
1 minute read
1.4. Perkembangan Epidemiologi Gizi
Untuk menggambarkan distribusi dan ukuran masalah penyakit pada populasi manusia, Untuk menjelaskan etiologi penyakit terkait gizi, dan Untuk menyediakan informasi penting untuk mengelola dan merencanakan layanan untuk pencegahan, pengendalian, dan penanganan penyakit terkait gizi.
1.4. Perkembangan Epidemiologi Gizi
Advertisement
Pada awalnya, epidemiologi gizi lebih memfokuskan diri pada kaitan antara kekurangan zat gizi dengan timbulnya penyakit. Misalnya, anemia zat besi adalah penyakit yang timbul akibat kekurangan zat gizi besi. Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kesejahteraan manusia yang pada akhirnya mengubah gaya hidup, fokus epidemiologi gizi pun bergeser dari penyakit akibat defisiensi gizi ke penyakit akibat kelebihan gizi yang umumnya muncul secara kronis (penyakit kronis). Contoh-contoh penyakit kronis terkait gizi adalah penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, dan hiperkolesterolemia.
Walaupun penyakit jantung koroner masih sangat jarang terjadi pada awal ke-20, namun pada pertengahan abad ini penyakit jantung koroner menjadi penyebab utama kematian di negara-negara barat. Tidaklah mengherankan jika pada tahun 60-an hingga 70-an, fokus epidemiologi gizi adalah pada penyakit ini. Memang pada masa itu, Dr.Denis Burkit juga melakukan penelitian berkaitan dengan konsumsi serat dengan kejadian kanker kolon di Afrika. Akan tetapi, sebagian besar kajian epidemiologi gizi pada masa itu hanya mengkaji kaitan antara diet dengan penyakit kardiovaskular.
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit kronis pertama yang diketahui memiliki etiologi diet. Penemuan inilah kemungkinan merupakan contoh paling baik dari penggabungan epidemiologi dengan ilmu gizi eksperimental (Byers, 1999). Perbedaan antara pendekatan epidemiologi gizi pada penyakit jantung dengan pada kanker sangatlah menarik.
Untuk penyakit jantung, penelitian kasus-kontrol sulit diterapkan, baik karena kematian yang terjadi mendadak maupun karena insidensi penyakit yang menyebabkan perubahan pada faktor risiko fisiologis. Itu sebabnya, kajian