Swara Dokter Edisi 4

Page 1

BAKTI EDISI 4 MEI 2022 TEMA : HARI BAKTI DOKTER INDONESIA IKATAN DOKTER INDONESIA DOKTER IDI REBORN Berbakti Untuk Negeri, Mengabdi Untuk Rakyat H A R I B A K T I D O K T E R I N D O N E S I A 20 Mei 1908 - 20 Mei 2022

SWARA DOKTER

Primum Non Nocere

MEDIA INTERNAL IKATAN DOKTER INDONESIA

Penanggung Jawab : dr. Moh Adib Khumaidi SpOT

Dewan Pengarah : dr. Ulul Albab SpOG Dr. dr. Beni Satria, MKes, SH, MH

Pemimpin Redaksi/ Redaltur Pelaksana

dr. Muhammad Shoifi SpOT(K)

Editor/Kontributor :

1. dr. Farhan H. F. Rahman 2. dr. Ahmadin Yusuf R. S. 3. dr. Prima Ardiansah S. 4. dr. Pandit Bagus T. S.

Layout/Ilu rator : dr. Ahmadin Yusuf R. S. Naomi Lesmana

Alamat Kantor : Sekretariat PB IDI Jalan Jl. Dr. GSSJ Ratulangi No.29, RT.2/RW.3, Gondangdia, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10350

Email : swaradokter@gmail.com

DAFTAR ISI

1. Editorial oleh : dr. Muhammad Shoifi., SpOT (K)

2. Orasi Ilmiah Ketua Umum PB IDI untuk Hari Bakti Dokter Indonesia

oleh : dr. Pandit Bagus Tri Saputra

3. Sejarah Hari Bakti Indonesia

oleh : dr. Prima dan dr. Ahmadin

4. IDI Masquerade oleh : dr. Iqbal Mochtar

4. Kolom Artikel oleh : dr. Abidinsyah Siregar DHSM., MBA., MKes

5. Kolom Diaspora oleh : Dr. Arief Gunawan, MBBS, BSc, MRCP, FRCPath

6.

Kegiatan HBDI

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4

EDITORIAL Bangkitlah Dokter Indonesia!

Hari Bakti Dokter Indonesia kini diperingati setiap tahun oleh seluruh Dokter Indonesia sejak tahun 2008. Atas keputusan Pak SBY, Presiden kita saat itu. Tentu bukan keputusan sesaat. Tapi keputusan pemerintah yang memberi dampak jangka panjang.

Ada pertanyaan menarik sebenarnya, kenapa harus ada hari bakti? bukankah hampir setiap hari sepanjang hidupnya seorang insan yang telah memilih dan menasbihkan dirinya sebagai seorang dokter maka dia harus berbakti dan mengabdi?

Teringat hampir 30 tahun lalu ketika menginjakkan kaki untuk yang pertama kalinya sebagai mahasiswa kedokteran. Seorang Guru saat itu berpesan bahwa semua orang bisa menjadi dokter tetapi tidak semua orang "boleh" menjadi Dokter. Kata "boleh" ini yang kemudian seiring waktu menjadi saya lebih mengerti. Ketika harus berpeluh, berlelah dan kadang berurai juga titik air mata entah sedih atau bahagia saat menjalani pendidikan kedokteran yang seperti tidak ada habisnya atau saat bekerja mengunjungi dan merawat pasien hingga ke pelosok jauh sesaat setelah lulus.

Menjadi Dokter seakan menjadi "Wakil Tuhan". Karena kesembuhan pasien adalah sepenuhnya Hak Tuhan. Dan para dokter lah yang menjadi perantara bagi kesembuhan para insan yang sedang menjalani masa sakitnya. Bukan hal yang mudah. Dan tidak selamanya menyenangkan. Karena Dokter tetap juga manusia. Kadang ada yang lupa bahkan mungkin juga salah. Tetapi menjadi "jahat" tidak ada tempat bagi profesi ini. Kata "boleh" atau "tidak boleh" ini seiring perkembangan zaman dan semakin majunya ilmu kedokteran kemudian distandarkan. Dibuat aturannya. Tegas. Bahkan sangat ketat dan harus dipatuhi. Karena Dokter juga manusia. Manusia punya potensi untuk lupa, salah bahkan "jahat". Dan bagi Dokter sebagai hamba yang menjadi "Wakil Tuhan" untuk merawat manusia lainnya hal-hal itu tidak boleh terjadi. Setidaknya harus seminimal mungkin terjadi. Dokter diikat oleh Sumpah Dokter. Dibatasi oleh Code of Conduct. Dan bahkan aturan disiplin dan hukum yang sangat ketat. Kenapa? Bukankah Dokter seorang yang bertugas mengabdi dan berbakti?

Hal inilah yang sebenarnya menarik pada profesi ini. Pekerjaan mulia pun harus ada koridornya. Agar Dokter "tidak boleh salah". "Tidak boleh lupa". Dan yang pasti tidak ada tempat bagi yang jahat.

April 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 3
oleh : dr. Muhammad Shoifi., SpOT (K)

Koridor-koridor ini dibuat sendiri oleh para Dokter dan juga Pemerintah dan masyarakat agar Dokter tetap terjaga dan masyarakat terlindungi. Sangat berat memang menerjemahkan kata "boleh" ini. Peringatan Hari Bakti Dokter Indonesia yang ke 114 tahun 2022 ini menjadi penanda baru. Ada lebih 700 orang Dokter yang gugur selama pandemi Covid 19. Dan entah berapa yang tak terhitung jumlahnya yang sakit dan terus berjuang di seluruh pelosok tanah air.

Tidak cukup sebenarnya air mata kesedihan yang mesti tertumpah. Tapi hidup harus terus berjalan. Dan hari ini di Hari Bakti Dokter Indonesia 20 Mei saatnya kita bangkit. Berdiri tegak kembali. Untuk apa? Hanya satu kata .. BERBAKTI!

April 2022
Edisi 1
Ikatan Dokter Indonesia
IDI REBORN Berbakti Untuk Negeri, Mengabdi Untuk Rakyat H A R I B A K T I D O K T E R I N D O N E S I A 20 Mei 1908 - 20 Mei 2022
Selamat Hari Bakti Dokter Indonesia. Bangkitlah!

Hari Bakti Dokter Indonesia ke-114 oleh Ketua Umum PB IDI

oleh : dr. Pandit Bagus Tri Saputra

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sehat, salam sejahtera Kepada seluruh anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI), seluruh dokter di seluruh wilayah Indonesia.

Para guru besar, para sejawat dan para pengurus Ikatan Dokter Indonesia baik cabang, wilayah, perhimpunan, maupun keseminatan. Pada kesempatan kali ini, saya menyampaikan orasi dalam memperingati Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) ke-114. Sebuah gagasan dan semangat besar yang kemudian menjadi kesadaran berbangsa, yang pada gilirannya menjadi semangat berdirinya Budi Utomo. Organisasi perjuangan yang didirikan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran STOVIA yaitu Soetomo, Soeradji Tirtonegoro, Gunawan Mangunkusumo, Muhammad Shaleh dan kawan-kawannya Soetomo dan Soereadji selaku pelaku utama pendirian Budi Utomo termotivasi oleh perjuangan seniornya, Dokter Wahidin Sudirohusodo. Cita-cita Budi Utomo waktu itu adalah kemajuann nusa dan bangsa yang harmonis, dengan jalan memajukan pengajaran (pendidikan), pertanian, peternakan, perdagangan, teknik, industri, serta kebudayaan yang mempertinggi cita-cita kemanusiaan untuk mencapai kedudukan bangsa yang terhormat. Cita-cita yang menyatakan dengan tegas konsep-konsep masa kini tentang visi, misi, strategi, nilai dan tujuan inti untuk mewujudkan bangsa berdaulat yang merdeka. Bangsa yang mampu bermansipasi sederajat dengan bangsa-bangsa merdeka yang lain.

Kita telah sampai pada pada 114 tahun Hari Kebangkitan Nasional (HKN), yang sejak dicanangkanya oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) pada tahun 2008, juga diperingati sebagai Hari Bakti Dokter Indonesia. Sebagai komunitas intelektual kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia dengan total anggota lebih dari 200.000 orang mempunyai tanggung jawab sosial dan profesional untuk memajukan sektor kesehatan. Ikatan Dokter Indonesia berperan aktif menghasilkan dokter-dokter masa kini yang bersama-sama berjuang, demi terjuwudnya bangsa dan negara yang berdaulat dan bermartabat di bidang kesehatan. Yaitu bangsa yang adil dan sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia memiliki harapan yang sangat tinggi, untuk turut serta mendukung terciptan- ya sistem kesehatan nasional yang lebih baik, yang berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara optimal.

ORASI ILMIAH April 2022

Semua itu, dalam rangka menuju pembangunan kesehatan, yang membentuk masyarakat berdaulat, sehat dan sejahtera.

Dua tahun terakhir kita mengalami masa sulit bersama, dalam pandemi COVID-19, ketika tidak kurang 753 sejawat kita yang terdiri dari guru-guru terbaik, kolega, dan keluarga kita berguguran. Hal tersebut tidak serta merta membuat kita terdiam dan patah arah. Semangat untuk terus melayani, didukung dengan kemauan belajar dan terus bertransformasi menjadi modal terbaik dalam pembangunan kesehatan, meskipun dalam keadaan pandemik COVID-19. Momentum Hari Bakti Dokter Indonesia ke-114 ini sekaligus menuju hari ulang tahun Ikatan Dokter Indonesia ke-72, bersama IDI sebagai rumah bersama dokter-dokter di Indonesia, kita terus bergerak melayani masyarakat, terdepan dalam pengabdian dan bersinergi dalam pembangunan bersinambungan.

Saat ini kita juga menghadapi zaman telah jauh berubah. Layanan kedokteran yang dulu dipahami sarat akan altruistik dan kasih saying, kini tampil sebagai wajah baru yang melebur dalam industri kesehatan. Ikatan Dokter Indonesia merupakan organisasi yang lahir di zaman sebelum dan sesudah kemerdekaan, harus mampu memberi jawaban pada persoalan kedokteran yang yang kian komplek dan super cepat. Apalagi, era industri 4.0 saat ini telah banyak merubah kata cara layanan dan organisasi kesehatan secara mendasar. Tidak bisa dihindari, IDI harus bisa berubah secara mendasar, IDI harus mampu melakukan perubahan transformatif untuk menyesuaikan perkembangan zaman dan teknologi.

Pendekatan kesehatan pada masa altruistik akan sulit memberikan jawaban pada masa industri yang kian kompleks. Masa yang membutuhkan kecepatan serta ketepatan seperti sekarang, harus didukung dengan kemampuan adaptif dan transformatif dari dokter-dokter seluruh Indonesia. IDI REBORN adalah bentuk baru lahirnya profesi dokter Indonesia, wajah baru yang mampu beradaptasi dengan lebih cerdas, efektif and inovatif tanpa melupakan pondasi dasar dan ideologi sebuah profesi.

Dengan mindset yang visioner, IDI REBORN bersifat lebih antisipatif dan perspektif, serta dengan didukung oleh bentuk organisasi horizontal berbasis big data, semua informasi dapat ditampung sebagai data yang valid sehingga perubahan dan perkembangan Ikatan Dokter Indonesia dapat dipantau secara real time. Dengan hal ini, IDI diharapkan senantiasa up to date dan siap menghadapi berbagai dinamika yang ada. Ketika data yang akurat dimiliki dan dapat diakses dengan cepat, prioritas kerja berdasarkan besaran masalah dapat dibuat dengan baik. IDI REBORN diharapkan menjadi organisasi yang selalu siap dengan sikap dan tindakan yang tepat dalam menyesuaikan perubahan eksternal dan internal.

Terdapat banyak karya nyata IDI dalam pembangunan kesehatan Indonesia. Dari masa ke masa IDI mampu berkolaborasi, menginisiasi dan merealisasi segala bentuk program terobosan, maupun mendukung regulasi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia. Hal ini adalah sebuah bentuk Dharma Bakti para dokter Indonesia sebagai individu, maupun sebagai organisasi dalam naungan Ikatan Dokter Indonesia. Yaitu berbakti pada negeri.

Pembangunan kesehatan masyarakat seyogyanya dilakukan secara berkesinambungan dan melibatkan semua lini kehidupan. Pembangunan kesehatan harus mampu menjawab persoalan kesehatan masyarakat yang tentunya tidak sama di setiap wilayah Indonesia. Melalui HBDI ke-114, dokter Indonesia dalam naungan organisasi profesi satu-satunya (Ikatan Dokter Indonesia), bersama rakyat Indonesia mencoba memformulasikan kembali, berkolaborasi dan menentukan langkah-langkah strategi. Pertama, dalam meningkatkan kesehatan masyarakat tanpa melupakan kearifan lokal. Kedua, meningkatkan kemampuan berkolaborasi dan bersinergi dengan program pemerintah untuk membentuk masyarakat yang mandiri dan Madani. Ketiga, mendukung kebersihan lingkungan, pengadaan jamban di setiap rumah tangga, serta pembentukan pola hidup sehat dan produktif yang mendorong ketersediaan sumber daya manusia Indonesia yang tangguh.

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4

Terlebih di masa pandemik yang masih kita hadapi bersama sekarang, IDI dengan segenap anggotanya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke siap melayani rakyat Indonesia dengan segala upaya, tenaga, waktu bahkan nyawa untuk masyarakat Indonesia. Dharma Bakti kami senantiasa melayani rakyat Indonesia, demi derajat kesehatan yang lebih baik. Pembangunan berkelanjutan inilah wujud komitmen dan integritas dokter-dokter Indonesia dalam membangun Negeri dan mengabdi pada Ibu Pertiwi.

Saatnya, kita semakin memperkuat potensi kita sebagai bagian dari rakyat Indonesia karena IDI lahir dari rakyat Indonesia, IDI lahir untuk bangsa Indonesia dan IDI lahirjuga juga untuk para anggotanya.

Selamat berdharma bakti pada ibu Pertiwi. Selamat mengabdi untuk Negeri Demikian. Terima kasih.

Salam sehat. Salam semangat. Salam solid dan kompak dokter Indonesia Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarukatuh

dr. Moh. Adib Khumaidi, Sp.OT Ketua Umum PB IDI

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4

SEJARAH HARI BAKTI DOKTER INDONESIA

Disadur dari Esai Zaenal Abidin, dr. (Ketua Umum PB IDI periode 2012-2015 dan Sekjen PB IDI periode 2006-2009) dengan judul Refleksi Hari Bakti Dokter Indonesia di web idionline.ord) pada 18 Mei 2022.

oleh : dr. Prima dan dr. Ahmadin Y. R. Susatyo

1907

Wahidin Soedirohusodo, seorang dokter Jawa dari priyayi rendahan melakukan perjalanan kampanye mencari beasiswa bagi anak bumiputera yang pandai bersama Ario Notodirodjo, putra Pakualam V. Mereka datang ke priyayi yang lebih tua dan tinggi untuk menyampaikan gagasan itu.

Dalam perjalanannya, Wahidin Sudirohusodo kemudian diundang oleh Soetomo dan Soeradji, siswa Stovia untuk bicara tentang pendidikan sebagai kunci kemajuan. Undangan itu muncul setelah Sutomo dan Suradji terkesan dengan peragai, pikiran, dan semangat pengabdian dari Wahidin Sudirohusodo.

Mereka berdua pun menggebu-menggebu mendirikan suatu perkumpulan dalam Stovia. Di sana, Sutomo juga dibantu Soeradji, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soewarno, Goembrek, Mohammad Saleh, dan Soelaeman berusaha

Ikatan Dokter Indonesia Ikatan Dokter Indonesia

20 Mei 1908

Rabu, 20 Mei 1908 pukul sembilan pagi. Puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia, turut hadir siswa dari sekolah pertanian (landbouw school) dan kehewanan (veeartsnij school) di Bogor; sekolah pamong praja (OSVIA) di Magelang dan Probolinggo; sekolah menengah petang (hogere burgere school) di Surabaya; serta sekolah pendidikan guru bumiputera (normaalschool) di Bandung, Yogyakarta, dan Probolinggo. Mereka kemudian sepakat mendirikan organisasi bernama Boedi Oetomo

2007 12 Juni 2007

Seratus tahun kemudian, ke medio 2007. Semangat Budi Utomo disalurkan lewat diskusi publik pertama untuk menyongsong rencana peringatan Hari Bakti Dokter Indonesia yang dilaksanakan pada 23 Mei 2007. Dengan topik: “Sehat, Kalau Bisa Mahal Kenapa Harus Murah?” Beberapa judul diskusi yang dilaksanakan pada hari itu adalah: “Menggagas Hidup Sehat dalam Dimensi Budaya dan Berkesenian” oleh Franky Sahilatua (Musisi berdarah Maluku asal Surabaya), “Sehat: Haruskah dengan Biaya Mahal? oleh dr Handrawan Nadesul” dan “Sistem Pelayanan Kesehatan terpadu: Sistem Kesehatan yang Bermartabat, Murah, dan Bermutu” oleh Dr. dr. Fachmi Idris (Ketua Umum PB IDI).

Diskusi berikutnya pada 12 Juni 2007 tentang, “Revilatisasi Semangat Kebangkitan Nasional Melalui Budaya Sehat; Studi Kasus Kondisi Kesehatan Pengungsi Korban Lumpur Lapindo” yang dimoderatori oleh Franky Sahilatua.

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4

Mei 2007

Mei 2007 sampai Mei 2008 PB IDI menggelar rangkaian program, yaitu: Diskusi Publik Bulanan, Peringatan HUT IDI Ke-57 di Gedung Stovia, Kemah Relawan IDI di Bontang, Dokter Kecil IDI Award, Indo Medika Expo, Seminar Urun Rembug Nasional, menerbitkan Buku Indonesia Caring Physician, dan membuat paket VCD untuk Dokter Indonesia (salah satu isinya adalah film dokumenter Seabad Kiprah Dokter Indonesia). Diskusi publik 21 April 2008 bertema “Membangun Nasionalisme Baru Indonesia.”

IDI merencanakan peringatan secara khusus Seabad Kebangkitan Nasional, yang melekat dengan Seabad Kiprah Dokter Indonesia. IDI ingin memanfaatkan momentum tersebut untuk merevitalisasi peran dokter Indonesia agar tidak hanya sebagai agent of treatment, namun juga sebagai agent of social change dan agent of development.

”Trias Peran” tersebut merupakan warisan luhur para dokter pendahulu sejak era Boedi Oetomo, yang menempatkan peran strategis dokter Indonesia dalam konteks kebangsaan. IDI ingin menggalang potensi dokter dan masyarakat untuk berkontribusi dalam proses pembangunan kesehatan bangsanya, sekaligus ingin mewujudkan suatu sistem kesehatan nasional baru dalam rangka menopang sistem ketahanan nasional

28 Mei 2008

Puncak acara Seabad Kiprah Dokter Indonesia dan Seabad Kebangkitan Nasional, dilaksanakan di Istana Negara, 28 Mei 2008, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Ikatan Dokter Indonesia dengan seluruh jajarannya atas prakarsa dan kegiatan-kegiatan Hari Bakti Dokter Indonesia yang bertepatan dengan Satu Abad Kebangkitan Nasional tahun ini.

Ikatan Dokter IndonesiaIkatan Dokter
Indonesia

Pada hari tersebut, para dokter membebaskan dan atau menyumbangkan jasa medisnya. Dokter yang berpraktik mandiri membebaskan jasa medisnya sementara yang berpraktik di rumah sakit atau di poliklinik menyumbangkan untuk kegiatan sosial.

Presiden menyampaikan tiga harapan dan ajakan, khususnya Ikatan Dokter Indonesia dan umumnya keluarga besar jajaran kesehatan negeri. “Pertama, teruslah menjalankan Trias Peran dokter. Kedua, terus tingkatkan kepedulian, empati, dan kesetiakawanan sosial terutama ketika negara kita mengalami dampak kritis. Ketiga, terus tingkatkan profesionalitas dan kapabilitas dokter dan tenaga kesehatan negeri ini. Kita harus setara dengan dokter dan tenaga kesehatan negara mana pun. Kalau mereka bisa, ya kita bisa.”

“Dan terakhir, dengan resmi saya mendukung 20 Mei menjadi Hari Bakti Dokter Indonesia.” ucap Presiden SBY lantang.

Ikatan Dokter Indonesia
IDI REBORN Berbakti Untuk Negeri, Mengabdi Untuk Rakyat H A R I B A K T I D O K T E R I N D O N E S I A 20 Mei 1908 - 20 Mei 2022

IDI MASQUARADE

Ada berita menarik. Tiba-tiba saja segelintir dokter mendeklarasikan berdirinya sebuah organisasi bernama Persatuan Dokter Seluruh Indonesia (PDSI). Katanya, ini organisasi profesi dokter yang visinya mau melakukan reformasi kedokteran Indonesia. Misi-misinya dibahasakan dengan cakep, kayak misi standar sebuah organisasi. Komentarpun berlimpah ruah. Sebagian menyebut organisasi ini sebagai IDI tandingan atau masquarade; sebagian berkomentar IDI pecah. Dibalik itu, ada menduga ini organisasi pro-Terawan, yang baru-baru dipecat IDI karena masalah etik tindakan cuci otak.

Diera euforia demokrasi saat ini, berdirinya organisasi-organisasi baru merupakan hal jamak. Ini ekor spirit demokrasi plus kebebasan. Orang mudah buat organisasi baru dengan beragam alasan. Ada yang buat organisasi baru karena tidak dapat posisi di organisasi lama; adapula yang buat karena ingin tampil dan terkenal. Banyak alasannya. Terlepas apapun alasannya, tidak ada yang bisa melarang orang mendirikan organisasi. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul memang merupakan hak warganegara yang dijamin UUD 1945. Bahkan negara memudahkan orang membuat organisasi. Dengan modal dokumen Akta Notaris yang memuat Anggaran Dasar, program kerja, susunan pengurus dan beberapa dokumen umum lainnya, Kemenkumham bisa mengesahkan keberadaan sebuah organisasi. Waktu pengurusannya pun singkat, hanya 1-2 minggu.

Akhirnya organisasi Indonesia menjamur. Hingga tahun 2019, di Indonesia terdapat sekitar 500 ribu organisasi. Bayangkan ada hampir setengah juta organisasi dinegeri ini. Meski demikian, sampai disini tidak ada masalah. Toh orang memang punya hak buat organisasi.

Masalah kemudian bersirkulasi bila muncul klaim-klaim paradoks organisasi.

Satu, ada yang bilang PDSI ini tandingan IDI. Hello,…statemen ini dasarnya apa ya? Sudah sejak lama, Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa IDI adalah satu-satunya organisasi profesi kedokteran yang sah di Indonesia. Enggak ada yang lain. Artinya, kalau ada klaim-klaim IDI tandingan, ini kayaknya lebih menjurus ke false claim deh. Bukan hanya dari segi legalitas, tetapi juga eksistensi. IDI itu sebuah organisasi profesi yang sudah berselancar solid beberapa dekade dalam sejarah dan membuktikan dirinya sebagai organisasi profesi yang sangat matur, solid dan kuat. Bagaimana bisa sebuah organisasi yang baru digaungkan oleh segelintir orang disandingkan dengan organisasi IDI yang telah eksis puluhan tahun, memiliki ratusan ribu anggota dengan program kerja yang sangat masif dan terstruktur? Ini sama saja membandingkan seorang petinju desa yang baru muncul dengan juara tinju dunia kelas berat versi WBC, WBA dan IBF Mr. Mike Tyson. Gak relevan membandingkannya. Jadi, lebih arif kalau istilah tandingan IDI disetop.

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4
(Dokter dan Doktor Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Ketua Perhimpunan Dokter Indonesia Timur Tengah dan anggota IAKMI dan PERDOKI).

Dua, PDSI katanya ingin melakukan reformasi kedokteran Indonesia. Niat sih bagus; tapi reformasi apa ya? Apa memang ada kebutuhan mendesak (urgent need) untuk reformasi atau membentuk organisasi baru? Kalau mau hitung-hitung, dibanding berbagai organisasi profesi di Indonesia, IDI itu termasuk top rangking lo. Bukan hanya dalam kuantitas tetapi juga kualitas program dan kegiatan. Mereka kokoh menjaga marwah. Pemecatan Terawan baru-baru ini menunjukkan kekokohan mereka menjaga etik dan marwah profesi. Saat ini, ada puluhan perhimpunan-perhimpunan profesi dan peminatan kedokteran yang semuanya solid melebur sebagai komponen IDI. Artinya, tidak ada friksi dan kegaduhan mayor. Mereka menilai IDI tetap on the track sebagai payung organisasi profesi. Kata orang Arab, IDI mafi musykilah. Kalau kendala-kendala kecil, ya jelaslah ada, sebagaimana yang dialami organisasi lain. Tetapi kendala kecil begini sebenarnya bisa diselesaikan dengan komunikasi dan kesepahaman. Bisa didiskusikan. Bukan dengan membuat organisasi baru atau memisahkan diri dengan organisasi yang ada. PDSI menegaskan bahwa anggotanya harus keluar dari IDI. Artinya, mereka membuat anti-tesa terhadap IDI. Mereka ingin berseberangan. Ini anti-tesa merugikan. Dunia saat ini membutuhkan kolaborasi dan inklusifme; bukan separasi dan eksklusifme.

Ketiga, dengar-dengar izin yang dikantongi PDSI adalah sebagai organisasi masyarakat; bukan sebagai organisasi profesi. Artinya, masyarakat manapun bisa bergabung PDSI meski tanpa embel-embel profesi dokter. Ini tentu beda dengan IDI yang merupakan organisasi profesi. Organisasi profesi itu cirinya memiliki keahlian (expertise), bertanggungjawab (responsible), kesejawatan (corporateness) dan etik (ethics). Sebagai organisasi masyarakat, sangat tidak tepat bila PDSI mengutak-atik issu profesi dokter; apalagi mau mereformasi kedokteran. Itu urusan organisasi profesi.

Lantas bagaimana sebuah organisasi masyarakat mau mereformasi dunia kedokteran? Caranya, bertransformasi dulu menjadi partai politik. Cukup banyak organisasi masyarakat berubah jadi partai politik. Kalau sudah jadi partai dan punya kekuasaan, mereka bisa merubah aturan. Dan ini juga nanti bisa jadi pembeda PDSI dan IDI. Karena IDI tidak akan pernah bermetamorfosis menjadi partai politik. Ia akan terus berselancar sebagai organisasi yang terus membina keprofesiaan dan melindungi masyarakat. Sementara PDSI? Siapa tahu nanti ada dokter dan masyarakat yang punya interest dengan politik dan bergabung dengan PDSI dan someday PDSI akan menjadi partai politik? Who knows.

Ikatan Dokter Indonesia

DOKTER DIASPORA

LONDON, United Kingdom

Penulis: Dr. Arief Gunawan, MBBS, BSc, MRCP, FRCPath Sub-spesialis dan Konsultan Hemato-Onkologi, Department of Hematology, Guys and St Thomas’s Hospital NHS Foundation Trust, London, United Kingdom

Terima kasih atas kesempatan untuk berbagi pengalaman belajar dan bekerja di Inggris. Pengalaman diaspora saya bermula selepas meninggalkan SMA Kanisius, Jakarta, untuk menerima beasiswa dari pemerintah Singapura. Saya kemudian melanjutkan pendidikan di FK Barts and the London dan Intercalated BSc (Immunology) di Imperial College. Sebagai program elektif FK, saya mengunjungi sebuah unit limfoma Burkitt di Malawi. Inilah cikal-bakal kisah cinta saya dengan hemato-onkologi, sebuah spesialisasi yang penuh dengan misteri medis.

Setelah lulus FK, saya menjalani program Academic Foundation Year di Royal London Hospital. Selain itu, saya berkesempatan melakukan riset virologi dan hepatologi, sebelum melanjutkan pelatihan ilmu penyakit dalam dan menempuh ujian sertifikasi Membership of the Royal Colleges of Physicians (MRCP). Sambil bekerja, saya juga mengambil long-distance MSc (Public Health) di London School of Hygiene and Tropical Medicine. Perjalanan saya lantas mengarah ke spesialisasi hemato-onkologi, dimulai dengan junior fellowship di Royal Free Hospital, London dan berlanjut dengan fellowship di Addenbrooke’s Hospital, Cambridge.

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4

Kemudian saya berhasil mendapatkan Haematology

Academic Clinical Fellowship di Guy’s dan St Thomas’ Hospitals. Selama lima tahun program pendidikan spesialis ini, saya melakukan riset di beberapa laboratorium kanker yang berlanjut dengan program PhD di The Francis Crick Institute, London. Di sana, saya melakukan penelitian tentang onkogen MYC dan limfoma agresif. Setelah meraih Fellowship of the Royal College of Pathologists (FRCPath), saya memulai karier sebagai konsulen hematologi dengan subspesialisasi Plasma Cell Disorders (PCD). Tim kami menangani pasien-pasien dengan mieloma multipel (MM), makroglobulinemia Waldenstrom, amiloidosis, dan Monoclonal Gammopathy of Clinical Significance. Kami berkolaborasi dengan kolega-kolega dari spesialisasi lain seperti nefrologi, neurologi, kardiologi, radiologi, patologi, dan onkologi (radiasi) klinis. Karena kompleksnya pengobatan kanker darah, kami selalu mendiskusikan regimen pengobatan dan transplantasi sumsum tulang belakang dalam pertemuan lintas disiplin, yaitu wadah yang menjembatani pengambilan keputusan secara kolegiat dan bukan keputusan pribadi dokter. Selain keputusan medis, menjalin hubungan dengan pasien juga penting. Di Inggris, ini banyak difasilitasi oleh Clinical Nurse Specialists. Saya juga terlibat dalam riset untuk pengobatan eksperimental seperti terapi selular (CAR-T cells dan bispecific antibodies) untuk MM.

Di luar hemato-onkologi, saya mencoba berkontribusi terhadap dunia kesehatan Indonesia. Sambil menjalani program PhD, bersama beberapa teman diaspora, saya membentuk Nusantara Innovation Forum (NIF). NIF bertujuan mempromosikan inovasi karya diaspora Indonesia. Bersama Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London, kami mengadakan Hack Day untuk memicu ide-ide inovasi kesehatan yang relevan bagi Indonesia. Kontribusi NIF berlanjut pada masa awal pandemi COVID-19. Kami berkolaborasi dengan Solve Education!, sebuah yayasan teknologi bidang pendidikan yang berbasis di Bandung, untuk mengedukasi anak-anak muda di Indonesia tentang COVID-19 melalui aplikasi permainan daring.

Selama pandemi, saya juga ikut membantu KBRI Inggris mendampingi warga negara Indonesia (WNI) yang terjangkit COVID-19 di Inggris dan Irlandia. Teringat satu pengalaman menyedihkan ketika saya memberikan konseling kepada suami seorang WNI yang memerlukan perawatan di intensive care unit (ICU) dan kemudian meninggal. Saya sangat mengapresiasi kerja keras KBRI kita dalam membantu masyarakat Indonesia di luar negeri yang jauh dari sanak keluarga ketika terjangkit COVID-19.

Saya berharap dapat bekerja sama dengan kolega-kolega dokter di Indonesia dalam berbagai bidang. Mari berkolaborasi demi kemajuan Indonesia!

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4

GADUH DOKTER : TIMES IS OVER

Suasana damai dan teduh diakhir Ramadhan hingga awal Syawal nan fithri, sepertinya tidak terganggu dengan deklarasi Perkumpulan Dokter Seluruh Indonesia (PDSI), sekalipun disebut menjadi saingan IDI (Ikatan Dokter Indonesia).

Apalagi sudah mengantongi Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No.AHU-003638.AH.01.07.2022 yang diterbitkan secara Online (melalui akun Notaris) tentang Pengesahan Pendirian PDSI setelah Kongres Nasional I PDSI, 27 April 2022 di Hotel Borobudur, Jakarta.

Sejumlah pesan singkat dari jalur SMS maupun WA minta penulis memberi komentar dan ulasan. Maklum lebaran dan tidak ada hal mendesak. Semoga tulisan ini menambah kecerdasan bersama.

Getar gaduh sedikit meriak, apalagi ada komentar bombastis, “IDI sudah tamat riwayatnya”, “IDI sudah punya tandingan”, “PDSI tempat baru untuk Terawan”, “PDSI akan memberi kemudahan untuk Dokter luar”, dan banyak lagi, ngeri-ngeri sedap.

Setelah Deklarasi PDSI, banyak pernyataan bersliweran, baik yang mendukung maupun yang meluruskan dan mengkritik, baik perorangan maupun Lembaga Pemerintah.

Informasi yang bisa dibaca dari berbagai sumber, termasuk upaya Menteri Kesehatan untuk memediasi dan terakhir pernyataan puluhan

Organisasi Dokter dan Dokter spesialis yang bernaung didalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sudah cukup menempatkan PDSI pada tempat yang selayaknya, apa adanya.

Tentu apapun alasannya, apa yang menjadi akar “kegaduhan dunia Dokter” tidak boleh berhenti, karena IDI adalah representasi amanat Rakyat dan Negara, yang terikat dengan perintah Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) RI Nomor : 10/PUU-XV/2017 yang menyatakan Satu IDI memiliki Konformitas dan Justifikasi sebagai wadah tunggal bagi Dokter (Buku : Jejak Advokasi Satu IDI, Rumah Besar Profesi Kedokteran, Muhammad Joni, 2018).

WHAT NEXT IDI

Lupakan PDSI. Mari melihat apa yang perlu diperbaiki pada IDI (Ikatan Dokter Indonesia) kedepan, agar masalah yang muncul pada setiap Dokter, siapapun dia, dapat selesai secara mulia, semulia profesi dokter.

Lamanya penyelesaian pelanggaran etik diruang publik, telah menyebabkan pokok masalahnya menjadi “masuk angin”, istilah yang popular digunakan dimasyarakat.

Bukan istilah medis, tetapi sering digunakan masyarakat untuk mengungkapkan kondisi kesehatan atau keluhan yang dihadapi. Apapun keluhannya sering diungkapkan sebagai masuk angin.

Penanganan pelanggaran etik pun menjadi masuk angin.

Artinya bukan pelanggarannya yang dipermasalahkan, tetapi bergeser menjadi penanganannya yang menjadi dipermasalahkan.

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4
oleh

Bukan Bukti medis (evidens base medicine/EBM atau hasil Uji Klinik) yang jadi pegangan tetapi jatuh ke level Testimoni, seakan ilmu kedokteran masih dizaman batu. Kira-kira seperti itulah makna jadi “masuk angin”.

IDI memiliki kedudukan legal sosial konstitusional yang tanggung jawabnya bermuara pada pelayanan medis yang professional, yang didalamnya terhimpun harmonis Kompetensi, Etika dan Pemenuhan Hak Azasi Pasien, untuk mencapai harapan bersama yaitu kualitas kesehatan manusia Indonesia.

Hanya dengan demikian IDI bisa mengawal profesi kedokteran dan dapat bekerja menjalankan tugasnya dengan baik sejalan dengan cita-cita nasional untuk Mencerdaskan kehidupan bangsa dan Memajukan kesejahteraan umum (Tujuan Nasional dalam Pembukaan UUD 1945).

Kasus “Pelanggaran etik” yang mendera sejawat DR.Dr.Terawan Agus Putranto, Sp.Rad telah berproses didalam Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) PBIDI sejak tahun 2013 atau sudah berlangsung selama 9 tahun dan tidak selesai, bahkan hingga berakhirnya Rekomendasi 28 hari yang diberikan Muktamar XXXI IDI di Banda Aceh pada 25 Maret 2022.

Dalam 9 tahun sudah banyak upaya pendekatan, bahkan mediasi oleh Tokoh, Perkumpulan maupun Lembaga Kementerian.

Tentu semua tanda empati pada dugaan pelanggaran etik yang terjadi.

Namun upaya apapun tidak bisa dipaksakan, karena Kode Etik Dokter Indonesia (KODEKI) tidak memiliki daya paksa.

Dalam Etik, Dokter yang disangkakan menjadi tokoh utama dalam penyelesaian. Jika sang Dokter tidak menyelesaikan, maka tidak ada penyelesaian.

Membiarkanpun bukan penyelesaian. Akhirnya forum Muktamar yang merupakan representasi suara Dokter se Indonesia mengambil alih.

Dalam catatan, hal yang sama belum pernah terjadi. Dan tentu dinamika itu “tanda jelas” ketidaknyamanan besar IDI atas penanganan kasus etik yang terjadi.

Muktamar seharusnya menjadi tempat mekanisme pembelaan bukan penjatuhan hukuman, karena hal itu merupakan tugas eksekutif dalam hal ini Pengurus Besar IDI dan semua struktur ke bawahnya yang menerima Rekomendasi penjatuhan putusan oleh MKEK.

Sudah saatnya IDI menetapkan batas toleransi terhadap penanganan pelanggaran etik.

Batas toleransi tersebut ditetapkan dengan menggunakan batasan waktu.

Maka setiba pada batas waktu yang ditetapkan, setidaknya ada 2 (dua) pilihan lanjutan, Pertama, memberkas Pelanggaran Etik menjadi Pelanggaran Disiplin (diserahkan kepada Konsil Kedokteran Indonesia untuk diacarakan pada Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia/MKDKI dengan risiko Pencabutan Surat Tanda Registrasi/STR) dan atau menjadi Pelanggaran Hukum masuk ke Sengketa Perdata dengan risiko penjatuhan Vonis pengadilan yang bisa berupa Denda dan atau Penjara.

Dan Kedua, sejak melewati limit, masyarakat diberi akses untuk mengetahui apa yang menjadi sebab terjadinya pelanggaran etik.

Mungkin pilihan kedua bisa menjadi hal yang paling dihindari namun bisa efektif melancarkan Persidangan Etik.

Pengungkapan pelanggaran etik yang melampaui batas toleransi tidaklah menjadi satu hal yang bertentangan dengan etika itu sendiri, karena pembiaran tanpa penyelesaian justru bertentangan dengan Etika, Disiplin dan Hukum.

Penanganan pelanggaran perlu limitasi, agar komitmen melindungi masyarakat tetap menjadi yang utama daripada menunda atau mentoleransi penanganan pelanggaran.

Ikatan Dokter Indonesia

IDI TRANSFORMASI

Dalam riak kegaduhan meluas keluar konteks, terdengar suara dan teriakan “menuduh” IDI mempersulit fase uji Kompetensi untuk mendapatkan STR. IDI mempersulit penerbitan Surat Izin Praktik, IDI dipersalahkan atas terjadinya ketimpangan/maldistribusi penempatan Dokter dan Dokter Spesialis di fasilitas kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) diseluruh Indonesia. IDI dipersalahkan masih adanya ribuan Puskesmas tidak mempunyai Dokter.

Ada pula yang berpendapat bahwa IDI mempersulit masuknya Dokter asing ke Indonesia dan sulitnya prosedur “pengakuan” atas Dokter Indonesia lulusan Luar Negeri.

Tidak satupun “tuduhan” tersebut merupakan wilayah kewenangan IDI, justru itu merupakan ranah dan kewajiban Pemerintah, didalamnya ada Kementerian Pendidikan (terkait Penyelenggaraan Pendidikan Dokter dan Jumlah keluaran lulusan Dokter), Kementerian Kesehatan (terkait Regulasi mulai dari Rencana Kebutuhan, distribusi/penempatan Dokter, pengaturan Dokter asing maupun Dokter WNI lulusan Luar negeri), Konsil Kedokteran Indonesia atau KKI terkait Uji Kompetensi dan penerbitan Surat Tanda Registrasi/STR, juga pengaturan Adaptasi bagi Dokter Asing/lulusan LN), dan juga Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (terkait dengan pengaturan lokasi praktik dan pemberian Surat Izin Praktik/ SIP).

Surat Tanda Registrasi (STR) diterbitkan oleh KKI sebagai jaminan Negara atas etika, kompetensi serta disiplin seorang dokter-dokter gigi, dokter spesialis-dokter gigi spesialis yang akan melakukan praktik kedokteran di Indonesia, lulusan dalam maupun luar negeri, dan juga bagi Dr/Drg WNA (dikutip dari Kata Sambutan Prof.Dr.Menaldi Rasmin, Sp.P/ Ketua KKI 2009-2014 dalam buku Sewindu KKI).

Tugas IDI dalam konteks ini membantu Pemerintah dengan memberikan Rekomendasi SIP untuk memastikan sang Dokter tidak mempunyai kasus etik, disiplin atau hukum agar tidak merugikan masyarakat/pasien.

Ternyata banyak masyarakat bahkan tokoh dan anggota Parlemen belum memahami peran-peran dalam tata kelola Pelayanan Kesehatan.

Banyak diantaranya memberi pernyataan dan testimoni yang bias.

Kedepan IDI harus ber-transformasi, mulai lebih berkonsentrasi pada tugas-tugas kemitraannya kepada Negara dan lebih komunikatif kepada masyarakat.

Tampak masyarakat berharap IDI bisa menjadi pendorong percepatan langkah Pemerintah mewujudkan Indonesia Sehat.

Sudah pada waktunya peran dan kewenangan Dokter dan IDI semakin disosialisasikan dan ditingkatkan akuntabilitasnya.

Kepercayaan masyarakat jangan terganggu apalagi sampai membelah kepercayaan. Ikut IDI atau tidak.

Kejujuran dan Profesionalitas menjadi 2 (dua) kata kunci sukses seorang Dokter. Ia bagai mantra.

Kejujuran tanpa profesionalitas akan menjadikan dokter tidak unggul dan efektif membantu pasien.

Sementara profesionalitas tanpa kejujuran akan mengundang prilaku buruk dan curang dalam menjalankan praktik kedokteran. Godaan Ego/menyombongkan diri, godaan finansial, godaan moral akan mengganggu silih berganti.

Sepintas semua tidak terlihat, tetapi sang Dokter sadar apa yang dilakukannya.

Pengabaian atas pelanggaran, bisa menjadi kebiasaan.

Disinilah perlunya Transformasi IDI, untuk lebih terbuka, lebih peduli, lebih cekatan, dan tersambung dengan masyarakat.

Pengalaman penulis mendampingi Komisioner KKI dalam studi banding ke New York, Negara Bagian Ney Jersey, Amerika Serikat tahun 2007, mendapat penjelasan dari American Board of Medical Council setempat bahwa rata-rata menerima 8.000an pengaduan masyarakat terhadap tindakan Dokter pertahun.

Ikatan Dokter Indonesia

Sementara di Indonesia, pengaduan yang diterima KKI tidak sampai 500 pertahun.

Mengapa satu Negara Bagian dari 50 Negara Bagian di Amerika Serikat bisa mendapat pengaduan begitu banyak.

Jawabnya, bahwa Konsil Kedokteran setempat selain menerima pengaduan langsung lisan/tertulis, mereka juga mengutip keluhan masyarakat dari Berita media dan Surat Pembaca. Kemudian membentuk tim untuk mengumpulkan data dan memproses.

Maka muncul lah disana istilah Good Doctor dan Five Star Doctor.

IDI bisa mengawali transformasi. Itu sejalan dengan Thema Muktamar XXXI IDI di Banda Aceh yaitu Peran Strategis IDI Dalam Membangun Kemandirian dan Upaya Meningkatkan Ketahanan Bangsa”.

Transformasi IDI akan membantu upaya perbaikan semua indikator Kesehatan Nasional yang saat ini semakin memprihatinkan.

Dalam tulisan berjudul “Menyambut PBIDI Periode 2022-2025, Melindungi Masyarakat, Mengawal Dokter”, 23 April 2022 (www.GOLansia.com), penulis mendorong IDI semakin membantu Pemerintah untuk mewujudkan Kemandirian dengan 7 agenda, yaitu :

1. Mengatasi segera Maldistribusi Dokter.

2. Perkuat Edukasi Pasien dan Keluarga dalam PHBS

3. Komitmen Upaya Kesehatan Yang Terpadu, Menyeluruh dan Berkesinambungan

4. Memperkuat Konsep Paradigma Sehat

5. Mengurangi Ketergantungan dan krisis

Import bahan baku obat melalui Pengembangan Kesehatan Tradisional Asli Indonesia.

6. Pelayanan Kesehatan dengan Pendekatan Digitalisasi.

7. Penerapan Model Pelayanan berbasis Dokter Keluarga.

Salah satu dari pesan WA yang diterima penulis, menutup tulisan ini, katanya : Semoga IDI SEMAKIN SOLID. IDI bekerja untuk memberikan pelayanan kesehatan dan melindungi keselamatan masyarakat , dan menjaga martabat / keluhuran profesi kedokteran. Jakarta, SunterJaya , 10 Mei 2022

Dr.Abidinsyah Siregar,DHSM,MBA, MKes

Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Mantan Deputi BKKBN/ Mantan Komisioner KPHI/ Mantan Sekretaris KKI/ Kepala Pusat Promkes Depkes RI/ Ses Itjen Depkes RI/ Direktur Pelay,Kestrad Komplementer Kemenkes RI/ Alumnus Public Health Management Disaster, WHO Searo, Thailand/ Sekretaris Jenderal PP IPHI/ Mantan Ketua Harian MN Kahmi/ Mantan Ketua PB-IDI/ Ketua PP-ICMI/ Ketua PP-DMI/ Waketum DPP-JBMI/ Ketua PP ASKLIN/ Penasehat PP-PDHMI/ Waketum PP-Kestraki/ Penasehat BRINUS/ Klub Gowes KOSEINDO/ Ketua IKAL FK USU/ PP KMA-PBS/ Wakorbid-1 DPP IKAL Lemhannas. Founder GOLansia.com dan pengasuh Kanal-kesehatan.com.Pegiat Kesehatan Tradisional

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4

IDI REBORN

Untuk Negeri, Mengabdi Untuk Rakyat

DOKUMENTASI HARI BAKTI DOKTER INDONESIA

Berbakti
H A R I B A K T I D O K T E R I N D O N E S I A 20 Mei 1908 - 20 Mei 2022

IDI LAMPUNG

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4

IDI PATI

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4

IDI ACEH

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4

IDI KUDUS

Penghargaan kepada para senior yg membesarkan IDI Cab Kudus

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4

IDI NTB

Sebagai salah satu rangkaian acara menyambut Hari Bakti Dokter Indonesia ke-114, IDI Wilayah NTB mengadakan ANC (antenatal care) dan USG Gratis di Puskesmas Kuripan, Lombok Barat. Kegiatan berlangsung pagi tadi, Jum'at 20 Mei 2022 pukul 07.30-11.30 dengan sukses dan lancar.

Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 41 Ibu hamil dengan Resiko tinggi, dimana beberapa diantaranya tidak memiliki jaminan kesehatan, sehingga para peserta merasa sangat terbantu.

Adapun beberapa kondisi/masalah yg terdeteksi pada pasien antara lain

- Blighted ovum

- Kehamilan kembar/Gemelli

- Bayi letak sungsang

- Bayi dgn lilitan tali pusat

- Oligohirdramnion

Suksesnya kegiatan pagi tadi tentunya tidak lepas dari kerjasama rekan sejawat dokter spesialis Obsgyn dari IDI Wilayah NTB, yaitu dr. Rizkinov Jumsa, Sp.OG dan dr. Freddy Sitepu, Sp.OG

Semoga di Hari Bakti Dokter ke 114 ini seluruh anggota IDI khususnya wilayah Nusa Tenggara Barat dapat selalu memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan.

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4
Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4
IDI NTB

IDI BEKASI

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4

IDI GORONTALO

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4

IDI DENPASAR

Mei 2022 Ikatan Dokter Indonesia Edisi 4
"There is no greater satisfaction for a ju and well-meaning person than the knowledge that he has devoted his be energies to the service of the good cause"

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.