Haluan 3 Didaktika

Page 1

Edisi Mei 2018

HALUAN MAHASISWA Lembaga Pers Mahasiswa Didaktika UNJ

Polemik Pembangunan University Traning Center UNJ

MEI || LPM DIDAKTIKA UNJ ||1


2 || LPM DIDAKTIKA UNJ || MEI


SUSUNAN REDAKSI

Pemimpin Redaksi Yulia Adiningsih Sekretaris Redaksi Uly Mega Septiani Redaktur Pelaksana Aditya Septiawan Tata Letak Ahmad Qori Hadiansyah Reporter Faisal Bachri Yulia Adiningsih Ahmad Qori Hadiansyah Aditya Septiawan Ilham Abdullah Uly Mega Septiawan Tonny Juliantika Priangan Luthfia Harizuandi Editor Yulia Adiningsih ; Hendrik Yaputra ; Muhamad Muhtar ; Faisal Bachri ; Muhammad Rizky Suryana ; Annisa Nurul Hidayah Surya ; Uly Mega Septiani ; Luthfia Harizuandi

SAPA REDAKSI Salam hangat untuk kita semua, Liburan telah datang tapi jangan lupa untuk selalu membaca! Haluan kali ini memberikan banyak indormasi mengenai kampus kita. Haluan kali ini diawali dengan berita tentang Pembangunan UTC yang menuai polemik. Selain itu, haluan ini juga menyediakan berita tentang nasib pedagang spiral yang tidak menentu akibat pembangunan gedung spiral. Selain membahas tentang pembangunan, berita tentang komunitas-komunitas berprestasi yang tidak difasilitasi juga tersedia. Kemudian, dilanjutkan dengan berita tentang Pusat Edukasi dan Kebudayaan (PUSAKE) Betawi yang memiliki nasib sama dengan komunitas berprestasi, yaitu kurang diperhatikan. Dalam bidang akademik, haluan ini memberitakan tentang Peran Jurnal Dosen dalam Akademis, Minimnya Alat Praktik di beberapa Program Studi, serta Kelas Ideal yang mengacu pada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Selain memuat berita, haluan ini juga berisikan opini, cerpen, dan resensi buku yang tentunya menarik untuk dibaca. Tentu penasaran bukan? Yuk langsung aja dibaca! Terima kasih dan selamat membaca! DAFTAR ISI

IDENTITAS REDAKSI SEKRETARIAT Gedung G lt. 3 Ruang 304, Kampus A Universitas Negeri Jakarta E-mail lpmdidaktikaunj@gmail.com Website www.didaktikaunj.com Facebook/Twitter/Instagram

LAPORAN UTAMA LAPORAN I LAPORAN II LAPORAN III LAPORAN IV IKLAN LAPORAN V LAPORAN VI OPINI SUPLEMEN RESENSI

(4-5) (6-7) (8-9) (10-11) (12) (13) (14-15) (16-17) (18-20) (21-25) (26-28)

LPM DIDAKTIKA UNJ/@lpmdidaktika/@lpmdidaktika MEI || LPM DIDAKTIKA UNJ ||3


DIDAKTI

LAPORAN UTAMA

Polemik Pembangunan Uni Target awal pembangunan University Traning Center (UTC) 9 lantai adalah empat bulan terhitung sejak bulan Agustus akhir. Akan tetapi, hingga pertengahan April 2018, pembangunan tersebut belum selesai. Komarudin selaku Wakil Rektor II bidang administrasi dan keuangan memaparkan, master plan UNJ 2011 ialah membuat parkiran dan business center (mall). Akan tetapi menurutnya itu membutuhkan dana yang sangat besar. Sehingga pada awal 2017, karena kebutuhan untuk adanya tempat pelatihan dan penginapan di UNJ maka lahan bekas wisma atlet diubah menjadi UTC. Gedung UTC terdiri dari 9 lantai. Lantai pertama digunakam sebagai lobby, kedua dan ketiga akan digunakan untuk ruang kelas, lalu lantai keempat sampai lantai ketujuh digunakan untuk penginapan, lantai kedelapan digunakan untuk ballroom, dan lantai kesembilan untuk penyimpanan alat-alat pelengkap gedung. nsi yang harus diterima karena pembangunan UTC yang sampai saat ini sudah melakukan perpanjangan waktu sampai 2 kali yaitu, perpanjangan yang pertama selama 90 hari terhitung sejak 27 Desember. Lalu yang ke dua selama 30 hari terhitung sejak 27 Maret sampai target jadinya 27 Mei mendatang. Konsekuensinya Ramlan selaku Pejabat Pembuat Komitmen berupa Pihak tender manajemen konstruksi harus mem(PPK) UNJ mengatakan bahwasannya target awal pem- bayar denda kepada UNJ. “Sampai bulan April total bangunan UTC adalah tujuh bulan, terhitung sejak Juli denda yang dibayarkan sekarang sudah mencapai 1,5 2017. Akan tetapi pada saat lelang tender, Ramlan men- M,” katanya. gatakan bahwa tender yang mendaftar tidak sesuai dengan syarat. Ia menginginkan tender yang memiliki plat Karena terlalu banyak perpanjangan waktu, merah (milik pemerintah). “ Karena yang daftar gaada Ramlan mengaku sudah mendapat panggilan dari piyang memenuhi syarat, jadi dilakukan pelelangan ulang hak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Menurut ,” ujarnya. pengakuan Ramlan, ia akan tetap melanjutkan proses UTC dibangun menggunakan Penghasilan Negara Bukan Pajak (PNBP) dengan jumlah sekitar 68 Milyar, bekerja sama dengan PT Yodha Karya dan PT Karya Bisa.

Ia juga menyatakan seharusnya pembangunan UTC dilaksanakan sejak Juli, namun baru terlaksana saat Agustus karena adanya pelelangan ulang tersebut. “Waktunya jadi berkurang maka target kita ubah, tadinya 7 bulan menjadi 4 bulan ,” tuturnya.

Ramlan menambahkan tentunya ada konsekue-

4 || LPM DIDAKTIKA UNJ || MEI

pembangunan UTC. Ia khawatir pembangunan akan mangkrak jika diberhentikan dan baru bisa dilanjut dua tahun kemudian. “Ya, nanti kasusnya malah kayak parkiran spiral dan Gd. M. Hatta. Mangkrak Negara bisa rugi lagi,” ucapnya.

Menanggapi hal tersebut Hambali selaku man-


IKA UNJ

LAPORAN UTAMA

iversity Traning Center UNJ Adisyahputra dosen biologi sekaligus Wakil Dekan II Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam berpendapat bahwasannya pembagunan UTC yang ditargetkan bulan Mei harus sudah selesai karena UNJ berkontribusi dalam ASEAN games, dengan dipakainya lapangan Velodrome Kampus B UNJ. “Pastinya akan banyak tamu yang hadir ke UNJ maka, UNJ membutuhkan tempat penginapan,” tuturnya. Ridho mahasiswa Sosiologi Pembangunan menyampaikan, keprihatinannya atas pembangunan UTC yang dilakukan tidak sistematis dan terburu-buru, menurutnya itu bisa menyebabkan gedung tersebut tidak akan bertahan lama. Ia juga mempertanyakan fungsi UTC untuk seluruh civitas akademika UNJ, “Kayaknya ga terlalu berpengaruh,” tutur mahasiswa tahun angkatan 2015 itu. Mengamini ucapan Ridho, Eka Deavani mahasiswa Teknik Sipil tahun 2017 mengatakan bahwasanager kontruksi PT Adhi Karya memaparkan bahwasan- nya jika pembangunan gedung tidak dilaksanankan nya pembangunan gedung berlantai 9 idealnya adalah dengan cara sistematis, akan berbahaya pada jangka empat belas bulan. Akan tetapi UNJ pada target awal panjangnya. Tidak hanya itu ia juga menambahkan memberi jangka waktu hanya 4 bulan. “Kita sudah di- menurutnya dari pada membangun UTC lebih baik daberi tahu dari awal bahwa dari target 4 bulan itu pasti nanya digunakan memperbaiki gedung fakultas yang akan ada perpanjangan waktu, makanya kami berani kondisinya masih buruk. ambil,” ujar pria asal Sulawesi tersebut. Robertus Robert Kepala Prodi Sosiologi Pem Lalu ia mengatakan karena waktu yang amat singkat yaitu 9 bulan (4 bulan target awal, 3 bulan tam- bangunan berpendapat, pembangunan UTC sesungbahan waktu pertama, dan 2 bulan tambahan waktu guhnya bisa jadi hal yang baik apabila kita sebagai cikedua) untuk pembangunan UTC, pengerjaan ban- vitas akademika UNJ mengawasi betul pembangunan gunan gedung menjadi tidak sistematis. Menurutnya dan penggunaannya. “Jadi kalau ada yang tidak beres, pengerjaan bangunan bertingkat seharusnya bertahap, segera kita tindak lanjuti,” tuturnya. pasang keramik dulu baru pasang kaca, “Kalo sekarang Ia juga menambahkan seharusnya UTC bisa ini kami mengerjakan semua berbarengan,” tuturnya berpengaruh banyak untuk civitas akademika UNJ. Bu Hambali juga menambahkan bawha lahan kan hanya untuk golongan tertentu saja. tempat UTC dibangun kurang memadai. Menurutnya dalam sebuah pembangunan gedung, jarak gedung yang dibangun dengan bangunan lain minimal 10 meter. Akan tetapi jarak gedung UTC dengan gedung H Penulis : Uly Mega Septiani berjarak kurang dari 5 meter. “Jadi gerak pekerja kami Editor : Muhammad Muhtar susah,” tuturnya. MEI || LPM DIDAKTIKA UNJ ||5


DIDAKT

LAPORAN 1 Kantin Spiral Tak Ada, Pedagang kecewa Pada laman resmi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), pihak kampus menginformasikan masterplan pembangunan parkiran spiral. Salah satunya akan dibangun kantin pada sisi lantai satu parkiran tersebut. Namun, sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan didirikannya kantin. Padahal, pembangunan gedung parkiran kampus UNJ telah memasuki tahap akhir sebelum diresmikan pada Mei, 2018.

Rencana pembuatan kantin ini sebelumnya telah keluar dari pernyataan Wakil Rektor 2, Komarudin pada saat mahasiswa melakukan aksi menolak penggusuran kantin spiral UNJ (7/7/2017). Menurut keterangan dari pihak kampus, penggusuran tersebut harus dilakukan karena kampus harus melanjutkan pembangunan parkiran spiral.

Doc : Pribadi 6 || LPM DIDAKTIKA UNJ || MEI


TIKA UNJ

LAPORAN 1 Selain itu, berdasarkan keterangan dari salah satu pedagang kantin spiral, John, para pimpinan kampus mengatakan pada Rapat Pimpinan 2017 lalu bahwa kantin spiral menganggu penampilan kampus. “Kantin parkiran itu membuat kumuh,” ujar John menirukan Komarudin selaku Wakil Rektor II (WR II).

gang yang pernah berjualan di kantin spiral mengaku saat ini ia berdagang secara berpindah-pindah di sekitaran UNJ. Pedagan Mie Ayam ini mengaku penghasilannya menurun setelah penggusuran itu. “Penghasilan udah ga kaya dulu. Kadang jam 4 sampe magrib aja cuman 1 orang yang beli,”keluh Sukari.

Sementara itu, para pedagang kebingungan mencari tempat untuk berdagang (baca : https://www.didaktikaunj.com/2017/07/tak-kunjung-diberi-legalitas-kantin-spiral-malah-digusur/). Hampir 10 bulan setelah penggusuran tersebut, para pedagang masih menunggu kepastian. “Belum ada informasi lagi dari kampus,” ucap John.

Selain pedagang, mahasiswa UNJ juga turut menunggu rencana pembangunan kantin tersebut direalisasikan. Menurut mereka, khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), keberadaan kantin spiral memudahkan mereka untuk membeli makan. Lucky mahasiswa FIP mengaku kantin parkiran spiral membuatnya mudah mengatur waktu saat ia istirahat. “Ga perlu jauh-jauh cuma buat sekadar beli makanan buat sarapan dan makan siang,” ujar Lucky.

Akhirnya, John dan pedagang lainnya berinisiatif untuk menanyakan pembuatan kantin di parkiran tersebut. Belum lama ini, ia dan pedagang spiral lainnya masuk ke gedung rektorat untuk menanyakan perihal pembuatan kantin di lantai 1 parkiran spiral. Namun, pihak WR 2 meminta mereka untuk tetap menunggu. Jhon merasa khawatir terhadap realisasi pembuatan kantin. “Kalau kaya gini takutnya cuman harapan palsu doang,” terang Jhon yang juga menjadi bagian dari kordinator para pedagang.

Senada dengan Lucky, Hafiz juga berpendapat bahwa kantin spiral menjadi tempat alternatif bagi mahasiswa, sebab kantin UNJ yang lain sudah padat ditambah dengan gedung yang kecil. “Di kantin blok M udah ga bisa lama-lama kalau makan,” jelas Hafiz. Menanggapi hal tersebut, Komarudin selaku WR II menyangkal akan adanya kantin parkiran spiral kembali. “Tidak ada kantin lagi di parkiran,” ujarnya saat dimintai konfirmasi oleh tim Didaktika.

Ia bercerita sebelumya pihak kampus menjanjikan jika gedung parkiran spiral telah jadi, pedagangpedagang yang digusur akan dipanggil kembali. Saat itu, ia dan pedagang lainnya juga dimintai nomor telepon yang bisa dihubungi untuk mengabarkan hal tersebut. Namun, sampai sekarang para pedagang tersebut belum mendapatkan kabar dari pihak kampus. Ia mera- sa pihak kampus sedang bermain-main.

Penulis Editor

: Ilham Abdullah : Yulia Adiningsih

Jhon berharap pihak kampus segera memenuhi janji mereka yang diutarakan pada saat penggusuran lalu. Menurutnya, berjualan di kantin spiral dapat membantu perekonomian keluarga. Mereka rela jika harus mengeluarkan uang untuk sewa atau pun kebersihan. “Harapan kita biar cepet selesai urusan kantin. Tidak apa-apa kalau nanti disuruh bayar tempat, yang penting penataannya bagus,” tutur Jhon.

Senasib dengan John, Sukari salah satu pedaMEI || LPM DIDAKTIKA UNJ ||7


DIDAKT

LAPORAN 2 Tak Difasilitasi Untuk Berprestasi Di 2018 ini Shell Eco-Marathon (SEM) kembali menggelar kompetisi di Asia. Tepatnya, di Changi Exhibition Centre Singapura pada 8—11 Maret. Kompetisi ini memang diadakan setiap tahun di Asia sejak 2010. Para peserta ditantang membuat kendaraan dengan bahan bakar yang paling efisien. Di tahun ini, ada sekitar 121 tim dari 20 negara di Asia yang turut berpartisipasi di SEM. Salah satunya Tim Batavia Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Tim ini berhasil mendapat peringkat ke-5 pada ajang prototype battery-electric dan peringkat ke-8 di UrbanConcept Internal Combustion Engine. Di tahun sebelumnya, tim ini juga berhasil memperoleh peringkat ke-10 pada ajang mobil prototype. Tak Lepas dari Kendala Meski beberapa kali membuat UNJ bangga, komunitas ini tak selalu memperoleh kemudahan dalam pendanaan. “Kendala utama kita itu dana,” tutur Okda Muharom dari Tim Batavia. Maret saat mengikuti SEM, dana yang dikucurkan kampus tak begitu besar. UNJ hanya mengucurkan dana 25 juta rupiah. Dari Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan 15 juta rupiah dan dari Fakultas Teknik (FT) 10 juta rupiah. Beruntungnya, tim ini mendapat bantuan dana sebesar 50 juta rupiah dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa) Intan Achmad—yang juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas Harian UNJ. Selain itu, mereka juga mengusahakan mencari sponsor ke luar kampus. Akan tetapi, ada beberapa sponsor yang memutus hubungan, seperti Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) dan TDR. Lalu, JNE yang tahun lalu memberi 10 juta rupiah, di tahun ini hanya menyalurkan 3 juta rupiah. Okda mengaku tak tahu alasan pastinya. “Kita kehilangan sponsor banyak

8 || LPM DIDAKTIKA UNJ || MEI

mungkin gara-gara kasus plagiariame dan nepotisme di UNJ,” tuturnya. Berdasarkan keterangan Okda, tim ini hanya dapat kucuran dana dari kampus jika ada acara. Jadi, tak ada dana dari kampus untuk riset. “Tim ini suka melakukan riset. Itu (riset) juga pakai dana sendiri,” tambahnya. Meski pernah menjuarai perlombaan di tingkat nasional dan internasional, Okda merasa UNJ kurang mendukung timnya untuk lebih berprestasi. “UNJ cuma ngasih selamat. Tapi nanti dananya juga segitusegitu lagi,” ujarnya. Okda juga menuturkan bahwa tim ini kekurangan dana untuk ekspor dan impor atau shipping. Oleh karena itu, kendaraan—sekaligus hasil riset—di perlombaan SEM masih ditahan di Singapura. Selain terkendala dana, tim ini juga memiliki kendala untuk menyimpan peralatan. Selama ini, mereka hanya bisa mengandalkan rumah anggota tim dan kos-kosan untuk menaruh peralatan. Sebab, tak punya sekretariat tetap. Hal ini juga berpengaruh pada kualitas perangkat. “Kalau mobil disimpan di luar ruangan, nanti bisa rusak. Nanti terkena hujan—panas. Kita harus bikin lagi, ngeluarin uang lagi,” keluh Okda. Menurutnya, jika mereka punya bengkel dan ruangan, ada kemungkinan produk yang mereka buat lebih terjaga. Catur Setyawan Kusumohadi, selaku dosen pembimbing Tim Batavia, mengakui bahwa dana merupakan kendala utama. “Membuat satu mobil saja bisa sekitar 20 juta atau lebih,” katanya. Menurut Catur, hal yang lebih bermasalah itu biaya ekspor dan impor atau shipping. Ini membutuhkan biaya tiket pengiriman barang dan lainnya sehingga butuh banyak dana. “Beberapa tahun lalu ikut SEM di Filipina shipping-nya sekitar Rp200juta. Sedangkan, dari Singapura shipping-nya itu sekitar Rp100juta,”


TIKA UNJ

LAPORAN 2 Keluhan serupa pun dialami komunitas lain, seperti Robotic dan Automatic Racing Team (ART). Ketua Tim Robotic, Ferdy Triyuandika, merasa timnya tidak diprioritaskan. Sejak Januari 2018 mereka mengajukan permohonan dana ke WR III, akan tetapi baru cair di April. Rencananya, dana tersebut akan digunakan untuk Kontes Robot Indonesia pada 12 Mei mendatang. Ia berspekulasi mungkin tim mereka tidak diprioritaskan karena belum tersohor. “Pak Pras (Staff WR III) bilang, dana itu terpakai untuk acara mawapres,” katanya. Tim ART bahkan menggalang dana melalui usaha atau ngedanus demi mendapat dana untuk riset. “Kita jual baju Teknik Mesin. Jual gelang dan stiker juga,” ujar Yoganantya Setiawidi, ketua Tim ART. Padahal, di 2013 hingga 2015, tim ini secara berturut-turut menorehkan prestasi pada Event E-Shark di Sentul untuk tingkat nasional. Di event ini, Tim ART ujarnya. mendapat peringkat ke-3 di 2013, ke-5 di 2014, dan “Kampus memang ngasih dana, tapi tidak ke-4 di 2015. Akan tetapi, pagu dana tim ini justru tumeng-cover semuanya,” tutur Catur. Maka dari itu, tim run di tahun ini. ini mengusahakan sponsor dan mencari sumbangan, misalnya dari alumni. Ketiadaan ruang yang tetap juga menjadi persoalan bagi kedua tim ini. Memang, Tim ART memiliki Terkait tidak adanya ruangan untuk tim Bata- ruangan. Akan tetapi, hanya sebatas untuk menaruh bavia, Catur memaklumi. “UNJ ‘kan kurang ruangan,” rang. Demikian pula Tim Robotic. katanya. Menurutnya, memang sulit jika tim ini menuntut ruangan. “Belum ada tempat yang tetap dan legal. Selama ini, hanya mengandalkan ruang kelas. Nanti (ruan Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan So- gan ini) juga akan dipake buat kelas lagi,” ujar Ferdy. fyan Hanif mengiyakan bahwa UNJ mendanai tim ini Padahal peralatan tim ini harus terjaga kualitasnya. Tersebesar 25 juta rupiah. Ia justru menyarankan pengajuan lebih lagi harga tiap komponen robot mahal. proposal ke luar kampus demi penambahan dana. Ketika ditanya soal ruangan, ia merasa itu bukan wewenangnya untuk memfasilitasi kegiatan mahasiswa. “Tugas saya hanya mengajak mahasiswa untuk ikut kegiatan kemahasiswaan. Fokus saya itu di pembinaan kemahasiswaan,” pungkasnya. Sisi Komunitas Lain

Penulis Editor

: Luthfia Harizuandi : Muhamad Muhtar

MEI || LPM DIDAKTIKA UNJ ||9


DIDAKT

LAPORAN 3 Minimnya Kepedulian UNJ Terhadap Budaya Lokal Kebudayaan Betawi merupakan kebudayaan lokal Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Namun, saat ini budaya Betawi mulai ditinggalkan. Hal itu yang dinyatakan oleh Tuti, selaku Ketua Pusat Studi dan Edukasi Betawi (PUSAKE) UNJ. Selain itu, Ia mengatakan bahwa peran institusi pendidikan yang berada di Jakarta untuk turut andil dalam melestarikan kebudayaan Betawi. “Misalnya Universitas Negeri Jakarta (UNJ), sebagai institusi pendidikan yang ada di Jakarta juga harus ikut melestarikan,” ucap Tuti. Kemudian, Tuti menyatakan bahwa pelestarian budaya Betawi memiliki dasar regulasi yang kuat, yaitu Peraturan Daerah (PERDA) nomor 4 tahun 2015. Ia menjelaskan, dalam peraturan tersebut, masyarakat berkewajiban untuk melestarikan kebudayaan Betawi. Ia melanjutkan, “dalam peraturan tersebut, pelestarian budaya Betawi diselenggarakan lewat pendidikan,” tungkasnya. Menurut Zoelvanka, Mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Sosiologi 2O17 mengatakan, “di UNJ ini perlu ada pengajaran dan pelatihan kepada mahasiswa tentang kebudayaan Betawi, sih. Mengingat letak UNJ ini kan di Jakarta.” Senada dengan Ririyanti, Rifqi, Mahasiswa Sastra Indonesia 2O16 juga mengatakan bahwa UNJ harus berpartisipasi dalam menjaga kebudayaan Betawi. “kalo kita melihat perkembangan teknologi sudah tidak bisa dibendung lagi, ya kita setidaknya membantu melestarikan kebudayaan betawi lewat kelompok-kelompok betawi,” Tuturnya. Irsyad Ridho, salah satu dosen FBS menyambut baik keberadaan PUSAKE ini. Menurutnya, di tengah arus globalisasi, penting untuk membuat wadah pelestarian kebudayaan. “Apalagi PUSAKE juga turut serta mengembangkan akademik universitas,” tungkasnya.

10 || LPM DIDAKTIKA UNJ || MEI

PUSAKE BETAWI Berdirinya PUSAKE tidak terlepas dari letak geografis UNJ yang berada di DKI Jakarta. Hal itulah yang diungkapkan oleh Sam Mukhtar, salah satu pendiri PUSAKE. Selain itu, PUSAKE juga merupakan bentuk kesadaran dari dosen maupun mahasiswa yang peduli terhadap budaya Betawi. Sam Muhtar juga menanggapi tentang peruntukan PUSAKE. Ia mengatakan bahwa PUSAKE tidak hanya untuk Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) saja. Ia menyatakan bahwa PUSAKE untuk semua warga kampus yang ingin


TIKA UNJ

LAPORAN 3 kan pengabdian masyarakat di kawasan Marunda. Dalam pengabdian tersebut, PUSAKE membuat Usaha Kecil Masyarakat (UKM) berupa kerajinan tangan. Selain itu, juga membuat tim gambang kromong kaum ibu. Tidak hanya itu, dalam upayanya untuk memberikan pendidikan budaya Betawi ke mahasiswa, PUSAKE sempat mengajukan pembuatan mata kuliah budaya Betawi. Karena proses pembuatan mata kuliah yang lama, akhirnya pengajaran tentang budaya Betawi hanya dimasukkan ke dalam mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD). Sayangnya, perjuangan PUSAKE Betawi dalam menjaga kebudayaan lokal tidak didukung oleh pendanaan dari pihak kampus. Tuti mengatakan bahwa saat ini PUSAKE tidak didanai sama sekali. Bahkan untuk mengadakan beberapa kegiatan seperti diskusi buku, pengurus mengeluarkan uang pribadi. Tuti mengaku telah beberapa kali mencoba bertemu Plt. Rektor untuk membicarakan PUSAKE Betawi. “Tetapi sulit untuk bertemu rektor kita yang baru, sampai sekarang belum bisa, karena dia selalu sibuk,” ungkapnya. PUSAKE betawi UNJ kini hanya mendapatkan bantuan berupa sebuah ruangan di FBS dan satu buah laptop. Saat ini, dalam mengadakan kegiatan-kegiatan PUSAKE hanya mengandalkan dana sisa peneberkontribusi dalam pelestarian budaya Betawi. litian dan pengabdian masyarakat, serta bantuan dana dari dosen-dosen yang berada dalam kepengurusan Saat ini, PUSAKE melestarikan bu- PUSAKE. Tidak hanya itu, peralatan musik gambang daya Betawi dalam bidang kesenian. Tuti men- kromong yang dimiliki pusake pun milik Tuti pribadi. gatakan, kesenian yang dikembangkan oleh PUSAKE meliputi seni musik, tari, ataupun drama. Komarudin, Wakil Rektor II tidak mengetahui pasti tentang status PUSAKE. Ia mengatakan bahwa Selain itu, Tuti mengatakan bahwa PUSAKE saat ini belum ada kebijakan khusus untuk PUSAKE Beturut serta mengemban Tridharma Perguruan Tinggi, tawi UNJ. Ia menambahkan, “dulu masa rektor Djaali, seperti penelitian, pendidikan dan pengabdian masyara- mereka sempat mengajukan ruangan lalu dikasih. Unkat. Dalam hal penelitian, PUSAKE pernah menel- tuk saat ini saya belum mendapat perintah,” tuturnya. iti tentang pengembangan muatan lokal di sekolah. Penulis : Ahmad Qori Hadiansyah Tuti menambahkan, PUSAKE pernah melaku- Editor : Annisa Nurul H.S

MEI || LPM DIDAKTIKA UNJ ||11


DIDAKT

LAPORAN 4

Alat Praktik Tidak Optimal

Sejumlah Program Studi (prodi) di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) masih kekurangan alat penunjang praktik perkuliahan. Hal tersebut, membuat mahasiswa kesulitan dalam melakukan praktik perkuliahan. Seperti prodi usaha jasa makanan, salah satu mahasiswanya Elda Farah mengeluhkan, karena laboratorium yang hanya satu. Membuat jadwal praktikumnya bentrok dengan angkatan lain dan juga banyaknya peralatan masak yang sudah rusak. “wajan dan spatula sudah tidak bisa digunakan,” keluhnya. Ruslianti, kaprodi usaha jasa makanan hanya Doc. Google menanggapi persoalan peralatan yang rusak. Ia tidak terima pernyataan mahasiswa tentang kurangnya alat praktik dan melimpahkan kerusakan tersebut sebagai kesalahan mahasiswa. Ia menganggap, kerusakan tersebut karena mahasiswa tidak merawat fasilitas tersebut. “Mahasiswa sendiri tidak menjaga dengan baik, memcucinya tidak bersih, dan tidak dimasukan lemari kembali sehabis dipakai” terangnya. Lain hal dengan prodi pendidikan geografi. Salah satu mahasiswanya mengeluhkan kurangnya stereoskop cermin. Hadi Restu, dari angkatan 2016 mengeluhkan tentang stereoskop cermin yang hanya ada tiga di prodinya. Dari jumlah tiga alat tersebut, hanya dua yang masih bisa digunakan. Stereoskop cermin biasa digunakan untuk melakukan pemetaan, mata kuliah pengindraan jauh dan mata kuliah kartografi tematik. Mahasiswa yang akrab disapa Hadi ini menjelaskan bahwa pada angkatan 2016, kelas dibagi menjadi dua (A dan B). Sehingga, dua stereoskop cermin tersebut kerap menjadi rebutan. “Kelas A dan B saling berebut dalam menggunakan alat tersebut”. Ia menjelaskan mahasiswa di prodi pendidikan geografi cukup banyak, karena kurangnya alat tersebut membuat praktik perkuliahan menjadi kurang efektif. Dampaknya, banyak mahasiswa yang tidak mengerti 12 || LPM DIDAKTIKA UNJ || MEI

penggunaan stereoskop cermin tersebut. Asma Irma selaku kepala program studi (Kaprodi) Pendidikan Geografi, mengiyakan bahwa stereoskop cermin yang jumlahnya hanya ada dua sangat tidak mencukupi kebutuhan mahasiswa geografi yang jumlahnya 90 orang lebih diangkatan tersebut. “Kalo ngomongin idealnya satu orang satu. Dulu saya di Universitas Gadjah Mada (UGM) itu satu orang satu karena pemakaiannya sangat personal,” tuturnya. Menurut Asma Irma, Stereoskop cermin yang hanya dua tersebut akan menyulitkan mahasiswa dalam menggunakannya. Jika alatnya hanya dua, maka mahasiswa harus bergantian menggunakanya. Sedangkan, mata setiap orang berbeda. Misalnya, orang yang pakai kacamata dan tidak pakai kacamata, matanya tentu berbeda. “Maka kalau harus bergantian, mereka harus menyesuaikan ulang streoskop cermin tersebut,” ucap asma irma. Asma Irma menceritakan, sebenarnya prodi pendidikan geografi hanya mempunyai satu stereoskop cermin. Jumlahnya bertambah, saat UNJ mendapat dana hibah sistem Perencanaan, Penyusunan Program, dan Penganggaran (SP4) dan prodi memanfaatkan momentum itu untuk mengajukan penambahan stereoskop cermin. Sebelum Komarudin menjabat sebagai Wakil Rektor (WR) II, Asma Irma menambahkan, Prodi Pendidikan Geografi sudah mengajukan penambahan stereoskip cermin. Namun, hingga saat ini, alat tersebut belum dipenuhi hingga sekarang. “Jadinya saya malas mengajukan-mengajukan permohonan lagi,” tambahnya. Menanggapi kurangnya alat praktik di beberapa prodi, Komaruddin, selaku WR II, mengatakan pengadaan barang perlu dipertimbangkan. “Tergantung harganya berapa? urgensi alatnya gimana?” tuturnya. Ia pun menjelaskan jika harga barang tersebut berkisar antara 50-100 juta diajukan ke fakultas bila harganya lebih dari 100 juta diajukan ke pihak universitas.

Penulis Editor

: Aditya Septiawan : Muhammad Muhtar


TIKA UNJ

MEI || LPM DIDAKTIKA UNJ ||13


DIDAKT

LAPORAN 5

Peran Jurnal Dosen dalam Lingkungan Akademis Hadi Nur, Adjunct professor Universitas Negeri Malang (UM), melalui tulisannya yang dimuat di kolom opini kompas, Senin 7 Mei 2018, yang menyatakan bahwa perguruan tinggi harus bebas dari kapitalisme pengetahuan, sosial, ekonomi, dan politik yang membentuk keadaan sosial. Upaya pembebasan itu harus mengarahkan pada pengembalian tujuan perguruan tinggi pada mulanya, yang menurutnya pendidikan tinggi yang berdaulat , bermartabat, dan memanusiakan manusia. Hadi mengambil contoh, kebijakan yang riset dan teknologi disatukan dengan pendidikan tingi. Menurutnya esensi dari perguruan tingi ialah kebijaksanaan, tidak berhenti dalam pengembangan skill. Dibandingkan dengan esensi riset dan teknologi, yang bertumpu pada produk. Hadi menyimpulkan bahwa karena dua hal yang indikatornya berbeda dicoba untuk disatukan sehingga pendidikan yang berfungsi untuk pengembangan manusia tergantikan. Pemisahan pengelolaan perguruan tinggi dari Kementrian kebudayaan (Kemdikbud) ke Kementrian Riset dan Teknologi (Kemristek) bertujuan untuk mendorong angka riset dan penelitian dalam ranah perguruan tinggi. Dikutip dari berita berjudul “Mendorong Riset Lewat Birokrasi” yang dimuat dalam majalah Didaktika edisi 46, bahwa kebijakan dengan motif mendongkrak perkembangan penelitian ini membuat kegiatan riset kehilangan nilai-nilai filosofinya. Menurut Daoed Joesoef, lewat opini berjudul “Misi Perguruan Tinggi” menyatakan bukanlah menghasilkan hasil yang siap pakai, namun membuat manusia untuk berupaya menyempurnakan pengetahuan. Jadi peran perguruan tinggi harus mewujudkan tempat pembelajaran alihalih menodorong produktivitas di bidang riset. Kegiatan penelitian akademis merupakan salah satu bagian dari tridharma perguruan tinggi, disamping pengajaran dan pengabdian masyarakat. Kewajiban untuk melakukan Penelitian berlandaskan Peraturan, Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi (Permendikti) Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Penelitian menjadi salah 14 || LPM DIDAKTIKA UNJ || MEI

satu bahasan, adapun penelitian yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis. Permendikti ini berhubungan dengan pasal 52 ayat 3 dan pasal 54 ayat 1 yang termaktub dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang perguruan tinggi.

Doc :Muhamad Muhtar Menurut salah seorang Dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Eva Leiliyanti, mekanisme penelitianya berawal dari identifikasi isu yang relevan bersamaan dengan teori yang berkaitan. Merancang desain penelitian yang sesuai dilengkap dengan Analisa terhadapnya, kemudian mencatat pelaporan hasil penelitian. Kemudian menuliskan hasil penelitian tersebut dalam format jurnal untuk publikasi. Output dari penelitan adalah publikasi melalui jurnal. Robertus Robert, dosen fakultas ilmu sosial UNJ, mengatakan bahwa hasil penelitian adalah jurnal yang yang terakreditasi. Robert juga menambahan hasil penelitianya tersebut seharusnya dipergunakan menjadi bahan ajar dalam kelas. “ Jadi ngajar berbasis pene-


TIKA UNJ

LAPORAN 5 litian, tapi sekarang dosen lebih seperti wali kelas,” Fakultas, google form mencatat terdapat 94 koresponden yang turut mengisi survey ini. Ucapnya saat ditemui oleh tim didaktika. Ia juga menjelaskan penyebab kurangnya kinerja penelitian disebabkan kurangnya sumber daya manusia atau tenaga pengajar sehingga beban sks harus mendorong dosen untuk banyak mengajar. Sedangkan, menurutnya, dosen seharusnya banyak melakukan penelitian, dan aktif menulis Budaya Akademis UNJ yang lemah Intan Ahmad, Pelaksana Tugas Harian (PLTH) Rektor UNJ mengatakan bahwa harus ada dorongan dari dalam individu masing-masing dalam kemajuan akademis. “Ibarat saya dulu atlit, kalo mau menang bukan hanya pelatihnya saja tapi atlit juga harus mau menang. Jadi tidak bisa mengharapkan lingkungan atau kampus” Ucapnya saat ditemui oleh reporter Didaktika pada 14, Mei 2018 di lantai satu Gedung Rektorat.

Survey menunjukan bahwa 72% dari 94 (Sekitar 68 orang) responden mengaku tidak pernah bersentuhan dengan jurnal hasil penelitian dosen dan publikasinya. 55 Mahasiswa menjawab tidak merasakan manfaat dari hasil penelitian, 16 Mahasiswa menjawab jurnal penelitian tersebut masih berhubungan dengan tugas, sisanya 17 mengaku merasakan manfaat salah satu koresponden mengaku bahwa jurnal membantu dalam mata kuliah tertentu dan bahan persiapan skripsi. Selain itu, minimnya tingkat mahasiswa yang pernah mengkaji jurnal penelitian mahasiswa. Dari 93 koresponden yang mengisi pertanyaan “ Apa anda pernah membaca atau mengkaji jurnal tersebut ?” hanya 23,7 % (Sekitar 23 orang) yang mengiyakan sedangkan 76,3 % (sekitar 70 orang) mahasiswa kebalikannya. Perihal relevansi hasil penelitian tersebut dengan keperluan mahasiswa, hanya 42% (Sekitar 34 orang) dari 81 koresponden yang mengisi pertanyaan “ Apa menurut anda hasil penelitian tersebut masih relevan degan keperluan mahasiswa dan masyarakat ? “, setuju bahwa hasil penelitian tersebut masih relevan dengan keadaan sekarang sisanya 58% (Sekitar 47 orang) .

Di kesempatan yang sama, Muchlis Rantonu Luddin, selaku Wakil Rektor (WR) 1 Bidang Akademik, mengaku berupaya untuk membuat atmosfir akademik berkembang. “ Dulu sulit kalo ada seminar, supaya kita tidak malu, tapi sekarang udah berubah. Kesadaran itu mulai,”. Muchlis mengklaim bahwa kerja sama antara mahasiswa dan dosen sudah terjalin dalam mekanisme Tidak lepas jurnal hasil penelitian dosen, lingpenelitian. kungan akademis merupakan komponen penting dalam kehidupan akademis kampus. Meski begitu banyak Muchlis menambahkan penelitian dosen yang mahasiswa yang mengeluhkan lemahnya budaya akadisimpan di Fakultas, bisa digunakan untuk naik pan- demis. Melalui pertanyaan mengenai lingkungan akagkat bagi dosen, atau repositori untuk Lembaga pene- demis UNJ, banyak mahasiswa yang menggambarkan litian. “ Penelitian itu bisa untuk naik pangkat, atau lemahnya budaya akademis. Salah satunya dari responmenemukan ilmu atau Hakki,”. Dengan adanya kenai- den menyatakan bahwa relasi antara dosen dengan makan pangkat maka dosen akan berpacu untuk ikut serta hasiswa yang seharusnya menjadi inti akademis tidak dalam kegiatan akademis ini. terjalin karena dalam kelas adanya hirarkis bahkan dominasi pengetahuan hingga membunuh budaya kri Namun, Kerap kali kegiatan penelitian ini ma- tis. sih terbatas hanya sebagai kewajiban bukan turut serta membangun kultur akademis dalam lingkungan kampus sebagai civitas academica. Melalui survey daring yang diadakan oleh Didaktika menggunakan quesioner Penulis : Faisal Bachri yang dijawab oleh mahasiswa UNJ yang berasal dari 7 Editor : Hendrik Yaputra MEI || LPM DIDAKTIKA UNJ ||15


DIDAKT

LAPORAN 6 Acuan Kelas Ideal Kemenristek Dikti Pada Perguruan Tinggi Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia mengeluarkan aturan nomor 26 tahun 2015 tentang registrasi pendidik pada perguruaan tinggi yang tertuang bahwasanya Dosen dan mahasiswa di sebuah program studi harus memiliki rasio yang ideal. Rasio ideal menurut Menristek Dikti antara dosen terhadap mahasiswa pada program studi, yakni 1:45 untuk rumpun ilmu agama, rumpun ilmu humaniora, rumpun ilmu sosial, dan rumpun ilmu terapan (bisnis, pendidikan, keluarga konsumen, olahraga, jurnalistik, media massa dan komunikasi, hukum, perpustakaan dan permuseuman, militer, administrasi publik, dan pekerja sosial) serta 1:30 untuk rumpun ilmu alam, rumpun ilmu formal, dan rumpun ilmu terapan (pertanian, arsitektur dan perencanaan, teknik, kehutanan dan lingkungan, kesehatan, dan transportasi).

dak ada dan hanya ada satu Air Conditioner (AC) yang berfungsi dari dua AC. “Pendidikan semakin mahal, tetapi segi fasilitas kelas kurang. Saya bayar per semester 5,7 juta rupiah, ya dengan ini saya merasa tidak sebanding,” tambahnya. Tidak hanya Adnan, padatnya mahasiswa di ruang kelas FIS juga dirasakan Rahayu Milasari, mahasiswa prodi PPKN. Dia mengatakan bahwa ruangan kelas di FIS tidak luas dan AC yang sering tidak menyala. “Ruang kelas di FIS terkadang suka kurang kursinya dan lebih baik kelas di Gedung Dewi Sartika,” ucapnya.

Senada dengan Adnan, mahasiswa semester dua Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Informatika (PTIK) Muhammad Taufik Firdaus juga mengeluhkan tentang kepadatan kelas. Jumlah mahasiswa di ruang kelas Taufik berjumlah 40. Menurutnya, kepadatan ke Akan tetapi, beberapa mahasiswa Universitas las tersebut sering kali membuat proses pembelajaran Negeri Jakarta (UNJ) mengeluhkan pembludakan jum- terganggu karena tidak diiringi pula oleh lusanya kelas. lah mahasiswa di ruang kelas. Adnan Hariri, mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganeg- “Kelas kecil, pengap jadinya. Kalo di SMA kan araan (PPKN), Fakultas Ilmu Sosial (FIS) mengatakan 35 siswa dan kelasnya lebih luas. Kalo dibandingin, bahwa banyaknya jumlah mahasiswa di kelas menye- lebih nyaman kelas sewaktu SMA,” ungkapnya. babkan pembelajaran tidak efisien. Selain itu, luasnya ruang kelas juga tidak sebanding dengan rasio maha- Tak hanya itu, Taufik juga mengeluhkan tentang siswa yang berlebihan. kekurangan alat praktek di ruang praktek PTIK. “Alat perkakas praktek kurang, seperti obeng dan solder,”. Adnan juga mengaku bahwa awal memasuki Tutur Taufik. bangku kuliah, mahasiswa di kelasnya berjumlah 49. Namun, saat ini, jumlah mahasiswa dikelas Adnan ber- Ketika diwawancarai Koordinator prodi PTIK, jumlah 45. Pengurangan jumlah mahasiswa disebabkan Yuli membenarkan persoalan tentang kekurangan alat oleh pengunduran diri beberapa mahasiswa. praktek. Menurut Yuli, tidak lengkapnya alat penunjang praktek disebabkan oleh kurangnya dana dari pihak bi “Selama saya kuliah dari 2014, saya merasa rokrasi kampus. Yuli sudah berulang kali meminta ke kurang kondusif dan dirugikan. Dengan kondisi fasili- pihak birokrasi kampus, akan tetapi dana yang diberitas kelas yang kurang luas menjadi tidak efisien dalam kan birokrasi kampus belum mencukupi untuk meningproses pembelajaran,” tutur Adnan. katkan kualitas alat praktek. Berdasarkan keterangan Adnan, fasilitas kelas Tak hanya itu, menurut Yuli, keterbatasan dana di tempatnya dalam melakukan aktivitas kuliah sehari- juga dipengaruhi oleh pembayaran Unit Kuliah Tunghari juga kurang menunjang. Contohnya, proyektor ti- gal (UKT) mahasiswa yang tidak tinggi nominalnya. 16 || LPM DIDAKTIKA UNJ || MEI


TIKA UNJ

LAPORAN 6 man, kelas haruslah berubah, tentunya sarana haruslah dipenuhi, terutama dalam segi teknologi,”. ungkapnya Ia juga mengatakan, untuk menjawab kebutuhan pasar, maka penerimaan mahasiswa baru PPKN tinggi jumlahnya. Akan tetapi, dengan penerimaan yang banyak jumlahnya, ia menjamin tidak adanya benturan jam penggunaan kelas. “Sebenarnya saya sudah memperhitungkan, agar tidak terjadinya benturan kelas,” Tungkasnya. Artinya bahwa Prodi PPKN dan PTIK di UNJ saat ini tidak mematuhi peraturan Menteri yang sudah ditetapkan tersebut. Selanjutnya Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi menetapkan bahwa program studi yang memiliki rasio ≥ 100 pada Pangkalan Data Dikti per tanggal 31 Juli 2015 akan di non-aktif kan statusnya . (https://forlap.ristekdikti.go.id/files/) Doc. Google

“kita sering minta, cuman kan keterbatasan dana, kalau anda bayar tinggi, kita juga bisa meningkatkan kualitas,” ujar Yuli. Mengantisipasi kegaduhan di angkatan 2017 pada ruang kelas PTIK, Yuli juga menambahkan, bahwasanya masing-masing dosen pastilah mempunyai strategi tersendiri untuk meredam kegaduhan tersebut. “untuk mengatasi 40 mahasiswa di angkatan 2017, ya tergantung strategi ataupun metode pembelajarannya, hal itu juga pasti dimiliki masing-masing dosen,”. Tungkasnya. Suhadi, selaku Koordinator Prodi PPKN membenarkan keluhan yang dialami Adnan dan Rahayu, jika kualitas kelas PPKN amat kurang dalam segi fasilitas dan ukuran kelasnya. Berdasarkan keterangan Suhadi, setiap tahun penerimaan mahasiswa baru prodi PPKN berjumlah sekitar 120 mahasiswa, namun tidak diiringi luasnya ruang kelas yang berjumlah du akelas di FIS. Suhadi, juga sudah mengajukan keinginannya tentang perubahan kelas ke pihak birokrasi kampus, namun saat ini perubahan yang sudah ia ajukan, belum mencapai standarisasi. “Seiring dengan tuntutan za-

Wakil Rektor Bidang Akademik yakni Muklis membantah tentang persoalan kepadatan kelas tersebut. Menurutnya, kepadatan kelas di Prodi UNJ dengan peraturan Menteri tidak ada keterkaitannya. “menurut laporan yang diterima semua ada, ruangan dan dosen ada serta kalo keterbatasan dana dengan fasilitas kelas, itu mah alasan klasik aja.” Ucapnya. Selain itu Muklis juga berpendapat, bahwa tidak mungkin jika salah satu Prodi di UNJ tak mematuhi peraturan dari pemerintah. Rasio kelas adalah rombongan belajar yang harus diatur mandiri oleh Prodi. “Jika saja, salah satu Prodi tidak mematuhi, maka hal itu akan mengancam keberadaan Prodi tersebut.” Tambahnya. Ketika dimintai keterangan, Rektor UNJ Prof Intan juga membantah tentang UNJ tidak mematuhi peraturan rasio kelas dari Menristek Dikti. Menurutnya, seleksi mahasiswa pasti akan dikendalikan oleh kampus. “Kalo melewat batas, akreditasi bahaya. Jadi yang dimaksud peraturan Menristek Dikti itu tentang Rasio keseluruhan antara dosen dan mahasiswa terhadap mata kuliah tertentu.” Tungkasnya. Penulis Editor

: Tonny J. Priangan : Muhammad Rizky S.

MEI || LPM DIDAKTIKA UNJ ||17


DIDAKT

OPINI

Menggiring Opini Rakyat Lewat Kebangkitan PKI Penulis : Ahmad Qori Hadiansyah Menjelang Pemilihan Umum (pemilu) 2019 isu kebangkitan Partai Komunis indonesia kembali muncul. Rakyat Indonesia merasa takut terhadap isu tersebut Beberapa waktu lalu, rakyat Indonesia dikejutkan dengan isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Isu ini kembali muncul ketika mendekati pemilihan umum (pemilu) 2019, contohnya dalam kasus penganiayaan pimpinan Pondok Pesantren di Cicalengka, pembunuhan terhadap salah satu tokoh Persatuan Islam (Persis) di Jawa Barat, dan kasus penyerangan terhadap pendeta di gereja yang terletak di Yogyakarta. Pelaku dari kasus-kasus tersebut dituduh sebagai penganut komunisme.

khususnya TNI AD menuduh PKI sebagai dalangnya. Kemudian, pihak TNI AD menggiring opini rakyat untuk bergabung dalam menjatuhkan PKI sekaligus menjatuhkan Presiden Republik Indonesia pertama, yaitu Sukarno. Peristiwa tersebut mengakibatkan perang saudara yang menelan hampir 500.000, bahkan ada yang berpendapat mencapai 2 juta korban jiwa. Ratarata korban jiwa jatuh dari rakyat yang dituduh sebagai anggota PKI. Pembunuhan tersebut dilakukan tanpa pengadilan dan menjadi pelanggaran HAM terbesar di Indonesia

Tidak hanya itu, Rezim orde baru juga melakukan kekerasan budaya. Rezim orde baru merangkul para budayawan untuk turut serta menyebarkan gagasan antikomunis, seperti Taufiq Ismail, Muchtar Lubis, dan Gunawan Muhammad. Bahkan, rezim orde baru membentuk Lembaga Sensor Film (LSF) dan melarang beberapa buku yang berunsur komunisme, Seperti buku-buku karya Pramoedya Ananta Tour. Hal ini guna melegitimasi kekuasaan orde baru dan penyebaran Terlihat jelas bahwa dalam kasus tersebut isu gagasan antikomunis ke rakyat. Dalam rezim ini, milikebangkitan PKI kembali dimunculkan. Isu terse- ter menjadi alat bagi pemerintahan untuk melanggengbut berdampak pada bangkitnya rasa khawatir rakyat. kan kekuasaan. Pihak militer berperan besar dalam meRakyat Indonesia, terutama yang mengaku beragama nyebarluaskan gagasan antikomunis. Islam bereaksi keras terhadap kasus tersebut dan men Pengaruh kekuasaan orde baru masih terasa ganggap bahwa PKI mulai bangkit. hingga saat ini. Gagasan antikomunis masih terus Islam mengajarkan sikap tabayyun kepada digaungkan oleh beberapa golongan. Terbukti dalam umatnya. Tabayyun adalah sikap mencari kejelasan kasus yang telah disebutkan di atas, beberapa pihak maseuatu kabar atau berita sehingga tidak ada pihak yang sih menampakan sikap antikomunis, contohnya Front merasa dirugikan. Sayangnya, masyarakat yang men- Pembela Islam (FPI) dan pihak oposisi pemerintah. gaku beragama Islam tidak mengamalkan sikap tersePropaganda “bahaya laten komunis� digunakan but. Padahal, dengan mengamalkan sikap tersebut, ti- oleh FPI dan pihak oposisi pemerintah untuk mengdak ada lagi kasus saling menuduh. giring opini rakyat yang telah dibutakan oleh sejarah. Kekhawatiran rakyat terhadap kasus PKI tidak Akhirnya, rakyat merasa bahwa kebangkitan PKI lepas dari sejarah bangsa Indonesia. PKI sudah bebera- merupakan suatu hal yang nyata. Selain itu, mereka pa kali dituduh melakukan kekacauan di Republik ini. bertujuan untuk mengurangi kepercayaan rakyat terhadap pemerintah dan merebut kekuasaan. Seperti kasus Gerakan 30 September 1965. Kejadian G30S 1965 merupakan peristiwa yang hingga kini belum jelas kebenarannya. Pihak militer, 18 || LPM DIDAKTIKA UNJ || MEI

Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memerintahkan kepada rakyat Indonesia untuk menonton film G30S buatan rezim Soeharto. Film buatan pemerintah terse-


TIKA UNJ

Doc :www.google.com but sebenarnya terdapat banyak rekayasa. Hal itu menambah rasa khawatir mereka. Cara seperti itu terbukti ampuh. Rakyat, khususnya rakyat Islam percaya dengan isu kebangkitan PKI. Mereka memanfaatkan kebutaan rakyat terhadap sejarah untuk kepentingan politik 2019.

menjadi peluang besar bagi pihak oposisi untuk memenangkan suara rakyat di kontes pemilihan umum (pemilu) 2019 nanti.

Melihat situasi seperti ini, rakyat Indonesia, khususnya yang mengaku beragama Islam sudah seharusnya sadar bahwa komunis bukan merupakan ancaman bagi Republik Indonesia. Misbach, pendiri koran Tuduhan komunis juga menyasar ke presiden Medan Moeslimin dan Islam Bergerak mengatakan Republik Indonesia. Terdapat oknum yang menuduh “bukanlah orang islam jika dia tidak komunis”. MenuPresiden RI sebagai keturunan PKI. Bahkan, ada ok- rutnya, islam dan komunis memiliki tujuan yang sama, num yang membuat buku berjudul “Jokowi Undercov- yaitu melawan penindasan oleh kaum kapitalis. Dia er”. Situasi ini dimanfaatkan oleh pihak oposisi pemer- juga mengatakan bahwa komunisme merupakan seintah untuk menurunkan kepecayaan rakyat. Dengan buah praktik dalam ajaran Islam. menurunnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah, MEI || LPM DIDAKTIKA UNJ ||19


DIDAKT

OPINI Haji Misbach memberi beberapa penjelasan tentang hal-hal yang menjadi dasar persatuan islam dan komunisme. Pertama, perlunya ide-ide keagamaan yang revolusioner dan kuat. Dalam hal ini, kekuatan tersebut adalah islam dan komunisme dalam memerangi kapitalisme.

Menurutnya, orang-orang eks-PKI pun harus dilindungi hak nya. Gus Dur juga menginginkan keterbukaan terhadap sejarah. Ia menyatakan bahwa keterbukaan tersebut dapat dilaksanakan apabila tidak ada peraturan yang mengintervensi salah satu pihak dalam hal ini adalah PKI.

Kedua, membumikan ajaran komunisme dalam konteks Indonesia. pada masa kolonialisme Belanda, pihak pemerintah Hindia Belanda melakukan penindasan terhadap rakyat Indonesia. Mereka memeras tenaga rakyat Indonesia untuk kepentingan mereka. Melihat hal itu, Misbach meganggap komunisme lah yang cocok untuk menghantarkan rakyat Indonesia keluar dari penindasan tersebut.

Selain itu, Gus Dur berpendapat bahwa TAP MPR tersebut tidak sesuai dengan UndangUndang Dasar (UUD) yang seharusnya melindungi semua. Bahkan, dia menganggap bahwa masyarakat tidak perlu takut terhadap PKI.

Poin kedua ini agak mirip dengan gagasan Sukarno yaitu marhaenisme. Sukarno mengatakan bahwa marhaenisme adalah “marxisme ala Indonesia�. Dalam gagasan marhaenisme, orang-orang yang tertindas bukan cuma kaum buruh saja. Petani, pedagang kecil, dan orang-orang melarat lainnya termasuk orang yang tertindas. Ketiga, islam dan komunisme dianggap sebagai alat perjuangan yang mengancam pemerintahan kapitalisme. Keempat, islam dan komunisme memiliki musuh yang sama, yaitu kaum kapitalisme. Gagasan Misbach tentang “Islam dan komunisme� seharusnya bisa membuat rakyat sadar bahwa kebangkitan PKI bukanlah suatu hal yang perlu ditakuti. Ancaman terbesar bukanlah PKI, tetapi kaum kapitalisme yang terus mengambil untung sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan hakhak manusia lainnya. Abdurrahman Wahid atau kerap disapa Gus Dur, sempat ingin mencabut Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966 tentang pelarangan terhadap PKI dan ajaran marxisme-leninisme ketika dia menjabat sebagai presiden RI.

20 || LPM DIDAKTIKA UNJ || MEI

Melihat pandangan tokoh-tokoh di atas, sudah semestinya rakyat Indonesia melupakan dan tidak meributkan kembali soal isu kebangkitan PKI. Jangan sampai kita mudah terlena dengan isu-isu yang dimainkan oleh elit politik demi kepentingan Pemilu, serta jangan sampai terjadi perang saudara seperti 1965. Rakyat Indonesia sudah harus berpikir kritis terhadap suatu kejadian yang belum jelas kebenarannya. Saat ini, pihak oposisi pemerintah dengan mudah menyebarkan gagasan-gagasannya lewat media. Terdapat media-media yang dimiliki oleh pihak tersebut. Di tengah situasi seperti ini, rakyat Indonesia harus mempertanyakan kembali tentang kejelasan berita-berita yang didapat. Maksudnya, rakyat harus mempertanyakan mengenai fakta dan aspek keberimbangan dalam berita. Kemudian, rakyat tidak bisa menarik kesimpulan dengan hanya membaca satu berita saja. Harus membaca berita dari berbagai sumber agar bisa menarik kesimpulan yang tepat. Terutama rakyat Indonesia yang mengaku agama Islam, mereka memiliki cukup banyak massa sehingga menjadi sasaran bagi pihak oposisi pemerintah untuk kepentingannya. Jangan sampai rakyat Indonesia dengan mudah menjadi alat bagi pihak oposisi pemerintah demi kepentingan politik 2019.


TIKA UNJ

KUTUKAN Oleh : Yulia Adiningsih

Tikus lewat begitu saja ketika ia baru saja membuka mata dari tidur semalam. Kau tahu, tikus itu begitu gemuk untuk seukuran tikus. Tapi, tikus sekarang memang seperti itu, entah makannya apa. Parno menganggap tikus itu seperti manusia, lebih tepat teman. Seperti teman pada umumnya, dia selalu ada, meskipun hanya ada saja, tidak lebih. Tikus tidak bisa diajak bicara, kalau pun bisa diajak bicara dia tidak akan menjawab. semua orang tahu itu. Jadi yang bisa dilakukan oleh Parno adalah membiarkannya berkeliaran. Parno hidup seperti anak rantau lainnya di Jakarta, tidak ada yang istimewa. Saya pikir cerita tentang Parno ini bisa diceritakan nanti. Mungkin sekarang saya akan bercerita tentang Dudi, teman rantaunya dari Palembang. Dudi seperti dikutuk tidak bisa berbuat baik pada siapa pun. Saat dia kecil, kira-kira umur 5 tahun ketika anak laki-laki seumurannya senang bermain gundu, dia terpaksa bermain Barbie bersama teman perempuan seumurannya. Kejadian itu bermula saat ia ingin menyalamatkan gundu temannya yang menggelinding ke arah got. Gundu itu kebetulan gundu andalah Heri, anak seusianya yang tinggal di samping rumahnya. Gundu heri memang bagus, warna luarnya mengkilap dengan warna merah membentuk spiral di dalamnya. Ketika Dudi menangkap gundu tersebut, tiba-tiba anak-anak yang sedang bermain gundu itu berteriak, “maling�. Cercaan dan tuduhan terus-menerus dilontarkan tanpa dia diberi kesempatan untuk berbicara. Hingga Heri, menyatakan memblacklist Dudi dari pertemanannya. Sebetulnya, sebelum Heri menyatakan itu, anak laki-laki seumurannya tidak ada yang mau

SUPLEMEN berteman dengannya. Tidak jelas alasannya apa. Semakin Dudi mendekat, semakin mereka menjauh. Saat ia duduk di bangku SD, ibunya jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit. Ia dijemput oleh ayahnya yang sengaja meminta izin dari kantornya untuk mengurus isterinya. Pukul 1 siang dudi ke luar dari sekolah dengan membawa tas gembloknya. Ayahnya sudah menunggu di gerbang sekolah saat itu, dan langsung memanggilnya. Dudi pun menghampirinya dan bertanya ada apa, karena kejadian seperti ini tak seperti biasanya. Dudi dan ayahnya bergegas menuju rumah sakit. Saat itu ia merasa sedih tapi mukanya datar. Ia bingung harus bagaimana. Ibunya tidur di ranjang pasien. Ia pun hanya duduk diam di samping ayah yang tidak pernah berhenti berdoa agar penyakit ibu dicabut dan bisa menyiapkan sarapan yang itu-itu saja. Doa ayah terkabul. Penyakit ibu dicabut, begitu juga dengan nyawanya. Istrinya meninggal saat dia sedang dinas di makassar. Saat itu ayah sedang beristirahat di hotel dan mendapatkan telepon dari rumah sakit. Saat itu, dudi hanya diam tersungkur di samping ibunya yang sudah tidak bernapas. Seperti biasa, ia selalu bingung harus melakukan apa. Ada perasaan lega saat itu, semua penyakit nya diangkat. Tapi Ada juga perasaan sedih karena dia tidak akan bertemu lagi dengan ibu. Yang membuat bingung sebenernya bukan itu, tapi ada semacam perasaan bersalah yang tidak tahu alasannya. Perasaan itu berada utuh diantara perasaan lega dan sedih. Dudi berpikir mungkin perasaan itu lazim dialami oleh orang yang ditinggalkan oleh orang yang dicintai, terutama oleh orang tua. Sampai ia tahu bahwa ibu meninggal garagara dia. Selama 4 Hari ditinggalkan dinas oleh ayahnya , dudi menjaga in sendirian. Di hari pertama, obat jantung ibu sudah habis. Dudi menghiraukannya. Dia pikir obat itu, hanya obat tambahan MEI || LPM DIDAKTIKA UNJ ||21


DIDAKT

SUPLEMEN jadi tidak apa2 jika tidak di munum. Jika saja dudi Tau obat itu sangat penting, dia akan bilang ke orang dewasa yang Ada di sana untuk memberikan ibu obat lagi. Ayah tau tentang itu, tentang dudi yang tidak memberikan obat pada ibu. Kata ayah, “bukan Salah kamu”.

kejadian itu, Ayah tetap baik pada Dudi. Menginjak dewasa, kutukannya tidak kunjung hilang. kesialan teru-menerus datang ketika dia berniat baik. Dudi tak punya teman selain ayah karena

Betapapun ayah meyakinkan dudi bahwa itu bukan salahnya, ia tetap menyesal dan merasa bersalah. Dudi semakin hari semakin besar. Besar hatinya, besar juga badannya. Meskipun begitu ia tetap bisa melanjutkan hidup berdua dengan ayahnya. Mereka tetap bisa makan meskipun tidak bisa memasak. Mereka tetap bisa memakai baju yang bersih meskipun tidak bisa mencuci. Hanya saja untuk itu mereka harus sedikit menghemat. Tidak Ada cemilan di siang atau malam hari. Suatu hari mereka kedatangan tamu. Tamu itu adalah teman kecil ayah. Ia datang untuk bersilaturahmi dan tak lupa menempelkan beberapa lembar uang di tangan dudi. “Untuk jajan,” katanya. “Terima kasih” Ayah menyuruhku untuk mengambilkan minum untuk Pak somad. Dudi mengambil air panas dan dua gelas yang sudah berisi teh siap seduh. Ia menuangkan air yang masih panas ke dalam gelas tersebut sehingga beberapa menit setelah itu air berubah menjadi agak coklat, coklat teh. “Tolong ambilkan makan juga, Dud” “Baik, pak” Ketika Dudi hendak mengambil makanan itu, tak sengaja tangan dudi menyenggol ujung siku Pak Somad yang hendak akan meminum teh. Teh bercucuran ke baju Pak Somad dan membasahi setengah muka Pak Somad. Dudi meminta maap, tentu saja Pak Somad memaapkannya meskipun sedikit agak jengkel. Ayah tau cara memaafkan dengan mudah. Tapi dia tak pernah berbagi teknisnya seperti apa. Setelah 22 || LPM DIDAKTIKA UNJ || MEI

hanya ayah yang bisa memaafkan kesialan yang disebabkan oleh niat baiknnya. Di rumah, Dudi rajin belajar dan tidur, sekali pun di hari libur. Dia tidak pernah bermain seperti remaja SMA lainnya. Di sekolah, Dudi hanya diam di bangku, menulis cerita tentang berbagai kesialannya saat ia ingin berbuat baik. Sudah 71 cerita yang ia tulis, mulai dari saat ia kelas 1 SD sampai sekarang, kelas 2 SMA. Hanya ada satu hal yang sama antara Dudi dengan remaja SMA lainnya yaitu sering mendapatkan hukuman. Bedanya, remaja SMA yang lain berusaha dengan keras agar mendapatkan hukuman itu, dan terlihat keren. Sedangkan Dudi tidak pernah berusaha


TIKA UNJ

SUPLEMEN mendapatkan hukuman, hukuman itu yang datang mereka. sendiri, dan tidak terlihat keren. Dudi berpikir keras untuk mengatasi kutukan Begitu lah hari-hari Dudi di SMA yang dia nya tersebut. Jika belajar dari film-film disney, kesialan dan kutukan seseorang akan hilang ketika dia menemukan pasangan sejatinya, mendapatkan ciumannya dan menerimananya. Apa salahnya mencoba, pikirnya. Misinya dimulai dengan menentukan target perempuan yang akan dijadikan pacar. Ada 5 kandidat di otaknya. 1. Sari, anak tercantik se-ips tapi pendiam 2. Jane, baik dan pintar 3. Lesni, cantik dan banyak teman 4. Gina, rajin solat dan murid teladan 5. Heni, baik, betubuh atletik dan nyaris tidak terdeteksi keberadaannya. Seharian ia menimbang-nimbang. Sambil membaca, mencuci piring, menonton Tv, ia terus memikirkan itu. Hingga menjelang tidur ia belum juga mendapatkan jawaban.

Doc. Google jalani dengan pasrah. Sabtu pagi di bulan agustus, ia lelah menulis kesialan yang dialaminya sehingga ia memutuskan untuk membaca catatannya itu. Ia membaca dengan serius cerita kesialannya itu sambil menyandarkan punggungnya ke salah satu sisi tiang pintu dan kedua kakinya ia tempelkan ke satu sisi lainnya sehingga posisi itu seperti memblok pintu. Menurut mitos, duduk di lawang pintu akan menghambat jodoh seseorang tapi Dudi tidak percaya. Meskpiun sampai sekarang, Dudi tidak pernah mempunyai pacar. Setelah 30 cerita yang dia baca, dia menemukan benang merah dari cerita-cerita sial itu. Kesialan terjadi saat ia ingin berbuat baik, dia baru menyadarinya. Ia berpikir mungkin itulah alasan ayahnya selalu memaafkannya saat kesialan menimpa

Pagi hari, sebelum berangkat ke sekolah, sambil sarapan ia berkontemplasi tentang dirinya sendiri, tentang apa yang ia punya. Sesunggugnya setelah dia menyadari, dia tidak mempunyai ap-apa selain keinginannya until berbuat baik. Dengan begitu, ia dapat menimbang-nimbang dengan mudah target yang rasional mau menjdai pacarnya. 1. Sari. Terlalu cantik buatnya. Dudi tahu diri, dia tak akan sampai hati melihat gadis cantik seperti sari berpacaran dengan laki-laki jelek seperti dia. 2. Jane. Meskipun baik, dia tidak bodoh untuk memcari pacar yang cocok untuknya dengan segala pertimbangan yang menguntungkan. 3. Lesni. Mungkin saja lesni bisa menjadi pacarnya. Tapi bagaimana dengan teman-temannya yang sombong dan sepertinya dia sedang dekat dengan fiko, teman sekelas dudi juga. 4. Gina. Banyak diincar oleh laki-laki. Akan sangat suMEI || LPM DIDAKTIKA UNJ ||23


DIDAKT

SUPLEMEN guan tanpa malu. “hei” “hei” Ia menyesal menyapanya. Yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Akhirnya ia terpaksa memulai bicara kembali. “habis lomba ?” Setelah dipikir-pikir, hanya Ada 2 perempuan “ia” yang masuk akal mau menjadi pacarnya : Lesni dan “oh” Heni. Tapi ia tidak bisa mendekati dua perempuan seSetelah kejadian aneh itu, ia tidak berani menyalaligus. Jika dipikir-pikir lagi, jika benar Lesni dengan fiko, Tak baik baginya mendekati perempuan yang se- panya kembali selama seminggu. namun, dudi adalah orang yang pantang menyerah, seminggu kemudian ia dang dekat dengan laki-laki lain. memberanikan diri lagi untuk mengantarnya pulang ke Setelah ia berkontemplasi dan menghabiskan rumah. Setelah sepulang sekolah, mereka berdua bersarapannya, ia lekas-lekas memakai sepatu dan ber- temu di depan pintu kelas dengan kecanggungan yang pamitan pada ayahnya untuk pergi ke sekolah. Ia pergi mereka buat sendiri. dengan motor, hadiah ulang tahunnya yang ke 16 taDudi merasa ada titik terang untuk menyembuhhun dari ayahnya. Di perjalanan ia terus memikirkan bagaimana cara mendekati Heni. Seumur-umur ia tak kan kutukannya. Kecanggungan yang terus-menerus pernah mendekati perempuan. 15 menit di perjalanan datang tak sebanding dengan kesialan-kesialan yang dia habiskan untuk memikirkan itu, sampai dia turun tak pernah absen jika kutukan itu tak segera ia sembuhdari motor dan tiba-tiba saja ia merasakan jantungnya kan. berdegup meskipun ia tahu jantungnya setiap hari ber Plakkkkkk degup. tiba-tiba saja ia kehilangan keseimbangan seak Ia langsung duduk di bangku belakang. Menu- an ada yang menarik motornya dari belakang. Ruparutnya duduk di bangku belakang itu banyak manfaat- nya, kepala heni menabrak ranting pohon yang cukup nya apalagi bagi seorang pengintai yang tidak punya besar. Badannya terdorong sampai ujung jok. Untungkerjaan. Tidak ada Heni di kelas tapi dia sudah tau kem- nya ia tak sampai jatuh ke tanah. Ia berteriak kencang, ana perginya Heni. Semua di kelas sudah tahu kemana sampai dudi kaget. Bukan karena baru kali ini ia menperginya heni jika tidak ada di kelas, yaitu ke pertand- dengar heni berteriak seperti perempuan, tapi karena di jidatnya terdapat benjol kecil yang merah. Benjolnya ingan voli. semakin membesar ketika heni sampai di depan rumah. Ia lega, meskipun ia tak sabar ingin bertemu Heni langsung masuk ke dalam rumah tanpa ada satu dengan Heni. Hari demi hari kembali ia jalani seperti kata pun yang ia lontarkan kepada dudi. biasa sampai hari senin tiba. hari dimana ia melihat Kandas sudah harapannya untuk menyembuhheni sedang duduk dengan mata yang terlihat lelah karena begadang, atau mungkin karena ia menangis kan kutukannya. Dudi tak berani mendekati perempuan (?) entahlah. Yang pasti jantungnya kembali berdetak lagi, dan perempuan pun tak ada yang ingin mendekatkencang dan ia merasa langkah kakinya semakin berat. inya. Rasanya ingin ia langsung berada di bangkunya tanpa Ajaibnya, ketika semester 5 ia kuliah, seorang melewati heni. Tapi ia bukan hantu, bukan pula tuhan. Ia harus menyapanya, menyapanya, menyapanya sep- perempuan mendekatinya. Sebenarnya ia takut, selama erti ia menyapa kucing di tempat yang sepi. Tanpa kera- ini ia tak pernah sekalipun didekati, baik oleh laki-laki lit mendapatkannya. Apa lagi sekarang, sedang trend berpacaran dengan perempuan berhijab Dan terlihat soleh. Tapi Gina, benar-benar soleh menurutnya. 5. heni. Tidak Ada yang mau memcari gadis bertubuh seperti pria, berpunggubg lebar Dan mempunyai otot di mana-mana.

24 || LPM DIDAKTIKA UNJ || MEI


TIKA UNJ

SUPLEMEN maupun perempuan. Ia curiga. Namun, hari demi hari, ia dan perempuan itu semakin dekat dan kecurigaan itu luntur. Tara, namanya. Anak jurusan komunikasi, sama seperti dia. Berat badannya kira-kira 50 kg dengan tinggi badan 158 cm, lebih pendek 9 cm dari tingginya. Kulitnya tidak putih tapi tidak juga hitam. Ia pandai bersolek sehingga kulit mukanya tak pernah terpapar sinar matahari langsung.

Mereka mengobrol seperti biasa di sofa yang empuk berwarna merah maroon. Entah bagaimana, ketika dudi menyeruput teh, Tara mencium pipi dudi. Dudi tersipu malu dan kaget. Tara terus menciumi dudi sampai dudi tak ingat lagi pada sekitar. Dengan perasaan menggebu-gebu dudi memeluk dan menciumi juga Tara. Tak ada lagi batasan antara tubuhnya dengan tubuh tara. Mereka saling mengunci satu sama lain.

Meskipun BB cream yang dia pakai menyebabkan gradiasi warna antara muka dan lehernya.

Sebulan berlalu setelah kejadian itu, dudi merasa kutukannya akan hilang segera.

Hampir 8 bulan mereka bersama-sama, mengerjakan tugas, nonton bioskop, nongkrong di warung kopi, dan kegiatan-kegiatan yang tak pernah dudi lakukan selama SMA. Kini ia tahu, ini adalah takdir dari tuhan dan pertanda bahwa kutukannya akan segera sembuh dan dihilangkan.

Jam 7 pagi. Pintu rumahnya diketuk-ketuk entah oleh siapa. Ayah masih mandi, ia terpaksa membuka pintu. 3 lelaki berada di depannya. “dudi ada?”

Satu buan berlalu, Tara mengajak dudi ke rumahnya. Ada persaan takut di benak dudi karena akan menemui orang tuanya. Dia tidak tahu harus bagaimana nanti jika bertemu dengan orang tua Tara. Sesampainya di rumah tara, ia disambut dengan semangat dan dipersilakan masuk ke rumah. Ia masuk dengan ragu. “ayah sama ibu sedang kondangan,” ucapnya kepada dudi. “oh”

Tahun 2054 dia lahir kembali dengan harapan baru dan keyakinan baru bahwa tak akan ada lagi kutukan. Sampai dia berumur 5 tahun, dia sadar jika ibunya meninggal ketika melahirkannya. Kutukan itu tetap ada.

Kata salah seorang dari mereka. Polisi, ya polisi, jika dilihat dari seragamnya. Mereka berpacaran, entah siapa yang memulai “saya” perasaan itu, tapi keduanya setuju untuk berpacaran. Tara melihat yang tak dapat dilihat oleh orang lain ten- Ekspresi muka lelaki yang satunya lagi berubah tang dudi : niat baik. Banyak orang yang hanya melihat menjadi geram. Dibentak-bentaknya dudi sambil di nilai akhir, tanpa tahu usaha dan niat seseorang. tarik-tarik bajunya. Tak henti-hentinya, lelaki itu memaki, “pemerkosa! Mati saja!” Tak pernah terbayang oleh dudi sebelumnya bahwa ia akan mendapatkan pacar di bangku kuliah. Ayah dudi keluar dan kebingungan anaknya Tak pernah pula terpikir setelahnya. Hari-hari yang ia dibawa oleh polisi. Dudi dijatuhi hukuman penjara 10 jalani kini tak sama seperti hari-hari sebelumnya. Ke- tahun dan pada tahun ketujuh ia meninggal Karena dibahagian dan kesedihan tak lagi dipikulnya sendiri. Tak tusuk oleh teman sepenjaranya. perlu juga ia menulis di buku harian tentang kesialankesialan yang ia buat karena sekarang sudah ada kuping Begitulah kisah dudi yang ingjn Saya sampaiyang sedia setiap saat mendengarkan cerita-ceritanya. kan ke kalian sebagai teman sperantauan dulu.

MEI || LPM DIDAKTIKA UNJ ||25


DIDAKT

RESENSI

Merumuskan Pendidikan Ideal dalam Demokrasi Anarkis Oleh : Hendrik Yaputra

Judul Karya Penerbit Tahun Tebal Buku

: Paidea, Filsafat Pendidikan- Politik Platon : Setyo Wibowo : PT Kanisius : 2017 : 308 halaman

Biasanya, kaum Sofie digunakan untuk memenangkan sebuah perkara pengadilan. Kaum Sofie handal dalam mematahkan argument orang lain dan membuat orang yang mendengar meng-iya-kan pendapat mereka. Bagi Platon, argument mereka hanya omong kosong belaka. Argument mereka berbahaya karena mengacaukan kerangka berpikir manusia.

Menempuh pendidikan lebih lama tidak menjamin seseorang memiliki perilaku dan tindakan beretika baik. Berbagai penyimpangan moral para professor, seperti tindakan plagiarisme, joki skripsi dan dana pungutan liar kepada mahasiswa, mencerminkan gagalnya lembaga pendidikan mencetak manusia bermoral. Bila diamati, penyimpangan tersebut tidak terlepas dari kondisi sosial, ekonomi dan politik di masyarakat.

Dalam keadaan seperti itu, menurut Platon demokrasi Athena sudah bersifat anarkis atau tidak beraturan. Demokrasi sulit untuk mendefinisikan dirinya lagi. Kebebasan berpendapat dalam berdemokrasi malampaui batasnya. Tujuan demokrasi untuk mencapai kesepakatan umum, digantikan dengan kepentingan individu. Negara Ideal Platon

Keadaan tersebut dapat dipahami sebagai ketidakpuasan manusia terhadap apa yang dimilikinya. Bagi platon, keinginan tak terpuas tersebut digerakan oleh hasrat epithumia dalam tubuh manusia. Platon mendefiniskan epithumia sebagai hasrat duniawi, sep Berbeda dengan situasi di atas, di Yunani era erti seks, uang dan benda. Namun, definisi tersebut perPlaton (2500 tahun lalu), masyarakat Athena secara lu dipahami dalam kerangka negara ideal Platon. perlahan mulai mendekati titik kehancuran. Kota Polis yang dikenal sebagai kota demokrasi ideal ternyata me- Menurut Platon, negara ideal dapat terjadi bila miliki banyak masalah. Demokrasi hanya dimiliki oleh keutamaan keadilan telah berjalan. Keadilan bisa dilaksegelintir orang. Demokrasi tidak memungkinkan ter- sanakan bila tiap kelas menjalankan fungsi kelas seswujudnya kebijakan umum, tetapi demokrasi ada untuk uai kodratnya. Kelas yang dimaksud Plato ialah, Kelas kepentingan individu. Predator, Kelas keamanan dan Kelas Filsuf Raja/Ratu. Selain itu, di era Platon muncul kaum Sofie yang Kelas Predator ditujukan untuk golongan yang memiliki kemampuan berdebat tinggi. Mereka meru- hidup untuk mengejar hasrat duniawi, salah satunya ialpakan para filsuf yang bekerja memenangkan kliennya. ah pedagang. Mereka memiliki hasrat epithumia kare26 || LPM DIDAKTIKA UNJ || MEI


TIKA UNJ

RESENSI na memerlukan uang untuk bertahan hidup. Selain itu, dalam tataran negara ideal Platon, mereka berfungsi menjaga dan mempertahankan ekonomi negara. Mereka juga berhak memiliki kepemilikan pribadi. Berbeda dengan kaum predator yang berhak memiliki kepemilikan pribadi, Kaum keamanan tidak diizinkan memiliki kepemilikan pribadi. Larangan tersebut bertujuan agar kaum keamanan fokus untuk menjaga keutuhan negara. Mereka bekerja untuk melindungi negara. Bahkan, dalam konsep negara ideal Platon, kaum keamanan tidak boleh menikah. Pernikahan membuat kaum keamanan terikat dan melemahkan mereka untuk melindungi negara. sebab negara, menuntut kaum keamanan untuk mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Kaum Keamanan juga memiliki hasrat yang tinggi akan identitas. Identitas tersebut ialah rasa bangga kepada negara. Menurut Platon, kaum Keamanan memiliki hasrat thumos, yakni hasrat yang memiliki semangat dan keberanian yang besar.

umum merujuk pada kebudayaan. Pendidikan sendiri bagi Platon ialah kegiatan merawat jiwa. Platon tidak mendefinisikan jiwa, tetapi ia mengatakan jiwa dapat dibentuk sesuai dengan keadaan yang ada. Keadaan tersebut berakibat manusia berpikir dan bertindak sesuai dengan situasi yang terberikan tersebut. Menurut Platon, penyesuaian tersebut terjadi karena manusia melakukan mimises (meniru). Sejak kecil manusia mencoba menirukan apa yang dilihat dan dirasakannya. Secara perlahan-lahan penglihatan tersebut akan membentuk diri sendiri. Namun, bagi Platon, penglihatan tersebut bukan mencerminkan realitas sebenarnya, melainkan hanya imitasi dari realitas sesungguhnya. Masyarakat Athena yang tidak bermoral lagi, menakuti hati Platon. Realitas itu mampu mempengaruhi anak untuk mengikutinya. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran besar untuk merubah itu semua. Sebab bagi Platon, tujuan pendidikan ialah membentuk kembali jiwa agar manusia dapat mengerti apa yang baik bagi mereka dan orang lain.

Kelas terakhir ialah kelas Filsuf Raja/Ratu. Platon dengan tegas berkata bahwa yang berhak mengatur, membuat kebijakan, dan menjadi pemimpin tiap kelas ialah Filsuf Raja. Menurut Plato Filsuf Raja memiliki sifat yang lebih tinggi dari pada kelas lainnya. Sebab Filsuf Raja memiliki keutamaan kebaikan, yaitu pengetahuan akan kebaikan sebetulnya. Keutamaan tersebut akan membuat seseorang menjadi keutamaan bijaksana.

Menurut Platon, sejak kecil anak perlu dikembangkan daya sensibilitasnya. Anak perlu diajarkan hal-hal baik melalui mitos yang ada. Bagi Platon, mitos berhubungan erat dengan yang kekal dan yang abadi. Menurut Platon yang kekal itu memiliki keutamaan kebaikan. Oleh karena, yang abadi itu memiliki keutamaan baik maka mitos yang ditawarkan tidak boleh menonjolkan sifat buruk. Mitos perlu dibentuk sedemikan rupa agar mengandung makna kebaikan. Selanjutnya, anak diberikan pelajaran seni, Untuk dapat menciptakan pemimpin negara, salah satu contohnya ialah seni music. Menurut Platon Platon menawarkan sistem pendidika ideal untuk melalui seni pengambaran kehidupan sosial dapat dimelakukannya, yaitu Paidea. tunjukan. Musik diperlukan untuk mengembangkankan emosi anak. Dalam hal ini, seni bertujuan agar jiwa dan Paidea pikiran anak selaras. Seni Musik yang diberikan kepada anak tidak boleh berlebihan. Bagi Platon, hasrat masyarakat Athena terbentuk karena pendidikan tidak berhasil mengembangkan Kemudian anak juga perlu diberikan pelajaran moral mereka. Oleh karena itu, Platon menawarkan gimnastik. Tujuannya agar anak memiliki kesehatan reformasi pendidikan melalui kurikulum pendidIkan fisik dan juga dapat menahan nafsu mereka. Selain itu, yang ia buat, yaitu Paidea. pelajaran gimnastik diperlukan untuk mengatur dan Kata Paidea artinya pendidikan, dan secara mengontrol hasrat keberanian anak. MEI || LPM DIDAKTIKA UNJ ||27


DIDAKTIKA UNJ

RESENSI Penutup Bagi Platon, situasi dan kondisi masyarakat Athena yang kehilangan jiwa baiknya, dapat diperbaiki melalui pendidikan. Pendidikan yang membuat anak mengembangkan keutamaan kebaikan. Pendidikan juga dapat mengembalikan potensi anak sesuai kodratnya. Berperilaku baik, hormat terhadap orang lain, menghargai perbedaan, menolong orang kesusahan merupakan beberapa sifat baik yang perlu dimiliki oleh anak.

Semua pembelajaran tersebut bertujuan untuk membekali anak untuk memiliki keutamaan baik. Pendidikan selanjutnya yang ditawarkan oleh Plato bertujuan untuk melatih daya pikir serta dapat menganalisis masalah. Matematika menjadi salah satu pelajaran tersebut. Menurutnya Matematika mampu membentuk kerangka berpikir rasional untuk mencari sebuah permasalhan. Selain itu, pelajaran matematika tidak sama dengan kalkulus yang hari ini kita tahu. Matematika bukan hanya ilmu hitung saja, melainkan pengantar untuk Selain itu, Platon mengharapkan anak yang mendapat mengikuti pendidikan tertinggi, yaitu dialektika. empuh pendidikan hingga selesai, pantas untuk menjadi filsuf Raja. Bagi Platon, Filsuf Raja memiliki sifat baik Dialektika adalah proses berpikir, kemajuan dalam dirinya, karena proses pendidikan yang diperoleh berpikir, lewat dialog di mana mitra wicana maju pelan- memang disetting untuk itu. Oleh karena itu, Filsuf raja pelan dari bayang-bayang sampai ke kontemplasi idea. pantas memimpin kelas lainnya. Ia akan membentuk (hal.133) Dialektika dapat membentuk pola pikir yang aturan yang ideal bagi rakyatnya. Ia tidak mementinglebih konkrit daripada matematika. Dengan belajar di- kan hal-hal duniawi. Karena dirinya sudah bahagia denalektika diharapkan seseorang tidak berbicara omong gan potensi yang diberikan, yaitu keutamaan kebijaksakosong, tetapi dengan argument yang rasional. naan.

28 || LPM DIDAKTIKA UNJ || MEI


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.