Warta PKKMB 2020 Edisi 3

Page 1

Warta PKKMB 1


2


TIM REDAKSI Pemimpin Redaksi Hastomo Dwi Sekretaris Redaksi Imtitsal Nabibah Redaktur Pelaksana Rizalul Haq Tata Letak Sultan Reporter dan Penulis Sultan Bayu Ihsan Abdul Editor Ahmad Qori M. Rizky Suryana Uly Mega S

SALAM REDAKSI

Petir bukan semabarang petir Petir menyambar rumah jani Terimakasih yang sudah mampir Silahkan membaca warta ini

Hey!! Para siswa baru di perkuliahan tinggi,jangan lah kalian sombong. Karena kalian adalah kelas paling bawah di struktur masyarakat. Sudah tidak punya penghasilan, tidak punya ilmu. Menuntut ilmu pun di universitas negeri dibantu dengan uang masyarakat dari pajak. Pajak itu dibayarkan oleh para rakyat yang tidak menyentuh pendidikan tinggi sekalipun. Maka mengabdi lah kalian terhadap rakyat!!!. Mengabdi kepada rakyat bukan hanya saja menjadi tentara, polisi, pejabat dan lain- lain. Kalian bisa membantu memberdayakan lingkungan kalian hidup. Jangan malah berpikiran untuk kabur dari lingkungan kalian. Hanya demi memporelah keuntungan diri sendiri. Sebelum turun ke rakyat. Kalian harus mengenali diri sendiri dan lingkungan sekitar. Nah, di kampus lah kalian harus melihat realitas apa yang kalian lihat dan rasakan. Jika, kalian ditindas oleh suatu sistem, kelompok atau perorangan sekalipun, jangan hanya diam!!!!. Bergeraklah melawan penindas!!!. Tuhan pun tidak akan merubah nasib anda jika anda sendiri tidak bergerak untuk merubah nasib. Maka jika kalian, para siswa baru di perguruan tinggi sudah merasa ditindas semenjak PKKMB ini,seperti senioritas. Jangan takut untuk melawan!!!. Karena dunia sudah berganti rupa, maka lenyapkanlah adat dan paham tua yang menindas. Tuhan bersama dengan kalian yang memperjuangkan hak- hak nya!!!!

Ruang Redaksi................... 3 Straight News.................... 4 Resensi................................ 6 Utama..................................11 Cerpen.................................14

Warta PKKMB 3


URGENSI PEMBANGUNAN DITENGAH PANDEMI

B

elakangan ini Universitas Negri Jakarta (UNJ) mengadakan pembangunan tahap ke dua di situasi pandemi saat ini, dan beberapa gedung lama nampak sudah dibongkar. Pembangunan gedung-gedung tersebut berlokasi di sekitar gedung Fakul-

4 Berita Cepat

tas Ekonomi dan Fakultas Bahasa dan Seni. Pembangunan berskala besar sudah dimulai pada pertengahan bulan Mei 2020 lalu. Pembangunan ini dilakukan atas dasar kerjasama UNJ dengan Saudi Fund For Development (SFD).


Jafar Amiruddin selaku pimpinan projek SFD mengakatakan bahwa pembangunan ini dilakukan untuk menunjang jalannya pengembangan infrastruktur di sektor fasilitas-fasilitas tertentu. Dalam pengembangan infrastruktur sendiri UNJ mengambil konsep kampus urban dengan memanfaatkan gedung di atas empat lantai, hal ini dipengaruhi juga dengan lahan di Jakarta yang cukup terbatas. Sejumlah empat gedung sepuluh lantai dan satu gedung pengembangan karakter dibangun untuk menunjang konsep kampus urban. Di fase pembangunan yang kedua ini UNJ mengandalkan dana hibah dari institusi yang bekerjasama lewat mekanisme pengajuan analisis data serta analisis dana pembangunan. Terkhusus pembangunan tahap kedua ini UNJ mendapatkan kucuran dana hibah melalui Saudi Fund For Development. Pembangunan yang akan direncanakan menghasilkan empat gedung sepuluh lantai yang digunakan untuk perkuliahan, program studi, laboratorium, termasuk fasilitas kemahasiswaan. Menurut data yang dirilis oleh SFD, dana yang dibutuhkan dalam pembangunan ini sekitar Rp 568 milyar. Tidak hanya mendapat hibah dari SFD, UNJ juga mendapat kucuran dana dari Pemerintahan Indonesia sebagai dana pendamping. Dalam hal ini Jafar menegaskan bahwa dana alokasi pembangunan gedung tidak menggunakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) ataupun Sumbangan Pengembangan Universitas (SPU). Dalam laman didaktikaunj.com berjudul “SPU dan Gairah Pembangunan di UNJ,” UNJ hanya mempunyai dana sekitar 400 milyar per tahun dari UKT ataupun SPU. Kendati demikian proses yang berlansung memerlukan waktu yang panjang hal tersebut juga diutarakan oleh mahasiswi yang berkuliah di fakultas yang terdampak proyek sfd. “Kalau menurut saya sejauh ini tidak ada

Sumber: IG me_unj

hambatan dalam sektor kegiatan akademik, kemungkinan pembangunan ini akan menghambat kegiatan belajar tahun-tahun yang akan datang karena jangka waktu pembangunan yang cukup lama, “ ujar Zanisca mahasiswa Fakultas Ekonomi. Dianta Sebayang selaku dosen Fakultas Ekonomi juga megutarakan adanya dampak pembangunan ini, menurutnya pembangunan yang sedang berlansung di area FE hanya berdampak kecil bagi sistem belajar-mengajar yang mana seluruh mahasiswa terkhusus di FE melakukan pembelajaran dari rumah (PJJ). PJJ ini menjadi sebuah celah bagi jalanya pembanggunan dalam tahap clear area. “saya harap dengan adanya PJJ yang berlansung lama mahasiswa mampu beradaptasi dan mengoptimalkan kondisi seperti ini”. Penulis: Sultan Bayu Ananda Editor: M Rizky Suryana

Warta PKKMB 5


Dinamika Pemikiran Ekonomi dalam Kacamata Sumitro.

Sumitro Djojohadikusuma dalam bukunya yang bAerjudul Perkembangan Pemikiran Ekonomi , terbit tahun 1991 mencoba menjabarkan perkembangan ilmu ekonomi dari awal kemunculannya, hingga sekitar tahun 1990. Pembahasan dalam buku ini memang tidak membahas rencana Sumitro untuk Indonesia. Ini merupakan buku pertama dari Sumitro yang menjelaskan berbagai rangkaian gagasan ilmu ekonomi dan terdapat beberapa pelajaran yang menarik dari buku ini. Keberhasilan Jerman dan Jepang. Pelajaran yang penting dan menarik dari buku ini ada pada kedua negara yang kalah dalam perang dunia dua, yaitu Jepang dan Jerman. Kedua negara yang berhasil mengejar ketertinggalan ekonomi saat 1990 atau mungkin hingga saat ini. Kekalahan yang mereka derita tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk menjadi negara maju.

6 Resensi Buku

Saat memulai industri kedua negara tersebut memproteksi perekonomiannya, tidak melakukan perdagangan internasional. Jepang menerapkan bahkan mengunakan cara merkantilisme (saat ini merkantilisme dianggap negatif) untuk perekonomiannya. “Dukungan sepenuhnya kepada ekspor, pembatasan ketat terhadap impor, aliansi yang erat dan kokoh antara kaum saudagar dan birokrasi, surplus yang secara kumulatif semakin besar dalam lalu lintas perdangangan dan pembayaran luar negeri‌(Hlm. 11). Cara yang mereka terapkan memang berhasil. Akan tetapi dampak dari merkantilisme yang mengakar yaitu; inflasi dan petani yang tertindas dapat mereka atasi. Inflasi dapat mereka kendalikan. Dan petani di jepang mendapatkan subsidi besar-besaran dan proteksi yang ketat, memang dimanjakan oleh pemerintahan Jepang. Jerman juga menerapkan proteksi di awal industri mereka. Apalagi nasionalisme bangsa jerman yang mendukung. Saat itu ekonom jerman memang tidak mengunakan gagasan ekonomi biasa atau mainstream, mereka terpisah dan mengunakan metode tersendiri. Bagi mereka saat itu fenomena ekonomi tidak terlepas dari perkembangan dan perjalanan sejarah manusia yang panjang, oleh karena perlu untuk menggali dari prespektif sejarah, yang oleh Sumitro ditulis Mahzab Historismus. Bangsa jerman saat itupun cenderung tidak individualis seperti Amerika, atau nagara eropa barat lain. Salah satu ekonom jerman penganut mahzab ini yaitu, Gustav von Schmoller, membuat forum bernama Verein fuer Sozialpolitik. Sebuah forum untuk kebijaksanaan reformasi sosial. Hasil dari forum tersebut membuat pemerintah Jerman membuat seperangkat perundang-undangan sosial yang melindungi kepentingan golongan tenaga kerja, seperti asuransi kesehatan, jaminan hari tua, dana pensiun, asuransi kecelakaan kerja dan lainnya.


Sumitro menulis bahwa jaminan-jaminan itu sudah maju pada zamanya dan bahkan menyebar ke seluruh Eropa. Kedua negara tersebut menunjukan kontradiksi dengan keadaan Indonesia saat ini. Bukti bahwa petani di Indonesia adalah golongan yang kurang atau bahkan tidak diperhatikan pemerintah. Jauh dengan petani di Jepang. Bahkan, Indonesia harus melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan berasnya. Tak lupa, banyak tanah pertanian yang digusur hanya untuk investasi perkebunan, tambang, pabrik, perumahan, dan infrastuktur yang semakin besar. Satu lagi, kepentingan golongan tenaga kerja juga akan dirugikan oleh Omnibus Law cipta lapangan kerja. Rasanya Sumitro menulis bahwa Jerman dan Jepang dapat mengejar ketertinggalan, karena mereka menggunakan prespektif merkantilisme dan memikirkan kondisi masyarakat mereka secara menyeluruh. Sebuah kontradiksi jika diihat dari ilmu ekonomi mainstream. Karena idealnya merkantilisme hanya menciptakan kesenjangan.

wenang kekuasaan atas wilayah yang lebih besar dan wawasan politik kenegaraan yang lebih luas.�(Hlm. 4) Karena hal tersebut maka perkonomian berubah dari mulanya hanya berskala kecil Gulids menjadi besar. Maka perekonomian dikendalikan oleh kaum saudagar dan birokrasi atau pemerintahan yang berkuasa atas wilayah itu.

Sebenarnya, pada 1568, Jean Bodin sudah menulis gagasan tentang ekonomi. Gagasannya menjadi cikal bakal dari teori kuantitas uang. Ia menjelaskan, bahwa kenaikan Awal mula perkembangan ilmu ekonomi harga pada zamannya diakibatkan oleh jummainstream lah logam mulia yang bertambah, monopoli Sumitro menuliskan, bahwa gagasan perdagangan, ekspor, kehidupan mewah para tentang ekonomi sudah muncul sebelum abad bangsawan, dan berkurangnya isi karat uang 16 atau 17. Tetapi masih terbatas dan kebanlogam. Menurut tafsir Sumitro, itulah gagayakan ditulis oleh para pemikir di bidang san ekonomi yang pertama muncul. falsafah atau bidang hukum. Dan biasanya Selanjutnya, ada gagasan merkantilisme masih terbatas dalam lingkup hukum etika, yang dikemukakan oleh Thomas Munt seperi masalah bunga dan riba. Pemikiran (1571-1641) dan Jean Baptist Colbert (1619ekonomi memang tidak lepas dari kondisi 1683). Perekonomian pada era merkanekonomi dan politik dalam kehidupan mastilisme, memfokuskan diri kepada surplus yarakat. Sebelum abad 16, kegiatan usaha ekspor. Sehingga, terciptalah ketimpangan dilakukan dalam skala kecil menengah yang yang besar. Karena kesejahteran saat itu didimanakan Guilds. ukur tidak untuk seluruh bangsa atau negara ‘’Segala sesuatu berubah di abad XVII. Masseperti sekarang, melainkan hanya dari akuyarakat politik berpusat dan berkisar pada nemulasi surplus ekspor yang terdapat di saugara kebangsaan (nations states) dengan we-

Warta PKKMB 7


dagar dan birokrasi. “Kaum saudagar muncul sebagai golongan elite dalam masyarakat dan terbinalah semacam aliansi antara kaum saudagar dan birokrasi….Bersadarkan aliansi termaksud terlaksana ekspansi komersial dan ekspansi territorial.”(Hlm 8).

di bawah pimpinan raja Louis XVI/16. Dan membuat kebijakan reformasi sistem fiskal, yang didalamnya tedapat penyederhanaan pajak, meniadakan monopoli dan mengadakan perdagangan bebas. Akan tetapi, persatuan para bangsawan Prancis saat itu menolak gagasan Turgot, hingga akhirnya ia dipecat dari Kondisi politik saat negara memperjabatannya tersebut. Ia menyampaikan jika luas wilayahnya dengan cara menaklukan kondisi perekonomian prancis saat itu tidak wilayah lainnya (kolonialisme) dan juga sau- berubah (kehidupan mewah para bangsawan, dagar yang berdagang ke berbagai wilayah petani ditindas dan kondisi lainnya) akan atau negara lain. Portugal, Spanyol, Perancis, tercipta kemarahan dari rakyat prancis itu Inggris, dan Belanda adalah negara yang sendiri. Perkataan Turgot terbukti, setelah ia ditulis Sumitro yang melakukan praktek mer- dipecat, tiga belas tahun kemudian terjadilah kantilisme. revolusi Prancis. Saudagar mendapat monopoli, protek- Pemikiran dari Turgot yang dimuat si hingga subsidi. Dampak dari gagasan ini dalam tulisan Sumitro ini memang menandaterjadi inflasi dan petani dikorbankan dengan kan bahwa terkadang gagasan ekonom harus berbagai macam pajak, seperti pajak perddipertimbangkan, jika gagasan tersebut sesagangan bahan pertanian itu sendiri, pajak uai fakta kondisi ekonomi dan politik yang kepada gereja, pajak kepada raja, dan lainada. Gagasan Turgot dan Quesnay meminya. Sumitro menulis bahwa hal itu sangat liki pengaruh yang besar bagi para pemikir inefisien dan pajak-pajak yang telah dikumekonomi selanjutnya seperti Adam Smith, pulkan tersebut dibagikan kepada pihak David Ricardo dan yang lainnya. An Inquiry ketiga seperti kaum saudagar atau pedagang into the Nature and Causes of the Wealth perantara. of Nations buku yang ditulis Adam Smith Terkait dengan kondisi ketertindasan (1776). petani, Fracois Quesnay (1694-1774) dan Buku itu sekarang memang menjadi Jaques Turgot (1721-1781) memiliki padan- patokan munculnya kapitalisme. Padahal, gan bahwa kegiatan ekonomi harus dikemjika dilihat dari kondisi sosial politik dan balikan kepada hukum alam (the natural ekonomi yang dirasakan Adam Smith dan order things). Monopoli, proteksi dan subsidi pemikir Mahzab Klasik lainnya, mereka juga kepada saudagar tidak boleh terjadi. Bahmuak dengan ketimpangan yang terjadi saat kan, keduanya sepakat bahwa petani hanya diberlakukannya merkantilisme. Dimana boleh dibebani oleh pajak tunggal. Dituliskan kekayaan hanya terkonsentrasi pada saudagar oleh Sumitro, bahwa mereka berdua adalah dan birokrasi karena itulah mereka melempar ekonom beraliran Mahzab Physiokrasi. Dagagasan bahwa perekonomian harus diserahlam klasifikasi Sumitro, gagasan Jean Bodin, kan kepada pasar. merkantilisme dan mahzab physiokrasi itu Pemerintah tidak boleh ikut campur masuk ke dalam pemikiran praklasik. dalam perekonomian. Hingga Jean Baptist Say (1803) membuat gagasan yang terkenal Hal yang menarik dari Turgot ialah, yaitu Hukum Say “Production Creates Its saat ia menjadi menteri keuangan Prancis Own Demand”. Gagasan yang bertahan sela-

8 Resensi Buku


ma kurang lebih 100 tahun hingga dibantah oleh John Maynard Keynes.

Kondisi perekonomian dan ilmu ekonomi saat ini

Terlepas dari segala perdebatan yang ada dalam ilmu ekonomi, hingga sekarang. Dapat dikatakan bahwa ilmu ekonomi yang kita pelajari hingga sekarang masih tidak bisa mengatasi masalah ketimpangan. Padahal gagasan besar awal ilmu ekonomi oleh Adam Smith didasarkan atas keresahan atas hal itu. Sumitro juga menulis saat kondisi siklus perekonomian menurun, maka pangangguran akan meningkat dan daya beli masyarakat akan berkurang. Sama seperti pemikiran ekonomi sekarang. Beberapa negara memang telah mengalami resesi. Siklus ekonomi saat ini memang terpengaruh dari luar sektor perekonomian itu sendiri, disebabkan oleh virus yang mengakibatkan pandemi. Tetap saja kondisi ini semakin memperjelas kondisi perekonomian Indonesia atau dunia sekarang. Rasanya fakta bahwa ketimpangan entah itu sosial, ekonomi, politik masih terjadi. Contoh bukti nyata saat resesi atau keadaan perekonomian dunia sekarang menurun. Di negara kita atau negara lain sendiri sudah banyak yang di PHK atau dirumahkan. Pengangguran semakin meningkat, disisi lain orang terkaya di dunia saat ini Jeff Bezos, kekayaannya meningkat hampir 2 kali lipat saat pandemi. Perkembangan ilmu ekonomi hingga saat ini masih terus berlanjut. Ekonom, pelajar, dan mahasiswa masih mempelajari ilmu ekonomi, mengembangkannya, hingga mencoba menerapkannya. Buktinya, terdapat banyak mahasiswa atau akademisi yang mereka tersebar di seluruh penjuru dunia. Mereka mencoba menjawab masalah-masalah perekonomian entah pengagguran, kemiskinan, hingga perdagangan internasional. Bahkan pemenang Nobel Price for Economics

2019 Abhijit Banerjee, Esther Duflo and Michael Kremer “for their experimental approach to alleviating global poverty�. Terlihat bahwa mereka bertiga membahas kemiskinan global. Buku ini mampu memberikan gambaran besar dalam perkembangan ilmu ekonomi dan pelajaran-pelajaran penting dari sisi ilmu ekonomi. Hanya saja, karena buku ini terbit tahun 1990, maka perkembangan ilmu ekonomi yang dibahas Sumitro terbatas hingga tahun tersebut. Buku ini tidak dapat menjelaskan tentang masalah-masalah ekonomi yang lebih kompleks, karena analisis Sumitro terbatas hingga tahun tersebut. Dalam membaca buku ini juga diperlukan perbandingan dari buku lain yang membahas perkembangan ilmu ekonomi, agar tidak terfokus kepada tulisan dan analisis Sumitro saja. Penulis: Ihsan Editor: Ahmad Qori

Identitas buku Judul :Perkembangan pemikiran ekonomi Pengarang : Sumitro Djojohadikusumo Edisi : Ed. 1 Penerbit : Yayasan OborJakarta, Indonesia, Tahun terbit : 1991 ISBN : 9794610801(no.jil.lengkap) 979461081x (jil.1)

Warta PKKMB 9


Birokrasi Berbelit UNJ Manambah Beban Mahasiswa

Sulitnya menurunkan UKT di semester 111 telah dilalui Salsa. Akan tetapi, di semester 113, Salsa kembali harus berhadapan dengan ruminya birokrasi di UNJ. Sebab, UKT Salsa yang sebelumnya sudah mengalami penurunan

10

tiba-tiba naik.


S

enin malam, 7 September 2020 di daerah Rawalumbu, Bekasi, terasa tidak ada kekhawatiran yang berlebih bagi seorang mahasiswi semester akhir Program Studi Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta, bernama Salsabila Winianda. Mengingat ia sudah mengajukan dan mengisi formulir pemotongan Uang Kuliah Tunggal (UKT) 50 persen bagi mahasiswa akhir. Hingga saat Salsa mengambil gawai dan melihat pemberitahuan yang mucul di grup angkatannya. Ada yang menyampaikan bahwa pemotongan UKT 113 sudah dilakukan, silahkan melihatnya menggunakan M-Banking BNI. Akhirnya sama seperti teman angkatannya yang lain, ia pun memutuskan untuk melihatnya. Ternyata, saat Salsa melihat nominal UKT miliknya, angka yang ia lihat tiba-tiba naik dua kali lipat. Seketika itu, kepanikan datang, badannya mendingin dan ia bertanya-tanya dalam pikirannya kenapa itu bisa terjadi. Dalam layar gawainya terlihat nominal sebesar Rp2.000.000, padahal seharusnya nominal UKT-nya Rp500.000. Sebab UKT Salsa golongan 2. Saat itu, Salsa hanya memiliki uang Rp 500.000 untuk membayar UKT-nya. Jadi Ia tidak bisa membayar UKT pada tagihannya malam itu yaitu Rp 2.000.000. Dia tidak memiliki uang dengan jumlah seperti yang ada di layar gawainya M-Bankingnya. Dan ia pun menolak karena memang bukan golongan UKT-nya. ‘’Badan saya sampai dingin semuanya. Kok bisa begini?’’ Kata Salsa dengan berbagai perasaan yang bercampur. Salsapun kebigungan dan teringat masa lalu saat ia mengurus penurunan UKT di semester 7. Masa di mana Salsa kembali kehilangan orang tua. Yakni, masa di mana ayahnya pergi meninggalkannya. Kejadian

itu memaksanya harus meminta penurunan UKT. Awalnya UKT Salsa berada pada golongan 3 sebesar Rp4.600.000 yang akhirnya turun menjadi Rp1.000.000. Proses penurunan itu pun baginya bukanlah proses yang cepat dan mudah. Dalam keadaan yang berduka dan kesedihannya saat itu. Ia harus mengumpulkan persyaratan permohonan penurunan UKT. Ia harus mengumpulkan fotocopy Kartu Keluarga, Kartu Tanda Mahasiswa, Kartu Tanda Penduduk, Pajak Bumi Bangunan, Ijazah terakhirnya, Akte Kematian orang tua, Tagihan Listrik, foto 3x4, dan foto keadaan rumah. Bagi Salsa kesulitan itu, ia rasakan saat harus mengumpulkan Kartu Keluarga serta foto rumah terbarunya. Karena, sejak tahun 2013, Salsa pisah rumah dengan ayahnya. Ia dan adik laki-lakinya tinggal bersama budenya. Sebab, di tahun 2011 ia sudah kehilangan ibunya. Itulah hal yang membuatnya kesulitan.‘’Untuk foto rumah itu tidak bisa disamakan, itu rumah sodara saya. Mungkin masih bagus atau terlihat layak padahal kita (Salsa dan adiknya) kekurangan uang,” ujar Salsa dengan nada kesalnya. Itulah rumitnya keadaan saat Salsa mengumpulkan persyaratan. Saat mulai mengurus berkas penurunan UKT. Dimulai dari kaprodi dulu, baginya saat mengurus di kaprodi itu tidak terlalu lama. Tapi saat di tata usaha Fakultas, berkasnya tertahan agak lama. Tak lupa saat di Tata Usaha ia dimintai berbagai persyaratan seperti yang telah Ia ceritakan di atas. Salsa menunggu cukup lama, hingga akhirnya satu bulan kemudian. Permohonannnya disetujui, tapi ternyata UKT-nya tidak bisa turun saat itu juga atau disemester 7. Karena, Surat Keputusan Rektor baru keluar di semester 8. Salsa terpaksa bayar

Warta PKKMB 11


UKT full hanya karena SK Rekor belum turun. ’’Saya sedih karena benar-benar tidak mempunyai uang lagi, mengingat saya sudah yatim piatu, uang sisa yang saya miliki harus untuk keperluan lain. Terutama biaya hidup saya dan adik saya,’’ tutur Salsa saat ia menceritakan kisah lamanya ke saya dengan nada minor. Itulah kisah lama yang membuat ia trauma, saat melihat UKT-nya naik dua kali lipat. Ia merasa khawatir. Ia takut harus menunggu satu semester lagi untuk menurunkan kembali UKT-nya. Salsa juga tidak bisa mencari pekerjaan tambahan, karena budenya sakit stroke. Dia harus merawatnya, dengan demikian Ia tidak bisa memaksimalkan waktunya di luar. Dia merasa tidak enak pada keluarga ibunya jika pergi terlalu lama. Karena kembali Salsa harus merawat budenya. Oleh sebab itu, Salsa dan adiknya hidup dari pemberian keluarganya atau teman-teman ibu dan ayahnya. Salsa juga membiayai sekolah adiknya yang bersekolah di swasta. Jadi Salsa harus membayar biaya sekolah adiknya dan juga sudah pasti UKTnya? dan segala keperluan hidupnya sendiri. ‘’Keadaan hidup saya tidak nyaman,’’ kata Salsa dengan sembari ketawa untuk menghibur dirinya. Setelah Salsa melihat bahwa UKT-nya kembali naik. Ia pun memutuskan menghubungi temannya yang ada di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNJ. Akhirnya dia diarahkan ke Advokasi Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNJ. Ia juga sudah menyerahkan buktinya kepada Advokasi. Tak puas mengurus masalah ini hanya kepada Advokasi BEM. Besoknya salsa memutuskan pergi ke kampus untuk mengurus masalah UKT-nya ini. 8 September 2020, Salsa pergi dari rumahnya. Terik panas matahari menemaninya

12 Berita Utama

sepanjang perjalanan Bekasi-Jakarta. Sesampainya di Tata Usaha FBS, ia berbicara dengan salah satu petugas. Pertama dia menyampaikan kenapa UKT-nya tiba-tiba naik. Salsa kembali menjelaskan kronologi penurunan UKT yang telah ia lakukan di semester 7. Petugas tersebut hanya membalas, “kok bisa?’’ Salsa membalas dengan mengatakan, ia juga tidak tahu, oleh karena itu dia mengurus masalah ini. Petugas tersebut menyampaikan kepada Salsa, untuk menunggu. Setelah itu Salsa pun diajukan beberapa pertanyaan, seperti dari prodi apa? Semester berapa? Sudah mengajukan pemotongan UKT 50% apa belum? Selepas itu ia pun menunggu lagi cukup lama. Karena memang terdapat beberapa mahasiswa lain yang mengurus berkas dan data juga. Hingga akhirnya ia dipanggil dan ditanya oleh pertugas TU perihal golongan UKT. Salsa menjawab bahwa golongan UKT-nya adalah dua. Petugas itu menyampaikan bahwa dalam layar komputer terlihat golongan 3 dengan nominal Rp 4.000.000 . Salsa kembali menjawab bahwa dia berada di golongan UKT 2, sebab ia sudah menurunkan UKT-nya di semester 7. Petugas lain datang, dan menyampaikan bahwa sekarang sudah tidak bisa mengajukan permohonan penurunan UKT. Petugas itu mengira bahwa Salsa mau menurunkan UKT. Padahal Salsa sudah berulang kali mengatakan bahwa ia sudah melakukan penurunan UKT di semester 7. Namun, di semester 9 ini UKT-nya naik lagi seperti sebelum ia menurunkan UKT. Salsa juga menjelaskan ketidaknyamannya saat Ia berada di TU itu. Dia menilai bahwa mereka (petugas TU) seperti meremehkannya, menilai bahwa ia yang salah mengisi data formulir pemotongan UKT.


data dari Fakultas. ‘’Yasudahlah, mau bagaimana lagi, tinggal menunggu diproses mereka dan tim advokasi,’’ pikirnya sore itu. Saat itu pun ia baru sadar bahwa ia kahausan. Ia sudah tidak ingat untuk minum. Salsa hanya memikirkan UKT-nya. Tanggal 9 September Tim Didaktika, menyampaikan masalah ini pada Achmad Fauzi, Staff Pengembang Wakil Rektor II Bidang keuangan. Dia hanya membalas harusnya Salsa semester ini hanya membayar UKT sebesar Rp 500.000. Fauzi melanjutkan mungkin permohonan dari fakultas belum sampai ke tingkat universitas. ‘’Harusnya hari ini atau sore ini (9 September) target pemutahiran itu sudah kelar. Sudah pada berubah cek saja.’’ucap Fauzi. Dia melanjutkan jika belum berubah, Dia juga melihat mereka seperti tertawa-tamaka nanti dia akan melaporkannya ke puswa, mengelengkan kepalanya, dan memberitikom. kan kesan mengeluh, karena lagi-lagi ada Selain masalah ini, Fauzi menyampaimahasiswa yang bermasalah UKT-nya dan kan bahwa untuk UKT mahasiswa semester datang lagi ke TU. Padahal jelas bahwa Salsa akhir, apabila Kredit Semester hanya tersisa masih ingat Ia mengurus pemotongan UKT 6 berhak menerima potongan 50 persen. 10 Agustus di kampus. Permohonannya diterNamun, harus mengajukan ke prodi, fakulima sehingga UKT-nya menjadi golongan 2. tas, dan universitas. Sesuai dengan aturan Dia juga menyapaikan bahwa golonPermendikbud No.25 Tahun 2020. “Tidak gan 3 itu adalah Rp 4.600.000, sedangkan seperti semester kemarin di mana semua yang ada dalam layar komputer petugas itu mahasiswa semester akhir otomatis UKT-nya adalah Rp 4.000.000. Ia kembali menjelasdipotong 40%,”ujarnya. kan panjang lebar. Tak lupa ia menunjukan Barulah 4 hari kemudian tanggal 11 bukti di SIAKAD-nya dan Layar M-BankSeptember, UKT Salsa sudah kembali ke ingnya. nominal yang seharusnya. Akhirnya petugas itu meminta buk Salsa berharap birokrasi dan adminti kenaikan UKT-nya. Lalu menyampaikan strasi jangan berbelit-belit. Karena baginbahwa mereka akan memprosesnya. Petugas ya itu bisa mempermudah mahasiswa dan itu memberikan nomor telepon gawainya. instansi UNJ itu sendiri.’’Biar sama-sama Setelah itu sore harinya ia datang ke pusmudah,’’ujarnya kepada Tim Didaktika. tikom (Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi). Salsa menyampaikan keluhan itu Penulis: Ihsan ke pustikom. Dan petugas pustikom hanya Editor: Uly Mega S menyampaikan bahwa mereka mendapatkan

Warta PKKMB 13


Antara Karyo Kemiskinan dan Sekolah Sekolah buatmu hanya perlu untuk gengsi Agar mudah bergaul tentu banyak relasi Jadi penjilat yang paling tepat Karirmu cepat uang kan kau dapat Wah aku setuju sekali ternyata ada benarnya aku putus sekolah. Ha... ha... ha... aku tertawa seperti mengiyakan lagu Iwan Fals yang kini sedang ku dengar. Sambil menghisap rokok ditemani secangkir kopi, kadang aku berpikir kembali. Sudah tiga tahun terakhir aku putus sekolah, jika saja hal itu tidak terjadi mungkin aku sudah merasakan kehidupan ala mahasiswa. Sebenarnya itu bukanlah keputusanku, namun apa mau dikata?. Jika aku tak bekerja ibuku yang sakit-sakitan semenjak ditinggal mati ayah, ingin dikemanakan. Mau tak mau aku harus bekerja untuk mengidupi Ibu dan seorang adikku. Semenjak itu kini hari-hariku hanya berkeliling dari rumah ke rumah, mengorek tempat sampah. Sambil berharap ada sesuatu yang bisa dijual untuk membeli makan dan obat bagi Ibuku. “Sudahlah aku tak mau mengutuk takdir�, ucapku. Sebaiknya aku berangkat bekerja. Setidaknya masih ada adikku yang kuharap lebih baik dariku. Sudah pukul tujuh, aku bergegas mengganti pakaian mengambil gerobak yang terparkir di samping rumah. Setelah berpamitan, aku mulai berkeliling. Di tengah jalan aku melihat anak-anak berpaikaian merah putih berangkat ke sekolah. Agak jauh melangkah kini kunikmati pemandangan orang-orang seumuranku, dengan pakaian rapih mengandari motor kadang

14 Cerpen

menggunakan almamater kebanggaanya hilir mudik di sekitarku. Ada yang melihatku heran, ada juga yang menatap sinis. Sebenarnya kesal juga ketika dipandang seperti itu, apa mungkin hanya karena aku mendorong gerobak dengan baju lusuh yang tak diganti berhari-hari. Dibandingkan mereka yang berpakaian rapih hendak pergi menuntut ilmu. Aku dianggap hina oleh mereka, padahal toh sama saja kan setelah lulus kalian juga mencari pekerjaan.

Aku teringat perkataan, Rendra salah satu sastrawan idolaku. Ia pernah mengatakan, apa guna sekolah jika terpisah dari kehidupan. Menurutku hal tersebut ada benarnya, buat apa mereka belajar tinggi-tinggi tentang ekonomi, hukum, dan lain sebagainya. Jika menghargai orang saja tak bisa. Satu jam lebih aku berjalan rumah-rumah gedongan kini menyambutku. Mungkin mulai dari sini ya, aku mulai mengorek tempat sampah rumah pertama. Tak terlalu banyak isinya, kebanyakan hanya sampah dapur saja. Kudorong lagi gerobak rumah kedua, ketiga, keempat. Sampai aku tak ingat lagi


rumah ke berapa, samar-samar kulihat, wah tempat sampahnya penuh. Aku bergegas mulai memilah-milah apa yang bisa diuangkan. "Wah lumayan juga nih banyak sekali rongsokan komputer bekas, buku-buku, bahkan sekantong penuh gelas plastik," kataku. Kini semuanya berpindah ke gerobakku, sambil berjalan ada sesuatu yang menggangguku. Ketika memilah barang, aku berpikir untuk menyimpan beberapa buku yang kutemui. Lumayan juga untuk dibaca sekedar mengisi kekosongan. Apa salahnya kan tetap belajar meski tak bersekolah. Setidaknya kelak aku tidak bodoh-bodoh amat, jika bertemu dengan teman-temnku yang berkuliah. Sambil berjalan kembali, aku mendongak sedikit ke atas matahari mulai redup. Sudah sore ternyata. Aku mempercepat langkah agar segera sampai ke tempat pengepul. Soalnya kemarin aku datang agak kemalaman, ternyata tempat tersebut sudah tutup. Meski aku melihat masih ada beberapa pekerja masih sibuk menaikan barang ke atas timbangan. Sekalian pulang pikirku, sebab tempat tersebut tak terlalu jauh dari rumahku. Setelah sampai aku bergegas menurunkan muatanku, selesai hitung-hitungan. Aku langsung balik kanan menuju ke rumah. Hasil kerjaku seharian ini terbayar sudah meski hanya mengantongi empat puluh ribu rupiah. Paling tidak bisa membeli beras dan obat untuk ibuku. Sesampainya di rumah aku mandi lalu menyeduh kopi. Kemudian aku duduk di teras rumah sambil menikmati hembusan angin malam, meski tak terlalu bisa dinikmati maklum lingkungan kumuh. Andai saja aku tinggal di perumahan-perumahan elit tempat biasa aku mengorek-ngorek sampah. Mungkin dipaksa seharian di rumah pun aku tak akan melawan. Sambil melamun aku teringat per-

cakapan dengan temanku kemarin, jangan dibayangkan dia seperti diriku. Temanku lebih beruntung bisa mengenyam bangku perguruan tinggi, di salah satu kampus keguruan. Ketika bertemu kami sempat mengobrol tentang apa gunanya sekolah. Seperti biasa temanku seakan ingin menyalahkanku yang memutuskan tak ingin sekolah. Jujur saja bagiku setiap orang berhak mendapatkan pendidikan. Bukan tanpa alasan toh dalam undang-undang disebutkan kewajiban negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, bagaimana dengan orang sepertiku yang ditekan kemiskinan, tetap bersikukuh untuk bersekolah. Bisa jadi ibuku makin sakit-sakitan dan adikku tak bisa makan. ‘Karyo‌ Karyo zaman sekarangkan sudah banyak beasiswa. Buktinya saja, aku bisa mendapat beasiswa untuk berkuliah’, gumam temanku. Memang temanku mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Namun bagiku, uang tersebut nyatanya juga berasal dari rakyat yang membayar pajak. Kemudian kutanyakan saja, kau kan sudah mendapat beasiswa lalu apa kontribusimu terhadap masyarakat, jangankan itu teman-temanmu sesasama mahasiswa saja melihat orang sepertiku sinis. Lalu buat apa kau belajar semua teori-teori itu jika akhirnya kau tak peduli terhadap orang-orang? Temanku menghela napas. Lalu ia mengatakan, sebenarnya itulah yang kini ia rasakan, selama berkuliah ia hanya berkutat dengan teori-teori yang membuatnya mual. Belum lagi sedikit kritis bisa jadi dianggap melawan. Jangankan itu ketika masa orientasi kampus waktu malah dihabiskan untuk hal-hal yang tak berguna memakai atributatribut menuruti perintah senior. Bahkan sampai aku sendiri masih bertanya-tanya apa

Warta PKKMB 15


maksudnya itu semua. Ha…..Ha….Ha… aku tertawa nyaring sekali, sambil sedikit mengejek temanku aku katakan saja, “sudah berhenti saja toh, terbukti sekolah tak ada gunanya” Jangan begitulah setidaknya masih ada harapan untuk merubah itu semua, timpal temanku. Dia sendiri berambisi untuk menciptakan suatu pendidikan yang semuanya terlibat aktif antara murid dan guru. Kemudian dapat menciptakan kesadaran kepada murid-muridnya untuk mengkritisi konsisi lingkungannya. Menurut temanku dia mendapatkan ilham tersebut, setelah membaca buku seorang pendidik dari Brazil yang bernama Freire. Aku hanya bisa mengangguk saja, mendengarkan ucapan temanku. Bukan meremahkan hal tersebut, aku hanya berpikir jika

16 Cerpen

temanku setelah lulus hanya menjadi seorang Oemar Bakrie yang digambarkan oleh Iwan Fals dalam lagunya. Tanpa bisa merealisasikan mimpinya untuk merubah sistem pendidikan yang ada. Hoam... hoam, aku menguap, melihat jam dinding yang menunjuk angka sepuluh. Sudah malam ternyata daripada besok kesiangan. Kumatikan rokokku menutup pintu lalu menuju kamarku. Sambil dibayangi cerita temanku yang tak lain hanya sebuah ironi. Aku merebahkan badanku. Kini kepalaku kembali dipenuhi pertanyaan-pertanyaan sebenarnya apa guna sekolah? Sudahlah lebih baik tidur dan bermimpi semuanya baik-baik saja.

Penulis: Abdul Editor: Uly Mega


Warta PKKMB 17


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.