HALUAN MAHASISWA 2019

Page 1

DESEMBER 2019

1


DAFTAR ISI

Akhirnya, kami meminta pada para membaca untuk sama-sama meresapi dan berefleksi pada keadaan. bahwa ancaman besar sedang menunggu di depan.

Berita I.................................... 4 Opini....................................... 7 Berita Utama.......................... 10 Berita II................................... 14 Berita III.................................. 16 Kampusiana............................ 18 Resensi..................................... 20 Puisi.......................................... 22

TIM REDAKSI

SALAM REDAKSI

Wahai kawula muda, Salam perjuangan, Salam satu tanah. Tanah sebagai suatu alat produksi yang dimiliki petani. Namun tetap saja ada tangan-tangan usil yang berusaha merebut klaim atas tanah tersebut. Pemerintah yang seharusnya membela kepentingan rakyat malah berbelok membela kepentingan pemilik modal dengan dalih mempercepat pembangunan. Hal itulah yang terjadi di tempat kami meliput. Mereka dipaksa bekerja sebagai buruh petik teh karena tak adanya pilihan. Kecilnya upah dan tingginya jam kerja akhirnya menimbulkan kesadaran kolektif untuk lepas dari ketergantungan. Berdirilah koperasi yang akhirnya menerbitkan secercah harapan untuk kemajuan bersama. Dengan harapan kedepannya masyarakat dapat meraih kehidupan yang lebih baik dan juga anak-anak desa dapat mengecap pendidikan setinggi-tingginya. Pada edisi kali ini kami mengangkat hal tersebut bagaimana para penduduk desa cibulao membangun ekonomi desanya. Serta sedikit mengangkat lika-liku kehidupan para buruh teh. Selain itu tanpa melupakan dinamika kehidupan kampus tempat kami bernaung. kami juga menulis tentang permasalahan kampus supaya mahasiswa sadar kampus ini bukan kampus suci yang tanpa masalah. Tanpa melupakan dinamika kehidupan kampus tempat kami bernaung. kami juga menulis tentang permasalahan kampus supaya mahasiswa sadar kampus ini bukan kampus suci yang tanpa masalah.

Pemimpin Redaksi Uly Mega S. Sekertaris Redaksi Rizki Suryana Tata Letak Abdul Reporter dan Penulis Sultan Bayu Devi Atmaja Nafisah Lely Fadhlan Danu Dewa Brata

Renisa Anjarwati Ababil Rizalul Haq Abdul

Editor Muhammad Muhtar Ahmad Qori Hadiansyah Annisa Imtitsal Nabibah Vamel Hastomo Uly Mega s.

Social Media: Instagram: @lpmdidaktika Email: lpmdidaktikaunj@gmail. com Facebook: LPM DIDAKTIKA UNJ Website: www.didaktikaunj.com Gedung G, Lantai 3, Ruang 304, Kampus A UNJ

“Berpikir Kritis dan Merdeka� 2

LPM DIDAKTIKA


Anak-Anak Desa Cibulao sepulang Sekolah

Potret

Doc Didaktika

DESEMBER 2019

3


BERITA 1 Cibulao dan Ragam Manfaat Kopi Kopi merupakan salah satu komoditas pertanian di Indonesia. Menurut data Kementrian Pertanian RI (Kementan RI), Indonesia merupakan produsen kopi terbesar setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia dengan produksi tahunan mencapai 600.000 ton. Sebuah kampung di Kabupaten Bogor turut menjadikan kopi sebagai bahan pertanian masyarakat setempat. Kampung ini adalah Kampung Cibulao, yang terletak di Desa Tugu Utara--berdampingan dengan kawasan hutan lindung. Selain bertani, Kampung Cibulao juga mengembangkan agrowisata Kampung Kopi. Lahan agrowisata disediakan oleh Perhutani untuk masyarakat agar dapat melakukan penanaman dan pengolahan kopi. Dalam agrowisata Kampung Cibulao, terdapat pengenalan berbagai jenis kopi oleh pendamping wisatawan. Jenis kopi tersebut adalah Arabica dan Robusta. Menurut Karyono, kopi Arabica yang ada di Kampung Cibulao adalah peninggalan Belanda, yaitu Tipika—kopi induk Arabica. Sedangkan, kopi Robusta pun memiliki rasa unik karena keberadaan pohon endemik di sekitar pohon kopi tersebut. Kopi robusta yang dihasilkan para petani Kampung Cibulao telah mendapat pengakuan nasional sebagai kopi terbaik dengan diperolehnya juara 1 pada kontes lomba kopi Fun Robusta pada 2016, “yang awalnya masyarakat kampung sini tidak percaya pembudidayaan kopi dapat berkembang, justru bisa memenangkan lomba di tingkat nasional,” ujar Karyono, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Cibulao. Ia menyatakan bahwa dirinya sendiri bahkan tidak menyangka. Di balik prestasinya tersebut, Karyono memaparkan alasannya memilih kopi untuk ditanam. Menurutnya, kopi memiliki manfaat yang cukup banyak. Manfaat utamanya adalah sebagai konservasi “Sebab itu saya lebih suka menyebutnya dengan istilah kopi konservasi,” tutur Karyono. Kopi konservasi yang dimaksud adalah penanaman dan pembudidayaan kopi dengan mengutamakan pelestarian dan perlindungan alam. Penanaman kopi pertama kali di Cibulao dilakukan oleh Karyono dengan tujuan mencegah penebangan pohon yang kerap dilakukan oleh masyarakat sekitar. Alasannya karena ia optimis bahwa kopi dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. “Kalau ekonomi masyarakat baik, gak akan ngambil kayu bakar lagi di hutan karena harga has LPG mahal,” ujarnya.

4

LPM DIDAKTIKA

Pohon Kopi Robusta

“Kopi konservasi yang dimaksud adalah penanaman dan pembudidayaan kopi dengan mengutamakan pelestarian dan perlindungan alam. “


BERITA 1

DOC DIDAKTIKA

Di Kampung Cibulao sendiri, sebenarnya juga terdapat perkebunan teh. Namun, pada perkebunan teh masyarakat berada di posisi buruh. Beda dengan perkebunan kopi, warga bukanlah sebagai buruh yang gajinya ditentukan pabrik. Warga merupakan pemilik perkebunan kopi dan bisa menentukan sendiri harga kopi. Karyono menyatakan, warga yang menjadi buruh pabrik teh mendapatkan penghasilan 15.000/1kg atau sekitar 300.000-1.000.000 perbulan. “Ndak cukup untuk sehari-hari, apalagi juga punya anak sekolah,” tuturnya. Hal ini tentu saja membuat Karyono memikirkan alternatif lain untuk menambah pemasukan. Dengan alasan ekonomi ini, ia pun memilih kopi sebagai jalan keluarnya. Sejak budidaya kopi dijalankan pada 2008,

hasilnya mulai terlihat ketika masa panen dan sudah dipasarkan. Dengan keuntungan kopi yang lebih menjanjikan ini, kopi meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat kampung Cibulao. “masyarakat pun tidak menebang pohon sembarangan lagi,” ujarnya.

Selain sebagai konservasi dan menguntungkan dalam segi ekonomi, manfaat lain dari kopi adalah untuk konsumsi. Kopi bisa dijadikan perasa makanan maupun diolah menjadi minuman. Karyono juga menjelaskan bahwa kopi dapat diolah menjadi produk kecantikan. Sejalan dengan Karyono, jurnal penelitian berjudul ‘Pemanfaatan Ampas Kopi sebagai Solusi Alternatif Perawatan Kulit pada Remaja karya Intan Putri Permatasari menyatakan hal serupa. Menurut Intan, ampas kopi dapat diolah menjadi masker wajah.

DESEMBER 2019

5


BERITA 1 Proses Pengeringan Biji Kopi

Doc Didaktika Dalam jurnal tersebut dijelaskan, ampas kopi mengandung beberapa antioksidan yang baik bagi kulit, seperti polifenol, flavonoid, dan dicaffeoylquinic AC yang dapat menangkal radikal bebas. Ampas kopi juga bermanfaat untuk mengangkat sel kulit mati. Begitupun dalam segi kesehatan, Karyono menyatakan bahwa kopi yang diolah dengan benar memiliki khasiat untuk tubuh. Kandungan kopi harus dijaga kualitasnya dengan memerhatikan proses pengolahan kopi. Dilansir dari jurnal penelitian ‘Identifikasi Daging Buah Kopi Robusta’ yang ditulis oleh Muhammad Ridwan Harahap, kopi mengandung kafein yang merupakan senyawa kimia alkaloid dan dikenal sebagai trimetilsantin. Jumlah kandungan kafein pada kopi adalah 1-1,5%. Kafein sering digunakan sebagai perangsang kerja jantung

6

LPM DIDAKTIKA

dan meningkatkan produksi urin, dan dalam dosis yang rendah kafein dapat berfungsi sebagai bahan pembangkit stamina serta penghilang rasa sakit. Mekanisme kerja kafein dalam tubuh adalah sebagai penyaing fungsi adenosine (salah satu senyawa yang dalam sel otak bisa dapat membuat orang cepat tertidur). Dengan begitu banyak manfaat kopi, tidak heran bahwa kopi menjadi komoditas yang banyak dicari. Industri kopi kian tahun pun terus tumbuh. Pada kancah internasional, produk kopi olahan Indonesia meningkat setiap tahunnya untuk diekspor.

Penulis: Renisa Anjarwati Ababil Fadhlan Editor: Annisa Nurul H.S


Kesejahteraan

OPINI

Petani Kopi

Di Balik Prestige Budaya Minum Kopi

Sumber: majalah.ottencoffee.co.id

Oleh: Rijalul Haq

Suasana Bertani Kopi DESEMBER 2019

7


OPINI “Dewasa ini meminum kopi pun sudah menjadi budaya di segala kalangan masyarakat, Sampai anak muda labil yang baru saja mengalami pubertas pun membudayakanya. Stigma minum kopi pun sudah mengalami pergeseran.�

geografis mempunyai kesesuaian untuk menghasilkan kopi-kopi berkualitas tinggi (premium). Lebih-lebih, jika tahu fakta bahwa kopi kopi di kafe-kafe multinasional, layaknya Starbuck, yang menjual kopi-kopi mahalnya justru dari biji kopi yang berkualitas rendahan. Bayangkan, kopi kualitas rendahan harganya bisa semahal itu. Bagaimana dengan kopi-kopi dari petani Indonesia yang kualitasnya kebanyakan bisa sampai tingka-

Dulu stigma meminum kopi hanya untuk orang tua yang kolot yang menikmati hari tua senjanya. Pergeseran ini terjadi karena marak nya kafe-kafe yang berjejer di berbagai wilayah dengan desain yang unik. salah satu pelopor maraknya muncul kafe-kafe ini adalah perusahaan asing yang namanya sudah menjadi ikon yaitu Starbuck. Starbuck muncul dengan gebrakan yang luar biasa walaupun sederhana.Yaitu dengan menghapus sekat antara penjual dengan pembeli. Yakni dengan varian rasa kopi yang unik tetapi nikmat di lidah konsumen. Dengan harga yang cukup mahal, yakni Rp.50.000 sampai kisaran Rp.100.000 Starbucks dapat mencuri perhatian pasar. Starbuck telah menjadi acuan kafe-kafe yang marak dewasa ini. Gebrakan ini juga lah, yang telah menggeser budaya meminum kopi. Semula meminum kopi untuk menikmati rasanya menjadi hanya untuk update, dipamerkan di medsos atau hanya untuk, --mengutip yang diistilahkan oleh Andrew Sneddon, sebagai symbolic value-- mengejar simbolnya. Jadi masyarakat pun berbondong-bondong ke Starbuck untuk update di medsos, walaupun dengan harga yang lumayan mahal, mereka merasa bodo amat demi prestige. Di balik mahalnya harga secangkir Moccacino di Starbuck yang tinggi, ironisnya masih banyak,, petani-petani kopi yang memiliki kecenderungan hidup dalam kemiskinan. Misalnya, petani kopi arabika di Indonesia sebanyak 24 persen miskin, sedangkan petani kopi robusta di Indonesia sebanyak 50 persen miskin. Dengan beragamnya nilai harga kopi yang ditentukan dari kualitas biji dan proses penanaman. Alangkah sulit diterima seharusnya ketika masih ada petani miskin. Ketika harga kopi di kafe-kafe multinasional, menjual kopi yang siap minum dengan harga yang mahal. Terutama Indonesia, yang secara

8

LPM DIDAKTIKA

Sumber: pantau.com tan premium. Namun kenyataannya, petani kopi tidak sesejahtera itu. Permasalahan petani kopi ini sangat rumit. Mulai dari rantai distribusi yang terlalu panjang. Menjualnya kepada tengkulak, dan terus beralih tangan, menyebabkan rendahnya harga kopi di tingkat petani kopi. Hingga sulitnya akses bagi petani kopi untuk berkembang. Belum lagi, adanya impor biji kopi yang membuat harga kopi rendah. Padahal, prestasi pertanian kopi Indonesia adalah peringkat tiga terbaik sedunia. Juga kopi luwak yang berhasil memuncaki kelas kopi dunia, karena keunikan rasanya. Selain itu petani kopi di Sumatera Selatan mereka kesulitan mendapatkan pupuk berkualitas dikarenakan harga yang sangat tinggi,ini lah


OPINI penyebab bahwa hasil panen bji kopi mereka bisa menyentuh angka 2,5 ton hektar per tahunnya.Namun justru hanya menghasilkan 800 ton saja.Beda lagi dengan petani kopi di Pasuruan yang sulit sekali memasarkan hasil.Padahalnya sangat besar dan berlimpah. Tidak banyak pilihan bagi petani kopi untuk sejahtera. Negara tidak banyak berperan. Alhasil, petani kopi harus berjuang sendiri.

“Tidak banyak pilihan bagi petani kopi untuk sejahtera. Negara tidak banyak berperan. Alhasil, petani kopi harus berjuang sendiri. Misalnya membuat koperasi atau usaha-usaha mandiri lainnya. Sudah jatuh tertimpah tangga pula, petani kopi dalam kerja kerasnya justru masih saja dihambat.�

Antrian Disalah Satu Cafe Misalnya membuat koperasi atau usaha-usaha mandiri lainnya. Sudah jatuh tertimpah tangga pula, petani kopi dalam kerja kerasnya justru masih saja dihambat. Itu terjadi pada petani kopi di cibulao. Mereka sudah berjuang dengan gigih membangun koperasi tetapi pendistribusian biji kopi mereka di persulit oleh perusahaan teh.Dimana untuk distrubusi saja mereka harus membayar iuran kepada perusahaan teh yang mengelilingi jalur pendistribusian biji kopi mereka.Namun jusru membat para petani menjual hasil panennya kepada tengkulak dengan terpaksa dan pastinya dengan harga dibawah pasaran.

foto jalul

Tercatat sebagai mahasiswa aktif prodi sejarah UNJ angkatan 2019. Kini sedang menggeluti pemikiran yang berbau revolusioner dan mengundang chaos

DESEMBER 2019

9


BERITA UTAMA

Koperasi Penghidup Harapan Desa

Suasana Pagi Desa Cibulao

10 LPM DIDAKTIKA


Doc Didaktika

BERITA UTAMA Pagi itu, udara dingin begitu terasa khas daerah dataran tinggi. Dengan adanya kabut tipis yang menutupi pemandangan sekitar. Seperti biasa, para penghuni desa Cibulao mulai beranjak meninggalkan rumah. Ada yang pergi untuk bekerja di perkebunan teh. Dan beberapa pergi untuk mengurus perkebunan kopi, salah satunya Mas Jumpong. Mas Jumpong merupakan salah satu warga asli desa Cibulao yang berkebun kopi. Selain itu, Mas Jumpong juga anggota koperasi IKA (Ikatan Konservasi Alam) yang didirikan pada 2017. Koperasi ini berada dibawah naungan pihak perhutani dan bertujuan untuk mengelola lahan yang diberikan oleh pemerintah seluas 600 HA. Lahan tersebut menjadi tanggung jawab masyarakatdengan cara membagi nya ke dalam empat kelompok yang masing-masing menggelola 100 HA lahan tersebut. Sedangkan dalam segi pelestarian ekosistem dan wisata alam mendapatkan pemanfaatan lahan sebesar 200 HA. Tidak hanya itu, koperasi IKA juga turut mengedukasi perihal pengelolaan lahan yang baik. Contohnya, cara mengelola perkebunan kopi yang menjadi komoditas utama di desa Cibulao ini. Sebelumnya, kata Mas Jumpong, koperasi IKA lebih fokus untuk menanam pohon untuk diambil kayunya. Namun, hal itu dapat merusak ekosistem di desa Cibulao. Kopi yang ditanam di lahan tersebut merupakan jenis kopi Robusta dan Arabika . Untuk Arabika sendiri terdapat dua jenis kopi, yaitu sigararutang linis dan lanong sari. Bibit kopi yang ditanam didapatkan dari bantuan pihak pusatkopa dan juga berasal dari urung-urungan warga. Koperasi IKA juga mulai fokus dalam mengedukasi masyarakat. Sebab, pada 2017 terjadi gagal panen dan hanya memperoleh delapan persen dari hasil pertanian Kegagalan tersebut dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi . Menurut Mas Jumpong, selain curah hujan, pengetahuan serta ketekunan petani dalam mengelola lahan juga menjadi faktor keberhasilan panen kopi. Panen kopi memiliki siklus yang berlangsung selama enam bulan setiap tahunnya. Dimulai dari tiga bulan pertama kopi jenis Arabica setelah itu tiga bulan selanjutnya dilanjutkan dengan panen kopi jenis Robusta. Setelah masa panen untuk enam bulan selanjutnya dimulai lagi proses perawatan dan pemupukkan. Menurut Mas Jumpong, jika terjadi gagal panen kembali maka yang dirugikan adalah petani sendiri karena tidak mendapatkan hasil apapun. Untuk saat ini hasil panen yang didapatkan didistribusikan ke berbagai kafe di daerah puncak dan

DESEMBER 2019

11


BERITA UTAMA Perkebunan Teh Disekeliling Cibulao

12 LPM DIDAKTIKA

Hendi ingin masyarakat sadar dengan keadaan yang ada. “Karena, pekerjaan mereka sebagai buruh tani di perkebunan teh tidak memberi perbaikan, bahkan lebih mengeksploitasi manusia,”

Doc Didaktika

dalam jangka waktu panjang diharapkan hasil panen dapat didistribusikan lebih luas. Melihat antusias warga saa ini Mas Jupong optimis kedepannya warga bisa mandiri dan terlepas dari ketergantungan terhadap perkebunan teh. Hal diatas sejalan dengan harapan Mas Hendi, salah satu warga dan juga pengurus koperasi. Kehadiran koperasi diharapkan masyarakat mempunyai pilihan lain selain bekerja di perkebunan teh. Lahan yang dibagikan sekarang bisa memberikan manfaat jangka panjang karena HGU lahan tersebut berlaku selama 35 tahun. Kedepannya, koperasi akan terus menggenjot kualitas produksi agar dapat bersaing di dunia Internasional. Serta, dalam waktu dekat akan membangun cafe dan museum kopi di daerah tersebut. Di luar itu semua, Hendi ingin masyarakat sadar dengan keadaan yang ada. “Karena, pekerjaan mereka sebagai buruh tani di perkebunan teh tidak memberi perbaikan, bahkan lebih mengeksploitasi manusia,” ujar Hendi. Selain bantuan dari pemerintah, koperasi juga mendapatkan bantuan dari Dirjen Perkebunan, IPB, ITB. Hendi mengatakan, bantuan dari berbagai pihak sangat membantu. “Seperti bantuan pupuk yang meringankan pengeluaran petani,” katanya. Selain itu, adanya bantuan dari IPB dan ITB dalam hal edukasi


Doc Didaktika

BERITA UTAMA

“Hendi, empat sampai lima tahun kedepan hasil panen pertahun menyentuh angka 400-500 ton.� dan pengembangan teknologi pertanianedukasi dan pengembangan teknologi pertanian. Targetnya, terang Hendi, empat sampai lima tahun kedepan hasil panen pertahun menyentuh angka 400-500 ton. Jika hasil itu bisa dicapai akan memberikan peningkatan yang besar dari sisi pendapatan ekonomi para petani, sehingga petani menjadi masyarakat mandiri dan terlepas dari ketergantungan ke pekerbunan teh . Dengan itu masyarakat pun akhirnya lebiih memilih bertani daripada bekerja di perkebunan teh. Karena saat ini masyarakat masih menjadikan kegiatan bertani sebagai pekerjaan sampingan.

Cafe Yang Dikelola Koperasi

Penulis:Sultan Bayu Dan Abdul Editor: Ahmad Qori Hadiansyah

DESEMBER 2019

13


BERITA 2

Tempat Pembibitan Milik IKA “Koperasi Ikatan Konservasi Alam (IKA) merupakan bentuk upaya untuk mencapai kesejahteraan bersama masyarakat dan petani desa Cibulao.” Pengembangan usaha di kalangan masyarakat dan petani di daerah kaki gunung kencana masih menuai ketidakjelasan. Hal ini membuat mereka tidak dapat mengembangkan usaha dengan maksimal. Mereka juga minim keterbukaan informasi dan minim edukasi soal model usaha. Meski sudah ada beberapa masyarakat dan petani yang mulai menerapkan sistem model usaha mandiri di lingkungannya. Keseharian mereka masih bekerja pada perusahaan dengan sistem pemberian upah sesuai dengan ketetapan perusahaan. Koperasi Ikatan Konservasi Alam (IKA) merupakan bentuk upaya untuk mencapai kesejahteraan bersama masyarakat dan petani desa Cibulao. IKA dapat menjadi payung hukum yang sah atas pembagian hasil. Selain itu, IKA juga melakukan edukasi untuk pengembagan usaha masyarakat dan petani. Seperti memberikan edukasi tentang tanaman kopi, mulai dari pembibitan, penanaman, masa panen, hingga penyeduhan kopi. Jenis usaha yang ada di koperasi ini di antaranya kopi dan wisata. Dalam bidang wisata terdapat tracking untuk sepeda gunung. IKA tidak hanya memfok-

14 LPM DIDAKTIKA

uskan pada satu bidang saja karena usaha masyarakat yang variatif. Maka sistem yang ada di IKA adalah peminjaman alat-alat produksi sesuai dengan pekerjaan yang masyarakat minati. Namun, perjalanan IKA ini tidak lepas dari berbagai kendala yang ada. “Mereka masih awam dengan masalah regulasi dan model usaha yang relevan untuk diterapkan,” ujar Hendi ketua umum IKA. Belum adanya sekretariat yang jelas juga menjadi kendala. Para anggota masih mengadakan rapat dengan melakukan pergiliran rumah warga setiap dua minggu sekali untuk dijadikan tempat berkumpul setelah mereka melakukan tawaslan. Pergiliran itu dilakukan selama dua minggu sekali dengan anggota yang masih aktif. Namun lagi, anggota masih belum bisa membagi waktu antara bekerja dan berkumpul. Hendi menambahkan, bahwa koperasi ini tentu memiliki beberapa rencana ke depan. Salah satunya adalah dengan lebih memfokuskan koperasi dengan bidang anggota masing-masing. “Saya juga menginginkan bermitra dengan perusahaan yang ada di sana. Sehingga kedudukan perusahaan dengan petani akan sama dan sejajar,” pungkas Hendi.


Doc Didaktika

BERITA 2

Peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro kabupaten Bogor turut membantu dalam segi pendanaan. Dinas telah membantu pembentukan koperasi ini, mulai dari pembimbingan dan pembuatan akte koperasi dengan biaya notaris sebesar 6 juta rupiah. Kehadiran sistem koperasi dapat memberikan peluang kesempatan yang sama untuk berbagai pihak. Pekerjaan mereka tidak hanya terpaku oleh pekerjaan buruh saja. Mereka bisa mengembangkan ekonominya sendiri di tengah sistem yang menjerat mereka. Dengan sinergi yang baik, koperasi ini dapat menjadi solusi apabila dioptimalkan secara bersama-sama. Penyejahteraan seluruh elemen masyarakat di desa tersebut dapat menjadi sebuah realita, bukan hanya cita-cita.

“Kehadiran sistem koperasi dapat memberikan peluang kesempatan yang sama untuk berbagai pihak. Pekerjaan mereka tidak hanya terpaku oleh pekerjaan buruh saja. Mereka bisa mengembangkan ekonominya sendiri di tengah sistem yang menjerat mereka.�

Penulis: Devi Atmaja Editor: Imtitsal Nabibah

DESEMBER 2019

15


BERITA 3

Salah Satu Buruh Petik Teh

Doc Didaktika

“Menelisik Kehidupan Para Buruh Petik Teh”

Ketika saya dengar kabar bahwa kami, tim Didaktika, akan melakukan perjalanan ke kawasan Puncak Bogor, imaji yang terbesit dalam benak saya yakni suhu dingin yang menusuk kulit dan pemandangan indah yang memanjakan mata. Benar saja, hal tersebutlah yang pertama kali saya rasakan. Namun, saya menemukan pengalaman baru disana. Yakni, ketika saya menyelami kehidupan buruh teh di Desa Cibulao, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (23/11). Perjalanan kami menelusuri desa Cibulao dipandu oleh Ruby, seorang pegawai Naturalie Cafe, sebuah kafe yang berada di desa tersebut. Mas Ruby, begitulah kami memanggilnya. Seorang sarjana Ilmu Sejarah, Universitas Sanatadharma Yogyakarta. Beruntungnya kami dipandu oleh seseorang yang murah senyum sepertinya. Sepanjang perjalanan, kami disuguhi oleh hijaunya perkebunan teh seluas 1000 hektar yang menyejukkan hati. Jalanan berbatu dan berlumpur, membuat kami harus berhati-hati dalam melangkah. pria tersebut. Hamparan perkebunan tersebut menurut riset Mas Ruby, masih dikelola oleh perusahaan bernama Sumber Sari

16 LPM DIDAKTIKA

masih dikelola oleh perusahaan bernama Sumber Sari Buana Pakuan (SSBP) sebagai pihak swasta. “Warga disini bekerja sebagai buruh untuk perusahaan tersebut,” ucap pria tersebut. Penuturan Mas Ruby membuat kami ingin menelusuri lebih dalam lagi. Warga pertama desa Cibulao yang kami temui ialah Ira. Kami disambut hangat dengan suguhan bubur kacang hijau dan segelas teh sebagai jamuan untuk menemani perbincangan kami. Di rumhanya, ia pun memulai percakapan dengan menceritakan kepemilikan rumah yang kami singgahi. “Rumah ini bukan punya kami, tapi milik perusahaan atau mess,” katanya. Ira menambahkan, semua rumah di desa Cibulao adalah milik SSBP. Adapun harga yang harus dibayar untuk tinggal di mess, yaitu dengan menjadi buruh di perkebunan milik perusahaan tersebut. Setelah berpamitan, kami melanjutkan perjalanan untuk menelisik lebih lanjut kehidupan masyarakat desa Cibulao. Kehidupan di sana nampak seperti biasanya, pagi mereka pergi ke kebun teh. Setelah semua pekerjaan di kebun telah usai, mereka pulang dan mengerjakan peker-


BERITA 3

Pemandangan Perkebunan Teh

jaan rumah. Beberapa buruh teh melanjutkan berjualan di sekitar wisata daerah tersebut. Tak hanya berjualan, mereka juga mencari penghasilan lain dengan menawarkan jasa foto keliling di tempat wisata yang ada di desa tersebut. Ketika kami berjalan di tanjakan berbatu, kami berpapasan dengan seorang perempuan berusia sekitar 50 tahun, yang akrab dipanggil “Emak”. Saat itu, ia memakai caping sambil membawa hasil panen teh yang dipanggulnya dengan bakul. Emak begitu ramah menanggapi keingintahuan kami. “Saya di kebun teh bekerja sebagai buruh lepas,” kata Emak seraya tersenyum dan menaruh bakul yang ada dipunggungnya ke tanah. Emak juga menceritakan sedikit kesehariannya. Perempuan yang berhasil ikut langsung membuat jalan untuk membuka akses jalan di Cibulao menuturkan, setiap hari ia harus berjalan dengan medan pegunungan yang terjal. Jika hujan lebat, Emak harus mendaki gunung dengan jalanan yang licin. Baik perempuan maupun laki-laki, tak ada yang membedakan mereka. Kecuali statusnya di perkebunan, entah menjadi buruh lepas harian atau buruh tetap. Buruh lepas dibagi berdasarkan dua sistem kerja, yaitu borongan dan harian. Buruh yang bekerja dengan sistem harian dibayar Rp.30.000 perhari dan tidak mendapatkan uang makan.

Sedangkan untuk buruh borongan, bayarannya dihitung berdasarkan berat teh yang mereka dapat. Harga teh per kilo-nya, dibandrol dengan harga Rp. 700. Perharinya, rata-rata para buruh hanya mampu mengumpulkan sebanyak 20 kg teh. Penghasilannya juga masih dipengaruhi pada kualitas teh yang tidak menentu. Jika hasil panen tidak bagus, mereka hanya dapat membawa pulang hasil panen yang sedikit. Tak jauh setelah bertemu dengan Emak, kami mampir ke warung kecil milik Ru, yang ternyata juga seorang buruh lepas. Perempuan 44 tahun ini, bekerja dengan sistem borongan. Perempuan tersebut mengatakan, “Saya bekerja dua puluh hari dalam setiap bulan. Bayarannya dua kali dalam sebulan yaitu tanggal lima dan dua puluh” katanya. Walaupun suami Ru juga menjadi buruh teh, hal tersebut tidak dapat menutup kebutuhan hidup keluarga Ru yang beranggotakan tujuh orang. “Makanya saya buka warung kecil sebagai penghasilan tambahan,” tuturnya sambil membuka bungkus kopi. Sedikitnya, sebagai buruh teh Ru mendapatkan Rp. 15.000 per hari, yakni sekitar 20 kg pucuk teh perhari. Sedangkan suami dari Ru mendapat gaji Rp. 32.500 per hari sebagai buruh lepas. Keluhan yang samapun dirasakan oleh Nani, seorang buruh lepas yang bekerja dengan sistem harian. Kami menjumpainya saat kami berniat untuk pulang ke Jakarta. Nani mengatakan, “saya hanya mendapat gaji perhari Rp. 30.000, bekerja mulai dari jam 7 sampai jam 12 siang.” Padahal, gaji yang diterima oleh buruh teh di desa Cibulao haruslah sesuai dengan Upah Minimun Kabupaten/ Kota (UMK) Bogor, yakni Rp.4.169.806. Ketentuan tersebut mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78/2015 tentang pengupahan. Tidak hanya soal gaji rendah, para buruh lepas yang kami temui juga tidak mendapatkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS) sebagai jaminan atas hak kesehatan, seperti yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011, Pasal 15 ayat (1) : “Pemberi Kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya sebagai Peserta kepada BPJS sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti.” Jika terjadi kecelakaan kerja pada buruh lepas, perusahaan hanya akan menanggung setengah dari biaya rumah sakit. Keadaan ini berbeda dengan buruh tetap yang telah mendapatkan BPJS. Upah yang sesuai dan hak atas jaminan kesehatan adalah dua hal krusial yang harus segera dibenahi dan diwujudkan oleh pemerintah.

Penulis: Lely Dan Nafisah Editor: Vamel. B. C Doc Didaktika

DESEMBER 2019

17


KAMPUSIANA Biaya kuliah bukan lagi permasalahan baru di lingkungan kampus. Setiap tahunnya, masalah biaya kuliah adalah masalah yang sering dibacarakan. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi tiap mahasiswa berbeda-beda. Tidak hanya masalah uang pangkal dan sumbangan pengembangan universitas, masalah lain seperti biaya dalam kegiatan terintegrasi dengan mata kuliah juga menjadi masalah. Salah satunya, kegiatan Olympism Camp yang terintegrasi dengan mata kuliah Olimpisme. Olimpisme adalah salah satu mata kuliah unik di FMIPA UNJ yang jarang diketahui oleh mahasiswa fakultas lain. Mata kuliah ini telah dibuka di FMIPA UNJ sejak tahun 2013. Walau Olimpisme merupakan mata kuliah dari FMIPA, mata kuliah ini bukanlah mata kuliah eksakta. Fokus dari mata kuliah ini adalah mempelajari nilai-nilai olimpiade, yaitu excellence, respect, dan friendship. Dalam presentasi Design Kuliah Olimpisme yang dipaparkan saat pertemuan pertama mata kuliah ini di kelas rumpun Fisika dan Kimia, Olympism Camp termasuk ke dalam komponen penilaian kuliah Olimpisme dengan bobot prosentase 25%. Artinya, setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini wajib untuk mengikuti kegiatan ini. Bisa dikatakan, Olympism Camp adalah pengganti nilai ujian akhir semester (UAS). Bahkan, ada mahasiswa di rumpun Fisika yang mengulang mata kuliah Olimpisme hanya karena tidak mengikuti Olympism Camp. Olympism Camp rumpun Fisika telah dilaksanakan di Gunung Bunder, Taman Nasional Halimun-Salak dalam 3 hari (22 November 2019 - 24 November 2019). Walau tidak diwajibkan, para mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini membayar Rp180.000 untuk biaya transportasi tronton, tiket masuk curug, sewa ground, serta biaya-biaya lain yang tak dapat disebutkan satu per satu. Sebagian mahasiswa keberatan untuk membayar biaya tersebut, namun mereka tetap mengikuti kegiatan Olympism Camp karena mendapat bantuan dari para fasilitator/ panitia. Sedangkan di rumpun Kimia, kegiatan Olympism Camp baru akan dilaksanakan pada bulan Januari 2020. Biaya kegiatan ini masih belum pasti, namun estimasi biaya yang dibayar peserta Olympism Camp untuk mengikuti kegiatan ini sekitar Rp300.000. Belum ada informasi mengenai rincian kegunaan biaya yang dibayar peserta dan lokasi penginapan untuk kegiatan ini. Mahasiswa rumpun Kimia yang sedang mengambil mata kuliah inipun diminta untuk menabung dan mempersiapkan diri untuk kegiatan Olympism Camp.

18 LPM DIDAKTIKA

Padahal, mahasiswa sudah membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang hendaknya include semua biaya kegiatan yang terintegrasi dengan mata kuliah. Dalam Permenristekdikti No. 39 Tahun 2017 dijelaskan bahwa Biaya Kuliah Tunggal (BKT) adalah keseluruhan biaya operasional yang terkait langsung dengan proses pembelajaran mahasiswa per semester pada program studi di PTN. UKT sendiri merupakan biaya yang ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya, atau dengan kata lain UKT adalah BKT yang telah disubsidi Pemerintah. Berdasarkan informasi dari website Penmaba UNJ, UKT mencakup seluruh biaya kegiatan akademik selama mahasiswa menempuh studi selama satu semester. Namun, belum jelas aliran dana UKT ini digunakan untuk apa saja. Selain sistem pembayaran dan penggolongan UKT, pihak kampus tidak memberikan informasi rinci tentang UKT ini, entah memang tidak ada perincian laporan penggunaan UKT atau ada informasi yang sengaja disembunyikan kampus. Rincian dana yang telah digunakan dari UKT ini tidak pernah dipublikasikan. Sebagai kegiatan yang terintegrasi dengan mata kuliah, biaya Olympism Camp ini seyogyanya terintegrasi pula dengan uang kuliah tunggal, termasuk biaya transportasi tronton dan tiket


KAMPUSIANA

Sumber: Radar Kampus masuk curug. Walau tidak ada keluhan dari mahasiswa tentang ketentuan biaya Olympism Camp ini, para mahasiswa tidak mendapat informasi pasti tentang alasan biaya Olympism Camp tidak terintegrasi dengan UKT. Meski mata kuliah Olimpisme juga hadir di rumpun lain, kegiatan Olympism Camp ini hanya diwajibkan di rumpun Fisika. Di rumpun Kimia sendiri, penyelenggaraan kegiatan Olympism Camp bergantung pada kesepakatan angkatan. Sedangkan di rumpun Biologi dan Matematika, tidak ada Olympism Camp. Hal seperti ini tidak hanya terjadi di rumpun Fisika dan Kimia FMIPA. Pada tahun 2018, mahasiswa PGSD dihimbau untuk mengikuti kegiatan Kursus Mahir Dasar (KMD) dengan biaya sebesar Rp750.000,-. Program KMD ini dijadikan pengganti nilai mata kuliah Pendidikan Dasar Kepramukaan. Jika UKT merupakan kebijakan yang ditujukan untuk lebih membantu dan meringankan biaya pendidikan mahasiswa, mengapa masih ada biaya lain dalam kegiatan yang terintegrasi dengan mata kuliah? Untuk apa saja aliran dana UKT ini digunakan?.

“Namun, belum jelas aliran dana UKT ini digunakan untuk apa saja. Selain sistem pembayaran dan penggolongan UKT, pihak kampus tidak memberikan informasi rinci tentang UKT.�

Penulis: Danu Dewa Brata Editor: Uly Mega Septiani

DESEMBER 2019

19


RESENSI

“Pendidikan Alternatif di Tengah Absurdnya Dunia Pendidikan” Judul: Mazhab Pendidikan Kritis Penulis: Dr. M. Agus Nuryanto Penerbit: Resist Book Tahun Terbit: 2011 Jumlah Halaman: 133

“Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari aspek konteks sosial, kultural, ekonomi dan politik. Hal tersebut menjadi acuan visi pendidikan kritis yaitu emansipatoris, dengan cara membongkar kesadaran peserta didik.” Terlepas dari latar belakang keluarga, ekonomi, atau golongan, Pendidikan merupakan hak semua orang. Tujuannya tercatut pada Undang - Undang Dasar (UUD) 1945, alinea ke empat yang berbunyi “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Namun, realitasnya harus dipertanyakan kembali. Menurut Global Talent Competitiveness Index (GTCI), Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur kemampuan sumber daya manusia di suatu negara. Berdasarkan indeks pendidikan pada 2017 yang dikeluarkan Human Development Reports, menyatakan Indonesia menempati posisi ketujuh dengan skor 0,622, dibawah negara Asean lainnya seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam. Hal tersebutlah yang menjadi dasar muncul harapan adanya terobosan dan inovasi di dunia pendidikan. tanggung jawab tersebut kemudian menjadi tugas menteri pendidikan yang baru saja dilantik, Nadien Makarim . Tapi, latar belakangnya sebagai pendiri Go-Jek, meninbulkan anggapan bahwa pendidikan akan semakin menysar pada orientasi pasar tenaga kerja. Padahal pendidikan mempunyai peran penting dalam menciptakan kehidupan politik dan kultural masyarakat, tidak hanya mencari pekerjaan. pertanyaan yang paling tepat adalah “Pendidikan seperti apa yang hendak dibentuk oleh pasar?”.

20 LPM DIDAKTIKA

Pendidikan yang berorientasikan ke pasar hanya akan mementingkan corporate values bukan academic value. Dengan begitu, para peserta didik akan menjadi orang yang pragmatis tanpa mementingkan ilmu pengetahuan yang seharusnya mereka dapatkan. Ini sejalan dengan pengaruh kapitalisme di lajur arah pendidikan yang menjadikan ilmu pengetahuan hanya untuk mengejar profit semata . ini merupakan akibat dari budaya positivisme dan rasional teknokrat yang dihasilkan kapitalisme. Budaya tersebut mengarahkan peserta didik untuk mampu beradaptasi dengan dunia industri.. Seharusnya pendidikan menciptakan peserta didik untuk peduli ke lingkungannya serta sadar akan permasalahan yang terjadi dan mampu mengkritisinya. Inilah yang coba dikupas dalam buku pendidikan mazhab kritis. Awalnya, Kita diajak memahami bahwa pendidikan tidak bisa dipisahkan dari aspek konteks sosial, kultural, ekonomi dan politik. Hal tersebut menjadi acuan visi pendidikan kritis yaitu emansipatoris, dengan cara membongkar kesadaran peserta didik. Dalam filsafat pendidikan kritis mengenal namanya praksis, yaitu kesatuan antara teori dan aksi. Jadi bukan sekedar menitikberatkan teori saja dalam pendidikan lebih dari itu dilakukan juga aksi/praktek


RESENSI sebagai wujud nyata. Hal tersebut bisa dicapai apabila pendidikan menerapkan budaya dialog dalam prakteknya. Sehingga hubungan guru dan murid menjadi subyek to subyek. Sebaliknya, pendidikan yang ada saat ini justru mematikan kreativitas dan budaya kritis para murid dengan menjadikan murid hanya sebagai objek kosong. Dalam memahami teori pendidikan kritis penulis mengajak kita untuk menyelami beberapa pemikir yang populer menjadi rujukan, seperti Frankfurt, Gramsci, serta Paulo Friere. Secara garis besar ketiganya hampir memiliki kesamaan. Dalam Pemikiran Frankfurt mereka mempunyai perhatian utamanya yaitu, “membangun sebuah teori rasional yang dapat menghasilkan emansipasi manusia dalam masyarakat industri” (hlm.12). Mereka juga menjadikan kapitalisme, positivisme, hegemoni sebagai kritik. Dalam kapitalisme konsentrasi kekayaan hanya dimiliki sebagian orang serta adanya kontrol sosial yang halus sehingga mereka yang tertindas tak sadar dengan penindasan yang terjadi pada dirinya. Ditambah positivisme tentang gagasan obyektivitas yang menganggap kritik atas realitas tak penting. “Karena positivisme tidak banyak memberi perhatian terhadap faktor-faktor psikologis dan historis yang membentuk realitas, seperti subyektifitas, komitmen etis, dan relasi kekuasaan.” (Hlm.20) Kritik atas hegemoni menurut Herbet Marcuse adalah adanya satu dimensi yang dihasilkan oleh rasionalitas teknologis yang menekankan pada keberagaman dan konfrontasi. Hal ini menghasilkan kontrol terhadap kehidupan manusia serta merampas kesadaran serta individualitas manusia. Manusia sebagai subyek yang menciptakan teknologi akhirnya terkontrol dengan apa yang ia ciptakan. Akibatnya, eksistensi manusia terancam. Dalam pemikiran Gramsci, ia juga membicarakan masalah hegemoni yang didefinisikan sebagai “Suatu kondisi sosial di mana semua aspek realitas sosial didominasi oleh atau mendukung satu kelas”(hlm.33). Menurutnya, hegemoni bisa menjadi alat analisa mengapa banyak kelompok subordinorat berasimilasi ke dalam kelompok dominan. Dengan analisis tersebut menurut Gramsci kelompok subordinorat bisa saja lepas dari hegemoni dengan cara bekerja sama satu sama lainnya. Dengan tetap menghormati sesama, langkah ini bisa diambil jika masyarakat sadar ada hegemoni yang mencengkramnya. Salah satu jalannya lewat pendidikan untuk menyadarkan masyarakat tentang realitas yang terjadi.

Rujukan terakhir teori ini adalah Paulo Friere. Hampir sama dengan dua pemikir sebelumnya Freire juga mengkritik penindasan dan hegemoni yang menghilangkan kesadaran manusia. Freire yang bergerak di bidang pendidikan mengkritik sistem pendidikan yang menjadikan guru sebagai subyek aktif serta murid hanya menjadi obyek pasif . Didefinisikannya sebagai pendidikan gaya bank. Freire menawarkan pendidikan problem-soving dengan metode dialogiknya dimana guru dan murid bertindak sebagai subyek. Hal tersebut dapat dengan cepat menumbuhkan kesadaran kritis para murid karena mereka turut berperan aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini kita perlu berkaca dengan keadaan pendidikan kita saat ini. Sistem Link and Match yang digemborkan pemerintah Jokowi untuk mengurangi tingkat pengangguran. Sistem tersebut mengintegrasikan lulusan SMK dengan perusahaan industri. Sehingga, lulusan SMK bisa langsung turun ke dunia kerja. Namun apakah masalah pengguran dapat terselesaikan? Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2019 jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) setahun terakhir turun sebesar 5,01% atau berkurang sekitar 50 ribu orang. Namun dari TPT tersebut justru didominasi dari lulusan SMK sebesar 8,63%.Jika dilihat dari data di atas sistem ini malah tak menyelesaikan permasalahan yang ada. Dengan sistem yang ada saat ini pendidikan kritis bisa menjadi alternatif. Karena, guru maupun peserta didik mampu mengkritisi realitas yang terjadi. Pada akhirnya subjek pendidikan dapat menemukan solusi atas permasalahan yang ada dan melahirkan habitus sosial yang baru.. Bukannya malah terjebak pada harapan semu dan akhirnya dijadikan alat reproduksi sosial oleh orang-orang yang berkuasa. Di akhir buku ini penulis membicarakan pendidikan Islam karena, di Indonesia populisme Islam sangat dominan. Menurut penulis, pendidikan Islam masih terjebak dalam hal-hal yang normatif. seharusnya pendidikan Islam memasukkan unsur-unsur pendidikan kritis didalamnya. Sehingga dapat melahirkan orang yang religius juga kritis terhadap dunianya. Namun dalam membicarakan konsep pendidikan Islam penulis kurang melakukan riset mendalam. Lembaga pendidikan Islam seperti apa yang harus dibenahi. Karena saat ini, sekolah-sekolah dengan embel-embel islam sedang menjamur di luar adanya pesantren Buku ini bisa dijadikan referensi untuk mempelajari teori pendidikan kritis. Serta untuk kita berrefleksi dengan sistem pendidikan yang ada saat ini.

Penulis: Abdul Editor: Vamel

DESEMBER 2019

21


Puisi

kalau tuan hendak singgah Di hamparan luas nan hijau ini Jangan terkecoh Mungkin tenang dirasa tuan Tapi, tuan. Tengok ke sebelah Cukong-cukong menggarap lahan Yang tuan pijak Lintah darat mengisap perut bumi Sampai beribu nyawa mati busung lapar Segala bentuk pendidikan digemborkan Sampai lupa letak kenuranian Gusur sana, gusur sini Keruk sana, keruk sini Isap sana, isap sini Tunggu, tuan, lihat lah saksama Selamat datang di alam Indonesia

22 LPM DIDAKTIKA


DESEMBER 2019

23


24


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.