Warta PKKMB 2019 Edisi 2

Page 1

AGUSTUS |1


Warta PKKMB

2| LPM DIDAKTIKA


Pusat Informasi lpmdidaktikaunj@gmail.com ig: @lpmdidaktika

s

www.didaktikaunj.com

alam, selamat datang kawan-kawan kerbau baru! Selamat kalian sudah menjadi bagian di peternakan adi luhung nanmodern berkualitas global. Saking canggihnya, di peternakan ini kalian tidak akan merasa diperah. Kawankawan tidak akan merasa dimanfaatkan oleh siempunya peternakan. Bahkan, tampa sadar kita akan dibuat untuk terus mengabdi pada mereka.

Gedung G, Lantai 3, Ruang 304, Kampus A UNJ

Daftar Isi 4 Berita Utama

Intan Ahmad Yakin UNJ Siap Hadapi Revolusi Indstri 4.0

Pura-Pura Resensi

Eksistensi Petani Dalam Jeratan Laba Akumulasi Perusahaan

6

10 Cuma Opini

Tanah Surga Rawan Bencana

Sental Sentil

Maba Terkenal

16 Puisi Aja

Begitu Saja

12

* *** ******

Sapa Redaksi

Tak suka dibilang kerbau? Lalu apa? Sapi atau domba, tidak keduanya? Lalu apa? Manusia? Apapun itu terserah kawan-kawan lah. Namun, apa guna manusia jika akhirnya berlaku dan diperlakukan seperti kerbau? Seperti kawan-kawan kerbau baru, warta ini ditulis oleh kerbau-kerbau juga. Hanya saja, kebau-kerbau penulis warta mendaku sudah bosan menjadi kerbau. Mungkin menjadi manusia? Atau setidaknya kerbau liar? Warta ini hadir sebagai wujud perlawanan para kerbau yang ingin berhenti jadi kerbau. Bukan hanya kerbau-kerbau penulis, melainkan juga kawan-kawan kerbau, baru atau lama, yang sudah muak dikerbau-kerbaukan! “Kerbau akan melawan dengan sebaikbaiknya,sehormat-hormatnya.�

Redaktur Pelaksana PANJI LAKSAMANA S Sekertaris VAMELLIA BELLA C. Tata Letak MUHAMMAD HAFIZH - IMTITSAL NABIBAH Reporter IMTITSAL NABIBAH - PANJI LAKSAMANA S - HASTOMO DWI P VAMELLIA BELLA C. Editor ULY MEGA SEPTIANI ANNISA NURUL - AHMAD QORI

AGUSTUS |3


Warta PKKMB

Berita Utama INTAN AHMAD YAKIN UNJ SIAP HADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Foto: KMPF UNJ “Pelaksana Tugas (Plt) Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Intan Ahmad, menyampaikan pidatonya dalam pembukaan PKKMB UNJ 2019. Intan yakin UNJ siap dalam menghadapi tantangan zaman, seperti revolusi industri 4.0. Namun, hal ini mendapat kritikan dari masyarakat kampus, seperti mahasiswa dan dosen.”

S

enin, (19/7) mahasiswa baru UNJ 2019 berkumpul di lapangan Velodrome untuk menghadiri pembukaan rangkaian acara PKKMB. Tahun ini, PKKMB mengusung tema “Pemuda Jayaraya dengan Karya Menuju Indonesia dan Asia.” Acara ini turut dihadiri oleh berbagai elemen kampus, seperti wakil rektor, dekan, dosen, panitia dan juga pengisi acara. Salah satu agenda rutin PKKMB adalah sambutan rektor UNJ. Namun karena UNJ belum memiliki rektor sejak kasus plagiarisme dan Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) tahun 2017, maka kekosongan rektor diisi oleh Plt Intan Ahmad. (baca: didaktikaunj.com)

4| LPM DIDAKTIKA

Tidak seperti tahun sebelumnya (2018), kini Intan Ahmad tidak perlu diwakilkan. Sebagai pembuka pidato, ia memberi ucapan selamat kepada mahasiswa baru seraya tersenyum. Hal ini disambut dengan tepuk tangan oleh 5.156 mahasiswa baru di hadapannya. Dalam pidatonya, ia fokus menyampaikan orientasi UNJ ke depan, yaitu sebagai kampus yang mampu bersaing di kancah global. Intan yakin, UNJ mampu menjawab tantangan revolusi industri 4.0. Untuk mencapai orientasi tersebut, Intan Ahmad menjamin agar mahasiswa UNJ bisa bersaing, baik secara akademik maupun non akademik, “kami akan fasilitasi itu,” ujarnya.


Selanjutnya, ia menyebutkan kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa, yaitu keterampilan abad 21. Keterampilan ini adalah soft skill yang biasa disebut 4C, antara lain kreatifitas (creativity), mampu berpikir kritis dan menyelesaikan masalah (critical thinking and problem solving), dapat bersanding dengan bentuk kolaborasi (ability to work collaborativelly), dan kemampuan berkomunikasi (communication skill).

kompleks. Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) yang sering error menandakan sistem digitalisasi UNJ yang buruk, tertinggal dan lambat dalam era digital. Ia juga melanjutkan argumennya dengan mengutip futurologi, Alvin Tofler, “siapa kuasai dunia informasi, dia akan menang di zaman globalisasi, yang serba singkat,cepat dan tepat” ucapnya. Nurzengky juga menyoroti fasilitas seperti internet di kampus yang belum rata, dan kurangnya pendopo untuk mahasiswa Intan Ahmad menjelaskan terkait berdiskusi. Ia berharap, agar penelitian ilmiah communication skill, yang artinya mahasiswa berbasis elektronik, dan buku berskala juga harus bisa menjalin hubungan baik dan diperhatikan. mengembangkan kualitas dalam berkomunikasi. Menurutnya, mahasiswa dapat mengasah Ia menutup tanggapannya terhadap komunikasinya dengan ikut berorganisasi atau pidato Plt Rektor dengan membandingkan UNJ berdiskusi dengan dosen. Lebih lanjut dijelaskan dengan universitas (swasta) lainnya di Jakarta, oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek “daya saing UNJ masih kalah,” pungkasnya. dan Dikti Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti OLEH VAMELLIA BELLA CANTIKA yang dikutip pada laman berita sumberdaya EDITOR: ANNISA NURUL Ristekdikti (4/5/18), yaitu sebagai berikut: Kreatifitas (Creativity), kemampuan dalam menciptakan inovasi baru, termasuk di dalamnya ialah menciptakan gagasan baru dengan sikap yang terbuka terhadap perspektif lain. Kolaborasi (collaborative), yakni dapat bersinergi dengan individu maupun kelompok lain dalam mencapai tujuan dan sikap saling menghargai Berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical thinking and problem solving), menurutnya, memiliki kepintaran tidak lah cukup jika tidak diikuti dengan kemampuan berpikir kritis; menalar dan menganalisis masalah dengan baik. Sejalan dengan Intan Ahmad, Nurul Khofifah, mahasiswa baru Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) 2019 yang hadir dalam pembukaan PKKMB optimis UNJ mampu bersaing di kancah global, walaupun ia belum mengetahui apa itu keterampilan abad 21 atau 4C yang disebutkan oleh Intan Ahmad. Menurut Nurul, Sumber daya Manusia (SDM) UNJ sudah mampu bersaing secara profesional. Namun pernyataan Nurul mendapat sangkalan dari Alda Aprilia, mahasiswa Fakultas Ilmu pendidikan (FIP) 2018. Menurut Alda, UNJ masih belum mampu bersaing secara global, sebab UNJ belum bisa mengatasi masalah internalnya dengan baik. Terutama, segi profesonalitas dosen dan ketersediaan fasilitas, “untuk proyektor saja kami masih harus berebut,” ujarnya.

“Kreatifitas, kemampuan dalam menciptakan inovasi baru, termasuk di dalamnya ialah menciptakan gagasan baru dengan sikap yang terbuka terhadap perspektif lain.”

Nurzengky, dosen Pendidikan Sejarah UNJ juga menanggapi pidato Intan. Menurutnya, sebagai kampus di Ibu Kota, UNJ dinilai tertinggal jauh jika harus berbicara mengenai revolusi 4.0 yang erat kaitannya dengan teknologi yang

AGUSTUS |5


Warta PKKMB

Pura-pura Resensi Eksistensi Petani dalam Jeratan Akumulasi Laba Perusahaan Judul Buku Penulis Penerbit Tebal Buku

: Dinamika Kelas dalam Perubahan Agraria : Henry Bernstein : Fernwood Publishing, 2010 : xi + 139 hlm

Pada tahun 2000, masyarakat di dunia diperkirakan berjumlah 6 miliar dan diprediksi akan menjadi 9 miliar pada tahun 2050. Hal ini mengisyaratkan harus adanya peningkatan dalam sektor produktivitas pangan yang mengimbangi laju pertumbuhan populasi agar tidak terjadi kemiskinan. Kendati demikian, petani-petani skala kecil hari ini masih sering bertikai dengan perusahaanperusahaan industri pertanian yang dilindungi oleh instansi perampas bernama “negara�. Dengan dalih kemajuan dan pembangunan yang dibawa negara, masalah-masalah agraria masih terus terjadi hingga hari ini.

kompleks. Karena kita harus mengetahui sistem dan struktur yang mempengaruhi masalahmasalah tersebut. Selain itu, kita pun hidup seirama dengan meningkatnya globalisasi dan Menurut Catatan Akhir Tahun Konsorsium berkembangnya kapitalisme yang menguasai Pembaruan Agraria (Catahu KPA) edisi 2018, sektor pertanian. Persaingan antar kapitalis eskalasi konflik terus meningkat setiap agraria guna memonopoli industri pertanian tahun, dengan kasus-kasus kekerasan yang telah mengubah segala aspek kehidupan menyertainya. Diawali masa transisi dari SBY masyarakat sejak lahirnya kapitalisme itu ke Jokowi, pada 2014 tercatat terjadi 472 kasus sendiri, khususnya dalam aspek kebudayaan. –sebagaimana tujuan dan konflik, tahun 2015 terjadi 252 kasus, 2016 Kapitalisme perkembangan historisnyaselalu mencari laba terjadi 450 konflik. lalu pada tahun 2017 terjadi 659 kejadian konflik agraria. Dalam kurun waktu dan akumulasi lewat pengeksploitasiannya 4 tahun tersebut, ribuan korban kekerasan dan terhadap manusia dan alam. Akibatnya, dibalik kriminalisasi agraria di wilayah-wilayah konflik, meningkatnya produktivitas pertanian akibat baik di pedesaan maupun perkotaan banyak sistem kapitalisme, lagi-lagi manusia dan alam berjatuhan tanpa penyelesaian sekaligus selalu menjadi korban ketamakan mereka. pemulihan hak hingga tuntas. Fenomena semacam ini merupakan objek kajian ilmu ekonomi politik. Namun, analisis Membahas masalah agraria tentu sangatlah

6| LPM DIDAKTIKA


terhadap masalah agraria dalam perspektif ekonomi politik juga perlu melihat aspek historis dan pemahaman lebih lanjut tentang interaksi antara petani dengan pemilik modal. Buku Dinamika Kelas dalam Perubahan Agraria yang ditulis Henry Bernstein, menjabarkan suatu analisis terhadap proses dinamika kelas yang terjadi akibat perubahan agraria melalui perspektif ekonomi politik serta analisa Karl Marx terhadap kapitalisme.

Melihat kondisi sekarang, ketika kompetisi kapitalis yang mengakumulasi laba kian menjamur, alam dan tenaga-tenaga kerja menjadi sasaran eksploitasi kapitalis. Contohnya dalam industri kelapa sawit di Indonesia. Berdasarkan data yang dijabarkan WatchDoc dalam film dokumenter Asimetris, penggunaan kelapa sawit sangatlah penting bagi umat manusia. Artinya, kita akan membutuhkan banyak lahan untuk pengembangbiakan kelapa sawit. Akhirnya, proyek perkebunan kelapa Melalui empat pertanyaan kunci dalam sawit di Indonesia saat ini mencapai 11 juta ekonomi politik, buku ini dapat dijadikan acuan hektar di seluruh Indonesia. Dari luas tersebut, untuk memahami praktik kapitalisme yang 55% diantaranya dikelola oleh perusahaan. semakin menguat dalam industri pertanian. Empat pertanyaan kunci tersebut meliputi: Pertama, Akhirnya, produksi, produktivitas dan siapa memiliki apa? Pertanyaan ini merujuk reproduksi berlebih akibat perindustrian kelapa pada kepemilikan seseorang pada alat produksi sawit oleh perusahaan, mengakibatkan kerusakan yang selanjutnya mempengaruhi hubungan- alam yang berdampak pada manusia itu sendiri. hubungan sosial. Kedua, siapa mengerjakan Buktinya sejak Juli 2015, Kota Palangkaraya apa? Ini berfokus menjadi salah pada sistem satu bukti dampak pembagian pencemaran udara kerja yang akibat pembakaran terjadi selama hutan dan lahan di proses produksi. Kalimantan. Pada Ketiga, siapa bulan Oktober mendapatkan di tahun yang apa? Ini merujuk sama, kadar pada sistem polusi mencapai pembagian upah sebagai hasil dari produksi 1.300% dari ambang kualitas udara yang sehat yang dijalankan. Pertanyaan ini bergantung bagi manusia. Di Kalimantan dan Sumatera, 19 pada relasi sosial yang terjalin dalam produksi orang meninggal dunia dan sekitar setengah tersebut. Keempat, Untuk apa hasil tersebut juta diantaranya, mengalami penyakit infeksi digunakan? Pertanyaan terkahir berfokus pada saluran pernapasan akut yang menyerang balita alokasi pendapatan/hasil dari suatu produksi hingga orang dewasa. tersebut. Dari beberapa permasalahan agraria yang Produksi, Produktivitas, dan Reproduksi menghantui sosio-ekonomi masyarakat Indonesia, perlu bagi kita untuk mengetahui asal-muasal Sebagai awalan dalam buku ini, Bernstein munculnya sistem kapitalisme itu sendiri. Sebab coba mendefinisikan arti produksi, produktivitas, berbagai permasalahan yang terjadi sekarang, dan reproduksi. Produksi diartikan sebagai tak terlepas dari aspek historis munculnya akar proses (kerja) dengan mengubah alam untuk permasalahan tersebut. Bernstein menganalisis memenuhi kebutuhan manusia. Seberapa banyak munculnya kapitalisme dan perkembangannya hasil yang dapat diproduksi disebut sebagai yang disebabkan oleh akumulasi primitif. produktivitas. Satuan ukur produktivitas Akumulasi primitif dijelaskan sebagai proses dalam usaha tani adalah panen. Volume panen masyarakat pra-kapitalis dalam mendapatkan ditentukan oleh luas tanah, jumlah pekerja, “surplus” non-pasar dengan ekspoitasi atau dan teknologi yang digunakan. Sedangkan “paksaan ekstra ekonomi.” Melalui akumulasi reproduksi merupakan usaha untuk menjamin primitif inilah petani mulai dipisahkan dari kondisi-kondisi kehidupan dan kondisi-kondisi alat produksinya secara perlahan. Bernstein produksi masa depan dengan mengambil dari apa menggunakan studi kasus yang terjadi di Inggris, yang diproduksi sekarang atau yang didapatkan Prusia dan Amerika dalam analisanya terhadap sekarang. munculnya kapitalisme.

“Produksi, Produktivitas, dan Reproduksi”

AGUSTUS |7


Warta PKKMB Pada permulaan transisi zaman perbudakan menuju zaman kapitalisme, kelas kapitalis dibagi menjadi empat, yaitu: Kelas bangsawan pemilik tanah, kelas pedagang yang meminjamkan kredit dan barang-barang untuk pemilik tanah, kapital agraria yang mengurus langsung di lapangan dan kelas perbankan yang mendanai segala kegiatan produksi. Selanjutnya, Bernstein menerangkan bahwa zaman kolonial (yang dipelopori oleh Colombus pada tahun 1492) telah membuka gerbang munculnya kapitalisme agraria yang kemudian menjadi kapitalisme industri. Komodifikasi produksi akibat tuntutan pasar global menjadi faktor negara-negara kolonial mencoba merampas hasil alam serta budak negara koloninya. Hal ini didukung oleh pernyataan Marx bahwa “Tanah dan budak menjadi komoditas penting dalam moda produksi serta munculnya kapitalisme dagang, menjadi sebab umum mengapa bangsa Eropa ingin memiliki negara koloni.� Memasuki abad ke-20, negara-negara yang tadinya berada dibawah kontrol kolonialisme, mulai memerdekakan dirinya. Negara-negara yang baru lahir ini kemudian memiliki masalah baru, yaitu bagaimana cara memulihkan kembali kondisi negaranya. Petani marginal, petani skala kecil dan pertanian rumah tangga diintegrasikan demi pembangunan negara. Ini menyebabkan kelas-kelas petani berdinamika dan berubah menjadi budidaya pertanian dibawah kontrol negara masing-masing. Tahun 1970, ekonomi kapitalis mengalami proses transformasi besar dengan hadirnya globalisasi neoliberal. Globalisasi neoliberal memungkinkan adanya relasi komoditas antar negara, kontrol terhadap petani dan industrialisasi. Indonesia, sebagai negara yang pernah menjadi koloni bangsa-bangsa Eropa dan Jepang, menjadi negara yang mengatur produksi, produktivitas, dan reproduksi petanipetani marginal. Sebagai negara yang ingin menancapkan taringnya di kancah ekonomi internasional, pemerintah mengulurkan karpet merah kepada investor lokal maupun internasional. Bahkan, pemerintah tak segan mengorbankan ruang hidup para petani, seperti yang menimpa nasib warga Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara. Menurut Catahu KPA edisi

8| LPM DIDAKTIKA

2018, kali ini PT. Perkebunan Nusantara II (yang merupakan Badan Usaha Milik Negara) berkonflik dengan warga. Konflik yang berada di atas lahan seluas 119 hektar tersebut, telah berlangsung sejak tahun 1959. Lahan ini awalnya merupakan lahan bekas perkebunan Belanda yang mulai digarap masyarakat sejak 1942. Namun pada tahun 1959, PT. Perkebunan Nusantara II datang mengambil dan menguasai lahan tersebut secara sepihak. Tindakan tersebut menggusur lahan garapan 110 keluarga petani yang telah bermukim jauh sebelumnya. Dari hal tersebut, muncul sebuah pertanyaan: dengan berkuasanya globalisasi neoliberal yang membawa dampak buruk terhadap dunia pertanian, apakah turut mengakhiri keberadaan petani kecil? Bernstein menyebut bawa upaya depeasantization, yakni terlemparnya petani dari kegiatan pertanian, tidak akan menghilangkan kelas petani. Hal ini karena kelas sosial tidak mudah hilang begitu saja, mereka terus hidup dan bertransformasi melalui perjuangan kelas. Perjuangan kelas ini menjelma dalam bentuk perlawanan yang dilakukan oleh petani kecil yang didorong oleh pembangunan kapitalis yang tidak merata, komodifikasi, dan proletarisasi petani sejak masa kolonial. Menurut Bernstein, kelas terbentuk akibat relasi sosial dari produksi. Lebih luas lagi, sebuah kelas dapat dilihat dari hubungan kelas tersebut dengan kelas lain, misal: petani keluarga di negara-negara selatan, seperti India dilihat sebagai kelas yang dieskploitasi secara historis oleh kapital. Kelas kapitalis –dari masa ke masaselalu berusaha meningkatkan nilai surplus guna mendapatkan laba sebesar-besarnya. Dibalik itu, kelas kapitalis juga dihadapkan pada permasalahan pemberontakan kelas buruh dan petani akibat dorongan kesadaran akan kentertindasannya. Untuk itu, kelas kapitalis juga berusaha untuk meredam kesadaran tersebut dengan menginvestasikan sebagian keuntungannya untuk kepentingan publik, seperti: mendirikan sekolah, rumah sakit, beasiswa, dan lain-lain. Melihat situasi sekarang, kemurahan hati palsu (mengutip kata-kata Paulo Freire) yang dilakukan perusahaan berorientasi akumulasi laba berlebih, telah berhasil meredam kesadaran


kaum-kaum tertindas di Indonesia. Negara pun turut andil dalam hal ini, sebab melalui regulasinya, negara telah mengintegrasikan perusahaan-perusahaan tersebut kepada proses pembangunan ekonomi negara. Kesadaran yang muncul pun bersifat naif, sehingga masyarakat pun turut mendukung pembangunan tersebut, namun buta akan dampak yang ditimbulkan dari proses pembangunan tersebut. Singkatnya, buku ini coba menjelaskan dialektika yang terjadi dalam klasifikasi petani akibat perjalanan historis dari zaman feodalisme hingga masyarakat hari ini. Buku ini sangat relevan untuk membaca kondisi petani di dunia saat ini lewat empat pertanyaan kunci ekonomi politik yang telah disinggung diatas. Dari pembacaan tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan, siapa yang mendapatkan keuntungan lebih besar, siapa yang “memperbudak� dan siapa yang lebih tertindas. Namun, ada beberapa hal yang mungkin dapat kita kritik dari buku ini. Pembaca mungkin akan merasa bingung dan tidak mengerti pada kata-kata yang tersaji dari awal hingga akhir buku ini, sebab beberapa kata mungkin terdengar asing di pikiran kita. Bahkan, pihak penerjemah yang terlibat pun cukup menghadapi kesulitan dalam menerjemahkan buku ini (hal ini digambarkan dalam pengantar penerjemah). Buku ini adalah analisa Bernstein dalam melihat dinamika kelas akibat perubahanperubahan sistem agrarian melalui perspektif historis. Maka menurut saya, buku ini minim akan keberpihakan, sebab tidak adanya studi kasus yang secara khusus dikontekstualkan bahwa kapitalisme menyebabkan dekadensi moral seperti data-data yang saya singgung di atas. Menurut saya, tidaklah bijak jika membaca buku ini tanpa adanya kontekstualisasi, namun menjadikan buku ini sebagai bahan onani intelektual semata.

“Bahwa kapitalisme menyebabkan dekadensi moral.�

OLEH HASTOMO DWI PUTRA EDITOR: AHMAD QORI

AGUSTUS |9


Warta PKKMB

Cuma Opini

TANAH SURGA R

Wilayah Indonesia secara geografi terletak diantara pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Pertemuan ketiga lempeng tersebut menyebabkan Indonesia memiliki beragam kondisi geografis. Indonesia bukan hanya memiliki pegunungan lipatan tertinggi di daerah tropik yaitu pegunungan tengah Papua melainkan juga memiliki laut Banda, laut antar pulau terdalam di dunia, dengan kedalaman mencapai 5000 meter. Kondisi geografis tersebut meyebabkan Wilayah Indonesia dikelilingi oleh banyak sesar (patahan) dan zona subduksi (megathrus). Sesar atau patahan adalah rekahan yang memerlihatkan adanya pergerakan lapisan batuan. Sedangkan zona subduksi adalah daerah pertemuan antara dua lepeng yang memiliki perbedaan massa jenis, sehingga mengakibatkan lempeng bermasa jenis lebih besar menghujam ke bawah.

Sumber: Doc. BMKG

bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pekerjaan dan Perumahan Rakyat, telah merilis buku hasil penelitian dan pemetaan kondisi geografis Indonesia pada 2017. Berdasarkan buku berjudul Peta Sumber dan Bahaya Gempa 2017, di pulau Sumatra terdapat 43 segmen sesar dan 9 zona subduksi dengan kedalaman antar 80-1300 km di bawah permukaan laut. Segmen dan zona subduksi tersebut tersebar di sepanjang bagian barat Sumatra akibat pertemuan lepeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Bagian barat pulau Jawa setidaknya terdapat 36 sesar dan 10 zona subduksi dengan kedalaman berkisar antara 280-1130 km. Bagian timur Kalimantan terdapat 3 segmen sesar, sedangkan Sulawesi memiliki 48 segmen sesar. Papua memiliki 6 zona sesar dan 2 zona subduksi yang tersebar dari daerah Leher Burung hingga Papua New Guine. Bagian selatan Indonesia, Bali-Nusa Tenggra-Banda, terdapat 47 segmen sesar. Melalui data tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa pada 2017 terdapat 295 sumber gempa yang sudah terpetakan, naik 450% dari data 2010 sebanyak 53 sumber gempa. Banyaknya sumber menjadikan gempa sebagai salah satu bencana alam paling mengancam di Indonesia. Rahmat Triyono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), mengatakan bahwa keberadaan megathrus merupakan ancaman yang nyata. Baik dari barat Sumatra dan selatan Jawa, maupun bagian timur di Bali dan utara Papua,

10| LPM DIDAKTIKA


RAWAN BENCANA gempa sewaktu-waktu dapat terjadi. Bahkan, jika terjadi gempa berkekuatan besar di sumber yang dangkal dapat mengakibatkan tsunami (News.detik.com, Megathrus Ancaman Riil RI) . Pernyataan triyono terbukti benar adanya. Menurut data yang dihimpun Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG), sejak 29 Juni 2019, tercatat setidaknya 60 gempa dengan magnitudo lebih dari 5 Skala Richter (SR). Perairan Maluku menjadi daerah dengan intensitas gempa paling tinggi sebanyak 27 kali. Bali, Bengkulu, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) sama-sama mengalami gempa sebanyak 5 kali. Sisa titik gempa lainya tersebar di berbagai daerah, Sulawesi Utara (Sulut) sebanyak 4 titik, Papua dan Papua Barat sebanyak 5 titik, Banten dan Sumatra Barat (Sumbar) masing-masing 3 dan 2 titik, serta Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Gorontalo, Sulawesi Tenggara (Sulteng), Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Jawa Tengah (Jateng) masing-masing satu titik.

Sumber: Doc. BNPB Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia.

Evakuasi dan Persiapan Masyarakat Menurut informasi yang dihimpun BMKG dan dimuat dalam Katalog Gempa Bumi Signifikan dan Merusak 2018, setidaknya terjadi 43 gempa bumi signifikan dan merusak (memiliki magnitudo lebih dari 5.5 SR) selama 2017-2018. Tiga dari 43 gempa tersebut menyebabkan tsunami di Lombok, NTT (5 agustus 2018), Donggala, Sulteng (28 September 2018), dan Selat Sunda (22 Desember 2018). Selain magnitudo gempa yang besar, 43 gempa tersebut juga memiliki MMI (Modifield Mercalli Intensity) yang tinggi. Skala MMI adalah ukuran kekuatan gempa bumi berdasarkan kerusakan akibat gempa tersebut. Dari 43 gempa, gempa Donggala, Sulteng (28 September 2018), mencapai skala MMI VIII. Skala VIII berarti terjadi kerusakan ringan pada bangunan dengan kontruksi relatif kuat, kerusakan pada monumen-monumen, serta mata air menjadi keruh. Gempa Donggala, Sulteng (28 September 2018) juga paling banyak merenggut korban, sedikitnya 2.037 meninggal dunia dan dinyatakan hilang, 4.084 luka-luka, serta 74.044 lainya mengungsi. Data terebut belum termasuk korban selama pengungsian berlangsung.

AGUSTUS |11


Warta PKKMB

Sumber : Katalog Gempabumi Signifikan dan Merusak 2018 selama pengungsian berlangsung. Sumber : Katalog Gempabumi Signifikan dan Merusak 2018 Serangkaian gempa dan tsunami yang terjadi antara 2017-2018, menjadi pengingat untuk pemerintah dan masyarakat. Bahwa daerah rawan bencana bukan hanya sekedar julukan bagi Indonesia. Presiden Joko (Jokowi) Widodo, saat membuka rapat koordinasi nasional BMKG 2019 (Selasa, 23 Juli 2019), meminta agar masyarakat diberikan pemahaman bahwa Indonesia merupakan negara rawan bencana. Pemahaman tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga mengurangi resiko-resiko bahaya bencana alam (nasional.okezone.com, Jokowi Minta BMKG Berikan Pemahaman kepada Masyarakat Soal Rawan Bencana). Dalam kesempatan yang sama, Jokowi mengapresiasi kinerja BMKG terkait peringatan dini potensi tsunami seetelah gempa yang dilakukan BMKG di media masa. Pernyataan Jokowi soal pentingnya kesadaran masyarakat memang masuk akal. Bagaimanapun, masyarakat adalah pihak yang paling beresiko terdampak bencana. Masyarakat memang secara nyata membutuhkan pengetahuan dan kesiapan untuk menghadapai bencana yang sewaktu-waktu terjadi. Namun, sayangnya memang kesiapan masyarakat seringkali luput dari diskursus tentang mitigasi bencana. Pemerintah hanya berfokus pada upaya teknis dalam peringatan dini bencana, sedangkan upaya edukasi masyarakat seringkali luput. Seperti yang diungkapkan Jonathan A Lassa, pengajar senior Humanitarian, Emergency, and Disaster Menegement, College of Indigenous Futures, Arts and Society, Charles Darwin University (Theconversation.com, Meninjau ulang strategi peringatan dini tsunami di Indonesia: cermin dari Palu). Berkaca dari kasus gempa dan tsunami di Palu, menurut Lassa, pemerintah seharusnya bukan hanya fokus meningkatkan teknologi, melainkan juga perlu menyiapkan masyarakat untuk menghadapi bencana. Lebih lanjut, Lassa menjelaskan bahwa salah satu komponen utama dalam penanggulangan bencana adalah manusia itu sendiri. Penekanan berlebih pada perkembangan teknologi akan menyebabkan masyarakat pasif dan tidak bisa beradaptasi dengan mandiri. Selain itu, apresiasi Jokowi terhadap kinerja BMKG justru terkesan salah arah. Komunikasi satu arah mengenai resiko bencana yang dilakukan oleh BMKG melalui media masa cenderung mengurangi kesadaran masyarakat. Selain sulit diakses pada saat terjadi bencana, model komunikasi tersebut menyebabkan masyarakat rentan dan terlalu bergantung pada pmerintah. Akhirnya, masyarakat tidak bisa beradaptasi dalam menghindari resiko bencana ketika akses ke media masa terputus.

12| LPM DIDAKTIKA


AGUSTUS |13

Skala MMI | Doc. BMKG


Warta PKKMB Juhri Selamet, pengajar Universitas Multimedia Nusantara justru mengkritik komunikasi resiko bencana satu arah melalui media massa yang dilakukan oleh BMKG. Menurutnya, komunikasi tersebut tidak efektif menjangkau masyarakat di daerah terpencil karena sulitnya akses untuk media massa. Akibatnya, masyarakat terlambat atau bahkan tidak mendapat sama sekali informasi resiko bencana dari otoritas terkait. Selain kendala sulitnya mengakses sumber informasi satu arah, model komunikasi resiko yang dilakukan pemerintah cenderung kepada resiko teknis, tanpa mempertimbangkan aspek-aspek budaya. Informasi resiko teknis tersebut sering kali berisi data-data ilmiah kuantitatif seperti kekuatan gempa dan peta geografis rawan bencana. Padahal, komunikasi berbasis budaya, dengan mengajak masyarakat menimbang sendiri risiko bencana dapat mengedukasi sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat akan resiko bencana. Indonesia harus belajar dari program yang dilakukan oleh National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS), salah satu lembaga pusat studi kesehatan Amerika Serikat. NIESH pada akhir 1980-an, mengadakan workshop bersama membahas keadilan dan kesertaraan di bidang lingkungan yang menghasilkan rekomendasi untuk melibatkan komunitas masyarakat dalam penelitian terkait. Hingga pada 1994, diadakan simposium lingkungan nasional pertama untuk mencari rekomendasi-rekomendasi dari komunitas masyarakat, akademisi, pekerja, dan pebisnis mengenai kesehatan lingkungan. Setelah itu, NIESH mengumumkan pendanaan hibah pertama untuk program kemitraan komunikasi Environmental Justice. Bergabungnya Environmental Protection Agency (EPA) dan National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menjadikan kemitraan tersebut sebagai program terintegrasi 13 tahun. Berdasarkan analisis Sherry Baron dkk terhadap data dan hasil dari pertemuan dari berbagai projek kemitraan komunikasi Environmental Justice, memberi perhatian lebih pada komunikasi mendorong projek-projek tersebut mengembangkan beragam metode untuk menghubungkan komunitas dengan peneliti. Hubungan tersebut dibangun dengan meningkatkan kesadaran komunitas terhadap lingkungan dan bahaya bersama serta memberikan metode mencegah bahaya-bahaya tersebut. Metode tersebut bersifat sederhana seperti penggunaan bahan kimia yang ramah lingkungan di tempat kerja atau memperbaiki sirkulasi udara di rumah. Selain itu, projek-proyek tersebut juga melakukan pemberdayaan kolektif komunitas untuk mengurangi dampak pencemaran. (Jurnal Am J Public Healt, US Nasional Library of medechine). Metode serupa dengan NIEHS dapat dijadikan salah satu jalan keluar bagi Indonesia. Melalui pendekatan persuasif dan program jangka panjang, pemerintah bisa mengedukasi masyarakat mengeni resiko bencana. Komunikasi resiko berbasis budaya juga dapat merangkul berbagai karakter manusia sehingga mendorong masyarakat Indonesia untuk menilai bahaya bersama melalui dialog demokratis di ruang publik. Mengingat pentingnya hal teresbut, evaluasi sistem komunikasi resiko untuk medesain ulang sistem demi mengurangi potensi jatuhnya korban saat terjadi bencana. Pemerintah tidak bisa hanya fokus untuk meningkatkan sarana teknis penunjang mitigasi bencana, tetapi juga melakukan upaya ekstra untuk mengedukasi masyarakat. (theconversation, Komunikasi risiko bencana satu arah di zona rawan gempa-tsunami tak efektif cegah jatuh korban). OLEH PANJI LAKSAMANA EDITOR: ULY MEGA SEPTIANI

14| LPM DIDAKTIKA


Sental Sentil

Maba Terkenal

Oleh Imtitsal Nabibah

Pada hari pertama kuliah, Satria datang lebih awal dari jadwal perkuliahan pukul 10.00. Ia sudah di kampus sejak pukul 09.00. Ia memang berniat datang lebih awal untuk berkeliling kampus, melihat fakultas lain. Karena belum sarapan, Satria berniat sarapan di kantin blok M Ia memilih makan di warung dekat pintu masuk, sebab kantin sudah mulai ramai. “Makan di sini, ya, bu,” ucap Satria. “Lauknya apa, dek?” “Kikil sama sayur saja. Biar murah hehe,” “Ini dek,” kata bu kantin sambil memberikan makanan “Kamu maba, ya?” “Iya, bu” Setelah dilayani, Satria bergumam kecil, “kok dia tahu, ya?” Selesai makan, Satria membayar makanannya yang seharga Rp.8.000. Setelah itu, Satria berniat ntuk menikmati secangkir kopi di samping blok M. Kebetulan ada tukang kopi keliling, ia pun memesan kopi hitam dan sebatang rokok. “Beh, kopi satu sama rokok sebatang, ya,” “Siap, den!” jawab tukang kopi sambil membetulkan topi lusuhnya. “Nih, kopinya. Den, maba, ya?” “Wihh, iya, beh!” Muka Satria agak terkejut. Lagi-lagi orang tau kalau dia itu maba. Satria menyalakan rokoknya. Sambil menyesap kopi di tangan kiri, rokok di tangan kanan. Satria terus memikirkan mengapa orang-orang tahu kalau ia itu maba. Emang bau maba bisa tercium, ya? Ia pun mencium pakaiannya. “ Ah, seperti wangiku. Apa yang anehnya?” Tak sadar merenungi kenapa orang-orang tahu dia maba, rokok yang ada di tangannya pun habis. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 09.45, Satria buru-buru menghabiskan kopi. Ia pun pamit dengan penjual kopi itu. Satria berlari-lari menuju kelas. Ia pun terburu-buru hingga tak memperhatikan jalan. Terdengar celetukan, “Ett cepet banget, maba kali ya?,” Sambil berlalu, Satria berkata dalam hati,”wah, lagi-lagi dia tahu,” Sesampainya di depan kelas, Satria ke toilet terlebih dahulu untuk mengatur napas dan memastikan penampilannya baik dihadapan teman maupun dosen. Dihadapan kaca, Satria berkata pada dirinya sendiri. “Kapan bisa nyisir, ya?”

AGUSTUS |15


Warta PKKMB

Puisi Aja Begitu Saja Oleh Adipati Prakash Tanpa selamat tinggal Atau sebuah janji Berakhir dengan hanya ketukan Matamu Mencari jawaban terbaik atau Menyelamatkan diri Dengan helaan napas panjang Sedikit memaksa Engkau pergi 28/01/2019

16| LPM DIDAKTIKA


NANTIKAN WARTA PKKMB EDISI 3 2019!!! SALAM BERPIKIR KRITIS DAN MERDEKA, KAWAN!

AGUSTUS |17


Warta PKKMB

“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam KECERDASAN, memperkukuh KEMAUAN, serta memperhalus PERASAAN.” - Tan Malaka -

18| LPM DIDAKTIKA


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.