1 minute read

AJ HERO OF ustice;

SAVIOURFROM RACISMANDSEXISM.

"Mestinya bisa hilang, tetapi makan waktu Dasarnya, kita harus mengakui dan menerima masyarakat kita plural, beraneka ragam Tak ada negara di dunia ini yang homogen, baik dari sisi agama maupun etnis Kalaupun ada, sedikit sekali Kita harus menerima ini meski tidak mudah karena kita harus menghormati dan menghargai perbedaan Kalau tidak bisa sampai ke sana, sulit, karena selalu saja ada hal-hal untuk memperbedakan manusia"

Advertisement

Menurut buku “Mereka bilang aku China” karya Dewi Anggraeni, maksud dari buku tersebut adalah menunjukkan bahwa pada zaman dahulu lebih banyak persoalan ekonomi dan politis Tionghoa. Untuk budayanya, kurang ditunjukkan kepada publik, banyak stereotip bahwa orang Tionghoa mata duitan Dari buku tersebut, Mely G Tan bertujuan untuk membuktikan stereotip itu salah dengan mengumpulkan individu-individu untuk ikut serta membuktikan. Mely G Tan merupakan penyelamat dari maraknya rasisme dan seksisme terhadap etnis Tionghoa saat Orde Baru hingga Pasca Kemerdekaan Indonesia.

Dampak Keberadaannya

Terhadap Tanah Air Kita

DID YOU KNOW?

Menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat

Tionghoa berkaitan dengan masalah pembangunan secara menyeluruh. Hal ini dapat dilihat dari Nabil Awards yang diterima.

Dilansir dari http://lipigoid/berita/tiga-peneliti-integrasi-etnis-tionghoa-raih-nabil-award/3361

Menyarankan DPR untuk mengeluarkan UU mengenai ANTI

DISKRIMINASI AGAMA DAN GENDER, dan akhirnya disahkan

DPR Dan akhirnya, DPR mengeluarkan Permen PPPA No 13

Tahun 2020 tentang Perlindungan Perempuan dan Perlindungan

Anak Dari Kekerasan Berbasis Gender Dalam Bencana Saat itu

Mely G. Tan berani untuk berpendapat walau masih banyak kebencian orang TIONGHOA di Indonesia dan ia merupakan seorang PEREMPUAN.

Dilansir dari https://kemenag.go.id/read/mely-g-tan-uu-anti-diskriminasi-agama-dan-genderperlu-dipikirkan-nezn

This article is from: