
8 minute read
Tau gak sih?
from PSYCHOTIME EDISI 5!
by BEMFPsi_UHT
FAKTA TENTANG PSIKOLOGI
Advertisement

Self-diagnose merupakan pendeteksian diri sendiri atas gejala psikologis yang nampak berdasarkan informasi yang ada di google tanpa adanya bantuan ahli. Tahu gak sih? Kalau self-diagnose merupakan hal yang berbahaya loh? Karena dapat membuat diri kita kebingungan dalam memberi label atas gangguan psikologis tertentu yang kita rasakan. Akhirnya kebingungan tersebut justru akan membuat kita merasa takut dan panik, padahal kita hanya salah interpretasi saja. Lalu bagaimana sih cara kita menghindari self-diagnose? Yakni dengan meminta bantuan ahli yaitu psikolog atau psikiater. Jika memang dirasa ada yang salah dengan diri sendiri lebih baik segera berkonsultasi. Karena tenaga ahli akan membantu kita untuk menemukan jawaban atas keluhan psikologis yang sedang dirasakan. Dengan begitu kita tidak akan lagi merasa khawatir karena tenaga ahli dapat dipercaya dalam mendiagnosis dan terapi psikologis.





SENANG BERFOTO? KETAHUI DAMPAKNYA ! MENGENAL LEBIH DEKAT KEPRIBADIAN PARANOID





Pernakah kita merasakan ketakutan ? Atau merasa khawatir mengenai suatu hal? Terkadang merasa takut memang hal yang wajar terjadi karena merupakan suatu bentuk respon tubuh terhadap suatu hal. Lalu bagaimana jika itu sering terjadi dan sudah berlebihan? Hal itu tentu dapat menganggu aktivitas sehari-hari, karena bisa jadi hal tersebut merupakan suatu indikasi gangguan kepribadian paranoid atau yang disebut dengan Paranoid Personality Disorder.
Tahu gak sih? Paranoid personality disorder merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan ketidakpercayaan yang meluas dan kecurigaan terhadap orang lain. Contohnya dalam bentuk keyakinan yang rumit bahwa orang lain akan berbuat sesuatu kepada diri kita atas dasar motif kejahatan. Seseorang yang mengalami gangguan ini memiliki perasaan yang tidak aman ketika berada di lingkungan tersebut, maka yang timbul adalah perasaan negatif yang dapat membuat stress dan munculah paranoid. Kondisi yang kurang nyaman tersebut disebabkan karena tidak adanya kelekatan orang tua dan lingakungan sosial.
Untuk membantu mereka dalam menghadapi gangguan tersebut yaitu dengan mendekati mereka dan mencoba untuk memanggil terapis atau psikolog. Karena terapis akan membantu mereka membangun suasana kondusif untuk memunculkan rasa percaya melalui terapi kognitif.


Banyak dari kita yang mengabadikan memori ingatan melalui foto. Lalu seberapa sering kita berfoto dalam sehari-harinya ? Tentu setiap hari kita telah mengabadikan hari kita di sosial media pribadi. Setiap kegiatan yang akan dilakukan kita akan berfoto dan menguploadnya di media.


Tanpa disadari, kita sedang terjebak dengan kamera. Semua tindakan yang kita lakukan selalu kita foto, hal ini tentu menimbulkan suatu kebiasaan baru. Tentunya kebiasaan tersebut membuat kita lupa untuk menikmati momen secara langsung. Tahu gak sih? Kalau kebiasaan mengambil gambar memiliki dampak pada proses kognitif. Perlu diketahui manusia memiliki kemampuan kognitif lebih cepat daripada mengambil gambar. Oleh sebab itu, ketika manusia terlalu sering mengambil gambar maka itu dapat mempengaruhi proses kognitif manusia dalam mengingat suatu momen yang terjadi secara langsung. Karena gambar atau foto hanya akan mengingatkan pengalaman emosional yang dirasakan, tetapi manusia yang melihat dirinya secara langsung pada momen tersebut akan lebih mengingat pengalaman emosional yang dirasakannya. PSYCHOTIME 51

Tidak sedikit orang yang memiliki sosok yang dikagumi dan dijadikan seorang panutan, sosok ini dikenal sebagai idola. Terpesona saat melihat idolanya bukanlah hal yang buruk. Namun, dapat mengakhawatirkan jika dibiarkan hingga tumbuh menjadi obsesi kepada idolanya. Perilaku ini dalam dunia psikologi disebut dengan Celebrity Worship Syndrom (CWS).
Tahu gak sih ? Jika Celebrity Worship Syndrom merupakan perilaku yang berlebihan seperti stalking, bersikap obsesif terhadap idola dan berhalusinasi memiliki hubungan spesial dengan idola. Bahkan CWS dapat melahirkan fanatisme yang membuat mereka melakukan apapun termasuk perilaku konsumtif.

Di kutip dari Pijar Psikologi diketahui terdapat tiga level CWS, yaitu :


1
Untuk Hiburan Saja
Mencari tahu semua hal tentang sang idola hanya untuk hiburan saja sebagai cara mengatasi stress dari penatnya kegiatan.
Akan melakukan apapun bahkan hal yang berbahaya, misalnya menguntit kemanapun saat idola pergi bahkan mengirim ancaman kepada idola untuk tidak memiliki pacar.
2
Merasa Dekat
Mulai ada rasa keterikatan dengan sang idola. Mengaku dekat secara emosional, seperti merasa sedih jika idola dihina oleh netizen.
3
Gangguan Mental
Cara menyikapi CWS agar tidak berlebihan dan tidak membahayakan yakni dengan mengadakan suatu acara pendekatan antara fans dan idola seperti berkumpul bersama, tergabung bersama komunitas fans dengan kegiatan yang positif.
SELF-HARM UNTUK MENYALURKAN RASA SAKIT
Self-harm adalah seseorang yang menyakiti diri sendiri secara sengaja sebagai cara untuk mengatasi, mengungkapkan, atau bertahan dari keadaan yang sangat sulit. Menyakiti diri sendiri dilakukan secara fi sik maupun kebutuhan emosional tanpa berniat untuk bunuh diri.
Tahu gak sih ? Jika menyakiti diri atau self-harm sebagai penyaluran rasa sakit merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini karena untuk mencari perhatian saja.



1
Masa Kecil
Sulit Mengekspresikan Emosi
Lebih Baik Merasa Sakit
Pengaruh masa kecil yang tidak membolehkan individu untuk menyalurkan emosinya dan tidak memahami pula apa yang sedang dirasakan.
Individu tidak dapat mengekspresikan emosinya sehingga memilih untuk self-harm sebagai penunjuk betapa buruknya kondisi yang sedang dirasakan.
2
3
Bagi orang yang dicampakkan oleh cintanya, lebih baik merasakan rasa sakit secara fi sik daripada sakit hati.
4
Pandangan Terhadap Diri
Memandang diri sendiri rendah dan membenci diri sendiri.
5
Membantu Fokus Kembali
Individu menganggap self-harm sebagai pengingat diri untuk kembali sadar dan kembali pada kendali diri atas kilas balik pengalaman pahit.
6
Pain Off set Relief
Bagi individu, menyakiti diri membuat individu merasa senang dalam waktu singkat. Karena dapat merasa lega ketika melakukannya.
7
Menghukum Diri Sendiri
Meyakini jika melakukan kesalahan harus dihukum dengan cara kekerasan (diri) atau biasa disebut perundungan
8
Mengalami Gangguan Mental
Self-harm merupakan suatu gejala gangguan mental seperti depresi, kecemasan, skizofrenia, atau gangguan lainnya.






Pernakah kita merasa sakit kepala, mual, atau pegal-pegal tetapi ketika memeriksakan diri ke dokter ternyata tidak terdapat sakit apa-apa. Hal ini menandakan kondisi psikologis kita tidak baik karena menunjukkan suatu gejala-gejala sakit pada fi sik.

Tahu gak sih? Jika pikiran kita dapat memengaruhi kondisi tubuh, maka hal tersebut dapat disebut psikosomatis. Psikosomatis yang artinya muncul penyakit fi sik yang disebabkan oleh faktor psikologis. Contoh kondisi yang dapat pemicu psikosomatis, ketika akan menghadapi ujian, melakukan presentasi, atau mendekati deadline Penyebab psikosomatis adalah stress atau tekanan yang membuat pikiran kita menjadi negatif yang dapat membuat kita merasakan gejala - gejala tertentu. Hal ini karena kondisi fi sik kita akan merespon keresahan psikologis kita. Tentunya gejala-gejala psikosomatis yang umum terjadi, yakni :

Lalu bagaimana cara kita mengatasi psikosomatis ? Dengan memberikan obat yang diberikan dokter untuk menyembuhkan rasa sakit fi sik, sedangkan melakukan hipnoterapi dan meditasi oleh seorang psikolog sebagai pengurangan rasa kecemasan dan depresi.

1. Permasalahan perut seperti kehilangan nafsu makan,mual, muntah, diare. 2. Sakit kepala, yang disebabkan oleh kecemasan. 3. Sesak napas, jantung berdetak kencang, nyeri dada, pusing berkeringat, yang disebabkan oleh ke cemasan. 4. Sulit berkonsentrasi, mengantuk dan lupa, yang disebabkan oleh kelelahan.


KESURUPAN DARI SUDUT PANDANG PSIKOLOGI
Kesurupan seringkali dikaitkan dengan hal ghaib yakni adanya pengaruh roh atau kejadian mistis. Orang yang kesurupan seringkali merasa jika dirinya dirasuki oleh jin atau setan.
Tahu gak sih ? Dalam sudut pandang psikologi, kesurupan dikaji menurut ilmu yang tidak memiliki kaitannya dengan ghaib melainkan karena kondisi yang dialami oleh diri sendiri yang dikenal dengan Dissociative Identity Disorder atau dikenal dengan kepribadian ganda. DID merupakan gangguan kesadaran yang dibarengi oleh perubahan perilaku. Dilansir dari Pijar Psikologi, ada empat jenis kesurupan yang ada di dunia yakni kesurupan religius, kesurupan budaya, kesurupan kuratif, dan kesurupan patologis. Apa sih yang ada dibalik kesurupan patologis? Seseorang yang mengalami kesurupan patologis disebabkan oleh kondisi psikologis yang tidak baik seperti mengalmi stress karena kesedihan, kekecewaan, trauma maupun masalah terntentu. Fenomena stress tersebut dipendam oleh individu dan akan muncul melebihi batas kesabaran seseorang, artinya kesurupan patologis adalah pengutaraan hal - hal yang tidak diutarakan selama kondisi sadar atau selama kondisi individu sedang tertekan. Pengutaraan tersebut disebut dengan katarsis diri yakni mengutarakan melalui tangisan maupun berteriak.
