
3 minute read
Berbincang dengan lelaki penuh passion
from CSII Zine-Act Global
by actglobalcic
BERBINCANGBERBINCANGBERBINCANG DENGANDENGANDENGAN LELAKILELAKILELAKI PENUHPENUHPENUH PASSIONPASSIONPASSION
Pada bulan Maret 2022, Chika dan Mellynia berkeliling Kota Denpasar dan menemukan Pak Bastian dan Pak Heri. Seorang senior dengan dua latar belakang yang berbeda. Chika dan Mellynia melakukan percakapan dengan mereka berdua tentang kehidupan dan apa yang dapat mereka pelajari dari masa lalu dan masa depan. Kegiatan ini merupakan bagian dari proyek “Community: Seniors Involved –International” (CSII). Ide dari proyek ini adalah untuk membangun kegiatan yang menarik di mana pekerja muda akan menyertakan lansia dalam pekerjaan mereka dengan pemuda (atau pemuda akan bergabung dengan kegiatan di pusat lansia). Dengan cara ini, para pemuda akan mendapat kesempatan untuk belajar, menumbuhkan empati terhadap, dan memperdalam pemahaman mereka tentang generasi yang lebih tua. Untuk orang tua, di sisi lain, akan dapat menghabiskan waktu mereka lebih terarah dan belajar dari generasi muda. Percakapan dengan Pak Bastian terjadi ketika dia menceritakan tentang aktivitasnya sehari-hari. Dikatakannya, tiga hari seminggu, Senin, Rabu, dan Sabtu, Pak Bastian dan putrinya, Zafra, mengamen di Angkringan Jogja, Denpasar. Meski Pak Bastian menyadari ada kesenjangan generasi di antara mereka berdua, mereka bersatu padu dalam lagu yang mereka nyanyikan. favorit mereka adalah lagu-lagu lama yang penuh dengan pesan moral. Mereka suka menyanyikan lagu dengan lirik puitis dan lagu yang penuh dengan pesan tersirat karena ketika mengucapkan kata-kata itu, Pak Bastian merasa seperti menemukan jiwanya di dalamnya. Pak Bastian datang ke Bali sekitar tahun 1997. Ia datang untuk belajar di Akademi Pariwisata. Dia berusia 55 tahun sekarang, dia melakukan apa yang dia sukai: Bernyanyi untuk hidup. Namun, di tengah kepahitan hidup, kita masih akan menemukan tawanya setiap malam ketika mereka bernyanyi di Angkringan, “Yang menyedihkan ketika kita mengamen adalah ketika kita tidak mendapatkan uang hahaha. Dan bagian yang menyenangkan adalah ketika kita dihargai, rasanya luar biasa. ” kata Pak Bastian kepada Act Global. Ia ingin dikenang sebagai orang tua yang baik. Bastian berpesan kepada anak muda untuk bekerja sesuai passion karena pekerjaan terbaik adalah hobi yang dibayar. Kata-kata Pak Bastian sangat menginspirasi Melly. Dia pikir, Pak Bastian sepertinya pria yang sangat keren. Dengan belas kasihnya untuk anaknya dan cinta yang dia berikan melalui setiap lagu yang mereka nyanyikan, Melly merasa bahwa suatu hari nanti, mungkin dia bisa mengikuti jalan Pak Bastian.
Advertisement
“Menurut saya Pak Bastian sangat keren. Dia sudah tua, tapi masih produktif. Apalagi dia terlihat dekat dengan putrinya. Saat ini sangat sulit untuk mendapatkan orang tua yang dekat dengan anak-anaknya. Saya terinspirasi untuk bekerja sesuai passion saya seperti Pak Bastian karena kebanyakan anak muda saat ini merasa tertekan dan terpaksa bekerja karena tidak bekerja sesuai passion, ” kata Melly berbincang dengan Pak Bastian.
Perempuan Bali berusia 22 tahun yang hobi snorkeling ini cukup dekat dengan orang tua (nenek) di rumahnya. Sebagai umat Hindu Bali, mereka sering bertemu di rumah untuk membuat canang dan berdoa bersama. Ia juga menggambarkan masa tuanya dengan kehidupan neneknya saat ini, dekat dengan alam dan tetap produktif dari rumah.

Profil senior kedua adalah Pak Heri dari Semarang yang telah tinggal di Bali sejak 9 tahun yang lalu. Sebelum dia berada di posisinya saat ini, dia telah mencoba banyak hal baru. Mulai dari tukang parkir, penyiar radio, memproduksi susu kedelai sendiri hingga memiliki bisnis saat ini: Es Teler, Frozen Food dan Minigold
“Tetap semangat, jangan putus asa, dan jangan malas!” adalah pesan dari orang tua berusia 52 tahun kepada orang muda. Dia mengaku sulit membuka usaha sendiri di sektor permodalan. Jika soal untung rugi merupakan hal yang lumrah dalam berwirausaha. Ingin dikenang baik oleh orang-orang di sekitarnya, Pak Heri mengatakan impiannya adalah memiliki rumah sendiri untuk ditinggali.
Percakapan dengan Pak Heri membuat Chika, pemuda 25 tahun asal Purbalingga, merasa hancur. Ia merasa seperti ditampar ketika mendengar apa yang dialami Pak Heri. Menurutnya, apa yang digelutinya selama beberapa tahun ini tidak sebanding dengan apa yang dikerjakan Pak Heri. Chika menganggap dialog antara generasi senior dan junior tampak aneh. Tapi, sekarang, dia percaya generasi senior memiliki sesuatu yang tidak dimiliki generasi muda, seperti ketahanan dalam setiap situasi.
“Saya, yang masih muda, memiliki potensi lebih dan lebih tetapi selalu takut untuk mencoba hal-hal baru. Selalu terjebak di sana-sini. Pak Heri menyadarkan saya bahwa saya harus lebih berani mengambil keputusan. ” ujar Chika yang sudah tinggal di Bali selama kurang lebih 7 tahun. Wanita yang memiliki hobi menyanyi, menulis, dan menggambar ini berharap banyak anak muda lainnya yang terpacu untuk mencoba hal baru dari video profil Pak Heri.
Chika Mega Kusuma Wardani W.