Warta PKKMB 2019 Edisi 1

Page 1

KKMB 2019

WARTA PKKMB Edisi Perdana

Dua Sisi Kebijakan Larangan Membawa Kendaraan LPM DIDAKTIKA UNJ | 1


WARTA PK

2 | AGUSTUS


KKMB 2019

SUSUNAN REDAKSI

DAFTAR ISI OPINI PKKMB OPINI PENDIDIKAN RESENSI LAGU BERITA UTAMA SASTRA: - CERPEN - PUISI

CONTACT US lpmdidaktikaunj@gmail.com @lpmdidaktika www.didaktikaunj.com Gedung G, Lantai 3, Ruang 304, Kampus A UNJ

2 6 10 12 15 23

REDAKTUR PELAKSANA Hastomo Dwi Putra SEKRETARIS REDAKSI Muhammad Hafizh TATA LETAK Imtitsal Nabibah REPORTER Imtitsal Nabibah Panji Laksmana Surasa Hastomo Dwi Putra Muhammad Hafizh Vamellia Bella Cantika EDITOR Muhamad Muhtar Uly Mega Septiani Muhammad Rizki Suryana

SAPA REDAKSI

Selamat datang di neraka, wahai penghuni baru! Ya, kata neraka lah yang lebih pantas untuk merepresentasikan apa yang kalian sebut “kampus� ini. Kalian akan dihadapkan berbagai permasalahan yang menyiksa, alienasi yang menggerogoti kebebasan, hingga setan-setan senior yang mengatur gerak-gerik kalian di samudera neraka ini. Tidak ada tempat untuk lari, selain patuh dan tunduk pada aturan-aturan birokrat neraka! Jangan sampai kalian tidak sadar akan siksaan yang kalian rasakan sebenarnya. Warta ini hadir sebagai akibat dari kemarahan kami pada sistem yang mewajibkan kalian untuk mengikuti PKKMB. Jika kalian merasa antusias pada PKKMB, bacalah Warta ini. Siapkan peledak, bangun konsolidasi! Jadilah penghuni yang membangkang! Sadarlah, bahwa kalian adalah manusia yang harus merdeka jiwanya! Bacalah, maka kau tahu bagaimana cara untuk melawan setiap dominasi! Sesungguhnya, neraka ini akan abadi jika kita terus diam tertindas! Tabik! Kritik dan saran atas berita-berita kami dapat dikirim melalui email yang tertera. Terima kasih dan selamat membaca!

LPM DIDAKTIKA UNJ |

3


WARTA PK

Polemik PKKMB: Pe Kampus atau Proses

Oleh : Hastom

Pengenalan Kehidupan Kam­pus Mahasiswa Baru Universitas Neg­eri Jakarta (PKKMB UNJ) yang ber­langsung selama 16 hari, telah dimulai dari 17 Agustus hingga 5 September 2019. Sabtu (17/8), mahasiswa baru diberikan pembekalan PKKMB oleh panitia program studi dan fakultas mas­ ing-masing. Pembekalan tersebut ber­ langsung dari jam 5 pagi hingga 5 sore. Panduan tentang PKKMB pun telah diterbitkan oleh Kemente­ rian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) pada 24 Juli 2019 lalu. Panduan yang disampaikan kepada seluruh perguruan tinggi ini, mengatur tentang asas pelaksanaan, tujuan dan hasil yang diharapkan, materi yang dibawakan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan sanksi. Rupanya, Kemenristekdikti berusaha mengorientasi mahasiswa baru untuk terbentuknya pribadi yang cinta tanah air, sukses dalam studi, disiplin dalam kehidupan di kampus, serta siap menghadapi tantangan masa depan. Hal ini perlu dikritisi lebih lanjut. Apakah dengan 4 | AGUSTUS

adanya keem­pat tujuan tersebut, merupakan ajang ideologisasi negara dalam mencetak generasi yang patuh dan rela berkor­ban demi negara? Apakah negara ingin melegitimasi penggusuran dan peram­pasan ruang hidup berkedok “pem­bangunan” dengan doktrinasi cinta tanah air kepada mahasiswa baru? Boleh saja dalam PKKMB, panitia menggembar-gemborkan jar­ gon bahwa mahasiswa merupakan agent of change yang harus mengenal realita sosial, turun ke jalan, menjadi aktivis, dan lain semacamnya. Namun kenyataannya, mahasiswa justru ter­jebak dalam kehidupan kampus yang tidak memiliki kultur akademik yang seharusnya, ruang kelas yang tidak demokratis, dan permasalahanperma­salahan akademik yang membuat ma­hasiswa menjadi naif dan tidak kritis. Dengan adanya PKKMB, membuat kesadaran kritis mahasiswa baru semakin terbungkam. Akhirn­ya, mahasiswa baru terorientasikan menjadi sosok yang harus mem­banggakan kampus dan negara, tapi tidak sadar akan ketertindasannya. Hal ini semakin diperparah oleh panitia penyelenggara dalam hal teknis. Kita me-


KKMB 2019

OPINI PKKMB

engenalan Kehidupan Ideologisasi Negara?

mo Dwi Putra

lihat dalam pembeka­lan PKKMB UNJ, terdapat ketidak­setaraan antara panitia dengan pe­serta PKKMB. Hal ini jelas terlihat dengan adanya sikap yang mengha­ ruskan peserta tunduk patuh kepada panitia. Bahkan, dalam hal kebutuhan sendiri (jam makan) pun, mesti dia­tur oleh panitia. Beberapa peraturan yang tidak ada kaitannya dengan akademik, seperti rambut, pakaian dan atribut, baris-berbaris, menghafal yelyel, harus dipatuhi peserta, na­mun tidak dikritisi. Selain itu, adanya pembungkaman peserta dengan ben­takan dan hukuman yang membuat mereka dipermalukan, merepresen­tasikan bahwa ada hak yang tidak di­hormati dalam pelaksanaan PKKMB. Mengutip dari tirto.id tentang Ucapan Keras: Ketegasan atau Kek­erasan Verbal? Menurut psikoterapis David Seddon dalam situs Counselling Directory, pelaku kekerasan verbal berusaha merendahkan lawan bicaran­ya dengan cara menyatakan si korban bersalah, membuat penghakiman send­iri, melontarkan kritikan, manipulasi, mempermalukan di depan umum, dan membuat si korban merasa bersalah. Jadi, dalam pembekalan PKKMB

ke­marin, sarat akan kekerasan verbal yang dilakukan panitia kepada peserta. Mungkin saja itu semua di­ lakukan demi terbentuknya sikap disi­plin dan tertib. Namun, apakah untuk mencapai itu semua harus menggu­nakan bentakan dan hukuman? Untuk apa membentuk rasa disiplin jika diba­lik itu semua mahasiswa baru malah diperlakukan layaknya seekor kerbau? Padahal, dalam panduan PKKMB yang diterbitkan Kemenris­tekdikti, telah tertulis asas-asas dalam pelaksanaan PKKMB. Asas-asas tersebut meliputi asas keterbukaan, asas demokratis, dan asas humanis. Jika mengacu pada panduan terse­but, dalam asas demokratis tertulis bahwa kegiatan harus dilakukan ber­ dasarkan kesetaraan dengan menghor­ mati hak dan kewajiban setiap pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Pun demikian, mahasiswa baru justru merasa antusias dalam melaksanakan PKKMB. Hal ini ter­lihat dari survey yang dilakukan Tim Didaktika berupa questioner dengan metode tanya langsung dan menggu­nakan media Google Form. Data yang kami dapatkan menunjukkan LPM DIDAKTIKA UNJ | 5


WARTA PK bahwa: dari 129 responden, 94% (yakni 121 orang) diantaranya mengatakan alas­ annya ingin mengikuti PKKMB kare­ na memang ingin mengenal kehidupan kampus yang diselenggarakan pani­ tia PKKMB. Sedangkan 6% (yakni 8 orang) lainnya merasa terpaksa ikut PKKMB, karena merupakan syarat untuk mahasiswa baru. (Lihat grafik 1) Dari 129 responden tersebut, kami juga bertanya seberapa antusias mereka dalam mengikuti PKKMB. Data yang kami dapatkan menun­jukkan bahwa: Tidak ada yang merasa rasa antusiasme mereka berkisar 1-20%; 3% (atau 4 orang) merasa rasa antusiasme mereka berkisar 21- 40%; 9% (atau 12 orang) merasa rasa antusiasme mereka berkisar 41-60%; 31%

(atau 40 orang) merasa rasa antusiasme mereka berkisar 61-80%; dan 57% (atau 73 orang) merasa rasa antusiasme mereka berkisar 80-100%. (Lihat grafik 2) Dari kedua data tersebut, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa baru masih belum sadar bahwa dir­inya sedang berada dalam keadaan subordinasi, yakni keadaan dimana suatu orang atau kelompok berada lebih rendah dari kelompok yang mendominasi. Ketertindasan mereka boleh jadi akibat sistem dan struktur yang mengatur, seperti yang sudah dijelaskan diatas. Menanggapi pelaksanaan PKKMB, Saifur Rohman, dosen Sastra Indonesia UNJ, menilai PKKMB adalah kegiatan yang tidak penting jika masih berdasarkan

8 Mengapa kalian6% mengikuti PKKMB?

121 94% Ingin mengenal kehidupan kampus yang diselenggarakan panitia PKKMB Sebuah keterpaksaan karena merupakan syarat untuk mahasiswa baru

6 | AGUSTUS


KKMB 2019

Seberapa besar rasa antusias kalian dalam mengikuti 04 PKKMB? 0% 3%

12 9%

73 57%

1% - 20%

21% - 40%

40 31%

41% - 60%

sistem yang sekarang ini dijalankan. Saifur mengatakan, mahasiswa baru seha­rusnya diperkenalkan dengan perger­akan mahasiswa dan sejarahnya. Contohnya adalah sejarah pergerakan mahasiswa sebelum adanya Nor­malisasi Kehidupan Kampus/ Badan Koordinasi Kemahasiswaan atau yang dikenal dengan sebutan NKK/BKK. Namun, mahasiswa malah diperken­alkan dengan beasiswa, dosen-dosen dan birokrat saja. Dengan diadakannya PKKMB model sekarang, Saifur mengatakan bahwa mahasiswa dibentuk menjadi tidak kritis dan tidak paham akan sejarah (ahistoris). “Mahasiswa mau dibentuk jadi kerbau yang ditarik hidungnya untuk jadi intelektual me­nara gading,” ujarnya. Sudah sepatutnya PKKMB mengenalkan mahasiswa baru kepada realita dan masalah-

61% -80%

80% - 100%

masalah sosial, baik masalah di dalam kampus mau­pun di masyarakat. Karena, situasi kampus dan nasional memiliki ber­ bagai macam permasalahan. Ideolo­gisasi yang dilakukan Kemenristek­dikti dan kampus harus ditolak dan diubah dalam pelaksanaan teknisnya. Untuk itu, perlu adanya sikap kritis melalui pembacaan situasi dan sifat egaliter dari panitia PKKMB. Editor : Muhammad Risky Suryana

LPM DIDAKTIKA UNJ |

7


OPINI PENDIDIKAN

WARTA PK

Tergiur Bujuk Rayu Internasional Oleh : Panji Laksamana Surasa Menteri Pendidikan dan Ke­ budayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, saat menghadiri perhelatan Seminar PISA (Programme for Inter­national Student Assesment) 8 Juli 2019 mencoba memberikan pengertian pada publik bahwa hasil PISA –yang realtif buruk –harus dipandang den­gan optimis. Mengutip Antaranews. com, Mendikbud mengakui bahwa banyak perbedaan antara kondisi In­ donesia dengan negara peserta PISA lainya. Seperti Singapura –pering­kat pertama dalam Sains, Matema­tika, dan Literasi– hanya memiliki dua juta siswa. Sedangkan Indonesia peringkat 62 dengan 51 juta siswa. 8 | AGUSTUS

PISA adalah program survei dan penelitian milik OECD (Organisa­tion for Economic Co-operation and Development). Dalam rilis OECD terkait hasil PISA 2015, ‘PISA mena­warkan informasi untuk kebijakan dan pelaksanaan pendidikan dan mem­bantu membaca tren pembelajaran siswa di berbagai negara dan berbagai demografi’. PISA memang tidak da­pat menujukan hubungan sebab aki­bat antara kebijakan dengan Student Outcome, namun menurut OECD, PISA dapat menunjukan damp­ak berbagai kebijakan pendidikan. Indonesia pertama kali mengikuti PISA tahun 2000. Kala itu, Indonesia menempati posisi 39 dari 41 negara untuk


KKMB 2019 kemampuan matematika dan posisi 38 dari 41 un­tuk kemampuan sains. Dari 15 negara bukan anggota OECD (termasuk In­donesia) hanya Hongkong yang dapat masuk kedalam posisi atas (posisi 2 dan 1) untuk matematika dan sains. Pernyataan Mendikbud terkait hasil PISA sekilas terlihat sangat wa­jar. Dengan besarnya dana pendidikan, yakni 404 triliun rupiah pada 2015. Peringkat 62 dari 71 jelas bukan hasil yang memuaskan. Namun pernyataan mendikbud juga menunjukan ironi PISA dalam pembuatan kebijakan pendidikan dasar dan menengah di In­donesia. Contoh yang disebutkan oleh mendikbud merupakan sebagian kecil dari banyaknya perbedaan Indonesia dengan peserta PISA lainnya. Bukan hanya perbedaan demografi, melain­kan juga mencakup segala persoalan kebijakan dan praktik pendidikan. Banyaknya perbedaan antar negara peserta PISA menujukan bahwa hasil PISA bukan acuan yang tepat dalam pembuatan kebijakan pen­didikan. Muhadjir, Selaku Mendik­bud sendiri sadar akan perbedaanperbedaan tersebut. Namun mengapa akhirnya ia justru menggunakan hasil PISA sebagai salah satu dasar pengam­bilan kebijakan? Seperti yang terjadi pada medio November 2018. Mendik­bud melakukan safari ke Denmark –yang notabene memiliki hasil PISA memuaskan –membawa misi kerja sama di bidang pendidikan. Mengu­

tip jawapos, kerja sama tersebut akan mencakup bidang menejemen sekolah, pendidikan STEM (Sains, Technology, Engineering and Math) dan soal-soal HOTS (High Order Thingking Skills). Kerjasama antara Denmark dengan Indonesia tidak serta-merta da­ pat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Terlebih, dasar kerjasa­ma tersebut adalah peringkat Denmark dalam PISA. Ujung-ujungnya kebija­kan atau program yang ingin diadopsi Indonesia dari Denmark atau sebalikn­ya tidak dapat berjalan dengan mak­simal karena tidak sesuai dengan ka­rakteristik dan kondisi kedua negara. Selain itu, safari dan kerjasama tersebut memang sekilas tampak men­ jadi salah satu upaya kongkret pemer­intah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, jika kita perha­tikan, akhirnya peningkatan tersebut hanya berdasarkan kacamata penilaian PISA terhadap kualitas pendidikan. Dari tiga bidang kerjasama yang disebutkan, dua diantaranya adalah dasar dari penilaian PISA. Pendidikan STEMsains dan metematika- masuk menjadi aspek penialain PISA bersama literasi. Kemudian, soal-soal HOTS adalah model soal yang “digunakan” dalam PISA . Kedua bidang kerjasa­ma tersebut menunjukan bahwa fokus pendidikan kita adalah untuk mening­katkan peringkat di kancah interna­ sional, melalui test PISA tentunya. Ker­

LPM DIDAKTIKA UNJ |

9


WARTA PK jasama tersebut tak ubahnya sebagai upaya semu untuk meraih peningkatan kualitas pendidikan yang semu juga. Ketika kritik tentang pola pikir siswa dan orang tua yang be­gitu mengidolakan peringkat banyak dilontarkan akademisi, justru pemeri tah sebagai pemangku kebijakan bek­erja dengan pola pikir tersebut. Sebut saja UN (Ujian Nasional), tes seren­ tak di seluruh Indonesia yang diad­akan tiap akhir tahun ajaran. Alih-alih menjadi sarana pemetaan, UN justru menjadi ajang adu peringkat antar sekolah secara nasional. Bagaimana mungkin pemerintah memetakan ke­mampuan kognitif siswa jika masa sekolah mereka hanya berfokus pada penyelesaian soal-soal UN? Pendeka­tan yang sama juga dapat berlaku pada pandangan Indonesia mengenai PISA. Bagaimana mungkin Indone­sia bisa meningkatkan kualitas pen­didikan, jika akhirnya upaya-upaya yang dilakukan hanya bertujuan untuk meraih peringkat tinggi di kancah In­ternasional? Keberhasilan pendidikan versi PISA yang diadopsi pemerintah terbatas pada kemampuan siswa un­tuk mengerjakan soal-soal ujian dan peringkat. Kemampuan kritisisme yang seharusnya dibangun dan ditumbuhkan melalui pendidikan akhirnya terlupa­kan. Pendidikan hanya sebuah tempat mengetahui kiat-kiat menjawab soal, bukan membuka cakrawala berpikir. Sumber Masalah 10 | AGUSTUS

PISA adalah program survei tiga tahunan untuk negara OECD dan negara partisipan. Pada 2015, PISA melakukan tes dan survei pada sekitar 540.000 siswa usia 15 tahun. Angka 540.000 dianggap sudah mewakili 29 juta siswa dari 72 negara berbeda. Sayangnya, tidak ada transparansi dalam tes dan survei PISA, mulai dari pemilihan peserta hingga soal-soal yang diujikan. Ketiadaan transparansi tersebut menimbulkan kecurigaan. Menurut Andrea Saltelli, Ad­jung Profesor bidang sains dan ke­manusian University of Bergen, dalam tulisannya di laman theconversation. com, pelaksanaan PISA dilihat dari kacamata Post-normal sciance menyi­ratkan perpaduan antara metodologi dan ideologi. Dalam kasus PISA, me­todelogi yang digunakan cenderung mengambil perspektif neoliberalis­me. Seperti yang diutarakan oleh ban­yak akademisi dan aktivis pendidikan melalui surat yang diunggah theguard­ian. com, untuk Dr Schleicher, Direktur OECD, pelaksanaan PISA oleh OECD terlalu bias kepentingan ekonomi. Bias kepentingan terutama terjadi pada ranah pendidikan yang menjadikan PISA sebagi acuan pen­gambilan kebijakan. PISA memilih memfokuskan (baca: menyempitkan) tujuan pendidikan menjadi peng­hasil tenaga kerja dan jalan mendap­ atkan pekerjaan yang layak. Padalah, kedua hal tersebut bukan tujuan utama


KKMB 2019 dari pendidikan. Tujuan pen­didikan yang seharusnya menyiap­kan siswa untuk berpartisipasi dalam­ kehidupan demokrasi, pengemban­gan pribadi, dan kemampuan berpi­kir akhirnya terlupakan sepenuhnya oleh pemerintah maupun masyarakat. Tidak berhenti sampai di situ, PISA juga menjadi pangkal upaya generalisasi dalam ranah pen­didikan. Generalisasi terjadi karena data yang berhasil dihimpun oleh PISA hanya dapat dinalisis oleh PISA dan OECD. Sehingga, negara pe­serta PISA hanya dapat melihat data hasil analisa berupa peringkat serta kesimpulan hasil pemikiran OECD. Padahal idealnya, tiap-tiap ne­gara diberikan keleluasaan akses ter­hadap data hasil survei PISA sehingga dapat melakukan analisis mandiri. Analisis yang sama rata tersebut (men­gukur kemampuan sains, matematika, dan literasi, serta mengaitkan pen­didikan dengan kemampuan ekonomi) akhirnya diadopsi mentah-mentah oleh negara. Penilaian OECD melalui PISA mau tidak mau menjadi standar peni­ laian di negara peserta PISA. Contoh nyata dari upaya generalisasi tersebut adalah pengukuran Life Skills ber­dasarkan kemampuan sains, matema­tika dan literasi, yang disamaratakan untuk seluruh negara peserta PISA. Perbedaan kultur dan budaya pada setiap negara akhirnya terlupakan. Selain itu, PISA juga me­ langgengkan pola pikir mengidol­akan

peringkat yang diadopsi oleh mendikbud. Survei yang dilakukan setiap tiga tahun akhirnya menuntut solusi singkat, bukan berkepanjan­gan. Solusi yang muncul juga hanya berorientasi pada peningkatan skor. Akibatnya, faktor-faktor jangka pan­ jang dalam peningkatan pendidikan tidak mendapat perhatian. Pola pikir seperti ini juga menjustifikasi kemam­puan siswa hanya pada aspek kuanti­tatif semata. Aspek kuantitatif terse­but memberikan label siswa dengan kuantitatif tinggi sebagai siswa cer­ das, sedangkan siswa dengan kuan­titatif rendah sebagai siswa bodoh. Akan tetapi, terlepas dari segala kecurigaan terhadapnya, data PISA masihlah menjadi salah satu survei pendidikan global yang ban­yak dijadikan acuan berbagai negara. Sebagai negara, sudah saatnya Indo­ nesia mulai menimbang oleh siapa dan untuk apa data tersebut dihim­pun. Sudah saatnya juga Indonesia meningkatkan pendidikan dari dalam dirinya sendiri. Bukan berarti ber­henti memandang dunia internasional, tetapi lebih banyak melihat ke ba­wah bayangan bendera merah putih. Editor: Muhamad Muhtar

LPM DIDAKTIKA UNJ |

11


WARTA PK Judul Penyanyi Album Tahun

: Bapak : Iksan Skuter : Gulali : 2017

Musisi yang bernama pang­gung Iksan Skuter, telah mengge­brak dunia permusikan Indonesia. Pria yang bernama asli Muhammad Iksan ini, lagu-lagunya dikenal se­bagai musik bergenre folk. Musik folk adalah musik yang bercerita kes­eharian dengan kesederhanaan. Me­skipun Iksan Skuter sendiri tidak pernah menentukan musiknya ber­genre apa. Ia menyerahkannya ke­pada para pendengar lagunya. Iksan Skuter sebelum men­jadi solois, pernah menjadi gitaris di band pop yang ia buat dari tahun 2000 hingga tahun 2012. Karir Iksan Skuter sewaktu menjadi pemain band tidak begitu mulus. Sebab ia merasa karyanya hanya mengikuti keingi­nan pasar, aspek yang tidak membe­baskannya dalam berkarya. Hingga akhirnya, ia bertransisi menjadi so­lois dari tahun 2012 hingga saat ini. Berkat transisi ini, karir Iksan Skut­er lebih gemilang dan dikenal luas. Bapak diliris sebagai pen­yambut album Gulali, album keenam musisi asal Malang itu. Gulali di­rilis bertepatan pada perayaan kemer­dekaan Indonesia ke-72. Dalam album itu, Iksan Skuter mengangkat tema yang menyinggung minimnya kes­ ejahteraan rakyat, konflik sosial, dan 12 | AGUSTUS

Nyayian Kerinduan Oleh: Imtitsal Nabibah

konflik agraria. Namun, lagu Bapak yang bertemakan hubungan anak dan ayah yang nampak dingin, dianggap telah menutupi kerasnya album ini. Iksan Skuter produktif dalam menciptakan lagu pada masa solois­nya. Hampir setiap tahunnya ia meri­lis album. Ia telah merilis 9 album hingga saat ini. Seperti album Ba­pakku Indonesia (2018), Live Session Vol.4 (2018), Kecil itu Indah Vol.3 (2018), Gulali (2017), Benderang Terang (2016), Shankara (2015), Kecil itu Indah Vol.1 (2014), Folk Pupuli, Folk Dei (2013), Matahari (2012). Karya-karya Iksan Skuter merespon kehidupan yang ada di sekitarnya. Ia jeli dalam menang­kap keresahan maupun


KKMB 2019

perasaan sehari-harinya. Ia mampu menuang­ kannya ke dalam lagu dengan in­strumen gitarnya yang mendukung. Iksan Skuter lewat Bapak dengan lirik begitu sederhana, tidak memakai majas yang begitu rumit untuk diinterpretasi. Namun kesed­erhanaan Bapak memiliki makna yang mendalam. Iksan Skuter seo­lah menggambarkan di balik sosok bapak yang begitu keras, seolah tidak peduli dengan permasala­han anaknya. Bapak adalah sosok yang peduli dengan caranya sendiri. Orang yang sepertinya tak peduli

RESENSI angkuh untuk mengungkapkan kerinduan kepada bapaknya. Karena sang anak, menganggap ia sudah de­wasa. Namun, bapak tetaplah orangtua, meski ia tak peduli di depan anaknya, ia tetap mempedulikan anaknya den­gan bertanya kepada ibu dari anaknya. diam diam menanyakan kabarku diam diam menanyakan siapa wani­taku sekarang diam diam menanyakan segala hal tentangku pada ibu Kekuatan instrumen Iksan Skuter yang mendukung kedalaman lirik. Seolah menggugah emosi para pendengar dengan petikan gitarnya. Bagi sebagian orang, Bapak telah mengingatkannya kepada sosok ba­pak yang begitu keras dalam mencari nafkah untuk keluarganya. Bagi para perantau ataupun mahasiswa yang tinggal jauh dari orangtua, menden­garkan lagu ini menjadi nyanyian kerinduan kepada sang bapak. Iksan Skuter mengingatkan kita kepada orangtua yang selalu men­unggu kabar dari anaknya. Memikir­kan nasib anaknya yang jauh dari rumah. Memikirkan apakah kita su­dah makan. Makan dengan lauk apa. Apakah kita tidur dengan nyenyak. Lagu ini pantas untuk didengar oleh para anak. Untuk sekedar mengingat orangtua di rumah nan jauh di sana.

dengan apa yang kulakukan Penggambaran Iksan Skuter mengenai kekakuan sosok anak, pura-pura Editor: Uly Mega Septiani

LPM DIDAKTIKA UNJ |

13


BERITA UTAMA

WARTA PK

Tahun ajaran baru di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) identik dengan kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB). Kegiatan ini menjadi penyambutan bagi mahasiswa baru di seluruh UNJ. PKKMB di tahun ini dilaksanakan dari tanggal 19 Agustus – 6 September 2019. Selama PKKMB berlangsung, mahasiswa baru akan dihadapi dengan berbagai agenda yang berhubungan dengan pengenalan akademik. Dalam menjalani kegiatan PKKMB, mahasiswa baru juga diimbau untuk datang sekitar pukul 4 – 5 pagi. Selain harus datang lebih pagi, mereka juga diberikan larangan tidak diperbolehkannya membawa kendaraan pribadi baik kendaraan roda dua maupun empat. Aturan ini sudah dijalankan semenjak briefing PKKMB pada Sabtu, 17 Agustus. Reza, peserta PKKMB yang berasal dari Bogor memberikan tanggapan. Ia menganggap aturan tersebut harus dilakukan demi lancarnya kegiatan. “Mengenai larangan tidak diperbolehkannya bawa kendaraan sih saya ngikut aturan aja, kedepannya nanti setelah ini selesai (PKKMB) saya bisa bawa kendaraan lagi,” ucapnya. Aturan tidak diperbolehkan membawa larangan pun menimbulkan polemik. Seperti yang di alami oleh Haikal, peserta PKKMB dari Prodi 14 | AGUSTUS

Dua Sisi Kebijakan Larang

Oleh Fahm Manajemen mengeluhkan larangan membawa kendaraan. Ia mengatakan, tidak diperbolehkannya membawa kendaraan membuat dirinya harus diantar oleh orang tuanya. “Sedikit merepotkan, jarak rumah ke kampus juga lumayan jauh,” ucapnya. Menurutnya, bila diperbolehkannya membawa kendaraan membuat dirinya jadi lebih efisien dalam menjalani kegiatan PKKMB. “Jadi lebih enak aja kalau


KKMB 2019 Remy Hastian, Ketua Umum BEM FIS sekaligus panitia PKKMB mengatakan, untuk tahun ini PKKMB masih memberlakukan aturan tidak diperbolehkan membawa kendaraan pribadi. “Aturan tersebut dibentuk hasil dari kesepakatan secara konsensus antar panitia PKKMB dan TIPE UNJ lalu dikoordinasikan kepada ketua pelaksana PKKMB,” ucapnya. Menurutnya, faktor keamanan dan tidak adanya ruang untuk menampung kendaraan para peserta menjadi alasan tidak diperbolehkan membawa kendaraan. Ia menambahkan, adanya arahan drop - antar untuk para peserta, dimana mereka diantar sampai titik yang ditentukan kurang lebih 50 meter sebelum masuk UNJ.

gan Membawa Kendaraan

mi Ramdhani diperbolehkan membawa kendaraan pribadi selama PKKMB,” pungkasnya. Senada dengan Haikal, Hafiz, peserta PKKMB dari Prodi Pendidikan Geografi. Ia mengatakan tidak diperbolehkannya membawa kendaraan pribadi menyusahkan dirinya. “Tidak ada yang bisa nganter, naik ojek daring pun ongkosnya mahal,” ucapnya.

Senada dengan Remy, Nurman, Ketua Pelaksana PKKMB 2019 dari pihak mahasiswa berpendapat, aturan tidak diperbolehkannya membawa kendaraan karena alasan tidak cukupnya parkir bagi kendaraan peserta. Ia menambahkan, aturan ini sudah menjadi budaya karena pada tahun sebelumnya sudah dilaksanakan aturan tersebut. Nurman berpendapat, aturan ini bagus diterapkan kepada peserta dalam sisi lingkungan untuk mengurangi membawa kendaraan pribadi yang turut menyumbang polusi. “Ditanamkan dari awal untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sih, biarpun setelah PKKMB selesai

LPM DIDAKTIKA UNJ |

15


WARTA PK diperbolehkan kembali,” ucapnya.

Tim DIDAKTIKA menanyakan perihal aturan ini kepada, Abdul Kholik, staff pengembang Wakil Rektor 3, mengatakan tidak mengetahui mengenai adanya praktik aturan tidak diperbolehkan membawa kendaraan pribadi. “Menurut buku pedoman pelaksaan PKKMB sih tidak ada peraturan itu, namun itu mungkin kebijakan fakultas masing-masing,” ucapnya.

Biarpun aturan tidak diperbolehkannya membawa kendaraan sudah digaungkan, masih ada peserta PKKMB yang masih membawa kendaraannya. Mereka membawa kendaraan dengan menitipkannya di kosan ataupun tempat tinggal kerabat. Seperti kesaksian yang diungkapkan Reza.“ Ada beberapa kawan saya kurang lebih empat orang bawa Abdul juga menambahkan tidak motor buat ke sini, dititipin ke teman yang ada koordinasi dengan panitia PKKMB tinggal sekitar UNJ,” pungkasnya. mengenai adanya aturan larangan membawa kendaraan selama rapat persiapan PKKMB. Menanggapi hal tersebut, Remy Ia menganggap hal itu sudah menjadi hal yang mengatakan apabila ada peserta PKKMB lumrah. “Kampus memberikan kewenangan yang tetap membawa kendaraan pribadi kepada mereka (panitia PKKMB), asal menuju kampus panitia tidak bertanggung tujuannya baik,” pungkasnya. jawab dengan konsekuensi logis yang takan terjadi. Konsekuensi logis dimaksud seperti Editor : Muhammad Rizky Suryana kecelakaan maupun kehilangan kendaraan. “Ketika mereka melanggar itu dan mereka mendapat masalah, panitia tidak bertanggung jawab terhadap itu,” tegasnya.

16 | AGUSTUS


CERPEN

KKMB 2019

MEREKA BILANG ITU SAYA Oleh : Apis Jiunk

Ruang gelap ini begitu penuh sesak, antara saya dan lainnya saling terhimpit dan terus berdesakan. Entah sudah berapa lama kami berada di tempat ini. Mengerikan sungguh sangat mengerikan, bayangkan saja ada ribuan bahkan jutaan kehidupan yang terdesak sesak dan terpaksa untuk menempati tempat ini sampai entah berapa lama waktunya. Saya sebenarnya sungguh sangat ingin meninggalkan tempat ini, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Ya, mungkin mereka juga berpikiran sama seperti saya. Tapi kebingungan memang maha kuasa, bagaimana bisa dalam kondisi tersiksa seperti sekarang kami semua hanya dapat diam tanpa saling memikirkan bagaimana caranya keluar dari kondisi terjepit seperti sekarang? Ini mungkin sudah sekitar empat tahun lamanya sejak saya tersadar terlah berada bersama mereka di tempat menyedihkan ini. Ah entah, yang saya kenali sampai sekarang kami satu sama lain memang memiliki sebuah nasib yang sama buruknya, tapi enggan untuk menyelesaikannya bersamasama. Memangnya kenapa? Tidak tahu juga, apa ketika tersadar kala itu kami semua sudahlah ditakdirkan untuk menjadi pesaing

antara satu dan yang lainnya? Hari-hari berlalu, entah sekarang sudah tahun ke empat atau lebih setelahnya, yang saya pahami ini sungguh membosankan. Apa yang lain juga berpikiran seperti ini? Ah enyahlah, sudah berulang kali saya katakan. Kami disini hanya saling diam, bahkan dengan kehidupan yang sama menyedihkannya selama bertahun-tahun lamanya bersama, kami sama sekali tidak mengenal antara satu dengan yang lainnya. Benar-benar menyedihkan. Saya tidak pernah tertidur, saya selalu merasakan dan meratapi hal ini bertahun-tahun lamanya. Semua terasa sama saja di tiap-tiap waktunya, tidak ada yang berubah. Namun mengapa hari ini ada sedikit hal yang berbeda, saya rasa tubuh ini mulai agak terhempas sedikit dan ruang menjadi agak lega terasa. Apakah sebuah halusinasi? Tapi tidak, ini benar-benar terjadi, saya merasakan satu persatu celah diantara saya dan mereka terlihat semakin luas, ada yang semakin jauh terombangambing menjauhi tubuh saya. Saya pun merasa tubuh saya dalam kondisi goyah kesana dan kemari, ada sebuah celah yang menarik kami semua. Saya senang sekaligus

LPM DIDAKTIKA UNJ |

17


WARTA PK takut merasakan hal ini. Ada sebuah guncangan kuat yang terasa menggetarkan kami semua, guncangan tersebut perlahanlahan menghasilkan sebuah efek hisap yang begitu kuat tenaganya. “Srrrrrpppppp….” Begitu rasanya, sedikit bergetar. Saya dan mereka seketika terhisap kedalam sebuah saluran sempit yang entah apa namanya, saya belum pernah mengenali tempat ini sebelumnya. Kami beriringan dalam saluran tersebut, guncangan makin terasa dahsyat. Saya sebenarnya sungguh ketakutan ketika mengalami hal ini terjadi, tapi saya kuatkan diri untuk menghadapi kemungkinan apapun yang selanjutnya bisa saja terjadi. Guncangan makin hebat, terasa ada hisapan dan dorongan kuat yang perlahan-lahan melontarkan tubuh kami semua satu persatu. “Cshhhhhh glek….” Saya merasanya tidak begitu jelas Dalam ketakutan tadi saya memejamkan mata sejenak dan menyadari kembali saya telah berpindah tempat, tragedi mengerikan saluran sempit tadi telah berakhir. Kami semua terhempas kedalam sebuah lorong panjang yang sama gelapnya, tapi ini terasa lebih lapang dibanding sebelumnya. Masih dalam diam kami samasama berjuang mencari sebuah titik terang untuk menggapai tujuan yang sebenarnya juga tidak tahu apa namanya. Kami saling berlari dan berlomba menggapai sebuah hal 18 | AGUSTUS

yang belum jelas keberadaanya. Adegan panjang perlombaan ini belum berakhir, kami masih terus berlari dalam lorong panjang yang tak kunjung usai ini. Saya lihat perlahan ada yang mulai kelelahan dan menepi untuk menyerah atau sekedar beristirahat sejenak. Tapi saya rasa, tubuh ini masih kuat untuk terus berusaha mencari tujuan dan jalan keluar dari permasalahan yang sudah bertahun lamanya saya dan mereka alami. Saya tak menyerah, beberapa dari mereka ada yang kini mulai melambat, merangkak kelelahan, bersandar pada dinding lorong ada juga yang saling sikut sama lain, ada yang terjatuh karena tersikut, ada yang saling terhempas karena menabrak dan ditabrak. Ya, masih banyak kerjadian lainnya. Tapi saya selalu berusaha fokus untuk menggapai apapun itu, intinya


KKMB 2019 ya satu, tidak ingin terus bertahan di dalam kegelapan nestapa ini. Jujur saya mulai merasa lelah, apakah saya harus menyerah? Tubuh saya bilang iya, tapi keinginan berkata tidak akan. Perjuangan belum berakhir, lelah bukan masalah. Saya terus berlari dalam kelelahan yang teramat sangat, sampai pada akhirnya sebuah gelombang besar menghempaskan kami semua yang kini terhitung hanya tersisa ratusan dari entah ribuan atau jutaan sebelumnya. Gelombang tersebut begitu kuat, tapi saya berusaha teguh, sadar, bertahan dan enggan menyerah. Beberapa lama melawan arus yang kian lama kian melemah tenaganya perlahan saya mulai dapat kembali menyeimbangkan diri dan kembali melanjutkan pencarian saya.

Tenaga saya untuk berlari memang tidak sebesar tadi, walau pelan kaki tetap saya paksa untuk melangkah. Perlahan demi perlahan hingga tersadar bahwasanya di dalam lorong gelap ini hanyalah tinggal saya seorang diri. Mereka yang tadinya berjuta bertahun lamanya bersama saya telah menghilang dihempas keadaan satu persatu. Ini menyenangkan saya terbebas dari jerat himpit kepadatan dalam satu ruang seperti yang dialami selama bertahun-tahun, tapi juga mengerikan mengingat saya pun tidak mengetahui pasti apa yang saya kejar saat ini sebenarnya apalagi kini hanya tinggal seorang diri . Perlahan namun pasti, ada sebuah arah yang berubah di hadapan saya tidak beberapa lama lagi. Nah, ini dia! Seru saya dalam hati, kini saya dihadapkan pada dua pilihan, ada yang ke kanan maupun ke kiri. Bentuknya sama seperti ini, sebuah lorong. Ya, walaupun ia terasa lebih kecil. Berpikir sejenak dan akhirnya kepastian datang, saya putuskan untuk mengambil arah ke kiri. langkah yang sudah melemah terus saya paksa. Satu persatu, sambil menimbangnimbang keadaan dalam kenyataan yang benar ataupun salah. Saya merasa di depan sana ada sebuah hal yang berbeda, entah itu apa. Maklum disini sama gelapnya, mencoba terus menerawang keberadaan hal berbeda tersebut sambil terus melangkah hati-hati. Satu, dua, tiga, empat dan‌. Hal tersebut mengarahkan rasanya

LPM DIDAKTIKA UNJ |

19


WARTA PK kepada saya, oh benar sekali. Ia sama sekali bukan hal, ia adalah juga kehidupan. Sama seperti saya, tapi kenapa ia terlihat berbeda? Saya mencoba untuk memastikan, tapi ya ia terasa hidup walau dengan segala perbedaanya. Saya semakin dekat kepadanya, ia menggapai genggamnya kepada tubuh saya dan seketika menarik tubuh ini tanpa ada basa-basi sedikitpun! Sungguh, padahal kami berdua belum pernah kenal satu sama lain sebelumnya. Ia terus menarik dan membawa saya kedalam sebuah saluran yang lagilagi, haduh… sempit sekali! Saya hanya bisa pasrah sebab bukan mudah harus menerawang keadaan yang senyatanya memang kita tidak pernah ketahui sama sekali sebelumnya. Mengikuti aliran sempit ini saya pikir akan lama, namun ternyata tidak! Belum habis saya berpikir, ia telah membuat saya kembali berpindah ruang, kini keberadaan kami berdua di dalam sebuah ruang hampa berbentuk lingkaran yang begitu hangat terasa. Huh, jujur disini terasa sangat nyaman. Harusnya saya berterimakasih dengannya tapi, saya tidak tahu bagaimana caranya untuk bicara. Kami berdiam sejenak untuk beristirahat, bingung sebenarnya untuk melakukan apalagi. Belum lagi kelelahan yang tadi dialami baru saja berakhir. Dalam hampa dan sunyi tiba-tiba saja ia mulai mengambil arah untuk menempatkan tubuhnya di hadapan saya. Saya pikir, apa 20 | AGUSTUS

yang akan dia lakukan? Tapi memang sedari tadi kami hanya diam, sebab mana tahu saya bagaimana cara dia berkomunikasi? Toh kehidupan macam dia pun baru tadi saya temui keberadaanya! Kini ia ada di hadapan saya dan ia diam. Saya hanya merasakannya kebingungan, mau apa dia? Apa maksudnya? Kenapa ia terus memperhatikan? Saya hanya tertunduk saja, mungkin saya sudah malas untuk menimbang-nimbang sesuatu, bodoamat lah! Namun sejenak saya tertunduk, genggamnya malah meraih tubuh saya, dengan tenaga yang lebih besar nampaknya ini terasa seperti cengkraman, bukan genggam biasa! Ia semakin dekat, jarak diantara kami semakin rapat dan…. “Blarrrr!” Suara tersebut mengiringi peraduan antara tubuh kami berdua… Ia baru saja menghantamkan tubuhnya kepada tubuh saya, kami berdua tidak hancur. Justru yang baru saya ketahui, saya dan dia kini melebur menjadi satu. Rasanya tidak sakit, biasa saja tapi kejadian tadi membuatnya kini telah menghilang dan malah menjadikan tubuh saya yang menjadi semakin besar, aneh sekali! Benar-benar aneh, sebegitu anehnya sampai baru saya sadari bahwasanya hal seperti ini bisa terjadi kepada diri saya sendiri. Saya betul-betul tidak mengenali siapa diri saya sebenarnya! Begitu yang saya rasakan sekarang. Coba bayangkan, ada kehidupan lain yang kini bersemayam di dalam diri


KKMB 2019 saya. Saya merasakan energinya mengalir halus menjalari tiap-tiap bagian tubuh saya, semakin hari semakin berkembang dan mulai membuat perbedaan yang makin jelas tertampak pada diri saya. Saya merasakan betapa ada sesuatu yang mendesak keluar pada bagian kanan dan kiri tubuh saya, saya juga merasakan perlahan ada dua perasaan asing yang mulai menusuk-nusuk paksa bagian bawah tubuh saya. Keduanya semakin menjadi di tiap-tiap waktu berlalu. Ketidaknyamanan tersebut pada akhirnya melahirkan beberapa bagian baru yang kini telah melekat di tubuh saya, ada dua di tengah agak keatas dan sisanya dibawah. Hei! Saya dapat merasakannya, saya dapat merasakan suatu hal baru, ini aneh sekaligus membahagiakan. Saya dapat menggerakannya, saya dapat menggerakannya untuk menyentuh dindingdinding ruang hampa yang sudah cukup lama menjerat saya. Sungguh, bahagia sekali rasanya. Waktu-waktu kian berlalu, membosankan. Sudah sangat cukup lama saya terjebak disini, sedikit perbedaan yang mesti dijelaskan adalah saya rasa tubuh ini selalu dan perlahan semakin membesar. Oh ya, ruang ini menjadi semakin sempit rasanya, saya mulai tidak nyaman. Saya ingin selalu merubah posisi, bergerak kesana kemari. Namun hal tersebut sulit rasanya, ada sebuah tali yang entah kapan tumbuh dan mengikat bagian tengah tubuh saya.

Belum lagi terkadang terdengan sebuah gemuruh yang saya tidak tahu asalnya dari mana, terdengar dan terus menggetarkan tubuh saya. “Dug, dug, dug…” suara tersebut kerap terdengar sebelum getar dan gemuruh mulai meggetarkan tubuh ini. Suara apa ya? Ah tidak tahu, saya tidak pernah mengerti dan hanya dapat merasakannya. Ya hanya merasakaannya, sampai saat ini hal yang paling saya pahami dan mengerti adalah soal rasa. Misalnya, belum lama kemarin saya merasakan sebuah wujud maha agung membelai dan menitihkan kasih sayang yang mendalam. Member arti dan berpesan dengan lembut kepada saya, “Besarlah dan berbangga, pijaklah perlahan cahaya kelak. Kesempurnaan dan cinta menyertai. Ingat terus hal ini dan tentunya ingat jua siapa yang mengatakannya, sampai kapanpun!.” Begitu kiranya ia berpesan saat itu, tapi tidak tahu. Kan saya hanya bisa merasakan, bukan mengerti dan memahami. Saat menerima pesan tersebut, kilaunya bukan main. Ya, walau hanya sebentar saya dapat terus mengingatnya. Ia sungguh luar biasa. Tak lama, saya merasa terhempas dan kembali dalam kegelapan. Ya, yang berulang saya katakan, begitu sangat membosankan. Dimana cahaya yang dijanjikannya? Inilah sebuah pertanyaan mengerikan. Bukan

LPM DIDAKTIKA UNJ |

21


WARTA PK perkara gelap dan kebosanan semata, saya baru berani bertanya hal tersebut setelah begitu lama dan betapa menyakitkannya ketika kemarin sebuah aliran yang terasa mengalir dan membelai perih tubuh-tubuh saya yang terhimpit di ruang mengerikan ini. Belaiannya terasa perih dan menyiksa tubuh ini, sedikit demi sedikit dan mulai merendam semakin dalam. Tidak ada yang bisa dilakukan, saya kan sudah terjebak. Hal paling mungkin yang dapat dilakukan adalah membuatnya sedikit terasa lebih baik, kirakira hanya bergerak seadanya. Disini kan begitu sempit akhir-akhir ini. Namun, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya gerakan sedikit yang saya lakukan adalah permulaan akan sebuah getaran dan gemuruh yang akan terjadi selanjutnya. Jadi, tidak akan lebih baik bagaimanapun caranya. Dalam siksa ini saya mencoba bertahan, sangat dan sangat lama! Dimana sang maha agung yang begitu berkilau? Iya berjanji soal cahaya kelak. Yang saya rasakan, mungkin cahaya adalah sebuah jalan keluar dari hal-hal mengerikan yang terus saya alami selama ini, ya walau masih sekedar mungkin. Tapi dimana wahai engkau? “Huuuu, huuuu, huuuuu” Hah!? Apa itu? Saya tidak mengenal hal tersebut. “Dug! dug! dug!” Gemuruh dan getar itu terdengar lagi, saya merasakannya… Namun, 22 | AGUSTUS

“Huuu, huuu, huaaa!” Hah saya terkaget-kaget di dalam ruang yang semakin sempit ini Berkali-kali gemuruh dan getaran yang terjadi, berkali pula saya merasakan sebuah hal aneh yang menyusup masuk kedalam sisi kanan kiri kepala ini. Seperti tadi, hanya huuu… huuu.. dan huu…. Hal aneh macam apalagi ini? Gumam saya yang kini semakin sulit untuk bergerak. Hah? Apa itu kenapa kepala saya terasa seperti ini, rasanya seperti ada yang mengalir masuk kedalamnya lewat sisi kanan maupun kiri! Saya takut, sungguh takut. Lagi-lagi sebuah hal baru saya rasakan, saya benar-benar tidak mengerti. Mengapa selalu terjadi hal-hal seperti ini? Seiring waktu berjalan semakin rajin halhal tersebut beriringan terjadi. Ya walau memang pada akhirnya akan menjadi rasa yang biasa saja, tapi tetap dalam setiap momen awal hal-hal baru tersebut datang, saya tetap merasakan ketakutan. Waktu kian berlalu, tiap hal-hal aneh tersebut terasa semakin berkawan. Sering terjadi dan semakin menjadi sebuah hal yang biasa saja. Oh iya, perlu diketahui tempat ini sekarang menjadi semakin dan semakin sempit. Saya sudah tidak dapat bergerak hanya dapat diam dan menerima segala kondisi yang ada. Namun, Saya merasa terguncang sangat


KKMB 2019 hebat! Tubuh ini terasa diguncang hantamkan kepada dinding ruang yang menjerat sekeliling tubuh saya. Ini berlangsung cukup lama sampai akhirnya saya merasakan ada sebuah tenaga besar yang ingtin melepaskan saya dari jerat ruang sempit ini, mungkin bukan sebuah hal ya? Tapi ruang ini sendiri yang sedang mencoba memuntahkan saya daripadanya. Saya merasakan bagian atas tubuh ini tersedot kuat kearah sebuah lorong yang tak asing lagi! Ya ruang ini dahulu pernah saya lalui, tapi sekarang menjadi sangat kecil! Dahulu saya masih dapat bertarung adu cepat dan di tempat ini dengan jutaan mereka yang dulu pernah ada. Tapi, astaga sungguh ini menyakitkan. Bagian atas tubuh saya terasa terjepit sangat hebat, sakit sekali. Semakin tersedot kedalam pipa tersebut, semakin saya merasakan riuh ramai yang mungkin kemarin saya rasakan tidak terlalu jelas. Suara huu.. huu.. huu terdengar lagi namun dengan isak dan jerit yang masuk mengalir kedalam kepala saya lewat sisi kanan kirinya. Apa itu? sungguh mengerikan rasanya. Kini saya rasakan, bagian tengah dan bawah tubuh saya mulai menelisik masuk kedalam lorong sempit ini. Sakitnya kini semakin terasa, saya takut dan benar-benar takut. Saya berusaha menggerakan dua bagian tubuh saya yang bawah, saya pikir ia cukup kuat untuk meredam dan melawan rasa sakit yang kini telah menyiksa saya. Kepala saya terasa semakin terjepit dan

semakin sakit. Namun, saya rasakan ada sebuah cahaya putih yang mulai pelan-pelan berpijar. “Inikah janjinya?” Saya sangat haru ketika merasakan cahaya tersebut… Benarkah ini hal yang dahulu saya rasa telah dijanjikan oleh sang maha agung yang berkilau itu? Entahlah, walau saya tidak mengenalinya ia sangat dapat dipercaya. Dalam ketakutan ini, saya justru merasa haru karena kedatangan cahaya tersebut, luar biasa rasanya. Dan ya, satu lagi tiba-tiba saja saya merasakan beberapa ruas di bagian atas tubuh saya dapat digerakan. Terasa ada dua di bagian depan dan dapat mengalirkan suatu hal yang saya tidak mengerti namanya serta satu di ruas bawahnya yang dapat menciptakan… “Huuuu…. Huuu…. Huuuuu!!!!” Persis seperti yang sebelumnya saya rasakan, hal tersebut juga dapat menelisik kedalam bagian atas tubuh saya lewat sisi kanan kirinya! Saya merasa terhempas lepas masuk kedalam cahaya yang benar-benar mengasyikan rasanya, disini sangat lega tidak seperti tempat-tempat yang lalu. Sungguh saya sangat senang sekarang, saya merasakan ada dua kehidupan yang kini ada disekitar saya. Sebuah benda besar yang bentuknya sama seperti yang saya miliki di kanan dan kiri bagian tengah tubuh saya terasa menadahkan dan mendekap hangat tubuh ini. Saya tidak mengenali bentuknya,

LPM DIDAKTIKA UNJ |

23


WARTA PK yang saya rasa hanyalah sebuah cahaya dengan bentuk yang entah seperti apa. Ini baru saya alami kali ini. Sebuah benda yang sejak lama mengikat bagian tengah agak kebawah tubuh ini mulai dilepaskan oleh benda besar yang kini sedang menadahkan tubuh saya. Digunakannya dengan benda dingin yang menjepit ikatan tersebut, hanya sejenak namun ketika dilepaskan agak sakit rasanya. Kemudian perlahan ditancapkannya benda kecil yang terasa sedikit sakit ketika tersentuh juga seiring dibelakangnya sebuah benda yang sangat tipis panjang menjuntai dan terasa geli saat mulai terasa menjamahi tubuh saya. Lepas itu ia bergerak menadahkan tubuh saya dan entah kemana, saya masih ber...

Pelukan itu berganti dengan sekeliling benda asing baru, benda yang tak keras namun tak juga lembut. Rasanya disini agak tidak nyaman dan menyenangkan, aroma yang mengerikan serta cahaya yang mendekap sedari tadi kini kembali berganti gelap. Saya takut dan hanya bisa menggumam huu! Dan huu! Terus menerus. Sampai saat esok cahaya tersebut nyatantya kembali hadir, sekeliling bentuk serupa dengan saya terus berdatangan mengelilingi. Banyak ucap-ucap yang tidak saya mengerti, kebanyakan yang saya tangkap berbunyi… “Ada anak dibuang, Ada anak dibuang, Ada anak dibuang!” Ya kira-kira seperti itu, mereka bilang itu saya.

Apis Jiung huuu!!!” Salam dari galaksi tetangga, Bekasi.

“Huu… huuu… dan Menyenangkan sekali rasanya! Sampai segala proses yang benarbenar awam di dalam alam pikiran maupun jiwa saya terus berlalu dan terus berganti, selalu baru dan asing. Sampai pada saat pelukan hangat membawa saya kepada perjalanan yang entah kemana, saya rasa ini bagian luar dari rumah terdahulu saya bersemayam tersesat dengan waktu yang cukup lama. Saya kenal betul aromanya, saya kenal betul jiwanya. Saya tak khawatir kemana ia akan membawa saya sampai pada saatnya…. 24 | AGUSTUS


KKMB 2019

Pertemuan

Imtitsal Nabibah Ada dia yang kutemui dengan setelan preman tergerai dan rokok di tangannya Ada dia yang kutemui di antara buku berbicara melulu dan rokok di mulutnya Ada dia yang sengaja kutemukan saat terjebak masa lalu permainan akhirnya dia merokok Ada dia yang kutemukan sehabis matahari terbenam sambil menyibak rambut gitar dan rokok Diadi adiad ia Ah Kosong-isi Panas-dingin Tak ada celah Mana bisa Tak pernah waktu berkenan Habis cara 29/01/2019 304

LPM DIDAKTIKA UNJ |

25


WARTA PK

NANTIKAN WARTA PKKMB EDISI 2 2019!!! SALAM BERPIKIR KRITIS DAN MERDEKA, KAWAN!

26 | AGUSTUS


KKMB 2019

SEKILAS DIDAKTIKA

LPM DIDAKTIKA UNJ |

27


WARTA PK

28 | AGUSTUS


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.