PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA CABAI Vina Pungkasiwi Supriyono 18/424438/PN/15478
LATAR BELAKANG
Salah satu faktor utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas cabai Indonesia adalah gangguan hama dan penyakit (Semangun, 2000). Hingga saat ini penyakit antraknosa (patek) masih menjadi penyakit utama pada tanaman cabai karena sifatnya yang destruktif. Patogen utama penyakit antraknosa pada cabai di Indonesia paling banyak disebabkan oleh jamur Colletotrichum acutatum Simmon. Menurut Yoon (2003), Colletotrichum acutatum menyebabkan kerusakan pada buah dan kehilangan hasil produksi cabai paling besar.
TUJUAN
Pengamatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gejala penyakit dan cara melakukan identifikasi penyakit antraknosa pada cabai.
HASIL
METODOLOGI
Dalam percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap tanaman cabai yang memiliki gejala terserang penyakit Antaknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum acutatum. Tanaman ditemukan pada lahan budidaya tanaman cabai di Kecamatan Turi, Sleman, pada tanggal 25 Oktober 2020.
PEMBAHASAN mati pucuk, serta daun, ranting, dan cabang menjadi kering berwarna coklat kehitamhitaman. Pada batang aservulus jamur patogen terlihat seperti tonjolan (Duriat et al, 2007). Tanaman cabai yang ditemukan di lahan pertanaman cabai di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman memiliki gejala yang sama dengan gejala cabai terserang patek pada literatur. Ini mengindikasikan bahwa tanaman terserang penyakit antraknosa. Penyakit ini menyebabkan turunnya produksi pada lahan pertanian tersebut. Hampir 25% hasil produksi terserang penyakit patek. Buah cabai yang bergejala patek cukup parah tidak memiliki nilai ekonomi sama sekali. Biasanya, cabai yang terkena patek cukup parah hanya dibuang karena dirasa tidak menghasilkan secara ekonomi.
KESIMPULAN
Tanaman cabai yang ditemukan di lahan pertanaman cabai di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman memiliki gejala yang sama dengan gejala cabai terserang patek pada literatur. Ini mengindikasikan bahwa tanaman terserang penyakit antraknosa.
Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran penting dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi di Indonesia. Tanaman cabai dapat ditanam di lahan basah atau kering hingga ketinggian 1.300 mdpl. Tanaman cabai umumnya tumbuh optimum di dataran rendah hingga menengah pada ketinggian 0 - 800 m dpl dengan suhu antara 20-25 drajat Celcius (Harpenas dan Dermawan, 2010). Penyakit yang sering ditemukan pada pertanaman cabai adalah penyakit antraknosa (patek) yang disebabkan oleh patogen Colletotrichum acutatum.Penyakit ini bergejala
DAFTAR PUSTAKA Duriat, A., Gunaeni, N., Wulandari A. 2007. Penyakit Penting Pada Tanaman Cabai dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. Harpenas, A., Dermawan, R. 2010. Budi Daya Cabai Unggul. PT Niaga Swadaya. Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Ed ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Yoon, J.B. 2003. Identification of genetic resources, interspecific hybridization, and inheritance analysis for breeding pepper (Capsicum annuum) resistant to anthracnose. Disertasi. Seoul NationalUniversity, Seoul.