Warta PKKMB 2018 Edisi I

Page 1

WARTA 2018 || LPM DIDAKTIKA ||

1


2

|| LPM DIDAKTIKA || WARTA 2018


SAPA RE DAKSI

SUSUNAN REDAKSI

SAPA REDAKSI !!!

PEMIMPIN REDAKSI YULIA ADININGSIH SEKRETARIS REDAKSI ULY MEGA SEPTIANI REDAKTUR PELAKSANA ILHAM ABDULLAH TATA LETAK ILHAM ABDULLAH REPORTER AHMAD QORY HADIANSYAH ILHAM ABDULLAH ADITYA SEPTIAWAN FAISAL BACHRI LUTFIA HARIZUANDINI MUHAMAD MUHTAR EDITOR YULIA ADININGSIH MUHAMAD MUHTAR MUHAMMAD RIZKY SURYANA ULY MEGA SEPTIANI ANNISA NURUL HIDAYAH SURYA MUHAMAD MUHTAR MUHAMMAD RIZKY SURYANA

SALAM PEMBEBASAN

Pembukaan PKKMB berlangsung hari ini. Itu berarti kawan-kawan semakin dekat dengan dunia perkuliahan yang penuh atas komersialisasi . Ada tiga jurusan yang baru dibuka, namun harga kuliah tak berarti murah seperti membeli rokok . bayar mahal dapat apa? fasilitas pun tak ada. Lalu anda bangga jadi mahasiswa? kami merasa terenyuh bila itu yang kawan-kawan mahasiswa 2018 rasakan. Selanjutnya kami sajikan dalam seklumit berita yang berisi Rubrik Utama keluhan mahasiswa terhadap prodi baru. Opini 1 Mahasiswa, Liqo dan Politik Kampus. Opini 2 FMI dan Pergerakan di UNJ. Dan ada beberapa karya sastra. Selamat membaca kawan!

IKLAN ILHAM ABDULLAH

IDENTITAS REDAKSI SEKRETARIAT Gedung G lt. 3 Ruang 304, Kampus A Universitas Negeri Jakarta E-mail lpmdidaktikaunj@gmail.com Website www.didaktikaunj.com

DAFTAR ISI Cover Open Recruitment Opini 1 Laporan Utama Opini 2 Sastra Profil UKM Iklan

1 2 4-5 6-7 8-10 11-13 14 15

Facebook/Twitter/Instagram LPM DIDAKTIKA UNJ/@lpmdidaktika/ @lpmdidaktika

WARTA 2018 || LPM DIDAKTIKA ||

3


OPINI

1

www.google.com

beberapa murabbi yang didatangi hanya sebatas kader organisasi keislaman yang hanya kecemplung ikut-ikutan lalu sudah ditugaskan untuk mengajari mahasiswa baru, bahkan mereka tidak memahami penuh ilmu agama yang akan diajarkan. Mereka biasanya yang baru dilatih kurang dari satu tahun. Ini akan berakibat fatal untuk para mahasiswa baru, sebab materi yang disharing dalam liqo hanya sebatas basic lalu terpaksa di teruskan dengan mengasal, alih-alih sebatas memperlihatkan eksistensi dan popularitas tanpa pematangan materi sebelumnya.

Mahasiswa, Liqo, dan Politik Kampus

Entah kepentingan mana yang ditujukan dalam liqo-liqo an ini, mencerdaskan pemikiran keagamaan Dalam mengkaji agama, kita diharapkan bisa para mahasiswa baru atau hanya bentuk kaderisasiww mendapatkannya secara detail dan menyeluruh. Sebab, organisasi keislaman dan dedengkot eksekutif saja. Alilmu-ilmu itu yang diharapkan bisa menghantarkan hasil seiring berjalannya waktu para mahasiswa baru kita melewati kesesatan dunia. yang menyadari tujuan dari perkumpulan lingkaran itu memilih untuk keluar dan masuk kedalam organisasi Namun, banyak sekali ruang dakwah yang yang sesuai dengan bidang mereka. malah bertentangan dengan tujuan awal mereka, yaitu menuntun, menunjuk dan membimbing peserta kepa- Adapula jenis pengajaran yang bersifat doktrin, da ajaran-ajaran agama. Lain dari itu, malah membuat di dalam liqo para murabbi mengkaji suatu materi naanggotanya tersesat hingga masuk kedalam tujuan ba- mun hanya boleh menggunakan sumber buku ataupun til partai politik. kitab yang di rekomendasikan oleh murabbi. Misalnya buku fikih hanya boleh membaca mazhab Syafi’i atau Liqo atau nama lain dari halaqah dan mentor- Hambali, selain itu dilarang membacanya. Sekadar ing, mungkin sudah tidak asing terdengar di telinga baca untuk perbandinganpun dilarang, karena selain para mahasiswa, tujuannya memang tepat untuk me- itu takut dianggap sesat dan radikal. Bahkan diluar liqo nyentuh kalangan terpelajar. Sebab, pada masa pera- para muridnya pun dilarang untuk membaca buku-buku lihan ini mereka bisa digunakan sebagai media untuk yang dianggap tak bermanfaaat sekadar membaca novmemperluas suatu perkumpulan misalnya organisasi el ataupun biografi tokoh pahlawan dan sejarah yang keislaman yang berbau politik praktis. berbeda agama, seperti buku perwayangan. Sudah tidak heran lagi, dalam pembentukan liqo yang biasanya dibuat pada saat penerimaan mahasiswa baru, sangat berkesan memaksa. Masingmasing mahasiswa baru yang menganut agama islam diwajibkan untuk membuat lingkaran yang terdiri dari 5-10 mahasiswa, lalu mereka dibimbing dan difasilitasi oleh seorang Murabbi (pemimpin liqo). Biasanya murabbi tersebut diisi oleh kakak tingkat sefakultas yang telah terikat pada organisasi keislaman, minimal mereka telah terdaftar sebagai anggota forum dakwah masjid fakultas dan maksimalnya mereka telah menjadi anggota HMI, PMII ataupun KAMMI.

Ada juga dalam sesi pencekokan materi yang melarang para murid untuk menyampaikan pendapat pribadi. Murabbi selalu menakuti dan beralasan agar pemikiran mereka tidak terjajah, sebetulnya cara inilah yang membuat pemikiran para muridnya terjajah. Murabbi takut pemikiran mereka terbuka luas, ia menggiring opini kesatu dimensi tanpa ada perbandingan lain. Akibatnya para murid hanya mendapatkan kebenaran yang pasif atau kebenaran yang tak bisa diganggu gugat.

Disinilah dasar timbulnya kasus ikut-ikutan, pemimpin memerintahkan sesuatu, semua harus nurut Bahkan kesan seadanya muncul, ketika ada dan gak boleh berkomentar. Misalnya ketika murabbi

4

|| LPM DIDAKTIKA || WARTA 2018


memerintahkan untuk ikut dalam demo yang sering diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), namun karena yang mengetuai pergerakan aksi itu dari kalangan mereka (anggota LDK), maka lagi-lagi pesertanya juga hanya dari kalangan mereka. Para mutarabbi (peserta liqo) seakan tidak bisa menolak dan langsung percaya seratus persen tanpa mengkaji akar permasalahannya. liqo memang sengaja membuat daya fikir yang seakan kritis dan militan, namun itu hanya dibuat-buat lalu mengiming-imingi bahwa yang ikut didalam demo tersebut adalah orang yang benar atau orang yang telah terpilih dan termasuk umat yang berjihad menentang tirani. Belum lagi jika diselipkan persoalan-persoalan politik. Dalam wawancara dengan seorang ukhti (sebutan bagi wanita) mahasiswa unj, yang sudah memulai liqonya dari masa SMP namun harus berhenti liqo pada awal kuliah karena satu dua hal yang menyebalkan, ia mengatakan salah satu penyebab meninggalkan liqo adalah penanaman unsur politik didalamnya. Awalnya ia menjadikan liqo sebagai media belajar ilmu-ilmu islam seperti aqidah dan fikih, apalagi murabbinya yang sudah dianggap sebagai pacuan dalam mendalami ilmu agama. Namun, lama kelamaan ada yang aneh di tiap materi yang diberikan. Puncaknya, Ia menyadari ketika murabbinya getol untuk mempromosikan temannya agar dipilih dalam pemilihan badan eksekutif kampus.

atas dasar itulah ukhti ini memutuskan untuk mengambil jalan ekstrim (bagi pandangan mereka) untuk berhenti dan tidak mau ikut lagi dengan grup liqo kampus. Ia kecewa dan merasa semua grup liqo di dalam kampus sudah tidak pure hanya mengkaji ilmu agama, semuanya telah terkotori oleh kepentingan-kepentingan politik organisasi keagamaan. Itu baru satu kasus ekstrim, ada banyak kasus lainnya yang dapat dilihat dengan jelas. Parahnya ketika sudah memiliki sebutan liqo garis keras, mereka para anggota yang tegabung di grup liqo kampus lebih mementingkan perkataan murabbinya ketimbang orang tua. Bagaimanapun keadaannya, mau hujan ataupun badai sekalipun mereka harus tetap datang ke agenda liqo tersebut. Akibatnya mereka seperti sedang memenjarakan pikirannya sendiri, mereka tidak mau mempercayai informasi dari luar kelompok liqo, yang penting murabbi berbicara logis, ya diterima. Alhasil mereka menjadi bodoh dan keras kepala, karena tidak dapat membedakan mana fakta mana ngaco.

Jadi bisa dibayangkan bagaimana peranan tokoh liqo bermain dibelakang untuk merubah kepribadian orang, ke arah penyadaran-penyadaran yang telah digiring, memandang perbedaan politik dan agama sebagai sebuah musuh, ini akan menimbulkan berbagai Hal ini sangat disayangkan, murabbi dan teman- perpecahan. Semua itu telah direncanakan pada kurikuteman mentor lainnya mempergunakan media dakwah lum liqo yang telah dibuat oleh murabbi dan teman-teliqo sebagai ajang promosi jabatan. Pada saat itu mu- man mentor. Namun jangan salahkan liqo, yang berhak rabbi memegang jabatan ketua badan eksekutif prodi, menjadi musuh adalah orang-orang yang telah menglalu ia mempergunakan jabatan itu untuk mempenga- gunakan media dakwah seperti liqo untuk kepentingan ruhi mahasiswa jurusannya, agar memilih teman dekat- pribadi maupun perkumpulan tertentu. nya yang ingin mencalonkan sebagai badan eksekutif Sebelum terlambat sebaiknya mulailah merawat pikiran fakultas. Bodohnya lagi, murabbi dan mutarobbi (sebu- dengan tidak mudah menyerap informasi dari kalangan tan peserta liqo) lainnya mempergunakan acara masjid agamis kampus yang mengiming-imingi jauh dari kesuntuk promosi jabatan. esatan dunia, melalui penyadaran organisasi-organisasi yang tertutup dan berbahaya Bukan hanya itu, murabbinya juga kerap kali menyelipkan isu pilitik nasional disela-sela materi. menurutnya, sang murabbi keliatan betul tidak mengetahui aspek-aspek politik, namun tetap membahas dan menjadikan pembicaraannya sebagai acuan. Misalnya, dalam pemilihan kepala daerah 2015, murabbi mem- Penulis : Ilham Abdullah berikan suguhan politik kepada mutarabbinya. Editor : Hendrik Yaputra

WARTA 2018 || LPM DIDAKTIKA ||

5


LAPORAN UTAMA

Uang Kuliah Tinggi, Fasilitas Minim

gan UKT terkecil adalah Rp 500.000 dan terbesar men-

Tahun ini menjadi tahun pertama Program Studi (prodi) Ilmu Komunikasi didirikan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Walaupun terbilang baru, prodi Ilmu Komunikasi ini sangat digandrungi para calon mahasiswa baru. Pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), jumlah pendaftar prodi Ilmu Komunikasi mencapai 4.989 peserta. Pembukaan prodi baru ini tidak terlepas dari status UNJ saat ini, yaitu BLU. Dengan status tersebut, UNJ boleh membuka prodi baru melalui persetujuan Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (kemenristekdikti). Pada 2017 Menristekdikti mengeluarkan SK nomor 355/KPT/1/2017 tentang izin pembukaan Prodi Ilkom di UNJ. Namun, kehadiran prodi ini menuai berbagai kritik dari mahasiswa. Salah satunya Asrul Pauzi Hasibuan, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Ia berpendapat bahwa pembentukan prodi ini terlihat terburu-buru. Hal itu terlihat dari ketiadaan ruangan praktik. Selain itu, berdasarkan temuan di prodi Ilmu Komunikasi, mahasiswa yang mendapat UKT golongan VIII termasuk banyak dibanding prodi lainnya. Ia berasumsi mahasiswa dibebani Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang besar demi tercapainya fasilitas penunjang prodi ilmu komunikasi yang sampai saat ini belum tersedia. Senada dengan Asrul, Alvira Inez mahasiswa prodi Pendidikan Sosiologi 2017 mengatakan, Mahasiswa pastinya dibebani dengan UKT yang tinggi demi menunjang fasilitas yang belum tersedia di prodi Ilmu Komunikasi. “Apalagi Ilmu Komunikasi termasuk prodi favorit, bayar UKT mahal tidak masalah,� tuturnya. Prodi Ilmu Komunikasi sendiri memiliki beberapa golongan Uang Kuliah Tunggal (UKT). Dilansir dari laman penmaba.unj.ac.id, biaya UKT untuk prodi Ilmu Komunikasi terbagi menjadi 8 golongan. Golon6

|| LPM DIDAKTIKA || WARTA 2018

capai Rp 7.300.000. Berdasarakan data yang didapatkan dari Badan Eksekutif Mahasiswa Prodi (BEMP) Hubungan Masyarakat (humas). Jumlah Mahasiswa berdasarkan besaran UKT sebagai berikut : Golongan 1 Golongan II Golongan III Golongan IV Golongan V Golongan VI

4 Mahasiswa 2 Mahasiswa 15 Mahasiswa 2 Mahasiswa 1 Mahasiswa 6 Mahasiswa


Golongan VII Golongan VIII

0 Mahasiswa 6 Mahasiswa

nominya. Namun, setelah ia telah membicarakan hal tersebut bersama keluarganya. “Akhirnya keluarga su dah ikhlas mendapat golongan tersebut dan bersedia untuk membayar,” ucapnya. Seperti halnya Jessica, Pricilia Novi Febriani, mahasiswa baru ilmu komunikasi juga mendapatkan UKT golongan 8. Ia juga merasa keberatan dengan besaran tersebut. Ia menganggap UKT tersebut terlalu besar, mengingat kondisi ekonomi keluarga yang sedang tidak stabil, karena pendapatan orang tua yang tidak menentu. Bahkan, ketika ia mengikuti masa sanggah, besaran UKT yang didapat tidak berubah. UKT yang besar ini tidak menutup kekurangan fasilitas prodi yang baru dibuka ini. Kinkin Yuliaty, selaku Koor. Prodi Ilmu Komunikasi juga mengamini hal tersebut. Ia mengaku sedang berkoordinasi dengan pihak fakultas dan universitas untuk menyediakan ruang kelas, laboratorium praktik, dan alat-alat praktik. Ia mengatakan, “apabila belum terpenuhi kami akan berencana membuka kerja sama dengan beberapa Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) yang berkaitan dengan disiplin ilmu komunikasi.”

Berdasarkan data di atas, mahasiswa yang mendapat UKT golongan III-VIII berjumlah 30 mahasiswa. Jumlah tersebut didominasi UKT golongan III, yaitu sebanyak 15 mahasiswa. Sedangkan, mahasiswa yang mendapat UKT golongan I-II hanya 6 mahasiswa. Beberapa mahasiswa mengeluhkan besaran UKT yang didapat. Jessica Lea Alexander Dien, mahasiswa baru Prodi Ilmu komunikasi mengaku, mendapat UKT golongan 8. Ia pun mengaku kaget ketika mendapatkan UKT tertinggi tersebut. Padahal,menurutnya ia telah mengisi form UKT sesuai dengan kemampuan eko-

Muhammad Zid, Dekan Fakultas Ilmu Sosial mengaku telah mengajukan fasilitas penunjang akademik seperti kelas, laboratorium, dan alat praktik. Ia mengatakan bahwa pihaknya telah mengajukan hal tersebut kepada pihak universitas. Selain itu, kebijakan daya tampung juga disesuaikan dengan ketersediaan ruang kelas. “Untuk tahun ini telah ditetapkan, satu kelas maksimal diisi 40 mahasiswa,” ucapnya.

Penulis Editor

: Ahmad Qori Hadiansyah : Uly Mega Septiani

WARTA 2018 || LPM DIDAKTIKA ||

7


OPINI

2

FMI dan Pergerakan di UNJ Banyak yang menganggap gerakan mahasiswa tidak perlu lagi dengan demo-demo ataupun aksi fisik lainnya. Mengingat di abad ke 21 ini gerakan media online dianggap lebih berpengaruh dan berdampak, walaupun saya tidak terlalu setuju dengan pernyataan itu, karena gerakan seperti turun ke jalan pun masih begitu penting. Contohnya, pada 30 Mei 2016 ribuan mahasiswa UNJ turun ke depan rektorat menuntut dicabutnya uang pangkal sebesar 15 juta rupiah yang akan ditujukan untuk mahasiswa baru jalur mandiri tahun 2016. Padahal di dalam Uang Kuliah Tunggal (UKT) tidak boleh ada pungutan-pungutan yang lainnya, sesuai namanya Uang Kuliah Tunggal. Selain tuntutan uang pangkal, masa aksi pun menuntut diturunkannya biaya kuliah yang berbentuk UKT. Pasalnya, UKT pada 2016 mengalami kenaikan yang cukup tinggi, bahkan UKT golongan 8 mencapai angka 10 juta dan dampaknya mencekik mahasiswa. Ketika aksi itu, pintu rektorat hampir hancur oleh masa aksi yang masif, aksi tersebut berhasil membuat tekanan hebat terhadap rekorat. Aksi tersebut pun berhasil dan tuntutan mereka dipenuhi dengan dicabutnya uang pangkal dan juga diturunkannya biaya UKT. Hal tersebut membuktikan bahwa gerakan fisik masih dibutuhkan untuk menekan para pemimpin yang sewenangwenang dan tidak memperdulikan nasib orang lain. Pada saat itu UNJ sedang panas situasinya. Mulai dari tindakan mantan rektor Djaali melakukan nepotisme seperti mengangkat kepala prodi Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pernah memiliki sebuah aliansi mahasiswa yang dina- sesuai dengan keinginannya, hingga Djaali melaporkan makan Forum Militan dan Independen (FMI). Aliansi dosen dan mahasiswa ke polisi ketika dosen tersebut tersebut hadir pada tahun 2017 yang berisikan sejumlah melakukan kritik atas tuduhan pencemaran nama baik. elemen mulai dari mahasiswa, dosen, pedagang yang Menanggapi situasi yang kian memanas, pada digusur di parkiran spiral, hingga karyawan yang khu- susnya di bidang kebersihan. FMI sendiri terlahir kare- tanggal 17 Mei 2017 FMI mengadakan mimbar bebas na keresahan elemen-elemen tersebut terhadap situasi di Teater Terbuka. Disana dirumuskan 8 isu terkait kehidupan masyarakat UNJ yang akan ditelusuri dan diyang terjadi di UNJ. angkat. Awal Terbentuknya FMI dan Dinamika

8

|| LPM DIDAKTIKA || WARTA 2018


ramai dibicarakan adalah Sumbangan Pengembangan Universitas (SPU) untuk mahasiswa baru khusus jalur mandiri. Mahasiswa tidak berdaya dalam pembuatan kebijakan di UNJ. Mahasiswa hanya ada untuk menerima kebijakan yang ada. Yang kedua adalah permasalahan UKT, permasalahan UKT masih terjadi hingga sekarang. Seperti yang terjadi pada saat verifikasi UKT pada 12-13 Juli 2018 seorang calon mahasiswa baru dikenai UKT sebesar 4,5 juta. Menurutnya pengasilan sebulan orang tuanya hanya berkisar di 3 jutaan, namun pada saat verifikasi anak tersebut tidak dapat diturunkan UKT nya. Hal ini membuktikan bahwa kampus tidak ramah kepada orang miskin dan tidak peduli dengan nasib mahasiswa tersebut. Dalam isu KKN, Djaali diduga melakukan nepotisme. Hal ini dibuktikan dua anaknya yaitu Baso Maruddani dan Wahyuningsih. Baso diangkat sebagai staf penglola keuangan UNJ pada 2017 dan Wahyuningsih diangkat sebagai dosen Fakultas Ilmu Olahraga (FIO) pada awal tahun 2016 padahal pendidikan Wahyuningsih adalah strata satu. Selain dua anak kandungnya, Djaali pun mengangkat menantunya yaitu Bazzar Ari Mighra, terdapat kejanggalan dalam pengangkatan Bazzar, ia menjadi dosen FIO padahal latar belakang ia adalah dokter yang tidak mempunyai korelasi dengan kebutuhan FIO Setelah mengadakan mimbar bebas di Terbuk, FMI kembali menggelar aksi serupa di Tugu UNJ den Delapan isu tersebut ialah: Demokrasi Kampus; gan tema Parade Cinta Rakyat UNJ (PACAR UNJ). Sarana dan Prasarana; Uang Kuliah Tunggal (UKT); Banyak dosen dan mahasiswa menyampaikan asKorupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN); Kesejahter- pirasinya. Pada saat aksi tersebut dirumuskan delapan aan Karyawan; Masa Pengenalan Akademik (MPA) ; tuntutan dan dikenal dengan (PANTURA) delapan tunTransparansi dan Anggaran; serta Tata Kelola Kampus. tutan itu ialah : Sebenarnya beberapa isu tersebut sudah ada dari dulu Pertama, menuntut Menristekdikti untuk mengadili pelanggaran akademik yang dilakukan oleh Dir. Pasca dan sampai sekarang masih bermasalah Sarjana dan Rektor UNJ. Mulai dari demokrasi kampus, sampai sekarang Kedua, menghentikan praktik Nepotisme yang terjadi kebijakan yang ada di rektorat tidak pernah dibicara- di UNJ. kan terlebih dahulu dengan mahasiswa ataupun kary- Ketiga, mendesak rektor mencabut pelaporan yang diawan yang ada di UNJ. Contoh yang sekarang sedang lakukan terhadap dosen. Keempat, menindaklanjuti temuan BPK RI tentang WARTA 2018 || LPM DIDAKTIKA ||

9


pengelolaan intangiable assets di UNJ. Kelima, mendesak Rektorat mencabut sistem UKT yang dinilai menyimpang dr tujuan awal. Keenam, mendesak Rektorat memperbaiki fasilitas serta menyediakan fasilitas bagi difable di UNJ Ketujuh, mendesak Rektorat mengembalikan fungsi MPA kepada mahasiswa Kedelapan, memberikan dan melakukan transparansi penggunaan dana kepada civitas akademika UNJ. Namun setelah tersebar tuntutan-tuntutan FMI tersebut Gerakan FMI pun banyak mengalami halangan, mulai dari dilarangnya diskusi di puri lingua oleh dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), dekan FBS tersebut pun menuduh gerakan FMI sebagai gerakan yang subversif. Masalah di FMI sendiri pun bukan hanya dibubarkannya diskusi. Namun terdapat aliansi di dalam aliansi. aliansi tersebut adalah aliansi dosen padahal sebelumnya dosen telah tergabung dalam FMI. Hal ini dibuktikan dengan press release yang dibuat oleh gerombolan Dosen tersebut tidak dibicarakan dengan aliansi FMI, karena arogansi yang ditunjukan dosen-dosen tersebut 8 tuntutan yang sudah disepakati tidak terekspos oleh media nasional. Pada saat itu yang terekspos hanyalah dosen yang diancam masuk penjara. Saya melihat dosen dosen yang tergabung di FMI hanya sekedar memanfaatkan FMI supaya tidak merasakan jeruji besi. Karena idealnya suatu aliansi haruslah kuat dan dapat bergerak bersama-sama. Arogansi lainnya ditunjukan oleh BEM UNJ dimana dia mengklaim gerakan pada saat itu adalah murni hasil usaha BEM UNJ. Hal ini seperti mengkhianati Aliansi FMI yang berisikan bukan hanya dari BEM saja. Salah satunya bisa dilihat dari REPUBLIKA. co.id dimana judul dari artikel tersebut ialah 7 Tuntutan BEM UNJ Terkait Pemecatan Rektor UNJ. Hal ini sangat membuktikan arogansi BEM UNJ yang telah mengkhianati aliansi yang dibangun atas semangat kolektif. Pada saat itu setelah rektor Djaali dipecat tuntutan FMI menjadi tujuh dan dikenal dengan Tugu Rakyat UNJ

10

|| LPM DIDAKTIKA || WARTA 2018

Kematian FMI FMI dianggap sebagai corong perjuangan di UNJ namun setelah rektor mundur gerakan FMI menjadi tidak terlihat, sudah tidak ada lagi diskusi ataupun mimbar bebas yang diadakan oleh FMI terhadap situasi kampus. Orang-orang yang masa awal FMI berdiri pun sudah banyak yang telah lulus kuliah. Sebenarnya tongkat estafet kepemimpinan FMI telah diberikan kepada yang lebih muda, dan aliansi tersebut di sebut FMI Muda. Mungkin orang-orang yang tergabung dalam FMI muda sekarang telah sibuk dengan perkuliahan mereka dan melupakan suatu gerakan yang cita-cita awalnya menjadi corong pergerakan di UNJ. Seharusnya mereka mampu membuat aliasi tersebut tetap solid. Untuk membuat aliansi tersebut tetap solid saya pikir mereka harus sering mengadakan diskusi rutin mengenai situasi kampus yang ada di UNJ sehingga gerakan mereka bukan hanya ada di grup Whatsapp. Mereka harus terus mengawal kebijakan-kebijakan yang ada di UNJ. Saya yakin jika aliansi mereka tetap kuat SPU mungkin tidak akan diberlakukan pada tahun ini.

Penulis Editor

: Aditya Septiawan : Faisal Bahri


SASTRA

Tutut Ingin Kuliah *Aditya Septiawan

Suasana berdebu di jalanan Jakarta membuat Tutu menjadi lebih bersemangat dalam memacu sepada bututnya. Pria tersebut memiliki wajah garang dan berkulit hitam, layaknya Erik Killmonger yang menjadi musuh T’Challa dalam film Black Panther. Hari ini adalah hari terakhirnya untuk Ujian Nasional (UN) SMA. Hari-hari yang membosankan di masa SMA akan segera pergi. Hatinya begitu senang. Ia bisa mencari orang lebih tangguh darinya dalam berkelahi, mungin akan dia temukan di Universitas. Tutu dikenal sebagai pria yang sangat kuat di SMA-nya, pernah ia memukul dada seorang jagoan di SMA-nya hingga dada orang tersebut berbekas membentuk tangan Tutu, kata tutu itu adalah pukulan “cap”.

Dalam lamunannya tersebut ia ingat bagaimana ia di datangi bapaknya lewat mimpi “nak kalo sudah besar tolonglah jadi guru walaupun miskin kamu berguna, eh tapi kamu jangan miskin, kalo kamu miskin korupsi aja dana sekolahmu atau jual aja buku-buku. Kamu sendiri yang jual mahalin ya harga bukunya.” Beginilah pesan bapak Tutu lewat mimpi. Akhirnya Tutu pun langsung memantapkan pilihannya untuk menjadi guru dan ia tidak akan korupsi, karena teringat bagaimana bapaknya mati karena mencuri ayam paling indah kokokannya. Setelah berpikir lebih lanjut ia pun memutuskan untuk berkuliah di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengingat kampus tersebut dekat dari rumahnya dan juga termasuk kampus negeri. Akhirnya Tutu pun mempersiapkan untuk mengikuti SBMPTN, namun sayang ia tidak memiliki buku-buku tentang SBMPTN. Ia berpikiran untuk meminjam buku dari kaka kelasnya, tapi karena ia dikenal nakal, tidak ada yang ingin meminjaminya. Hal ini membuat Tutu bertekad mengumpulkan uang mengingat kondisi ibunya yang hanya berkerja sebagai tukang cuci baju dari tetangga yang satu ke tetangga yang lain. Tutu pun melamar kerja ke sebuah pabrik pembuatan batu bata, tanpa pikir panjang pemilik pabrik tersebut langsung menerima Tutu dilihat dari postur tubuhnya yang tegak dan berisi, mungkin ia akan menjadi karyawan yang cukup cakap di pabrik tersebut. Tutu pun bekerja bagai orang gila yang keserupan, kombinasi gila dan kesurupan adalah kerja dengan sangat hebat. Ia mampu menyelesaikan 60 batu bata dalam satu hari dan 1 batu bata dihargai 700 perak oleh sang pemilik pabrik.

Akhirnya Tutu sampai di parkiran SMA-nya, ia pun langsung menaruh asal sepedanya “ini tanah negara dan gua putra negara”. Kalimat itulah yang membuat dia merasa bebas melakukan apapun di negara ini. Walaupun Tutu pandai berkelahi dan nakal ia tetaplah siswa yang pintar, menurutnya berkelahi dan kenakalan hanyalah sebuah hobi. Hari ini adalah mata pelajaran Sosiologi, ia yakin bisa mengerjakannya, karena menurutnya soal UN adalah soal “sampah” dan sangat mu- Karena berkerja Tutu mampu menghasildah di kerjakan. kan 42.000 rupiah dalam sehari dan selama sebulan ia mampu menghasilkan uang sebanyak satu juta dua Waktu pun melesat tajam, Tutu pun akhirnya ratus enam puluh ribu, itu adalah uang yang paling selesai meyelesaikan UN. Setelah sampai di rumah banyak yang pernah ia pegang. Setelah sebulan berkTutu pun langsung memikirkan akan kuliah dimana dia. erja Tutu pun langsung memutuskan untuk keluar dari WARTA 2018 || LPM DIDAKTIKA || 11


pekerjaannya dan langsung mempersiapkan diri untuk Tutu sangat ingin diterima di kampus tersebut, ikut SBMPTN. akhirnya ia pun memutuskan untuk menaruh angka 1 juta, uang yang selama 1 bulan ia kumpulkan dengan Dari pabrik tempat berkerjanya ia langsung me- susah payah berkerja. Tutu sangat berharap untuk dapat macu sepedanya ke toko buku terdekat dan langsung di terima di kampus tersebut dan ingin membanggakan membeli buku dengan judul InsyaAllah lulus SBM kedua orang tuanya. Ia menganggap sepintar apapun cuy. Setelah membeli buku tersebut seharga dua hari dia yang bermain pasti uang. gajiny, Ia pun langsung pergi ke warung internet untuk mendaftar SBMPTN secara online. Akhirnya Tutu pun kembali belajar dengan semangat baginya ini adalah pertarungan hidup dan mati. Setelah membuka web SBMPTN hatinya lang- Tidak peduli kehilangan uang 1 juta rupiah yang pentsung diremukan oleh satu kalimat “maaf pendaftaran ing dapat diterima di kampus negeri yang katanya biaySBMPTN telah ditutup�. Hal ini membuat ia terdiam anya lebih murah dibandingkan kampus swasta. di depan komputer selama 60 menit. Selama 60 menit tersebut ia memikirkan kenapa ia tidak mendaftar Tak disangka waktu begitu cepat mengalir, Tutu setelah pulang kerja di hari pendaftaran masih dibuka berhasil menyelesaikan ujiannya dengan sempurna dan dan kenapa ia bekerja bagai orang gila yang keserupan. hanya tinggal menunggu hasil. Ia tak berhenti berdoa kepada Tuhan. Sekarang hanya Tuhan lah yang mam Namun, di menit ke 61 ia membuka web UNJ pu menolongnya. Tutu tak pernah lupa sholat 5 waktu untuk menenangkan hatinya dan wajahnya pun kem- dan berpuasa senin dan kamis. Setidaknya jika ia tidak bali tersenyum dan melihat pengumuman Penerimaan diterima lalu stress dan melupakan tuhan, ia telah ngMahasiswa Baru (PENMABA) UNJ yang akan dibuka umpulkan cadangan pahala. esok hari. Ia pun langsung pulang dan langsung tidur. Tanpa dibangunkan oleh ibunya Tutu bangun jam 4 pagi Akhirnya waktu pengumuman pun tiba. Tutu dan langsung mandi. Sehabis sholat Subuh Ia pun lang- pun langsung mengambil ga baku dit sepedanya dan sung mengayuh sepedanya ke warnet untuk mendaftar langsung pergi ke warnet yang penuh dengan bocah PENMABA, namun sayang warnet tersebut buka jam mesum. Di depan komputer Tutu langsung membuka 7 pagi sementara jam 5 pagi ia sudah di depan pintu web PENMABA dan langsung melihat apakah ia diteriwarnet tersebut. ma atau tidak. Ternyata Dewi Fortuna sedang berpihak kepadanya. Ia dinyatakan diterima dan siap ditempa Tutu pun menunggu selama 2 jam dan ia pun menjadi menjadi guru yang baik. Ia tidak jadi menjadi manusia orang pertama yang bermain warnet tersebut melebihi stress namun dalam konsistensi menjalankan perintah bocah-bocah berumur 8 tahun ke atas yang sudah be- Tuhan ia tidak berani menjamin. rani menonton film porno di warnet. Tutu pun langsung mendaftar PENMABA. Pada waktu yang bersamaan Tutu pun langsung mengisi data-data pribadinya mulai dari penghasilan Setelah membayar biaya pendaftaran Tutu kem- orang tua sampai ke kampus menggunakan apa. Tutu bali ke warnet untuk menyelesaikan pendaftaran PEN- mengisi gaji orang tua sebesar satu juta lima ratus, Tutu MABA dan ia pun kaget ketika menemui kolom Sum- pun menganggap ia sudah melebih lebihkan gaji ibubangan Pengembangan Universitas (SPU). Tutu pun nya. Setelah menunggu beberapa hari akhirnya keluar bertanya mengapa mahasiswa baru disuruh menyum- lah pengumuman besaran UKT yang akan di bayarkan bang? Apakah kampus yang ia ingin tuju begitu miskin, Tutu selama satu semester. lalu kenapa ditanyanya sebelum di terima kenapa bukan sebaliknya ketika sudah diterima baru kampus itu Di depan komputer Tutu terdiam melihat besamengemis. Apakah orang yang menyumbang besar su- ran UKT yang akan diterimanya. UKT tersebut sebesar dah pasti di terima ? kenapa ada sumbangan tersebut ? tiga juta seratus. Uang yang sangat banyak, uang terse12

|| LPM DIDAKTIKA || WARTA 2018


but sebesar 3 bulan gajinya bekerja di pabrik batu bata dengan semangat kerja bagai orang keserupan yang gila. Rasanya Tutu ingin menangis, tidak mungkin ibunya mampu membiayai dirinya berkuliah. Mungkin bias bila ia dan ibunya hanya makan sehari sekali, mungkin juga bisa bila ia dan ibunya mematikan jaringan listrik rumahnya. Tutu pun pulang dengan kayuhan sepeda yang lambat, kepalanya serasa ingin meledak. Di jalan ia memikirkan “Apakah menuntut ilmu semahal ini? Apakah jokowi tidak ingin anak negara ini menjadi guru yang baik? Apakah tidak ada bedanya kuliah negeri dan swasta jika uang yang harus dibayarkan pun sama?” Tutu terus menggerutu di jalanan ibukota. Sesampainya di rumah, Tutu langsung memberikan kabar tersebut kepada ibunya “Bu, ada kabar baik dan kabar buruk,” Tutu berkata dengan menundukan kepalanya. “Tidak ada kabar buruk Tu, semua pasti diganti yang lebih baik oleh Tuhan,” ibunya berusaha menegarkan Tutu.

Kesokan harinya Tutu bersama ibunya pergi ke UNJ menggunakan kendaraan umum. Mereka berdua datang cukup pagi dan mendapat giliran awal-awal. Di depan orang yang memverifikasi Ibu Tutu menjual semua kemiskinan yang dialaminya, mungkin jika ia ikut mikrofon pelunas hutang ia pasti orang yang menang. Entah apa yang ada di pikiran orang-orang yang memverifikasi tersebut. “Bu maaf, biaya tersebut sudah di tentukan dari kampus dan tidak bisa diubah.” Ibu Tutu hanya terdiam dan ingin mengucurkan air matanya. Tutu pun hanya terdiam dan tanpa banyak kata ia pun langsung menarik ibunya untuk keluar dari ruangan tersebut. Ia pun langsung melangkah untuk pulang. Di metromini dalam perjalanan pulang Tutu berkata kepada ibunya. “Bu aku ga usah kuliah, aku akan cari pekerjaan dan ibu ga usah kerja lagi.”

Ibu Tutu hanya menunduk dan menahan air matanya. Ia tahu anaknya adalah anak yang baik dan “Kabar baiknya Tutu di terima di UNJ bu, kabar dia tidak ingin mengubur impian anak tersebut. Hanya buruknya Tutu harus membayar tiga juta seratus tiap kepercayaan “akan digantikan yang lebih baik oleh Tuhan” yang mampu menegarkan mereka berdua. semester,” ucap Tutu dengan suara lirih. Setelah sampai di rumah Tutu menjadi anak yang periang dan tidak ingin membuat ibunya bersedih, ia pun langsung mencari pekerjaan yang layak, namun mencari pekerjaan di ibukota sangatlah sulit. Ia ingin menjadi Go-Jek tapi hanya memiliki sepeda, ingin usaha tapi miskin. Sampai hari ini Tutu masih mencari Tanpa disadari air mata ibunya pun mengalir pekerjaan yang layak dan ia yakin ia akan menemukanmau dipaksakan pun ia tak mungkin bisa membayar. nya. Namun ibu masih berharap untuk Tutu bisa berkuliah. Ibunya diam saja, ia tau bagaimana Tutu ingin kuliah. Tanpa disadari Tutu, ibunya selalu memperhatikannya bangun jam tiga pagi untuk belajar dan tak lupa solat subuh. Ibunya sangat tau bagaimana perjuangan Tutu mulai dari berkerja dan tidak pernah merasa lelah.

Yaudah“ nak besok kita sanggah uang tersebut di kampus ya,” Ibunya berkata dengan senyuman Tutu pun hanya tersenyum melihat ketegaran ibunya. Untungnya ibunya tau ada masa sanggah.

WARTA 2018 || LPM DIDAKTIKA || 13


14

|| LPM DIDAKTIKA || WARTA 2018


WARTA 2018 || LPM DIDAKTIKA || 15


16

|| LPM DIDAKTIKA || WARTA 2018


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.