
5 minute read
Bahasa Indonesia sebagai Lingua Franca Nusantara
Bahasa Indonesia sebagai Lingua Franca Nusantara
Oleh Bella Hapsari Lingua Franca adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antarorang yang berasal dari berbagai latar belakang bahasa yang berbeda. Lingua Franca merupakan bahasa pengantar atau bahasa pergaulan agar masing-masing pihak yang berbeda bahasa dapat samasama mengerti dengan apa yang disampaikan. Istilah lingua franca berasal dari nama suatu bahasa tertentu yang digunakan di sekitar Laut Mediterania Timur pada akhir abad pertengahan, khususnya selama era Renaissance, sebagai bahasa utama perdagangan dan diplomasi. Lingua franca adalah sebuah bahasa yang diadopsi sebagai bahasa umum antara pembicara yang menggunakan bahasa ibu yang berbeda. Kata lingua artinya bahasa dan franca artinya pergaulan. Dengan demikian, lingua franca merupakan istilah yang didefinisikan secara fungsional, yaitu independen terlepas dari sejarah linguistik atau struktur bahasa. Karakteristik lingua franca sebagai bahasa yang digunakan telah berkembang luas dan menjadi pengantar dalam komunikasi antarkelompok. Bahasa Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai lingua franca. Sebelum proklamasi kemerdekaan, bahasa Indonesia sudah dinobatkan menjadi bahasa persatuan bangsa pada 28 Oktober 1928. Setelah itu, beberapa peristiwa penting mengiringi dan memperkuat bahasa Indonesia hingga sekarang. Lingua franca (bahasa Latin yang artinya adalah "bahasa bangsa Franka") adalah sebuah istilah linguistik yang artinya adalah "bahasa pergaulan" di suatu tempat dengan penutur bahasa yang berbeda-beda. Bahasa Indonesia diramu oleh para pendiri bangsa dan memang selama ini menjadi penghubung berbagai elemen masyarakat, suku, dan budaya. Bahasa Indonesia bukan hanya milik satu suku, bukan milik suku Jawa yang mayoritas, dan juga bukan milik suku Melayu yang paling mirip bahasanya. Bahasa yang satu dan dipahami seluruh elemen negeri ini memungkinkan kita berkomunikasi tanpa batas-batas lingual. Dari situ, kemudian tercipta hubungan bahu-membahu membangun bangsa. Setelah berdekade bahasa Indonesia menunjukkan kontribusinya di Nusantara, sekarang bahasa Indonesia mulai mendunia. Bahasa Indonesia yang dikenal indah dan modern mulai mencuri hati penduduk Malaysia, Singapura, dan Brunei yang berbahasa Melayu. Buktinya, mulai banyak kosakata bahasa Indonesia yang diserap dalam bahasa Malaysia, seperti pacar, luwes, banget, mantan, cewek, dan sebagainya. Bukti lain juga sebenarnya bisa dilihat dari bagaimana karya-karya anak bangsa berbahasa Indonesia sangat diminati di Malaysia, Singapura, dan Brunei.
Advertisement
Selain ke negeri seberang, ternyata bahasa Indonesia sudah memulai perjalanan lintas benua. Bahasa Indonesia sudah masuk dalam jajaran bahasa internasional. Bahasa Indonesia tidak hanya dituturkan atau dipelajari di Indonesia dan sekitarnya, tetapi juga di negara-negara lain, seperti Vietnam, Jepang, Mesir, dan Rusia. Beberapa sekolah di negara-negara tersebut sudah mengajarkan bahasa Indonesia dalam kurikulum pendidikannya. Negara piramid dan sphinx, Mesir, baru saja membangun Pusat Studi Indonesia. Pusat studi yang berada di Universitas Suez Canal pun mempelajari secara mendalam bahasa Indonesia. Di dunia olah raga, bahasa Indonesia juga mulai eksis. Sebut saja klub sepak bola Juventus, Intermilan, dan AC Milan. Tiga klub sepak bola di Italia ini telah meluncurkan situs resmi mereka dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut merupakan sebuah kebanggaan karena bahasa Indonesia menjadi satu dari tiga sampai empat bahasa yang dipakai dalam situs-situs tersebut. Semakin meluasnya eksistensi dan pengaruh bahasa Indonesia ini merupakan sebuah kebanggaan. Ditambah lagi, hal itu merupakan kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk semakin menggaungkan bahasa Indonesia. Kekuatan bahasa Indonesia dapat menjadi soft power dalam hubungan antarbangsa. Melalui bahasa yang dikemas dalam karya-karya, Indonesia bisa menyampaikan nilai-nilai bangsa Indonesia ke negara lain. Dari sudut pandang materialis, meluasnya pemakaian bahasa Indonesia dapat menjadi senjata dalam hubungan ekonomi antarnegara. Hal yang kemudian harus dilakukan adalah bagaimana kita memastikan kualitas bahasa Indonesia agar tetap terjaga dari generasi muda hingga tua. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, bermimpi untuk bisa menjadikan bahasa Indonesia sebagai basantara (lingua franca) atau bahasa pengantar di kawasan Asia Tenggara. Mimpi ini ia sematkan pada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB). Dilansir dari liputan6.com, Nadiem Makarim mengungkapkan misi dari badan tersebut untuk meningkatkan penggunaan bahasa adat dan bahasa Indonesia. Bukan hanya di Indonesia tapi juga di mancanegara. Ini bagian dari ofensif budaya kita di luar negeri. “Ke depannya badan ini diharapkan bisa menjadikan bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa lingua franca Asia Tenggara,” katanya. Menurut Nadiem, tidak mustahil hal itu dapat terjadi. Asalkan bahasa Indonesia mau untuk berinovasi. Inovasi yang dimaksud adalah melakukan adaptasi bahasa Indonesia dengan bahasa dari budaya lain dan optimistis bahwa jika hal itu terlaksana maka bahasa Indonesia bisa menjadi jembatan dengan bangsa lain. Melansir dari kumparan.com, saat ini, pihaknya telah mengkaji sejumlah cara untuk menciptakan inovasi dalam bahasa Indonesia. Ia pun akan segera menyampaikan cara itu ke DPR. Inovasi bahasa Indonesia dibutuhkan agar Indonesia semakin diakui dunia. Hal itu
dilakukan agar perhatian negara lain bukan hanya dalam industri ekonomi tetapi juga bahasa. "Inovasi bahasa Indonesia, dengan negara sebesar ini menurut kami merupakan suatu hal yang sangat menarik. Ditambah lagi, menjadikan Indonesia negara yang lebih penting di panggung dunia, terutama di Asia Tenggara," tutup Nadiem. Sementara itu, dikutip dari kompas.com, pelaksana tugas Kepala Badan Pengembangan dan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Badan Bahasa Kemendikbud), Dadang Sunendar mengatakan bahwa bahasa Indonesia sudah memenuhi sebagian besar persyaratan untuk menjadi bahasa pengantar di Asia Tenggara. Ada beberapa faktor mulai dari banyaknya penutur bahasa Indonesia hingga mudah dan cepat untuk dipelajari. "Jadi, ini kan persoalan apakah bahasa Indonesia sudah memenuhi kriteria menjadi bahasa internasional termasuk di Asia Tenggara. Kita sebenarnya sudah memenuhi sebagian besar persyaratan itu," ujar Dadang. Menurutnya, penutur bahasa Indonesia sudah banyak yakni melebihi 300 juta penutur. Penutur tersebut tak hanya di Indonesia, tetapi di negara lain dengan dialek yang berbeda. "Kedua bahasa Indonesia tak hanya di satu negara, yaitu ada di Timor Leste, Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan dengan dialek berbeda. Belum lagi Diaspora kita yang ada di mana di seluruh dunia," tambah Dadang. Selanjutnya, bahasa Indonesia termasuk kategori bahasa yang mudah dipelajari oleh orang asing. Dengan demikian, bahasa Indonesia akan mampu menjadi bahasa ilmu pengetahuan bagi siapa saja. Meski sudah banyak kelebihan yang dimiliki, Indonesia masih memiliki tantangan untuk merealisasikan mimpi menjadi bahasa pengantar di Asia Tenggara. Dadang menyebutkan, ada sikap sebagian masyarakat Indonesia yang belum bangga menggunakan bahasa Indonesia. "Ada yang belum bangga, belum menghormati. dan masih menganggap fungsi bahasa Indonesia hanya satu yaitu alat komunikasi saja. (Itu) salah," ujarnya. Dadang mengatakan fungsi bahasa Indonesia yang perlu disadari masyarakat Indonesia adalah bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Bahasa Indonesia juga merupakan pemersatu dan perekat utama bangsa dan alat komunikasi hubungan pusat serta daerah.