EDISI KHUSUS AWAL TAHUN 2022
MAJALAH HIMPUNAN MAHASISWA ILMU SEJARAH
ASIAN WAVE
DULU, KINI, DAN NANTI
Sampul Ilustrasi menggambarkan tiga babak perjumpaan budaya Asia Timur di Indonesia. TIM ILUSTRATOR
DEMISIONER KEPENGURUSAN HIMPUNAN MAHASISWA ILMU SEJARAH TAHUN 2021
KABINET GELEGAR HARMONI
ILMU SEJARAH KRISIS MEMBACA, DISKUSI, DAN MENULIS!
AWAL TAHUN 2022
ANSKERTA ONLINE
ISI OPINI
FORUM
ARTIKEL
DISKUSI
12
22
Pengaruh Asia Timur
8 Korean Wave Neokolonialisme?
MAJALAH SANSKERTA
Barangkali sudah menjadi pengetahuan umum bahwa negaranegara Asia Tenggara, yang terletak diantara India dan Cina, mendapat pengaruh yang cukup signifikan dari kedua negara tersebut. Dalam konteks membahas fenomena Asian Wave secara historis, tulisan ini akan berfokus khususnya pada pengaruh kebudayaan, khususnya dalam bidang seni dari Cina, meskipun tetap tidak bisa melupakan India.
4
Asian Wave dan Masa Depan Kita.
EDISI AKHIR TAHUN
RESENSI
24 Hotaru No Haka: Tentang Mereka Yang Kalah Perang.
PENGANTAR EDISI KHUSUS AWAL TAHUN 2022
BERUMPA DENGAN SAUDARA TUA OLEH REDAKTUR PELAKSANA
Pada majalah kali ini kami mengangkat tema pengaruh budaya populer Asia Timur ke Nusantara dari masa ke masa. Menurut kami tema tersebut menarik untuk diangkat karena selain karena berhubungan dengan pembelajaran yang diterima dalam perkuliahan, perkembangan budaya, seni, dan musik di Nusantara ini sedikit banyaknya dipengaruhi oleh kebudayaan di daratan benua Asia. Tulisan-tulisan di dalam majalah kali ini diisi dengan penjelasan tentang pengaruh kultural Asia Timur ke Asia Tenggara, dimulai pada masa Hindu Buddha. Salah satu pengaruh dalam kebudayaan Indonesia adalah masuknya budaya China, yang jumlah komunitasnya meningkat drastis sejak era kolonial. Setelah kemerdekaan, interaksi dengan budaya dari wilayah Asia Timur ini semakin tinggi, dibantu oleh perkembangan teknologi dan informasi. Dalam tulisan ini juga kami ingin mengajak para pembaca untuk mengapresiasi dan menilik kembali budaya-budaya populer dari wilayah Asia Timur yang berkontribusi dalam keragaman budaya di Indonesia maupun dalam perkembangan trend saat ini. Kami ucapkan juga terima kasih sebesar-besarnya kami sampaikan kepada pengurus HIMA. Tak lupa ucapan selamat dan untuk terus semangat bagi para mahasiswa yang telah membagikan tulisan mereka dalam kegiatan ini dan semoga kedepan nya mampu menjadi pemantik untuk berkarya dengan produktif. Buletin ketiga ini menjadi wadah bagi mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta untuk menuangkan kreativitasnya dalam menulis dan berdiskusi. Kami berharap tulisan-tulisan dalam majalah edisi ketiga ini akan memberikan manfaat bagi para pembaca dalam menambah wawasan terutama tentang perkembangan budaya populer di Indonesia. Kami tentunya menyadari bahwa majalah edisi ketiga ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu kami mohon maaf atas kekurangan yang ada. Upaya perbaikan akan kami lakukan terus menerus untuk memperbaiki kualitas majalah pada edisi berikutnya. Serta tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada seluruh kontributor yang telah mendukung majalah edisi kali ini. Akhir kata selamat membaca, tetap semangat berkarya untuk kita semua.
VIVA GESCHICHTE! Penanggung Jawab Flamboyan Dwi Cahyo Pemimpin Redaksi Raihan Risang Anugerah Pratama Editor Irvan Maulana, stam Mulyana, Muhammad Eno Al Ikhsan Sekretaris Fadhila Husna Asri Bendahara Juwita Panggabean Redaktur Pelaksana Artaqi Bi Izza Al Islami Cover & Ilustrator Maytri Zahra Saraswati, Raymizard Alifian Firmansyah Layouter & Fotografer Raymizard Alifian Firmansyah
MAJALAH SANSKERTA
5
EDISI AKHIR TAHUN
Sebagian besar literatur tentang gelombang kebudayaan dari Asia Timur, seperti Ko mencakup perluasan budaya, ekonomi dan akhirnya pemberdayaan sebuah bangsa. yang diinginkan dari strategi industri negara yang dirancang dengan baik untuk me mereka yang merambah pasar budaya demi uang.
SANSKERTA ONLINE
AWAL TAHUN
orean Wave, melihat fenomena budaya ini sebagai perluasan industri budaya yang . Apa yang mereka sebut sebagai budaya antar-Asia, secara kritis menunjukkan efek engekspor produk hiburan ke luar negeri. Asia dijadikan sebagai pasar utama bagi . Ekonomi adalah dasar dari fenomena Asian Wave.
Perihal Korean Wave OLEH FLAMBOYAN DWI CAHYO KETUA HIMA ILMU SEJARAH 2021
Korean Wave merupakan istilah yang mengacu
Hal tersebut tidak lepas dari perkembangan
kepada perkembangan dan peningkatan minat publik
teknologi informasi yang terjadi akibat globalisasi,
terhadap budaya populer dan tradisional Korea di dunia.
teknologi menjadi salah satu penyebab tingginya antusi-
Produk dari Korean wave atau yang biasa disebut hallyu
asme terhadap budaya korea di kalangan milenial.
oleh orang Tiongkok, adalah kebudayaan populer Korea
Dengan teknologi yang ada, masyarakat bisa mudah
berupa drama Korea, K-POP, dan lain-lain. Korean wave
mengakses musik, film, serial TV dan berbagai hal yang
memberikan dampak yang sangat besar bagi negara ter-
berhubungan dengan Korea. Kita bisa melihat K-POP
sebut baik itu di bidang ekonomi maupun budaya.
yang sangat digemari kalangan muda di Indonesia.
Pemerintah Korea Selatan sendiri memang sudah lama memberi perhatian khusus terhadap industri budaya populer mereka. Akhir dekade 1990-an, Korea
Besarnya antusiasme anak muda Indonesia terhadap KPOP, menjadikan Indonesia sebagai salah satu fanbase terbesar KPOP di dunia.
Selatan membentuk departemen khusus pelayanan bu-
Selain jumlah fans yang besar, KPOP juga memiliki
daya (KOCIS), sebagai bentuk keseriusan pemerintah
pengaruh besar terhadap fashion, gaya hidup, gaya
dalam mengembangkan budaya pop serta membangun
makan, hingga bahasa yang digunakan penggemarnya.
banyak fasilitas seperti auditorium dan tempat-tempat
Selain itu para fans KPOP juga membeli merchandise
untuk pengembangan bakat. Upaya yang dilakukan pada
yang berhubungan dengan korea ataupun idola mereka.
akhirnya membuahkan hasil manis bagi mereka. Korean
Selain itu mereka juga sering menyelipkan kata-kata
Wave sebagai sebuah budaya populer berkembang
dengan bahasa Korea dalam kehidupan sehari-hari sep-
secara bertahap.
erti annyeong, saranghae, hyung, dan hwaiting. Indone-
Pada tahun 1990 saat itu K-POP dan drama Korea digemari oleh masyarakat Tiongkok. Serial drama televisi Korea setelah diputar di Tiongkok menyebar ke berbagai negara lain di Asia seperti Vietnam, Jepang, Thailand dan Indonesia. Seiring berjalannya waktu, negara-negara di Eropa, Timur Tengah juga mulai menayangkan serial TV Korea.
sia sebagai negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia dan dengan jumlah fans KPOP yang besar itu akan sangat menguntungkan bagi negara Korea Selatan dalam mengangkat perekonomian mereka.
OPINI
AWAL TAHUN
Konsumerisme Korean Wave OLEH RAYMIZARD ALIFIAN FIRMANSYAH ANGGOTA DIVISI PERS DAN HISTORIOGRAFI
Saya melihat fenomena Korean Wave sebagai
dari Simulakra masyarakat tontonan di beberapa be-
legitimasi Korea dalam bentuk Doksa (teori Pierre Bour-
lahan dunia mulai bermunculan. Di Indonesia dampak
dieu) atau mikro politik. Gampangnya, Korean Wave
Korean Wave sangat terasa, bagaimana masyarakat In-
membawa dampak baik bagi perekonomian dalam
donesia terobsesi kepada budaya Korea. Dari sini,
negeri Korea. Pasalnya mereka memasarkan produknya
masyarakat tontonan akan memiliki kesadaran ingin
melalui produksi dalam bentuk iklan di drama Korea dan
memiliki simbol yang sama dengan apa yang mereka
platform budaya populer lainya. Sebetulnya fenomena
idolakan. Masyarakat tontonan secara universal misal,
ini telah dijelaskan oleh teori Hiperrealitas atau Simulak-
menyukai gawai, minuman, makanan dari apa yang idol
ra dari Jean Baudrillard. Baudrillard menjelaskan bahwa
mereka lakukan. Dengan begitu, secara tidak langsung
masyarakat dunia dewasa ini terkurung dalam atmosfer
membuka pasar bagi beberapa industri dalam negeri di
masyarakat konsumen dan masyarakat tontonan.
Korea Selatan. Contohnya, banyak produk Korea Selatan
Masyarakat konsumen adalah masyarakat yang lebih
yang ada di pasar Indonesia, seperti Mie Ramyeon yang
ingin mengkonsumsi sebuah produk berdasarkan sim-
jual bebas di supermarket dalam negeri. Bahkan meru-
bolnya, bukan malah esensinya. Masyarakat tontonan
bah cara makan dengan mengkonsumsi masakan Korea
adalah
saling
berupa kimchi. Tak hanya di bidang makanan, industri
menonton dan saling bertukar simbol. Dengan adanya
elektronik dan otomotif juga memiliki ruangnya sendiri.
Masyarakat tontonan ini, maka ada istilah hiperrealitas
Ketika masyarakat tontonan melihat K-Drama dan
atau simulakra. Simulakra adalah suatu hal yang meru-
melihat
bah abstrak menjadi konkret atau sebaliknya. Con-
gawainya, masyarakat memiliki daya tarik untuk mem-
tohnya televisi, game, komputer, yang terwujud dalam
belinya. Begitu pula fanbase K-Pop yang ingin membeli
teks, visual, dan peristiwa. Rumusnya begini, Simulakra
lightstick hanya terdapat simbol dari idolanya.
sebuah
kondisi
masyarakat
yang
+ Masyarakat Tontonan = Masyarakat Konsumen. Mari kita hentikan percakapan teoritis ini.
idolanya menggunakan Samsung sebagai
Kesimpulannya, Korean Wave menjadi ruang bagi industri kapitalis Korea Selatan meraup keun-
Dalam implementasinya pada Korean Wave teori ini
tungan. Tak hanya itu beberapa pembenaran terjadi
sangat cocok dijadikan pisau analisis. Dalam penjelasan
ketika rezim kebenaran yang disalurkan melalui Simulak-
diatas Simulakra disini direpresentasikan dalam produk
ra menjadi peneguhan tersendiri bagi pemerintah
pop kultur Korea Selatan berupa drama, industri musik,
terkait dalam konflik yang terjadi di Korea.
film, animasi, game, dan lainnya. Dengan adanya produk
SIAPA TAHU?
iapa Tahu?
Sekapur Sirih dari Bangka Adat pernikahan peranakan Tionghoa Bangka menyuguhkan sekapur sirih atau Nyao Nyap sebagai tradisi untuk menjemput pengantin Wanita. Tradisi ini diperkirakan muncul sekitar 18001900 saat perkawinan campur terjadi antara pekerja tambang Tionghoa dan Wanita setempat di Bangka. Klenteng Tien Shang Miao dibangun tahun 1811 oleh Kapitan Senggarang Shiao Chen dan menjadi pusat penanaman gambir dan lada di Kepulauan Riau. Sumber: Kepri Travel
SANSKERTA ONLINE AWAL TAHUN
MELAMPAUI MASA LALU KUMPULAN ARTIKEL SEPUTAR PERJUMPAAN MASYARAKAT KEPULAUAN DAN ASIA TIMUR
12
14
16
ARTIKEL
Pengaruh Kultural Asia Timur ke Asia Tenggara pada Masa Hindu-Buddha OLEH RAIHAN RISANG ANUGERAH PRATAMA Barangkali sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
tanah Indonesia paling awal, meskipun di tahap ini musik
negara-negara Asia Tenggara, yang terletak diantara India
gong masih bernuansa religi kental dalam praktek agama
dan Cina, mendapat pengaruh yang cukup signifikan dari
Buddha aliran Theravada dan Vajrayana (Tantrayana)
kedua negara tersebut. Dalam konteks membahas
sehingga belum menjadi konsumsi publik hingga masa
fenomena Asian Wave secara historis, tulisan ini akan
Kerajaan Majapahit yang menganut agama Hindu dimana
berfokus
gong menjadi elemen penting dalam kesenian gamelan.
khususnya
pada
pengaruh
kebudayaan,
khususnya dalam bidang seni dari Cina, meskipun tetap
Selain itu, di bidang sastra dan seni barangkali
tidak bisa melupakan India. Asian Wave merupakan istilah
cerita Perjalanan ke Barat, sebuah karya yang ditulis pada
untuk menyebut menyebarnya pengaruh budaya populer
masa Dinasti Ming dan berlatar Dinasti Tang dengan lakon
dari Asia Timur khususnya Korea (Korean Wave) dan
Biksu Tang Sanzang atau Tong Sam Cong dan Raja Kera
Jepang, dan belakangan ini juga diikuti oleh Cina, ke
Sun Wukong atau Sun Go Kong, Zhu Bajiea atau Tie Pat
berbagai penjuru dunia dalam kurun waktu yang
Kai, dan Sha Wujing atau Sam Cheng. Yang berkisah
beragam, dimana budaya Jepang mulai menyebar ke
dimana biksu Tong melakukan perjalanan dari Cina
dunia luar sejak 1980-an dan budaya Korea pada tahun
menuju India untuk mencari kitab suci, menghadapi
2000-an. Namun bila kita melihat dari sudut pandang
banyak rintangan namun selalu dapat teratasi oleh
sejarah, sebetulnya fenomena penyebaran budaya dari
bantuan para muridnya yang diutus oleh dewi Guanyin
Asia Timur ke negara lain bukanlah sesuatu yang baru.
atau Kwan Im. Karya ini mendapat popularitas besar di
Salah satu hal yang menjadi ciri khas musik di Asia Tenggara adalah gong. Gong merupakan alat musik
Cina maupun negara-negara lain di Asia Tenggara dari masa Dinasti Ming tersebut hingga kini.
perkusi logam yang memiliki beragam bentuk dan ukuran. Menurut Encyclopaedia Britannica, gong yang tertua berasal dari Cina pada abad ke-6 dan gong pertama di Jawa muncul di abad ke-9, meskipun nama Gong itu sendiri berasal dari bahasa Jawa. Seperti dalam peta diatas, diketahui bahwa ada 3 wilayah jenis musik berbasis gong yakni Piphat di Thailand, Myanmar, Laos, dan Kamboja, Gamelan di Indonesia Barat, dan Kulintang di Filipina Selatan dan Indonesia Timur. Hal ini memberi implikasi bahwa gong merupakan salah satu pengaruh seni musik yang dibawa dari Cina ke
MAJALAH SANSKERTA
12
EDISI AKHIR TAHUN
- James, B. (1992). Percussion Instruments and Their History. Bold Strummer. - Jaap, K. (2013). Music in Java: Its history, its theory and its technique. Springer. - Virgiana, K.M . (2012). Bentuk Dan Fungsi Pertunjukan Kesenian Opera Cina Di Pecinan Kota Semarang. Disertasi Universitas Negeri Semarang.
MAJALAH SANSKERTA
13
EDISI AKHIR TAHUN
ARTIKEL
Tionghoa di Nanyang Era OLEH ARTAQI BI IZZA AL ISLAMI Pada awal abad ke-15, pedagang Cina (banyak yang Mus-
tradisi, adat istiadat, dan berbagai hal yang dianggap
lim) dari pantai timur Cina tiba di kota-kota pesisir Indo-
membawa keberuntungan. Salah satu tradisi yang paling
nesia dan Malaysia. Mereka mungkin dipengaruhi oleh
identik dengan Tahun Baru Imlek adalah pertunjukan Ba-
pelaut sekaligus penjelajah Zheng He, yang memimpin
rongsai, yang merupakan ritual Tiongkok kuno untuk
beberapa ekspedisi ke Asia Tenggara antara tahun 1405
mengusir roh jahat dan memberkati bisnis atau rumah.
dan 1430. Pada saat Belanda tiba di awal abad ke-17,
Barongsai ini merupakan salah satu kesenian dan
pemukiman besar Tionghoa sudah ada di sepanjang pan-
kebudayaan yang dibawakan oleh masyarakat Tiongkok.
tai utara Jawa. Sebagian besar adalah pedagang dan
Pertunjukan ini kerap dilaksanakan dengan suasana yang
saudagar, tetapi mereka juga mempraktikkan pertanian
meriah dan biasanya dihadirkan ketika acara tahun baru
di daerah pedalaman.
Imlek. Pertunjukan ini terbilang umum di Indonesia, teru-
VOC kemudian mengontrak banyak imigran ini
tama di daerah yang banyak dijumpai orang Tionghoa
sebagai pengrajin terampil dalam pembangunan Batavia
hingga kini tradisi ini terus berlanjut. Siapa sangka nama
(Jakarta) di pantai barat laut Jawa. Penduduk Cina di
Barongsai yang sangat terkenal adalah sebutan yang han-
pelabuhan yang berjumlah 300–400 pada tahun 1619
ya terdapat di Indonesia. Di negeri asalnya sendiri, kese-
telah berkembang menjadi setidaknya 10.000 pada tahun
nian ini diketahui dengan nama "Wu Shi", serta secara
1740. Dari tahun 1628 hingga 1740, ada lebih dari
internasional lebih terkenal dengan nama "Lion Dance".
100.000 orang Hakka dari Huizhou yang tinggal di Batavia dan pulau Jawa.
Sebutan Barongsai sendiri adalah hasil dari akulturasi antara budaya Nusantara dengan budaya Cina. Ka-
Denys Lombard dalam bukunya “Nusa Jawa: Si-
ta "Barong" merujuk pada kesenian Indonesia, tepatnya
lang Budaya”, memperlihatkan dengan jelas bagaimana
Bali di mana para penari menari memakai boneka atau
persinggungan berbagai budaya dari Barat dan Timur
kostum, sedangkan "sai" berasal dari bahasa Hokkian
dengan masyarakat asli selama berabad-abad memben-
yang berarti singa.
tuk Jawa. Proses saling memengaruhi itu bukan hanya di
Selain Barongsai, hal lain yang identik dengan
Jawa, tetapi juga pulau-pulau lain di Nusantara. Waktu
festival orang Tionghoa adalah petasan dan kembang
berlalu dan zaman berubah, tetapi warisan itu telah dan
api. Kembang api, seperti yang diketahui semua orang,
akan ikut membentuk wajah Indonesia. Pengaruh China
ditemukan di Tiongkok. Banyak sejarawan percaya bahwa
adalah salah satu yang cukup penting di Indonesia, selain
kembang api awalnya dikembangkan pada abad kedua
Belanda, India, Timur Tengah, dan Portugis
SM di Liuyang kuno, Cina.Batang bambu kering akan
Pengaruh China yang bisa disaksikan salah satunya adalah Imlek. Imlek dirayakan dengan berbagai
MAJALAH SANSKERTA
14
mengeluarkan suara retakan saat dilemparkan ke api dan bubuk mesiu yang ditancapkan ke bambu lain digunakan
EDISI AKHIR TAHUN
pengiring yang ramai, Maurik teringat pada suara pandai
untuk memperbesar efek mengejutkan ini. Pada era kolonial, pemerintah Hindia-Belanda
besi ketika menempa besi. Buku panduan Reisgids voor
menjadikan kawasan Chinatown dengan segala pertun-
Nederlandsch Indie (1896) dan Java the Wonderland
jukan nya ini sebagai objek pariwisata tersendiri. Objek
(1900) pun menyarankan kepada para pelancong yang
budaya masyarakat Tionghoa di Nusantara yang menjadi
berkunjung ke Glodok untuk menyaksikan teater wayang
pengamatan para pelancong antara lain adalah pertun-
Tionghoa tersebut.
jukan wayang Tionghoa (sandiwara Tionghoa). Ida Pfeiffer,
Perayaan Imlek saat ini telah berkembang menjadi produk
perempuan
budaya dan merupakan keunikan tersendiri dalam
pelancong-petualang
asal
Austria
yang
berkunjung ke Batavia pada abad ke-19 berkunjung
konteks
kebermasyarakatan
di
Indonesia,
terlebih
melihat teater Tionghoa. Dia mencoba menikmati pertun-
pemerintah telah menetapkan libur nasional untuk per-
jukan teater Tionghoa ditemani oleh Tan Eng Goan, Mayor
ayaan tahunan ini. Perayaan Imlek di berbagai daerah
Tionghoa pertama di Batavia. Pertunjukan itu diadakan di
ditandai dengan selebrasi dan event tematik yang riuh
panggung di seberang rumah Mayor, di jalanan sehingga
dan megah, sampai pada puncaknya perayaan Cap Go
orang-orang yang melewati jalan dapat menikmati hi-
Meh.
buran tersebut. Pfeiffer dan Mayor menyaksikannya dari
Tidak hanya masyarakat etnis Tionghoa yang merasakan
balkon salah satu jendela rumah.
manisnya kue mangkok dan nikmatnya kuliner khas Imlek,
Justus Maurik, seorang penulis Belanda, dijamu
tapi juga masyarakat Indonesia secara luas. Perayaan im-
oleh seorang Letnan Tionghoa, The Toan Ing dan ikut
lek selain identik dengan kultur cina dengan adanya lampi-
menyaksikan sebuah pertunjukan wayang Tionghoa di
on dan barongsai juga identik dengan bakti sosial, pen-
Surabaya. Maurik menggambarkan panggung tersebut
gobatan gratis, kerja bakti dan kunjungan ke panti-panti
begitu sederhana, tanpa tirai penutup atau layar.
asuhan dan segala bentuk kepedulian sosial lainnya yang
Panggung itu penuh dengan hiasan dan dominasi warna
menandakan bahwa etnis Tionghoa sudah menjadi bagian
merah tua, biru dan kuning dengan hiasan emas serta
dari negara ini.
gambar naga yang dibordir. Ketika mendengar musik
Ilustrasi etnis Tionghoa di Nanyang Era Kolonial. Sumber: Wikimedia Commons
MAJALAH SANSKERTA
15
EDISI AKHIR TAHUN
ARTIKEL
Pengaruh Budaya Populer Asia Timu
OLEH ASTAM
Zaman orde lama politik negara-negara di dunia be-
orang Eropa. Serta secara stratifikasi sosial pada ma-
lum stabil termasuk Indonesia dan negara-negara di
sa kolonial lebih tinggi dari orang pribumi. Jadi kare-
Asia Timur. Pada saat itu negara-negara Asia Timur
na alasan itu kebencian orang Indonesia terhadap
seperti Jepang, Cina, dan Korea sedang dalam masa
orang-orang Tionghoa terus bertahan bahkan hingga
pemulihan kondisi nasional. Korea pada masa itu
masa setelah kemerdekaan, pada masa Orde Lama
mencoba untuk memulihkan diri setelah perang
ini. Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam berbagai
saudara. Walaupun demikian hubungan Indonesia
bidang juga masih diskriminatif terhadap orang
dengan Korea Utara sudah terjalin sejak tahun 1961
Tionghoa. Bahkan pada tahun 1956 terjadi gerakan
serta kedua negara tersebut juga tergabung dalam
anti Tionghoa. Karena hal-hal itu segala kebudayaan
Gerakan Non-Blok. Sedangkan hubungan Indonesia
yang berbau Cina pada masa Orde Baru hanya
dengan Korea Selatan baru terjalin pada 1973 pada
berkembang di kalangan Tionghoa saja. Hal ini
masa pemerintahan Soeharto. Jadi sejak saat itu su-
disebabkan berkembangnya sentimen anti Tionghoa
dah terjadi pertukaran budaya, walaupun tidak
di masyarakat.
secara besar seperti yang terjadi pada abad 21.
Pada masa Orde baru diskriminasi terhadap etnis
Sedangkan pengaruh budaya Cina terhadap Indone-
Tionghoa di Indonesia terus terjadi. Pemerintah Orde
sia cukup besar dikarenakan penduduk etnis Tionghoa cukup banyak di Indonesia dan terjadi asimilasi budaya dengan penduduk setempat, hal itu terjadi
Baru mengeluarkan Instruksi Presiden No.14/1967, yang dibuat untuk proses asimilasi masyarakat Tionghoa.
Dalam
instruksi
tersebut,
Soeharto
menetapkan bahwa semua upacara agama, ke-
sejak beberapa abad lalu. Pada zaman Orde Lama
percayaan, dan adat istiadat Tionghoa hanya boleh
terjadi diskriminasi terhadap orang kulit kuning sep-
dirayakan di lingkungan keluarga dan dalam ruangan
erti orang-orang Tionghoa yang tinggal di Indonesia.
tertutup. Selain itu juga adat istiadat orang-orang
Kebencian terhadap Tionghoa sebenarnya bukan hal yang baru, rasa benci itu sudah ada sejak masa kolonial, dan puncaknya terjadi pada masa politik etis. Kebencian tersebut timbul karena terkait dengan
Tionghoa, termasuk perayaan Imlek, dilarang dipertontonkan di depan umum. Selain itu orang Tionghoa juga diharuskan mengganti namanya dengan nama yang lebih nasional demi kelancaran asimilasi budaya. Jadi masa masa ini walaupun ada upaya asimi-
dominasi orang Tionghoa di dalam perdagangan. P
lasi buda keberadaan orang Tionghoa dan hal-hal ten-
ada masa kolonialisme orang-orang Tionghoa men-
tang cina kurang bisa diterima di masyarakat, hal ter-
jadi perantara antara orang Pribumi dengan orang-
sebut
MAJALAH SANSKERTA
16
menyebabkan
sulit
EDISI AKHIR TAHUN
terjalin
pertukaran
ur Pada Masa Orde Lama Dan Orde
M MULYANA
pengaruh budaya antara ina dengan Indonesia. Sedangkan untuk hubungan Indonesia dengan Jepang pada masa Orde Lama terjalin baik, hubungan Jepang dengan Indonesia bukan antara penjajah dengan jajahan, melainkan sebagai saudara. Pada masa itu kebudayaan digunakan Sumber: Unknown
sebagai perekat antara kedua negara, sebagai contohnya adalah pernikahan Soekarno dengan seorang perempuan Jepang bernama Naoko Nemoto. Walaupun demikian di masa ini tidak banyak pertukaran budaya, ataupun budaya Jepang yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia kala itu. Pada masa Orde Baru Soeharto, hubungan Indonesia dengan Jepang terjalin dengan baik. Walaupun begitu, pada tahun 1974 sempat terjadi kerusuhan yang menolak kedatangan perdana menteri Jepang, Tanaka Kakuei, yang disebut peristiwa Malari di Jakarta. Peristiwa tersebut merupakan simbol penolakan terhadap modal asing, terlebih masyarakat berpikir jepang telah memeras kekayaan Indonesia lewat investasinya. Namun, hal itu tidak mempengaruhi hubungan baik Indonesia dengan Jepang. Jepang menjadi semakin sadar jika rakyat Indo-
yang pernah mereka lakukan di masa lampau. Oleh sebab itu Jepang melakukan kedekatan di bidang kebudayaan kepada masyarakat Indonesia secara umum, pendekatan dilakukan dengan promosi kebudayaan hal itu bertujuan untuk memulihkan citra Jepang di masyarakat secara luas selain untuk menarik perhatian Jepang menggunakan budaya sebagai alat diplomasi. Jepang ingin masyarakat Indonesia lebih mengenal dan menikmati budaya Jepang dan hak itu pada akhirnya diterima baik oleh masyarakat secara umum. Pada tahun 1979 dibentuk Japan Foundation di Indonesia, lembaga ini berfungsi mengenalkan budaya Jepang secara umum.
nantinya memiliki peran penting dalam keberlangsungan hubungan antara Indonesia dengan Jepang.
nesia masih mengingat penjajahan selama tiga tahun
MAJALAH SANSKERTA
Lembaga tersebut
17
EDISI AKHIR TAHUN
INFOGRAFIS
Koalisi Jawa tionghoa Dalam melawan kuasa kolonial dan feodalisme jawa 13 Mei 1741: Sunan Pakubuwana II Meminta para pejabat keraton dan bupati bersumpah setia serta berkoalisi dengan laskar Tionghoa dan bersiap mengusir kompeni VOC keluar dari tanah Jawa. Awal Desember 1741: Sunan Pakubuwana II memutuskan koalisi dengan laskar Tionghoa dan berpihak kepada VOC. 6 April 1742: Raden Mas Garendi / Sunan Kuning (cucu Amangkurat III) dinobatkan menjadi raja bagi orang Tionghoa-Jawa. Bergelar Amangkurat V. Hal ini sebagai respon akan hipokrisi Sunan Pakubuwana II.
30 Juni 1742: Pasukan Amangkurat V alias Sunan Kuning berhasil menguasai keraton Kartasura. Sunan Pakubuwana II melarikan diri dengan bantuan VOC.
1 Juli 1742: Amangkurat V alias Sunan Kuning bertahta di Kartasura. Meski akhirnya berhasil diusir oleh Sunan Pakubuwana II dengan bantuan VOC. Laskar Tionghoa berakhir dengan hukuman mati di Surabaya.
SANSKERTA ONLINE AWAL TAHUN
KINI DAN NANTI KUMPULAN ARTIKEL SEPUTAR PERJUMPAAN MASYARAKAT KEPULAUAN DAN ASIA TIMUR
20
22
24
ARTIKEL
Ilustrasi Wibu sebagai fenomena sub-kultur
Wibu Sebagai Fenomena Sub-kultur OLEH JUWITA PANGGABEAN
Perkembangan zaman di era teknologi sekarang
agaknya masyarakat Indonesia telah berdamai
membawa
bagi
dengan masa lalu atau telah melupakan peristiwa
masyarakat Indonesia. Dimana masyarakat Indonesia
sejarah. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat
dipermudah dalam mengakses berbagai informasi
Indonesia yang menyukai kebudayaan dari negara
dari luar, salah satunya informasi tentang negara
bunga Sakura tersebut. Ketertarikan ini dapat
Jepang. Seperti yang kita ketahui bahwa hubungan
menimbulkan perubahan baik bagi masyarakat
antara
Indonesia dengan masyarakat Jepang.
perubahan
Indonesia
yang
dengan
signifikan
Jepang
sebelum
kemerdekaan memiliki sejarah yang panjang dan
Pemerintah Jepang dalam mengembangkan
kelam. Hubungan ini tidak lepas dari eksploitasi dan
dan memperkenalkan kebudayaannya membentuk
penjajahan Jepang terhadap Indonesia yang tidak
program yaitu Yakoso Japan. Program ini bertujuan
akan pernah dilupakan. Fakta bahwa banyak korban
untuk memperkenalkan kebudayaan-kebudayaan
jiwa dan kerugian yang dialami Indonesia sejak
Jepang melalui produksi perfilman seperti Anime,
keberadaan Jepang di tanah air. Kerja paksa dan
Manga, Game, Film, Artis, dan Cosplay. Anime
romusha menjadi sebuah kebijakan Jepang di
merupakan animasi buatan Jepang yang ditampilkan
Indonesia yang tidak akan pernah dilupakan
di TV maupun di Bioskop, Manga merupakan istilah
masyarakat pribumi. Namun di masa sekarang
dari komik Jepang sedangkan Cosplay yaitu dimana
MAJALAH SANSKERTA
20
EDISI AKHIR TAHUN
seseorang menggunakan pakaian dan merias
kebudayaan Jepang mulai dari anime, lagu, artis dan
wajahnya sesuai dengan tokoh karakter favoritnya.
sebagainya secara tertutup. Dalam artian bahwa
Adapun
dikenal
mereka menikmati kebudayaan Jepang hanya untuk
masyarakat Indonesia dan sering ditayangkan di TV
kesenangan diri sendiri tanpa menunjukkannya
yaitu Doraemon, Ultraman, Hamtaro, Detective
secara langsung kepada orang lain. Kedua Wibu
Conan, Ninja Hattori, Naruto, Sailor Moon dan
terbuka atau disebut juga intermediate, merupakan
masih banyak lagi. Produksi perfilman Jepang telah
Wibu yang menunjukkan eksistensi dirinya kepada
berhasil mendapatkan penggemarnya di Indonesia.
masyarakat luar.
Sehingga muncul istilah Wibu (Weaboo) yang
Contohnya seperti Wibu yang memakai pakaian
merupakan sebutan bagi seseorang yang menyukai
mirip dengan tokoh anime atau seperti masyarakat
kebudayaan Jepang secara berlebihan.
Jepang. Sehingga seseorang yang melihatnya
Mayoritas Wibu di Indonesia berkisar umur 13-35
langsung
tahun dari perempuan hingga laki-laki. Wibu atau
menyukai kebudayaan Jepang. Terakhir yaitu Wibu
penggemar dari anime memiliki banyak dampak dan
Fanatik
manfaat bagi masyarakat Indonesia. Sebagai Wibu
kebudayaan Jepang sehingga berperilaku dan
secara otomatis seseorang akan mempelajari dan
berpakaian menyerupai masyarakat Jepang atau
memahami budaya dari Jepang seperti mempelajari
menyerupai anime yang disukai. Wibu Fanatik akan
bahasa dan gaya hidup. Disisi lain komunitas Wibu
berlagak seperti tokoh yang digemari dengan
juga dapat mempengaruhi kebudayaan Indonesia
didukung penggunaan bahasa Jepang serta atribut
salah satunya pemakaian sumpit pada saat makan,
yang digunakan.
penggunaan bahasa Jepang, cara berpakaian dan
Dengan demikian masuknya kebudayaan Jepang di
lebih menyukai makanan Jepang dari pada makanan
Indonesia tentunya memiliki dampak positif dan
lokal Indonesia. Selain itu Wibu juga dianggap
negatif. Hanya saja tergantung dari sisi mana
masyarakat yang konsumtif karena mereka tidak
seseorang melihatnya. Akan tetapi dapat diketahui
akan ragu-ragu ketika membeli aksesoris yang sama
bahwa dalam menyukai atau menggemari budaya
dengan karakter favoritnya. Dibalik gaya hidup yang
asing haruslah tetap waspada. Sebagai warga
konsumtif tentunya para Wibu juga memiliki
negara yang cinta tanah air hendaknya lebih
semangat dalam menabung serta aksesoris yang
menyukai kebudayaan sendiri daripada mengagung-
telah dikoleksi dapat dijual kembali dengan harga
agungkan kebudayaan asing. Bukankah kebudayaan
yang tinggi.
sendiri juga tidak kalah menarik?. Sedangkan
Menurut para pelaku Wibu, Wibu terdapat menjadi
dampak positifnya bagi negara yaitu terjalinnya
tiga bagian yaitu Wibu tertutup, Wibu terbuka dan
silaturahmi yang baik dalam bidang budaya di
Wibu
antara kedua negara hingga terciptanya perdamaian
Anime
Fanatik.
secara
Wibu
umum
terbuka
yang
ini
dapat
diklasifikasikan mereka atau pelaku yang menyukai MAJALAH SANSKERTA
mengetahui yaitu
pelaku
bahwa yang
terhadap masa lalu.
21
EDISI AKHIR TAHUN
orang sangat
tersebut menyukai
FORUM DISKUSI
ASIAN WAVE DAN M Sebagian besar literatur tentang gelombang kebudayaan dari Asia Timur, seperti Korean Wave, melihat fenomena budaya ini sebagai perluasan industri budaya yang mencakup perluasan budaya, ekonomi dan akhirnya pemberdayaan sebuah bangsa. Apa yang mereka sebut sebagai budaya antar-Asia, secara kritis menunjukkan efek yang diinginkan dari strategi industri negara yang dirancang dengan baik untuk mengekspor produk hiburan ke luar negeri. Asia dijadikan sebagai pasar utama bagi mereka yang merambah pasar budaya demi uang. Ekonomi adalah dasar dari fenomena Asian Wave. Ditengah modernisasi dan globalisasi ini, para anak muda mendapati diri mereka terus-menerus dibombardir dengan informasi dan pengetahuan baru yang sering kontras dengan nilai dan makna tradisional yang ada dan mulai berkurang. Kehidupan sehari-hari mereka menjadi tempat negosiasi, kontestasi, dan ketegangan di mana mereka dipaksa untuk secara aktif terlibat dalam aktivitas refleksivitas intrinsik manusia yang memerlukan penemuan kembali dan proyeksi imajinatif diri mereka sendiri sebagai cara untuk memahami kondisi kehidupan mereka. Konfrontasi dengan meningkatnya arus media dan budaya asing dengan demikian menimbulkan ketidakpastian yang lebih besar, kemudian memicu dan mendorong kesadaran refleksif yang meningkat tentang dunia sekitarnya. Produksi lokal juga gagal memenuhi tuntutan akan hiburan dan produk budaya populer generasi muda yang meningkat. Asian Wave tiba tepat pada waktunya untuk membuka ruang langka (fandom) untuk dinikmati kaum muda dan kemudian didorong ke menciptakan makna baru dan membayangkan kemungkinan baru untuk mengubah kondisi hidup mereka. “Pelanggaran” proses refleksi diri dan konstruksi kesenangan, dengan demikian mewujudkan Asian Wave sebagai bentuk baru imperialisme budaya yang dimungkinkan melalui “pelukan sukarela” dari para penonton aktifnya. Westernisasi dalam Asian Wave juga mempengaruhi budaya dalam hal agama, media sosial, makanan, pernikahan, dan citra diri dalam kaitannya dengan kesuksesan. Ketenaran dan kesuksesan ditentukan oleh seberapa populer Anda di Amerika, bukan hanya seberapa populer Anda di negara asal Anda. Bintang-bintang yang benar-benar “berhasil” adalah mereka yang tampil show di Amerika, syuting film Amerika, atau berkolaborasi dengan musisi Amerika. ARTAQI BI IZZA AL ISLAMI
MASA DEPAN KITA Asian Wave dapat dinyatakan sebagai efek domino dari kapitalisme global. Asian Wave saya artikan sebagai dominasi budaya popular sebagai jalan baru bagi kapitalisme membentuk budaya konsumsi. Dalam tulisan saya sebelumnya, Asian Wave menciptakan masyarakat konsumer yang hidup tergantung terhadap ketergantungan atas produksi kapital. Ini membuat masyarakat dunia, khususnya Indonesia hidup dari identitas semu budaya ‘ketimuran yang barat’. Lalu apa respon kita kedepan agar dapat menyesuaikan diri dengan realitas semacam itu? Sebelum masuk lebih dalam terkait realitas Asia Timur yang mengusung semangat kapitalisme, mari kita bicarakan kenapa hal itu dapat terjadi. Setelah Perang Dingin, beberapa negara di Asia Timur mengalami perubahan cara berpikir antara negara satu dan yang lain. Dapat diumpamakan cara berpikir itu membuat Soul terasa begitu dekat dengan Taipei ketimbang Soul dan Pyongyang. Rivalitas berkelanjutan ini berdampak kepada produk-produk Asian Wave yang masuk ke Indonesia. Hal ini menimbulkan kesamaan perspektif dengan yang produktor. Contohnya, banyak penikmat drama Korea yang menganggap Korea Utara sebagai antek komunis yang kejam dan tertinggal. Dampak itu semua bagi Indonesia adalah kita akan terus bergantung kepada sang produktor. Hal ini bukan suatu yang baik jika kita telah masuk kedalam ketidaksadaran terhadap realitas ini. Ketidaksadaran kita sering kali membentuk kita untuk selalu ingin membeli produk budaya dari dampak Asian Wave yang sebetulnya tidak memiliki esensi namun hanya simbol. Menanggapi tulisan Artaqi disamping, saya melihat produk Asian Wave adalah pembaratan terselubung berkedok budaya ketimuran yang dibenarkan. Dapat dibayangkan sebuah kondisi masyarakan yang hybrid memiliki hukum tunggal yaitu mempengaruhi atau dipengaruhi. Budaya populer Asia akan memberikan realitas kebenaran paradoks dan sikap-sikap imajinatif. Kesadaran akan problem-problem epistemologis akan menciptakan cara pandang baru yang menjadi kontra narasi terhadap realita yang ada.
RAYMIZARD ALIFIAN FIRMANSYAH
RESENSI
Hotaru No Haka:
Tentang Mereka Yang Kalah Perang OLEH IRVAN MAULANA
'Hotaru No Haka' atau dalam bahasa
dah tidak berguna atau tidak bisa menghasilkan
Inggris nya diterjemahkan menjadi 'Grave of The
harta maka hanya perlu menunggu ajal men-
Fireflies'
jemput saja dengan keadaan kelaparan serta pe-
merupakan
sebuah
cerpen
semi-
autobiografi dari Akiyuki Nosaka yang diterbitkan
sakitan.
pada 1967. Kisah ini oleh Studio Ghibli kemudian dialih wahanakan menjadi sebuah Film Anime berjudul sama dengan Isao Takahata sebagai sutradaranya. Meskipun film ini telah rilis sejak 1988, namun kepopuleran film ini masih berlanjut hingga hari ini.
Dampak dari pandangan masyarakat Jepang ini bisa dilihat bagaimana nasib 2 tokoh utama film ini yang memang hanya seorang anak kecil yang bahkan dalam film harus berjuang sendirian sebab orang tuanya mati karena perang, juga kerabat dekatnya hanya menganggapnya se-
Film ini berkisah mengenai 2 orang anak
bagai
beban
sebab
tidak
bisa
bekerja
kecil bernama Seita dan Setsuko, kakak beradik
menghasilkan harta. Sungguh perang pada akhirn-
yang merupakan anak dari seorang perwira
ya benar-benar akan mematikan rasa kemanusi-
angkatan laut Jepang. Berlatar pada akhir masa
aan di dalam diri setiap orang, ketika mereka
Perang Dunia Ke-2 ketika Jepang menuju akhir
dipaksa untuk bertahan hidup manusia mulai
kekalahannya. Peristiwa Pengeboman Kota Kobe
menunjukkan sifat aslinya.
menjadi latar berbagai rentetan peristiwa memilukan dalam film ini. Kita disini akan dibawa tentang bagaimana nasib serta kondisi masyarakat Jepang ketika menghadapi situasi yang sangat sulit untuk bertahan hidup. Baik itu pria-wanita atau anak-anak dan orang dewasa, semuanya berjuang untuk bisa bertahan hidup tanpa memikirkan orang-orang disekitarnya. Kita akan melihat sisi kelam masyarakat Jepang dimana mereka yang bisa bekerjalah yang bisa dihargai, bila dirimu su-
MAJALAH SANSKERTA
24
Meskipun film ini berlatar tentang peperangan, namun jangan harap bisa menemukan adegan-adegan selayaknya film-film Indonesia yang berlatar waktu peperangan seputaran tahun 1945 an yang orang-orang nya mengidap sindrom mesianism yang bersama-sama selalu penuh semangat terus berjuang guna melawan musuh bersama. Di film ‘Hotaru No Haka’ ini seperti yang sudah disinggung di atas, suasana pasca perang digambarkan sangat suram. Kita bisa melihat
EDISI AKHIR TAHUN
adegan dimana banyak mayat yang ter-
gat mendukung setiap adegan yang terjadi.
tidur kaku di stasiun kereta bawah tanah, tiap orang yang acuh terhadap sesamanya bahkan saudaranya sendiri, anak-anak korban perang tanpa orang tua akhirnya hanya terlunta-lunta berjuang sendiri tanpa mendapatkan bantuan, bahkan satu-satunya harapan yang disinggung di film
ini
akhirnya
berujung
kandas
ketika
mendengar kabar kekalahan Jepang dan menyerah tanpa syarat.
Semua dibungkus secara apik oleh sang sutradara hingga penulis kesulitan untuk mencari aspek kelemahan dari film ini. Karena memang dari segi cerita, sang sutradara berhasil menyampaikan dengan baik apa yang dirasakan oleh penulis cerita hingga bisa membuat emosi para penonton turut bergejolak melihat perjuangan hidup kakak beradik ini. Disini bisa kita lihat bahwa memang yang paling dirugikan saat perang
Dari aspek visual, seperti karya Studio
adalah anak-anak kecil yang mati ditelan realitas
Ghibli lainnya. Film ini tentu memiliki gaya ani-
kejam keserakahan manusia. Dan tentu saja, sa-
masi yang sama dengan karya-karya Studio Ghibli
yangnya kisah ini tidak pernah bisa kita baca se-
yang lain. Sebuah visual yang memang tidak
bagai gambaran historiografi peperangan yang
pernah ketinggalan zaman, meskipun sudah ta-
tertimbun narasi-narasi slogan heroisme, patri-
yang sejak 1988 namun hingga kini masih enak
otisme, serta segala nasionalis lainnya. Justru
untuk dinikmati tanpa perlu memikirkan kualitas
anak-anak tanpa orang tua inilah menjadi yang
visual nya. Audio serta musik dari film ini juga san-
kalah dari yang paling kalah.
Sumber: imdb.com
MAJALAH SANSKERTA
25
EDISI AKHIR TAHUN
OLEH IRVAN MAULANA
MAJALAH SANSKERTA
26
EDISI AKHIR TAHUN
Made in China Made in Korea Made in Japan