
1 minute read
1.2. Pengertian Epidemiologi Gizi
lain. (pada saat itu, pellagra masih dianggap sebagai penyakit infeksi). Kemudian, Goldbeger melakukan eksperimen pada anjing. Pada tahun 1926, faktor pencegah pellagra ditemukan. Faktor ini adalah termasuk keluarga vitamin B. Sebelas tahun kemudian, peneliti pada Universitas Wisconsin menemukan bahwa vitamin itu adalah asam nikotinat (niasin).
Pada tahun 1980-an, peneliti Cina melalui pendekatan epidemiologi dan menunjukkan bahwa kekurangan selenium bertanggung jawab bagi tingginya insidensi penyakit Keshan di wilayah tengah Cina. Temuan ini juga mengungkapkan bahwa gizi juga dapat mempengaruhi agen penyebab penyakit. Pada orang yang tidak mengalami defisiensi selenium, penyakit ini tidak muncul walaupun sudah terinfeksi virus penyebab penyakit Keshan. Virusnya menjadi lebih ganas ketika seorang pengidap virus tersebut mengalami defisiensi selenium.
Advertisement
1.2. Pengertian Epidemiologi Gizi
Epidemiologi gizi adalaha ilmu yang mempelajari sebaran, besar, dan determinan masalah gizi dan penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi, serta penerapannya dalam kebijakan dan program pangan dan gizi untuk mencapai kesehatan penduduk yang lebih baik. Definisi lain menyebutkan bahwa epidemiologi gizi adalah ilmu terkait kesehatan yang membicarakan distribusi dan determinan kesehatan dan penyakit dalam populasi. Epidemiologi gizi memadukan pengetahuan yang diturunkan dari penelitian gizi, untuk menguji hubungan diet –penyakit pada masyarakat atau individu yang hidup bebas (masyarakat atau individu yang tidak diatur dietnya) (Gibney dkk, 2002). Menurut Byers (1999), epidemiologi gizi adalah semua penelitian mengenai hubungan antara diet dengan kesehatan (penyakit) pda populasi manusia. Sementara itu, Byers dkk (1999) mengatakan bahwa epidemiologi gizi merupakan landasan bagi pemahaman kita mengenai kaitan antara gizi dengan kesehatan. Epidemiologi gizi adalah satu-satunya metode ilmiah yang menghasilkan informasi langsung tentang kaitan antara gizi dengan kesehatan dalam populasi manusia yang mengonsumsi zat gizi dan pangan dalam jumlah yang lazim.
Mempelajari kaitan anatar gizi dengan kesehatan atau antara gizi dengan timbulnya penyakit tidaklah mudah dan memunculkan tantangan metodologi. Hal