Tanasul Edisi 05 Periode Februari-Maret 2011

Page 11

Firman Setiana adalah santri pondok Kebon Jambu al-Islamy yang sedang menyelesaikan pendidikannya di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon

Bulughul Maram

Sehat, Modal Kebaikan Ritual dan Sosial

“Maa laa yatimmul waajibu illaa bihi fahuwa waajibun.” Sesuatu yang menjadi jalan menuju terealisasinya sebuah kewajiban, maka hukumnya menjadi wajib juga.

B

ulughul Maram merupakan karya fenomenal ulama legendaris Ibn Hajar al-Asqalani. Beliau seorang ahli hadits besar, penulis Fath al-Bari: Syarhu Shahih al-Bukhari. Bulughul Maram merupakan salah satu karya beliau yang ditulis setelah Fat-hul Baari. Kitab ini beliau tulis berdasarkan hafalan beliau tanpa melihat ke kitab aslinya. Kitab ini merupakan salah satu kitab paling populer dalam khasanah keilmuan Islam, dan menjadi rujukan bagi para ahli fiqh hingga kini. Kitab ini berisikan kumpulan hadits yang menggambarkan keluasan harmoni kehidupan Rasulullah SAW. Hadits-hadits tentang berbagai aspek kehidupan dapat kita temukan di sini, baik menyangkut permasalahan fiqh, keutamaan ibadah, akhlak, muamalah, hukum pidana, hukum perdata, serta dzikir dan doa. Beberapa kelebihan dari kitab ini antara lain; bersandar pada kitab hadits yang utama (kutub Alsittah) diperkuat dengan kutipan dari banyak hadits lain, seperti Ahmad Ibn Hanbal, Al-Thabari, Al-Hakim, dan kitab-kitab hadits lainnya, disertai keterangan tentang derajat kekuatan setiap hadits, sistem penulisannya berdasarkan urutan pembahasan fiqh. Pengarang menjelaskan bagaimana seorang muslim seharusnya beraktivitas sesuai dengan sunnah Rasulullah Muhammad SAW. Dari bangun tidur sampai tidur kembali, dan semua aktivitas harian itu dibahas secara sistematis dari cara bersuci hingga akhlak tercela dengan tujuan memudahkan pembaca untuk memahami dan menjalankan apa yang diamanahkan oleh Rasulullah. Kitab ini telah diperjelas (disyarahi) oleh As-shan’ani dalam kitabnya Subulus Salam— Syarh Bulughul Maram Min Jami’ Adillatil Ahkam [Jilid 1 - 4]. Hampir setiap penulis kitab fiqh mengawali pembahasan dengan bab Thaharah (bersuci), begitu pula dalam kitab Bulughul Maram pada bab pertama membahas Thaharah, terdapat 162 hadits pada bab itu dari 1604 total hadits yang ada. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kebersihan dan kesucian dalam keseharian. Bersuci menjadi pembahasan awal sesuai dengan kaidah fiqh di atas. Sesuatu yang menjadi jalan menuju terealisasinya sebuah kewajiban maka hukumnya menjadi wajib juga.

Islam sangat menganjurkan kebersihan, bah­ kan kebersihan menjadi salah satu sempurnanya iman. Umat Islam sangat hapal betul dengan dalil annidhafatu minal iman (kebersihan sebagian dari iman). Mulai dari kebersihan diri (lahir dan bathin), tempat tinggal hingga lingkungan. Islam mengajarkan bagaimana tatacara mandi, istinja (bersuci) setelah buang air besar atau buang air kecil, bersiwak (menggosok gigi) ketika hendak shalat, setelah diam lama (tidak memfungsikan mulut), mandi besar setelah bersetubuh atau selesai haid bagi perempuan, juga dikhitan bagi laki-laki. Semua itu adalah ajaran Islam dalam menjaga kebersihan jasmani. Dalam penggunaan air untuk bersuci pun Islam melalui fiqh membagi air menjadi 4 kategori ; suci mensucikan dan tidak makruh menggunakannya (air mutlaq); suci dan mensucikan tapi makruh menggunakannya (air musyammas, air yang panas atau hangat karena terkena sinar matahari; air musta’mal (sudah dipakai); dan air yang berubah karena tercampur sesuatu yang suci (air mukhalith); dan air najis (air yang kurang 2 kulah dan tercampur najis). Bahkan tidak hanya bagi orang yang hidup, orang yang sudah meninggal pun Islam mengajarkan bagaimana cara mewudhukan dan memandikannya. Untuk menentukan suci atau tidaknya air yang hendak digunakan, sebaiknya tidak hanya dilihat dari segi dhahirnya saja, tetapi kandungannya pun harus diperhatikan sehingga air tersebut benarbenar baik untuk kesehatan. Untuk itu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi suatu hal yang tidak bisa diabaikan fiqh dalam menentukan kesucian air. Sedangkan untuk kesucian batin, umat Islam hendaknya menjaga kebersihan dan kesucian hati dari sifat-sifat tercela. Kesehatan dan kesucian, baik lahir ataupun batin menjadi sesuatu yang urgen dan wajib, karena tanpanya kita tidak dapat melakukan kebaikan (ibadah) baik ritual maupun sosial. 162 hadits yang terdapat dalam kitab Bulughul Maram bisa kita jadikan tuntunan dalam melakukan aktifitas seharihari terutama dalam hal kebersihan, kesucian, dan kesehatan diri. Tentunya kitab harus dibaca sesuai konteks yang ada, bukan? Wallahu’alam.[]

11


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.