HEROINE: MELY GIOK TAN - ASBIP IL E-MAGAZINE XIIMIPA4 KELOMPOK 1

Page 1

RO
ASBIP E-MAGAZINE KEL1XIIMIPA4 Februari 2023
HE
INE

KataPengantar

untuk pengetahuan pembaca sehingga dapat mempermudah pemahamandanbergunauntukpembaca.

Kelompok kami mengucapkan terima kasih untuk seluruh

individu yang sudah terlibat dalam pembuatan majalah elektronik ini sehingga karya ini dapat disebarluaskan untuk kebutuhanyangakandigunakansecaraumum.

Dalam penyusunan E-magazine ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa majalah elektronik ini belum mencapai kesempurnaan seutuhnyakarenapengalamandanpengetahuankelompokkami yangterbatas.

Olehkarenaitu,kamimengharapkankritikdansarandariseluruh pihak agar terciptanya sumber literasi yang lebih baik lagi untuk masayangakanmendatang.

Tableof Contents. Mely Giok Tan, Who is She? The Works of The Valorous Mely Giok Tan Honoring Mely Giok Tan and Her Accomplishments 01 05 03 02 04 A Hero of Justice; Saviour of Racism and Sexism A Survivor of Discrimination Mely Giok Tan, A Lion-hearted Person 06 07 Retired by Age, but Never by Heart 08 Our Thoughts On Mely G. Tan

MELY GIOK TAN,

Who IS SHE?

Mely G Tan adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Tan Boen Am (WBA Tangay) dan Pouw Lian Nio (Sulianti Tangay) Ayahnya generasi kelima imigran China Indonesia yang bekerja pada perusahaan Belanda. Ibunya merupakan seorang ibu rumah tangga yang mempunyai kecerdasan bawaan. Kakek Mely dari pihak ibu yang imigran dari Provinsi Fulkien, China

Selatan, adalah pedagang besar di Sumatera

Selatan Di rumah, Mely dan saudarasaudaranya berbahasa Belanda dengan ayahnya. Ibunya berbahasa Melayu. Selain

bahasa Belanda, kemudian bahasa Mandarin, Mely juga belajar bahasa Perancis, Jerman, dan terutama Inggris Benih-benih penyerbukan silang budaya telah tumbuh sejak kecil dalam dirinya

Sejak masa mudanya, Mely bercita-cita menjadi Sinolog (ahli masalah Cina), sehingga kemudian belajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia jurusan Sinologi. Studi ini dirampungkannya pada 1959 Didorong oleh kegemarannya untuk bergaul dan mengamati perilaku manusia, ia mengembangkan bidang studinya kepada Sosiologi. Gelar MA diraihnya di Universitas Cornell, Ithaca Amerika Serikat (1961), dan selanjutnya meraih gelar doktor dari University California, Berkeley, Amerika Serikat (1968) Kesibukan yang dihadapinya masih ditambah dengan aktivitasnya dalam sejumlah organisasi

01

"SAYASELALU

MARTIRPENTING

Mely Giok Tan adalah salah satu saksi penting sejarah perubahan politik di Indonesia, terkait pengakuan pemerintah terhadap masalah kekerasan terhadap perempuan, yang kemudian melahirkan Komisi Nasional AntiKekerasan terhadap Perempuan, Oktober 1998. Mely kemudian menjadi salah satu komisioner periode 1998-2003.

Beliau adalah salah satu dari 22 perempuan bersama, antara lain, Saparinah Sadli, Kuraisin Sumhadi (alm), Soewarni Salyo, dan Kamala Chandrakirana, yang tergabung dalam Masyarakat Anti-Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia yang menghadap Presiden Habibie pada 15 Juli 1998

Didorong temuan Tim Relawan Kemanusiaan tentang terjadinya pemerkosaan terhadap perempuan etnis Tionghoa dalam tragedi Mei 1998, mereka mendesak Presiden Habibie membuat pernyataan mengutuk peristiwa itu dan meminta maaf kepada masyarakat. Pemerintah kemudian membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta untuk menginvestigasi tragedi yang merupakan lembar hitam sejarah negeri ini.

Universitas Indonesia

PENDIDIKAN

Hollandsche Chineseesche School

Sekolah bagi anak keturunan Tionghoa pada masa kolonial Belanda

Hoogere Burgerschool

Sekolah berbahasa Belanda untuk orang Belanda, Eropa, Tionghoa, pribumi elite pada masa Hindia Belanda

JURUSAN SINOLOGI (Studi tentang Tionghoa dan topik Tionghoa)

Cornell University, Itacha, US Meraih gelar Master of Arts (MA)

Berkeley University of California, US Meraih gelar Doktor

MELYGTAN,WHOISSHE?
01

THE WORKS OF THE alorous Riwayat Pekerjaan

MELY G. TAN

1959-1961 : belajar di Cornell University atas beasiswa Cornell Southeast Asia Program

1962 : Mengajar di Fakultas Ekonomi Unika

Indonesia Atma Jaya Jakarta

1963-1968 : Tugas belajar dari LIPI di University of California, Berkeley

1969-1997 : Menjadi peneliti, sejak 1985 menjadi

Ahli Peneliti Utama Pusat Penelitian dan Pengembangan Masyarakat dan Kebudayaan, LIPI Menjadi dosen di Program Kajian Wanita, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Indonesia

1997-2001 : Ketua Lembaga Penelitian, Unika

Indonesia Atma Jaya Saat ini : Dosen Program

Pascasarjana UI, Kajian Ilmu Kepolisian

V Karya Mely G.Tan

The Chinese of Sukabumi, Cornell University 1963

The Chinese in the United States, The Orient Cultural Service, 1971

Sosial and Cultural Determinants of Family Planning Services, Leknas LIPI 1974

Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu

Masalah Pembinaan Kesehatan Bangsa, ed, Gramedia 1979

Ethnicity and Fertility in Indonesia, Institute of South East Asian Studies, Singapura, 1985, dll.

02

K a r y a

E R I N T E G R I T A S M E L A L U I

B

The Chinese Of Sukabumi: A Study Of Social And Cultural Accommodation

Author : Mely G. Tan, George McTurnan Kahin

Perempuan Indonesia: Pemimpin Masa Depan?

Author : Mely G. Tan

Ethnicity and FertilityinIndonesia

Author : Mely G. Tan, Budi Soeradji

Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu

Masalah Pembinaan KesatuanBangsa

Author:MelyG.Tan

Etnis Tionghoa di Indonesia: Kumpulan Tulisan

Author : Mely G. Tan

Mely Giok Tan memiliki banyak karya yang luar biasa menakjubkan dan patut untuk kita apresiasi. Karya yang ditulisnya merupakan fakta hasil pengamatannya terhadap tingkah laku masyarakat, bertopik kehidupan etnis Tionghoa yang tertulis dalam bahasa Internasional dan telah dipublikasikan di beberapa negara "Etnis Tionghoa di Indonesia" merupakan buku kumpulan 12 karya tulis terbaiknya.

The Chinese in the United States: Social Mobility & Assimilation

Author : Mely G. Tan

Buku ini berisi tentang sejumlah pemikiran Mely Giok Tan yang sungguh memesona Buku ini merupakan bukti konkret bahwa seorang wanita yang dianggap minoritas di Indonesia mampu mengungkapka peristiwa-peristiwa yang melukai kaum-nya, yakni Tionghoa, di masa sebelum Reformasi, terutama pada Orde Baru. Terbitnya buku ini menyebabkan pembacanya untuk menciptakan sudut pandang yang baru dalam melihat situasi di masa itu, sehingga kejadian tersebut tidak akan terulang kembali Kehadiran buku ini menyadarkan pembaca bahwa masih banyak isu sosial yang berhubungan dengan rasisme dan diskriminasi, sehingga buku ini mengajak pembaca untuk bersamasama memperbaiki negara Indonesia sehingga semua orang mendapatkan hak-nya sesuai dengan HAM.

03

SURVIVOROF Discrimination

MELAWAN

RASISME DAN SANGKALAN

Mely Giok Tan yang memiliki etnis Tionghoa tinggal di Indonesia, di mana saat itu di Indonesia maraknya terjadi rasisme, diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan terhadap etnis Tionghoa. Namun, meskipun tergolong sebagai minoritas, tetapi Mely Giok Tan tetap semangat berkarya dan berhasil memberikan dampak positif terhadap masyarakat di Indonesia.

TAHU GAK SIH?

APA YANG MENYEBABKAN

RAS TIONGHOA TIDAK DITERIMA DI INDONESIA?

RAS TIONGHOA BERAGAMA KATOLIK BERGENDER WANITA

Stereotype Orang Indonesia terhadap Etnis

Tionghoa

GenderInequalityIndex(GII)

NegaraASEAN(2019)

Kebencian rakyat Indonesia terhadap etnis Tionghoa sudah ada sejak lama, namun perselisihan ini ditambah saat Orde Baru. Penelitian Amy Freedman dari Franklin and Marshall College, Amerika Serikat menyatakan bahwa kebencian terhadap Etnis Tionghoa merupakan hasil dari politik pecah belah (Devide et Impera) Presiden RI kedua, Soeharto. Dalam penelitiannya yang berjudul “Political Institutions and Ethnic Chinese Identity in Indonesia,” Freedman menyebutkan Soeharto represif terhadap masyarakat Tionghoa untuk melakukan asimilasi sembari mengidentifikasi mereka bukan sebagai pribumi. Keputusan No. 14/1967 yang dikeluarkan oleh Presiden Soeharto dalam pemerintahan Orde Baru berisi tentang larangan untuk masyarakat keturunan Tionghoa melakukan kegiatan kebudayaan, linguistik, dan keagamaan di depan umum. Selain itu, undang-undang baru yang telah disahkan berisi tentang himbauan untuk mengganti nama China menjadi berkarakter Indonesia. Muncul juga Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi keturunan Tionghoa, kebijakan tersebut disebut

sebagai kebijakan asimilasi, yang antara lain memuat bahwa perayaan-perayaan keagamaan dan adat istiadat Cina tidak boleh dilakukan secara mencolok di depan umum, melainkan di lingkungan keluarga Kebijakan tersebut secara jelas membatasi aktualisasi sifat-sifat ketionghoaan

masyarakat keturunan Tionghoa

Kejatuhan Presiden Soeharto pada tahun 1998 membuat perbedaan ini semakin rumit Hal ini menjadi

rantai yang menghasilkan stigma dan diskriminasi antara kaum Jawa dan Tionghoa Sebenarnya, kebencian terhadap etnis Tionghoa

merupakan konstruksi sosial yang dibuat oleh penguasa

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 Singapura Malaysia BruneiDaru.. Vietnam Thailand Laos Kamboja Myanmar 36% 35% 32% 30%
Data dari United Nations Development Programme (UNDP)
048POIN(TERTINGGIDIASEAN)
MuslimIndonesiaditahun2018beranggapanbahwa minoritasTionghoahanyapeduliterhadapsesama etnisnya. KelompokpercayabahwabudayaTionghoataksejalan denganbudayayangadadiIndonesia. Anggapan bahwa minoritas Tionghoa masih setia terhadapnegaraleluhurnya,yakniChina.
Data dari Tempo.co 04
Minoritas etnis Tionghoa berkarakter serakah dan ambisius. SCAN TO WATCH MORE ABOUT THE ROOTS OF RACISM source : historia.id

Dalam artikel “Duka Warga Tionghoa” di majalah Historia, Hendri F Isnaeni, menyebutkan bahwa sejarah mencatat, etnis Tionghoa sudah menjadi sasaran untuk massa dari lama Tragedi Tionghoa berikutnya terjadi pada saat 1965 Negara Cina merupakan negara komunis besar yang saat itu dianggap memiliki peran dalam Gerakan 30 September 1965 Banyak masyarakat Tionghoa saat itu yang menjadi korban karena dianggap komunis atau mata-mata Tiongkok Kebencian ini tidak berhenti sampai situ saja, orang-orang Tionghoa dianggap sebagai cukong dan pemeras harta masyarakat lokal Dalam buku "Soeharto dan Bangkitnya Kapitalisme di Indonesia" karya Richard Robinson menyatakan adanya Program Banteng yang dilaksanakan pada September 1950 - 1955 untuk mendukung pengusaha pribumi. Namun, warga Tionghoa meskipun lahir dan beranak pinak di Indonesia tidak dimasukkan dalam program tersebut Mereka tetap diperlakukan sebagai orang asing Peristiwa Mei 1998, ratusan orang perempuan etnis Tionghoa mengalami pemerkosaan dan pelecehan seksual, demikian catatan sebuah tim relawan kasus Mei 1998, dan kasusnya tak juga kunjung terungkap hingga kini dan tak ada yang pernah disidangkan Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh Tim Relawan untuk Kekerasan Terhadap Perempuan, Ita Fatia Nadia, pada Mei 1998 merekam kejadian tragis tersebut dengan matanya sendiri Dia menceritakan bagaimana para perempuan Tionghoa di Glodok 'kala itu' mendapat kekerasan seksual di jalanan saat kerusuhan terjadi Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998 Hal inipun mengakibatkan penurunan jabatan Presiden Soeharto, serta pelantikan B J Habibie Pada kerusuhan ini banyak toko dan perusahaan yang dihancurkan oleh amuk massa, terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa Tak hanya itu, seorang aktivis relawan kemanusiaan yang bergerak di bawah Romo Sandyawan bernama Ita Martadinata Haryono, seorang siswi SMU yang masih berusia 18 tahun juga diperkosa, disiksa, dan dibunuh karena aktivitasnya Inilah yang menjadi suatu indikasi bahwa kasus pemerkosaan dalam kerusuhan ini digerakkan secara sistematis, tak hanya sporadis Amuk massa ini membuat para pemilik toko di kedua kota tersebut ketakutan dan menulisi muka toko mereka dengan tulisan "Milik pribumi" atau "Pro-reformasi" karena penyerang hanya fokus ke orang-orang Tionghoa.

KETIDAKSETARAAN GENDER

Seperti pada data dari UNDP, Indonesia menjadi negara ASEAN dengan Gender Inequality Index (GII) tertinggi di tahun 2019. Lalu bagaimana dengan Indonesia pada masa-masa Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi? Tentu, ketidaksetaraan gender saat itu lebih marak dibandingkan sekarang.

APA KATA MELY G. TAN?

"Kesetaraan laki-laki dan perempuan, dan aspek hak asasi manusia dalam one woman one man, serta kesempatan sama bagi laki-laki dan perempuan untuk memilih, adalah salah satu inti demokrasi substansial Di Singkawang, anak-anak perempuan Tionghoa keluarga miskin dikawinkan dengan lakilaki Taiwan karena tak punya pilihan Keluarganya miskin Kalau ia mau menikah, keluarganya dapat uang Kan, ada comblang"

Kita masih memiliki banyak masalah dengan kesetaraan. Di dokumen legal, perempuan harus memakai atribut ’nyonya’ kalau menikah, dan ’nona’ kalau tidak menikah Laki-laki, mau menikah mau tidak, tetap saja ’tuan’

Dilansir dari kompascom, Mely Giok Tan sangat menentang adanya poligami Ia berkata bahwa banyak orang mengatakan poligami sebagai sisasisa kebudayaan lama Namun, ia berpikir sebaliknya Katanya, terdapat pengaruh faktor demografi terhadap poligami dan asumsi demografi itu dapat dipecahkan apabila jumlah perempuan dan laki-laki usia menikah berimbang dan tetap ada perempuan muda, berpendidikan, mandiri, dapat mencari nafkah sendiri, dan mengetahui arti kesetaraan

DISKRIMINASI AGAMA

Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Muslim. Pada masa Orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, terdapat diskriminasi terhadap etnis Tionghoa Tak hanya etnis, melainkan masalah agama dengan ajaran yang berbeda juga menjadi permasalahan di Indonesia Sejak awal, sejarah bangsa ini dipenuhi gejolak politik Kelompok-kelompok terfragmentasi begitu kental Masing-masing berupaya merebut pengaruh, menjadi yang paling dominan, apakah nasionalis, komunis, atau agamais

Di antara itu semua, kelompok Nasrani baik Kristen Protestan maupun Katolik menyimpan kekhawatiran tersendiri: menjadi minoritas yang tertindas Maka ikut berpolitik menjadi kewajiban untuk dapat memengaruhi kebijakan. Tujuannya: jaminan keamanan dan kebebasan beragama

dan

Je

"Saya ini minoritas empat lapis, ujarnya Saya perempuan, etnis China, beragama Katolik dan single "

APA SIH KORELASINYA?

Jadi, jika dikaitkan dengan Mely G. Tan…. Buku karangan Mely Giok Tan bertujuan untuk menghapus stigma kaum Jawa terhadap kaum Tionghoa.

Islam Kristen Katolik HinduBuddha AliranKepercayaanKonghucu 100 75 50 25 0 04
Data dari Direktorat
nderal Kependudukan
Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri
SCAN TO WATCH THE STORY OF 1998!
source: melawanlupa

Apa persoalan mendasar integrasi etnis

Tionghoa ke dalam masyarakat?

Bagaimana dengan stereotip terhadap orang

Tionghoa yang susah pudar?

AJ HERO OF ustice;

SAVIOURFROM RACISMANDSEXISM.

"Mestinya bisa hilang, tetapi makan waktu Dasarnya, kita harus mengakui dan menerima masyarakat kita plural, beraneka ragam Tak ada negara di dunia ini yang homogen, baik dari sisi agama maupun etnis Kalaupun ada, sedikit sekali Kita harus menerima ini meski tidak mudah karena kita harus menghormati dan menghargai perbedaan Kalau tidak bisa sampai ke sana, sulit, karena selalu saja ada hal-hal untuk memperbedakan manusia"

Menurut buku “Mereka bilang aku China” karya Dewi Anggraeni, maksud dari buku tersebut adalah menunjukkan bahwa pada zaman dahulu lebih banyak persoalan ekonomi dan politis Tionghoa. Untuk budayanya, kurang ditunjukkan kepada publik, banyak stereotip bahwa orang Tionghoa mata duitan Dari buku tersebut, Mely G Tan bertujuan untuk membuktikan stereotip itu salah dengan mengumpulkan individu-individu untuk ikut serta membuktikan. Mely G Tan merupakan penyelamat dari maraknya rasisme dan seksisme terhadap etnis Tionghoa saat Orde Baru hingga Pasca Kemerdekaan Indonesia.

DAMPAK KEBERADAANNYA

TERHADAP TANAH AIR KITA

DID YOU KNOW?

Menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat

Tionghoa berkaitan dengan masalah pembangunan secara

menyeluruh. Hal ini dapat dilihat dari Nabil Awards yang diterima.

Dilansir dari http://lipigoid/berita/tiga-peneliti-integrasi-etnis-tionghoa-raih-nabil-award/3361

Menyarankan DPR untuk mengeluarkan UU mengenai ANTI

DISKRIMINASI AGAMA DAN GENDER, dan akhirnya disahkan

DPR Dan akhirnya, DPR mengeluarkan Permen PPPA No 13

Tahun 2020 tentang Perlindungan Perempuan dan Perlindungan

Anak Dari Kekerasan Berbasis Gender Dalam Bencana Saat itu

Mely G. Tan berani untuk berpendapat walau masih banyak

kebencian orang TIONGHOA di Indonesia dan ia merupakan seorang PEREMPUAN.

Dilansir dari https://kemenag.go.id/read/mely-g-tan-uu-anti-diskriminasi-agama-dan-genderperlu-dipikirkan-nezn

05

05

Nabil Awards

Mely Giok Tan bersama dengan Myra Sidharta (peneliti dari Indonesia) dan Charles A. Coppel (peneliti dari Australia).

meraih Nabil Awards pada tahun 2009 di Jakarta Mereka

adalah orang-orang yang mengupayakan perbaikan

kedudukan etnis Tionghoa dalam masyarakat Indonesia serta

bergiat dalam bidang-bidang lain yang berkaitan dengan

tantangan yang dihadapi pembangunan negara Indonesia dari dulu hingga sekarang

KOMISI

Dalam penganugerahan

tahun ini, untuk pertama

kalinya Nabil Awards

dianugerahkan kepada

sarjana

Indonesia

Ketiganya memenangi

penghargaan berdasarkan dedikasi dan produktivitas mereka dalam penelitian dan pengkajian etnis

Tionghoa di Indonesia.

Karya-karya mereka mampu menunjukkan

bahwa sejarah etnis

Tionghoa sama sekali tidak terpisahkan dari sejarah masyarakat

Indonesia secara keseluruhan.

NASIONAL TERHADAP

Komnas Perempuan terbentuk dari tuntutan kaum

Anti-Kekerasan P

wanita kepada pemerintah Indonesia untuk meminta pertanggungjawaban Indonesia sebagai negara untuk menangani persoalan dan kasus

kekerasan baik secara fisik, verbal, maupun nonverbal terhadap wanita Tuntutan tersebut dipicu

oleh tragedi Mei 1998, peristiwa di mana terjadinya

tindakan kekerasan seksual massal terhadap

korban-korban wanita etnis Tionghoa.

Komnas Perempuan akhirnya tumbuh menjadi salah satu Lembaga Nasional Hak Asasi Manusia (LNHAM),

UNDANG UNDANG

erempuan

dan menjadi bukti konkret upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan Hak Asasi

Manusia dalam bidang penghapusan tindakan kekerasan fisik, verbal, dan non-verbal terhadap wanita di kawasan

Indonesia manapun.

TINDAK PIDANA

TINDAK PIDANA

Kekerasan Seksual

RUU TPKS resmi disahkan menjadi Undang-Undang pada hari Selasa, 12 April 2022 melalui Rapat Paripurna DPR RI. Tujuan dari UU TPKS adalah memberikan perlindungan komprehensif uoaya untuk mencegah

segala jenis tindakan kekerasan seksual dengan cara menangani, melindungi, memulihkan korban , menegaskan hukum sehingga mewujudkan negara tanpa kekerasan seksual kepada siapapun.

20 09

Mely Giok Tan merupakan

seseorang yang dapat dijadikan

panutan dalam kehidupan

masyarakat Indonesia Dalam

artikel yang dicantumkan oleh

Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia, dikatakan bahwa Mely

G Tan memiliki agama Katolik

Roma. Sebagai pejuang Indonesia

yang menganut agama Katolik, beliau menunjukkan pribadinya

yang 100% Katolik dan 100%

Indonesia dengan cara

memperjuangkan keadilan pada

masanya

Keadilan adalah sesuatu yang

diberikan kepada setiap individu

apa yang sudah menjadi haknya

sejak awal Keadaan Indonesia

pada zaman Mely G Tan

merupakan tragedi yang tak

terlupakan sepanjang sejarah

Indonesia, dimana maraknya

terjadi kekerasan atau

pemerkosaan terhadap wanita di Indonesia, serta permasalahan

diskriminasi etnis Tionghoa. Ia

sadar sebagai warga negara

Indonesia, munculnya tuntutan

untuk melakukan tekad utama

dalam membantu permasalahan

kekerasan wanita dan diskriminasi

etnis Tionghoa Hal tersebut

menunjukkan cinta dan belas

kasihnya yang tulus terhadap

etnis yang ia miliki

Perempuan yang sudah memiliki usia 92 tahun ini mengupayakan

adanya perjuangan terhadap

hukum negara Indonesia dengan

semangat melayani agar tidak

terjadinya eksploitasi perempuan yang dilakukan untuk kepuasan seksual Semangat pelayanan yang ia miliki dilakukannya secara tulus dan ikhlas untuk kebaikan dan kemajuan negara, tanpa mengharapkan sesuatu kembali.

Pelayanan yang dilakukan oleh

Mely G Tan untuk negara dapat

menjadi penerapan Core Value

Serviam dalam kehidupan seharihari dari perbuatan yang lebih kecil dan sederhana

Sebagian hidupnya, ia habiskan untuk menjadi saksi penting terhadap perubahan politik di Indonesia yang merupakan pengakuan pemerintah terhadap

masalah kekerasan pada perempuan yang melibatkan kesatuan dengan 22 perempuan

lainnya untuk menghapus segala hal yang menganggap "lemah"

perempuan Karakter kuat yang

dimiliki menghasilkan integritas yang dapat meningkatkan martabat seorang perempuan serta etnis Tionghoa dari stereotip negatif yang mengandung

pemikiran yang masih sempit.

MELY GIOK TAN, A LIONHEARTED PERSON06

Ia juga memiliki keberanian yang tinggi

untuk hidup dan berperan penting dalam

revolusi pada zamannya sebagai perempuan yang memiliki ras minoritas yaitu sebagai seorang “Etnis Tionghoa”. Salah satu bentuk

keberaniannya untuk memperjuangkan

haknya sebagai seorang yang memiliki etnis

minoritas adalah menghasilkan karya buku yang berjudul “Etnis Tionghoa di Indonesia”

sebagai upaya menghilangkan stereotipe negatif terhadap ras tersebut

07

Dalam upayanya untuk menciptakan perdamaian di Indonesia pada zamannya, ia membangun relasi dan persaudaraan dengan sesama warga negara Indonesia untuk menghasilkan kesadaran

pentingnya hak manusia untuk hidup

sebagai perempuan sesuai dengan citra Allah dan seseorang yang memiliki perbedaan di negara yang beragam ini.

RETIRED BY AGE,

But Never By HEART

Mely G Tan

resmi pensiun pada tahun 1997, namun Mely tidak pernah berhenti bekerja dan meneliti Ia tidak patah semangat dalam membekali diri sendiri. Ia bahkan menyelesaikan makalah untuk seminar di negara Singapura dan peranakan Tionghoa

Menyambut tahun pensiunnya, Mely juga merupakan saksi penting sejarah perubahan politik Indonesia Mely memutuskan untuk berkontribusi menjadi bagian dari salah satu Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan, dengan 22 perempuan lainnya

Pada tanggal 15 Juli 1998, Masyarakat AntiKekerasan menghadap presiden Habibie, mendesaknya untuk membuat pernyataan mengutuk peristiwa itu dan meminta maaf kepada masyarakat. Pada akhirnya, pergerakan ini didukung oleh pemerintahan yang membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta untuk menginvestigasi tragedi pada tahun 1978.

Mely G Tan menghabiskan waktu pensiunnya dengan menulis untuk menggambarkan perasaan marah dalam menghadapi penolakan. Pada tahun 1999, beliau diundang United States-Indonesia Association untuk bicara mengenai perempuan Indonesia di beberapa universitas di AS

Tidak hanya sampai situ, beliau juga diundang United Nations Division for the Advancement of Women sebagai perwakilan dari Indonesia untuk menulis

masalah kekerasan terhadap perempuan dalam mempersiapkan sidang ke-45 dari UN Commission on the Status of Women.

MelyG.Tan Our Thoughts On 08

Dalam proses mengenal dan menganalisis

tokoh Mely G Tan, seorang pejuang diskriminasi dan emansipasi pada

perempuan, kami takjub dengan

semangat totalitas beliau dalam menghadapi permasalahan sosial. Melalui

tindakannya yang berani dan tangguh

pada zamannya, permasalahan etnis

Tionghoa sudah berkurang dalam adanya

peningkatan penduduk etnis Tionghoa di Indonesia Selama kehidupannya, ia selalu

berupaya untuk menghilangkan

diskriminasi dan stereotip negatif

terhadap etnis Tionghoa. Perubahanperubahan yang ia upayakan untuk

kebaikan negara dahulu tetap tidak

menjamin tidak adanya kasus diskriminasi

terhadap etnis Tionghoa karena hal

tersebut berdasarkan pemikiran dan toleransi masyarakat yang hidup di zaman

sekarang ini

Bagaimana kehidupan Mely G. Tan berdampak langsung terhadap hidup kami?

Sebagai pelajar SMA tahun terakhir, kami merasakan banyak perasaan baru termasuk suka maupun duka Tidak jarang rasa putus asa kami menguasai diri, dan membuat kami merasa hal yang kami lakukan tidak bermakna dan ingin cepat selesai Dalam meneladani karakteristik Mely G. Tan, kami merasa aspek yang kami ingin tingkatkan untuk kedepannya adalah totalitas Kami merasa totalitas memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan beliau sendiri dalam membuat banyak usaha Begitupun dengan tantangan dan hambatan dalam kehidupan yang membutuhkan kesungguhan diri dan usaha yang maksimal Dengan mengaplikasikan sikap totalitas dalam setiap kegiatan yang kami lakukan, kami yakin hal tersebut dapat lebih bermakna dan berguna bagi diri kami masing-masing Sesuai dengan kutipan Yakobus 2 : 4, kami mengimplementasikan cerminan diri beliau dengan mengupayakan segala macam hal yang terjadi dalam diri kita (caci-maki, kritik, dan perbuatan negatif lainnya) ke arah yang baik Kami berusaha untuk tetap teguh memegang pedoman 'keadilan' dan 'perdamaian' yang ada dalam diri kita dengan merealisasikan bukti konkret seperti berani menentang apa yang berpengaruh negatif terhadap diri kita

Basedon theDocumentof CatholicChurch

Nostra Aetate artikel 5

Tetapi kita tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa semua orang, bila terhadap orang-orang tertentu, yang diciptakan Allah Bapa dan hubungannya dengan sesama manusia saudaranya begitu erat, sehingga Alkitab berkata: "Barang siapa tidak mencintai, ia tidak mengenal Allah" (1 Yoh 4:8) Jadi tiadalah dasar bagi setiap teori atau praktik, yang mengadakan pembedaan mengenai martabat manusia serta hak-hak yang bersumber padanya antara manusia dan manusia, antara bangsa dan bangsa Maka Gereja mengecam setiap diskriminasi antara orang-orang atau penganiayaan berdasarkan keturunan atau warna kulit, kondisi hidup atau agama, sebagai berlawanan dengan semangat Kristus Oleh karena itu, Konsili Suci mengikuti jejak para Rasul Kudus Petrus dan Paulus, meminta dengan sangat kepada umat beriman Kristiani, supaya bila ini mungkin "memelihara cara hidup yang baik di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi" dan sejauh tergantung dari mereka hidup dalam damai dengan semua orang, sehingga mereka sungguh-sungguh menjadi putera Bapa di Sorga

Kelompok kami memilih Dokumen ASG Nostra Aetate artikel 5 yang dikeluarkan oleh Konsili Vatikan II, karena dokumen ini fokus pada masalah diskriminasi antar manusia, dimana terdapat kalimat bahwa Gereja mengecam adanya setiap perbuatan diskriminasi Perbuatan tersebut dianggap berlawan dengan semangat Kristus yang telah diajarkan oleh Allah Dokumen ini pun mengajak kami sebagai umat Kristiani yang beriman untuk memelihara cara hidup yang baik (antidiskriminasiterhadapsesamamanusia)

Yakobus 2 : 4

"Bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?"

arti :

DalammenjadiumatKristianiyangberiman,kitaharusmengupayakanuntukmemiliki hatibaikdantidakmenghakimisesamadenganpemikiranjahatyangadadidalamdirikita

Efesus 4 : 32

"Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu."

arti :

Dimasayangakanmendatang,kitainginmengembangkansikapindividuyangramah kepadasesamadenganpenuhcintakasihsepertiyangKristusajarkan

Galatia 3 : 28

"Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus."

arti :

satu sehingga kami tidak memandang perbedaan di antara manusia dan menjunjung tidak adanyadiskriminasidalammasyarakat

09
KamiselaluinginmenjadiumatKatolikyangberpegangteguhdengansifatGerejayang

Daftar Pustaka

Anonim,2004.“ApadanSiapa-MelyG.Tan”.Diakses20Desember2022,pukul

15.00WIB.ApadanSiapa-MELYG.TAN(ahmad.web.id)

Anonim.“ApakataAlkitabmengenairasisme,prasangkadandiskriminasi?”.

Diakses1Januari2023pukul13.30WIB.ApakataAlkitabmengenairasisme, prasangkadandiskriminasi?(gotquestions.org)

Anonim.14Februari2006.“MELYGTAN:UUANTIDISKRIMINASIAGAMADAN

GENDERPERLUDIPIKIRKAN”.Diakses1Januari2023pukul12.00WIB.MELY

GTAN:UUANTIDISKRIMINASIAGAMADANGENDERPERLUDIPIKIRKAN (kemenag.go.id)

Anonim.“PerlindunganPerempuandanPerlindunganAnakDariKekerasan

BerbasisGenderDalamBencana”.Diakses4Januari2023pukul16.00WIB. PermenPPPANo.13Tahun2020tentangPerlindunganPerempuandan PerlindunganAnakDariKekerasanBerbasisGenderDalamBencana[JDIHBPKRI]

Frishka,Sondang."KerusuhanMei1998Fakta,Data&Analisa:MengungkapKerusuhanMei

1998 Sebagai Kejahatan Terhadap Kemanusiaan" Diakses tanggal 5 Februari 2023 pukul

17.00 WIB. Kerusuhan Mei 1998 Fakta, Data & Analisa : Mengungkap Kerusuhan Mei 1998

SebagaiKejahatanTerhadapKemanusiaan|PerpustakaanKomnasPerempuan

Guntoro,Heru.23Oktober2009.“TigaPenelitiIntegrasiEtnisTionghoaRaih

Indonesia(lipi.go.id) EtnisTionghoaRaihNabilAward|LembagaIlmuPengetahuan

NabilAward”.Diakses29Desember2022pukul20.00WIB.TigaPeneliti Integrasi

Hartiningsih,Maria,&Prambudy,NinukMardiana.1November2009.“MelyG

an: Saya Selalu Beruntung”. Diakses 18 Desember 2022, pukul 17.00 WIB. Mely G

Tan:SayaSelaluBeruntung|LembagaIlmuPengetahuanIndonesia(lipi.go.id)

Setyono,Agus.17Februari2009.“GerejaMengecamDiskriminasi”.Diakses19

Januari2023pukul16.37WIB.diskriminasi|AjaranSosialGereja

Sri,Lestari.20Mei2018."PerkosaanMei1998'takpernahterungkap,takpernah

terungkap, tak pernah dituntaskan'. Diakses 20 Januari 2023 pukul 16.30 WIB. Perkosaan Mei 1998 'tak pernah terungkap, tak pernah dituntaskan' - BBC News

Indonesia

Suditomo,Arief.8Februari2020.“MelawanLupa-WarisanStigmadariMasa

Penjajahan”.Diakses2Januari2023pukul13.00WIB.https://youtu.be/Mwi0PB9hdEc

Suditomo,Arief.15November2019.“MelawanLupa-GegerPacinan”.Diakses

tanggal2Januari2023pukul14.00WIB.https://youtu.be/s5hMVPMOn3c

Suprapto.6November2019."AwalKebencianterhadapEtnisTionghoadiIndonesia".

Diaksestanggal4Januari2023pukul13.00WIB.https://surabayapagi.com/read/awalkebencian-terhadap-etnis-tionghoa-di-indonesia

"Pahlawan yang setia itu berkorban bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata membela cita-cita".
-Bung Hatta

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.