
1 minute read
1.7. Peran Epidemiologi Gizi Dalam Penyusunan Rekomendasi Gizi
Meskipun jika memungkinkan mengukur asupan makanan dengan keakuratan absolut, namun mengaitkan asupan dengan penyebab timbulnya suatu penyakit membutuhkan pemahaman tahapan yang melaluinya, yaitu apakah makanan yang dimakan dapat menyebabkan atau menghaindari timbulnya penyakit.
Pendekatan epidemiologi tidak mungkin untuk menguji setiap tahap dalam lintas sebab-akibat (causal pathway), dan karenanya perlu diketahui kaitan erat antara faktor-faktor yang terlibat dalam eksperimen yang mengeksplorasi proses metabolik.
Advertisement
1.7. Peran Epidemiologi Gizi Dalam Penyusunan Rekomendasi Gizi
Landasan paling baik tentang rekomendasi bagaimana orang harus makan untuk tetap sehat adalah pemahaman seberapa sehat orang tersebut makan. Untuk inilah epidemiologi memainkan perannya.
Era modern pedoman gizi dimulai pada awal abad ke-20 melalui kampanye penghapusan penyakit akibat kekurangan vitamin A. Kampanye ini mencakup sayur-sayuran. Kampanye ini didasarkan pada pengamatan ahli epidemiologi gizi yang mengikuti serangkaian pengamatn ekologis ke penelitian kasus-kontrol, kemudian melakukan penelitian intervensi untuk mengkonfirmasi kaitan antara pilihan pangan dengan gangguan akibat kekurangan vitamin A ( Byers, 1999).
Rekomendasi umum untuk asupan zat gizi diformalkan pada tahun 1943 dengan angka kecukupan zat gizi (recommended dietary alloawnce) yang pertama-rekomedasi ii juga menjadi acuan bagi penyusunan angka kecukupan gizi di Indonesia. Hal ini didasarkan terutama pada kajian klinis dan eksperimental dari keadaan kurang gizi.
Saat ini, kajian ilmiah yang digunakan dalam melahirkan angka kecukupan gizi dikelompokkan oleh food and nutrition board dari National Research Council atau ( NRC, 1989) menjadi 6 jenis, yaitu: 1. Penelitian pada subjek yang dipertahankan pada diet rendah zat gizi. 2. Penelitian keseimbangan yang mengukur status zat gizi dalam kaitannya dengan asupan. 3. Pengukuran biokimia terhadap kejenuhan jaringan atau kecukupan fungsi molekular dalam kaitannya dengan asupan zat gizi.
4. Asupan zat gizi pada bayi yang disusui penuh dan pada orang yang tampak sehat sehubungan dengan asupan pangannya. 5. Pengamatan epidemiologis status zat gizi pada populasi dalam kaitannya dengan asupan. 6. Ekstrapolasi data dari eksperimen pada hewan (dalam beberapa kasus).
