GUD Magazine







Girl Up Diponegoro,
The Women Destroyed is a novel that was first published in 1987 in the form of a collection of short stories on the theme of women's vulnerability In the first story, titled 'The Age of Discretion,' unfolds about Discretion,' unfolds about a successful scholar on the verge of middle age who faces a dual shock: her son's decision to abandon the career she had envisioned for him, and the harsh critical rejection of her latest academic work.
Following that, 'The Monologue' presents an extraordinary New Year's Eve outpouring of emotions from a woman consumed with loneliness after her son and husband have both left home Lastly, in the story 'The Woman Destroyed', Simone de Beauvior weaves poignant narrative of Monique, who grows indifference of his husband after he confesses to having an affair with a younger woman.
The novel is so brilliantly provocative and evokes a wide range of emotions De Beauvoir successfully delivered about women's vulnera-
bilities on the innermost heart possible Encapsulating a complexity that women tend to possess when they’re facing such unexpected crises with the people that they hold dearly to. It makes you sort of conflicted that it would be possible to raise such thought-provoking questions to carefully examine or even redefine some of your views and values that you thought you wouldn’t dare to move throughout your life The fluctuating feeling of self-confidence, the death of passion and idealism or perhaps marriage, life goals, success, ideologies and what expenses that you’re willing to take for the sake of sustaining them
usai kubaca dongengmu, aku teringat jejak ibu
yang berdoa dalam tidurku
di sini, aku ingin menulis cerita baru tentangmu
mungkin kau di negeri tanpa nama tanpa alamat kata bisa mendengarnya
tanpa anak dan suami kau terbangun dari tidurmu.
hujan lama tak mengetuk rumah
tinggal sunyi yang jatuh dari pohon kemarau.
kau dengar angin merayap di pohon-pohon di dalam ingatan yang berguguran.
di bawah tumpukan kayu tertinggal jejak lampau dan pohon-pohon meranggaskan masa silam di matamu yang legam
di mana kau, mak? menangislah di dalam tumpukan Lalang itu dengan sisa luka yang membakar ingatanmu.
tak ada kemenangan sejati kecuali membunuh kecewa diri sendiri
membaca perjalanan
adalah mengenali ruas-ruas tubuh yang akan diwakafkan pada tanah kematian
bergegaslah!
ini hujan sudah memainkan jarum-jarumnya untuk menyulam musim di tanah kelahiran dan menjahit hari di telapak tanganmu yang keriput dan bau tanah
aih mak, rambutmu menguraikan warna musim semi di dadamu kudengar ricik sungai dan ikan-ikan berlayaran menuju hari depan
jangan pandangi gemerlap lampu-lampu cahayanya menyilaukan pandanganmu; agar tak habis segala diri agar mimpi tak lewat siang hari
mak, doa adalah bukti bahwa kita tak sendiri dan usaha adalah jalan yang tak pernah sepi.
These finite directions have provided nothing but a self-made mockery of artificial certainty that I constantly ram down on my throat over and over until I vomit and engulf it again.
There used to be a bridge where everything felt unembellished and tangible, like a virtuous satisfaction with a one hundred purity, faith and a grip of solace that linger simultaneously around my neck like an untouched piece of jewellery I wore a beautiful unbleached white dress at The Eden Garden that's filled with vibrant flowers
Yet, I still am dancing, despite how shabby and tattered my clothes are Carrying the inability to fathom the red thread that I used to be obsessively lunatic about, for as I feel that I'm dancing just for the sake of dancing, a form of liberation from any kinds of heavy duty that could deteriorate my space, a semblance of how dynamic and fluctuating I am as a creature
I long for nothing as much as I long for anything Anything can suffocate me as great as nothingness can I clench both hands to solely wish to get through because God knows how banal I am with the knowledge of living I contain multitudes I am not immobile nor as I am absolute. That is what I know so far
Dukungan Emosional kepada
Dukungan Emosional kepada
Penyintas Kekerasan Seksual
Penyintas Kekerasan Seksual
Wujudkan Kualitas Hidup yang
Wujudkan Kualitas Hidup yang
Lebih Baik
Lebih Baik
Dalambeberapawaktuterakhir,kasuskekerasanseksual sangatlah meningkat hingga cukup mengkhawatirkan terutamabagiperempuandananakPerempuandananak seringkalimenjadikorbankekerasanseksualolehpelaku yangmerasadirinyalebihberkuasa.Kekuasaanyangdimiliki diperalatolehpelakuuntukmendesakhinggamengancam sehinggapihaklainnya,korban,dirugikandantidakdapat melakukanapapun
Kekerasanseksualberbahayaterhadapkondisikognitif hinggakognitifkorbanStigmayangadadalammasyarakat seringkalimenambahpenderitaankorbankekerasanseksual Penderitaanyangdialamiolehkorbanataupenyintassudah seharusnyamenyadarkankitauntukmembantumereka sehinggadiperlukannyapendampinganterhadapkorban kekerasanseksualPendampinganyangdiberikanmulaidari orangterdekat,yaknikeluarga,teman,kerabathingga masyarakat.
Pendampingan yang dapat diberikan oleh orang sekitarnya, yakni berupa
dukungan emosional terhadap penyintas Dukungan emosional yang diberikan oleh orang tua hingga orang-orang di sekitarnya (kerabat, teman, dan masyarakat) dapat memulihkan kondisi para penyintas (Muhid, dkk 2019)
Dukungan emosional untuk mendengarkan dan menerima mereka diri mereka dengan berbagai permasalahan yang sedang dan telah dialaminya
Melalui dukungan ini, penyintas akan mampu untuk terbuka terhadap apa yang dialami olehnya (Muhid, dkk 2019)
Untuk memperoleh keterbukaan mereka, kepercayaan yang baik perlu dibangun pula antara pendengar dan penyintas Selain itu, dukungan emosional untuk membantu mereka mempercayai dirinya bahwa, mereka memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupannya kembali dengan baik (Muhid, dkk 2019)
Kita dapat memberikan semangat dan kesadaran kepada mereka Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran terhadap kemampuan untuk menjalani hidupnya dengan baik demi kebaikan dirinya sendiri Dukungan emosional akan sangat berarti bagi para penyintas
Dukungan emosional akan mendorong kesejahteraan untuk hidup mereka.
Ketika dukungan emosional terpenuhi maka akan membantu mereka untuk bersemangat, menerima diri mereka, kekuatan untuk kembali menjalani kehidupan dengan harapan yang baik Uluran tangan yang saling memberikan kekuatan dari orang terdekat penyintas hingga masyarakat sangat diperlukan dalam mewujudkan kualitas hidup yang baik untuk para penyintas kekerasan seksual
“We cannot think of a feminism, an anti-patriarchy without anticapitalism, without anti-fascism, without anti-racism, and without class struggle." "Feminism without class struggle is an upper class fashion.”