P
ada era modern saat ini, aplikasi yang dibuat sangat beragam. Benar kan? Bahkan urusan kencan dan percintaan dipermudah menggunakan aplikasi ini. Tapi, kalian tau ga sih kalau aplikasi tersebut juga dapat menimbulkan kekerasan. Seperti pada kasus kasus berikut. Bunga (nama samaran), ia adalah perempuan umur 26 tahun yang baru saja putus dengan pacarnya. Ia ingin mencari relasi tanpa komitmen di Tinder (aplikasi kencan), dan pada awal 2018 ia kencan dengan seorang pria yang berlanjut dengan hubungan satu malam. Pria itu mengatakan bahwa ia memiliki pacar tapi “Open Relationship” dan Bunga percaya. Ternyata tidak hanya saat itu Bunga memiliki pengalaman yang buruk saat menggunakan aplikasi Tinder tersebut. Diklaim sering terjadi pelecehan seksual di aplikasi kencan, tidak hanya berupa kata kata kotor. Bahkan bisa lebih parah lagi loh, seperti yang dialami Ades.
Gangguan Kesehatan Mental Ades mulai mencari teman kencan di Tinder pada pertengahan 2019. Ades merasa bahwa dia kesepian, jauh dari keluarga dan merasa telah dewasa sehingga menganggap bahwa sudah waktunya mencari pasangan yang serius. Namun, perjalanan Ades tidaklah semulus yang dipikirkan. Ia mengalami banyak penolakan hingga berdampak pada kondisi mentalnya. Mulai dari di-ghosting sampai ia mempertanyakan self value bahkan menjadi tidak percaya diri. Aplikasi kencan memang sangat rentan mengalami gaslighting atau salah satu bentuk penyiksaan psikologis PSYCHOTIME
54