Warta MPA 2017 Edisi 3

Page 1

WARTA MPA

3

Agustus 2017

DITERBITKAN OLEH LEMBAGA PERS MAHASISWA DIDAKTIKA

MENUJU DIGITALISASI LITERASI

DITERBITKAN OLEH LEMBAGA PERS MAHASISWA DIDAKTIKA || LPM DIDAKTIKA UNJ|| Warta MPA Edisi III ||

2 1


REDAKSI

UNJ sudah menghabiskan dana Rp 1,8 Milyar untuk membeli buku dan jurnal online. Sayangnya, mahasiswa UNJ masih belum banyak yang mengaksesnya. Sosialisasi yang diusahakan oleh UPT Perpustakaan juga berbenturan dengan fasilitas internet yang tidak memadai. Bersamaan dengan semangat digitalisasi, tahun ini UNJ membuka dua Prodi baru. Kekurangan fasilitas akan dilengkapi seiring berjalannya waktu.

Daftar Isi Berita I ............................................................................................3 Berita II........................................................................................4-5 Berita Utama................................................................................6-7 Cerpen..........................................................................................8-9 Opini..........................................................................................12-13 Pojok UKM..............................................................................14-15

Susunan Redaksi Alamat Redaksi: Gedung G Lantai 304. Jl.Redaksi: Rawamanugn Pemimpin Redaksi: Annisa Nurul 3, H Ruang S Sekretaris Uly Muka N o. 1 Jakarta Timur. Mega S Tata Letak: Latifah Reporter: M Rizky Suryana, Faisal Bah-

ri, M Muhtar, Uly Mega S, Annisa Nurul H S Editor: Latifah, Yulia A, Lutfia H, Naswati, Hendrik Y, Annisa Nur

Alamat Redaksi: Gedung G Lantai 3 Ruang 304. Jl. Rawamangun Muka No.1 Jakarta Timur. Email: lpmdidaktikaunj@gmail.com. Line: @tlt5495s. Website: www.didaktikaunj.com. Facebook: lpm didaktika unj. Twitter: @lpmdidaktika Whatsapp: 089604430771 (Annisa) 2 || Warta MPA Edisi III || LPM DIDAKTIKA UNJ ||


BERITA I PERESMIAN DUA PROGRAM STUDI BARU DI UNJ

T

ahun ajaran baru 2017/2018, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) membuka dua program studi (prodi) baru yaitu Pendidikan Administrasi Perkantoran (AP) dari (FE) dan statistika dari (FMIPA). Tahun ini UNJ mengajukan empat belas prodi baru melalui laman silemkerma.ristekdikti.go.id. Namun, hanya dua prodi tadi yang berhasil lolos. Sebelum 2007, Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran sudah ada di UNJ. Namun, dilebur menjadi konsentrasi ke dalam Prodi Pendidikan Ekonomi. Hal itu mengikuti perubahan SK Dikti di 2007. Kemudian SK tersebut berubah lagi pada 2009. Isinya memperbolehkan lagi diadakannya prodi tersebut. Pembaruan itu mendorong UNJ melakukan restatus untuk prodi ini, namun gagal. Hingga akhirnya tahun ini prodi tersebut dibuka. Menurut Widiyanti, selaku Kepala Prodi Statistika, salah satu alasan didirikannya prodi ini ialah besarnya kebutuhan pasar akan lulusan statistik. ”Mendirikan prodi baru juga perlu peluang dengan melihat daya tarik masyarakat,” ucapnya. Tahun ini, Prodi Statistika hanya cukup menampung empat puluh mahasiswa untuk tahun ini. Ia juga menambahkan, prodi baru yang diajukan harus mempunyai ciri khas agar mudah mendapatkan pengesahan. ”Kalau di UNJ statistikanya condong ke arah pendidikan psycometric. Berbeda dengan Universitas Indonesia yang cenderung ke arah Ekonomi,” tambahnya. Pendirian prodi baru sesuai dengan Permenristekdikti no.23 tahun 2016 tentang syarat minimum pembentukan prodi baru. Padahal di prodi lama masih kekurangan fasilitas. Mahasiswa Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Andika mengeluhkan

kalau fasilitas di prodinya tidak layak. “Bangku banyak yang rusak, papan tulisnya juga kurang layak, dan AC-nya mati,” ucapnya. Kendati begitu, Kepala Prodi PIPS beranggapan bahwa fasilitas yang ada di prodi tersebut sama statusnya seperti prodi-prodi lain di Fakultas Ilmu sosial (FIS) seperti fasilitas komputer, proyektor dan ruang kelas. Menurut Darma Rika Swamarinda, selaku Kepala Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran, mengatakan bahwa sejauh ini kendala yang ditemukan kelebihan mahasiswa dalam satu kelas. Tahun ini ada sembilan puluh tiga mahasiswa yang diterima di prodi ini. Nantinya akan dibagi menjadi dua kelas. Mereka akan mengalami kesulitan ketika di laboratorium komputer, sebab hanya ada 40 komputer dalam satu kelas. Ia mengaku sudah koordinasi ke dekanat. “Katanya, nanti akan ditambah komputernya,” ujarnya. Selain itu, kelas yang berubah akibat penambahan prodi, kemungkinan tidak berpengaruh besar karena sistem sharing, yaitu pembagian kelas yang tidak berpaku pada fakultas. Namun, salah satu mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi Evita Defyana mengatakan, selama kuliah di gedung Islamic Development Bank (IDB), tidak kekurangan fasilitas. Hanya saja di gedung N seringkali harus mengambil bangku ke kelas lain, karena jumlah mahasiswa yang tidak sesuai dengan ruangan. “Kalau kuliah di gedung N seringkali harus ngambil bangku di kelas sebelah,” tandasnya. Muchlis R. Luddin, selaku Wakil Rektor (WR) I, menanggapi hal tersebut menurutnya fasilitas untuk prodi baru membutuhkan proses, tidak harus langsung semuanya terfasilitasi secara penuh. “Jadi sambil dijalanakan perkuliahanya, para dosen dan buku-bukunya juga sambil dipersiapkan,” ucapnya. Ia pun menambahkan, prodi dan fakultas baru dapat didirikan selagi ada izin dari kementerian.//M. Muhtar

|| LPM DIDAKTIKA UNJ|| Warta MPA Edisi III ||

3


BERITA II FASILITAS PENUNJANG AKADEMIK

T

erdapat delapan fakultas di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Tiap fakultas memiliki ratusan sampai ribuan Mahasiswa yang aktif berkuliah. Penambahan volume penerimaan mahasiswa baru di tiap program Studi (Prodi) dan pembukaan beberapa prodi baru (Statistika, Administrasi Perkantoran) menuntut kesiapan penyediaan fasilitas yang mendukung kegiataan pembelajaran di lingkungan kampus. Seperti ruang diskusi dan ruang kelas. Mukhlis Rantoni Luddin, Wakil Rektor I bagian akademik menyatakan bahwa budaya akademik yang kuat dimulai dari lingkungan yang kondusif bagi pelaku akademik untuk berdinamika. “Budaya Akademik masih belum kuat di kampus, karena mahasiswanya saat diundang diskusi, sedikit hadirnya. Namun kalo diundang untuk demo muncul ratusan. Itu menandakan atmosfer akademiknya belum ada,” ujarnya saat ditanyai pendapatnya mengenai perkembangan budaya akademik di depan Gedung Rektorat setelah Upacara kemerdekaan di lapangan kampus A. Mukhlis mengharapkan agar terbentuknya atmosfer tersebut dengan lebih seringnya dilaksanakan seminar, diskusi, atau penelitian bidang masing-masing akademika. Tiap kegiatan tersebut harus disertai dengan kerja sama antara dosen dan mahasiswa. “Namun agar proses tersebut tercapai membutuhkan waktu untuk penyadaran,” ujarnya. Bicara soal fasilitas, gedung O misalnya yang ditempati Prodi Sastra Inggris, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa Jepang, dan program magister Sastra Inggris. “Kelas di gedung O dingin karena pendingin ruangannya bekerja dengan baik, lalu ada TV. Menurut saya itu cukup baik. Kecuali kelas nomor 116, ruangannya sama sekali tidak dingin,” Kata Asael CH, Mahasiswa Sastra Inggris. Selain itu ia menyebutkan kurangnya ketersediaan perlengkapan

kabel yang menyambungkan televisi dengan Laptop (digunakan untuk presentasi) dan kursi yang kurang beserta beberapa dalam keadaan rusak di tiap kelas. Ia juga mengeluhkan ketersediaan koneksi Internet nirkabel (WIFI) yang jarang bisa digunakan karena volume penggunaan selalu penuh dan koneksi internet stabil dalam gedung dibutukan karena tidak ada sinyal dalam gedung. Herdiansyah Trisaputra, seorang mahasiswa prodi Pendidikan Sastra Inggris, menambahkan gedung O memiliki masalah dengan kamar mandi yang terlalu kecil dan nyala lampunya redup. Tidak seperti keadaan Gedung O, banyak mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS) yang harus mengeluhkan hak mereka atas fasilitas ruang kelas tidak terpenuhi. Dimas Putra Pangestu, Mahasiswa Prodi pendidikan Geografi, menjabarkan terdapat masalah serius mengenai keadaan kelasnya di Gedung K. Dimas menyebutkan ruang kelas 407 terlalu kecil ditambah dengan dua unit pendingin ruangan yang tidak berfungsi membuat kelas tidak kondusif karena udara pengap bila di tempati lebih dari empat puluh orang. Ia juga menyayangkan Laboratorium Geografi yang seharusnya digunakan, karena memiliki koleksi alat praktikum pendukung mata kuliah tertentu. Dimas berharap nanti akses Internet yang memadai karena sama seperti gedung lain di dalam UNJ sinyal telepon genggam tidak bisa tersambung dalam gedung. Dia menjelaskan ada beberapa titik Hotspot di FIS, dan yang paling ia utamakan ialah jaringan internet yang di pasang di lobi FIS, namun kerap mengalami penurunan bila digunakan serentak oleh banyak orang. Keadaan serupa dialami oleh mahasiswa jurusan Ilmu sosial lainya. Mahasiswa Jurusan pendidikan Sejarah juga mengeluhkan persoalan kelas. Fatkhur Abadi, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah menyebutkan suasana kelas dipengaruhi oleh banyaknya mahasiswa yang menempati satu kelas hingga pendingin ruangan menjadi kurang efektif. Ia juga menceritakan kekhawatirannya bila mahasiswa baru harus mendapat kelas yang sama.

4 || Warta MPA Edisi III || LPM DIDAKTIKA UNJ ||


Selain itu Wakil Rektor I juga mengatakan akan ada pemugaran fasilitas yang mencakup jaringan internet nirkabel mulai September. Peningkatan Infrastraktur jaringan Internet berkaitan dengan pengadaan Jurnal Elektronik yang disediakan oleh Unit Pelayanan Teknis (UPT) Perpustakaan. Menurut Koordianator pengembangan koleksi perpustakaan, Halimatu Syadiah perpustakaan telah menghabiskan biaya Rp 1,8 Milyar. Dana tersebut untuk pengadaan 7 koleksi perpustakaan jurnal online yang bisa mendukung berbagai bidang perkuliahan. Halima menyebutkan ada dua cara mendapat akses jurnal online melalui remote access atau Login dari perangkat elektronik menggunakan username yang disediakan oleh Perpustakaan UNJ, dan ada beberapa pustaka jurnal online yang hanya bisa diakses melalui alamat IP internet nirkabel UNJ. Halima menyesalkan jarangnya digunakannya buku dan jurnal online. Ia menyebutkan salah satu penyebab minimnya penggunaan fasilitas ini adalah terkendala bahasa. “Semua buku elektronik yang tersedia menggunakan bahasa Inggris,” katanya. Selain itu ketersediaan sarana internet yang stabil menjadi masalah yang serius. “Sosialisasi kita adakan 2-3 kali setahun. Tapi jaringan Internet sendiri sulit, malu juga kalo kita adakan sosialisasi harus menggunakan WIFI tapi seringnya dari 50 mahasiswa cuma 10 orang yang bisa terhubung,” kata Halima. Ia berharap rencana pembangunan jaringan internet diwujudkan secepatnya. Kepala Pusat Informasi dan Komunikasi (Pustikom) Ficky Duskarmaenmenjelaskan rencana penempatan Hotspot yang akan dibangun melalui beberapa tahap. Pertama kali koneksi internet nirkabel akan dipasang di tempat yang sering digunakan sebagai aula pertemuan, seperti gedung Dewi Sartika lantai 2, gedung Syafei lantai 8, gedung Muhammad Hatta lantai 2, dan gedung Rektorat. Lalu titik mahasiswa banyak berkumpul, seperti halaman depan gedung

dok. Gedung O

Pustikom, Teater Terbuka. Tak lupa ruangruang kelas, agar mempermudah pekerjaan “Realisasi pembangunan ini bisa dinikmati oleh mahasiswa mulai dari pertengahan September,” ujar Ficky . Ia juga menambahkan pengawasan terhadap konten yang diakses oleh mahasiswa sudah tersaring menggunakan Nawala. Nawala adalah aplikasi online yang bertujuan untuk menghindari pengguna internet mengakses situs terlarang ciptaan yayasan Nawala Nusantara. Sekarang situs-situs yang diblokir oleh Nawala adalah situs bernuansa Perjuadian dan Pornografi. Menurutnya, Nawala cukup kuat menjadi saringan konten-konten tersebut karena jumlah alamat situs yang mencakup situs terlarang mendapat update secara langsung. Eko Aji,mahasiswa Prodi Teknik Elektro 2015 antusias mendengar rencana penambahan fasilitas internet yang stabil. Selama ini ia mengeluhkan kurangnya fasilitas internet di Prodi Teknik Elektro lantaran banyaknya mahasiswa yang menggunakan jaringan internet nirkabel. Jadi untuk mendapat akses internet ia memanfaatkan Hotspot Flash Lounge, yang terletak didepan Sekretariat BEM Fakultas Ekonomi (FE). Menurut Eko, ia hanya bisa mendapat kecepatan standar saat itu karena siang hari Flash Lounge dipenuhi oleh mahasiswa lain. //Faisal Bahri

|| LPM DIDAKTIKA UNJ|| Warta MPA Edisi III ||

5


BERITA UTAMA

MENUJU DIGITA

P

erpustakaan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang berdiri megah dengan enam lantai ini masih dikeluhkan dengan minimnya buku untuk referensi tugas mahasiswa. Oji Firdaus, mahasiswa tingkat akhir di Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Elektronika, mengaku kesulitan menemukan buku yang spesifik untuk referensi skripsi. “Kalau buku penunjang untuk skripsi saya tentang teknik telekomunikasi di sini kurang, harus nyari di perpustakaan lain,” ujarnya. Oji menambahkan untuk buku referensi yang berkaitan dengan prodinya sudah mutakhir. “Kalau elektronika, khususnya yang teknik telekomunikasi, buku-bukunya beberapa ada yang terbitan 2008 ke atas.” Mengenai jurnal di lantai 4 Perpustakaan UNJ, Oji mengaku belum pernah mencari di sana. “Kebanyakan jurnal yang saya pakai dari perpustakaan lain untuk skripsi,” tambahnya. Arin, mahasiswi Prodi Hubungan Masyarakat 2014, turut mengeluhkan ketersediaan jurnal di perpustakaan. “Jurnal yang menyangkut teori-teori komunikasi dan lainnya jarang,” ujar Arin. Koleksi buku yang spesifik untuk Prodi Hubungan Masyarakat menurut Arin ketersediaannya juga kurang memadai. Ummi, selaku Kepala Subbagian (Kasubag) Tata Usaha Perpustakaan UNJ, membantah hal tersebut. Menurutnya, untuk buku-buku yang berhubungan dengan komunikasi masyara-

kat, perpustakaan cukup memadai. “Kalau yang berhubungan dengan ilmu sosial termasuk komunikasi di sini (perpustakaan – red) lumayan banyak. Malah buku untuk jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga yang susah dicari ada di sini,” ujarnya. Berbeda dengan Ummi, mahasiswi Prodi Tata Rias 2016 Endah Syafrinah membenarkan pernyataan tersebut. “Tidak cukup untuk buku tata rias di Perpustakaan UNJ, harus cari di tempat lain.” Halimatu Syadiah, selaku Koordinator Pengembangan Koleksi Perpustakaan UNJ, menerangkan bahwa tahun ini Perpustakaan UNJ membeli empat situs penyedia jurnal dan buku elektronik baru. EBSCO, Springer, IEEE, dan Emerald merupakan situs penyedia yang dibeli oleh perpustakaan. Situs penyedia tersebut dicarikan oleh Lembaga Pengadaan Barang dan Jasa (LPBJ) UNJ. “Kita hanya menentukan jurnal dan buku elektronik yang ingin dibeli, LPBJ tinggal melakukan tender,” ujarnya. Harga pembelian keempat situs penyedia tersebut mencapai Rp 1,8 milyar, dengan rincian EBSCO yang tertinggi dengan harga Rp 729 juta, Springer dengan harga Rp 405 juta, IEEE dengan harga Rp 363 juta, serta Emerald dengan harga Rp 300 juta. Menurutnya, Springer mengalami penurunan harga setelah negosiasi kembali dengan Perpustakaan UNJ, karena keterlambatan situs penyedia tersebut dalam pembukaan tender. “Kita sudah

6 || Warta MPA Edisi III || LPM DIDAKTIKA UNJ ||


ALISASI LITERASI ajukan dari Januari ke LPBJ, tetapi mereka baru membuka tender di Mei,” ucap Halimatu. Menurut Adi Syahputra, selaku Ketua LPBJ, lelang dilakukan jika pengadaan barang lebih dari Rp 200 juta. “Kecuali jurnal tertentu yang hanya mempunyai satu wakil, maka diadakan penunjukkan langsung terhadap wakil tersebut,” ucap Adi. Adi juga menjelaskan, sepanjang pemilihan tender jurnal elektronik untuk perpustakaan, belum pernah ditemukan masalah. Spesifikasi dari keempat jurnal tersebut menurut Halimatu beragam. Halimatu menerangkan, untuk EBSCO spesifikasinya di bidang pendidikan keolahragaan, Springer di bidang sains, IEEE di bidang teknik, serta Emerald di bidang sosial dan ekonomi. Perpustakaan UNJ juga memiliki tiga situs penyedia jurnal dan buku elektronik lama, yaitu Science Direct yang dibeli sejak 2014 serta Gale dan Wiley yang dibeli sejak 2015. Halimatu juga mengatakan bahwa tahun ini dana Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) tidak digunakan untuk membeli buku cetak. “Kita memakai sumbangan dari mahasiswa yang berupa uang untuk membeli buku saat ini. Mahasiswa dikenakan bebas pustaka,” ujarnya. Senada dengan Halimatu, Ummi menjelaskan bahwa anggaran yang digunakan untuk pembelian koleksi perpustakaan dilakukan secara bergantian. “Kalau

tahun ganjil untuk pembelian buku dan jurnal elektronik, tahun genap untuk pembelian buku cetak.” Ummi menyebutkan keterpakaian jurnal dan buku elektronik kurang oleh mahasiswa. Menurutnya, tidak ada kewajiban dari dosen untuk mencari referensi dari jurnal dan buku elektronik untuk skripsi dan tugas kuliah. Ummi juga menerangkan kendala bahasa menjadi faktor lainnya dari hal tersebut. “Padahal kita sudah mengeluarkan dana yang cukup besar loh, tetapi yang memakai sedikit,” ujar Ummi. Halimatu juga menerangkan kendala dalam penggunaan jurnal dan buku elektronik adalah alamat dari pengguna situs. “E-Journal tidak bisa dipakai jika tidak ada IP Address UNJ,” tambahnya. Ummi juga menambahkan, situs jurnal dan buku elektronik hanya bisa digunakan jika mahasiswa sudah memakai alamat e-mail dengan domain ac.id, domain yang sudah terintegrasi dengan UNJ. Terkait dengan pemakaian jurnal dan buku elektronik, Halimatu mengaku sudah melakukan sosialisasi sejak dua tahun yang lalu. “Kita mengadakan sosialisasi tiga kali dalam setahun kepada mahasiswa,” ucapnya. Berbeda dengan pernyataan Halimatu, Farrah Auralia, mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah 2016, menuturkan bahwa ia tidak tahu cara menggunakan jurnal elektronik. “Belum pernah ada sosialisasi dari perpustakaan,” terangnya.//M. Rizky Suryana

|| LPM DIDAKTIKA UNJ|| Warta MPA Edisi III ||

7


CERPEN

SIKLUS

Oleh ANNISA NURUL HIDAYAH “Hari ini, Selasa, 5 agustus 2020, ialah hari jadi kita yang ke 7 kalinya. Sudah jam sepuluh malam, tetapi kamu, masih diam tak berkabar,” ucap Vanessa sambil menatap ke luar lewat jendela kamarnya. Vanessa sangat mencintai kekasihnya Riko. “Apa kabar, kamu, koh?” ucap Vanessa, sambil berbalik menatap ke arah fotonya dengan Riko yang terpajang di meja kamar kosnya. Vanessa dan Riko sudah sejak di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) mereka menjalin hubungan sebagai kekasih. Mereka selalu sekelas saat tingkat 1, 2 atau pun 3 SMA. Namun kini, mereka harus terpisah jarak karena Vanessa harus melanjutkan studinya di Jakarta. Bagi Vanessa, sabtu ialah hari yang spesial. Karena sabtu merupakan pertanda bahwa ia akan pulang ke Yogyakarta, tempat ia lahir. Ya, tempat yang sama dengan pertama kalinya ia berjumpa dengan Riko. Meskipun tidak setiap sabtu Vanessa pulang, setidaknya sebulan sekali ia sempatkan untuk kembali ke Yogyakarta. Bertemu dengan keluarga, bertemu dengan Riko kekasihnya. Di Jakarta, Vanessa banyak disukai oleh para lelaki. Namun ia tidak pernah menghiraukan para lelaki itu. Warna kulitnya yang putih kemerahan, rambutnya yang panjang dan lurus, serta wajahnya yang ayu membuat ia terlihat begitu manis. Riko ialah satu nama yang membuat Vanessa merasa sangat dicintai. Riko adalah alasan Vanessa menolak setiap pria yang mendekatinya. Dengan mendengar namanya saja, Vanessa langsung bisa tersenyum manis dan merasa bahagia. Riko sangat spesial baginya. Menurut Vanessa, Riko juga sangat menyayanginya. Riko sering mengirimkan Vanessa pesan yang dapat membuat Vanessa melambung. Vanessa

sangat percaya dengan kekasihnya itu. Masalah yang pernah terjadi saat mereka di bangku SMA ialah satu-satunya masalah besar yang pernah mereka berdua hadapi. Saat itu, Vanessa melihat Riko sedang menggenggam tangan Mira, sahabat Vanessa. Sesaat hubungan Vanessa dan Riko menjadi renggang. Sampai satu minggu lamanya Vanessa hanya diam saja, tidak mau menanggapi perkataan ataupun pesan-pesan dari Riko dan Mira. Namun Vanessa kemudian berpikir untuk memberi Riko dan Mira kesempatan. Vanessa pun membuka hatinya untuk menerima permintaan maaf orang-orang tersayangnya itu. Vanessa pun percaya dengan penjelasan Riko, bahwa saat itu Mira sedang curhat pada Riko tentang Vanessa, dan Mira meminta Riko untuk menjaga Vanessa. Untuk meyakinkan Riko bahwa Mira sangat sayang Vanessa, Mira secara spontan langsung menggenggam tangan Riko . Begitulah yang Riko sampaikan kepadanya. Vanessa pun luluh dan percaya, meskipun sedikit merasa cemburu pada Mira. Karena sebelumnya, Mira pernah bercerita kepada Vanessa bahwa ia pernah menyukai Riko. KISAH KITA Bagaimana caranya agar aku bisa mengemas ‘kisah kita’? Kemarin aku sudah belajar membungkus agar rapih, tetapi ‘kisah kita’ tidak muat di tempat yang telah ku sediakan itu. Bukannya rapih, malah abstrak. Ku pindahkan lagi ke tempat yang lebih luas, namun, tetap tidak muat juga. Ternyata kisah kita ini bukan hanya tentang aku dan kamu, tetapi tentang dirinya juga. “Pantas banyak, “ ujarku. “Ternyata kemarin aku salah kira”. Sebab itu, izinkanlah aku untuk mulai mencoba lagi. Memahami apa sesungguhnya arti dari ‘kisah kita’ dengan waktu yang masih ada. Agar kelak ku kemas ulang semuanya nanti. Kan ku bungkus kisah kita saat aku mulai paham. Agar lebih rapih dari sebelumnya. Agar kelak lebih baik lagi, untuk ‘kita’. Begitu tulisan Vanessa dalam buku hariannya. Tetapi, kejadian itu sudah tiga tahun berlalu lamanya. Kini, bayang-bayang tentang masalah itu

8 || Warta MPA Edisi III || LPM DIDAKTIKA UNJ ||


sudah mulai semu. Dan menghilang, terganti dengan kisah baru yang dirajut ulang oleh Vanessa dan Riko. Dengan bermodal kepercayaan. “Sayang, maaf ya, aku sibuk. Aku masih ngurusin kegiatan kuliah.” Ucap Riko pada chat whatsappnya kepada Vanessa. Senang bukan main Vanessa kala itu. Ia seperti lega telah mendapat kabar dari Riko. Meskipun sikap riko nampak berbeda akhir-akhir itu, Vanessa tetap senang bahwa setidaknya Riko telah mengabarinya. “Iya, gak apa-apa, kok. Yaudah kamu selesain aja dulu ya kegiatan kamunya. Aku doain yang terbaik buat kamu , koh” “Nanti kamu bisa dateng kan, wisudaku, sabtu ini?” “Sebenernya aku masih ngurusin kegiatan kuliahku juga, sayang. Sabtu itu aku harus ada di tempat buat ngurusin progress persiapan panitia wisuda untuk kamis depan. Karena aku koor acaranya. Tapi, nanti aku usahain datang ya, Koh. Aku kabarin kamu nanti ya.” “Kalo ga bisa juga gapapa, sih. Gausah dipaksa, Van” “Hmm.. Iya, aku mohon maaf banget ya, Koh” Pesan whatsapp Vanessa berujung tak terbalas oleh Riko. Kini, Vanessa mulai bingung dan khawatir dengan kekasihnya. Sikap Riko pun semakin acuh padanya. Ia merasa bersalah terhadap Riko. Dengan perasaan khawatir dan buku catatan di sebelah tangan kanannya, Vanessa mulai tertidur. AKANKAH? Akankah ada waktu dimana kamu mulai merasa lelah? Dan kamu mulai berhenti berjalan beriringan denganku. Hanya melihatku berjalan sendirian tanpa pendampingan. Sedang kamu sendiri berhenti dan mulai berjalan mundur. Mengubah haluan, memecah arah.. Ataukah akan ada waktu dimana kamu mulai merasa lelah, namun tetap coba berjalan bersamaku? Kau tepuk pundakku sembari berucap “Mari istirahat”. Kemudian ku coba maklum agar kita bisa beristirahat untuk beberapa waktu. Lalu mulai berjalan lagi saat

sudah tak lelah. Ingat, ‘hanya berhenti beberapa waktu’. Dan yang terpenting ialah berhenti bersama. Bukan berhenti sendiri, lantas mengubah haluan. Bukan membiarkan yang satu berlari, lantas memecah arah. Aku tidak ingin terbangun dan menyadari aku tertinggal, atau ternyata aku sedang berjalan sendirian, atau aku telah kehilanganmu tanpa sadar. Catatan Vanessa ini dibuatnya sebelum ia tertidur. Vanessa memang suka menuliskan sesuatu pada buku hariannya itu. Hari pun terus berganti dan menghantarkan pada hari yang ditunggu-tunggu Vanessa, yaitu Sabtu. Walaupun ia tahu bahwa akan sangat sulit baginya untuk bisa pergi ke Yogyakarta, pagi itu ia tetap menyempatkan waktu membeli hadiah wisuda untuk kekasihnya, Riko. Ia membelikan Riko sebuah jam tangan keluaran terbaru bermerk rolex. Sebelumnya, ia juga sudah membuat scrapbook untuk Riko yang berisi tentang foto-foto dan cerita mereka berdua. Niatnya, hadiah tersebut akan diberikan Vanessa saat ia sudah kembali ke Yogyakarta nanti. Sudah pukul sembilan pagi, tetapi Riko belum mengabarkan dirinya. Padahal, Vanessa sudah mengirimkan pesan kepada Riko sejak jam enam pagi. “Selamat pagi, sayangku. Cieee kamu, mau wisudaa. Nanti aku nyusul yaa wisudanya kamis depan, hehe. Good luck, darl”. Namun, pesan whatsapp Vanessa belum dibalas, bahkan hanya ceklis satu tanda pesan belum diterima Riko. Dengan terburu-buru, Vanessa berusaha untuk menyelesaikan tugasnya sebagai koordinator acara secepatnya. Ia memeriksa progress setiap divisi yang bekerja secepat mungkin. Entah mengapa, tetapi Vanessa merasa khawatir tentang Riko. Sudah jam 10.30, namun pesan whatsapp Vanessa pagi tadi masih belum terbalas. Vanessa mencoba mengirimkan pesan lagi kepada Riko. “Sayangku, sekarang aku udah luang nih. Tadi, aku buru-buru banget tau ngerjainnya,

|| LPM DIDAKTIKA UNJ|| Warta MPA Edisi III ||

9


hehe. Aku masih di kampus. Btw, aku kangen kamu, Koh. Kamu lagi apa sekarang?” namun lagi, pesan whatsapp Vanessa tak berbalas. Saat itu, Vanessa semakin gelisah. Khawatir bahwa Riko telah marah padanya. Ia berpikir bahwa Riko sangatlah kecewa. Vanessa merasa sangat kecewa juga pada dirinya sendiri. Bagaimana tidak, Vanessa membayangkan bahwa momen yang sangat penting bagi Riko itu harus dilewati Riko tanpa kehadiran dirinya, kekasih Riko. Vanessa merasa bahwa dirinya telah gagal menjadi kekasih yang baik. Vanessa terus menerus memandangi layar handphonenya. Berharap ada pesan masuk dari Riko. Waktu menunjukkan pukul 09.45, tetapi Riko belum juga membalas pesannya. Vanessa langsung memutuskan untuk pergi ke Bandara. Ia merapihkan hadiah wisuda yang telah ia beli tadi pagi dengan tergesa-gesa. Ia menggunakan taxi yang telah dipesannya. “Pak, tolong cepat ya, Pak,” ucap Vanessa kepada supir taxi tersebut. Sesampainya di bandara, ia langsung menuju loket pemesanan tiket. Namun, usahanya tidak berhasil. Tiket menuju Yogyakarta telah habis dua jam sebelumnya. Degup jantung Vanessa semakin kencang. Ia merasa sangat gelisah. Namun ia tidak berputus asa. Kemudian ia mendatangi satu persatu penumpang pesawat yang menuju Yogyakarta, namun setelah lima orang penumpang telah didatanginya, ia belum berhasil mendapatkan tiket. Air matanya ingin segera jatuh. Waktu terus berlalu. 15 menit lagi pesawat menuju Yogyakarta akan berangkat. Air matanya jatuh tak tertahankan. Ia mendatangi orang keenam dengan airmata yang mengalir. “Pak, tolong saya, Pak” ucap Vanessa kepada seorang bapak yang sedang membaca layar handphonenya. “Maaf ya, Dek.” “Saya sangat membutuhkan tiket itu, Pak.”

“Maaf ya, Dek. Saya tidak bisa. Saya ingin refreshing ini.” “Saya bayar dua kali lipat, Pak.” Bapak tersebut menggeleng-geleng tanda tak setuju. “Tiga kali lipat, Pak?” “Hmm.. baiklah, Dek.” Wajah Vanessa langsung berubah cerah. Senyumnya mengembang dan airmatanya berhenti mengalir. Vanessa langsung menyalami tangan kanan bapak tersebut dengan erat dan membayarkan tiket pesawat itu. Satu jam lebih Vanessa berada di pesawat. Ia berdoa semoga Riko baik-baik saja dan tak marah pada dirinya. Sesampainya di Yogyakarta, ia langsung menaiki angkutan umum untuk menuju kampus Riko. Sepuluh menit kemudian, Vanessa sampai pada tempat tujuannya, kampus Riko. Waktu sudah menunjukkan waktu 12. 39. Ia sangat berharap ia masih dapat menemui Riko pada momen wisuda itu. Kakinya terus melangkah dengan laju yang cepat. Ia terus berlari melewati gedung Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Sosial. Pikirannya hanya tertuju pada Riko yang sedang wisuda di Aula kampus. Sesampainya di Aula, ternyata wisuda kloter satu sudah selesai. “Mungkin sedang foto-foto di halaman belakang sana, Mba,” kata Deni, salah satu penjaga keamanan wisuda yang sedang bertugas. Vanessa langsung berlari lagi menuju halaman belakang Aula tersebut. Hadiah yang telah dibelinya masih digenggamnya erat-erat. Jantungnya semakin berdegup kencang. Tak sabar ia ingin bertemu dengan kekasihnya itu. Langkahnya terhenti saat ia melihat Riko yang sedang berdiri di samping karangan bunga wisuda. Vanessa melihat Riko sedang berpose untuk berfoto. Wajah Riko sangat ceria. Sangat. Vanessa sangat yakin bahwa itu adalah Riko, kekasihnya. Tetapi ia terkejut dengan keberadaan gadis cantik di samping Riko itu. Vanessa merasa sangat patah. Tak tau harus berkata apa. Tak tau harus bagaimana. Ia berusaha meyakinkan

10|| Warta MPA Edisi III || LPM DIDAKTIKA UNJ ||


dirinya bahwa wanita itu bukanlah Vania, saudara kembar Vanessa yang tinggal di Yogyakarta. Dengan sisa kekuatan yang ada, ia mencoba untuk melangkahkan kakinya menuju Riko, dan wanita yang mirip Vania itu. Vanessa memang tidak mengabarkan kepada keluarganya bahwa ia akan pulang ke Yogyakarta. Jadi, Vania tidak tahu bahwa Vanessa akan pulang. Ya, Vania tidak tahu. Riko yang menyadari hal itu langsung bertatap-tatapan dengan gadis disampingnya. Seolah mereka bingung. Vanessa semakin mendekat dan berusaha menarik nafas. Dengan langkah yang terseok, air matanya pun kembali mengalir. Hatinya hancur. “Vania..” ucap Vanessa lirih kepada Vania, saat Vanessa sudah berdiri tepat di depan saudarinya itu. Vania hanya menunduk, tak berkata apapun juga. “Vanes..” ucap Riko. Vanessa menyela ucapan Riko. “Iya, gapapa. Udah ini buat kamu, Koh...” ucap Vanessa dengan terbata-bata sambil memberikan hadiah wisuda yang telah dipersiapkannya. Riko menerima pemberian Vanessa. Ia ingin menggenggam tangan Vanessa, namun Vanessa mengelaknya. Vanessa masih terus menarik napas. Ia membalikkan badannya, dan menangis dalam langkah. Hatinya semakin hancur saat ia tau bahwa gadis itu benar-benar Vania, saudarinya. “Kenapa harus dia? Sejak kapan? Kok bisa?” pikiran Vanessa sesak dengan pertanyaanpertanyaan yang membuatnya lemah. Riko dan Vania berusaha mengejar Vanessa, namun Vanessa enggan menoleh sedikit pun. “Sudahlah, Koh! Biarin aku sendiri!” bentak Vanessa. “Kita putus!” ucap Vanessa sambil menatap tajam Riko, dan menatap saudarinya juga, Vania. Dalam perasaan yang sangat rumit dan airmata yang mengalir deras, Ia berlari dan terus berlari meninggalkan kekasihnya, dan saudari kembarnya. Dengan sangat kecewa pada orangorang terdekatnya, Vanessa kemudian memutuskan untuk kembali ke Jakarta saat itu juga. “kenapa siklus ini keulang lagi? Kenapaaaaa?”

teriak Vanessa dalam hati. Hanyalah buku catatan Vanessa sebagai teman satu-satunya. Yang tak pernah mengkhianati, tak benar-benar pergi. TEMU PISAH Aku ingin banyak menulis, menceritakan tentang diriku, kisahku bersamamu, kisahku tentang kita. Namun belum sempat aku melanjutkan ke halaman selanjutnya, ternyata cerita kita telah berakhir disini. “oalah” pikirku. “ternyata kisah kita sudah selesai”. Hatiku berusaha maklum, berusaha memahami bahwa sebuah kisah yang dimulai pasti akan berakhir jua. Namun kisahku sendiri masih akan selalu berlanjut sampai aku menutup umur. Ceritaku ini akan baru lagi, bersama orang yang lain lagi. Mungkin aku akan merasakan ditinggalkan lagi. Bukan sekali atau dua kali, mungkin saja di cerita selanjutnya aku akan lebih sering ditinggalkan. Ah. Takdir memang sudah menuliskan tentang pertemuan dan perpisahan. Ditinggalkan memang merasa pilu dan menyakitkan. Tapi mengapa hati tak kunjung kuat meski sudah berpengalaman ditinggalkan? Mengapa masih kecewa meskipun sudah sering dikecewakan? Sulit memang. Berfikir dengan otak namun hati yang merasa. Berkata baik-baik saja padahal rapuh di dalamnya MISTERI Perasaan orang lain masih dan akan selalu menjadi misteri yang belum dan sulit terpecahkan hingga berita tentang perasaannya tersebut datang sendiri lewat dirinya, kepadamu. Kita memang tak akan pernah benar-benar mengerti perasaan orang lain, sekalipun orang terdekat kita. Dan aku harus belajar sabar secara penuh, sepanjang hidup, tak berbatas. Tamat

|| LPM DIDAKTIKA UNJ|| Warta MPA Edisi III ||

11


OPINI

Oleh Faisal Bahri* SEBAB RENDAHNYA BUDAYA AKADEMIK

Wilayah Universitas, ruang-ruang kelas, dan gedung-gedung kampus dapat diibaratkan dengan kandang ayam dalam sebuah peternakan. Bentuk-bentuk kurikulum dalam mata kuliah dan pembelajaran lainnya bagaikan upaya induk ayam untuk membebaskan anak ayam dari cangkang telur yang keras bagi ayam-ayam kecil dan membesarkannya agar bisa mengulang fase kehidupan yang sama seperti Mahasiswa yang kelak akan mewujudkan cita-cita kampus menjadi individu yang turut serta dalam pembangunan. Sedangkan induk ayam bisa mewakili gambaran negara yang memiliki tanggung jawab pada anak-anaknya.Tapi memang pada dasarnya ayam tidak memiliki kecerdasan seperti manusia, induk ayam mungkin tidak merasa sedih bila ayam yang merupakan anaknya jadi dewasa kemudian dipotong demi kepentingan peternakan. Pembelian jurnal elektronik yang bertajuk perpustakaan online oleh pihak Unit Pelayanan Teknis (UPT) Perpustakaan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang bisa diakses oleh mahasiswa UNJ merupakan salah satu bentuk upaya peningkatan bahan bacaan dan penelitian. Tindakan ini ialah salah satu kebijakan universitas untuk meningkatkan tingkat budaya akademik yang dimulai melalui minat baca dan keberagaman bacaan. Walaupun mayoritas mahasiswa lebih mengutamakan agar ketersediaan buku cetak yang dipajang di rak perpustakaan lebih ditingkatkan ketimbang menggunakan jurnal E-book yang menggunakan Bahasa inggris, sementara mahasiswa yang fasih menggunakan Bahasa inggris setingkat lanjut untuk membaca buku ilmiah bisa dihitung dengan jari. Mahasiswa tentunya lebih tertarik menggunakan buku cetak, bisa dilihat dari banyaknya mahasiswa yang lebih memilih untuk mengunjungi perpustakaan nasional atau universitas lain untuk menemukan bahan pelajaran. Upaya menciptakan suasa kondusif untuk berkembang budaya akademik mengikuti tridarma perguruan tinggi negeri dan kebijakan pemerintah untuk menciptakan individu berintelektual. Menggunakan alasan ini juga pembangunan gedung baru dan perontokan dinding-dingin gedung tua di lingkungan UNJ dikerjakan. Namun, pembangunan gedung baru juga bertujuan agar jumlah daya tampung maha-

siswa meningkat lalu penerimaan masukan dari uang kuliah tunggal bertambah, dan kelak uang tersebut diputar untuk pembangunan gedung baru yang digunakan untuk menampung mahasiswa baru yang volume penerimaan tiap tahun kian bertambah. “Ciri satu perguruan tinggi bagus, entah atmosfirnya baik atau tidak. Tiap hari ada diskusi,seminar, dan banyak kelompok diskusi atau riset,� Kata Mukhlis Rantoni Luddin, Wakil Rektor satu bagian akademik saat di hujani pertanyaan oleh wartawan Didaktika. Mukhlis menyayangkan bahwa keadaan kondusif masih butuh waktu agar tercapai, padahal sejak dulu mahasiswa sudah memiliki kelompok-kelompok diskusi yang menggunakan kaidah akademik dan menghasilkan karya ilmiah. Namun kelompok tersebut seringkali menerima feedback buruk dari pihak kampus, dengan alasan yang tidak jelas. Kampus menginginkan terbentuknya lingkungan yang cocok buat perkembang biakan ilmu pengetahuan namun memberikan batasan bagi kelompok diskusi, contoh paling konkrit adalah pembubaran pertemuan Forum Militan Independen (FMI) yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa dan sejumlah dosen membahas masalah dan keresahan yang dialami oleh masyrakat kampus diadakan di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) oleh Aceng Rahmat,Dekan FBS dengan alasan penamaan Militan. Mukhlis menyebutkan kurangnya kesadaran antara pelaku akademis entah dosen atau mahasiswa harus tercipta hubungan sinkronisasi dalam satu kegiatan ilmiah. Ia mengaku sudah ada upaya yang bertujuan meningkatkan budaya akademik, melalui lomba penulisan buku yang mengumpulkan 376 dosen menulis buku yang lalu karya-karya tersebut diseleksi menjadi 150 buku untuk dihubungkan dengan penerbit. Hal ini merupakan salah bentuk kepedulian pihak Universitas hingga mengambil bentuk usaha untuk meningkatkan tingkat budaya akademik di kalangan dosen, dengan harapan agar dari dosen tertular sifat-sifat ideal akademis kepada mahasiswa, karena mahasiswalah yang paling intens berhubungan tatap muka melalui kuliah dan kesempatan lain. Untuk mendukung ini setidaknya dosen

12|| Warta MPA Edisi III || LPM DIDAKTIKA UNJ ||


harus cerdas menyikapi keadaan sekitar, lalu menyampaikanya pada mahasiswa dengan memberikan kebebasan bagi mahasiswa, menemukan relasinya dengna kurikulum dan tidak terlalu terpaku pada kurikulum. Sedangkan kurikulum yang dibuat harus didesign untuk memperkaya tiap aktor dalam lingkungan akademis, pembelajaran bagi mahasiswa dan dosen yang memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. Dosen dan pejabat-pejabat kampus telah menjadi role model bagi mahasiswa. Peran Role Model memiliki pengaruh kuat pada mahasiswa, Rektor yang jarang berinteraksi dengan masyrakat kampus namun memiliki pengaruh karena kedudukannya sampai semua orang kampus mengetahui siapa rector mereka. Namuns sifat rector yang anti-kritik dan minim keikutsertaanya dalam diskusi dengan mahasiswa menjadi contoh yang tidak terlalu baik bagi mahasiswa, pejabat pembantu rector yang kerap menghindari wartawan kampus yang sekedar ingin meminta konfirmasi atau berdiskusi, dan dosen-dosen yang tidak menumbuhkan atau menyebarkan sifat kritis bagi mahasiswanya. Terdapat banyak dosen yang tidak kompeten dalam mengajarkan suatu bidang, meski begitu dosen tersebut tetap memegang tanggung jawab atas perkembangan pengetahuan peserta didiknya. Dosen-dosen tidak kompeten tersebut mengisi posisi karena kurangnya tenanga kerja yang relevan dengan posisi tersebut sehingga performanya mengajar di kelas berkurang, beberapa dosen yang tidak kompeten bisa dilihat dari cenderung memberikan tugas berlebihan dengan tatap muka kepada mahasiswa begitu minim, lebih sering ngobrol. Atau menjadikan panggung dongen dengan komunikasi satu arah. Dosen yang memegang perkuliahan tertentu harus memiliki latar belakang yang berhubungan agar bisa mengajarkan mata kuliah sebaik mungkin. Selain itu tingkat kepedulian masyarakat kampus, khususnya mahasiswa rendah. Penyabab lain akar masalah ini adalah mahalnya biaya kuliah melalui Uang Kuliah Tunggal (UKT). Nominal yang harus dibayarkan tiap enam bulannya bagaikan asuransi pihak kampus bilamana mahasiswa tidak mampu menyelesaikan studi selama jangka waktu yang ditentukan bisa dibuang agar tidak memakan tempat. Memang hal ini memberikan dorongan atau paksaan halus terhadap mahasiswa untuk mengejar prestasi. Namun prestasi yang dikejar dibatasi oleh standar yang tidak jelas. Kebijakan ini diikuti dengan pembatasan masa studi, tujuh tahun

menjadi lima tahun. Kebijakan ini berdasarkan dengan fakta bahwa jumlah manusia yang makin banyak tiap harinya lulusan setingkat SMA calon sarjana, yang digabung dengan UKT tentu menjadi dorongan kuat untuk peserta didik. Namun disisi lain hal ini mengamputasi potensi mahasiswa untuk belajar lintas jurusannya sendiri, membuka kesempatan untuk bersosialisasi dengan mahasiswa lain yang memiliki bidang berbeda, tergesa mengejar pendidikan namun didasari dengan nilai. Sistem UKT menentukan nasib mahasiswa tergantung di golongan UKT mana ia mendapat tempat. Kesalahan sistem , dan manusia kerap terjadi mengakibatkan tipotdak tepatnya golongan nominal mana yang harus dibayarkan per semesternya. Dengan mengikuti kegiatan di luar kelas mahasiswa bisa mendapatkan Soft Skill yang mendukung setelah mendapat gelar jurusannya. Proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Mahasiswa yang tidak mendapat golongan UKT yang pasti beranggapan agar cepat lulus dengan nilai sebaik-baiknya namun lulusan yang tidak memiliki keahlian pelengkap cenderung kalah bersaing dan menjadi penambahan angka pengganguran. Selain yang berkaitan dengan UKT, minimnya minat Mahasiswa ikut serta dalam budidaya budaya akademik adalah hilangnya urgensi untuk saling berbagi ide. Hilangnya urgensi tersebut disebabkan dengan situasi nyaman yang tercipta dari keadaan, banyak mahasiswa yang berpikir mereka tidak punya kuasa atas apa yang terjadi di lingkungannya, lantas tidak tau tindakan apa yang sebaiknya di dilakukan karena masalah tersebut bukan wewenangnya. Dari sini muncul kaum apatis. Faktor lain penyebab masalah budaya akademik ialah, terdapat ketidakseimbangan kekuatan aktor-aktor dalam lingkungan kampus. Struktur mempengaruhi manusia melalui pemikirannya. Dalam lingkungan perkuliah aktor adalah tiap entitas yang terikat dengan perkuliahan, dari mahasiswa sampai karyawan perguruan tinggi tersebut. Tiap individu memancarkan kekuatanya masing -masing kemudian ketika individu tersebut bertemu dengan kekuatan yang lebih besar dia dihadapi dua pilihan untuk tunduk dan ikut pada kekuatan tersebut atau tetap menjadi oposisi. Struktur atau organisasi merebutkan kedudukan agar menyebarkan ideologi , dalam tahap ini terjadi conflict of interest. Dampak terburuk dari pertentangan kepentingan adalah perpecahan namun dalam lingkungan yang memiliki budaya akademis yang ideal akan menciptakan keragaman pemikiran yang bisa saling melengkapi. // Faisal Bahri

|| LPM DIDAKTIKA UNJ|| Warta MPA Edisi III ||

13


POJOK UKM

Yuk mengenal aktivitas dari ragam Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada di Gedung G! Pilih UKM mana yang sesuai dengan minat dan bakatmu. Langsung hubungi kontak yang tercantum ya...

U

nit Kesenian Mahasiswa adalah organisasi kemahasiswaan yang bergerak dalam bidang kesenian. Keberadaannya ditujukan sebagai fasilitator dan akomodator bagi para mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang berminat dalam meningkatkan apresiasi seni dan mengembangkan bakat dan keseniannya. Sekretariat UKM di Gedung G Lt 2, ruang 207, Kampus A UNJ, Telp : (021) 4786 7889

K

elompok Mahasiswa Peminat Fotografi (KMPF–UNJ). Bergerak dalam bidang fotografi yang memiliki nilai estetik dan atau jurnalistik serta bersifat informatif ke dalam sebuah bingkai karya foto yang disebut potret. Sekretariat KMPF gedung G Lt.2, ruang 204, Kampus A UNJ

K

eluarga Mahasiswa Pecinta Alam Eka Citra adalah salah satu organisasi kemahasiswaan yang berada di lingkungan UNJ yang bergerak dalam bidang kepecintaalaman. Dalam kegiatan kesehariannya KMPA Eka Citra melakukan kegiatan yang berhubungan dengan cinta alam, bertujuan menciptakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan disiplin serta memiliki suatu kepedulian terhadap lingkungan yang semakin hari semakin rusak oleh tindakan orang yang tidak bertanggung jawab. Sekretariat KMPA Eka Citra di gedung G Lt. 2, ruang 203, Kampus A UNJ, Telp : 08973804401.

14|| Warta MPA Edisi III || LPM DIDAKTIKA UNJ ||


P

ersekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) merupakan unit kegiatan pembinaan mental/spiritual mahasiswa Kristen IKIP Jakarta (sekarang UNJ) di bawah naungan bidang kemahasiswaan IKIP Jakarta (Universitas Negeri Jakarta) Sekretariat PMK di gedung G Lt. 2, ruang 201, Kampus A UNJ , Telp : (021) 47865705/085814709149.

U

nit Kegiatan Olahraga (UKO) merupakan salah satu wadah mahasiswa yang bergerak dibidang keolahragaan tertinggi di Universitas Negeri Jakarta. Berdiri pada tanggal 12 Desember 1985, dan diketuai oleh Drs. Octavianus Matakupan, M.Pd. Sekretariat Unit Kegiatan Olahraga (UKO) di gedung G Lt. 2, ruang 202, Kampus A UNJ , Telp : (021) 47865574/089616963931.

M

ajelis Tinggi mahasiswa (MTM) Universitas Negeri Jakarta itu berawal pada tahun 1998 setelah era refomasi Republik Indonesia dengan mengunakan nama Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) Universitas Negeri Jakarta yang merupakan lembaga tertinggi di Universitas Negeri Jakarta yang Membawahi Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Universitas Negeri Jakarta yang bertugas mengawasi dari kinerja BEM UNJ selama 1 periode berjalan. Saat ini MTM bersekretariatan di gedung G Lt. 2, ruang 206, Kampus A UNJ Telp : 089674318290. || LPM DIDAKTIKA UNJ|| Warta MPA Edisi III ||

15


Dakwah yang utama bukanlah ucapan, melainkan perbuatan. Orang yang berbuat baik sudah pasti berdakwah. Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

Untuk berita lainnya buka www.didaktikaunj.com Didaktika juga menerima tulisan mahasiswa Kirim tulisanmu ke email lpmdidaktikaunj@gmail.com

Alamat Redaksi: Gedung G Lantai 3 Ruang 304. Jl. Rawamangun Muka No.1 Jakarta Timur. Email: lpmdidaktikaunj@gmail.com. Line: @tlt5495s. Website: www.didaktikaunj.com. Facebook: lpm didaktika unj. Twitter: @lpmdidaktika. Instagram: @lpmdidaktikaunj Whatsapp: 089604430771 (Annisa) 16|| Warta MPA Edisi III || LPM DIDAKTIKA UNJ ||


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.