Warta PKKMB 2018 Edisi IV

Page 1

WARTA PKKMB

EDISI 2018 #4

Gandeng Swasta, Parkir Berbayar

Lembaga Pers Mahasiswa

DIDAKTIKA Warta 4 2018 1 Berpikir Kritis dan Merdeka


Sapa Redaksi Salam Rakyat!! Tentu kalian merasa lelah mengikuti serangkaian acara PKKMB yang menjenuhkan. Tentu kalian sudah bosan hanya menjadi objek perintah senior kalian. Tentu kalian malas mendengar pekikkan HIDUP MAHASISWA! yang hanya di bibir saja. Jangan gundah! di Warta PKKMB edisi terakhir ini kami menyajikan berita tentang pidato Arif Rachman yang kurang dipahami. Selain itu, Tim DIDAKTIKA juga memuat berita yang berjudul Polemik PPG dan Nasib Sarjana Pendidikan. Berita tentang Parkian UNJ dan Pidato Wakil Rektor III juga tersedia di sini. Tidak lupa, Warta PKKMB edisi 4 ini menyediakan Sastra dan Resensi buku Student Hidjo.

HIDUP RAKYAT!!!!

Berita I

3

Berita II

B. Utama 6

10

Berita III

Resensi 13

Sastra

16 18

Susunan Redaksi PEMIMPIN REDAKSI: Yulia Adiningsih, SEKRETARIS REDAKSI: Uly Mega S, REDAKTUR PELAKSANA: Ilham Abdullah, TATA LETAK: Hendrik Yaputras REPORTER: Ilham Abdullah, Aditya Septiawam, EDITOR: Uly Mega S., Hendrik Yaputra, Muhamad Muhtar

2

Didaktika UNJ


doc.pribadi

Berita I

Sekedar Formalitas dalam Materi PKKMB

S

uasana terik matahari mem-

Pidato Arief Rahman terse-

buat keringat para mahasiswa but termasuk dalam rangkaian

baru (maba) bercucuran. Lapangan pembukaan Pengenalan Kehiduyang kering pun membuat suasana

pan Kampus bagi Mahasiswa Baru

semakin panas. Namun, mereka (PKKMB). Senin, (3/9). Tema terlihat bersemangat selama men-

yang diusung dalam PKKMB

dengarkan materi dari Arief Rah-

tersebut yaitu Membangkitkan In-

man.

telektualitas Generasi Millenial,

Warta 4 2018

3


Intelek Berpikir, Intelek Bergerak.

dengan penuh semangat. “Merde-

PKKMB dibuka dengan ka! Tangannya agak tinggi sampai

sambutan dari Sofyan Hanif, se-

menghadap ke langit,” ucapnya

laku Wakil Rektor 3 Bidang kema-

sambil menginstruksikan maba un-

hasiswaan. Dilanjut, pidato materi tuk melakukan hal yang sama. dari Arief Rahman. Pembukaan

Arief Rahman mencerita-

PKKMB berlangsung dari jam 5

kan sejarah Universita Negeri Ja-

pagi sampai jam 11 siang.

karta (UNJ) yang merupakan kam-

Arief Rahman menjadi pe-

pus perjuangan. Ia mengatakan

materi pada PKKMB karena se-

pada tahun 1962 UNJ ikut menum-

belumnya Anis Baswedan tidak bangkan komunis di Indonesia. dapat menghadiri kegiatan terse-

“Pada tahun 77-78 kita menghan-

but. Menurut Raden Aditya Putra,

curkan korupsi, nepotisme di Indo-

salah satu divisi acara PKKMB

nesia,” terangnya.

memaparkan Arief Rahman baru dikabari 2 hari sebelum acara PK-

Akan tetapi, ketika dilan-

sir melalui web resmi UNJ, pada

KMB dimulai. “Dadakan banget tahun 16 Mei 1964 berdiri Institut H-2 karena telat follow up ke Anis Keguruan Institut Keguruan dan Baswedan dan Intan Ahmad tidak Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta. bisa hadir,” terangnya.

IKIP Jakarta merupakan gabungan

Arief Rahman menyampai-

dari FKIP UI dan Institut Pendidi-

kan materinya dalam waktu lima

kan Guru (IPG). Lalu karena ad-

menit, ia mengawali pidatonya anya perluasan mandat mengemdengan memekikkan kata merdeka bangkan Ilmu Kependidikan dan

4

Didaktika UNJ


Non Kependidikan dalam wadah

Seharusnya, pemateri jangan sam-

universitas, berdirilah UNJ pada pai salah mengenai sejarah. “Jadi 4 Agustus 1999 melalui Keppres

kurang tepat sih,” ucapnya.

093/1999 dan diresmikan pada 31 Agustus 1999.

Pidato

mendapat

Hal yang serupa, dikemu-

kakan oleh mahasiswa baru prodi tersebut

beragam

pun

Pendidikan Bahasa Jepang, Reyhan

tanggapan Akbar. Ia mengaku susah mengerti

dari mahasiswa baru seperti yang

apa yang disampaikan oleh Arief

diungkapkan oleh Reiska Putri

Rahman dan menganjurkan dalam

Mahasiswa Baru Program Studi pidato tersebut seharusnya ber(Prodi) Pendidikan Pancasila dan makna. “Harusnya pidato tersebut Kewarganegaraan (PPKN). “Bikin simple tapi mengandung makna maba semangat dan jadi siap un-

yang besar,” tuturnya.

tuk masuk ke dunia perkuliahan,”

Sementara, menurut Nazua

ucapnya.

Fahira salah satu mahasiswa baru

Namun, Reiska mengaku

prodi Hubungan Masyarakat, pida-

tidak begitu Memahami pidato Ar-

to yang disampaikan Arief Rahman

ief Rahman. Menurutnya dalam pi-

tidak sesuai dengan tema PKKMB.

dato tersebut tidak mencerminkan “Beliau hanya menceritakan pentema PKKMB. “Beberapa mencer-

galaman hidup beliau,” ucapnya.

minkan tema PPKMB, tapi kebanyakan engga sih,” ucapnya.

Reiska Putri pun menang-

Penulis: Aditya S

gapi perihal isi pidato tersebut Editor : Muhammad Muhtar

Warta 4 2018

5


Polemik PPG dan Nasib Sarjana Pendidikan

S

etiap tahun, Uniersitas Negeri Jakarta (UNJ) meluluskan ribuan Sarjana Pendidikan (S.Pd). Tetapi, untuk mendapatkan sertifikasi guru tidak cukup dengan S.Pd saja. Mahasiswa diharuskan mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Program PPG diselenggarakan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2009, tentang Program Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa program PPG bertujuan untuk mempersiapkan lulusan S1 kependidikan/non kependidikan sehingga mendapatkan sertifikasi guru. Sertifikasi guru dikeluarkan oleh Lembaga Penghasil Tenaga Keguruan (LPTK) sebagai tanda bahwa, guru tersebut merupakan guru profesional. Selain itu, program PPG juga diatur dalam Undang-Undang 6

Didaktika UNJ

(UU) Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 8. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Program PPG sendiri memiliki berbagai macam jenis. Pertama, PPG Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (SM3T). Pada PPG SM3T, peserta diwajibkan mengikuti kegiatan SM3T selama 1 tahun. Program PPG ini sudah dibuka di UNJ sejak tahun 2013 dan menghasilkan 6 angkatan. Kedua, PPG Pra Jabatan. Program PPG pra jabatan diperuntukan bagi calon guru lulusan S1, baik kependidikan ataupun nonkependidikan. UNJ telah membuka program tersebut sejak 2017. Terakhir, PPG dalam Jabatan,yang dibuka 2018. Berkerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud), sasaran dari program ini adalah guru yang


belum mempunyai sertifikasi. Akan tetapi, program PPG tidak lepas dari berbagai kritik. Salah satunya adalah Risti Sere Utami, Alumni Program Studi (prodi) Pendidikan Sejarah 2013. Menurutnya, program tersebut tidak perlu untuk lulusan S.Pd. Ia mengatakan, “sepengetahuan saya, yang dipelajari di PPG itu sudah ada di program Sarjana.” Selain itu, program PPG membuat lulusan sarjana pendidikan sulit mendapatkan pekerjaan. Ia mengaku pernah ditolak oleh beberapa gambar Muhamad Muhtar sekolah karena tidak mempunyai sertifikasi guru. Ia juga menambahkan, seharusnya mahasiswa lulusan S.Pd sudah mendapatkan sertifikasi guru. Selain itu, ia pun mengeluhkan biaya PPG yang besar, “sepengetahuan saya sampai 10 juta,” imbuhnya Senada dengan Risti, Gita Adventi Mahasiswa prodi Pendidikan Sosiologi 2017 ini menganggap bahwa program PPG terkesan

mubazir bagi mahasiswa yang sudah menempuh kuliah kependidikan. Menurutnya, mahasiswa yang kuliah di prodi pendidikan sudah memiliki bekal yang cukup untuk menjadi guru. Ia pun mengantakan, “program PPG ini menjadi jalan pintas bagi mahasiswa prodi non-pendidikan yang tidak mendapatkan pekerjaan, bisa menjadi guru hanya dengan mengikuti PGG.” Kritik terhadap program PPG tidak hanya terlontar dari mahasiswa. Ubedillah Badrun, Dosen Sosiologi menganggap program tersebut adalah permasalahan. Ia berpendapat bahwa program ini mempersulit lulusan S.Pd. Di sisi lain, mempermudah lulusan non kependidikan. “Jika memang program ini harus, maka dikhususkan untuk lulusan S.Pd saja,” ungkap Ubed. Selain itu, Ubedillah Badrun menganggap perlu diadakan survei tentang program PPG kepada mahasiswa. Hal itu bertujuan untuk mengevaluasi program PPG. Berbeda dengan UbedilWarta 4 2018

7


lah Badrun, Sofia Hartati Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) mengatakan bahwa yang harus dibenahi adalah kualitas S.Pd, agar mampu bersaing dengan lulusan ilmu murni di program PPG. Ia menambahkan, PPG ini merupakan jawaban dari banyaknya keluhan tentang kualitas guru. Kendati demikian, Sofia Hartati juga menganggap perlu untuk mengevaluasi program PPG, apabila program tersebut tidak berdampak pada perbaikan kualitas guru. Ia juga menyarankan agar program PPG disatukan dengan program sarjana pendidikan. “Jadi, ketika lulus sudah mendapatkan sertifikasi guru,” ucapnya. Menanggapi hal tersebut, Khaerul Umam Staff Akademik dan Data Pusat Sertifikasi dan Pendidikan Profesi Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) menyatakan bahwa program tersebut diselenggarakan di UNJ berdasarkan Keputusan Menteri Riset, Tekologi dan Pendidikan Tinggi (Kepmenristekdikti) Nomor 280/M/KPT/2017 8

Didaktika UNJ

tentang Perguruan Tinggi Penyelenggara PPG. Dalam keputusan tersebut, UNJ termasuk salah satu penyelenggara program PPG. Ia juga mengatakan, bahwa saat ini jumlah mahasiswa program PPG didominasi oleh lulusan sarjana kependidikan. Pada program PPG SM3T, seluruh pesertanya berasal dari lulusan sarjana pendidikan. Begitu juga, peserta PPG pra jabatan mayoritas lulusan pendidikan. “Ilmu murni hanya 1% saja,” ucapnya. Khaerul Umam menambahkan, mahasiswa tidak perlu khawatir dengan biaya pendidikan. Biaya PPG saat ini masih disubsidi oleh pemerintah, sehingga mahasiswa tidak mengeluarkan biaya pendidikan persemester. Mengomentari pro dan kontra tentang program PPG, ia menganggap hal itu biasa terjadi ketika peluncuruan program baru. “Lama kelamaan juga akan surut ketika banyak peminat dan banyak alumni yang berhasil.” Pungkas Khaerul Umam. Penulis: Ahmad Qori Editor : Uly Mega S


B e r i t a Utama

UNJ Akan Menerapkan Parkir Berbayar

“UNJ sedang mencari mitra untuk pengelolaan parkir. Rencananya parkir tersebut akan dikenai tarif untuk mahasiswa� Warta 4 2018

9


S

etelah memutus kerja sama dengan Niaga Parkir, parkiran di UNJ masih dikelola oleh pihak kampus. Hingga saat ini masih mencari pihak swasta untuk mengelola parkiran. Kamis, (9/6). Universitas Negeri Jakarta (UNJ) memiliki dua parkiran. Parkiran tersebut berada di dekat gedung Pascasarjana dan parkiran spiral. UNJ bekerjasama dengan Niaga Parkir Management dari PT. Sumber Jangkar Mandiri sejak 2014. Ketika dipegang oleh swasta biaya parkir di UNJ sebesar 1500, namun karena kinerja Niaga Parkir dianggap tidak maksimal hubungan kerjasama Niaga Parkir diputus sepihak oleh UNJ. Menurut kepala Peningkatan Perguruan Tinggi (P2T), Ramlan Lumbanturuan, mengatakan untuk sekarang parkiran masih di kelola pihak UNJ. Ia pun mengatakan sudah ada beberapa perusahan yang diundang oleh pihak UNJ namun prusahaan-perusahaan tersebut tidak dapat menyanggupi syarat-syarat yang diajukan UNJ. 10

Didaktika UNJ

Persyaratanya antara lain dosen tidak bayar, karyawan (selain dosen), dan mahasiswa pun diusahakan tidak bayar. Menurut Ramlan, UNJ belum mampu mengelola parkiran secara mandiri. “Kalo kita (UNJ) yang mengelola, nanti seperti sekarang, satpam yang jaga parkir, kan itu bukan tugas satpam,� terangnya. Ramlan menambahkan, bahwa UNJ juga tidak memiliki dana untuk merekrut karyawan baru dan fasilitas-fasilitas lainnya. Ia pun setuju apabila parkiran dikelola oleh pihak swasta karena dianggap lebih bertanggung jawab. Ramlan juga menceritakan bahwa ketika UNJ di kelola Niaga Parkir, mahasiswa diuntungkan. Seperti bayar 1500 fasilitas dapat dan asuransi dapat. Sementara, menurut salah satu karyawan Niaga Parkir, ada mahasiswa yang pernah mengalami kehilangan motor. Tapi, asuransinya tidak sesuai dengan motornya yang hilang. “Penggatian


yang diberikan, hanya seharga motor bekas,” tutur seorang karyawan Niaga Parkir tersebut. Irzan Zakir, selaku ketua pengelola parkiran dan kantin juga mengatakan UNJ sedang mencari pihak swasta untuk mengelola kantin. Ia mengatakan sudah ada 5 calon mitra yang hilang akibat tidak dapat menyanggupi syarat yang diberikan UNJ dalam menggratiskan mahasiswanya, calon mitra terakhir merupakan anak perusahaan dari PT. Kereta Api Indonesia (KAI). Irzan pun mengiyakan kemungkinan mahasiswa nantinya akan membayar parkir. “Betul parkiran berbayar, kita (UNJ) sedang menjajaki hal tersebut,” ucapnya. Irzan pun menambahkan ketika dipegang swasta, nanti pembayaran uang parkir tidak akan dengan uang cash melainkan dengan sistem E-Tapping. Nantinya setiap mahasiswa yang menggunakan kendaraan pribadi memiliki kartu untuk melakukan E-tapping.

“Jadi tidak ada uang cash, untuk mencegah adanya pungli juga,” tambahnya. Irzan pun membenarkan pernyataan Ramlan mengenai UNJ yang tidak memiliki dana untuk mengelola parkiran. Menurutnya parkir berbayar merupakan hal yang lumrah, “Kalo kondangan aja bayarnya bisa sampai 20 ribu satu jam,” ucapnya. Salah satu mahasiswa, Almizan Saputra dari Prodi Pendidikan Sejarah, mengungkapkan fasilitas parkir di UNJ kurang memadai dan ia pun tidak setuju jika nantinya parkiran akan berbayar. “Udah ada Sumbangan Pengembangan Universitas (SPU) masa parkir mau bayar juga.” tuturnya. Lain halnya dengan Bayu Argadhani mahasiswa Sastra Indonesia. Ia mengungkapkan ketidaksiapannya dengan parkir berbayar. “kalo bisa ya jangan lah,” ucapnya.

Penulis: Aditya S Editor : Muhamad Muhtar Warta 4 2018

11


Berita III

Nasionalisme hingga Keterbatasan Ruang Diskusi

F

ajar mulai menampakan sinarnya tepat pukul 06.00. Tidak mau kalah, mahasiswa baru Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sudah mulai berbaris mengikuti pembukaan Perkenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) 2018. Di pandu panitia PKKMB, mahasiswa baru berpenampilan rapih dengan atribut yang berbeda di setiap fakultasnya. Atribut yang dipakai meliputi celana hitam, baju putih, slayer, dan, name tag. Pembukaan PKKMB, dimulai dengan hiburan Tari Betawi dari Unit Kesenian Mahasiswa. Seusai hiburan, sambutan Sofyan Hanif, selaku Wakil Rektor III menggema sebagai perwakilan dari Plt Rektor Intan Ahmad. Intan Ahmad tidak bisa hadir, dikarenakan menjalani tugas negara di Argentina. Sofyan menggaungkan rasa

12

Didaktika UNJ

Gmbr: Muhamad Muhtar

Wakil Rektor 3 Achmad Sofyan Hanif

syukur dan terimakasih kepada seluruh jajaran, terkhusus mahasiswa baru yang berjumlah 5540 ribu orang. Jumlah mahasiswa baru yang diterima oleh UNJ tahun ini mengalami penurunan 1000 Jiwa. Mereka masuk melalui 3 jalur yaitu, SNMPTN dan SBMPTN sebesar 54,8%, dan Penmaba sebesar 45,1%. PKKMB diadakan sebagai bekal untuk mengenal kehidupan kampus. Oleh karena itu, Sofyan mengharapkan seluruh mahasiswa baru untuk ikut dalam rangakain acara PKKMB hingga hari terakhir pada 8 september 2018. Menurut Sofyan, momen


PKKMB dapat memupuk karakter Nasionalis mahasiswa baru. Dengan cara berprestasi untuk membanggakan Bangsa dan UNJ. “PKKMB juga di tujukan untuk menjadi tolak ukur penanaman idealis dan gerakan cinta tanah air.” Sebut Sofyan. Penanaman gagasan tersebut, didukung PKKMB yang membawa tema dresscode budaya Betawi. Sebab, kearifan keragaman budaya menjadi latar belakang dalam pemersatu bangsa. Di kesempatan lain, menurut Abdul Syukur, Dosen Sejarah UNJ, penanaman gagasan nasionalis pada PKKMB tidak dapat di serap secara instan. Bahkan, dalam proses belajar matakuliah pun - yang berlangsung 1 semester - belum cukup, apalagi hanya 3 hari, “seperti diberikan terapi kejut,” tuturnya. Syukur juga mengatakan cinta tanah air bukan hanya ikut membela negara, berprestasi demi negara atau kegiatan pengorbanan lainnya. Menjadi mahasiswa yang memiliki pemikiran kritis ataupun mahasiswa yang giat diskusi juga dapat menjadi modal dalam mengembangkan gagasan nasio-

nalis. Hal itu dapat didukung, bila kampus menyediakan fasilitas untuk berdiskusi. Namun, UNJ memiliki keterbatasan dalam menciptakan sarana diskusi yang baik. Tidak adanya ruang dan wadah untuk diskusi, media diskusi tak didukung oleh kampus, sampai waktu belajar di kelas dibuat padat. “Suasana diskusi kampus tidak sehat,” tutur syukur, saat didatangi tim Didaktika. Selain itu, Syukur mengatakan ruang umum untuk menyampaikan pendapat dan karya pun terbatas. Seperti ruangan baca, teras seni dan lainnya. “Itu menghambat kreatifitas,” tutur syukur Akan tetapi, ketika tim Didaktika mendatangi Sofyan, saat menghadiri acara diskusi musikal Bung Hatta, membantah tidak menyediakan fasilitas untuk mahasiswa. Bahkan, Sofyan mendukung keberadaan wadah diskusi. Namun, ia menyadari bila fasilitas yang disediakan belum maksimal. “Kita fasilitasi dengan semampunya.” Ujar Sofyan. Penulis: Ilham Abdulah Editor : Hendrik Yaputra

Warta 4 2018

13


RESENSI

Pesan Kesetaraan dari Pemuda Jawa Penulis : Mas Marco Kartodikromo Penyunting : Ari Pranowo Penerbit : Narasi Tahun : 2010 Kota : Yogyakarta Tebal Buku : 140 halaman “KANDA!...KANDA! Bagaimana (mungkin) anakmu, kamu kirim ke Negeri Belanda.� (hlm.5). Perkataan itu yang keluar dari Ibu Hidjo, Raden Nganten Potronojo, ketika mengetahui bahwa anaknya yang bernama Hidjo hendak dikirim ke Belanda untuk sekolah menjadi insinyur oleh ayahnya, Raden Potronojo. Raden Potronojo mengirim Hidjo untuk menjadi insinyur lantaran keresahannya. Karena, saat itu keluarganya masih dipandang rendah. Raden Potronojo merupakan saudagar. Tetapi, ia masih 14

Didaktika UNJ

dianggap rendah oleh kerabatkerabatnya yang menjadi pegawaipegawai pemerintah. Cerita di atas merupakan sekelumit kisah yang ada di dalam novel Student Hidjo. Terbit pada 1919, novel karangan Marco Kartodikromo berisi kumpulan cerita yang termuat di Harian Sinar Hindia dalam kurun waktu 1918. Marco sendiri merupakan aktivis pers zaman bergerak. Ia membentuk Inlandsche Journalist Bound (IJB), yaitu perkumpulan jurnalis bumiputera pada 1914. Ia juga membentuk surat kabar Doenia Bergerak pada tahun tersebut. Dalam novel Student Hidjo, tertuang situasi sosial saat itu. Manusia dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu kaum Penjajah (Belanda), kaum priyai, dan saudagar. Saat itu, orang-orang pribumi berusaha untuk menjadi orang yang tidak dianggap rendah. Hidjo disekolahkan di Belanda untuk menjadi seorang Insinyur. Tujuannya agar keluarga mereka dianggap setara oleh kerabat-kerabatnya yang sudah men-


jadi pegawai pemerintah. Karena, menjadi saudagarpun tidak cukup. Akan tetapi, Marco mencoba untuk menghilangkan perbedaan kelas tersebut lewat pertau-

tan cinta diantara tokoh-tokohnya. Seperti halnya kisah cinta Raden Ajeng Biroe dengan Raden Wardojo, anak seorang bupati Djarak, juga Raden Woengoe dengan Hidjo. Perbedaan kelas tidak lagi terlihat saat muda mudi itu memiliki cinta satu sama lain. Lewat proses dialog, mereka sudah tidak memikirkan perbedaan kelas lagi. Selain itu, sikap baik Hidjo juga membuat ia dihormati dan dicintai oleh orang-orang, tidak terkecuali

ketika Hidjo berada di Belanda. Di Belanda, Hidjo diterima dengan baik oleh Direktur persero salah satu perusahaan. Mereka sekeluarga sangat senang. Bahkan, Betje seorang anak direktur tersebut mencintai Hidjo. Ia berusaha mendekati Hidjo. Walaupun awalnya sulit, tetapi Hidjo akhirnya luluh dan meladeni Betje. Selain itu, seorang Controuleur Belanda yang bernama Walter menaruh cintanya kepada anak bupati Djaraak. Ia sampai merelakan calon istrinya yang sudah mengandung selama 3 bulan, demi mendapatkan cinta Woengoe. Tetapi, usaha yang dilakukannya sia-sia. Woengoe tetap mencintai Hidjo dan menginginkannya. Dari kisah percintaan yang ada di Student Hidjo, Marco berusaha membuat manusia itu sama saja. Tidak peduli berasal dari golongan apapun. Jika cinta sudah ada, maka hal apapun menjadi hilang. Sebenarnya, tidak hanya dengan cinta. Orang tua Woengoe dan Wardoyo, seorang bupati Djaraak menyukai Hidjo karena kepintaran dan sifat rajin yang dimilikinya. Hal itu membuktikan bahwa kelas sosial menjadi tidak penting. Selain gagasan tentang kesetaraan manusia, Marco juga menuangkan gagasan kebangsaannya. Warta 4 2018

15


Hal itu tertuang pada saat Hidjo tiba di Belanda. Disana, Hidjo dihormati oleh orang-orang Belanda, lantaran Hidjo berasal dari Hindia. Pikiran orang Belanda saat itu ialah orang yang baru datang dari Hindia biasanya membawa banyak uang. “Kalau di Negeri Belanda, dan orang-orangnya cuma begini saja keadaannya, apa seharusnya, orang Hindia musti diperintah oleh orang Belanda,� (hlm.41). Hal itu merupakan penggambaran, bahwa bangsa Hindia sebenarnya lebih bermartabat dalam segi moral daripada bangsa Belanda. Tidak sampai disitu, gagasan tentang kebangsaan juga tertuang dalam percakapan antara controuler Belanda yang bernama Walter, dengan seorang sersan yang bernama Djepris. Percakapan yang terjadi di kapal itu bermula ketika Djepris sedang memaki-maki orang Jawa yang menjadi pembantu kapal. Dalam percakapan tersebut, Walter memberikan suatu penyadaran kepada sersan Djepris. Walter mengangap bahwa Djepris itu sebagai orang yang lebih keji daripada orang Jawa. Djepris awalnya hanya seorang serdadu. Karena berhasil membunuh banyak orang, akhirnya Djepris mendapatkan pendidikan militer agar bisa mem16

Didaktika UNJ

bunuh lebih banyak orang lagi. Walter juga mengatakan bahwa orang Belanda melakukan penindasan karena ketidaktahuannya tentang Hindia. Hal itu terjadi karena orang Belanda tidak ingin bergaul dengan orang-orang Hindia. Gagasan kebangsaan Marco pada novel ini, merupakan suatu usaha penyadaran bagi orang Hindia. Sebenarnya, orang Hindia lebih bermartabat daripada orang Belanda. Marco terlihat ingin menyampaikan suatu pesan tentang perlawanan rakyat Hindia, karena orang Belanda tidak lebih bermartabat daripada bangsa Jawa. Selain itu, Marco juga menggambarkan persatuan rakyat Hindia yang tergabung dalam organisasi Sarekat Islam (SI). Saat itu, SI mengadakan pertemuan di Solo. “Bangsawan keraton Solo, saudagar, priyayi Gouverment, dan para orang-orang particulier, mereka menunjukan keakrabannya masing-masing. Karena pengaruh Sarekat Islam.� (hlm.105). Bagian ini merupakan penggambaran dari besarnya organisasi SI pada saat itu. SI berhasil menghilangkan perbedaan kelas. Pada pertemuan tersebut, tidak ada lagi orang yang


menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain. Semuanya juga menganggap saling bersaudara. Persatuan tersebut juga menyebabkan Belanda ketakutan sehingga menyiapkan serdadu untuk mengamankan pertemuan tersebut. Dalam konteks kehidupan masa kini, penulis mengerucutkannya ke dalam pendidikan. Perbedaan kelas sosial juga terasa dalam pendidikan. Bahkan, pembedaan itu terlihat lebih rapih. Dalam dunia pendidikan, perbedaan tersebut terjadi pada akses pendidikan. Orang-orang yang mempunyai ekonomi yang tinggi, berhak mengenyam pendidikan yang berkualitas. Jika Hidjo menempuh pendidikan insinyur untuk meninggikan derajat keluargnya, maka saat ini manusia menempuh pendidikan untuk mempertahankan kelas sosialnya. Perbedaan kelas tersebut sudah dilegalisasi dengan peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Dalam hal ini, misalnya Universitas Negeri yang seharusnya melayani masyarakat, kini juga sudah menyempitkan akses bagi orang-orang yang kuliah. Uang kuliah tinggi, belum lagi adanya pungutan di luar uang kuliah. Hal itu tentu tidak bisa digapai bagi orang-orang yang me-

miliki ekonomi rendah. Padahal, Marco di dalam Doenia Bergarak mempunyai gagasan “pendidikan untuk semua.� Novel Student Hidjo ini cocok dibaca, karena memberikan suatu penyadaran tentang kesetaraan derajat manusia. Manusia tidak dinilai dari ekonomi maupun kelas sosial di masyarakat, melainkan dari perbuatan baiknya, seperti Hidjo yang senantiasa berbuat baik kepada siapapun. Sayangnya, Marco terkesan terburu-buru dalam mengakhiri novel ini, serta terlalu banyak kisah tentang percintaan para tokohnya, dibanding dengan situasi pendidikan pada saat itu.

Penulis : Ahmad Qori H Editor : Hendrik Yaputra

Warta 4 2018

17


Sastra

Malam Lebaran Anak-anak pulang, bau tungku kompor menantimu di rumah

sementara bapak sudah dua tahun nunggu, kadang di depan gapura, kadang di depan pintu Nak, andai kamu tahu di tiap kerja bapakmu, hanya ingin cepat pulang ke rumah dan mendapatimu sedang memijat ibu Waktu kadang begitu murahan, bapak sedang nunggu di stasiun biasa kamu jemputi bapak dulu sayang yang datang hanya bayang muka mu Kini tubuhnya terbaring damai dan kaku di sudut rumah kecil penuh kenangan menunggu pulang jiwa yang terbawa olehmu Selamat menunggu, pak anakmu pasti pulang di akhir petang sembari mengingat waktu kau menggebrak pintu menyuruhku minggat dua tahun lalu Ilham Abdullah, 14/6/18 18

Didaktika UNJ


TIDUR

Tak perlu sarjana, tak harus berbusana. Entah kapanpun berbuat atau dimanapun terpejam, bukan hanya istirahat. Hanya iseng pun terlaksana. Cara paripurna manusia bersetubuh dengan waktu.

Ia sedang wawancara, menanyakan ini itu. Sebagian persoalan negara, sebagian berikutnya persoalan cinta. “Mengapa hak angket berbeda dengan hak manusia untuk memilih jodohnya sendiri tanpa pilihan orang tua?� Sang narsum mengongkah-ongkah kata, membaca sebuah hadist dilanjutkan membuka kitab negara, disebutkan berbagai contoh dewan. Lalu tertidur. Oh iya, tidurkan adalah hak prerogratif setiap umat. Jadi gak salah dong ketiduran saat diwawancara. Apalagi wawancara tentang negara,sok nasyionalis. Padahal tidur itu mudah, cukup senderan dengerin orang ngomong, apalagi ngomongin persoalan negara. Pantas aja anggota dewan jam tidurnya bagus, ditambah tidur saat rapat, nikmat sudah jadi kaum terhormat. Saat ditanya tentatang tidur beberapa waktu lalu di bilangan istana negara, katanya. Sebagai pembantu rakyat begitu mudah kami tertidur. Walau terkadang susah sekali untuk membatasi waktu tidur. Seperti saat berkunjung ke negara tetangga, mengikuti pertemuan penting. Dengan setelan jas

hitam pekat, sepatu kulit mengkilat, disetubuhi wewangian coklat. Membahas ekonomi menengah, membandingkannya dengan negara asal, masih jauh dari beruntung. Ah syial, katanya. Haruskah membahas dongeng-dongeng merdu. Mengapa tidak membicarakan, perbandingan masyarakan yang tidur dengan busana dan yang tidur tanpa celana. Ayolah, bahasan ini lebih menarik. Susah payah mengorbankan waktu tidur, tapi malah jadi pindah tempat tidur. Terkadang, mengapa, bagaimana, kenapa, ada manusia yang susah sekali tidur? Padahal kenikmatan tertinggi ya saat tidur. Chairil Anwar sang penyair berapi-api pun juga hobi tidur: “Aku akan lebih tidak peduli, aku mau tidur seribu tahun lagi� Bagaimana bisa seorang Chairil yang aktif bersastra doyan tidur. Ia pikir hal ini gampang? Tidur juga perlu ganti sepre, ganti mimpi, ganti gaya. Memang ia mau tidur seribu tahun dengan mimpi, sepre dan gaya yang sama. Negara ini bisa disebut darurat tidur. Karena muda mudi penerus bangsa semakin susah untuk terlelap. Tak seperti senior-senior dewan, yang kenyang akan jam tidur. Contohnya saya, turut menulis judul tidur tapi lupa tidur. Baiklah, mugkin tidur harus diperjuangkan hingga tetes darah. Atau tidur harus direlakan untuk pemerintah. Ilham Abdullah, 14/14 Warta 4 2018

19


20

Didaktika UNJ


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.