2 minute read

1.6. Gizi Manusia dan Epidemiologi Gizi

1.6. Gizi Manusia dan Epidemiologi Gizi

Gizi manusia menggambarkan proses-proses pada sel, jaringan, organ, dan tubuh secara keseluruhan dalam mendapatka dan menggunakan substansi esensial untuk mempertahankan struktural dan integritas fungsionalnya. Gizi manusia didasarkan pada suatu pemahaman dari efek keseimbangan antar suplai dan kebutuhan dari substrat dan kofaktor (contohnya zat gizi) yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi optimal (termasuk pertumbuhan, kehamilan, laktasi, pencegahan, dan lain-lain).

Advertisement

Gizi manusia berupaya untuk memaham kerumitan dari efek faktor sosial dan biologis pada bagaimana individu dan populasi mencoba mempertahankan fungsi normal. Dalam penelitian epidemiologi gizi, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi apa yang terjadi terhadap makanan ketika makanan tersebut telah dimakan. Penelitian epidemiologi mecoba untuk mengambil sudut pandang yang lebih luas mengenai diet mempengaruhi atau memelihara kesehatan pada tingkat individu dan populasi.

Penelitian epidemiologi juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa informasi yang mendasari penyusunan kebijakan kesehatan masyarakat sangat berkualitas. Epidemiologi gizi adalah landasan ilmiah untuk penyusunan kebijakan gizi kesehatan masyarakat (public health nutrition)-gizi kesehatan masyarakat difokuskan pada peningkatan kesehatan melalui gizi serta pencegahan primer atas diet yang berkaitan dengan penyakit pada populasi.

Fakta ilmiah yang mendasari peningkatan kesehatan, termasuk penghindari dari penyakit terkait gizi, memerlukan penelitian yang dirancang dengan baik. Singkatnya, epidemiologi gizi menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk meneruskan pesan dan upaya promosi kesehatan terkait gizi kepada individu dan populasi secara lebih baik.

Untuk mencapai tujuan ini, apa yang hendak dijawab melalui penelitian (pertanyaan penelitian) yang jelas perlu dijawab oleh penelitian yang dirancang dengan baik. Penelitian yang dirancang dengan buruk hanya membuang waktu dan uang dan juga tidak etis.

Dari perspektif metodologis, Riboli, dkk (1996) telah mencatat empat keterbatasan utama dari epidemiologi gizi, terutama untuk kanker, dan juga untuk penyakit lain. 1. Pengukuran diet kurang akurat dan kurang spesifik, terutama untuk memperkiran konsumsi pangan. 2. Asupan gizi berkorelasi kuat, dan pengatributan penyebab terhadap satu zat gizi dapat menimbulkan salah kaprah. 3. Efek biologis zat gizi dalam jaringan dapat tidak akurat dan tidak meyakinkan. Hal ini merefleksikan asupan makanan karena pengaturan biologis dari efek tersebut bersifat rumit dan dapat dipengaruhi oleh kadar zat gizi lain. 4. Sebagian besar penelitian tidak memperhitungkan atatu mempertimbangkan efek karakteristik pangan (misalnya jeruk sebagai suatu kesatuan buah atau sebagai jus, bagaimana pangan diolah atau disiapkan) pada aktivitas metabolik dari komponen penyusun pangan.

Untuk menilai efek paparan makanan diperlukan pengukuran asupan makanan. Pengukuran asupan makanan merupakan hal yang rumit. Suatu hal yang tidak dapat dihindarkan bahwa ukuran yang diperoleh bukan gambaran dari asupan yang sebenarnya. Tingkat kesalahan pengukuran, konsistensi dari subjek yang satu terhadap subjek yang lain dalam penelitian, dan efeknya pada kekuatan statistik (Stastistical power), serta menginterpretasi hasil meruapakan perhatian utama epidemiologi gizi.

Norell (1995) menganjurkan tiga tahap dalam mengatasi kesalahan dalam epidemiologi, yaitu: 1. Mengidentifikasi sumber pokok kesalahan 2. Mengeksplorasi dampak kesalahan ini pada hasil] 3. Merancang penelitian yang akan menghindari dan mengendalikan kesalahan tersebut.

This article is from: