka Putih Timur V No.15 Jakarta, Indonesia 10510 Tel: (021) 428-86112
Email redaksi: redaksi@kabarinews.com | Iklan : sales@kabarinews.com
PENERBIT
JOHN OEI
KOMISARIS INDONESIA
OLINA HIMAYANTI
DEWAN PENASIHAT
LISA TUNGKA
DIREKTUR UTAMA AMERIKA
INDRIATI (VONNY) OEI
DIREKTUR UTAMA INDONESIA
ANITA SETIAWARDI
PENULIS
ASBAN NATAWIJAYA
PENATA ARTISTIK
Yanti bi
VIDEO
FANIE EKASYAH
KONTRIBUTOR
STANLEY CHANDRA
RIANA K LIPTAK
HARRY PRASETYO
ADMINISTRASI
DEWI LIEM
IKLAN DAN PEMASARAN
WEINA TANUWIJAYA
SIRKULASI
PETER ZHAN
Desember tahun lalu menjadi bulan yang spesial bagi Anita Gathmir. Pasalnya, pendiri merk kain wastra Puta Dino Kayangan ini berhasil mendapatkan penghargaan dan masuk dalam buku 95 Perempuan Tangguh dan Inspiratif di Indonesia.
Keberhasilannya masuk dalam 95 Perempuan Tangguh dan Inspiratif di Indonesia berkat kiprahnya dalam mengembalikan dan melestarikan kain tenun Tidore yang sudah 100 tahun punah.
Anita pun bangga dengan apa yang dikerjakannya dan bisa masuk dalam daftar tersebut bersanding dengan tokoh-tokoh di Indonesia, seperti Najwa Shihab, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, pegiat dan aktivis literasi Butet Manurung, artis Titiek Puspa, dan lainnya.
“Pertama kali saya tahu, saya sempat nangis, saya merasa apa yang saya lakukan ternyata dihargai dan saya bisa berada dalam satu buku dengan orang – orang hebat di Indonesia. Dan ini membuat saya merasa bangga sekali. Saya lebih termotivasi lagi untuk bisa memberikan sesuatu untuk Indonesia terutama untuk Tidore,” tuturnya kepada KABARI.
Panggilan Jiwa
Flashback ke belakang, Anita tertarik dengan kain tenun Tidore karena dirinya berasal dari Tidore. Sebagai putra daerah, Anita terpanggil harus berbuat sesuatu untuk tanah kelahirannya.
Tidore dahulu punya budaya menenun namun terlupakan. Di tahun 2017, ia melihat sebuah foto berwarna hitam putih di Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Tidore Kepulauan yang dokumen aslinya berada di museum yang ada di Leiden, Belanda.
Anita mencarinya karena rasa peduli kepada kampung halaman. Tenun Tidore adalah harta karun masyarakat Tidore. Ia mengumpulkan data serupa puzzle. Beserta dengan anak – anak muda dari Tidore mulai dari nol. Ia mengumpulkan informasi di masyarakat dan dibantu dari Bank Indonesia mulai belajar bagaimana menenun, bagaimana mewarnai dan juga mencari data tentang keberadaan kain tenun.
Diawal kegiatan, mereka didampingi oleh Universitas
Indonesia ( UI ) Fakultas Ilmu Budaya dalam mencari data. Anita mendapat informasi mengenai tenun Tidore dari museum yang ada di Leiden, Belanda. Berbekal informasi, dirinya merekonstruksi Tenun Tidore dengan mendirikan Puta Dino Kayangan
“Puta berarti kain, Dino artinya jahit atau susun, dan Kayangan tinggi. Jika ketiga kata itu digabungkan maka Puta Dino Kayangan berarti jahitan atau susunan kain yang manfaatnya tinggi,” kata Anita.
Tenun tidore memiliki sesuatu yang berbeda dengan tenun-tenun yang lain. Tenun Tidore mempunyai dua jenis tenun ikat dan tenun sukit. Tenun sukit ini yang sebenarnya berasal dari Tidore peninggalan asli. Tekniknya menggunakan teknik sukit dengan motif –motif yang di dalamnya itu dibuat dengan cerita tentang Tidore seperti Cengkeh, Pala, Kalajengking, mahkota Spanyol.
“Semuanya terkait dari cerita Tidore. Begitu pun dengan warna yang dipakai adalah warna - warna alam yang khusus sekarang kita sudah ada warna dari Cengkeh dan Pala dan itu memang spesifik punya Tidore, Maluku Utara khususnya,” tuturnya.
Sampai sekarang, Anita telah melakukan berbagai kegiatan pelestarian Tenun Tidore. Ya! Anita tidak kerja sendiri, ia berkolaborasi dengan berbagai pihak. Seperti merangkul sekolah - sekolah di Tidore sampai ke Rutan.
“Kami meminjamkan alat dan melatih orang –
orang rutan, juga demikian anak – anak sekolah ada lebih dari 200 anak datang ke Rumah Tenun untuk belajar keterampilan lebih ke wirausaha. Rumah Tenun ini akan mencari cara agar apa yang kita lakukan ini bisa betul – betul di rasakan manfaatnya untuk orang –orang yang mengerjakan sehingga hidupnya bisa lebih baik dengan tetap menjaga budaya dan sejarah,” tuturnya.
Selain itu, Anita juga melakukan kegiatan promo tenun Tidore dalam skala nasional maupun internasional. Tenun Tidore telah melalang buana ke beberapa negara seperti Paris, Jepang, Afrika Selatan sampai New York.
“Selama ini beberapa kegiatan termasuk juga dengan melakukan pendekatan kepada anak – anak muda untuk mau melakukan kegiatan menenun dan mengenalkan produk – produk tenun sederhana sehingga orang – orang tertarik untuk ikut melakukan kegiatan
tenun,” kata Anita.
Seperti yang dilakukannya di Kyoto, Jepang. Anita bersama tim menciptakan alat tenun dari sumpit dan dibawa ke Jepang. Disana ia mengajar lebih dari 50 orang untuk kegiatan menenun.
Demikian juga di Jakarta, dirinya juga membuat kegiatan tersebut dan akan terus dilanjutkan ke beberapa tempat. Anita berharap tenun yang sudah temukan kembali ini tetap lestari. Anak – anak muda di Tidore maupun masyarakat Tidore bangga dengan memakai kain tenunnya sendiri dan mau ikut melestarikan kain tenun Tidore.
“Saya merasa ingin berbuat sesuatu untuk kampung saya, meninggalkan jejak di kampung saya kedepan, anak cucu bisa mengingat saya dengan apa yang saya buat.”
Pandemi tidak hanya memberikan dampak negatif pada kehidupan sehari-hari, namun juga menjadi pemicu kreativitas bagi beberapa individu.
Ratih Puspitawati, seorang pengusaha dalam bidang craft dan olah kain, menceritakan perjalanan unik Poes Craft Syle yang memulai usahanya dengan membuat mukena khusus dari katun Jepang.
Awalnya, Poes Craft Syle fokus pada produksi mukena dari katun Jepang dengan harga berkisar antara 250 ribu hingga 1 juta rupiah, tergantung pada model dan pemakaian bahan.
Namun, terinspirasi oleh keinginan untuk mengurangi limbah dan memanfaatkannya, mereka mulai mengembangkan berbagai produk seperti tas, sajadah, hingga pernak-pernik cempal untuk keperluan rumah tangga.
Menariknya, limbah dari bahan katun Jepang yang seharusnya dibuang menjadi sumber inspirasi untuk membuat berbagai aksesoris, kalung, bros, dan bahkan topi. Inovasi mereka tidak hanya mencakup produk fashion, tetapi juga melibatkan pembuatan home décor seperti selimut, penutup kursi, sarung bantal, dan taplak meja. Semua ini diproduksi dengan prinsip zero waste, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Ratih Puspitawati menjelaskan bahwa saat pandemi melanda, mereka memutuskan untuk fokus pada pengolahan limbah untuk menciptakan kreasi-kreasi yang diminati.
Meskipun pandemi menghentikan penjualan selama dua tahun, mereka berhasil tetap bergerak dengan membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, terutama home décor
yang banyak dicari selama periode tersebut.
“Motivasi tidak boleh padam,” ujar Ratih Puspitawati. Dalam kondisi sulit, Poes Craft Syle tetap bergerak karena memiliki pasukan dan merasa bahwa terus berkreasi adalah kunci untuk tetap hidup.
Meskipun mereka memulai tanpa mimpi besar, sekarang mereka bermimpi untuk memiliki “rumah limbah” atau “rumah perca” sebagai wujud dari upaya mereka dalam mengurangi limbah dan menciptakan produk yang memiliki nilai jual.
Kisah inspiratif ini juga mendapatkan dukungan dari beberapa pejabat yang memesan produk mereka, memberikan motivasi tambahan bagi Poes Craft Syle untuk terus bergerak maju. Ratih Puspitawati berharap agar masyarakat lebih banyak memesan produk dari UKM, sehingga bisa
memberikan dorongan bagi UKM lokal untuk terus berkembang.
Melalui perjalanan selama 10 tahun, Poes Craft Syle membuktikan bahwa kreativitas, semangat, dan kepedulian terhadap lingkungan dapat menjadi daya penggerak yang kuat untuk menciptakan karya seni yang tidak hanya indah, tetapi juga bermanfaat dan ramah lingkungan.
Kedai Berbagi, sebuah komunitas yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial, telah berdiri sejak tahun 2018. Komunitas ini didirikan oleh seorang wanita bernama Lucy Sylvana Aritonang
Lucy mengatakan bahwa pada saat ayahnya meninggal, ia merasa kesepian dan sedih. Ia kemudian berpikir untuk membuka tempat untuk berbagi dengan orang lain.
“Waktu itu papi saya baru meninggal jadi kita kan sepi disini terus kita punya garasi terus teman saya sudah ada yang nawarin kamu bikin aja disitu belajar nanti saya ngajar farma, akhirnya saya buka 2018 tapi kita bukanya bukan hanya farma, kita langsung buka gitar dan menggambar kebetulan ada orang – orang yang bisa untuk itu, kita mulainya disitu,” kata Lucy .
Visi dari Kedai Berbagi adalah untuk berbagi keterampilan dan keahlian. Lucy percaya bahwa setiap orang memiliki talenta dan keahlian yang bisa dibagikan kepada orang lain.
“Visinya itu bagaimana untuk kita berbagi dan berbagi itu sebagai menyenangkan hati, itu menurut kita. Jadi berbagi itu menyenangkan hati buat kami, jadi berbagi itu jangan bilang keterpaksaan tetapi lakukanlah dengan suka cita, jadi berbagi juga tidak perlu kita punya uang banyak atau kita menjadi orang yang hebat tapi berbagilah apa yang kita miliki, karena pasti semua orang punya talenta,” kata Lucy . Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh Kedai Berbagi meliputi berbagi keterampilan dan keahlian, berbagi sembako, dan berbagi baju layak pakai.
“Kita mulai dengan berbagi keterampilan berbagi keahlian, apa sih yang kita miliki, jadi teman –teman yang mau gabung sama kita, dan kita sudah meluas misalnya kita punya dana nih, kita mau bagi – bagi sembako itu juga bisa kita bagi –bagi sembako juga, waktu lalu kita juga pernah bagi beras dan kita cari dananya juga dari baju – baju layak pakai dan ibu – ibu disini punya baju masih layak pakai bisa diberikan ke kita nanti kita jual di harga 3000 dan itu bisa mendanai kedai berbagi sebagian dari dananya,” kata Lucy .
Kedai Berbagi memiliki kelas regular yang diadakan setiap minggu. Selain itu, juga ada kelas event yang diadakan secara khusus.
“Kita ada kelas regular, regular itu setiap minggu ada dan ada juga kelas event itu kelas – kelas spesial, jadi setiap hari itu ada kegiatan, malah kalau hari jumat itu kita ada dua kelas, terus kita sudah mulai
kelas pro, jadi yang sudah belajar kita sudah berapa tahun itu sudah lulus dan kita buka kelas profesionalnya juga untuk mereka juga bisa mengembangkan untuk yang lebih serius lagi,” kata Lucy.
Program-program yang sudah dijalankan oleh Kedai Berbagi meliputi kelas gitar, vocal, menjahit, keyboard, merajut, bahasa Inggris, menggambar, dan mewarnai.
Lucy mengatakan bahwa motivasinya dalam mengembangkan Kedai Berbagi adalah untuk menyebarkan sukacita dan kebaikan.
“Pada saat berbagi kita harus melakukan suka cita dan kita jangan berhenti, pada saat berhenti itu jangan sampai berhenti di kita, bagikan lagi ke orang lain, jadi saya sampai menjelaskan tidak boleh ambil berikutnya kalau dia belum berbagi, bukan kita mau maksa orang berbagi tapi coba deh ngerasain pada saat kamu berbagi kamu akan lihat suka cita yang orang dapat itulah yang menjadi imbalannya kita,” kata Lucy.
Lucy berharap bahwa Kedai Berbagi bisa berkembang pesat dan dapat membantu lebih banyak orang. Ia juga berharap bahwa murid-murid Kedai Berbagi bisa membuka cabang di tempat-tempat lain.
“Kita kan sekarang sudah seluruh Depok, kami berharap di banyak tempat karena sudah banyak yang minta, ada ngga cabangnya, dan kami berharap murid – muridnya bisa buka cabang di tempat – tempat yang lain,” kata Lucy.
Jakarta Fashion Trend (JFT) kembali hadir menyapa para pencinta fesyen di Indonesia. Digelar pada Rabu, (24/1/2024) di Tananusa Sarinah, Jakarta Pusat oleh Indonesian Fashion Chamber (IFC) , JFT menampilkan karya terbaik para fashion desainer Indonesia.
Salah satu desainer yang terlibat dalam gelaran JFT bertema “CyberXotic” ini adalah Ning Santoso lewat brand DeChantique yang menyuguhkan koleksi Purity of
Heart.
Ning Santoso mengatakan Purity of Heart terinspirasi dari kemurnian hati manusia yang sesungguhnya. Setiap manusia tercipta murni bagaikan selembar kertas yang putih bersih dan tidak bernoda.
Koleksi Purity of Heart mengambil gaya Dress Moslem dengan kombinasi bahan premium seperti silk, brukat, organza dan sentuhan hiasan payet.
Sementara warna yang digunakan
adalah warna monokromatic hitam, putih dan silver melambangkan warna “dasar” yang berarti murni tanpa pencampuran unsur lain. Warna hitam identik dengan keberanian, dan kewibawaan. Sedangkan warna putih melambangkan kesucian, kemurnian, kedamaian dan ketenangan Warna silver yang identik melambangkan keanggunan, kejayaan dan kesuksesan.
“Melalui karya kali ini,
dechantique ingin membawa kembali hati kita yang sudah banyak melalui hal-hal kurang baik untuk dimurnikan kembali dan menyambut ramadhan dengan hati yang bersih. Kemurnian hati akan membawa ketenangan serta kedamaian bagi kita untuk kembali beribadah dan memanjatkan doa kepada Sang Pencipta, Allah SWT,” tuturnya
“Harapannya adalah kita dapat menyambut bulan suci dan hari raya dengan meninggalkan keburukan untuk mendapatkan kemurnian hati.”
Tahu jeletot adalah salah satu camilan khas Indonesia yang terbuat dari tahu yang digoreng dengan tepung dan bumbu pedas. Camilan ini sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di daerah Jawa Barat.
Salah satu penjual tahu jeletot yang sukses adalah Tahu Jeletot Taisi. Tahu Jeletot Taisi berdiri pada tahun 2012 oleh Rosie Pakpahan. Pada awalnya, Rosie mengalami kebangkrutan dalam usahanya yang lain, yaitu usaha jamur goreng. Kebangkrutan ini membuat Rosie harus menanggung beban hutang yang cukup besar.
“Kebangkrutan ini juga membuat kami harus menanggung beban hutang yang cukup banyak buat kami saat itu, yang kemudian kami selesaikan dengan meminjam uang kepada orang tua,” kata Rosie kepada KABARI.
Namun, Rosie tidak menyerah. Ia berpikir keras untuk mencari usaha baru yang bisa menghasilkan uang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dari situlah terbersit ide untuk menjual gorengan, karena menurut Rosie, menjual gorenganlah yang paling gampang dan langsung mendapatkan uang.
Rosie tertarik dengan bisnis kuliner karena memang ia suka kulineran. Ia juga berpikir bahwa
semua orang butuh makan tiap hari, jadi bisnis kuliner sangat dibutuhkan orang.
Tahu Jeletot Taisi pertama kali dijual dengan menggunakan gerobak di Jalan Pipit, daerah Perumnas Depok 1. Keunggulan Tahu Jeletot Taisi dari yang lain adalah rasanya yang khas pedas gurih yang membuat orang penasaran dan ketagihan. Selain itu, Tahu Jeletot Taisi juga memiliki banyak varian, mulai dari ukuran besar, kecil, dan sedang, hingga varian isi yang terdiri dari original, spicy, extra spicy, dan chicken.
Keberhasilan Tahu Jeletot Taisi tidak lepas dari strategi bisnis yang diterapkan oleh Rosie. Salah satu strategi yang diterapkan adalah memastikan bahan baku yang digunakan adalah berkualitas baik dan harga yang terjangkau.
Untuk bahan baku tahu, Rosie memproduksinya langsung dari kacang kedelai, sehingga tidak perlu membeli tahu dari supplier. Selain itu, semua proses produksi dibuat se efisien mungkin, mulai dari tenaga kerja, produktivitas, hingga distribusi ke outlet-outlet.
Selama menjalankan usahanya, Rosie juga menghadapi berbagai
suka duka. Salah satu duka yang dialaminya adalah ketika perusahaan sedang membutuhkan uang untuk pembayaran gaji, supplier, hutang usaha, dll, namun kebetulan uang tidak cukup. Hal ini membuat Rosie merasa pusing tujuh keliling.
Rosie juga berpendapat bahwa persaingan usaha yang sehat itu baik sebagai pendorong untuk berlombalomba menjadi terbaik. Sebaliknya, jika tidak ada persaingan, justru bisa berbahaya karena bisa jadi menjadi lengah dan malah nyungsep.
Berkat kerja keras dan perjuangannya, Tahu Jeletot Taisi kini telah memiliki ratusan outlet di berbagau wilayah Indonesia.
Rosie membagikan tips untuk menjalankan usaha, yaitu fokus dan perjuangkan mati-matian. Pastikan semua tim bekerja dengan baik sesuai dengan sistem yang sudah dibuat. Motivasi sukses, jalankan prosesnya dengan baik karena proses tidak akan menghianati hasil.
Untuk tahun ini, Rosie berencana untuk menambah revenue stream yaitu penjualan B2B (bisnis to bisnis) seperti horeca (hotel, restoran, dan café). Ia juga berencana untuk membuka outlet di beberapa kota di Indonesia.
1. Tur Guide berbahasa Indonesia/ Inggris.
2. Private Tur di Amerika dan Kanada: Supir berbahasa Indonesia dengan Mobil/Van/ Bis.
3. Sebelum Pulang ke Indonesia: Spesial Tur Program di Beberapa Negara di Asia Tenggara dengan Harga Grosir.
4. Sebelum Pulang ke Indonesia: Spesial Reuni Tur Program dengan Teman dan Famili Anda dari Indonesia.
5. Kantor di San Francisco, Los
Angeles (La Habra) dan Jakarta.
6. Karyawan berpengalaman lebih dari 20 tahun.
7. Endorsed oleh California Media International, Inc (Penerbit Majalah Kabari, Majalah Tur Dunia dan Majalah Joint Venture-Hidup Sehat).
8. Harga Grosir untuk Tur ke Asia Tenggara = Joint Venture dengan Perusahaan Tur Wholesale yang berdomisili di Jakarta, Worldlinks Indonesia, dimana Program Tur hanya dijual melalui agen-agen travel ritel di Indonesia.
Ingin mendapatkan Informasi Tur Terkini? Silakan daftar di TurDuniaGratis.com
Yohanna Gewang, Pemilik Alaya Spa & Wellness, merupakan salah satu pengusaha yang berhasil bangkit dari pandemi COVID-19.
Bisnis spa yang ia bangun selama 13 tahun, justru berkembang pesat di masa pandemi. Saat ini, Alaya Spa & Wellness memiliki 170 outlet yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Yohanna menceritakan bahwa di awal pandemi, semua outlet Alaya Spa & Wellness di kota-kota besar terpaksa tutup. Hal ini dikarenakan bisnis spa merupakan bisnis yang bersentuhan langsung dengan tamu, sehingga sangat rentan terhadap penularan COVID-19.
KabariSaat itu, Yohanna memiliki sekitar 500-700 terapis yang harus dirumahkan. Yohanna merasa bertanggung jawab untuk membantu para terapisnya agar bisa bertahan hidup.
Yohanna kemudian mencari peluang untuk membuka outlet Alaya Spa & Wellness di wilayahwilayah yang peraturannya lebih longgar dalam hal pembukaan spa. Ia pun akhirnya menemukan beberapa kota di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa Tengah yang peraturannya relatif lebih fleksibel. Strategi ini terbukti berhasil. Yohanna bisa membuka kembali outlet Alaya Spa & Wellness di wilayah-wilayah tersebut dan mempekerjakan kembali para terapisnya.
“Disitulah terasa bahwa ternyata niat baik kita itu memang di hijabah oleh Tuhan. Saya keliling kota-kota dan Alhamdulliah tidak pernah kena virus Corona,” kata Yohanna. Namun, tantangan tidak berhenti di situ. Di tengah upayanya
untuk bangkit dari pandemi, Yohanna juga harus menghadapi peraturan PPKM yang membatasi operasional spa.
Yohanna pun kembali berputar otak untuk mencari solusi. Ia akhirnya memutuskan untuk memberikan bantuan berupa tempat tinggal dan makanan kepada para terapisnya yang berasal dari Jawa dan
terdampar di wilayah-wilayah lain akibat peraturan PPKM.
Yohanna juga terus berupaya untuk meningkatkan kualitas layanan dan penerapan protokol kesehatan di Alaya Spa & Wellness. Hal ini dilakukan agar Alaya Spa & Wellness dapat kembali beroperasi normal di masa new normal.
Upaya Yohanna akhirnya membuahkan hasil. Alaya Spa & Wellness berhasil lolos verifikasi dan dapat kembali beroperasi normal di beberapa kota.
Yohanna berharap kisahnya dapat menjadi inspirasi bagi para pengusaha lainnya. Ia juga berpesan agar para pengusaha tidak menyerah di tengah pandemi.
“Karena saya kepikiran bahwa karyawan saya itu harus bekerja. Poinnya di situ, saya bukan melakukan ekspansi karena bisnis, tapi karena memikirkan para karyawan,” pungkas Yohanna.
Kisah Yohanna Gewang ini menjadi bukti bahwa dengan kerja keras dan tekad yang kuat, kita dapat melewati berbagai tantangan, bahkan di masa yang sulit sekalipun.
Jakarta Fashion Trend (JFT) 2024 digelar beberapa waktu lalu di Jakarta. Dalam ajang ini, para fashion desainer menampilkan berbagai desain busana yang memadukan budaya wastra Indonesia dunia digital dalam siluet busana yang ultramodern, namun tetap bisa digunakan dalam keseharian.
Salah satu fashion desainer yang cukup menarik perhatian adalah fashion desainer Najua Yanti . Tak hanya menarik karena karya busananya saja melainkan konsep yang diusung olehnya.
Koleksi Ramadhan dan Raya Najua Yanti terinspirasi oleh film garapan George Lucas, Starwars dengan tokoh sentral yaitu Padme. Padmé adalah salah satu tokoh penting dalam film fiksi Star Wars. Padmé yang dimainkan oleh Natalie Portman dalam trilogi prekuel Star Wars adalah istri Anakin Skywalker dan ibu kandung Princess Leia Organa dan Luke Skywalker.
“Padme adalah tokoh yang futuristik tetapi tetap earthty. Saya membawakan koleksi anak – anak yang terinpirasi dari Cyber Xotic yaitu tema futuristik namun tidak berarti tidak bisa dipakai sehari-hari, tetap bisa dipakai dengan nuansa silver, apricoat silver tetap dengan shimmer karena memang sedang trend saat ini,” tuturnya kepada KABARI.
Garis rancang busana syar’i ini dapat dipakai secara modest yang artinya bisa dipadukan tidak dengan hijab dan bisa dikenakan dengan hijab. Untuk dewasanya dengan cutting yang lose terdiri dari dua pieces atau tiga pieces karena koleksi ini sifatnya multifungsi.
Sementara untuk lengan, Najua Yanti membuatnya lebar karena Padme adalah tokoh yang sangat memperhatikan fashion. Dalam
film Starwars mungkin Padme adalah salah satu tokoh yang paling fashionable. Lengan lebar adalah aplikasi untuk menambah kesan cantik dan ini adalah aplikasi dari bahan yang lentur yang berwarna syani sehingga tampak pesan futuristik dan cyber.
Untuk penggunaan warna, Najua mengambil warna yang mengarah pada futuristik seperti warna krem, silver kemudian ada warna sedikit putih kemudian abu – abu, apricoat dan tera cota kemudian ada sedikit shimmer.
“Shimmer selalu ada karena cyber itu cocok dengan syani dan
juga seperti metalik tetapi tidak dibawakan secara robotic dan koleksi ini adalah terjemahan dari Cyber Xotic dari trend 2024 versi saya,” tuturnya
Koleksi Cyber – Xotic dapat dipakai oleh siapa saja dengan harga yang terjangkau. Khusus tahun ini Najua Yanti akan concern ke busana anak karena permintaan busana anak mulai tinggi lagi sejak pandemi .
“Anak – anak sudah mulai aktif lagi datang ke pesta social life dan bergaul lagi, dan Ramadhan ini, saya akan concern ke busana anak – anak beserta juga ibunya,” pungkasnya.
Siapa yang suka kangen masakan rumah pas lagi diperantauan?
Pawon Om Wil solusinya. Karena diolah higienis dan modern, Pawon Om Wil bisa tahan hinga 1 tahun walau gak masuk kulkas. Jadi lebih mudah dibawa kemana-mana, lebih mudah disimpan dan lebih cepat disajikan. Cocok banget dinikmati kalau kamu lagi rindu masakan Nusantara.
Untuk Distributor silakan kontak Vonny di Kabari 4155332696
Digital Magazine
Digital Magazine with Video E-News Email
Written Articles in KabariNews.com
Copy & Paste from other Medias
Number of Videos (YouTube)
Number of Video Viewers (YouTube)
Number of Video Subscribers (YouTube) Webinar
Livestream Social Media
Facebook Subscribers: Ikut Kabari Amerika
KabariNews.com in Ranking.com KabariNews.com in Alexa.com
Kartika Winata tumbuh dengan dikelilingi jam tangan. Ayahnya, seorang pengusaha, adalah seorang kolektor jam tangan. Suatu ketika Winata diberikan sebuah arloji sebagai hadiah.
“Saya tidak akan mengatakan itu adalah cinta pada pandangan pertama,” kata Winata. “Sebagai seorang gadis muda dan remaja, saya secara alami tahu banyak tentang jam tangan karena ayah saya terus membicarakannya.”
Winata menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di Singapura, sebelum pindah kembali ke Jakarta ketika ia berusia 12 tahun. Saat beranjak dewasa, ia belajar di Universitas San Diego, mengambil jurusan pemasaran dan komunikasi. Dia juga mengikuti kursus psikologi di Universitas Oxford.
Dari semua jam tangan yang dimiliki ayahnya, jam tangan Delacour miliknya selalu menonjol di mata Winata. Delacour adalah merek jam tangan mewah independen Swiss dan arlojinya terkenal dengan bentuk tonneau yang unik dan khas.
“Semua jam tangan lainnya biasanya berbentuk bulat. Jadi setiap kali saya melihat ayah saya memakai arloji Delacour, saya akan mengatakan kepadanya, ‘jam tangan yang bagus, Ayah’.”
Kesempatan bertemu dengan pendiri Delacour di Singapura saat acara Lamborghini kemudian berubah menjadi peluang bisnis bagi Winata. Saat itu Delacour baru saja menyelesaikan kontraknya dengan retailer asli yang memboyongnya ke Indonesia. Winata saat itu berusia awal 20-an dan ingin memulai perjalanan kewirausahaan.
Pada tahun 2014, di usianya yang baru 24 tahun, ia menerima tantangan ini dan mendirikan Eurobutik Bangun Indonesia (EBIWatch) bersama dua mitra lainnya (yang telah keluar dari perusahaan). EBIWatch awalnya hanya mendistribusikan Delacour, namun kurang dari dua tahun kemudian, perusahaan mulai menambahkan lebih banyak merek ke dalam portofolionya.
“Dalam industri jam tangan di Indonesia, ada sesuatu
yang hilang karena semua merek independen ini tidak memiliki kehadiran atau distributor. Jadi itu adalah sesuatu yang saya pikir bisa saya penuhi,” kata Winata.
Maju ke tahun 2023, Winata kini berusia 30-an dan menjadi ibu dari dua anak. Bisnisnya pun semakin berkembang. Saat ini, bersama Delacour, EBIWatch adalah distributor H Moser & Cie, Hautlence, Grand Seiko, Corum, Reservoir, BRM dan Dietrich di Indonesia. Perusahaan ini memiliki butik multi-merek bernama Independent di mal Pacific Place Jakarta, serta butik monobrand Corum di Gedung Elysee, yang terletak di jantung kawasan CBD kota.
Perhatikan Tren
Meski telah memperluas portofolio mereknya, Winata mengatakan pihaknya tetap melakukan proses seleksi yang ketat. “Penting agar merek-merek kita tidak saling menkanibalisasi dalam hal harga, target pasar, atau merek,” jelasnya.
“Mereka mungkin memiliki pelanggan yang serupa, tetapi titik harga atau DNA jam tangan mereka mungkin berbeda.”
Diakui Winata, meningkatkan skala bisnis tidak selalu menjadi rencananya. Dia memulai dari yang kecil, lebih memilih untuk memfokuskan upaya perusahaan pada “bayi pertamanya”, Delacour. “Merek ini berkinerja sangat baik dan kami segera menarik perhatian merek independen lainnya. Email mulai berdatangan meminta kami mendatangkan merek mereka karena mereka belum ada di Indonesia,” kenang Winata.
Setelah semakin percaya diri selama bertahuntahun, Winata dan timnya segera mulai “berburu” merek jam tangan di pameran global seperti Baselword yang sekarang sudah tidak ada lagi.
Sejak perusahaan ini didirikan, pelanggan intinya
adalah para kolektor jam tangan berpengalaman. “Mereka sudah memiliki semuanya, mulai dari Rolex, Pateks, hingga Audemar Piguet. Sebagai metafora, saya selalu menyamakan Rolex dengan Mercedes Benz. Tapi merek kami seperti Aston Martin atau Lamborghini. Merek-merek mainstream pasti sudah punya semua, jadi mau melangkah lebih jauh lagi,” renung Winata.
Namun profil pelanggan mulai berubah, tambah Winata. “Sekarang, kami memiliki penikmat jam tangan muda yang ingin segera berinvestasi pada merek independen. Salah satu penyebabnya adalah media sosial, yang membuatnya lebih mudah untuk mempelajari merek-merek ini.”
Namun yang tidak banyak berubah adalah pelanggan EBIWatch sebagian besar masih laki-laki. “Ada pertumbuhan pasar bagi pembeli jam tangan wanita, namun Indonesia lambat dalam mengejar ketertinggalannya,” ujar Winata. Hal ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa persentase perempuan dalam angkatan kerja di Indonesia masih lebih kecil, tambahnya.
“Itulah budaya di sini. Bahkan jika wanita membeli jam tangan, itu selalu merupakan jam tangan fashion, yang fokusnya adalah pada penampilan. Sedangkan seorang kolektor jam tangan sejati akan melihat pada mesin jamnya, penyelesaian akhir pelat jamnya, tempat pembuatannya. Semua ini kurang penting bagi pembeli jam tangan perempuan di Indonesia.”
Ketika Winata pertama kali memulai industri ini, pemimpin perempuan dalam pembuatan jam masih relatif jarang. Tentu saja Winata menghadapi rintangannya sendiri.
“Saya ingat saat perjalanan pertama saya ke Baselworld, para eksekutif dari semua merek besar ini berasumsi bahwa saya adalah pemagang pemasaran, padahal sebenarnya saya adalah salah satu pendirinya.”
Namun Winata menerima semua itu dengan tenang. “Saya tidak melihatnya sebagai hal yang negatif, karena menjadi seorang wanita muda di industri jam tangan telah memicu minat mereka dan membuat saya berkesan bagi mereka. Saya merasa terintimidasi pada awalnya, namun saya tahu bagaimana menampilkan diri sehingga rasa takut itu segera hilang. Sekarang saya melihatnya sebagai sebuah kekuatan untuk menjadi perempuan di industri yang didominasi laki-laki.”
Koleksi Jam Tangan
Dari sekian banyak merek jam tangan yang pernah ia temui sepanjang kariernya, Winata menceritakan bahwa Delacour akan selalu mendapat tempat spesial di hatinya. “Ini adalah merek pertama kami dan dengan merek ini, kami dapat berinvestasi untuk mendatangkan merek lain,” katanya.
Namun jika menyangkut jam tangan dari koleksinya sendiri, jam tangan favoritnya cenderung berubah. Dia saat ini menikmati mengenakan Grand Seiko SBGA407 miliknya, yang menampilkan pelat jam kepingan salju biru yang unik.
“Saya sebenarnya tidak punya banyak koleksi jam tangan,” kata Winata. “Berada di industri ini, saya menjadi sangat pemilih dalam hal berinvestasi pada jam tangan.”
Meskipun desain jam tangan harus menarik minatnya terlebih dahulu, hal-hal lain yang ia pertimbangkan termasuk finishing pelat jam, mesin jamnya, dan apakah jam tersebut dibuat sendiri.
“Kalau mesin jamnya tidak dibuat sendiri, apakah jam tangan saya sederhana atau butuh waktu setahun untuk servis jam tangan saya? Karena semakin rumit, waktu servisnya pun semakin lama,” sindir Winata. Jam tangan juga harus terpasang dengan nyaman di pergelangan tangannya.
Selain memiliki setidaknya satu jam tangan dari semua merek dalam portofolio EBIWatch, Winata juga memiliki Patek Philippe Nautilus, Cartier Santos, Rolex Daytona, dan Rolex GMT Master II, yang juga dikenal sebagai Rolex Batman. “Ini jam tangan yang sangat jantan, tapi saya membaginya dengan suami saya.”
Selama bertahun-tahun, ayahnya juga menghadiahkannya “beberapa jam tangan Franck Muller”. Dia juga memiliki Corum antik dari ibunya. “Karena ayah saya adalah seorang kolektor jam tangan, baginya tidak ada hadiah lain yang lebih baik daripada jam tangan. Itu tanda cintanya padaku,” kata Winata.
Dra. Dewi Sri Isfandiary, S.Pd.: Membangun
Sebuah kisah inspiratif muncul dari perjalanan Dra. Dewi Sri Isfandiary, S.Pd., yang awalnya menjadi asisten teman sebagai guru non-formal. Kini, perjalanan tersebut telah membawanya menjadi pendiri LPK Rachma, sebuah lembaga pelatihan kerja dan kursus yang memiliki visi dan misi untuk memajukan warga sekitar.
Awalnya tidak memiliki minat dalam memasak, Dra. Dewi kemudian menemukan passion-nya setelah mendapati bahwa masakannya diakui enak oleh banyak orang, termasuk keluarganya. Sejak saat itu, cinta pada tata boga tumbuh dalam dirinya.
LPK Rachma berdiri pada tahun 2008, dan Dewi Sri Isfandiary merasa bahwa sebagai pendidik, izin dan sertifikasi kompetensi adalah hal yang wajib dimiliki. Dari sinilah, LPK Rachma lahir dengan misi kuat untuk memajukan warga sekitar, memberikan keterampilan yang dapat menghasilkan pendapatan dan membantu keluarga.
Program yang ditawarkan oleh LPK Rachma melibatkan berbagai bidang, seperti Tata Boga, Tata Busana, Tata Kecantikan Rambut dan Kulit, hingga Tata Rias Pegantin Muslim. Awalnya dimulai dengan hanya satu atau dua orang, Dewi kemudian menjalin kerjasama dengan Disnaker dan Disdik kota Depok, menyebabkan jumlah murid melonjak menjadi lebih dari 1000.
“Alhamdulillah, banyak yang sudah berhasil dan
mendirikan warung kecil serta usaha mikro,” ujar Dewi dengan bangga.
Pengalaman awalnya, terutama saat memulai program Tata Kecantikan Rambut dan Kulit di kota Depok pada tahun 1995, menghadapi berbagai tantangan.
Namun, semangatnya tak pernah padam, bahkan dia melakukan perjalanan ke Bandung untuk mengikuti ujian kompetensi dan meraih gelar sebagai Assesor.
Dewi Sri Isfandiary menekankan bahwa motivasi suksesnya datang dari doa, kesabaran, sayang terhadap siapa pun, dan disiplin waktu. “Manusia itu yang dipercaya adalah ketepatan waktu,” katanya sambil tersenyum.
Dengan kesuksesan yang telah dicapai, Dewi berharap LPK dan LKP Rachma dapat terus berkembang. Rencananya untuk kedepan adalah selalu memiliki murid yang antusias dan menjalin kerjasama yang baik dengan berbagai pihak, termasuk Disnaker, Disdik, serta pemerintahan setempat.
Dengan semangat dan komitmen yang kuat, Dewi Sri Isfandiary terus memberikan kontribusi positif dalam memberdayakan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan.
Salsabila Atmaja, gadis berusia 20 tahun asal Kabupaten Cilacap berhasil menjuarai ajang Mister Miss Grand Tourism Indonesia 2024 (MMGTI 2024) dan akan maju ke Tingkat internasional.
Menyambut kepulangan Salsabila Atmaja, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Cilacap, Paiman mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Cilacap mengapresiasi pencapaian Salsabila dalam ajang Mister Miss Grand Tourism Indonesia 2024 dan dimahkotai menjadi Miss Grand Tourism Indonesia 2024.
“Saya mengapresiasi setinggitingginya kepada Salsabila atas pencapaian yang diraihnya. Wanita muda, cantik dan berkarisma. Menjadi bukti bahwa wanita Kabupaten Cilacap memiliki karakter yang kuat,” ujar Paiman dalam acara Homecoming Salsabila Atmaja MGTI 2024 di Hotel @Hom Cilacap, Minggu (28/1/2024).
Paiman berharap Salsabila bisa menjadi penggerak dan inspirator bagi anak muda Cilacap untuk terus berkarya serta mempromosikan pariwisata dan budaya Cilacap hingga kancah Internasional.
“Nama Cilacap berhasil terangkat berkat andil Salsabila dalam ajang
MMGTI 2024. Berkat promosi yang dilakukan Salsabila akan keunikan pariwisata dan produk kreatif di Cilacap, kini pariwisata Cilacap lebih dikenal dan dilirik oleh masyarakat secara luas lagi,” tuturnya.
Mewakili Penjabat Bupati Cilacap, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Cilacap, Jarot Prasojo juga berharap
kemenangan Salsabila bisa mendorong generasi muda di Cilacap untuk ikut serta melestarikan budaya Cilacap.
“Salsabila berhasil mengalahkan 47 lawannya dari seluruh Indonesia, kami sangat bangga atas pencapaian Salsabila yang luar biasa ini. Semoga kemenangan yang diraih Salsabilla dalam ajang MMGTI 2024 dapat
memberikan pengaruh positif bagi generasi muda dan melestarikan budaya daerah. Saya juga mengajak generasi muda sebagai penerus pembangunan untuk berperan aktif dalam meningkatkan branding pariwisata bahagia,” ucapnya.
Sementara Salsabila Atmaja menyampaikan motivasinya mengikuti MMGTI 2024 karena ingin berkontribusi positif bagi kota kelahirannya, Cilacap, Jawa Tengah dan Indonesia secara umum.
“Alhamdulillah saya terpilih dan akan mewakili Indonesia dalam ajang internasional. Kemudian saya juga ingin berprestasi selagi saya masih muda, menjadi inspirasi bagi generasi muda yang lain untuk mengembangkan pariwisata di Indonesia,” terang Salsabila kepada media.
Dalam ajang MMGTI 2024 yang digelar pada 19 Januari 2024 lalu, Salsabila mengangkat potensi wisata alam di Cilacap serta kerajinan di wilayah pesisir.
“Saya mengangkan dari wisata alamnya dan juga kerajinannya karena di Cilacap ini banyak kerajinan di wilayah pesisir seperti seni kriya, jadi hasil-hasil laut diolah menjadi seni kriya,” ucap mahasiswi jurusan Manajemen Bisnis di London School and Public Relation (LSPR).
Terkait dengan program ke depan, Salsabila akan menyosialisasikan sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan dan desa wisata.
“Programnya itu terfokus ke desa wisata. Saya akan menyosialisasikan program sustainable tourism, yaitu wisata yang berdampak dalam jangka panjang, jadi tidak hanya keuntungan sesaat tapi berdampak jangka panjang untuk ekonomi, sosial, dan juga masyarakat,”
pungkasnya.
Salsabila Atmaja sebelumnya pernah menjadi pembawa baki Paskibraka di Kabupaten Cilacap tahun 2018, menjadi Mbak Duta Wisata Kabupaten Cilacap tahun 2020, dan Miss Grand Tourism Jawa Tengah tahun 2023.
Selain Salsabila Atmaja, Mbak Duta Cilacap tahun 2022, Shinta Indah juga berhasil menjadi Miss Mega Bintang Jawa Timur tahun 2024 dan akan maju ke ajang Miss Mega Bintang Indonesia 2024.
Interaktif Majalah Digital Kabari Edisi 196
klik https://joom.ag/Mb0d Langganan daftar di KabariGratis.com
Edisi bulan ini:
• Prof. Dr. Taruna Ikrar, MD, PhD.GLOBAL MEDICAL CARE : Tantangan dan Peluang Dunia Kesehatan
• Leny Rafael x Wishnu Aji Kembangkan Wou Batik Luxury
• Cerita Harry Hasibuan yang Buat Busana Untuk Mereka Bertubuh Over Size
• Cerita Buah Hati Leny Rafael yang Suka Mendesain Busana Seperti Ibunya
• Resep Sukses Kwong Tung Tailor yang Berdiri Sejak Tahun 1931 Berhasil Bertahan Sampai Sekarang
• DIDESA Resto Hadirkan Menu Nusantara, Makan Jadi Serasa Rasa di Desa
• Kaloka yang Semakin Maju Gelorakan Kain Wastra Indonesia
• SMK Negeri 23 Jakarta Dorong Siswa untuk Kreatif di Industri Fashion
• Tips Sukses Usaha dari Yulia Astuti, Owner Moz5 Salon Muslimah yang Baru Buka Cabang ke-27
• Cerita Srivishnu Tailor yang Pernah Menjahit Pakaian Para Presiden Indonesia
Untuk menonton video klik KabariNews.com/67108