9 minute read

Hot Topic

Next Article
Tau gak sih?

Tau gak sih?

Advertisement

Pada era modern saat ini, aplikasi yang dibuat sangat beragam. Benar kan? Bahkan urusan kencan dan percintaan dipermudah menggunakan aplikasi ini. Tapi, kalian tau ga sih kalau aplikasi tersebut juga dapat menimbulkan kekerasan. Seperti pada kasus kasus berikut.

Bunga (nama samaran), ia adalah perempuan umur 26 tahun yang baru saja putus dengan pacarnya. Ia ingin mencari relasi tanpa komitmen di Tinder (aplikasi kencan), dan pada awal 2018 ia kencan dengan seorang pria yang berlanjut dengan hubungan satu malam. Pria itu mengatakan bahwa ia memiliki pacar tapi “Open Relationship” dan Bunga percaya. Ternyata tidak hanya saat itu Bunga memiliki pengalaman yang buruk saat menggunakan aplikasi Tinder tersebut. Diklaim sering terjadi pelecehan seksual di aplikasi kencan, tidak hanya berupa kata kata kotor. Bahkan bisa lebih parah lagi loh, seperti yang dialami Ades.

Gangguan Kesehatan Mental

Ades mulai mencari teman kencan di Tinder pada pertengahan 2019. Ades merasa bahwa dia kesepian, jauh dari keluarga dan merasa telah dewasa sehingga menganggap bahwa sudah waktunya mencari pasangan yang serius. Namun, perjalanan Ades tidaklah semulus yang dipikirkan. Ia mengalami banyak penolakan hingga berdampak pada kondisi mentalnya. Mulai dari di-ghosting sampai ia mempertanyakan self value bahkan menjadi tidak percaya diri. Aplikasi kencan memang sangat rentan mengalami gaslighting atau salah satu bentuk penyiksaan psikologis

Memalsukan informasi itu sering terjadi, bahkan ada juga yang bilang belum menikah padahal sudah menikah. Ades merasa beruntung dari pengalamannya tersebut, ia dapat belajar menghadapi hubungan yang tidak sehat sehingga paham cara melindungi diri dari pelecehan dan kekerasan seksual di aplikasi kencan. Ades juga mengkhawatirkan orang yang tidak mengerti sama sekali tentang ilmunya, pasti bisa menyerang mentalnya.

Ancaman Kekerasan Digital di Aplikasi Kencan

Samahita adalah organisasi yang giat mengkampanyekan anti kekerasan seksual. Kekerasan dan pelecahan seksual yang dilakukan dengan perantara aplikasi kencan dapat dikelompokkan sebagai kekerasan seksual. Tahun 2015, Samahita mulai menangani kasus pertama kekerasan digital pada aplikasi kencan. Menurut Ressa, permasalahan utamanya adalah tentang consent (izin). Banyak pelaku beranggapan bahwa aplikasi kencan ini digunakan oleh mereka yang mau berhubungan seksual. Bahkan remaja SMA juga mengalami kasus tersebut. Ressa juga menuturkan bahwa beberapa korban mengaku diancam oleh pelaku dengan menggunakan video atau foto ketika mereka berhubungan atau melakukan aktivitas seksual yang dibuat tanpa sepengetahuan korban lalu pelaku tidak bisa dilacak. Sayangnya, sebagian besar korban tidak mau lapor ke polisi. Alasannya karena mereka takut kalau keluarganya malu sehingga hal ini dapat mengakibatkan trauma pada korban. Oleh karena itu, Samahita menyediakan akses seperti konsultasi hukum dan psikologi. Pendampingan sosial untuk mengembalikan kepercayaan diri pada korban dengan cara menyimpan rahasia dan tanpa penghakiman.

Menurut seorang psikiater bernama Jiemi mengatakan bahwa kebanyakan korban kekerasan digital dialami oleh anak muda yang menggunakan aplikasi kencan ini. Namun, Jiemi juga mengingatkan bahwa hal ini tidak hanya terjadi pada anak muda, siapapun bisa mengakses aplikasi kencan. Dengan demikian, Jiemi mengakui, aplikasi kencan membuat jumlah kekerasan psikologis dan seksual bertambah dengan cepat.

Waspada Predator Seks

Menurut Jiemi, para pengguna aplikasi kencan juga harus berhati hati terhadap predator seks. Gimana sih cara mengetahuinya? Cara mengetahuinya adalah dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap orang yang terlalu baik atau memberikan perhatian berlebihan. "Kalau dia balas chat dengan durasi yang lama artinya ada sesuatu yang dicari di sana. Kita harus waspada karena ketika kita sudah memandang seseorang superior akhirnya barrier dalam diri kita akan diturunkan, akhirnya malah ada potensi kita dimanipulasi, hatihati," kata Jiemi. "Hati-hati juga kalau pada pertemuanpertemuan awal sudah ada pembicaraan ke arah seksual, kecuali kalau kita punya consent untuk itu, sebaiknya hindari. Hal itu biasanya sudah ada kecenderungan dari awal dia mencari hanya pasangan seksual saja."

Bunga merupakan salah satu pengguna aplikasi kencan. Ia memberikan saran untuk mengecek latar belakang pasangan kencan terlebih dahulu sebelum bertemu langsung. Bunga juga mengajak temannya untuk mengawasi dari kejauhan atau setidaknya memberi tahu siapa teman kencan dan lokasi mereka bertemu. Tak jarang juga Bunga memberikan live location agar dapat dilacak keberadaan oleh temannya loh. Lain dengan Ades, Ades memilih untuk menguatkan diri dengan refleksi ketika mengalami penolakan. Ades juga menetapkan kriteria pasangan, tujuannya agar mempertahankan standar diri.

Ramai diperbincangkan soal predator seks, bukan?. Yuk kenali ciri - ciri predator seksual 1. Menebar perhatian ke korban 2. Terlalu protektif 3. manipulatif saat korban merasa tidak nyaman, maka pelaku akan memutarbalikan fakta agar korban terlihat bersalah 4. Suka mengatur 5. Menyombongkan diri sendiri dan pencapainnya

Kasus - kasus diatas adalah kasus kekerasan yang marak terjadi akhir - akhir ini pada aplikasi kencan. Jadi, yuk waspada dengan lingkungan sekitar dan cintai diri sendiri agar terhindar dari gangguan mental saat mengalami penolakan.

This article is from: