PELAJARAN HOAKS DARI GUATEMALA Penulis : Departemen Diskusi dan Kajian
Pemilihan Presiden 2019 tinggal menyisakan waktu kurang dari satu tahun lagi dari sekarang. Suasana kontestasi mulai terasa berkat dapur politik yang kian memanas. Tahun 2018 digadang-gadang sebagai tahun politik yang diprediksi lebih riuh dibanding tahun-tahun politik sebelumnya. Salah satu hal yang mendasari adalah semakin dominannya peran teknologi berupa media sosial dalam kontestasi politik hari ini. Media sosial selain digunakan sebagai media interaksi masyarakat, kini dimodiďŹ kasi sebagai sarana untuk berkampanye. Undang-Undang Dasar 1945 menjamin hak kebebasan berpendapat tidak terbatas secara virtual, yakni lewat media sosial. Hal yang membedakan adalah ketika kita menyampaikan pendapat di media sosial, pendapat kita akan terus terpampang selama kita tidak menghapusnya. Orang lain yang membaca tidak akan selamanya sependapat dengan anda dan hal ini diizinkan sewajarnya kebebasan berpendapat. Namun kerap kali orang yang berseberangan dengan anda datang dengan membawa rasa penolakkan atau intoleransi yang timbul akibat anda tidak sepemahaman dengan dia. Sikap intoleransi yang dibiarkan terus menerus akan berkembang menjadi kebencian. Seseorang yang dihinggapi kebencian akan melakukan apapun untuk menjatuhkan orang lain demi memuluskan egonya sebagai orang yang paling benar. Kasus inilah yang sedang mara Sialnya, penolakkan ini diwarnai dengan intoleransi dari masing-masing kubu sehingga yang terjadi adalah debat yang tidak sehat. Debat tidak lagi dipenuhi dengan pertarungan ide-ide yang membangun, melainkan diisi dengan menjatuhkan satu sama lain. Tanpa ada yang mengalah, debat tersebut akan mengantarkan mereka ke jurang kebencian. Orang yang dihinggapi kebencian akan melakukan apapun untuk menjatuhkan orang lain demi memuluskan egonya sebagai orang yang paling benar.k terjadi hari ini di tahun politik. Intoleransi bertebaran dimana-mana.
31