Buletin Sanskerta Tahun 2023 Edisi 1

Page 1

Dinamika Gerakan Mahasiswa Dari Awal Hingga Akhir Abad Ke-20

SALAM REDAKSI

Salam Historia!

Dalam kesempatan ini izinkan saya mewakili Redaksi Buletin Sanskerta mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah berjasa dalam proses penerbitan Buletin ini. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada tim redaksi yang selalu memberi semangat serta tidak lupa pula kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam segala proses penerbitan buletin ini.

Buletin ini merupakan wadah bagi mahasiswa Ilmu Sejarah UNY untuk menunangkan kreativitasnya baik dalam menulis maupun berdiskusi. Adapun tema yang kami angkat dalam buletin ini adalah gerakan mahasiswa dari awal hingga akhir abad ke 20

Mahasiswa sebagai kelompok kaum muda yang lengkap dengan atribut intelektual, sudah seharusnya dapat membawa perubahan bagi bangsa Indonesia Dimana dengan kemampuan berfikirnya, mahasiswa diharapkan dapat menyuarakan keinginan serta

cita-cita rakyat Indonesia Hingga saat ini, terdapat beberapa peristiwa bersejarah yang menjadikan mahasiswa sebagai tokoh utamanya. Banyak perjuangan dan gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk memperjuangkan kemajuan bangsa Indonesia Dengan demikian, melalui tulisan-tulisan yang tercantum dalam buletin ini, mari kita bersamasama melihat perjuangan mahasiswa sebagai kelompok intelektualitas dalam menyuarakan keinginan serta cita-cita mereka terhadap bangsa Indonesia

AWAK SANSKERTA PERIODE 2023

PENANGGUNG JAWAB Daffa Farras Ardyansyah PEMIMPIN UMUM Sava Aisah

Putri PEMIMPIN REDAKSI Ignatius Senapatya Pandu Jagad Yuswondo EDITOR

Wisnu Yogi Firdaus ILUSTRATOR COVER Alfaraisi Almer Fadhilah DESAIN DAN

TATA LETAK Sava Aisah Putri, Wisnu Yogi Firdaus SEKRETARIS Nazhwa Nurfadillah

BENDAHARA Ndaru Pratama

ALAMAT REDAKSI Sekretariat Hima Ilmu Sejarah, Gedung PKM Lantai II, Fakultas

Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Yogyakarta EMAIL

buletinsanskerta@gmail com BLOG sanskertaonline id INSTAGRAM

sanskertaonline id

J U N I 2 0 2 3 | B U L E T I N S A N S K E R T A

PERISTIWA GEJAYAN SEBAGAI TONGGAK

MAHASISWA INDONESIA

Indonesia telah menjadi panggung

berbagai peristiwa bersejarah

terutama bagi mahasiswa dalam

memperjuangkan perubahan sosial

dan politik Salah satu peristiwa yang

patut disoroti adalah Peristiwa

Gejayan

Peristiwa ini merupakan tonggak

penting dalam sejarah gerakan

mahasiswa di Indonesia, di mana

mahasiswa memainkan peran sentral

dalam menuntut perubahan yang

lebih baik bagi bangsa dan negara

Peristiwa Gejayan terjadi pada tahun

1998 di Yogyakarta. Saat peristiwa

berlangsung

Dok TribunnewsWikicom

Indonesia sedang menghadapi krisis

ekonomi dan politik Penyebab aksi ini sebagai buntut ketidakpuasaan terhadap rezim orde baru yang dipimpin Soeharto

Mahasiswa dari berbagai perguruan

tinggi di Yogyakarta turun ke daerah

Gejayan Mereka menjadi motor penggerak perlawanan terhadap kebijakan

pemerintah yang dianggap tidak adil dan syarat kasus korupsi.

Peran mahasiswa dalam Peristiwa

Gejayan ini sangat signifikan Mereka menjadi garda terdepan dalam menuntut perubahan. Mahasiswa tidak hanya membatasi diri pada ruang kampus tetapi mereka juga

N a r a s i S e j a r a h PAGE 02

turun ke jalan dan menyuarakan

aspirasi mereka dengan penuh

semangat. Demonstrasi unjuk rasa

serta aksi-aksi kritis lainnya menjadi

bagian penting dari perlawanan mahasiswa

Selain itu mahasiswa juga

memainkan peran penting dalam

menyebarkan informasi dan menggerakkan massa

Mereka menggunakan media

alternatif seperti pamflet, selebaran, dan radio komunitas untuk

menggalang dukungan dan menyebarkan kesadaran akan

pentingnya perubahan sosial dan politik di Indonesia. Peristiwa Gejayan

berhasil mencapai tujuannya dalam

mengguncang singgasana Soeharto

Demonstrasi dan unjuk rasa yang

dilakukan oleh mahasiswa

mendapatkan perhatian publik dan mendorong kesadaran nasional akan

pentingnya demokrasi, keadilan, dan

keterbukaan Peristiwa ini juga memicu

gelombang unjuk rasa di berbagai daerah

Melalui Peristiwa Gejayan perubahan politik Indonesia amat terlihat Takhta

Soeharto akhirnya runtuh setelah

menjabat selama 32 tahun Peristiwa ini membuka jalan reformasi politik dan demokratisasi di Indonesia. Kini, mahasiswa diakui sebagai agen perubahan yang memiliki peran penting dalam menjaga demokrasi dan mengawasi kinerja pemerintah

Dengan begitu Peristiwa Gejayan merupakan tonggak penting dalam sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia

Mahasiswa sebagai motor penggerak perubahan berhasil mengguncang rezim otoriter orde baru dan membuka jalan bagi reformasi politik di Indonesia

Peristiwa ini menunjukkan betapa kuat pengaruh mahasiwa pada saat itu

Dok KaderaNewscom
PAGE 03 BULETIN SANSKERTA
Dok KalderaNews com

PENOLAKAN HABIBIE OLEH MAHASISWA

Pada tahun 1998 Indonesia mengalami

perubahan besar yang terjadi dalam politik

serta sosial-ekonomi negara Pergantian

kekuasaan secara cepat dari era orde baru

menuju reformasi telah menghasilkan

berbagai peristiwa penting yang akan

membentuk masa depan bangsa.

Dalam konteks ini, penolakan dilakukan oleh mahasiswa terhadap Presiden ketiga

Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie

merupakan salah satu momen penting

dalam periode tersebut

Setelah Soeharto mengundurkan diri dari

presiden, B.J. Habibie yang pada saat itu merupakan wakilnya langsung diangkat

menjadi Presiden Indonesia Habibie

mengumumkan kabinetnya pada tanggal 22

Mei 1998 pukul 10:30 WIB Namun, ribuan mahasiswa yang masih menduduki gedung

MPR/DPR dan menolak pengangkatan

Habibie menjadi Presiden Mereka menilai

Habibie masih memiliki pemikiran yang sama dengan Soeharto.

Selain itu, mereka juga menuntut dilakukannya pemilu ulang dalam waktu

dekat, dan meminta pertanggungjawaban

Soeharto atas kegagalan orde baru serta

mengusut kekayaannya

Pada saat yang sama, ribuan massa pendukung

Habibie juga datang ke gedung MPR/DPR

sehingga terjadi konfrontasi terbuka antara mahasiswa dengan pendukung Habibie

Pada malam harinya, kelompok mahasiswa yang masih bertahan dipaksa mundur. Mereka dipukuli dengan tongkat kemudian dibawa dengan truk-truk militer di bawah pengawalan

Korps Marinir dan TNI-AD

Selama pemerintahan Habibie Indonesia

telah mengalami berbagai perubahan dalam berbagai bidang Situasi ini mendorong munculnya harapan positif terhadap

pemerintah. Namun, harapan itu mulai pupus

ketika Habibie memperlihatkan kebijakan yang dinilai kontroversial dan bertentangan dengan reformasi

Salah satunya masalah yang berkaitan dengan

Timor Timur, Habibie pada saat itu mengeluarkan kebijakan tanpa melalui proses konstitusional terlebih dahulu Habibie menawarkan dua opsi untuk penyelesaian masalah yang terdapat di Timor Timur yaitu tetap bergabung dengan Indonesia atau merdeka

Selain itu juga masalah mengenai dwifungsi

ABRI yang masih dilanggengkan Habibie

N a r a s i S e j a r a h
PAGE 04

Hal itu membuat rakyat menentang pemerintahannya, termasuk para mahasiswa

Mereka menuntut diadakannya pemilihan umum dalam jangka waktu yang cepat Melihat hal itu, Habibie segera menempuh langkahlangkah strategis dan mengadakan Sidang Istimewa MPR yang sejalan dengan kesepakatan antara pemerintah dan DPR.

Sidang ini berlangsung antara 10-13 November

1998 Sidang itu juga diwarnai aksi penolakan oleh beberapa gerakan mahasiswa Sepanjang

sidang berlangsung mereka melakukan demonstrasi Kelompok demonstran tidak hanya diikuti oleh para mahasiswa, namun juga diikuti oleh ribuan rakyat

Mereka berkeliling kota Jakarta sembari

meneriakan yel-yel yang berisikan penolakan Sidang Istimewa, pencabutan Dwi Fungsi ABRI, serta menuntut untuk mengadili Soeharto

Pada hari terakhir Sidang Istimewa berjalan, terdapat sebuah tragedi berdarah yang dikenal dengan Tragedi Semanggi I

Dalam tragedi itu 18 orang dinyatakan meninggal dunia, dengan rincian tujuh orang mahasiswa, satu siswa SMU, sembilan orang pejalan kaki, dan satu orang polisi Sejak saat itu, gerakan mahasiswa mengalami penurunan secara drastis, hal ini diakibatkan oleh penangkapan terhadap para aktivis menjelang pemilu 1999.

Ratusan partai politik mendaftar sebagai peserta pemilu yang terselenggara pada Mei 1999, namun hanya 48 partai yang lolos verifikasi. Pemilu tersebut dimenangkan oleh

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri

Pasca pemilu, rezim Habibie ingin mengesahkan Rancangan Undang-Undang

Penanggulangan Keadaan Bahaya (RUU-PKB) yang telah dibuat oleh DPR

Namun, kebijakan ini ditolak oleh para mahasiswa juga rakyat dan melakukan perlawanan. Penolakan tersebut terjadi karena

RUU-PKB hanyalah upaya militer untuk

PAGE 05 BULETIN SANSKERTA

Referensi:

mendapatkan kewenangan dalam politiknya kembali

Keadaan menjadi tidak terkendali ketika Komandan

Koramil menolak keinginan para mahasiswa untuk

menandatangani penolakan mengenai

diberlakukannya RUU-PKB Hal ini memicu bentrokan

antara mahasiswa dan anggota Koramil yang

menyebabkan tewasnya dua orang mahasiswa

Dienaraputra, R.D., dkk. ( 2001).

“Profesi Peralihan Kekuasaan dari

Habibie ke Abdurahman Wahid: Sebuah Penelitian Awal” Jurnal Sosiohumaniora, 3(3), 177-186

Kurniawan, A D , dkk (2021)

“Pemikiran Politik Bj Habibie

dalam Demokratisasi di Indonesia” Journal of Politics and Policy, 3(2), 157-176

Suharsih, & Mahendra, Ign (2007)

Bergerak Bersama Rakyat: Sejarah

Gerakan Mahasiswa dan

Perubahan Sosial di Indonesia.

Yogyakarta: Resist Book

PAGE 06
Dok merdekacom

NYAWA HILANG KARNA SEBUTIR PELURU: BELUM DIANGGAP HAM BERAT?

Tahun 1999 adalah tahun yang

mencekam. Satu tahun setelah

runtuhnya masa orde baru Pada

tahun itu sebuah tragedi yang cukup

kelam dan menyayat luka di hati

masyarakat Indonesia terutama bagi

mahasiswa.

Luka ini cukup mendalam dan hingga saat ini masih terngiangngiang terutama bagaimana

kejadian itu berlangsung. Luka ini

amat membekas khususnya

mahasiswa Universitas Indonesia

Tragedi itu bernama tragedi

Semanggi II Dalam tragedi itu salah

seorang mahasiswa UI bernama Yun

Hap meregang nyawa akibat luka

tembak

Tragedi itu bermula dari geramnya

Yun Hap menyaksikan berita di

televisi tentang munculnya korban

jiwa dari aksi-aksi demonstrasi yang

menentang Rancangan Undang-

Undang Penanggulangan Keadaan

Bahaya (RUU-PKB)

Mendengar berita itu justru tidak

membuat nyalinya ciut, sebaliknya

tanpa rasa takut ia kembali turun ke

jalan untuk ikut serta dalam unjuk

rasa

Sebelum mengikuti aksi ibu Yun

Hap sebenarnya sudah melarang

putranya turun ke jalan Bukan tanpa

sebab banyaknya korban yang

berjatuhan bahkan tidak sedikit yang

meregang nyawa, menimbulkan rasa

kecemasan tersendiri dalam lubuk

hati orang tua

BULETIN SANSKERTA PAGE 07 N a r a s i S e j a r a h
Dok tribunnews com

Namun, keinginan Yun Hap yang lebih besar

ketimbang rasa khawatir dirinya, akhirnya Yun

Hap ikut serta dalam unjuk rasa Sayangnya

aksi itu menjadi hari terakhirnya dalam

menyuarakan jerih pikirannya Pasalnya secara

membabi buta salah seorang oknum aparat

memberikan tembakan pada tubuh Yun Hap

Hujan peluru yang dilepas oleh aparat tidak

hanya menargetkan Yun Hap seorang, melainkan juga diarahkan kepada peserta

unjuk rasa lain Tidak kurang dari 300 orang

mahasiswa juga masyarakat yang tengah

berkumpul di Universitas Atmajaya menjadi

sasaran

Berondongan tembakan berasal dari 8 truk

yang berisi aparat keamanan Truk itu datang

dari arah flyover Casablanca Akibat hujan

peluru yang dilepaskan para mahasiswa dan

masyarakat berlarian tidak tentu arah untuk

menyelamatkan diri

Tembakan yang bersarang di tubuh Yun

Hap terjadi ketika ia sedang menikmati nasi

pemberian masyarakat Peluru yang bersarang berhasil menembus punggungnya. Alhasil Yun

Hap dilarikan ke rumah sakit Cipto

Mangunkusumo Jakarta Pusat Sayangnya hari

itu ia dinyatakan tewas Peluru yang bersarang

pada tubuhnya diketahui yang biasa

digunakan oleh TNI-Polri.

Hingga saat ini kasus itu selalu

diangkat oleh mahasiswa dan para aktivis Mereka berusaha untuk mencari

tahu bahkan berusaha menyelesaikan

kasus ini dan membawa pelaku yang

terlibat untuk menerima hukuman yang setimpal

Sayangnya hingga detik ini tragedi

Semanggi II belum dinyatakan sebagai

kasus pelanggaran HAM berat. Sebuah

kenyataan yang menyedihkan bagi para mahasiswa dan masyarakat Indonesia

Bagaimana menurutmu?

PAGE 08

GERAKAN MAHASISWA: FORUM KOMUNIKASI MAHASISWA YOGYAKARTA (FKMY) 1990

Dok

Perkembangan gerakan mahasiswa di Indonesia, tidak dapat dipisahkan

dengan sejarah perkembangan negara

Gerakan mahasiswa telah menjadi

fenomena penting dalam perubahan

politik yang terjadi di Indonesia

Bahkan keberadaan gerakan

mahasiswa selalu berpengaruh pada

kondisi politik nasional

Peran gerakan mahasiswa dalam

dinamika politik memiliki pengaruh

yang cukup penting Mahasiswa seakan

menjadi salah satu pionir suara kritis, seperti pada masa perjuangan

kemerdekaan, masa mempertahankan kemerdekaan

masa jatuhnya Soekarno yang melahirkan era orde baru, dan juga masa reformasi yang melengserkan rezim Soeharto

Memasuki awal tahun 90-an, di bawah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hasan, terjadi aksi mahasiswa di Yogyakarta yang dikenal dengan Forum Komunikasi Mahasiswa Yogyakarta (FKMY)

Aksi ini menuntut pencabutan NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kampus)

Melalui konsep NKK/BKK, pern yang dimainkan organisasi intra dan ekstra kampus dalam melakukan kerjasama dan transaksi komunikasi politik menjadi lumpuh

N a r a s i S e j a r a h
Dokbaauungpes
BULETIN SANSKERTA PAGE 09
balaiurungpress

Ditambah dengan munculnya UU No.

8/1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, maka politik praktis semakin tidak diminati

oleh mahasiswa Sebab sebagian ormas

menjadi alat pemerintah atau golongan politik tertentu. Kondisi ini menimbulkan generasi kampus yang apatis, sementara

posisi rezim semakin kuat

Kebijakan ini ditujukan untuk

membungkam gerak politik dari mahasiswa.

Nampaknya untuk beberapa saat bisa

dikatakan berhasil, terbukti dengan tidak

adanya aktivitas politik, baik protes maupun

unjuk rasa yang bersifat mengkritik gerak langkah pemerintah.

Aktivitas mahasiswa pun hanya sebatas mencari ilmu pengetahuan belaka Melalui

pengawasan yang ketat dari birokrasi kampus dan ABRI unit kegiatan mahasiswa hanya dapat berjalan dalam bidang olahraga dan

sosial Sedangkan aktivitas yang mengarah dalam perbincangan bahkan aktivitas politik dilarang secara tegas

Pemerintah melalui birokrasi kampus tidak segan untuk memberhentikan mahasiswa yang kedapatan melakukan praktik politik, namun justru ini menjadi sebuah paradoks

Di satu sisi organisasi politik mahasiswa seperti Dewan Mahasiswa dilumpuhkan, akan tetapi disisi lain justru mendorong mahasiswa membentuk forum-forum diskusi, dan

studi sebagai bentuk pelarian dari aktivitas politik kampus.

NKK/BKK ini merupakan kebijakan yang dikeluarkan pada rezim Soeharto untuk memecah kemasifan gerakan mahasiswa. Kampus yang terlibat dalam gerakan FKMY adalah Institut Seni Indonesia, Universitas Janabadra, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas

Gajah Mada, dan IAIN Sunan Kalijaga

Setelah gerakan dilancarkan, akhirnya kebijakan NKK/BKK dicabut dan diganti dengan Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK)

Melalui PUOK menetapkan organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Di kalangan mahasiswa baik secara kelembagaan maupun personal timbul pro-kontra menanggapi SK tersebut Bagi mereka yang menerima, konsep ini dapat menjadi basis konsolidasi gerakan mahasiswa meskipun perlu diakui ada sejumlah kelemahan

Namun, bagi mereka yang menolak konsep SMPT ini tidak lain hanya sebatas langkah hidden agenda untuk menarik mahasiswa ke kampus, dan memotong kemungkinan aliansi mahasiswa dengan kekuatan di luar kampus

PAGE 10

akhirnya kebijakan NKK/BKK dicabut dan

diganti dengan Pedoman Umum Organisasi

Kemahasiswaan (PUOK)

Melalui PUOK menetapkan organisasi

kemahasiswaan intra kampus yang diakui

adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat

Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit

Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Di kalangan mahasiswa baik secara

kelembagaan maupun personal timbul prokontra menanggapi SK tersebut Bagi

mereka yang menerima, konsep ini dapat

menjadi basis konsolidasi gerakan

mahasiswa meskipun perlu diakui ada sejumlah kelemahan.

Namun, bagi mereka yang menolak

konsep SMPT ini tidak lain hanya sebatas

langkah hidden agenda untuk menarik

mahasiswa ke kampus, dan memotong

kemungkinan aliansi mahasiswa dengan

kekuatan di luar kampus

Referensi:

Adryamarthanino Verelladevanka Sejarah Gerakan Mahasiswa di Indonesia, Sejak 1908 hingga Reformasi

https://www kompas com/stori/read/2 021/08/29/110000279/sejarah-gerakanmahasiswa-di-indonesia-sejak-1908hingga-reformasi Diakses pada tanggal 27 Mei 2023, 11 43

Rahmadani, Randi Gerakan Mahasiswa Indonesia

https://www kompasiana com/randira hmadani7561/617e7f5501019067d03c8 842/gerakan-mahasiswa-indonesia Diakses pada tanggal 27 Mei 2023, 11 00

Sanit, Arbi (1999) Pergolakan

Melawan Kekuasaan : Gerakan Mahasiswa Antara Aksi Moral dan Politik Yogyakarta : Insist Press

Supriyanto, Didiek (1998) Perlawanan

Pers Mahasiswa : Protes Sepanjang

NKK/BKK Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Susilo, Cahyo (2018) Dari Aksi Hingga Pesta Demokrasi Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

PAGE 11 BULETIN SANSKERTA

REFORMASI MILIK SIAPA? RAKYAT, MAHASISWA ATAU PEJABAT?

Reformasi dalam lembaran

sejarah menjadi salah satu

momen penting negara

Indonesia Reformasi dianggap

sebagai monumen keruntuhan

otoriterisme orde baru Praktek

kritik yang kuat pada nilai-nilai orde baru sudah digaungkan

sejak pertengahan tahun 90-an

Momen kemenangan Soeharto

pada pemilu tahun 1997

menunjukkan bahwa pemilu

seolah menjadi seremonial

demokrasi belaka

Nilai-nilai demokrasi yang

tidak dijalankan selama 30 tahun

seolah sirna pada praktek

pemilu Padahal jika ditinjau

lebih dalam pemilu seolah lahan permainan orde baru, menjadi sebuah indikator kepuasan, atau

bahkan menjadi sebuah indikator penilaian kepatuhan pada rezim

Dialektika seperti ini memang terjadi Kotak-kotak pemilu yang hadir di bangku sekolah, industri, ataupun instansi menunjukkan bahwa pemilu seolah-olah merupakan “CCTV Soeharto” yang terlihat nyata Otoriterisme yang hendak diruntuhkan mulai menapaki jalan terang ketika suara-suara kritik mulai menghiasi permukaan

Permasalahan ekonomi, KKN, hingga manipulatif hasil pemilu mulai banyak menghiasi dalam ingatan masyarakat Mahasiswa sebagai salah satu elemen kontrol sosial mulai banyak melakukan aksi suara-suara yang kadung tidak terdengar pada masa itu seolah berubah Meskipun ada rasa ketakutan tersendiri bagi tiap mahasiswa, namun keyakinan untuk merubah tampilan bangsa menjadikan rasa takut itu luntur.

O p i n i o o pasco
PAGE 12
Dok kompascom

Momen keruntuhan orde baru ini, diawali dengan krisis moneter yang dialami oleh negara-negara Asia tidak terkecuali Indonesia pada tahun 1997

Kurs Rupiah dihadapan Dollar AS mengalami kontraksi yang cukup dalam Sebelumnya angka kurs rupiah terhadap dollar AS berada di angka Rp 2 500,00 Namun memasuki tahun 1998 angkanya merosot tajam hingga 85%. Alhasil kurs rupiah menurun hingga menyentuh angka Rp 17 000 per dollar AS

Angka itu menunjukkan bahwa rupiah mengalami titik terendah dalam sejarah Melihat lemahnya digdaya rupiah pada mata uang Paman Sam tersebut menyebabkan kondisi ekonomi yang dibanggakan Orde Baru berubah 180o. Sloganslogan “lebih enak jaman-ku toh” seolah hanya menjadi kata-kata manis di hadapan pahitnya realitas

Memburuknya ekonomi semakin parah kala kebijakan moneter yang diambil justru tidak memiliki efek apapun Suara-suara mahasiswa yang didukung oleh berbagai lapisan masyarakat seolah menjadi potret yang lumrah dan justru ketika mereka diam perlu dipertanyakan Belenggu kesenjangan yang dipelihara orde baru justru menjadi bumerang tersendiri

Kacaunya ekonomi dan tidak stabilnya politik seakan hanya tinggal menunggu waktu. Keguncangan dunia industri mendorong timbulnya PHK secara besar-besaran sehingga semakin memperparah kondisi di dalam negeri Belum lagi kondisi ini memperjauh jarak ketimpangan

di masyarakat terutama masyarakat kelas atas dengan kelas bawah.

Munculnya jurang pemisah yang sangat dalam memperparah potret unjuk rasa Ketika banyak masyarakat yang menyuarakan aksi, malah mereka kelompok kelas atas

terutama etnis Tionghoa menjadi sasaran empuk penjarahan.

Hal ini seakan menjadi gelombang tsunami manusia dari kebungkaman suara-suara kritis yang seolah mati

Melihat situasi yang semakin menjadi akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Soeharto memilih menyerah Tindakan yang sebenarnya sudah amat terlambat Mengingat dalam jangka dua tahun kebelakangan situasi trah kekuasaan Soeharto sudah diambang keruntuhan Tindakan-tindakan yang terus berupaya melanggar HAM tidak ada kata “berhenti”

Keruntuhan Soeharto seakan menjadi angin segar bagi merekamereka yang terbelenggu dari otoriterisme orde baru. Mereka dengan lantang menyuarakan suarasuara perubahan dan keinginan membuka lembaran-lembaran baru dengan harapan baru tentunya

Kemenangan rakyat termasuk mahasiswa yang jika dilihat melalui potret reformasi kini seolah hanya menjadi alat pemindah kekuasaan belaka Praktek-praktek KKN yang terpelihara rapih pada masa orde baru seakan tidak bisa lepas, dan justru semakin liar serta semakin besar Perubahan-perubahan konstitusi yang menjadi pemisah antara orde baru dengan reformasi seakan hanya pelapis saja

PAGE 13
BULETIN SANSKERTA

Mereka yang sudah menjadi perubah tatanan konstitusi

seolah berubah setelah

menapaki jabatan Mereka seakan sudah merdeka ketika

rakyat belum merdeka dari

standar hidup sejahtera yang

didambakan Mereka lupa akan

jerih rintihan dan tangisan dari perjuangan rakyat jelata

Apakah reformasi hanya menjadi langkah pemindah kekuasaan? Atau reformasi hanya menjadi alat peruntuhan rezim sebuah dinasti untuk

digantikan dinasti lain tapi yang serupa?Atau reformasi hanya menjadi titik awal perubahan dari kemajuan menjadi kemunduran?

Apakah reformasi hanya menjadi langkah pemindah kekuasaan? Atau reformasi hanya menjadi alat peruntuhan rezim sebuah dinasti untuk

digantikan dinasti lain tapi yang serupa? Atau reformasi hanya menjadi titik awal perubahan dari kemajuan menjadi kemunduran?

Pertanyaan-pertanyaan diatas hanya dapat terjawab oleh waktu

PAGE 14

BEM SI: WADAH NASIONAL GERAKAN MAHASISWA

WRITTEN BY SAVA

Selain buruh kekuatan masyarakat

dalam menyuarakan aksi adalah

mahasiswa Mereka adalah kelompok

intelektual yang melek politik berserikat

berdiskusi, dan membuat kajian yang

berkaitan dengan suatu isu yang sedang berkembang

Setelah kemerdekaan, mahasiswa

memiliki peran yang cukup besar dalam

catatan sejarah bangsa Hal ini dapat

dilihat dari berbagai peristiwa yang

muncul seiring dengan adanya gerakan mahasiswa

Gerakan mahasiswa sendiri merupakan

salah satu fenomena yang menarik di

sejumlah negara berkembang tak

terkecuali di Indonesia

Hal ini menandai adanya bentuk

aktivitas politik di lingkungan kaum

terdidik

Meskipun sebagian besar dari

mereka berasal dari kalangan sosial

kelas mapan namun penentangan

yang mereka lakukan justru

menunjukan, bahwa mereka memiliki

nilai dan orientasi yang berbeda dari

lapisan mana mereka berasal

Gerakan mahasiswa ini bukanlah

dewa yang serba bisa Maka dari itu, mahasiswa perlu mengkontekskan

gerakannya dalam geliat zaman Perlu

ditekankan bahwa setiap zaman

mempunyai masa dan setiap masa

memiliki pola gerakannya

BULETIN SANSKERTA PAGE 15
N A R A S I S E J A R A H
Dok SINDOnews

"Sehingga perlu dipertanyakan lagi apa yang mau diharapkan dari mahasiswa ketika pola penindasan yang justru lebih berkembang daripada pola gerak aktor perubahannya?” (Adi Surya: Koran Media Indonesia, 2009: 8)

Dalam gerakan mahasiswa tentunya diperlukan adanya pengorganisasian Dimana dari pengorganisasian inilah mahasiswa kemudian melakukan aksi massa, demonstrasi dan sejumlah aksi-aksi yang lain untuk mendorong kepentingan mereka

Di Indonesia sendiri terdapat BEM SI. BEM SI adalah organisasi mahasiswa yang berangkat dari kesadaran bahwa gerakan mahasiswa pasca tahun 1998 sangatlah

disorientasi dan terkesan berjalan sendirisendiri Maka dari itu memunculkan pemikiran bahwa mahasiswa harus memiliki

arah gerak yang sama. Diperlukan adanya wadah nasional untuk menampung gerakan mahasiswa agar mereka tidak hanya terfokus

terhadap isu-isu mikro saja

Menurut blog BEM SI, BEM SI dideklarasikan di Bogor tepatnya, pada tanggal 24 Desember 2007 dengan anggota

dari berbagai BEM kampus-kampus di Indonesia, diantaranya: BEM UI, BEM ITB, BEM UGM, BEM IPB, BEM UNPPAD, BEM ST

FARMASI BOGOR, BEM UBL, BEM APP, BEM

STMI JAKARTA, BEM PNJ, BEM AKA, BEM IT

TELKOM, BEM UNJA, BEM UNSRI, BEM UNJ, BEM UIR BEM POLINELA BEM STT Tekstil

BEM STIE Bisnis Indonesia, BEM UNISMA, BEM

UNTAN, BEM SEBI, BEM UNS, BEM UPI, BEM IS, BEM UNILA, BEM UNY, BEM UNRI, BEM

UNAIR dan BEM TRUNOJOYO

Pergerakan BEM SI ini terus berlanjut, dimana pada tanggal 23 maret 2008 melalui

pertemuannya yang diadakan di lampung, BEM SI menghasilkan “TUGU RAKYAT” atau

Tujuh Tuntutan Rakyat Adapun isi dari TUGU

RAKYAT adalah sebagai berikut:

Nasionalisasi aset strategis bangsa

Wujudkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang bermutu terjangkau dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia

Tuntaskan kasus BLBI dan korupsi

Soeharto beserta kroni-kroninya sebagai perwujudan kepastian hukum di Indonesia

Kembalikan kedaulatan bangsa pada sektor pangan, ekonomi dan energi

Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan harga kebutuhan pokok bagi rakyat

Tuntaskan reformasi birokrasi dan berantas mafia peradilan

Selamatkan lingkungan Indonesia dan tuntut Lapindo Brantas untuk mengganti rugi seluruh dampak dari lumpur Lapindo

Tidak sampai disitu saja, untuk terus

melanjutkan pergerakannya BEM SI

membagi beberapa teritorial dengan kajian

yang berbeda-beda, hal tersebut merupakan

langkah untuk mempermudah koordinasi

BEM SI.

1 2 3 4. 5 6 7 PAGE 16

Sebagai contohnya untuk teritorial

Bandung Raya mereka melaunchingkan

GEBRAK (Gerakan Berantas Korupsi), dalam bidang Pemilu mereka

bekerjasama dengan KPU dengan

menggunakan badut door to door, membumikan TUGU RAKYAT, serta

membentuk SATGAS PEMILU untuk

merancang strategis edukasi ekstra kampus

Referensi:

Jubaedah, S (2019) Gerakan Mahasiswa (Kajian Tentang Peranan Mahasiswa

Universitas Trisakti Pada Mei 1988

Dalam Proses Pergantian Kekuasaan

Orde Baru). Criksetra: Jurnal

Pendidikan Sejarah, 8(2), 18-40

Nabilla, Farah (2022, 17 April) Siapa

Saja Anggota BEM SI? Aliansi Mahasiswa

dari Sumatera hingga Papua Diakses

dari

https://www suara com/news/2022/04/17

/092623/siapa-saja-anggota-bem-sialiansi-mahasiswa-dari-sumatera-

hingga-papua

https://bemits files wordpress com/2009

/11/review-perjuangan-dan-sejarah-bemsi doc

PAGE 17 BULETIN SANSKERTA

KRITIK SEMATAN MAHASISWA SEBAGAI

"AGENT OF CHANGE"

Mungkin kita semua pernah mendengar istilah, “mahasiswa adalah Agent Of Change” -- saat kita memasuki dunia perkuliahan Agaknya sematan tersebut sering di gembor-gemborkan saat acara wahana PKKMB/ospek berlangsung, atau mungkin di saat kita mendengarkan celotehan kating saat kaderisasi ormawa

Jika kita terjemahkan sendiri Agent Of Change memiliki arti “Agen perubahan”, dan di balik sematan tersebut banyak sekali tanggung jawab yang besar mengikuti perjalanan seorang mahasiswa

Jika merujuk ke salah responden saya dia beropini simbolitas mahasiswa sebagai, “Agent Of Change”---timbul dalam diri mahasiswa dan tentunya mempunyai kesadaran jiwa, rasa

peduli, kepekaan dan imajinasi untuk kehidupan yang lebih baik. Dan berbagai opini utopis yang se-akan menjamin seluruh mahasiswa akan melakukan tanggung jawab atas disematkanya istilah tersebut

Jika melihat secara langsung, mungkin hal tersebut sangatlah berat jika sematan itu dipukul rata kepada seluruh mahasiswa. Mengapa berat? Karena saya pun sampai detik ini masih pesimis mengenai sebutan itu, dan muncul lah berbagai pertanyaan dalam benak saya “apakah semua mahasiswa mau dijadikan sebagai Agent Of Change itu? Kalau pun ada yang membanggakan, apakah seluruh?”

Realitanya sampai saat ini tidak semua mahasiswa mau, dan tidak semua mahasiswa yang bangga dapat menjalankan seluruh tanggung jawab atas sematan itu

PAGE 18 O p i n i

Saya sempat berfikir bahwa sematan itu hanyalah retorika politis belaka, dan menciptakan streotip mahasiswa sebagai kaum elite intelektual, dan hanya seorang mahasiswa lah yang mampu menjadi agen perubahan peradaban

Sematan ini juga sebagai ajang promosi nama Universitas sebagai tempat pendidikan yang menjamin mahasiswa sebagai si Agent of Change

Dan hal tersebut pun malah menjadikan jurang pemisah antara mahasiswa yang di cap sebagai kaum elit intelektual Agent Of Change, dan bukan mahasiswa yang hanya duduk termangu mengikuti zaman. Nampaknya sebagian mahasiswa tidak menyadari, hal ini lah realita yang terjadi

Sematan Agent of Change adalah suatu impian yang besar Namun di lain sisi pun memiliki dampak tersendiri bagi mahasiswa Jika menengok mahasiswa secara langsung saat ini, berbagai citacita serta tanggung jawab dibalik sematan Agent of Change ini bahkan tidak relevan Yang saya maksud tidak relevan adalah memukul rata semua mahasiswa sebagai Agent of Change dengan segala cita-cita beserta tetek bengek utopisnya

Pada kenyataanya masih sering kita jumpai praktek-praktek korupsi, dan nepotisme yang dilakukan mahasiswa Agaknya kasus penyaluran beasiswa bidikmisi tidak tepat sasaran kepada mahasiswa bisa dijadikan salah satu praktek korupsi yang dilakukan oleh mahasiswa setiap tahunya

Embel-embel bantuan yang diarahkan kepada masyarakat yang dianggap kurang mampu dalam finansial, justru di salah artikan oleh sekolompok mahasiswa picik

Mereka berpura-pura terlihat jauh lebih dibawah dari mereka yang layak menerima, dan mereka memanfaatkan apa yang didapat hanya untuk kesenangan bukan penunjangan pendidikan

Agaknya embel-embel seperti Agent of Change ini harus ditinjau ulang oleh Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Apakah dibalik penyematan itu seluruh mahasiswa dapat melakukan tanggung jawab yang menyertai

Penyematan Agent Of Change?, atau dengan dalih penyematan istilah itu justru hanyalah suatu alibi untuk mendompleng nama mahasiswa, yang sebenarnya jika ditanjau di lapangan tidak sesuai dengan apa yang telah di citacitakan pada bagian awal atas sematan Ini hanya sekedar opini, yang mungkin jika kita melihat realita secara langsung faktanya bisa saja berbeda, dan bisa saja sama dengan apa yang penulis pikirkan saat ini.

Kita terlalu haha-hihi dengan sematan Agent of Change, namun tidak melihat di sekitar kita banyak sekali yang harus kita benahi, baik dari saya ataupun dirimu yang selalu melanggengkan tindakan yang kurang benar

PAGE 19 BULETIN SANSKERTA

Agaknya jika perlu kita mengkritisi, sematan Agent of Change hanyalah

buaian/pujian/sanjungan untuk kita, namun dari segi pengamalan tanggung jawab dan cita-cita itu hanyalah ke fanaan belaka yang setiap tahunya selalu di lontarkan saat acara penyambutan mahasiswa baru atau di saat pertemuan seminar dengan guru-guru besar yang terlalu optimis jika mahasiswa adalah

Agent of Change peradaban

Namun saya beranggapan, Agent of Change adalah suatu cita-cita yang besar dan mulia, tapi dalam prakteknya tidak dibarengi kampus dalam membina mahasiswa yang

digadang-gadang sebagai

Agent of Change Sehingga

sematan itu untuk sementara

ini hanyalah berguna sebagai

daya tarik bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya di universitas

PAGE 20

WRITTEN BY IGNATIUS SENAPATYA PANDUJAGAD

Banyak sekali problem yang terjadi di Indonesia, dari masalah ekonomi hingga

masalah sosial Salah satu polemik yang

ada di Indonesia adalah tentang kebebasan

berekspresi. Sebenarnya setelah Indonesia

memasuki masa reformasi kebebasan

berekspresi sudah bisa dibilang sangat berkembang

Sebab pada masa orde baru Indonesia

memasuki babak pengekangan berekspresi

dalam berbagai hal Serta berbagai wadah

berekspresi seringkali diawasi bahkan

dicekal secara ketat Namun pada masa

reformasi hal itu sudah mulai berkurang

walaupun belum seperti utopis yang

dibayangkan oleh orang-orang, bahwa kita

bisa mengekspresikan diri sebebasbebasnya

Dari sini kita bisa melihat bahwa

bentuk kebebasan berekspresi bisa

dilakukan dalam berbagai bentuk

dan batasannya tidak memiliki

tolak ukur yang jelas. Seperti pada

polemik tentang rancangan

undang-undang anti pornografi dan juga pornoaksi yang terus terjadi

pada tahun 2006

Beragam suara yang terdengar di permukaan terus digaungkan, baik mereka yang mendukung

maupun yang menolak Aksi itu

berhasil mengerahkan ratusan

massa terutama dari pihak

mahasiswa. Banyak orang yang

membahas isu ini baik di forum

tertutup maupun di media massa

BULETIN SANSKERTA PAGE 21 N a r a s i S e j a r a h N A R A S I S E J A R A H
APA IYA RUU APP 2006 BIKIN KEBEBASAN TERKEKANG? KENAPA MAHASISWA HARUS NGAMUK
Dok DataTempo

Publik pun terbagi menjadi pihak yang pro maupun yang kontra, mereka semua

memiliki argumentasi yang sama-sama kuat

untuk mempertahankan sikap mereka.

Mahasiswa terutama kalangan perempuan

mayoritas menolak dan merasa dirugikan di dalam rancangan undang-undang ini

Dikarenakan undang-undang ini menyangkut hal-hal yang cukup privat yaitu bagaimana

orang bersikap, lalu bagaimana orang harus berperilaku, serta bagaimana orang

mengekspresikan dirinya

Dari pihak mahasiswa terutama kaum

perempuan menganggap bahwa rancangan undang-undang ini dianggap mengekang

kebebasan Lalu ada juga yang menilai bahwa

rancangan undang-undang ini bertentangan

dengan adat sebagian wilayah, seperti

contohnya Bali dan Papua

Para mahasiswa juga menuding bahwa bundaran undang-undang ini sebagai bentuk

intervensi negara terhadap ruang privat warga negaranya Mereka juga mengatakan bahwa

kata “ porno ” itu sendiri bersifat multi-tafsir dan undang-undang ini akan berbahaya karena akan menangkap siapa saja yang dianggap porno menurut mereka

juga pornoaksi ini tidak jelas Dan mereka menuding bahwa ini adalah bentuk pengaburan belaka

Gunawan Muhammad seorang budayawan yang cukup ternama menuliskan artikel di koran Tempo yang berjudul “RUU Porno: Arab atau Indonesia?” Lewat artikel ini Gunawan Muhammad menilai melalui pengesahan

RUU ini aktivitas seni dan budaya akan kekeringan kreativitas Dan juga ia menganggap bahwa RUU ini merupakan bentuk adopsi dari nilai-nilai yang berada di dunia Arab atau Timur Tengah

Di taman budaya Yogyakarta, juga berlangsung aksi penolakan yang dihadiri seniman-seniman ternama Sikap mereka sama dengan teman-teman mahasiswa dan juga aktivis lain, bahwa mereka menyatakan menolak terhadap uraian undang-undang ini Bahkan WS Rendra sebagai seorang pujangga mewakili sikap dari kalagan seniman bersikap menolak pengesahan rancangan undangundang ini.

Dia menganggap bahwa undang-undang ini akan menggiring masyarakat ke moral yang mekanis, dan menghilangkan daya kritis dari masyarakat. Lalu kedewasaan masyarakat

Rancangan undang-undang ini juga disebut membatasi kreativitas seni. Mereka

menganggap bahwa kreasi seni dan juga

budaya akan menjadi kering Lalu tentang

batasan atau tolak ukur dari pornografi, dan

juga akan terhambat karena hidup akan serba diatur, dan tidak bebas dalam memilih mana yang baik dan buruk untuk

dirinya Jadi kalian memihak yang

mana?

PAGE 22

Dr Tjipto Mangoenkoesoemo adalah seorang dokter revolusioner dan radikal, beliau menjadi salah satu aktor dalam meramaikan gelanggang pergerakan, terutama pada peristiwa yang terjadi di kota

Surakarta Tjipto lahir pada tahun 1886 di desa Pecangakan, Jepara Tjipto merupakan putra tertua dari keluarga

Mangoenkoesoemo yang notabene adalah guru bahasa

Melayu di sekolah dasar kota

Ambarawa

Meskipun bukan berasal dari keluarga priyayi yang tinggi orang tuanya berhasil menyekolahkan Tjipto di Stovia Di Stovia Tjipto mulai memperlihatkan sikap yang agaknya sedikit berbeda dengan kawan seangkatan

Ia lebih suka membaca buku, bermain catur, dan dengan ciri khas eksentriknya yaitu: memakai surjan dengan bahan lurik, dan tak lupa rokok kemenyanya

Awal Sepak Terjang Tjipto di Pergerakan Nasional

gp BULETIN SANSKERTA PAGE 23 T O K O H API REVOLUSIONER DR. TJIPTO MANGOENKOESOEMO
KEPADA KASUNANAN SURAKARTA
Dok sunotoawblogspotcom

Setelah mengenal sekilas dari sosok Tjipto, sebelum beranjak ke pembahasan gelanggang pergerakan Surakarta, kita harus mengetahui awal mula Tjipto terjun di dunia pergerakan Tjipto awalnya tergabung dalam organisasi Boedi Oetomo yang mayoritas anggotanya adalah mahasiswa Stovia

Namun di Boedi Oetomo pendapat Tjipto selalu dihiraukan oleh kawankawannya Hal itu terjadi pada saat kongres BO di Yogyakarta, yang dimana Tjipto berdebat dengan seniornya yaitu Dr Radjiman Wedyodiningrat

Di saat Radjiman berpidato mengenai orang Jawa tidak dapat mengetahui pengetahuan orang barat Nah, hal tersebut Tjipto bersama para mahasiswa yang progresif menyanggah pernyataan dari pidato Radjiman tersebut

Tjipto berdalih, justru ketika orang jawa mendapatkan pengetahuan barat, maka di titik itulah ia akan menyadari akan rasa kebangsaanya, dan tak lupa juga dengan nasibnya

Lalu perdebatan itu dihentikan oleh pimpinan sidang Namun, hal tersebut tidak menyurutkan Tjipto untuk tetap tampil progresif di organisasi Boedi Oetomo Tepat setahun kemudian, pada kongres BO yang kedua, dan dengan latar yang masih sama yaitu Yogyakarta, Tjipto mengusulkan BO harus meluaskan keanggotaanya, tidak hanya sebatas beranggotakan golongan priyayi Jawa, namun seluruh anak Indiers (Seluruh Hindia).

Dengan didukung para anggota progresif yang lain, Tjipto mengusulkan BO harus menjadi organisasi politik yang terbuka dan demokratis.

Namun usulan tersebut ditolak oleh Radjiman, Radjiman tetap kukuh pada pendiriannya kalau BO merupakan sebuah gerakan yang bersifat Jawaisme Dan hasilnya para kelompok progresif yang dipimpin oleh Tjipto tersingkirkan dari badan organisasi Boedi Oetomo

Dan di saat itu pun Tjipto dengan Suwardi Suryaningrat pergi ke Bandung Di Bandung bersama dengan Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker, mereka berhasil memprakarsai Indische Partij Penentangan Tjipto di Surakarta

Setelah mengenal Tjipto melalui keberanianya dalam bersuara di Boedi Oetomo dengan retorikanya yang tegas dan militan Kita akan bergeser ke Surakarta, dimana kota ini menjadi saksi Tjipto menunjukan taringnya sebagai dokter yang revolusioner serta radikal

Dan juga di kota ini menjadi awal pertemuan Tjipto dengan Haji Misbach, seorang agamawan desa Kauman, yang dikenal sebagai sangpropagandis

Duet antara Tjipto dan Misbach berhasil membesarkan organisasi Insulinde Afdeling Surakarta, dan memobilisasi para petani untuk melakukan pemogokan Ketika pemogokan petani di Surakarta berhasil diredam oleh pemerintah kolonial, tpkph-tokoh penggerak petani termasuk Misbach berhasil ditangkap dan dijebloskan ke penjara.

PAGE 24

Namun, saat pemogokan petani tersebut usai, dan para tokoh pimpinan kring-kring petani ditangkap Tjipto menuliskan keprihatinanya dalam majalah Panggoegah, tulisannya memuat rasa terima kasih serta keprihatinanya atas tertangkapnya Haji Misbach

Tidak lama setelah tertangkapnya Haji Misbach, Tjipto menerbitkan surat kabar Medan Temporer untuk menggantikan surat kabar Medan Moeslimin yang dipimpin oleh Misbach yang sebelumnya sebagai media propaganda Namun Tjipto agaknya lebih berani karena Tjipto mulai mengkampanyekan anti-raja dalam sidang Volksraad, maupun yang ia tuliskan di majalah Panggoegah

Dalam kampanye ini ia langsung menghunuskan pernyataannya kepada tiga pemimpin yaitu: Sunan, Pemerintah, dan Perkebunan Namun, serangan utamanya tetap tertuju kepada Sunan Pakubuwana X, disusul kepada pemerintah, lalu perkebunan

Kampanye Anti-Raja

Tjipto memulai kampanye anti-raja pada Juni 1919 Kritik tajamnya atas sunan ini (konotasinya mungkin include Mangkunegara Sultan dan Pakualaman) bukanlah hal yang mengejutkan. Kampanye anti raja yang dirumuskan oleh Tjipto memiliki keunikan

Yang pertama serangan Tjipto kepada Sunan Pakubuwana X bisa dikatakan memiliki signifikansi politik, mengingat ia pernah melakukan kritikan atas sunan di Volksraad akibat penangkapan Haji Misbach.

Dari pernyataan itu disambut dengan hangat oleh para aktivis radikal yang ada di Volksraad, namun respon kemarahan pun muncul pada kubu kalangan priyayi yang pro terhadap Kasunanan Yang kedua, Tjipto memilih sunan sebagai objek kritik, ketika para pemimpin Sarekat Islam memfokuskan pada perekonomian anti-kapitalis, dengan begitu tidak peduli ada atau tidak monarki Kasunanan.

Pada 9 Juni 1919, Tjipto dengan lantang menyuarakan opininya dalam majalah Panggoegah bahwa masyarakat Surakarta sangat terbebani oleh kewajiban untuk tetap memelihara dua keraton (Surakarta dan Mangkunegaran)

Lalu ia mengusulkan agar Sunan (dan juga Mangkunegara) dipensiunkan dengan diberi tunjangan pensiun sebanyak 2 000 gulden, Kadipaten Madiun dikembalikan kepada wilayah Kasunanan atau mengembalikan semua keuntungan yang sudah didapatkan pemerintah Hindia Belanda dengan beroperasinya perusahan-perusahan negara Seperti memonopoli garam, candu, serta rumah-rumah gadai.

Lalu Terbitan Panggoegah selanjutnya pada tanggal 16 Juni 1919, Tjipto menghantam seluruh monarki feodal Vorstenlanden dengan mengatakan bahwa dari Amangkurat II beserta anak cucunya merupakan budak-budak VOC beserta penggantinya, yaitu Hindia Belanda Dan kampanye tersebut tidak hanya ia lontarkan melalui majalah

Panggoegah, namun juga ia sampaikan melalui pidatonya di Volksraad pada 26 Juni

Sehingga serangan kepada sunan yang dilakukan Tjipto ini menjadi isu politik pergerakan di Surakarta Pada pidatonya di Volksraad Tjipto berpendapat, Kasunanan hanya bisa bergantung hidup kepada rakyat, dan mengatakan jika

PAGE 25 BULETIN SANSKERTA

“Memelihara Sunan dengan seluruh pengikutnya, dan kemegahan upacara adatnya hanya membuang uang saja”.

Perlawanan Tjipto pada SimbolSimbol Kerajaan

Serangan semacam itu tidak pernah sekali terpikirkan berapa biaya pemeliharaan Sunan yang secara politik mandul itu Dan dapat dikatakan argumen untuk menyerang Sunan merupakan argumen yang baru

Namun bagi Tjipto memelihara Sunan bukan hanya soal menghamburkan uang saja, namun dengan mandulnya sistem politik Sunan tersimpan rahasia mengenai bekerjanya sistem “Abad pertengahan” di Vorstenlanden

Salah satu contohnya adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Sunan untuk mewajibkan berbahasa Jawa Krama untuk para kuli jawa, melakukan kerja wajib dan menyerahkan tanah perkebunan kepada pemerintah, juga memberi dasar hukum untuk membungkam petani

Kampanye anti-raja yang dilontarkan oleh Tjipto langsung menimbulkan amarah besar di pihak pro-Kasunanan Barisan terdepan yang melakukan serangan balik adalah anggota

Boedi Oetomo dan surat kabar

Martodharsono Djawi Kanda dan Djawi Hiswara Pada awalnya mereka membantah jika bukan

Sunan-lah yang menyengsarakan

rakyat, melainkan pemerintahlah yang bertanggung jawab atas seluruh kebijakan di Kasunanan

Dalam kancah pergerakan di Surakarta BO dan SI tampil sebagai kekuatan pro-kerajaan yang anti Tjipto. Pada bulan Juli 1919, Haji Samanhudi mengadakan pertemuan kepada para pimpinan SI untuk membicarakan mengenai usul Tjipto untuk mempensiunkan Sunan. Di pertemuan tersebut diputuskan untuk pembentukan komite dengan nama Komite

Keslametan Rahajat Vorstenlanden Ketua dari komite tersebut merupakan Haji

Samanhudi dengan M

Pawirosoemardjo sebagai redaktur

Kampanye anti-raja yang dilontarkan oleh Tjipto memperkeruh suasana di Surakarta Pada 25 November Tjipto sekali lagi menghantam muka Sunan, Mangkunegaran, serta residen dengan pidatonya di Volksraad Pidato Tjipto menciptakan nuansa tegang, yang di mana Pangeran

Mangkunegaran, Prang Wedana, dan juga anggota Volksraad, mencoba untuk bertanya kepada pemerintah, “ peran otonom apa yang akan diberikan kerajaan ketika Hindia berdiri?”

Lalu pertanyaan tersebut direspon oleh wakil pemerintah di Volksraad, yaitu W Muurling dengan berpendapat “siapapun yang mencoba mengguncangkan kekuasaan kerajaan Jawa, pemerintah akan melawannya ”

PAGE 26

Gaya Baru Penentangan Tjipto

Hingga akhir 1919, Tjipto mempertaruhkan dirinya dan juga

Insulinde untuk melawan kekuatan Sunan, Mangkunegaran, dan anggota

BO serta SI yang pro-kerajaan Namun, hal tersebut tetap tidak menyurutkan

Tjipto untuk tetap berani tampil di medan pergerakan Surakarta. Tjipto melakukan kampanye anti-raja dengan bentuk baru, tidak lagi di Volksraad ataupun melalui majalah

Panggoegah Namun, melalui rapatrapat umum Insulinde

Model baru yang dilakukan oleh

Tjipto untuk menyerang sekali lagi kasunanan adalah dengan penampilan ketoprak, alasannya mengangkat historis kelam dari kerajaan Mataram

Islam Dan di penampilan ketoprak itu

Tjipto menyusun satu cerita yaitu Ki

Ageng Mangir Dasar cerita tersebut adalah buku babad Ki Ageng Mangir yang diterbitkan oleh Volkslectuur.

Tjipto mencoba untuk menginterpretasi kembali dengan menambahkan unsur revolusioner Alasan dari penampilan lakon Ki

Ageng Mangir ini adalah, Tjipto ingin memberikan suatu gambaran historis, jika ada satu tokoh yaitu Panembahan Senopati sang pendiri Trah Mataram Islam, sebagai ksatria yang licik.

Dan disini Tjipto lantas menambahkan, “Jika pendirinya saja sudah ksatria yang licik, maka seluruh keturunannya termasuk Sunan

Pakubuwana X dan begitupun satutrah kerajaan Mataram Islam adalah kesatria gadungan” Yang kedua, Tjipto ingin membongkar tipu muslihat/kelicikan Panembahan Senopati.

Pada 21 Maret 1920 Tjipto berencana untuk menggelar pertunjukan ketoprak pada kongres NIP-SH Surakarta Namun, diam-diam Pangeran Hadiwidjojo mempelajari siasat Tjipto dalam penampilan tersebut

Hadiwidjojo merekrut mata-mata untuk menyelidiki kalangan Dan akhirnya para mata-mata tersebut berhasil menemukan kejelasan jika pertunjukan itu akan mempermalukan kraton Lalu patih meminta izin kepada residen untuk melarang pertunjukan ketoprak tersebut, dan residen membatalkan izin nya Tindakan itu justru membuatnya masuk ke dalam genggaman Tjipto Tjipto menuding kalau residen tidak konsisten.

Disini kita bisa mengetahui bahwa Tjipto telah menyerang secara frontal, menjungkirbalikkan kekuasan, hierarki Kasunanan Surakarta, dan membuat geram residen Dengan memperlihatkan kelicikan Sunan dan Panembahan Senopati Tjipto dapat bercerita dengan orang tuli lewat visualisasi ketoprak itu, bahwa sebenarnya Sunan dan seluruh trah-Mataram Islam yang tinggal dibalik tingginya pagar keraton adalah seorang yang licik dan penuh dengan tipu muslihat

Dan seperti nama majalahnya Penggoegah, Tjipto memang adalah seorang revolusioner yang penggugah. Ia membuat orang melihat apa yang tidak bisa orang itu lihat Dan ketika orang melihat, maka posisi Tjipto berada diatas Hierarki Kasunanan yang

PAGE 27 BULETIN SANSKERTA

Tjipto jungkir balikkan. Namun perlu diperhatikan, mungkin jika mengambil dari perspektif

masyarakat yang pro-Kasunanan

Tjipto akan digambarkan seorang yang gila

Namun, dalam kegilaanya itu

Tjipto dapat menampilkan

taringnya yang menghunus tembok Kasunanan Surakarta

yang mandul dalam berpolitik

pada masa tersebut

PAGE 28

PERJUANGAN KELAS, YAKIN MAHASISWA BISA?

DPR Dewan Pengkhianat Rakyat”, seru salah satu mantan mahasiswa, yang pernah memperjuangkan penolakan RUU KUHP Tahun 2019.

Sosoknya belakangan ini menjadi ramai diperbincangkan usai mendaftarkan diri sebagai bakal caleg DPRD Jakarta, dapil 6 Jakarta Timur melalui Partai Perindo

Tentunya hal tersebut bukan salah siapapun, mengenai pilihannya dalam menyuarakan suara rakyat melalui masuk ke dalam lembaga yang sudah dicap sebagai “pengkhianat rakyat”

Dengan dalih harapan untuk bisa tetap dan terus

menyuarakan suara publuk dari jalur politik, katanya Lalu apakah dari kronologi tersebut, sudah mencerminkan sifat manusia yang suka mengingkari kata-katanya sendiri.

Kursi-kursi legislatif saat ini banyak terisi oleh mereka yang dulunya rajin meneriaki para penguasa Entah sadar atau tidak, mereka terbawa arus politik yang penuh intrik dan motif terselubung

Tak usah jauh-jauh kita melihat, politik kampus dapat mencerminkan itu semua, terutama setiap agenda pemilihan ketua BEM KM. Kemudian mengapa harus mahasiswa?

PAGE 29
BULETIN SANSKERTA O P I N I
Dok nasionalkompascom

Agaknya mahasiswa sendiri sudah memiliki kemampuan untuk bisa bergerak dan menyuarakan pendapatnya. Tidak lupa mengenakan jas almamater universitas masingmasing dalam menyelenggarakan aksi atau hanya menyuarakan pikirannya Unik memang mereka seakan menonjolkan dua eksistensi, pertama sebagai seorang “pelajar” dari kampus, kedua sebagai bagian kontrol masyarakat

Mahasiswa merupakan sosok pertengahan dalam masyarakat yang masih idealis, namun pada realitasnya terkadang harus keluar dari idealitasnya. Memang mahasiswa dianggap memiliki intelektualitas berpikir yang terbuka dan kritis walaupun tidak semuanya

Gerakan mahasiswa selain menghadirkan tokoh-tokoh aktivis, juga melahirkan calon-calon ideal dalam mencalonkan diri sebagai tokoh yang berkampanye di tiap-tiap kampungnya Sayangnya, idealisme tidaklah sejalan dengan realita lapangan, tetaplah harus ada penyesuaian yang dilakukan saat kita berusaha masuk dalam kehidupan terutama dalam bekerja

Mahasiswa juga dikaitkan erat dengan optimisme Namun tidak sesederhana optimisme dan pesimisme, tetapi mengenai perubahan jangka panjang yang ditimbulkan dari hal tersebut.

Seberapa besar dan hal-hal apa yang dibutuhkan untuk bisa menciptakan aksi yang memang memberikan sebuah kesadaran Juga tidak berpaku pada romantisme sejarah karena sejarah bukanlah doktrin

Kemudian jika dilihat dari kesempatan para lulusan SMA untuk bisa melanjutkan kuliah hanya 1,3 juta dari 3,6 juta lulusan SMA pada tahun 2020

Hal ini juga merupakan privilege yang ada dalam masyarakat bagaimana dengan sisa sekian juta dari mereka yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi? Itu berarti perjuangan kelas sosial dalam masyarakat, selain mahasiswa,

Utamanya pekerja dan buruh, juga memiliki pengaruh yang besar, bahkan bisa jadi lebih besar daripada perjuangan yang muncul dari mahasiswa saja, walaupun mungkin hak-hak yang disuarakan sama

Lalu apakah pergerakan mahasiswa memiliki impact yang besar terhadap terjadinya perubahan. Tentunya sebuah perubahan tidaklah terjadi dalam satu malam

Dibutuhkan banyak faktor dan aspek dalam terjadinya perubahan. Mahasiswa yang menyuarakan suaranya dalam aksi demonstrasi, mahasiswa yang rajin mengikuti perlombaan, mahasiswa yang mengejar nilai akademik, mahasiswa yang ini dan itu, macam-macam Seluruhnya memiliki aksinya masing-masing

PAGE 30

Namun yang saya tekankan adalah bagaimana mereka memegang idealisme mereka masing-masing untuk mencapai tujuan mereka untuk halayak umum, baik saat masih menjadi mahasiswa, maupun sudah tidak

Sesungguhnya tulisan ini masih sangat prematur, mengingat penulis sendiri yang masih banyak sok tahu ketimbang sok tidak tahu-nya, bahasan yang tidak sinkron, dan sebagainya

Namun mengenai pergerakan mahasiswa, pertanyaan yang ingin saya tujukan kepada teman-teman mahasiswa lain, dan juga saya sendiri adalah, apa yang ingin kalian dapat dari menjadi mahasiwa?

Pertanyaan ini tidak memiliki kunci jawaban, dan hanya diri kalian sendiri yang berhak membenarkan atau menyalahkan jawaban masing-masing. HIDUP MAHASISWA!!

PAGE 31 BULETIN SANSKERTA

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.