Humanity Insight

Page 1

HUMANITY INSIGHT Majalah Internal Dua Pekanan Program Kemanusiaan ACT

ACT Saudarakan Para Dermawan Kisah Keluarga PraSejahtera Palestina

Edisi XXXIII/16-28 Februari


240.873 Penerima Manfaat

677 Aksi

9 Negara

21

Provinsi

4.073 Relawan

Data Aksi HCN pekan 3 & 4 Februari


DAFTAR ISI

1

ACT Saudarakan Para Dermawan

5

9 Rubah Peradaban Lewat Sedekah

Kisah Keluarga Pra-Sejahtera Palestina


HUMANITY INSIHGT

Pembina

Ibnu Khajar Dwiko Hari Dastriadi Sri Eddy Kuncoro

Koordinator

Sunano

Penulis

Lia Esdwiyanisyam Arif

Editor

Sunano

Data

Agus Wahyu Ashari Utomo Putra

Tata Letak

Lia Esdwiyanisyam Arif

14

Air Bersih dan Sanitasi Layak Untuk Penyintas Bencana

17

Gotong Royong Realisasikan Wakaf Sawah Produktif

Kantor Redaksi Menara 165 office Tower lt.11 Jl. TB Simatupang Kav. 1 Cilandak Timur Jakarta Selatan, 12560 Indonesia

24

Mengukur Ketahanan Pangan Indonesia


dampingi saudara di Palestina

Masuk abad ke-21, beberapa konflik negara Islam makin menegang. Salah satu distrik yang tak pernah aman adalah Jalur Gaza dan sekitanya. Keberadaan Palestina menjadi titik spiral konflik kemanusiaan di Timur Tengah. Pengepungan Israel atas Gaza telah berjalan lebih dari sepuluh tahun lamanya. Hal tersebut menyebabkan kelumpuhkan di hampir seluruh sendi kehidupan kota Gaza. Isolasi masif tersebut sepenuhnya menutup mobilisasi warga Gaza untuk mengakses kesehatan, pendidikan, serta berniaga.

Program-Program Kemanusiaan ACT di Palestina

Sebagai Bentuk totalitas Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam membersamai masyarakat Palestina,Senin (22/2/2021) ACT resmi membuka kantor cabang di Gaza, Palestina. Pembukaan kantor ACT di Palestina juga memantapkan langkah kemanusiaan ACT untuk mebangun kehidupan di Palestina dimulai pada 2021.

Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ

IHC Global Qurban Paket pangan Winter Aid Ambulance Water Tank Pelayanan Kesehatan Bantuan Kursi Roda Ramadhan Project Sumur Wakaf Bantuan Kursi Roda Food Truck Makanan Siap Santap Global Aqiqah Bahan Bakar SFPI


ACT Saudarakan Para Dermawan

Konflik dan perang telah membawa Palestina jatuh pada kondisi yang kumuh tak tertata. Belum lagi ekonomi bergerak sangat lambat di tengah kepungan total militer Israel.


Keadaan Palestina Terkini

K

emelut kemanusiaan di Palestina dari hari ke hari kian mencekam. Krisis akibat perang menyebabkan warga harus kehilangan harta, pekerjaan bahkan kehilangan anggota keluarga mereka. Konflik dan perang telah membawa Palestina jatuh pada kondisi yang kumuh tak tertata. Belum lagi ekonomi bergerak sangat lambat di tengah kepungan total militer Israel. Selain krisis pangan yang membelit, rakyat Palestina pun mencoba bertahan dalam masalah hunian. Kenyataan yang tersaji di sudut-sudut pemukiman miskin Gaza, nyaris tak ada rumah yang bisa disebut layak huni. Belasan ribu keluarga miskin hidup di tengah kondisi rumah yang buruk. Tembok bolong bekas dihantam artileri berat Israel, pintu dan jendela lenyap, bahkan hanya dengan selembar kain terpal dan seng sebagai penutup dana tap jadi “hunian” sementara mereka. Problem lain yang semakin membelit, angka

HUMANITY INSIGHT

2

pengangguran dan kemiskinan terus menanjak. Jamal Alkhoudary, salah satu anggota parlemen Palestina mengungkapkan, 80 persen dari sekitar dua juta penduduk Gaza hidup di bawah garis kemiskinan. Sebanyak 60 persen pemuda di sana terpaksa menganggur karena minimnya lapangan pekerjaan. Biro Pusat Statistik Palestina menyebutkan, 80 persen warga Gaza berada pada kondisi kehidupan prasejahtera. Mereka tak punya banyak pilihan lain selain bergantung pada bantuan kemanusiaan. Akan halnya menurut survei tim Humanitarian Country Team sebanyak 2,45 juta penduduk Palestina membutuhkan bantuan. Rincian dari jumlah tersebut, 1,57 juta tinggal di Jalur Gaza dan 883,6 ribu jiwa tinggal di West Bank (Tepi Barat). Bahkan 1,2 juta adalah anak-anak (kurang dari 18 tahun), 1,1 juta dewasa (18-65 tahun), dan 80.000 jiwa adalah lanjut usia (lebih dari 65 tahun). Sementara presentasi wanita

sebanyak 49 persen dan laki-laki 51 persen. Tepi Barat atau West Bank merupakan bekas wilayah mandat Britania di Palestina yang diduduki oleh Israel usai Perang Enam Hari 1967. Sejauh ini, ada sekitar 2,6 sampai 3 juta warga Palestina yang bermukim di Tepi Barat. Merupakan wilayah terluas dan juga tempat suci dari tiga agama yang sering diperebutkan. Kondisi mereka makin diperparah dengan adanya penyebaran virus Covid-19. Seperti di Gaza juga menerapkan pembatasan kegiatan untuk memutus rantai penyebaran virus. Setelah menerapkan lockdown, bak kota mati. Hampir semua toko tutup, jalanan pun sepi. Hanya beberapa toko kebutuhan pokok yang diperkenankan untuk buka, dan beberapa orang yang keluar rumah juga memiliki urusan mendesak, bukan sekadar cari angin. Akibatnya, perekonomian Gaza menyusut sebanyak 7,6 persen, sebagaimana dilansir dari Al Jazeera.


Sebagai Pendamping Terdepan Saat ini Indonesia juga seperti Palestina, sedang menghadapi masa-masa sulit, berjuang keluar dari ganasnya dampak pandemi Covid19. Akan tetapi hal tersebut tak menjadi alasan para dermawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) memberi respon terbaik para saudara yang ada di Palestina. Memasuki awal tahun 2021 salah satu terobosan ACT dalam membantu saudara di Palestina adalah dengan mencetuskan program Sister Family PalestineIndonesia. Program ini

HUMANITY INSIGHT 3

hadir sebagai jawaban dari permasalahan sosial sekaligus menjadi mediator yang mempersaudarakan keluarga Indonesia dan Palestina yang terpapar perang, korban bencana kemanusiaan, dan kemiskinan. Program ini didasari semangat ACT mempersaudarakan dermawan Indonesia dengan keluarga Palestina sebagaimana Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Di samping itu, ikhtiar ini juga menjadi dorongan keluarga

Palestina untuk berdikari dan mampu bangkit dari persoalan ekonomi. Andi Noor Faradiba selaku koordinator program Sister Family Palestine-Indonesia menjelaskan, kondisi Palestina sebagai tolok ukur kebangkitan umat Islam dan menjadi acuan dalam mengukur value dari program ini. “Berdikarinya masyarakat Palestina sama dengan tingginya kemuliaan umat, dan hal tersebut dapat diraih dengan memberdayakan penduduk Syam.


Insyaallah, program ini juga bermanfaat untuk meningkatkan harga diri masyarakat Indonesia, sebagai umat yang menjadi sentral peradaban Islam dalam perannya mendukung Palestina. Indonesia hadir sebagai jawaban dari permasalahan kemiskinan global” ungkapnya. Secara teknis, program Sister Family Palestine-Indonesia meliputi proses pengumpulan dan pendalaman profil keluarga Palestina yang terlilit utang, menjadi korban perang, dan sebagainya dengan mengambil sampel 10 persen data primer berupa video dan foto dari target jumlah penerima manfaat, serta 100 persen data formal dalam bentuk form lalu dikenalkan ke calon donatur. Profil tersebut dijadikan bahan proses mendapatkan donatur (keluarga Indonesia)

HUMANITY INSIGHT

4

untuk mendukung kebutuhan keluarga prasejahtera Palestina selama 6 bulan bahkan hingga 1 tahun dalam keterikatan persaudaraan. Dalam proses persaudaraan ini, ACT akan membantu menghubungkan komunikasi dua keluarga (Indonesia-Palestina), misalnya interaksi via komunikasi daring. “Program ini akan membantu menjamin kehidupan dan fokus masalah yang ada di keluarga tersebut, misalnya kita membantu kebutuhan pangannya, sehingga mereka bisa fokus menyelesaikan masalah yang lain. Program ini akan memberikan bantuan sebanyak lima juta rupiah setiap keluarga, bagi teman-teman yang ingin berkontribusi, bisa dengan banyak jenis tidak harus besar atau langsung lima juta, tetapi bisa sama-sama berpatungan” tambah

Faradiba. Saat ini, jumlah penduduk yang berada dalam krisis kebutuhan parah telah meningkat menjadi 346.000 jiwa, kemudian mereka yang membutuhkan bantuan tempat tinggal di jalur Gaza sebanyak 880.000 jiwa serta 2,45 juta jiwa lainnya membutuhkan bantuan kemanusiaan. Perlunya penyelamatan segera yang bersifat rutin atau reguler bukan sekedar bantuan sesaat, sehingga menjadi keluarga asuh di program Sister Family Palestina-Indonesia sangat dibutuhkan oleh saudara kita di Palestina. Adapun grand launching Sister Family IndonesiaPalestina/SFIP, dilaksanakan berbarengan dengan Launching Kantor ACT Gaza, pada hari Selasa, 22 Februari 2021.


Kisah Keluarga Pra-Sejahtera Palestina Tingginya angka pengangguran di Jalur Gaza mengakibatkan banyak keluarga pra-sejahtera kehilangan sumber mata pencaharian.


S

ejak bulan Juni 2007, sekitar dua juta warga Palestina di Jalur Gaza telah terkurung di area seluas 365 meter persegi. Hal itu berakibat terpuruknya ekonomi Gaza serta terisolasinya wilayah tersebut dari dunia. Selain itu, operasi militer yang terjadi sejak 2008 hingga 2014 telah mengakibatkan rusaknya 1.500 bangunan bisnis dan industri serta 150.000 bangunan rumah serta fasilitas publik. Apalagi akibat blokade itu warga Gaza tidak dapat kembali bergerak bebas, melakukan aktivitas bisnis, serta bertemu dengan anggota keluarga mereka di luar Jalur Gaza. Dampak perekonomian Gaza semakin diperparah karena penyebaran Covid-19 menyebar. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya jumlah angka pengangguran di sejak pandemi virus corona menyebar. Sami Al-Amsi, Kepala Federasi Umum Serikat Dagang di Jalur Gaza menjelaskan, tingkat pengangguran yang hingga kini masih diblokade Israel meningkat sebesar 17 persen, dan kini 82 persen dari total populasi di Gaza tidak

HUMANITY INSIGHT

6

memiliki pekerjaan, sebagaimana dilaporkan Middle East Monitor pada November 2020. Menurut rilis resmi dari Federasi Umum Serikat Dagang di Jalur Gaza, pandemi corona telah berdampak langsung maupun tidak langsung kepada lebih dari 160.000 pekerja akibat banyak perusahaan yang terpaksa merumahkan banyak karyawannya. “Sektor transportasi umum telah lumpuh total. Ada sekitar 15.000 hingga 20.000 orang yang bekerja di sektor tersebut. Sektor konstruksi yang mempekerjakan sekitar 40.000 orang juga telah berhenti beroperasi. Sementara itu, dari sekitar 21.000 orang yang bekerja di sektor industri, hanya 8.000 orang yang dapat kembali bekerja. Selain itu, lebih dari 4.000 nelayan juga seringkali menjadi korban serangan dan blokade Israel” papar Al-Amsi. Tingginya angka pengangguran di Jalur Gaza mengakibatkan banyak keluarga prasejahtera kehilangan sumber mata pencaharian. Mana lagi selama pandemi para pekerja harus bekerja dalam jangka waktu yang lebih panjang setiap

harinya dan hanya menerima upah yang lebih rendah. Jam kerja berkisar antara sepuluh hingga tiga belas jam setiap harinya dengan upah harian yang berkisar antara 15 hingga 35 shekel (Rp64.000 hingga Rp149.500) dalam kondisi yang terbaik. Aksi Cepat Tanggap (ACT) mencatat beberapa keluarga di Jalur Gaza yang tidak lagi memiliki mata pencaharian, salah satunya adalah keluarga Bassam Sulaiman Salmi Eid yang tinggal di wilayah Al-Zawaida, Gaza. “Kondisi perekonomian keluarga ini sangat buruk. Sang kepala keluarga yang menyandang gelar Sarjana tidak mendapatkan kesempatan kerja di Gaza akibat krisis, padahal anak-anaknya masih berusia sekolah. Keluarga ini sangat membutuhkan persediaan makanan dan kebutuhan sehari-hari,” papar mitra ACT di Gaza, Selasa (12/1/2021). Kondisi serba kekurangan yang dihadapi keluarga dengan delapan anggota ini mengakibatkan mereka hidup dalam kondisi sosial dan psikologis yang tidak stabil.


Selain keluarga Bassam Sulaiman Salmi Eid, keluarga Ali Abu Dalakh juga harus hidup di tengah kesulitan ekonomi akibat tiadanya sumber penghasilan. Ali yang tinggal di Jabalia tidak lagi dapat bekerja akibat

penyakit ginjal yang dideritanya. “Penyakit ginjal yang Ali derita mengharuskannya pergi ke rumah sakit tiga kali seminggu. Sementara itu, lima orang anaknya masih menempuh jenjang pendidikan, termasuk dua

anak lelakinya yang tengah belajar di universitas,” lapor mitra ACT di Gaza yang mengunjungi keluarga ini pada pertengahan Januari 2021.

2021 Cabang Palestina Resmi Hadir

Sebagai upaya terus mendukung kehidupan rakyat Palestina yang hidup di bawah garis kemiskinan, Aksi Cepat Tanggap meluncurkan program Sister Family Palestine Indonesia. Melalui program ini, Sahabat Dermawan dapat berkomitmen untuk memberikan bantuan tiap bulan untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga prasejahtera di Palestina

HUMANITY INSIGHT 7

seperti makanan, pakaian, kebutuhan sanitasi, perlengkapan dan biaya pendidikan, serta untuk membayar biaya sewa rumah. Selain itu, ACT juga mengambil langkah cepat dengan membuka kantor cabang di Gaza, Palestina, Senin (22/2/2021). Pembukaan kantor ACT di Palestina memantapkan langkah

kemanusiaan ACT untuk mebangun kehidupan di Palestina dimulai pada 2021. Di Indonesia, Presiden Aksi Cepat Tanggap Ibnu Khajar menjelaskan, pembukaan kantor ACT di Palestina menandakan langkah ACT yang semakin totalitas membersamai rakyat Palestina.


“Jika mereka sebagai rakyat Palestina berjuang untuk mendapatkan tanah mereka kembali, kita sebagai bangsa Indonesia, bangsa yang merdeka, berikhtiar menopang kehidupan mereka melalui berbagai program kemanusiaan,” kata Ibnu, pada hari Senin, 22 Februari 2021, saat peresmian kantor cabang ACT di Palestina. Ibnu berharap, seiring dibukanya kantor cabang, implementasi program kemanusiaan ACT semakin ajeg dan eskalatif. Sebagaimana tahun ini, ACT berikhtiar membangun hunian untuk masyarakat Gaza melalui wakaf, dukungan modal usaha untuk masyarakat Gaza melalui Wakaf UMKM Palestina, dan program inovatif Sister Family PalestineIndonesia yang merupakan

HUMANITY INSIGHT

8

program dukungan biaya hidup dari dermawan Indonesia kepada keluarga Palestina. Di samping itu, kehadiran kantor ACT di Gaza, Palestina juga diharapkan menambahkan kepercayaan dan dukungan dari dermawan di seluruh dunia. Melalui tim ACT di Gaza, implementasi program akan lebih menyeluruh karena dikerjakan oleh orangorang kompeten dan bermukim di Gaza. Kepala Cabang ACT Palestina Tahany Ahmed Qasim menyambut baik dan bersyukur atas kehadiran ACT di Palestina. Sebelumnya, Tahany, yang merupakan warga asli Gaza, telah berkolaborasi dengan ACT untuk meluaskan jangkauan program kemanusiaan ACT di Palestina, khususnya Gaza.

Dengan kehadiran kantor representatif ACT di Palestina, ia bersama jaringan relawan di sana berharap dapat mendukung penuh ikhtiar mulia masyarakat Indonesia untuk membantu perjuangan bangsanya. Bersamaan dengan peresmian tersebut, ACT turut meluncurkan sejumlah program kemanusiaan unggulan untuk Palestina. Mereka antara lain Wakaf Distribution Center, Wakaf Rumah Palestina, Sister Family PalestinaIndonesia, dan Wakaf UMKM Palestina. Tidak hanya itu, sejumlah armada kemanusiaan turut dihadirkan. Mereka antara lain Humanity Food Truck, Humanity Water Truck, dan Ambulans PreHospital.


Rubah Peradaban Lewat Sedekah Salah satu dampak yang juga harus diantisipasi terkait dampak Covid-19 adalah ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat. Keberlanjutan dan ketahanan pangan di Indonesia pun terancam.

S

atu tahun sudah pandemi Covid19 menggerogoti kegiatan perekonomian di semua lini usaha, salah satunya pertanian. Serikat Petani Indonesia menerangkan, salah satu solusi bagi persoalan pangan ini adalah

HUMANITY INSIGHT 9

kedaulatan pangan, di mana pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik dan sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Namun faktanya, mayoritas petani di Indonesia masih

terbelenggu permasalahan produksi tani, mulai dari modal hingga pemenuhan saprodi. Belum lagi 46,3 persen rumah tangga dari sektor pertanian menyumbang angka kemiskinan pada 2021 ini, menurut data BPS.


Gudang Gunung Puteri Tunjang GSPN

Bersama Global Wakaf, ACT membangun ekosistem pangan dari hulu ke hilir. Tujuannya supaya wakaf memainkan peranan besar dalam Gerakan Sedekah Pangan Nasional ini, yakni mengoptimalkan program-program pendukung produsen pangan. Wakaf Distribution Center, yang menampung suplai pangan dari para petani binaan serta donatur, pun menjadi penyambung dari produsen pangan kepada warga prasejahtera yang

HUMANITY INSIGHT

10

membutuhkan pangan. Adapun produkproduk hasil pengelolaan dana wakaf seperti Beras Wakaf dan Air Minum Wakaf digunakan pada sejumlah program pangan ACT di sektor hilir, dimana manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Misalnya saja Humanity Care Line, Humanity Rice Truck, Humanity Food Truck, Operasi Beras Gratis, dan Operasi Makan Gratis. Dengan demikian, Gerakan Sedekah Pangan

Nasional diharapkan menjadi salah satu langkah mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan. Pangan yang tercukupi dari hulu ke hilir, insya Allah mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa produsen pangan. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat, masyarakat Indonesia mampu mewujudkan peradaban pangan yang baik.


Untuk mendukung secara totalitas penampungan suplai pangan, Aksi Cepat Tanggap kembali membangun Gudang dengan ukuran besar berdiri di kawasan Karanggan, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Gudang tersebut merupakan Wakaf Distribution Center dari Global Wakaf-ACT untuk mendukung hadirnya Gerakan Sedekah Pangan Nasional yang diluncurkan pada Selasa 23 Februari 2021. Di hadapan tokoh masyarakat, perwakilan penerima manfaat, serta media, ACT resmi

HUMANITY INSIGHT 11

meluncurkan gerakan tersebut. Berbagai dukungan pun mengalir dari banyak pihak, termasuk tokoh masyarakat, figur publik, serta mitra ACT dari berbagai daerah. WDC Gunung Putri merupakan salah satu gudang besar yang dimiliki ACT dan Global Wakaf sebagai penampungan sementara bantuan kemanusiaan sebelum disalurkan ke masyarakat. Gudang besar lain yang ada di kawasan Jabodetabek berada di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Di sana juga menjadi tempat parkir

sebagian armada kemanusiaan ACT. Penanggung Jawab WDC Pungki Martha Kusuma menjelaskan, kehadiran Wakaf Distribution Center akan mendukung Gerakan Sedekah Pangan Nasional. Gudang tersebut menjadi penghubung antara produsen pangan dan donatur dengan penerima manfaat. Di bagian hulu, terdapat para petani dan pelaku usaha kecil binaan Global Wakaf, sedangkan di bagian hilir ada penerima manfaat yang merupakan masyarakat prasejahtera


Salah satu dampak yang juga harus diantisipasi terkait dampak Covid-19 adalah ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat. Keberlanjutan dan ketahanan pangan di Indonesia pun terancam. Berdasarkan indeks keberlanjutan pangan keluaran The Economist Intelligence Unit 2020, Indonesia berada di bawah Ethiopia dan Zimbabwe. Begitu pula pada indeks kelaparan global 2020. Indonesia tercatat meraih skor 19,1, jauh di bawah Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Rangkaian fakta ini membawa Indonesia pada ancaman kerawanan pangan. Pandemi ini juga menyebabkan gangguan sistem logistik global yang berdampak pada persoalan akses pangan. Di Indonesia sendiri, dan juga negara lain yang memiliki tingkat ekonomi serupa atau di bawah Indonesia, masalah akses pangan yang timbul umumnya dipengaruhi penghasilan masyarakat yang tidak memadai, bahkan sekedar untuk membeli pangan pokok. Banyaknya masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat covid-

HUMANITY INSIGHT

12

19, menyumbang andil pada menurunnya ketahanan pangan sampai masyarakat harus bergantung pada bantuan pangan dari pemerintah maupun lembaga sosial. Permasalahan pangan dari hulu ke hilir ini mendorong Aksi Cepat Tanggap untuk bergerak lebih total dalam memulihkan kondisi tersebut. Gerakan Sedekah Pangan Nasional diinisiasi untuk mengajak masyarakat terlibat dan meluaskan programprogram pangan ACT dan Global Wakaf yang ditujukan untuk menciptakan ketahanan serta kedaulatan pangan bangsa. Ketua Dewan Pembina ACT Ahyudin, saat peluncuran Gerakan Sedekah Pangan Nasional di Waqaf Distribution Center (WDC) di Gunung Putri, Bogor, pada hari Selasa 23 Februari 2021, menerangkan bahwasannya sedekah menjadi menjadi komponen utama dalam gerakan tersebut. Sedekah tak hanya menjadi solusi permasalahan kehidupan, termasuk permasalahan pangan. “Sedekah di tengah masyarakat kita identik

dengan hal yang kecil. Padahal sesungguhnya, sedekah merupakan solusi besar, modal membangun peradaban. Sedekah merupakan ‘obat’ yang luar biasa. Oleh karena itu ACT kembali menghadirkan gerakan agar peradaban dunia lebih baik, dan kali ini kami menghadirkan Gerakan Sedekah Pangan Nasional,” imbuh Ahyudin. Presiden ACT Ibnu Khajar menekankan, pangan menjadi fokus utama gerakan tersebut mengingat pangan merupakan salah satu sumber kehidupan. “Bahkan Allah selalu menyerukan besarnya pahala tentang memberi pangan ke orang lain. Maka dari itu, ACT salah satu fokusnya adalah pemenuhan pangan bagi masyarakat yang membutuhkan, mulai dari produsen pangan hingga konsumen pangan. Gerakan Sedekah Pangan Nasional diharapkan menjadi salah satu langkah mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan,” papar Ibnu.


Bersinergi Bersama Mitra

Dalam mewujudkan ekosistem pangan dari hulu ke hilir, ACT bekerjasama dengan berbagai mitra salah satunya adalah bersinergi dengan Korps Marinir TNI Angkatan Laut. ACT mendistribusikan bantuan kemanusiaan yang dihimpun dari masyarakat untuk korban banjir di Kabupaten Bekasi. Seremoni serah terima bantuan dilakukan di Markas Komando Marinir TNI AL di Senen, Jakarta Pusat, Rabu 24 Februari 2021. Presiden ACT Ibnu Khajar menjelaskan, aksi ini merupakan wujud sinergi antar elemen bangsa. Melalui langkah ini, yakni GSPN yang baru diluncurkan sehari

HUMANITY INSIGHT 13

sebelumnya, Selasa 23 Februari 2021, bantuan untuk korban banjir dapat ditunaikan dengan lebih cepat dan tepat sasaran. "Kolaborasi ini merupakan sinergi yang sudah terjalin sejak lama antara ACT dan Korps Marinir. Inisiatif ini kami lakukan dengan harapan bantuan-bantuan kemanusiaan dapat terdistribusi dengan lebih cepat dan baik," kata Ibnu saat seremoni serah terima bantuan di Markas Komando Marinir AL. Ada enam ton Beras Wakaf dan dua ton natura, termasuk Air Minum Wakaf yang siap didistribusikan. Ada juga Humanity Food Truck yang memasak 500 porsi per hari, Ambulance

Prehospital, Humanity Water Truck, kendaraan rescue, dan perahu karet lengkap dengan relawan penggerak yang disiagakan. "Semua armada kemanusiaan itu akan dikerahkan ke lokasi bencana banjir di Bekasi dan sekitarnya," tambah Ibnu. Dankormar Mayjen TNI Marinir Suhartono menyampaikan apresiasi kepada ACT yang telah mempercayakan distribusi bantuan untuk korban bencana kepada Korps Marinir. "Ini merupakan aksi nyata dalam membantu penanganan korban banjir," ujarnya.


S

udah lebih dari satu bulan usai gempa dahsyat magnitudo 6,2 yang mengguncang Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat. Kondisi berangsur normal seiring dengan masuknya program masa pemulihan. Penyintas yang sebelumnya bertahan di tenda, mulai kembali ke rumah mereka yang mengalami kerusakan ringan. Sedangkan mereka yang huniannya rusak berat kini masih ada yang tetap di tenda pengungsian sambil mencari dana untuk merenovasinya. Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang sejak awal melakukan pendampingan terhadap penyintas gempa hingga hari ini terus mendistribusikan bantuan pangan, sedekah dari para

HUMANITY INSIGHT

14

dermawan. Tak hanya itu, ACT terus melakukan pendistribusian bantuan air bersih. Apalagi masih banyak korban yang mengungsi dan kesulitan mendapatkan air bersih. Sampai hari Selasa 23 Februari 2021, total 2.000 liter air bersih telah disalurkan. Penyaluran dilakukan di tiga titik yakni di sekitar lokasi posko induk, lokasi pengungsian di Jalan Simponi 1 Binanga, dan pengungsian di Desa Rengas Timur, Mamuju, Sulawesi Barat. Koordinator Posko Induk ACT di Mamuju Lukman Solehudin mengatakan, kebutuhan air sangat penting, apalagi di pos pengungsian. Jika air bersih untuk kegiatan sehari-hari korban tidak

tersedia, maka aktivitas tidak berjalan lancar. "Kebutuhan air itu sangat mendesak, untuk memasak, mandi, mencuci, dan kegiatan lain," katanya pada hari Kamis 25 Februari 2021. Adapun air bersih yang disalurkan ACT telah dinikmati dan dirasakan dampaknya secara langsung oleh 641 jiwa yang berasal dari 143 Kepala Keluarga (KK). Pentingnya air di lokasi bencana, kata Lukman, karena air adalah salah satu elemen kehidupan. Apabila air bersih tidak tersedia, apalagi di lokasi bencana yang sedang dalam kondisi sulit, bisa dipastikan kehidupan bisa terganggu


Selain memfasilitasi air bersih ACT bersama mitra menyerahkan bantuan kemanusiaan berupa 10 buah toilet portable kepada pengungsi di Desa Tubo Poang, Kecamatan Tubo Sendana, dan Dusun Lembang Deking, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Selasa (23/2/2021). Dengan adanya bantuan tersebut masyarakat di kedua desa tidak perlu khawatir masalah sanitasi. Sebelumnya kondisi di pengungsian yang hanya menggunakan tenda

HUMANITY INSIGHT 15

seadanya membuat para pengungsi tidak nyaman beraktivitas untuk kebutuhan terkait MCK. Padahal ada 246 keluarga atau 940 jiwa yang tinggal di pengungsian tersebut. Koordinator Program ACT Sulsel Firman menjelaskan, dalam implementasi bantuan, dibantu Masyarakat Relawan Indonesia melakukan dalam setiap asesmen ke posko pengungsian. “Ada 10 titik pengungsian di Majene yang dipetakan tim relawan. Bantuan langsung

kami antarkan. İnsyaallah, selain di Majene, kami juga tengah menyiapkan bantuan untuk pengungsian di Mamuju. Berdasarkan data yang kami dapat, di Mamuju pun sangat mendesak membutuhkan perlengkapan sanitasi dan MCK," kata Firman. Harapannya, dengan adanya bantuan kemanusiaan ini dapat mengatasi masalah sanitasi yang ada di lokasi pengungsian.



Gotong Royong Realisasikan Wakaf Sawah Produktif Melalui program Wakaf Modal Usaha Petani serta Masyarakat Produsen Pangan Indonesia, Global Wakaf – ACT terus memberikan dukungan terbaiknya kepada para petani.

P

ada masa pandemi Covid19 pertanian merupakan sektor yang memberikan andil besar dalam menopang perekonomian nasional. Di saat sektor lain banyak yang tumbang, pertanian adalah salah satu dari 7 sektor yang masih mengalami pertumbuhan positif selama tahun 2020 yakni sebesar 1,75 persen. Data ini diungkap dalam diskusi publik berjudul ‘Daya Tahan Sektor Pertanian: Realita Atau Fatamorgana?’ yang diselenggarakan oleh Institute For Development of Economics and Finance (INDEF). Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto pada hari Rabu 17 Februari 2021 menjelaskan bahwasannya catatan pertumbuhan ini HUMANITY INSIGHT 17

agak lambat dibandingkan 2019. Tetapi bagaimanapun harus tetap kita syukuri, tidak terbayangkan kalau sektor pertanian ini mengalami kontraksi, maka pertumbuhan Indonesia akan mengalami kontraksi yang sangat dalam karena besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap ekonomi. Tak hanya pertumbuhan, performa ekspor sektor pertanian juga meningkat hingga 14,03 persen. Apabila dibandingkan dengan krisis moneter pada tahun 1998 pun, sektor pertanian masih menjadi penopang ekonomi Indonesia. Oleh karenanya, Kecuk berpendapat bahwa perlu adanya perhatian lebih terhadap sektor ini terutama dengan memperhatikan

kesejahteraan pelakunya. “Di sisi lain SDM di pertanian kurang menguntungkan, karena mayoritas didominasi oleh mereka yang berpendidikan rendah. Dilihat dari sisi umur, juga banyak sekali tenaga kerja berumur yang sudah tidak produktif, masih bekerja di sektor pertanian. Kedepannya kita perlu mencari cara bagaimana generasi muda masuk ke sektor pertanian,” jabar Kecuk. Selain itu saat ini banyak juga inovasi 4.0 dalam pertanian, salah satunya digagas oleh Institut Pertanian Indonesia (IPB). Prof. Dr. Arif Satria selaku Rektor dari IPB mengharapkan inovasi-inovasi ini dapat membuat optimisme untuk masa depan pertanian di Indonesia.


“Perlu ada business matching antara apa yang dihasilkan di perguruan tinggi dengan market. Sehingga inovasi yang kita hasilkan sangat bermanfaat untuk BPS, untuk kementerian, dan juga buat petani dan dunia usaha. Yang penting kami memiliki concern bahwa inovasi ini memiliki daya manfaat yang besar untuk pertanian Indonesia” harap

HUMANITY INSIGHT

18

Arif. Ikhtiar demi ikhtiar ini jugalah yang telah dimulai oleh Global Wakaf – ACT. Melalui program Wakaf Modal Usaha Petani serta Masyarakat Produsen Pangan Indonesia, Global Wakaf – ACT terus memberikan dukungan terbaiknya kepada para petani. Untuk kloter pertama di Jawa Tengah diberikan

kepada 50 petani di Desa Jipang, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora pada hari Jumat 26 Februari 2021. Wakaf Sawah Produktif sendiri adalah optimalisasi dana wakaf yang diperuntukan bagi kepentingan kedaulatan pangan berbasis pertanian padi di lahan sawah produktif.


Wahyu Nur Alim selaku Koordinator Wakaf Sawah Produktif menjelaskan bahwa program ini fokus pada bantuan permodalan, sarana dan prasarana hingga ke pendampingan teknis pertanian. “Para petani akan dibantu dalam pemenuhan sarana produksi hingga memberikan jaminan pasar produk hasil panen dengan harga kompetitif melalui off taker terbaik dari Global Wakaf – ACT,” ungkap Wahyu. Program ini diyakini mampu meningkatkan perekonomian para petani Indonesia dengan menargetkan pemanfaatan Wakaf Sawah Produktif seluas 5.000 hektar di berbagai wilayah jangkauan. “Harapannya kemiskinan semakin berkurang kemudian sistem ini mampu mengganti praktik pembiayaan modal yang berasal dari utang riba atau tengkulak yang telah mengakar di masyarakat. HUMANITY INSIGHT 19

Kita ingin mengubahnya menjadi modal yang berlandaskan instrumen syariah berbasis wakaf produktif,” jelas Wahyu. Dalam program ini terdapat beberapa pemangku kepentingan yang akan saling terhubung. Pertama Global Wakaf – ACT sebagai lembaga yang menyalurkan dan mengoptimalkan dana wakaf tunai ke sektor pertanian produktif berbasis pangan pokok. Kedua, Yayasan Penguatan Peran Pesantren Indonesia (YP3I) sebagai mitra capacity builder dan monitoring pelaksanaan program mulai dari asesmen lahan hingga pendampingan. Ketiga, para petani sebagai penerima manfaat utama dari dana wakaf yang dikelola. Lalu, dalam tahap akhir, pengolahan hasil pertanian tersebut didistribusikan ke Lumbung Beras Wakaf. Produktivitas lahan wakaf kemudian menjadi jalan

yang bisa diwujudkan dan produksi pangan ke depan bisa dikembangkan. Tentunya dengan kolaborasi antara nazir wakaf, korporasi dan ahli dalam bidang pertanian. Maslahat lahan wakaf dalam komoditas pangan juga dapat membantu para petani terlepas dari sistem ijon. Dengan memangkas sistem ijon dan kolaborasi antar penggerak, tentu dapat membantu stabilitas harga di masyarakat karena mampu memangkas proses niaga yang panjang dan merugikan. Kolaborasi ini sekaligus menjadi gerakan kegotongroyongan dan dasar optimisme program Gerakan Sedekah Pangan Nasional (GSPN) dalam pemenuhan pangan bagi masyarakat yang membutuhkan, mulai dari produsen pangan hingga konsumen pangan.


Gerobak Wakaf Bantu Pelaku UMKM Untuk mendorong kenaikan pendapatan pelaku UMKM, Global WakafACT terus mendampingi masyarakat, khususnya dalam ikhtiar membangkitkan perekonomian.

M

emasuki 2021 salah satu sektor yang mengalami banyak imbas dari pandemi Covid-19 adalah ekonomi khususnya pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dikutip dari hasil riset Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) bahwasannya per April 2020 dilaporkan bahwa sejumlah 56 persen UMKM mengaku mengalami penurunan pada hasil omzet penjualan akibat pandemi Covid-19, 22 persen lainnya mengalami kesulitan dalam mendapatkan pembiayaan/kredit, 15 persen mengalami permasalahan dalam distribusi barang, dan 4 persen sisanya melaporkan kesulitan mendapatkan bahan baku mentah. Untuk mendorong

HUMANITY INSIGHT

20

kenaikan pendapatan pelaku UMKM, Global Wakaf-ACT terus mendampingi masyarakat, khususnya dalam ikhtiar membangkitkan perekonomian. Selain melalui bantuan modal usaha dalam bentuk uang tunai, Global Wakaf juga menyerahkan aset usaha produktif, seperti gerobak dagang, guna mempermudah pelaku usaha mikro. Kendaraan yang bisa membawa barang dagangan lebih banyak ini diharapkan mampu meningkatkan hasil jualan para pengusaha yang modal dan pendapatannya masih terbatas. Untuk itu pada akhir Januari sebanyak 50 unit gerobak diproduksi mitra Global Wakaf-ACT di Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, pada hari Jumat, 29 Januari 2021. Gerobak itu

merupakan bagian dari program Wakaf Usaha Produktif untuk para pedagang usaha mikro di wilayah Jabodetabek. Adapun jenis gerobak terbagi menjadi tiga jenis yaitu gerobak dorong, gerobak sepeda, dan gerobak stan. Setiap gerobak disesuaikan dengan usaha penerima manfaat. Lalu, pada Jumat, 19 Februari 2021 melalui program Wakaf Usaha Produktif, Global Wakaf menyalurkan sebanyak 10 Gerobak Wakaf kepada 10 pelaku usaha di lingkungan Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan. Di wilayah pemukiman padat penduduk tersebut, Gerobak Wakaf diterima oleh pelaku usaha mikro yang kondisi ekonominya prasejahtera.


“Penerima manfaat gerobak ini merupakan pelaku usaha skala kecil dan prasejahtera. Mereka semua berjualan di bidang kuliner,” ungkap Lusi, pendamping usaha di lingkungan Rawajati. Lusi mengatakan, seluruh penerima manfaat gerobak ini merasakan dampak besar dari hadirnya pandemi. Pendapatan mereka turun drastis, sedangkan pengeluaran meningkat. Hal ini yang kemudian menjadi permasalahan besar karena selama pembatasan sosial di masa pandemi, modal usaha turut berkurang untuk menutupi kebutuhan hidup. “Seluruh penerima manfaat sangat senang, apalagi ini menjelang Ramadhan yang jadi momentum meraup rezeki lebih banyak. Mereka saat pertama kali melihat wujud gerobak saja sudah

HUMANITY INSIGHT 21

membayangkan bakal meningkatkan penjualan,” tambah Lusi. Supartini adalah salah satu penerima manfaat Gerobak Wakaf. Ibu dari tujuh anak ini sehariharinya berprofesi sebagai pedagang keliling makanan matang. Setiap hari ia keliling ke pemukiman di Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan dengan berjalan kaki. Dalam sehari, Supartini berjualan dalam dua waktu, yaitu saat menjelang siang serta ketika petang. Jumlah dagangan dalam sekali jualan pun tak banyak. Dari jualan tersebut, Supartini mampu mendapat pendapatan kotor sekitar Rp300 ribu per harinya. Dengan adanya bantuan gerobak ia merasa sangat bahagia karena ia tak perlu menenteng berat jualannya. Keputusan Supartini untuk berjualan sejak 10

tahun lalu tak lepas dari kondisi ekonomi keluarganya. Perempuan asal Pemalang, Jawa Tengah tersebut dikarunia tujuh anak yang masih sekolah dan bayi. Di ibu kota, Supartini, suami dan tujuh anaknya masih menempati rumah kontrakan yang setiap bulannya harus membayar sewa Rp1,6 juta. Pada saat pandemi seperti sekarang ini, Supartini mengaku tak begitu merasakan dampak besar. Hal tersebut karena ia telah memiliki pelanggan tetap lauk matang dan kue basah olahannya. Akan tetapi, ia sempat merasakan kesulitan saat berjualan karena adanya pembatasan masuk ke perkampungan, apalagi di Jakarta yang menjadi episentrum sebaran virus.


Pangan Siap Santap Untuk Banjir Tangerang Walau bencana banjir di Tangerang mulai surut, tetapi kehidupan para penyintas bencana belum sepenuhnya kembali pulih.

W

alau bencana banjir di Tangerang mulai surut, tetapi kehidupan para penyintas bencana belum sepenuhnya kembali pulih. Beberapa warga terkadang kesulitan mendapatkan pangan karena fokus membersihkan tempat tinggal mereka. Seperti di wilayah Perumahan Total Persada,

HUMANITY INSIGHT

22

Tangerang, warga mulai membersihkan rumah mereka dari sisa material yang dibawa air banjir. Walau kondisi sudah mulai normal, tapi tidak serta merta memulihkan seluruh aktivitas warga. Tidak sedikit warga yang kesulitan kembali bekerja, karena harus membersihkan tempat tinggal mereka. Pada hari Kamis, 25

Februari 2021, Humanity Food Truck menyambangi warga di Perumahan Total Persada, Priuk, Kota Tangerang. Total ratusan boks makanan siap santap dibagikan secara gratis segera habis dalam waktu hitungan menit. Warga tampak antusias dan senang.


"Alhamdulillah kegiatan berjalan lancar. Warga yang sedang membersihkan rumahnya dan tidak sempat memasak sangat terbantu dengan adanya armada Humanity Food Truck. Makanan habis dalam hitungan menit," kata Rodi. Rodi melanjutkan, pembagian makan gratis akan terus dilanjutkan ke tempat-tempat yang terdampak bencana di Indonesia, khususnya Kota Tangerang. Sehingga, beban korban yang belum bisa beraktivitas normal bisa diringankan. "Sudah menjadi kewajiban kita semua membantu manusia yang sedang susah," ujarnya. Hari berikutnya, Jum’at 26 Februari 2021 ACT juga menyiagakan relawan Masyarakat Relawan Indonesia Tangerang

Selatan. Puluhan relawan ini mendistribusikan ratusan boks makanan siap santap ke warga yang sampai saat ini membutuhkan bantuan, khususnya pangan. Makanan siap santap ini merupakan bagian dari program Operasi Makan Gratis untuk warga terdampak bencana. “Selain di wilayah bencana di Tangerang, ACT secara rutin juga mendistribusikan makanan siap santap ke wilayah lain yang terdampak bencana seperti di Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan,” jelas Rodi Maryanto dari tim Program ACT Tangerang Selatan. Di lokasi banjir wilayah Tangerang, ACT telah mendirikan posko dapur umum untuk memenuhi kebutuhan pangan korban

banjir. Dari dapur ini pun hadir ratusan porsi makanan siap santap yang bisa dinikmati oleh warga secara gratis. Makanan tersebut membantu warga yang tak sempat memasak sendiri karena harus membersihkan rumahnya pasca banjir. “Selain distribusi pangan, relawan juga mengadakan hiburan untuk anak-anak korban banjir,” tambah Rodi. Hingga kini, ACT selalu aktif membagikan makanan gratis melalui program Humanity Food Truck. Layanan makan gratis ini juga ikut memotori Gerakan Sedekah Pangan Gratis (GSPN) untuk mewujudkan kedaulatan pangan lingkup nasional.


Mengukur Ketahanan Pangan Indonesia Salah satu dampak yang juga harus diantisipasi terkait dampak Covid-19 adalah ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat. Keberlanjutan dan ketahanan pangan di Indonesia pun terancam.

S

emua elemen masyarakat Indonesia perlu mengevaluasi diri, sebagai negara agraris, ironisnya kita jauh tertinggal dari negara lain dalam keberlanjutan pangan. Jangan sampai kita mengalami bencana pangan. Evaluasi total tidak hanya dilakukan pemerintah Indonesia, tetapi habit masyarakat Indonesia juga sangat rendah khususnya mengenai sampah pangan. Problem keberlanjutan pangan Indonesia yang amburadul itu berdasarkan data yang disampaikan oleh Rektor Institut Pertanian Bogor

HUMANITY INSIGHT

24

(IPB) Prof. Arif Satria saat melakukan webinar pada 17 Februari 2021 bahwa indeks keberlanjutan pangan (Food Sustainability Index) Indonesia berada di peringkat 60, di bawah Zimbabwe peringkat 30 dan Ethiopia peringkat 27. Food Sustainability Index (FSI) dirilis oleh Economist Intelligence Unit dan Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN) Foundation. Disusun berdasarkan 58 indikator yang mengukur keberlanjutan sistem ketahanan pangan di tiga tema: Kehilangan/Penyusutan Pangan dan Limbah,

Pertanian Berkelanjutan, dan Gizi. Indeks tersebut berisi tiga jenis indikator kinerja utama: lingkungan, sosial, dan ekonomi. Pangan merupakan kebutuhan semua orang, tetapi jenis pekerjaannya paling tidak diminati. Lihat saja, petani sekarang semua generasi tua. Anak muda sudah sedikit sekali yang mau terjun menggeluti 'pekerjaan kotor' itu. Jika dilihat dari indikator kehilangan atau penyusutan pangan, juga mencakup aspek tenaga kerjanya, luas lahannya dan kemampuan hasilnya.


Seperti penjelasan Clifford Geertz dalam buku Involusi Pertanian, bahwa sistem pendidikan pertanian modern di Jawa tidak akan berubah menjadi lebih baik, karena ada linearitas yang terjadi di sana, akhirnya melahirkan keadaan yang involutif karena jumlah penduduk terus bertambah. Belum lagi alih fungsi lahan yang semakin parah. Sementara hasil panen sering merugi, dengan waktu proses yang menurut perhitungan ekonomi sangat sia-sia. Misalnya penanaman padi, dari penggarapan lahan sampai masa panen dan jadi uang memakan waktu sekitar empat bulan, HUMANITY INSIGHT 25

pun hasil jual gabah sama dengan modalnya, belum lagi banyak petani yang terjerat hutang, dan lainnya. Hasil sensus penduduk, data kemiskinan menumpuk di desa yang berbasis pertanian. Padahal dari tangan kotor mereka, orang kota bisa tidur nyenyak karena kekenyangan. Indikator paling parah adalah sampah pangan kita nomor dua terbanyak di dunia setelah Arab Saudi. Lihat saja, kebiasaan makan kita selalu bersisa, malu rasanya menghabiskan makanan sampai tandas tanpa satu butir nasi tersisa. Menyedihkan, setiap tahun,

satu orang Indonesia menghasilkan 300 kilogram limbah pangan. Limbah pangan ini perlu dicermati secara serius. Soalnya jika merujuk pada indeks pemeringkatan Food Scurity Index, Indonesia berada dalam urutan ke-62 dari 113 negara pada 2019. Pada sebagian orang gemar membuang makanan, padahal di sudut-sudut kota, bahkan mungkin tetangga mereka, mengalami kelaparan. Ada problem mendasar pada keterjangkauan, ketersediaan dan kualitas pangan yang menentukan indeks Food Scurity Index.


Berbagi Pangan Sedekah Pangan Nasional, begitu program yang diluncurkan Aksi Cepat Tanggap. Program ambisius yang menghentak kemanusiaan kita. Program ini mencoba menjembatani dan memberi solusi masalah keterjangkauan dan ketersediaan pangan bagi penduduk miskin Indonesia. _Pertama_, *keterjangkauan pangan* berupa upaya membagi dan berbagi pangan kita yang berlebih untuk mereka yang membutuhkan. Produksi pangan kita mungkin berlebih, bisa sampai eksport dengan kualitas baik. Tetapi karena ketimpangan ekonomi, angka kemiskinan yang semakin naik, problem kelaparan masih jauh lebih tinggi dibandingkan tetangga kita, Malaysia dan Thailand. Di Indonesia, produksi pangan yang kita konsumsi, seperti jenis serealia, umbiumbian, buah-buahan (sukun) dan batang pohon (sagu, aren). Sebaran konsumsi pokok ini terjadi akibat kondisi alam yang akhirnya memaksa mereka

HUMANITY INSIGHT

26

menyesuaikan diri. Seperti di Papua, sagu lebih dibutuhkan karena bisa dipanen sendiri, dibandingkan beras yang sangat susah mereka dapatkan. Produksi makanan pokok Indonesia masih terbilang tinggi menurut data FAO pada 2019. Produksi jagung mencapai 30,6 juta ton, padi kita urutan ke-3 dunia dengan menghasilkan 54,6 juta ton, dan kentang masih mencapai 1,3 juta ton. Tapi dari produksi pangan itu, sebagian di eksport, sebagian dikonsumsi dengan berlebih sampai menghasilkan sampah pangan. Sampah pangan, jika didonasikan bisa mengurangi angka kelaparan masyarakat miskin. Sampah pangan ini dihasilkan antara lain saat ada gathering, pesta pernikahan, ulang tahun dan lainnya. Sering kali kita menyediakan makanan jauh lebih banyak dibandingkan yang memakannya. Limbah pangan keluarga juga sangat banyak. Kebiasaan masyarakat memasak untuk sehari malah banyak yang

tersisa dan basi. Tetapi masyarakat tidak menyadarinya. _Kedua_, *ketersersediaan pangan* merupakan langkah antisipasi, bisa menjadi lumbung pangan nasional, program ketahan pangan dan menjadi salah satu aspek utama *mitigasi pangan*. Ketersediaan pangan biasanya paling dirasakan saat terjadi bencana. Aspek penting kedua yang terancam akibat bencana setelah keselamatan jiwa adalah pangan. Dalam konsep mitigasi bencana, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: bahaya, kerentanan, bencana, dan mitigasi bencana. Kita sudah sama-sama tahu bahwa bahaya, yang juga berari “risiko” pangan sudah masuk ancaman serius di Indonesia, diindikasikan dengan jumlah indeks kelaparan kita lebih rendah dibanding negara tetangga di ASEAN. Maka, sebenarnya tingkat bahaya bencana pangan yang sudah masuk tahap pandemi, menyebabkan kerugian sosial ekonomi dunia sangat parah.


Negeri Sadar Bencana

Selama ini, ACT banyak belajar dari berbagai penanganan bencana. Sebagai langkah antisipasi, menyusun total disaster management (TDM) bencana. Untuk memberikan layanan operasi beras di berbagai bencana, ACT juga terus memperluas Lumbung Beras Wakaf (LBW) di Jawa, mendirikan Wakaf Distribution Center (WDC) sebagai lumbung untuk menampung dan mendistribusikan pangan kepada penduduk miskin dan prasjeahtera. Apalagi Indonesia yang merupakan negeri penuh bencana, harusnya manajemen dan mitigasinya sudah menjadi aturan baku. Sering kali, pemerintah tidak mengantisipasinya, malahan melakukan hal yang terbalik dengan

HUMANITY INSIGHT 27

sejarah. Karena masyarakat sadar, hidup di antara bencana, sebenarnya sejak dulu sudah melakukan antisipasi. Ada satu kearifan lokal mengenai kebijakan ketahanan pangan. Di desa-desa di Jawa, Bali dan Lombok, ada lumbung sebagai tempat penyimpanan pangan. Di Jawa, lumbung padi masih bertahan sampai sekarang, sebagai antisipasi saat musim paceklik, warga boleh meminjam padi saat lumbung dibuka. Pengembalian pinjaman dilakukan saat musim panen tiba. Untuk hal ini, desadesa di seluruh Indonesia jauh lebih siap menghadapi dampak terburuk jika bencana. Ketahanan pangan mereka lebih kuat karena kebutuhan bisa dipenuhi dari sekitar rumah mereka

sendiri. Kebutuhan sayuran bisa dari pekarangan, ada stok beras, jarak rumah dan tingkat kesehatan lebih terjaga karena kerja fisik. Solidaritas sosial juga masih kuat. Berbeda dengan orang kota, semuanya serba tergantung dengan orang lain. Mereka mungkin bekerja dan menghasilkan uang, tetapi untuk memenuhi kebutuhan pangan harus dikirim dari desa. Makanya ada satu filosofi hidup orang desa, filosofi petani, “kita menanam untuk secukupnya memberi makan keluarga, dan sebagian besar untuk mencukupi kebutuhan makan orang lain”. Mereka bekerja dengan penuh pengabdian menanggung hajat hidup banyak orang.


Kabar Pekan Ini

P

ekan 3 dan 4 Februari Aksi Cepat kembali melebarkan sayapnya dengan membuka kantor cabang di Gaza, Palestina, Senin (22/2/2021). Pembukaan kantor ACT di Palestina memantapkan langkah kemanusiaan ACT

HUMANITY INSIGHT

28

untuk mebangun kehidupan di Palestina dimulai pada 2021. Selain itu untuk mendukung kehidupan bangsa Palestina yang hidup di bawah garis kemiskinan, Aksi Cepat Tanggap meluncurkan program Sister Family

Palestine Indonesia. Melalui program ini, Sahabat Dermawan dapat berkomitmen untuk memberikan bantuan tiap bulan untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga prasejahtera


di Palestina seperti makanan, pakaian, kebutuhan sanitasi, perlengkapan dan biaya pendidikan, serta untuk membayar biaya sewa rumah. Dari dalam negeri ACT bersama Global Wakaf membangun ekosistem pangan dari hulu ke hilir. Wakaf akan memainkan peranan besar dalam Gerakan Sedekah Pangan Nasional ini, yakni mengoptimalkan programprogram pendukung para produsen pangan. Wakaf Distribution Center, yang menampung suplai pangan dari para petani binaan serta donatur, pun menjadi penyambung dari produsen pangan kepada warga prasejahtera yang membutuhkan pangan. Adapun produkproduk hasil pengelolaan dana wakaf seperti Beras Wakaf dan Air Minum HUMANITY INSIGHT 29

Wakaf digunakan pada sejumlah program pangan ACT di sektor hilir, dimana manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Misalnya saja Humanity Care Line, Humanity Rice Truck, Humanity Food Truck, Operasi Beras Gratis, dan Operasi Makan Gratis. Tak hanya itu, Global Wakaf ACT juga memberikan wakaf aset kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berupa wakaf gerobak. Gerobak-gerobak itu merupakan bagian dari program Wakaf Usaha Produktif untuk para pedagang usaha mikro di wilayah Jabodetabek. Adapun jenis gerobak terbagi menjadi tiga jenis yaitu gerobak dorong, gerobak sepeda, dan gerobak stan. Masingmasing disesuaikan dengan

usaha penerima manfaat. Di lokasi bencana ACT juga tetap memberikan dukungan kepada para penyintas bencana dengan membagikan sembako, paket pangan siap santap hingga kebutuhan air bersih dan sanitasi para pengungsi. Lalu untuk rincian aksi di HCN pada pekan 3 dan 4 Februari sebanyak 666 aksi dengan jumlah penerima manfaat sebanyak 239.678 orang dan relawan yang terlibat 4.050 jiwa. Untuk jangkauan kegiatan tersebar di 9 negara, 21 provinsi, 82 kota/kabupaten, dan 257 desa/kota.


Jangan menunggu kaya untuk bersedekah, sebaliknya bersedekahlah untuk membuka pintu rezeki


Kantor Redaksi Menara 165 office Tower lt.11 Jl. TB Simatupang Kav. 1 Cilandak Timur Jakarta Selatan, 12560 Indonesia


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.