













• Majalah Kabari Digital
• Majalah Hidup Sehat
• Majalah Tur Dunia
• Majalah Extra Uang
Disebarkan ke
Lebih dari 27,000
Emails
Hubungi:
Lebih dari 25 juta
Kabari YouTube
Video Viewers
San Francisco : (415) 213-7323
Los Angeles : (562) 383-2100
Jakarta : (021) 4288-6112
Email: sales@kabarinews.com
DUBES UMAR HADI Berbagi Kisah dan Pengalaman dari Negeri Ginseng
CMO Wanita yang Menulis Puluhan Buku dan
Peduli Literasi
dr. Taruna Ikrar Menerima Penghargaan ICMI
Award Bidang Inovasi Teknologi Kesehatan 2021
Hidroponik Sebagai Alternatif Bercocok Tanam di Rumah
NANI OKTAVIANI Tampilkan Pesona Bordir
Tasikmalaya Dalam Busana Muslimah
Station 8 Bukan Sekedar Tempat Makan Bergaya
Amerika
Trend Fashion 2022 dari Michelle Hadip
YOWIS BEN Finale Gelar Gala Premiere di Era
New Normal
12 Tahun Rosewood Living Selalu Berikan Yang
Terbaik
Bros Istimewa ala Poes Craft
Puji Syukur atas segala rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kepada kami waktu dan kesempatan untuk tetap terus berkarya memberikan beragam informasi yang dikemas sebagai Jembatan Informasi Indonesia – Amerika.
Majalah Kabari edisi kali ini menghadirkan beragam informasi serta artikel inspirasi buat para pembaca Kabari yang budiman.
Pada pertengahan Maret 2017, Presiden Joko Widodo melantik
Drs. Umar Hadi, MA yang saat itu sedang mengemban tugas sebagai Konsul Jenderal Republik Indonesia (RI) di Los Angeles menjadi Duta Besar RI untuk Korea Selatan (Korsel). Simak kisah dan pengalamannya hanya di Cover Story.
Selain itu, kami juga menyuguhkan artikel menarik lainnya seperti dr. Taruna Ikrar Menerima Penghargaan ICMI Award Bidang Inovasi Teknologi Kesehatan 2021, kemudian ada Station 8 Bukan Sekedar Tempat Makan Bergaya Amerika.
Dan masih banyak lagi informasi lainnya yang tak kalah menarik yang kami rangkum di antaranya: Nani Otaviani, Tampilkan Pesona Bordir Tasikmalaya Dalam Busana Muslimah; Manfaat Hidroponik
Sebagai Alternatif Bercocok Tanam di Rumah; 12 Tahun Rosewood
Living Selalu Berikan Yang Terbaik, dan masih banyak lagi artikel lainnya yang layak anda simak hanya di Majalah Kabari Edisi 172.
Kabari merupakan majalah bulanan berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh California Media International, Inc dan didistribusikan secara gratis di seluruh wilayah Amerika Serikat.
Kantor Pusat 1788 19th Avenue, San Francisco, CA 94122
Tel: (415) 213-7327
Fax: (415) 294-7030
Kantor Cabang LA 731 N Beach Blvd, Ste 210. La Habra, CA 90631
Tel: (562) 383-2100
Kantor Cabang Jakarta Cempaka Putih Timur V No.15 Jakarta, Indonesia 10510 Tel: (021) 428-86112
Email redaksi: redaksi@kabarinews.com | Iklan : sales@kabarinews.com
penerbit
John oei
komisaris indonesia olina himayanti
dewan penasihat lisa tungka
direktur utama amerika indriati (vonny) oei
direktur utama indonesia anita setiawardi
penulis asban natawiJaya
penata artistik liemala helmi
video
Fanie ekasyah
kontributor
stanley Chandra riana k liptak harry prasetyo administrasi dewi liem
iklan dan pemasaran weina tanuwiJaya
sirkulasi peter zhang
Pada pertengahan Maret 2017, Presiden Joko Widodo melantik Drs. Umar Hadi, MA yang saat itu sedang mengemban tugas sebagai Konsul Jenderal Republik Indonesia (RI) di Los Angeles menjadi Duta Besar RI untuk Korea Selatan (Korsel). Bersama 16 Dubes lain yang dilantik di Istana Negara, beliau mengemban 4 misi utama yang diamanatkan oleh Presiden Jokowi. Adapun keempat misi tersebut antara lain menjaga kedaulatan wilayah RI, perlindungan Warga Negara Indonesia di luar negeri, diplomasi ekonomi, dan memainkan peran Indonesia di kancah internasional. Empat bulan pasca pelantikannya, Dubes Umar Hadi menyerahkan surat-surat kepercayaan kepada Presiden
Korea Selatan, Moon Jae-in, di Cheong Wa Dae (ref. Rumah Biru, Istana Kepresidenan Korsel).
Saat ditanya mengenai transisinya dari seorang Konjen menjadi Dubes, diplomat kelahiran 11 Februari 1968 itu menuturkan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara pokok pekerjaan keduanya. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa perbedaannya lebih kepada aspek keprotokolan.
“Dari sisi pencapaian misi, target-target, lalu apa yang ingin dicapai, dan bagaimana menggerakkan organisasi untuk mencapai target-target itu, saya kira sama,” jelasnya. Unsur lain yang membedakan adalah komposisi demografi diaspora Indonesia di Korsel dan LA. Di Korsel, sebagian besar dari 40.000 warga Indonesia yang ada merupakan tenaga kerja dalam usia produktif.
Sementara itu, 100.000 diaspora Indonesia yang berada di wilayah kerja Konsulat Jenderal RI di LA lebih beragam dari segi usia, latar belakang, agama, pekerjaan, dan lain sebagainya. “Sangat heterogen di California Selatan, sementara di Korea itu lebih homogen,” ungkapnya menyimpulkan perbedaan yang dimaksud.
Dalam Pusaran Nama Besar
Dalam perjalanan penugasannya, Dubes Umar Hadi tidak pernah jauh dari nama-nama besar di Indonesia.
Semasa dinas di Belanda, misalnya, beliau sempat menjadi Wakil Duta Besar (Deputy Chief of Mission / DCM) dari Alm. Dubes Junus Effendi (Fanny) Habibie, yang notabene merupakan adik kandung dari Alm. Presiden B.J. Habibie.
Tak lama berselang, beliau menjadi DCM dari Dubes Retno L.P. Marsudi yang kini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri di Kabinet Kerja. Pos Dubes RI di Korea Selatan pun pernah diisi oleh beberapa tokoh legenda, sebut saja Alm. Jenderal TNI (purn.) Benny Moerdani dan juga Letjen TNI (purn.) Sarwo Edhie Wibowo.
Saat ditemui Kabari di bilangan Jakarta Selatan, Dubes Umar mengaku sangat bersyukur telah diberi kepercayaan untuk menjadi Kepala Perwakilan RI di Korsel selama 4 tahun 4 bulan.
“Syukur Alhamdulillah semua bisa dilalui dengan selamat. Banyak misi yang kita capai bersama-sama. Sekali lagi bukan hanya karena Duta Besarnya, tapi ini suatu usaha bersama. Bukan hanya dari KBRI, tapi juga Indonesia Incorporated. Di sana ada BUMN seperti Bank BNI, Garuda, Indonesia Trade Promotion Center (ITPC), ada juga Investment Promotion Center,” ungkap sang diplomat karir kelahiran Bogor tersebut.
Menurutnya, keberhasilan misi tersebut juga tidak terlepas dari kontribusi, dukungan, dan partisipasi aktif dari sederet organisasi-organisasi kemasyarakatan
Indonesia yang ada di Korea Selatan, seperti Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU), PCI Muhammadiyah, Gereja Indonesia, dan juga komunitas kedaerahan yang ada di sana.
Belajar dari Penanganan Covid-19 di Negeri Ginseng
Sebagaimana seluruh negara di dunia, Korsel juga menghadapi pandemi Covid-19. Dubes Umar berbagi kisah tentang bagaimana tim KBRI Seoul yang dipimpinnya menghadapi tantangan di lapangan, mulai dari antisipasi kelangkaan masker sampai dengan mengirim tim untuk membantu warga saat ada ledakan Covid-19 di Daegu.
Suami dari Siti Nila Purnama Hadi itu juga bercerita tentang bagaimana sistem kerja pemerintah Korsel dalam menghadapi pandemi dan bagaimana mereka memanfaatkan infrastruktur hi-tech untuk keperluan contact tracing dan hidup berdampingan dengan Covid-19. Beliau juga mengemukakan setidaknya ada 3 hal yang menjadi kunci keberhasilan penanganan pandemi: kesiapsiagaan (preparedness), koherensi kebijakan (policy coherence), dan partisipasi publik (public participation).
Simak lebih lanjut penjelasan Dubes Umar Hadi mengenai penanganan Covid-19 di Negeri Ginseng!
Mission Accomplished di Korsel
Sepak terjang dan kontribusinya selama dinas di Korea Selatan mendapat perhatian dan pengakuan dari berbagai institusi, baik di dalam maupun luar negeri. Melewati tahun pertama masa penugasannya di Korsel, Dubes mendapat penghargaan 2018 Best Ambassador Award di Gedung Parlemen Korea Selatan.
Pada bulan Juni 2021, kinerja Kepala Perwakilan RI di Korsel ini kembali berbuah penghargaan. Kali ini, Dubes Umar dianugerahi gelar Warga Kehormatan Kota Seoul (Seoul Honorary Citizen). Upacara pengukuhan gelar tersebut dilaksanakan di Seoul City Hall dan dipimpin langsung oleh Walikota Oh Se-hoon. Alumni jurusan Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran ini merupakan Duta Besar RI pertama yang menerima gelar tersebut.
Dubes Umar dianugerahkan gelar tersebut karena dinilai telah berperan besar dalam meningkatkan kerja sama ekonomi Indo-Korsel, terutama investasi perusahaan-perusahaan raksasa Korsel ke Indonesia, memperdalam pertukaran budaya kedua negara, serta
memperkuat hubungan antara masyarakat Indonesia dengan Korsel, terutama dengan penduduk Kota Seoul.
Dalam sejarahnya, gelar tersebut juga tidak disematkan pada sembarang orang. Beberapa tokoh dunia yang telah mendapatkan gelar kehormatan tersebut di antaranya adalah aktor RRT Jackie Chan (1999), Presiden RI Joko Widodo (2016), dan Raja Spanyol Felipe VI (2019).
Semasa menjadi Kepala Perwakilan RI di Korsel, banyak prestasi yang beliau torehkan. Beliau mengatakan bahwa prestasi yang kini membuatnya tersenyum bangga adalah tercapainya misi untuk tidak hanya sekedar melayani dan melindungi warga Indonesia di Korsel, tetapi juga memberdayakan (empowering) mereka.
“Kita bikinlah satu program namanya Kampung Korea (Kami Mantab Pulang Dari Korea)… Isinya adalah kita bikin kelompok-
kelompok belajar yang inti pelajarannya adalah bagaimana memulai usaha dan bagaimana menjalankan usaha supaya berhasil,” jelasnya.
Dubes Umar lantas menambahkan bahwa program pemberdayaan TKI tersebut juga sempat menghadirkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno dan juga Chef William Wongso sebagai pembicara.
Besar harapan beliau akan TKI di Korsel, agar mereka tidak sekedar mengumpulkan tabungan semasa bekerja di sana, akan tetapi kelak dapat membuka lapangan pekerjaan baru sekembalinya ke Tanah Air.
Khazanah Budaya
Dalam Berdiplomasi
Di setiap pos penugasannya, Dubes Umar dikenal suka mengasah
keterampilan dalam hal budaya. Sebagai contoh, sewaktu bertugas di Los Angeles, beliau sempat mendalami Tari Bali dengan berguru kepada Prof. I Nyoman Wenten. Saat disinggung mengenai hal ini, sosok yang pernah mengenyam pendidikan S2 Hubungan Internasional di Fletcher School of Law and Diplomacy itu mengatakan bahwa dirinya sempat mempelajari seruling tradisional Korea yang bernama danso (dibaca tanso).
Meski mirip dengan seruling Sunda yang juga terbuat dari bambu, beliau menilai keduanya berbeda dalam hal teknik penggunaan. “Kalau lagu-lagu Korea itu agak berbeda ya langgamnya, meskipun sama pentatonik. Saya akhirnya main lagu-lagu Sunda pakai suling Korea,” ujarnya berkelakar.
Di samping hobinya bermusik dan bersepeda, Dubes Umar juga dikenal gemar menuangkan buah
pikirannya dalam karya tulis. Berikut beberapa judul buku yang pernah ditulis dan disuntingnya: The Linggajati Conference: A History Book for Children (2007), Indonesia and World Peace (2008), Indonesian Masterpieces at Home and Abroad (2009), dan Islam in Indonesia: A to Z Basic Reference (2009).
Pada tahun 2017, Dubes Umar juga sempat terjun ke dunia perfilman sebagai Eksekutif Produser dari film dokumenter yang berjudul Bali: Beats of Paradise. Sepulangnya dari Korsel, beliau kembali mempersiapkan sebuah buku yang sedikit banyak akan menyoroti tentang Korean pop culture atau yang lebih dikenal dengan K-pop. (Stanley Chandra)
Digital Magazine
Digital Magazine with Video E-News Email
Written Articles in KabariNews.com
Copy & Paste from other Medias
Number of Videos (YouTube)
Number of Video Viewers (YouTube)
Number of Video Subscribers (YouTube)
Webinar
Livestream
Social Media
Facebook Subscribers:
Ikut Kabari Amerika Kabari Magazine
Urban Kabari (English)
KabariNews.com in Ranking.com
KabariNews.com in Alexa.com
1/4
1/2
Selain aktif sebagai Chief Marketing Officer (CMO) dari Remote Skill Academy dan Founder dari Girls In Tech Id, Aulia Halimatussadiah atau yang akrab disapa Ollie merupakan seorang penulis handal yang telah menulis puluhan buku.
Tentu saja dunia literasi bukan hal yang asing bagi wanita yang telah menulis 32 buku ini. Buku telah menjadi “teman” nya sejak kecil. Di rumahnya selalu ada buku dan memiliki perpustakaan kecil, sehingga membuat dirinya terbiasanya dengan buku.
“Saat orang tua bepergian mereka selalu bawa pulang buku dan di kala akhir pekan, hiburannya juga ke toko buku, jadi saya menjadi suka membaca sejak dini. Kebiasaan membaca ini sangat membantu saya dalam belajar hal baru setelah dewasa,” katanya kepada KABARI.
Membudayakan budaya literasi itu penting. Selain melalui jalur formal seperti sekolahan. Terkadang budaya membaca dimulai dari lingkungan terdekat yaitu keluarga. Membangun budaya literasi sejak dini sebagai bekal pengetahuan di masa depan.
Tak hanya sebagai salah satu bekal untuk masa depan. Literasi juga salah satu cara ampuh menangkal HOAX. Ollie mengatakan jika seseorang lebih awas dalam membaca, mereka akan lebih teliti, bisa melakukan cross-check dan riset untuk mencari tahu tentang issue di masyarakat, sehingga mereka tidak akan mudah terhasut.
Lantas bagaimana dengan budaya literasi Indonesia saat ini?
Menurut Ollie minat baca di Indonesia sekarang cukup tinggi, tetapi tergantung format bacaannya. Menurutnya di sosial media atau blog, masyarakat juga membaca postingan yang mulai dari 500 kata setiap postingannya.
“Jika kita baca lebih dari 3 postingan saja, itu sudah 2000 kata per hari. Jadi minat baca sudah ada, tinggal memanjangkan komitmen membacanya dan mencoba membaca lebih banyak dalam format buku,” imbuhnya.
Yup! Indonesia negara yang luas. Namun banyak anak tidak teredukasi dengan baik dan tak tersentuh pendidikan formal. Tak sedikit penggiat literasi lokal tergerak membangun budaya baca di daerahnya.
Dan Ini, menurut Ollie, merupakan pergerakan yang bagus sekali jika dimulai di daerah. Melengkapi perpustakaan dengan buku-buku berkualitas, serta melatih anak-anak mudanya untuk merekam budaya lokal dalam bentuk tulisan akan sangat membantu perkembangan literasi di Indonesia. (Harry Prasetyo)
Ilmuwan Indonesia Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, PhD kembali menorehkan prestasi gemilang. Setelah menduduki posisi sebagai Director of Members-at-Large di International Association of Medical Regulatory Authorities (IAMRA), dr. Taruna Ikrar, menerima penghargaan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) AWARD Bidang Inovasi Teknologi Kesehatan.
Penghargaan tersebut diterimanya dalam Muktamar VII ICMI Tahun 2021 dan MILAD ke-31 ICMI bertema “Membangun Indonesia Bermartabat, Menuju Indonesia Emas 2045” yang digelar di Hotel Grand Asrilia Bandung, awal bulan ini.
dr. Taruna menerima penghargaan tersebut berkat pengaruh dan manfaat penelitiannya terhadap kemajuan ilmu, teknologi, ekonomi, sosial, masyarakat, baik secara nasional maupun internasional.
dr. Taruna seperti diketahui telah melakukan penelitian kedokteran selama lebih dari 20 tahun, dan menghasilkan karya ilmiah kedokteran yang dipublikasikan di jurnal bereputasi International seperti Nature Journal, New England Journal of Medicine, Physiology Journal, Neuron Journal, Circulation Journal, Molecular Therapy, Frontier Journal dan lainnya.
dr. Taruna Ikrar yang menerima penghargaan tersebut, juga melihat pentingnya keberadaan ICMI.
dr. Taruna menyoroti tentang bagaimana pengaruh umat Islam pada kehidupan berbangsa, kaitannya dalam kiprah ICMI sejauh ini.
“Pendidikan berbangsa dan bernegara yang diterima kaum santri di luar dan di dalam kampus telah mematangkan mereka bukan saja secara mental, tetapi juga secara intelektual,” katanya.
Dia pun mengatakan, dari mereka itulah lahir critical mass yang responsif terhadap dinamika dan proses pembangunan yang sedang dijalankan dan juga telah memperkuat tradisi intelektual melalui pergumulan ide dan gagasan yang diekspresikan baik melalui forum seminar maupun tulisan di media cetak dan buku-buku.
“Seiring dengan itu juga terjadi perkembangan dan perubahan iklim politik yang semakin kondusif bagi tumbuhnya saling pengertian antara umat Islam dengan komponen bangsa lainnya, termasuk yang berada di dalam birokrasi,” jelasnya. (Harry Prasetyo)
Hidroponik bisa dikatakan salah satu cara jitu bercocok tanam di saat rumah hanya memiliki lahan yang terbatas. Ya! Cara bercocok tanam dengan Hidroponik tidak banyak menggunakan lahan dan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air dan lahan yang terbatas, seperti di rumah.
Nah, Lia Kusumawardhani yang merupakan salah satu anggota Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) memiliki hobi bercocok tanam dengan sistem Hidroponik. Wanita yang juga menjadi ketua bidang Koperasi dan UMKM IWAPI pun berbagi tips manfaat dalam melakukan Hidroponik.
Bagi Lia melakukan aktivitas bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik memiliki banyak manfaat. Pertama, Hidroponik seperti dikatakan di atas tidak banyak menggunakan lahan. Terlebih jika lahan di rumah sangat terbatas. Lahan atau tempat yang tersedia di rumah dapat digunakan asalkan ada sirkulasi udara dengan ruangan yang cukup pencahayaan dan jangan tertutup.
Kedua, aktivitas Hidroponik banyak menghabiskan waktu di rumah. Bercocok tanam dengan sistem hidroponik mengharuskan kita harus selalu berada di rumah, selain juga untuk mengecek tanaman di waktu
pagi – sore juga melihat apakah ada hama atau tidak di tanaman. Dan jangan lupa untuk selalu memperhatikan pengairannya.
Selain itu, ketika saat panen dapat dilakukan secara sendiri atau mengajak teman/rekan kerja. Jadi melakukan panen sekaligus menjadi ajang silaturahmi. Hasil panennya juga dapat dikonsumsi sendiri atau dibagikan ke teman, rekan atau saudara. (Harry Prasetyo) Selengkapnya Klik logo Video.
Usaha Nani Oktaviani di dunia mode sebetulnya berawal dari kebiasaannya mendesain pakaian yang ia kenakan seharihari. Tak disangka, desain yang dibuatnya itu ternyata menarik perhatian kawan dan handai taulannya.
Dari sana, ia memiliki ide dan tekad untuk terjun ke dunia Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di bidang busana Muslimah. Pada tahun 2003, Nani memberanikan diri untuk berpartisipasi di beberapa ajang pameran. Dan setahun kemudian, wanita asal Tasikmalaya tersebut membuka sebuah butik busana Muslimah di Kota Bogor yang diberi nama Dhya Moda.
Sejak awal perjalanannya sebagai desainer busana Muslimah, motif bordir dan batik menjadi fokus serta
daya pikat dalam karya rancangannya. Ada kalanya ia juga memasukkan unsur etnik ke dalamnya. Motif bordir Tasikmalaya yang ditampilkannya pun beragam, seperti bunga-bunga, sulur dedaunan, kupu-kupu, dan beragam motif menarik lainnya yang sering diasosiasikan dengan keanggunan dan kecantikan seorang wanita.
Sebagai pelaku usaha UMKM di bidang fashion, Nani mengaku bisnis yang dirintisnya sangat terpukul dengan adanya pandemi Covid-19 yang turut melanda Indonesia. “Mungkin juga banyak orang yang mengerem untuk berbelanja fashion pada saat pandemi,” ujarnya.
Meski dihadapkan pada situasi yang tidak mudah, dirinya menolak untuk menyerah. Kepada Kabari, ia pun mengaku inovasi dan kreativitas menjadi kunci yang
menyelamatkan usahanya selama masa pandemi.
Sebelum pandemi, produk Nani Oktaviani cukup sering berpartisipasi di ajang-ajang fashion show baik di dalam maupun luar negeri. Selain pernah ambil bagian di Indonesia Fashion Week (IFW) 2018, karyanya juga selalu tampil di panggung Indonesia Modest Fashion Week sejak beberapa tahun terakhir.
Busana Muslimah rancangannya pun mendapat sambutan yang positif selama beberapa kali mengikuti pameran ataupun fashion show di luar negeri. “Beberapa negara yang sudah saya datangi untuk fashion show memang sangat antusias dengan bisnis busana Muslimah ini,” ungkapnya.
Sebagai seorang pengusaha UMKM, Nani menilai dukungan pemerintah selama ini sangat bagus untuk pelaku usaha UMKM. “Saya sendiri sudah dibina sejak beberapa tahun ini oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan di Tasikmalaya dan saya juga pernah diberangkatkan untuk sekolah pengembangan desain bordir ke Jerman,” imbuhnya.
Ia mengaku sangat bersyukur mendapat kesempatan untuk menimba ilmu di sana. Pengalaman tersebut, menurutnya, menambah wawasannya yang lebih luas dalam bidang bordir, detail bordir dan juga pengenalan kepada teknologi dan mesin bordir terkini buatan Jerman.
Setelah mengamati perkembangan kondisi terkini di pasaran, Nani melihat secercah harapan dan lebih optimis dalam menghadapi fase New Normal. Ia menilai iklim usaha di Tanah Air sudah mulai membaik. Nani
pun mulai kebanjiran order. Saat ditanya mengenai projek yang sedang digarapnya, ia mengaku sedang mengerjakan desain personal untuk salah satu relasinya dan merampungkan pengerjaan seragam untuk beberapa hotel bintang lima di Jakarta. (Stanley Chandra)
Bandung adalah kota dengan sejuta pesona. Dari pesona kota, budaya sampai kulinernya. Lanskap kota dengan banyak bangunan tua, budaya tanah pasundan yang khas, dan tentu aneka ragam makanannya. Bisa dikatakan hampir rata-rata orang pergi ke kota ini adalah ingin memuaskan rasa laparnya. Yup! Bandung dikenal memiliki spot-spot terbaik untuk memanjakan lidah.
Nah salah satu spot kuline Bandung terletak di wilayah Sukajadi. Di Sukajadi ada satu tempat yang tak boleh dilewatkan begitu saja. Lokasinya tak jauh dari Paris Van Java Mall. Hanya beberapa ratus meter kaki melangkah, sampailah ke satu restoran bernama Station 8.
Letak Station 8 persis di pinggir jalan dengan bentuk bangunan yang berbeda dengan bangunan sekitarnya. Tampilan depan bangunan mencerminkan gaya khas restoran di Amerika Serikat.
Station 8 ini bukan sekedar tempat biasa untuk mengenyangkan perut. Melainkan tempat memanjakan mata dengan suasana yang klasik seperti kembali ke era lama. Konsep vintage ala negeri Paman Sam memang diusung oleh restoran yang sudah buka sejak November 2017 ini.
Tidak hanya bentuk depan bangunannya. Masuk ke dalam banyak sekali ditemukan ornamen-ornamen foto jadul yang terpasang di setiap ruangan.
Pun bagian dinding yang berbalut batu bata berwarna merah dan putih menambah kesan Vintage yang kental.
Station 8 terdiri dari beberapa lantai. Lantai pertama untuk santapsantap menu yang disediakan oleh Station 8 mulai dari menu Nusantara, Asian Food, hingga Western Beberapa menu jagoannya di antaranya, Nasi Bollywood Ayam Volcano, Nasi Chicken Finger, Nasi Bollywood Chicken Teriyaki, Nasi Bollywood Ayam Mongolia, Chicken Steak, Beef Steak, dan lainnya. Selain buat makan, di lantai pertama ini juga terdapat gerai air terapi kesehatan isi ulang, Tesha 8+.
Tesha 8+
Bagi yang ingin mencoba atau berbisnis minuman sehat, bisa tengok Tesha 8+ yang saat ini masih digeber pengembangannya. Air yang akan dijual dengan harga terjangkau untuk satu galonnya ini diklaim menyehatkan apabila dikonsumsi. Konsep yang diterapkan di Tesha 8+
ini adalah model refill/isi ulang.
“Adanya Tesha 8+ ini karena Pak Taufan pemilik Station 8 ini sudah menjadi agen dari beberapa air minum dalam kemasan dengan kategorinya air terapi. Nah, selama ini kita minum air untuk melepas dahaga, namun kita ingin orang minum air bukan lagi saat haus saja tapi minum air untuk terapi kesehatan. Dan sekarang ada yang lebih murah harganya yaitu air terapi kesehatan Tesha 8+,” kata Albert Gunawan dari Tesha 8+.
Diharapkan air terapi kesehatan di pasaran yang
harganya agak mahal untuk satu botol, dengan harga seperti itu dapat satu galon Tesha 8+. Semua orang dapat menikmati dengan murah air terapi kesehatan.
Trinity Project Indonesia By Station 8 Gallery
Naik ke lantai dua, ada dua tempat spesial. Yang pertama adalah Trinity Project Indonesia By Station 8 Gallery dan yang kedua adalah Unicorn 8.
Trinity Project Indonesia By Station 8 Gallery yang berada di lantai dua adalah persembahan dari Station 8 tentang seni yang di dalamnya adalah hasil karya lukisan dari seorang maestro Indonesia dengan julukan The Hidden Maestro.
Karya tersebut bertema religius dalam hal ini religi Kristiani, namun lukisan ini dapat dinikmati oleh semua kalangan. Karya-karya Hidden Maestro yang ditampilkan di antaranya The Face of Jesus, Jesus Of Nazareth, The Last Supper, The Cross, The Salvator, Holy Communion, Mother Mary Come To Jesus dan The Light.
Selain karya tersebut masih banyak lagi karya-karya sang maestro yang akan ditampilkan, salah satunya adalah duplikat lukisan ‘Salvator Mundi’ karya Leonardo Da Vinci yang dimiliki oleh pangeran Arab Saudi. Lukisan ini kabarnya memiliki harga spektakuler yaitu lebih dari 6 triliun rupiah. Diyakini lukisan tersebut akan menjadi duplikat Salvator Mundi terbaik di dunia.
“Trinity Project Indonesia By Station 8 Gallery baru akan opening setelah natal dan rencana akan terus
menambah koleksi-koleksi, tidak menutup kemungkinan pengunjung dapat membeli lukisan jika ada yang tertarik”, kata Tedi Hartono, Perwakilan Management Station 8.
Unicorn 8
Persis di samping Trinity Project Indonesia By Station 8 Gallery, ada tempat minuman kekinian Unicorn 8. Untuk melepas dahaga, di sinilah tempatnya! Unicorn 8 menyediakan minuman kekinian dengan rasa dan warna yang unik. Alasannya Station 8 merambah bisnis minuman tak lain karena minuman unicorn menjadi salah satu minuman yang digemari saat ini.
“Kebetulan minuman unicorn ini lonjakan permintaannya agak tinggi di Bandung, jadi Station 8 memutuskan untuk berbisnis
minuman kekinian. Dan kebetulan saya yang handel karena bisa membuat menu-menu kekinian dan lebih mengerti produknya,” kata Toni Muharam dari Unicorn 8. “Unicorn 8 ini dibangun untuk membangkitkan minuman kekinian jadi lebih kekinian lagi.”
Unicorn 8 yang baru opening 13 November 2021 ini menyediakan menu-menu minuman seperti Matcha & Coklat Macchiato, Macchiato Fruits, Rainbow, Sexy Blue, Berrycao, Cold Fruitea, Karamel Macchiato dan lainnya. Semua item dijual dengan harga yang ramah di kantong.
Saat ini Unicorn 8 hanya melayani penjualan offline saja. Rencana di tahun depan, Unicorn 8 baru akan merambah penjualan online dengan memanfaatkan layanan pesan makanan online (Harry Prasetyo) Selengkapnya Klik Video Berikut Ini.
Siapa yang suka kangen masakan rumah pas lagi diperantauan?
Pawon Om Wil solusinya. Karena diolah higienis dan modern, Pawon Om Wil bisa tahan hinga 1 tahun walau gak masuk kulkas. Jadi lebih mudah dibawa kemana-mana, lebih mudah disimpan dan lebih cepat disajikan. Cocok banget dinikmati kalau kamu lagi rindu masakan Nusantara.
Untuk Distributor silakan kontak Vonny di Kabari 4155332696
Sebagai desainer cilik, Michelle Hadip bisa dikatakan perancang busana yang tangguh, kreatif dan terus berinovasi. Setiap kali ada ajang fashion yang diikutinya, Michelle selalu mengeluarkan koleksinya yang fresh.
Sebut saja saat di Jogja Fashion Week 2021, Michelle Hadip mengambil tema Tweed Twist dengan gaya casual Korea. Kain polos bertekstur dan kain tweed bercorak kotak-kotak yang dipadankan dengan aksesoris berwarna gold membuat koleksi ini tampak trendi dan elegan.
Sementara itu di Surabaya Fashion Runway, Michelle menampilkan koleksi busana bertajuk Sparkle City yang terdiri dua koleksi busana yang dikombinasikan, yang pertama Sparkle Paradise dan yang kedua Pink City jadi dikombinasikan menjadi Sparkle City. Tema yang ditampilkannya sangat girly dengan warna pink seperti princess.
Menjelang tahun baru 2022, Michelle punya pandangan sendiri mengenai trend fashion di tahun depan. Kepada KABARI, Michelle mengatakan trend fashion di tahun 2021 dan tahun 2022 akan ada perubahan. Jika di 2021 banyak yang menyukai baju minimalis dan mudah dipakai, lain halnya di tahun 2022 nanti.
Di tahun depan, dimana pandemi Covid-19 sudah melandai dan masyarakat sudah menjalankan aktivitas kesseharian dengan normal kendati masih menerapkan protokol kesehatan. Orang akan menggunakan baju yang bright dengan motif seperti flower dan lebih natural.
“Warnanya akan lebih eksplor seperti warna pastel dan warna terang, jadi tidak hanya basic colour saja,” kata Michelle.
Lantas kenapa warna bright? Michelle mengatakan, pandemi mungkin tidak akan seperti tahun lalu dan orang akan lebih stand out dan mengeksplor menggunakan baju yang lebih attractive (Harry Prasetyo). Selengkapnya Klik logo Video.
Interaktif Majalah Digital Kabari Edisi 171
klik https://joom.ag/RamI Langganan daftar di KabariGratis.com
Edisi bulan ini:
• Tugas Baru dr. Taruna Ikrar
• Kreatif! Buat Boneka dari Clay
• D’Grobak Memperkenalkan Bakso Indonesia di AS
• Riana Kusuma: Batik For All
• Modernitas Bercampur Kearifan Lokal di O’nee Kopi
• Merawat Kucing Bisa Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab
• Gemes Juice Sidoarjo yang Terus Berkembang
• Sekolah Darurat Kartini Tetap Tangguh
• Bolekaka, Supermarket Dimsum Pertama di Indonesia
• Makan Asik Ditemani Kucing Cantik di Kopi Cat Café
Setelah malang melintang di dunia layar lebar Indonesia selama 3 tahun terakhir, YOWIS BEN Finale hadir sebagai penutup dari tetralogi film dan series YOWIS BEN. Group band YOWIS BEN sendiri telah menjadi kelompok musik yang riil, bahkan tidak jarang diundang untuk mengisi berbagai acara di Tanah Air. YOWIS BEN bahkan telah menjadi universe dan IP yang dihadirkan dalam bentuk merchandise, komik, dan resto. Berdasarkan keterangan pers yang dirilis oleh pihak Starvision Plus, YOWIS BEN juga akan segera hadir dalam bentuk animasi.
Selain pemutaran film, ajang Gala Premiere dari YOWIS BEN Finale juga menyajikan penampilan group musik YOWIS BEN dengan beberapa lagu andalan mereka. Adapun beberapa lagu yang ditampilkan antara lain Lagu Galau, Dulur Sak Lawase, dan Kudune Siji. Penampilan mereka pun disambut antusias oleh para undangan yang ikut berdendang bersama.
Pekerjaan Rumah dari YOWIS BEN 3
Drama komedi besutan Fajar Nugros dan Bayu Skak ini dibintangi oleh Bayu Skak, Joshua Suherman, Brandon Salim, Tutus Thomson, dan
Arief Didu. Turut berbagi layar dalam YOWIS BEN Finale adalah Anya Geraldine, Clairine Clay, Devina Aureel, Anggika Bolsterli, Putri Ayudya, Cut Meyriska, dan masih banyak lagi. Seperti halnya dalam ketiga film yang terdahulu, YOWIS BEN Finale sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa dan sebagian kecil menggunakan Bahasa Indonesia.
Bagi para penonton setia, akhir dari YOWIS BEN 3 memang masih meninggalkan segudang pertanyaan dan problematika yang belum tuntas. Misalnya, Apakah YOWIS BEN bubar setelah Nando ke Amerika? Lantas, bagaimana kisah cinta Doni dengan Alisa dan apakah Doni akan terus tinggal di gereja? Bagaimana juga dengan nasib Yayan yang segera menjadi bapak 2 anak? Apakah Cak Jon akan berhasil merebut kembali Mbak Rini dari Kapten Arjuna? Kali ini, apakah Bayu jadi terusir dari rumah kontrakannya? Dan, siapa yang akan dipilih oleh Bayu: Susan atau Asih?
Di edisi Finale ini, audiens akan dihadapkan pada adegan Bayu yang menyakiti perasaan Cak Jon ketika sedang patah hati mengetahui mbak Rini akan menikahi Kapten Arjuna. Nasib group musik Yowis Ben juga berada di ujung tanduk. Nando, yang siap untuk berangkat ke Amerika Serikat, membuat Bayu, Doni dan Yayan hancur harapannya. Saat keluarga Yowis Ben terpecah, Bayu juga terancam bubar dengan Asih karena kehadiran Susan.
Memaknai YOWIS BEN
Di hadapan insan pers selepas Gala Premiere YOWIS BEN Finale, Bayu Skak kembali mengingatkan tentang arti dan esensi dari YOWIS
BEN itu sendiri. “Seperti judulnya YOWIS BEN itu kan dari bahasa Jawa yang artinya adalah ya sudahlah. Ya sudahlah berarti mengikhlaskan,” ujarnya.
Sebagaimana dalam kehidupan setiap orang, YOWIS BEN juga memiliki segudang permasalahan dan problematikanya sendiri. Menurut Bayu, masalah itu dapat sedikit teratasi ketika dihadapi dengan adanya rasa ikhlas. “Yowis ben ajalah, enggak punya pacar yowis ben, besok cari pacar. Enggak punya kerjaan, yowis ben, besok cari kerja,” imbuhnya.
Besar harapan Bayu agar YOWIS BEN dapat dinikmati dan pesannya dapat dipetik oleh semua penonton dari beragam kalangan. Ia juga berharap YOWIS BEN Finale dapat hadir sebagai penutup yang manis dari tetralogi
YOWIS BEN dan menjadi kebanggaan masyarakat baik di dalam maupun luar Jawa.
Ketagihan Berbahasa Jawa
Sejak awal, Brandon Salim yang berperan sebagai Nando dalam YOWIS BEN memiliki tantangan tersendiri, terutama dalam hal bahasa. Sebagai seorang yang lahir dan besar di Jakarta, ia tidak paham benar dan fasih dalam menggunakan Bahasa Jawa. Namun demikian, dirinya dituntut untuk bisa berdialog dalam Bahasa Jawa selama berperan sebagai Nando.
“Lucunya pas reading pertama aku enggak bisa bahasa Jawa, Bayu pikir aku orang Jawa… Dan enggak cuma dialog Nando, tapi semua itu dalam Bahasa Jawa,” ujar putra aktor Ferry Salim. Akhirnya, Bayu pun turun
tangan dan menerjemahkan naskah skenario secara keseluruhan agar dapat dimengerti oleh Brandon. “Tapi yo saiki, aku wes apik koyoke Jawane,” imbuhnya sambil berkelakar.
Kini, ia mengaku ketagihan menggunakan Bahasa Jawa di kehidupannya sehari-hari. “Pas aku bicara dengan orang Jawa, wah hatinya langsung nembak gitu. Aku sudah 4 tahun sekarang, sudah ketagihan. Sama pak RT sekarang aku aja ngomongnya dalam bahasa Jawa,” ungkapnya.
Bergulat dengan Pandemi
Proses syuting YOWIS BEN Finale juga tidaklah mudah dan sempat terkendala pandemi. Bersamaan dengan YOWIS BEN 3, syuting pertama kali dimulai di Malang pada awal Maret 2020. Setelah syuting selama 3 hari, proses produksi terpaksa harus terhenti seiring peraturan pemerintah yang sedang mewajibkan pembatasan sosial dan protokol kesehatan ketat untuk menekan penyebaran Covid-19 di Tanah Air. Proses pengambilan gambar kembali dilanjutkan pada 2 September 2020. Seluruh proses syuting YOWIS BEN
Finale berakhir di Jakarta pada pertengahan Oktober 2020.
Solidaritas Sosial untuk Korban Erupsi Gunung Semeru
Pada premiere YOWIS BEN Finale, Bayu Skak mengaku turut prihatin terhadap korban erupsi Gunung Semeru yang belum lama ini melanda Kabupaten Lumajang. “Saya pun kemarin sempat merapatkan dengan tim YOWIS BEN, kami pun akan tur lagi. Jadi, disempatkan untuk ke Lumajang juga. Di sana pun kami sudah kontakan. Pak Bupatinya juga sudah ngobrol,” ujar sineas asal Malang, Jawa Timur ini. Bayu dan tim juga akan berbagi rezeki dari kesuksesan film YOWIS BEN. Ia pun berharap bantuan yang diberikan dapat bermanfaat untuk korban di sana. “Pihak Starvision pun sudah menyiapkan bingkisan berupa bantuan yang akan diserahkan ke para korban di sana melalui Pak Bupati,” tambahnya. (Stanley Chandra). Selengkapnya Klik logo Video.
Berawal dari masih sedikitnya pebisnis furniture dengan mengusung desain Modern Classic dan American Classic di Indonesia di tahun 2009, Antonius Rovy pun menjajal peruntungan dengan berbisnis furniture dengan desain sejenis.
Alhasil, di usianya ke-12 tahun sejak berdiri Rosewood Living selalu memberikan yang terbaik kepada pelanggan. Ya! Terbaik dalam konsep dan harganya yang affordable
“Memang di awal-awal membangun bisnis furniture ini memang sulit karena belum banyak yang mengenal brand kita. Namun dalam perkembangannya, respons yang kami terima cukup positif dan masyarakat sangat welcome, demand nya cukup tinggi,” tutur Rovy yang merupakan CEO dan pemilik Rosewood Living.
Indonesia ini, tambahnya, punya kesamaan dengan rumah-rumah yang ada di luar negeri. Dengan tipikal rumah yang besar, furniture Modern Classic dan American Classic dapat terakomodasi dengan baik,
beda dengan Singapura atau Hongkong yang lahannya terbatas.
Rovy mengatakan Rosewood Living memadukan unsur modern dari desain classic yang sudah ada. Soal harga-harga yang ditawarkan menjadi salah satu keunggulan dari bisnis yang Rosewood Living dijalankan.
“Desain modern classic banyak di eksport lalu di import lagi ke Indonesia. Harganya jadi mahal, kita pikir dengan harga yang kita tawarkan itu cukup sepandan dan terjangkau,” tutur Rovy.
Rosewood Living menyediakan berbagai pilihan, mulai dari Living Set, Dining Set dan Bedroom Set.
Namun permintaan pasar paling banyak untuk Living Set dan Dining Set. Selain memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, Rosewood Living juga telah mengeksport produknya ke Singapura, Malaysia, bahkan ke Saudi Arabia, Amerika dan negara lainnya.
“Di Indonesia, material kayu sangat melimpah begitu pula dengan pengrajin yang skillfull. Yang kurang di Indonesia adalah soal desain dan konsepnya. Menyajikan konsep dan desain yang menarik adalah tantangan bagi kita. Tetapi kami selalu berusaha lebih matang dalam konsep dan detail,” kata Rovy. (Harry Prasetyo). Selengkapnya Klik logo Video.
Bros istimewa ala
Lebih dari 15 tahun Ratih Puspitawati menggeluti bisnis kerajinan tangan . Yang awalnya hanya mengerjakan hampers dan suvenir, sekarang Ratih dengan Poes Craft-nya melebarkan sayap bisnis dengan mengerjakan aksesoris-aksesoris untuk butik.
Poes Craft mengerjakan suvenir pengantin selama 20 tahun yang lalu. Lambat laun karena suvenir pengantin banyak yang buat, Poes Craft pun mulai mengerjakan produk lain yang mulai spesifik.
“Kami pun membuat bros. Bros kami spesial karena terbuat dari segala bahan. Tanpa disangka, brand Poes Craft lebih dikenal dengan bros-nya dan kami juga mengkoleksi bros dari berbagai negara sehingga terus berinovasi sampai sekarang,” kata Ratih kepada KABARI.
Keistimewaan dari produk Poes Craft adalah semua produk dikerjakan secara handmade dengan detail yang rumit. Contohnya seperti Kambo Song yang merupakan manik-manik kecil yang disulam dengan indah.
“Memang pekerjaan ini rumit dan perlu ketelitian, presisi, kebetulan kami terbantukan oleh SDM yang mumpuni yang telah bekerja lebih dari 15 tahun jadi pengrajin. Jadi mereka sudah paham karakteristik Poes Craft dan itulah keistimewaan kami,” Imbuh Ratih.
Poes Craft dalam memasarkan produknya mengandalkan cara lama yaitu offline walaupun juga menempuh jalur online. Komunitas – komunitas menjadi semacam wadah yang membantu produk Poes Craft dan juga dibantu oleh kliennya yang memiliki 100 outlet.
Selain itu, Ratih juga rajin mengikuti pameranpameran. Dari mengikuti banyak pameran, Poes Craft
semakin dikenal dan berkembang. Dalam menjalin relasi dengan pelanggan, Poes Craft selalu melayani dengan hati, apabila ada kerusakan akan langsung diperbaiki secara gratis dengan free ongkir. “Pelanggan kami banyak yang di atas 40 tahun dan lebih senang memegang barang langsung atau saat kami mengeluarkan produk dan share melalui facebook atau melalui grup WA, mereka sudah membayangkan kalau foto begini hasilnya kira-kira seperti ini, kalau berjualan melalui non-market place, mereka lebih paham bahwa kualitasnya seperti ini,” kata Ratih. (Kabari1008)
masyarakat
Untuk menonton video klik KabariNews.com/67108