Samaritan Edisi 1 Tahun 2021

Page 1

COVER

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

1


RESENSI Allah Mengendalikan Apa yang Sedang Kita Alami Judul Asli: The Gift of Hard Things Judul Terjemahan: Karunia Penderitaan: Menemukan Allah dalam Situasi Sulit dan Mencekam Penulis: Mark Yaconelli Halaman: 166 halaman, soft cover Penerbit: Literatur Perkantas Cetakan pertama: 2019

serta membuat kita bisa menilai pesan dari cerita ini dari perspektif yang lebih luas.

B

agi Anda yang kebetulan suka mendengarkan storytelling atau podcast, mungkin Anda pernah mendengar channel Home Bound Oregon dan sudah tidak asing dengan pengarang buku ini. Mark adalah seorang penulis, pembicara, pelatih dan aktivis dalam bidang sosial, keluarga, dan komunitas. Dalam bukunya, Mark ingin membahas sisi lain yang sering tidak terlihat saat sedang melalui pengalaman yang menyulitkan. Isi buku ini tidak semuanya pengalaman yang “menyulitkan” tetapi juga pengalaman yang menyebalkan, melelahkan, atau membosankan namun penulis dapat mengulas berbagai situasi tersebut untuk menghubungkannya dengan karunia Allah. Yang unik dari tulisan Mark adalah dua-per-tiga dari setiap bab dalam buku ini berisi mengenai kisah atau cerita perumpamaan, diikuti dengan sepertiga lebihnya berisi refleksi dan referensi Alkitab dari kisah yang diceritakan. Hal ini membuat buku ini menjadi mudah dimengerti,

2

Buku ini terbagi dalam sepuluh bagian, dengan berbagai situasi lalu diikuti dengan petunjuk agar kita memperhatikan pesan yang penting untuk kita aplikasikan atau untuk kita ingat. Keahlian penulis dalam storytelling sungguh sangat menolong dalam menyampaikan pesan dengan mendalam, terkadang lucu, dan selalu mengena. Buku ini ditulis untuk membantu pembacanya cara untuk mundur sejenak dan merasa aman untuk menaruh kasih, tersenyum pada diri sendiri, mengetahui bahwa Allah mengendalikan apa yang sedang kita alami dengan pengertian, kelembutan, dan ke-Mahakuasaan-Nya. Untuk menyadari bahwa kebaikan, kemurahan, kesabaran, dan semua buah Roh tersedia setiap saat untuk kita. Dan yang ajaib adalah setelah membaca buku ini rasanya sebuah situasi sulit menjadi lebih terlihat sebagai “Gift” daripada “Hard Things”. Selamat membaca. Oleh: dr. Elia A. B. Kuncoro, Sp.Onk.Rad

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


Samaritan diterbitkan sebagai sarana informasi dan pembinaan bagi mahasiswa dan tenaga medis Kristen Penerbit Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas Pemimpin Umum dr. Lineus Hewis, Sp.A Redaksi DR. dr. Lydia Pratanu Gunadi, MS dr. Maria Irawati Simanjuntak, Sp.PD-KIC dr. Eka Yudha Lantang, Sp.AN Ir. Indrawaty Sitepu, MA dr. Elia A.B. Kuncoro, Sp.Onk.Rad drg. Karmelia Nikke Darnesti, MKM dr. Benyamin Sihombing, MPH Naomi Fortuna Kaber, ST, MCM dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu dr. Sepriani Timurtini Limbong dr. Kurnia Baraq, M.Med Redaksi Pelaksana Thomas Nelson Pattiradjawane Sekretaris Redaksi Christie Tiarmalia Limbong, S.Sos Dra. Jacqueline Fidelia Rorimpandey Alamat Redaksi Jl. Pintu Air Raya No. 7 Blok C-5 Jakarta 10710 Tel: 021-345 2923, Fax: 021-352 2170 email: pmdn_perkantas@yahoo.com FB: Medis Nasional Perkantas Twitter: @MedisPerkantas

DAFTAR ISI: RESENSI - Allah Mengendalikan Apa yang Sedang Kita Alami

2

DARI REDAKSI

4

ATRIUM - Berjalan Dalam Ketidakpastian

5

FAKTUAL - Menjadi Resilien Melalui Pandemi COVID-19

8

UNTAIAN FIRMAN - Pembentukkan Allah di Padang Gurun

10

KESAKSIAN - Keluar dari Zona Nyaman

13

INFO MEDIS - Mengenal Tipe Vaksin

17

LAPORAN - Taks Force COVID-19 PERKANTAS: Update Report

19

DARI SUKU KE SUKU - Orang Patani: Saling Bertukar Kue

23

TEROPONG DOA

25

HUMORIA

27

HISTORIA - Perjalanan Si “Gigi Palsu”

28

ANTAR KITA - Jakarta ke Stockholm: Merasakan pimpinan Tuhan yang melampaui jarak ribuan mil

30

ANTAR KITA - Selamat Ulang Tahun

31

PEMAHAMAN ALKITAB - Penyertaan dan Kuasa Allah Cukup

36

RENUNGAN PASKAH - Tuhan Yesus Peduli

41

Cover & Layout Hendri Wijayanto *Freepik

Bagi sahabat PMdN yang rindu mendukung PMdN melalui majalah SAMARITAN, dapat mentransfer ke BCA, KCP. Pintu Air Rek. 106 330 5000 a.n. Yayasan Perkantas Bukti transfer mohon dikirim melalui fax atau email dengan nama dan alamat pengirim yang lengkap SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

3


DARI REDAKSI Sudah satu tahun lebih, pandemi COVID-19 melanda kehidupan kita. Siap atau tidak, suka atau tidak, kita harus menjalani kehidupan – kebanyakan dari dalam rumah – dalam ketidakpastian, kesepian, kekhawatiran, ketakutan, kepanikan (khususnya bila ada anggota keluarga yang terinfeksi), dan sangat mungkin, kehilangan harapan bagi masa depan. Tidak ada seorang pun yang dapat memastikan kapan pandemi ini akan berakhir, dan berapa besar kerusakan yang diakibatkannya dalam lingkup kesehatan, ekonomi, perdagangan, pariwisata, olahraga, kehidupan sosial, agama dan budaya. Di tengah situasi tidak menentu inilah semua orang, termasuk orang Kristen, dipaksa (atau terpaksa?) berdapatasi dengan pola kehidupan yang tidak seperti biasa dan di luar kendali dan kemampuannya. Sebagai tenaga kesehatan, tentunya, kita jangan beradaptasi saja, apalagi hanya berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa yang sifatnya kontributif bagi orang lain dan dunia di sekitar kita. Samaritan kali ini berusaha menuliskan artikel-artikel yang sifatnya dibuat serelevan mungkin dengan suasana yang sedang kita hadapi, yaitu ketika banyak orang sedang bingung, hidup dalam ketidakpastian, dan bertanya-tanya : “Mengapa Tuhan seakan membiarkan pandemi ini terjadi?” Kiranya tulisan-tulisan ini bermanfaat dan menguatkan iman serta menuntun kita untuk melanjutkan tugas dan panggilan-Nya. Selamat membaca, salam sehat.

4

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


ATRIUM

Berjalan Dalam Ketidakpastian Oleh: dr. Benyamin Sihombing, MPH

T

etapi Musa berkata kepada Allah: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” Lalu firman-Nya: “Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini (Keluaran 3:11-12). Bro and Sist, kalau saya menjadi Musa, saya juga bakal ngeri untuk menerima tugas membawa Israel keluar dari perbudakan Mesir dan akan menolak mission impossible ini. Dalam bahasa kita sekarang, sebenarnya Musa mau bilang: “Cari orang lain sajalah, Tuhan.” Mengapa menolak? Karena empat alasan masuk akal. Pertama, Firaun dan Mesir adalah raja dan kerajaan besar dengan militer terkuat pada saat itu. Mereka sudah punya kereta perang yang ditarik 2 ekor kuda, yang merupakan tulang punggung militer Mesir, SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

Designed by pch.vector / Freepik

sesuatu yang cukup maju di zaman itu. Siapa yang berani macam-macam dengan Mesir saat itu? Kedua, Musa memiliki catatan kriminal di masa mudanya di Mesir. Ini mau tak mau menyebabkan dia harus menjadi pelarian politik meninggalkan Mesir dan menetap di Midian. Kalau dia harus kembali ke Mesir dan menghadap Firaun seperti Firman Tuhan, belum sampai istana bisa jadi dia sudah di amankan intel kerajaan. Ketiga, pengalaman buruk Musa saat membela kaumnya dengan membunuh orang Mesir. Musa justru dilaporkan oleh kaum Israel sendiri ke pihak Penguasa, sambal berkata : “Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami?”. Sungguh tak tahu diri umat Israel ini dan tidak punya rasa nasionalisme, mungkin pikir Musa. Siapa yang mau memimpin umat yang seperti ini? Kalaupun mau, apakah aku mampu, memimpin gerombolan yang tegar tengkuk ini? Kalau yang tegar tengkuk, satu, 5


ATRIUM dua orang sepertinya bisa di-manage, tapi kalau hampir semuanya? Dalam KBBI, tegar tengkuk maksudnya adalah keras kepala, tidak mau menurut. Ungkapan ini bukan berasal dari Musa tetapi dari Tuhan sendiri (Keluaran 33:3,5), jadi kaum Israel yang tegar tengkuk ini, confirmed. Ini penilaian Allah. Keempat, umur Musa sudah tak muda lagi, 80 tahun. Membayangkan perjalanan panjang yang harus dilalui umat Israel ke tanah Tuhan janjikan dan harus berperang dari pemiliknya, logikanya butuh pemimpin muda dan kuat untuk tugas itu. Negeri tujuan bukan tanpa kepemilikan, tapi milik bangsa-bangsa lain, yakni orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. Ini bakal panjang urusannya didepan. Jadi Bro and Sist, kalau kita mencoba “berdiri diatas sepatu Musa”, maka sebenarnya penolakan awal Musa untuk misi ini sangat masuk akal dan didukung oleh fakta-fakta aktual. Siapa yang bisa memastikan bahwa Musa bakal selamat pulang saat menghadap Firaun di kerajaannya, mengingat catatan kriminal masa lalunya dan sensifitas permintaan yang dia ajukan untuk membebaskan umat Israel? Siapa yang bisa memastikan umat Israel yang tegar tengkuk itu mau dipimpin Musa kali ini? Siapa yang bisa memastikan fisik Musa tetap kuat dalam perjalan panjang menuju Kanaan? Jangan-jangan justru menjadi beban umat di padang gurun yang tidak ada puskesmas atau rumah sakit yang bisa didatangi kalau kondisi fisiknya tibatiba menurun. Siapa yang bisa memastikan bahwa mereka cukup terlatih dan punya alutsista memadai untuk merebut tanah yang di janjikan Tuhan itu dari tangan bangsa pemiliknya? Tidak ada kepastian untuk semuanya ini. Fakta-fakta nya memang 6

demikian, dan itu semua bukan hoax. Misi perjalanan Israel keluar dari Mesir menuju Kanaan penuh ketidakpastian. Banyak hal yang diluar kendali Musa dan Israel. Kabut tebal menyelimuti didepan. Berjalan dalam ketidakpastian ini, bukan sesuatu yang jarang terjadi dalam Alkitab. Sering kali Allah memanggil anak-anakNya atau kadang Dia memaksa anak-Nya untuk masuk dalam situasi ketidak pastian, dimana kendali terhadap situasi sama sekali berada diluar umat-Nya. Abraham juga dipanggil keluar dari tanah leluhurnya Ur untuk menuju tanah perjanjian dan saat itu dia berumur 75 tahun. Kalau saat dulu sudah ada peta yang valid seperti sekarang ditambah dengan GPS, mungkin perjalanan itu masuk akal untuk dijalani dan mudah mengambil keputusan, tapi kondisi saat itu tidak seperti sekarang. Terlalu banyak yang tidak pasti-nya. Terlalu banyak yang berada diluar kendalinya. Yusuf juga dipaksa untuk mengalami hal yang mirip, yakni ketidakpastian perjalanan hidupnya. Dijual saudara-saudaranya ke pedagang Midian, menjadi hamba di rumah Potifar, pejabat tinggi Mesir. Masuk penjara karena fitnah istri Potifar. Situasi yang tanpa harapan yang jelas, karena hidupnya berjalan diluar rencana yang dia rencanakan. Kontrol terhadap hidupnya, bukan ditangannya tapi bergantung pada situasi dan kekuatan pengaruh dan politik disekitarnya. Petrus juga ketika diminta Tuhan Yesus untuk menggembalakanlah domba-dombaNya, dengan pesan, ”Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kau kehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


ATRIUM ke tempat yang tidak kau kehendaki” (Yoh. 21:18). Petrus dalam pelayanan penginjilan akan dibawa kepada sesuatu yang tidak pasti, yang diluar kendalinya. Bukan hanya pelayanannya, tapi juga hidupnya, berada dalam ketidakpastian. Namun ditengah ketidakpastian tersebut Allah menjanjikan penyertaan-Nya kepada Musa dan kepada anak-anak-Nya yang lain, karena penyertaan Tuhanlah jawaban satusatunya dalam menghadapi ketidakpastian. Mungkin banyak kita yang bergumam dalam hati: “Gak ada yang lebih pasti lagi, nih selain penyertaan Tuhan? Misalnya, Tuhan menjanjikan keberhasilan dengan mudah sampai ke Kanaan dengan mujizat atau keberhasilan mencapai hasil akhir”. Bro and Sist, bisnis Tuhan untuk umat-Nya bukan hasil akhir, bukan keberhasilan, tapi relasi. Dia ingin berelasi lebih intim dengan umat-Nya. Dan untuk suatu relasi, butuh perjanjian kedua belak pihak: anugerah penyertaan dari Tuhan dan ketaatan atau iman dari umat. Itu adalah inti perjalanan umat Israel menuju Tanah Perjanjian dan itu juga inti dari perjalan kerohanian kita orang percaya menuju tempat yang Tuhan janjikan pada anak-anak-Nya. Tidak ada kawah candradimuka yang akan membawa umat Tuhan pada relasi yang lebih dekat denganNya kecuali ketidakpastian. Dimana kondisi ini membuat kita harus bergantung pada penyertaan-Nya, karena hidup berada di luar kendali kita. Dimana kita harus menyerah karena ketidakberdayaan kita dan hanya berharap pada penyertaan-Nya. Amankah penyertaan Tuhan? Kalau kita memandang aman dari sisi tidak celaka saja di masa ketidakpastian ini, mungkin jawabnya bisa ya dan tidak… ya tidak pasti lagi! Karena memang Allah tidak pernah menjamin kita akan selalu sehat, sukses SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

atau mengalami kemudahan. Itu bukan tujuan Allah. Tapi kalau kita memandang aman dalam konteks yang benar, bahwa relasi kita semakin dekat dengan Tuhan dan pertumbuhan dalam keserupaan dengan Kristus, maka kita akan benar-benar aman. Aman ditangan Tuhan, itu suatu kepastian. Saat pandemi COVID-19 ini terjadi, bukan satu orang atau sekelompok kaum atau satu suku bangsa yang masuk dalam ketidakpastian, tapi kali ini seluruh dunia dipaksa Tuhan untuk menjalani ketidakpastian. Memasuki tahun ke-2 dunia masih belum melihat titik terang, walaupun sudah ada vaksin namun varian virus ini semakin menyebar luas. Kapan pandemi berakhir? Tidak pasti. Apakah aku dan keluargaku akan selamat melewati masa ini? Apakah pekerjaanku akan tetap ada? Tidak pasti. Namun Bro and Sist, seperti kesaksian umat Allah di dalam Alkitab dan kesaksian anak-anak Tuhan setelahnya, Tuhan selalu memberikan penyertaanNya. Allah tidak memberitahukan kapan situasi ketidakpastian ini berakhir dan bagaimana masa depan kita setelah itu, untuk meneguhkan kita. Namun, saat kita tidak tahu jalan yang harus ditempuh dan diperhadapkan pada keputusan sulit, Allah tidak ingin kita meraba-raba dalam kegelapan. Dia ingin kita untuk mempercayai penyertaan-Nya setiap saat dan masuk dalam relasi yang lebih intim lagi bersamaNya. Bro and Sist, bagaimana kisah relasi Musa dengan Allah setelah akhirnya menjalani perjalanan ketidakpastian dari Mesir ke Tanah Perjanjian? “Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel… (Ulangan 34:10). Ah.. indahnya. 7


FAKTUAL

Menjadi Resilien Melalui Pandemi COVID-19 Oleh: dr. Sepriani Timurtini Limbong

P

andemi COVID-19 memperhadapkan kita, tenaga kesehatan, pada tekanan, ketidakpastian, penderitaan, dan kematian hampir setiap hari. Hal ini pun menimbulkan ketakutan dan kecemasan sehingga tak jarang para dokter dan dokter gigi mengalami masalah mental, burnout, hingga depresi. Survey di Amerika menyebutkan dua pertiga dokter mengakui bahwa pandemi membuat mereka lebih mudah mengalami emotional burnout.1 Di Indonesia sendiri, lebih dari 80% tenaga kesehatan mengalami sindrom burnout derajat sedang dan berat selama masa pandemi COVID-19 dan hal tersebut berisiko mengganggu kualitas hidup.2 Kita bisa jadi salah satu di antaranya. Sejatinya, penderitaan dan kesulitan adalah sesuatu yang ”normal” terjadi di dunia ini. Alkitab sendiri telah menuliskan bahwa kita akan mengalami penderitaan selama masih hidup di dunia yang sudah jatuh dalam dosa.3 Akan tetapi, kita dipanggil untuk tetap bertekun di dalam iman4 dan tetap setia. Untuk itu, kita perlu memiliki kemampuan menjadi resilien agar tetap bertumbuh, meski dalam ketidakpastian. Menurut Merriam-Webster Dictionary, resilience adalah kemampuan tubuh untuk memulihkan bentuk dan ukurannya setelah mengalami deformasi, utamanya yang disebabkan oleh stres kompresif.5 Kata tersebut berakar dari bahasa Latin yaitu resilire yang artinya ”to jump back or to recoil” atau melompat kembali. Hal ini pun dianalogikan dengan kemampuan seseorang untuk bertahan menghadapi beragam

8

kondisi dan beradaptasi di dalamnya. Menjadi tenaga medis yang resilien amat penting agar terus berdaya selama masa pandemi yang belum jelas kapan akhirnya ini. Secara khusus, bagi tenaga medis Kristen, menjadi resilien akan membuat pelbagai penderitaan yang dialami menjadi kesempatan untuk bertumbuh, berbuah, dan memuliakan Allah.6 Lantas, bagaimanakah caranya mengembangkan resiliensi di tengah kondisi pandemi? 1. Berpegang pada karakter Allah Alih-alih berdasar pada optimisme dan pikiran positif yang semu, resiliensi pada orang percaya berawal dari Sang Pemilik Hidup, yakni Allah sendiri. Mengingat akan Dia dan berpegang pada karakterNya akan menjadi sumber pengharapan dan kekuatan kita. Dialah Allah yang kudus, setia, berlimpah kasih dan rahmat. Dia Allah yang berdaulat atas segala sesuatu dan yang tidak berubah kemarin, hari ini, dan sampai selamanya. Saat dunia kita bergoncang, kita ditekan dari berbagai sisi, satu hal yang menjadi tempat peristirahatan adalah Diri-Nya sendiri. SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


FAKTUAL 2. Tetap lakukan disiplin rohani Sekelompok otot akan kuat menahan beban bila dilatih secara disiplin. Demikian pula dengan ketahanan rohani atau resiliensi, bagaimanapun juga disiplin rohani tetap harus dilakukan dengan setia. Sesibuk apapun Anda, jangan lupakan waktu teduh. Tenggelamkan diri dalam firman Tuhan, ambil beberapa ayat atau perikop untuk diingat, dan perkaya kehidupan doa kita setiap hari. Firman Tuhan yang Anda ingat dan simpan di hati akan bekerja lebih nyata dibanding kata-kata motivasi paling indah sekalipun, karena perkataan Allah memiliki kuasa dan mampu mentransformasi diri kita. 3. Tetap bersekutu Pembatasan sosial di masa pandemi tentu berdampak pada kehidupan sosial kita, termasuk dalam lingkung persekutuan Kristen. Namun, kita tetap memerlukan keberadaan orang percaya lainnya, untuk saling menguatkan, menasihati, menegur, menghibur, dan mengingatkan. Karena itu, tetaplah pelihara hubungan Anda dengan orang percaya lainnya dan jangan menjauh dari persekutuan dan gereja. Selalu ada cara untuk tetap melakukan KTB, kelompok PA, atau persekutuan doa di era serba online saat ini. 4. Kurangi ”bising” informasi Kita ada di zaman di mana informasi datang seperti tsunami, membanjiri gawai kita setiap hari. Tak semua informasi ini penting dan mendesak untuk diketahui. Bijaklah memilah informasi mana yang ingin kita terima serta update pengetahuan yang hendak diketahui, dengan berita lain yang hanya memenuhi pikiran dan menambah beban emosi kita. Bila perlu, batasi screen time Anda khususnya di malam hari dan di akhir pekan. SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

5. Merawat tubuh Hal yang juga penting untuk membangun resiliensi adalah ketahanan fisik. Lakukanlah aspek fisik untuk mengembangkan resiliensi, seperti mengonsumsi makanan sehat, cukup istirahat, dan berolahraga. Neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, dan norepinefrin akan dilepaskan saat melakukan latihan fisik dan hal tersebut akan menimbulkan rasa nyaman dan mood yang lebih positif. Ini pun adalah anugerah dari Allah atas tubuh kita. Sambutlah anugerah tersebut dengan rasa syukur saat Anda mengalaminya. Dalam bukunya yang berjudul ”The Roots of Endurance”, John Piper menuliskan “God’s grace is first the gift of pardon and imputed righteousness; then it is the gift of power to fight the good fight and to overflow in gooddeeds”. Allah begitu mengasihi kita sehingga Anak-Nya yang tunggal diberikanNya untuk menjadi tebusan bagi dosa kita. Kasih karunia dan anugerah yang sama pula juga akan menopang kita di masa yang penuh ketidakpastian dan menolong kita menjadi murid Kristus yang resilien. Hingga akhirnya, kita dapat mengakhiri pertandingan yang baik, mencapai garis akhir, dan telah memelihara iman.7 Soli Deo Gloria!. Sumber: 1. COVID-19 is increasing physician burnout. Available at https://www.aafp.org/journals/fpm/blogs/ inpractice/entry/covid_burnout_survey.html 2. https://fk.ui.ac.id/berita/83-tenaga-kesehatanindonesia-mengalami-burnout-syndrome-derajatsedang-dan-berat-selama-masa-pandemi-covid-19. html 3. Yoh. 16:33; 2 Tim. 1:8 4. Kis. 14:22 5. https://www.merriam-webster.com/dictionary/ resilience 6. 1 Pet. 4:11, 2 Tes 1:11-12 7. 2 Tim. 4:7

9


UNTAIAN FIRMAN

Pembentukkan Allah di Padang Gurun

J

alan hidup tak selalu tanpa kabut yang pekat. Jalan hidup tidak selalu mulus. Kadang berkelak-kelok dan menanjak. Bahkan tidak sedikit yang mengalami perjalanan melewati padang gurun. Perjalanan yang melelahkan, membuat kita seperti kehilangan arah. Kalau kita bisa memilih, tentu kita akan memilih jalan hidup yang selalu lancar, penuh keceriaan dan cepat menuju keberhasilan dan kebahagiaan. Akan tetapi faktanya seringkali tidak demikian. Di dalam Keluaran 13:17, setelah Firaun membiarkan bangsa Israel pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat menuju Tanah Perjanjian. Alasannya karena Allah tidak mau bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka memutuskan kembali ke Mesir. Pada waktu itu jalan ke negeri orang

10

image: Freepik.com

Oleh: Ir. Triawan Wicaksono, M.Div

Filistin adalah jalan yang dipenuhi dengan kota berkubu atau kota pertahanan Mesir yang berisi pasukan tangguh siap tempur. Bila Allah menuntun mereka melewati jalan itu, mereka bisa mengalami ketakutan dan keputusasaan karena harus menghadapi peperangan, sesuatu yang tidak pernah mereka alami di Mesir. Bila ini terjadi akibatnya akan membuat Israel bersungutsunggut, sehingga bukannya berjalan maju, mereka bisa memutuskan untuk kembali ke Mesir. Walaupun Mesir adalah tanah perbudakan, sadar atau tidak telah menjadi zona nyaman mereka selama ratusan tahun. Kita tahu berkali-kali Israel kecewa, bersungut-sungut dan ingin kembali ke Mesir. Ketika Israel baru keluar dari Mesir, Firaun tidak tinggal diam. Dia mengejar Israel. Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


UNTAIAN FIRMAN ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN, dan mereka berkata kepada Musa: “Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.” (Kel. 14:10-12). Ini adalah sungut-sungut yang pertama ketika Israel baru saja keluar dari tanah Mesir dan menghadapi kejaran pasukan Mesir. Mereka begitu ketakutan sehingga berpikir lebih baik tetap di Mesir sebagai budak, ketimbang mati di padang gurun. Mata hati mereka masih terfokus kepada masalah dan bukan kepada Allah yang berkuasa. Bukankah mereka baru saja melihat kekuatan tangan TUHAN yang diacungkan kepada bangsa Mesir melalui sepuluh tulah? Bukankah mereka seharusnya percaya bahwa TUHAN yang sanggup membawa mereka keluar dari Mesir adalah TUHAN yang sama yang akan memimpin perjalanan hidup mereka seterusnya? Ketika mereka tiba di Mara, mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Lalu bangsa itu kembali bersungut-sungut kepada Musa, kata mereka: “Apakah yang akan kami minum?” (Kel. 15:24). TUHAN tidak marah kepada Israel, melainkan menolong Israel dengan menunjukkan kepada Musa sepotong kayu, yang kemudian dilemparkan ke dalam air sehingga air yang pahit itu menjadi manis. Tidak lama kemudian ketika mereka tiba di padang gurun Sin, mereka kembali SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

bersungut-sungut. Mereka berkata, “Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.” (Kel. 16:2-3) Sungut-sungut yang ketiga ini, berbeda dari yang pertama dan yang kedua. Di dalam perjalanan mereka di padang gurun Sin, bangsa Israel teringat akan makanan yang dapat mereka nikmati ketika mereka masih berada di tanah Mesir. Ini adalah ironi. Seolah-olah mereka lupa bahwa mereka sangat menderita ketika diperbudak di Mesir. Seola-olah mereka lebih senang diperbudak di Mesir, asalkan mereka bisa makan daging dan roti sampai kenyang. Inilah hidup manusia, seringkali ironis. Kesulitan dan masalah yang kita hadapi saat ini acapkali dapat membuat kita ingin kembali ke masa lampau, masa yang sebenarnya juga penuh dengan kesulitan. Kita bisa lupa bersyukur karena lupa kepada kuasa dan kebaikan Allah di masa yang lalu. Israel yang baru saja keluar dari Mesir itu masih rapuh secara rohani. Sungguh Israel tidak siap menghadapi kesulitan dan bahaya besar yang menanti mereka, jika Allah menuntun mereka melewati rute yang paling pendek. Mereka pasti akan begitu mudah meninggalkan Allah yang telah memanggil mereka keluar dari Mesir. Di sini kita dapat belajar tentang kasih Allah yang dinyatakan di dalam rencana-Nya yang sering kali tidak dapat kita selami. Jalan yang paling pendek belum tentu yang paling baik. Jalan yang melalui padang gurun dalam waktu yang lama, bisa jadi lebih baik. Allah mengarahkan mereka ke jalan yang 11


UNTAIAN FIRMAN sulit melalui padang gurun, dalam jangka pendek untuk membuat mereka terhindar dari perang. Namun untuk jangka panjang, ternyata Allah mempunyai maksud yang lebih besar. Allah menggunakan masa pengembaraan di padang gurun itu untuk mengajar dan mendewasakan umat yang telah Dia lepaskan dari perbudakan Mesir. Allah rindu Israel mengenal Allah yang peduli dan tidak akan membiarkan mereka. Allah mengharapkan Israel tumbuh menjadi bangsa yang percaya penuh dan taat kepada Firman-Nya. Seperti tertulis dalam Ulangan 8:2, ketika Musa mengingat kembali perjalanan di padang gurun selama 40 tahun, “Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.” Periode hidup di padang gurun di pakai TUHAN untuk menolong Israel mengenal diri mereka sendiri, untuk belajar mengenal Dia, belajar beriman dan taat kepada-Nya. Ini adalah proses belajar yang tidak mudah dan lama. Akan tetapi inilah yang sangat dibutuhkan oleh Israel sebelum mereka tiba dan menetap di Tanah Perjanjian. Tinggal di Tanah Perjanjian adalah satu hal yang sangat di idam-idamkan umat yang sudah lama diperbudak. Di Tanah Perjanjian, mereka bisa merdeka, lepas dari segala penindasan. Di Tanah Perjanjian mereka akan bisa makan, minum dan bergembira ria. Namun itu semua tidak akan berarti tanpa ketaatan kepada Firman Allah. Kita tahu mereka akhirnya harus kalah perang 12

dan mengalami pembuangan, ketika mereka tidak taat kepada Firman Tuhan. Jadi proses perjalanan di padang gurun ini adalah proses yang sangat penting agar Israel bukan hanya bisa memasuki dan memiliki Tanah Perjanjian, tetapi supaya mereka bisa terus memiliki, terus tinggal di tanah itu di dalam relasi yang dekat dan akrab dengan Allah. Tanpa relasi yang akrab dengan Allah, tanpa ketaatan kepada Allah, Israel, walau telah memiliki Tanah Perjanjian, pasti akan kehilangan tanah itu. Dan itu sudah terjadi dalam sejarah. Allah kita adalah Allah yang setia, sehingga apa pun yang kita hadapi, kita dapat mempercayai-Nya untuk memimpin dan memelihara kita. Kita mungkin tidak memahami mengapa kita dibawa menempuh jalan padang gurun, yang mungkin panas, kering, membuat kita lelah dan putus asa. Akan tetapi kita dapat percaya bahwa Dia menolong kita bertumbuh dalam iman dan kedewasaan di sepanjang perjalanan ini.

Tuhan, kami tak bisa melihat jalan di depan kami, jadi kami mau belajar untuk percaya bahwa itulah jalan yang yang terbaik untuk kami tempuh. Kuatkan dan ajarlah kami untuk taat dan untuk rela dipimpin dan diarahkan oleh-Mu. Amin.

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


KESAKSIAN

Keluar dari Zona Nyaman Oleh: dr.Joel Herbet M.H. Manurung, Sp.JP., FIHA di sana lantaran sharing beberapa senior dan pembicara.

“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para Rasul 1:8).

H

ampir 19 tahun lalu saya bersama pemimpin kelompok kecil saya di PMK Jatinangor dan beberapa utusan dari FK Universitas Kristen Maranatha mengikuti Kamp Medis Nasional di Batu, Malang. Pada kesempatan itu kami dibukakan kehidupan dan tantangan dunia medis ke depan. Selama beberapa hari kamp, saya memutuskan, setelah lulus dokter saya ingin mengabdikan ilmu saya ke daerah Timur Indonesia. Waktu itu saya merasa terpanggil untuk mengabdi bagi masyarakat SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

Seiring waktu, setelah saya lulus, saya mulai bekerja di klinik swasta di daearah Puncak, Jawa Barat. Saya mulai menikmati ritme kehidupan pekerjaan di sana dan lupa akan komitmen saya saat Kamp Medis tahun 2002. Tahun 2007, setelah hampir setahun saya bekerja, tiba-tiba saya mendapat telepon dari orang tua saya dan meminta saya mengikuti seleksi dosen dan salah satu FK yang membuka lowongan dosen saat itu adalah FK Universitas Cenderawasih (UNCEN). Sejujurnya saya sama sekali tidak pernah bermimpi akan menjadi seorang dosen FK, apalagi menjadi dosen FK di provinsi paling timur Indonesia. Namun karena tidak ingin mengecewakan orang tua saya yang juga seorang dosen, saya memutuskan untuk mengikuti seleksi tersebut dengan harapan akan gagal. Kenyataan berkata lain, saya bersama 3 teman sejawat lain saat itu diterima menjadi dosen dengan formasi FK UNCEN. Dari situlah awal saya mulai mengabdikan diri bagi tanah Papua sampai saat ini. Awal saya mengetahui bahwa saya diterima sebagai staf dosen, saya masih berpikir bagaimana caranya untuk membatalkan itu semua. Hati kecil saya merasa berat sekali untuk menerima kenyataan bahwa melalui serangkaian proses seleksi, Tuhan telah menempatkan saya untuk mengabdikan diri di Papua dan sudah punya rencana buat kehidupan saya. Sharing dengan teman-teman alumni di Perkantas Jayapura membuat saya akhirnya berani melangkah 13


KESAKSIAN

menjawab panggilan Tuhan di Papua. November 2008 saya resmi mengikuti diklat prajabatan dan mulai resmi bekerja sebagai dosen di FK UNCEN. Awal bekerja di Papua saya harus beradaptasi dengan kondisi masyarakat di sini yang tentunya sangat berbeda dengan kondisi asal saya. Saya berasal dari Medan (kehidupan dengan karakter yang keras), lalu kehidupan selama perkuliahan di Bandung telah banyak membuat perubahan dalam sikap saya. Saya memulai kehidupan nyata sebagai dokter di Papua dengan menjadi dokter PTT di daerah sangat terpencil, di Puskesmas Sowek, distrik Supiori Selatan, Kabupaten Supiori, Papua. PTT saya pilih saat itu karena cukup lama menunggu SK keluar dari Kementerian. Saat ini, 12 tahun setelah saya meninggalkan tempat itu, tidak ada seorang dokter pun di sana dan itu sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Puskesmas, rumah dinas 14

dokter dan staf, serta hampir seluruh masyarakatnya berada di atas air dan pulau-pulau kecil di sekitar puskesmas. Tidak ada listrik, sinyal telepon, dan air bersih menjadi kondisi sehari-hari di sana. Saya belajar banyak hal di sana, mengabdi dengan segala keterbatasan. Keterbatasan bukan hanya dalam sarana dan prasarana tapi juga sumber daya manusia. Seringkali saya harus melayani pasien dimulai dari membuka pintu puskesmas, periksa pasien, dan menyiapkan obat sendiri. Hal miris yang saya alami selama PTT adalah banyak alat medis seperti USG kebidanan dan bahan makanan yang harusnya bisa diberikan kepada masyarakat tetapi menjadi rusak di dalam gudang puskesmas. Aneh memang ada alat kesehatan yang membutuhkan listrik yang stabil tetapi listrik saja menyala hanya jika ada minyak untuk genset saat sore sampai tengah malam. Konflik di puskesmas mulai muncul saat saya dan dua teman sejawat menuntut penggunaan anggaran, bahan makanan tambahan, dan fasilitas puskesmas (contohnya ambulans puskesmas yang diparkir di daratan terdekat dengan puskesmas) secara baik dan bertanggungjawab. Walaupun tuntutan kami saat itu tidak bisa diterima dengan baik, tetapi pesannya sudah tersampaikan kepada semua pihak di puskesmas. Puji Tuhan, saat saya meninggalkan puskesmas, karena harus kembali ke FK UNCEN untuk mulai bekerja sebagai dosen, saya meninggalkan kesan bahwa menjadi tenaga kesehatan kristen harus memiliki intergritas yang penuh dalam menjalankan tanggung jawab sekalipun berisiko terhadap keselamatan diri sendiri. Kembali ke Jayapura sebagai dosen dan klinisi setelah PTT membuat saya lebih siap berhadapan langsung dengan kondisi yang lebih kompleks setelah banyak pelajaran SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


KESAKSIAN

berharga di puskesmas sangat terpencil di Papua. Dalam keseharian saya sebagai dosen, saya belajar hari demi hari menjaga integritas hidup. Saya menyadari bahwa tugas saya sebagai dosen bukan hanya mentransfer ilmu untuk mahasiswa tapi juga mentransfer nilai-nilai kehidupan yang saya anut. Tuhan yang menjadi pusat hidup harus terpancar dalam setiap proses belajar mengajar. Bersikap adil sekaligus penuh kasih bukan juga hal yang mudah di kampus sekalipun mayoritas sejawat dan mahasiswa beragama Kristen. Saat bertugas di RSUD Jayapura yang juga RS Pendidikan FK UNCEN, banyak pergumulan saat berhadapan dengan mahasiswa. Kehidupan mahasiswa dan dokter muda (koasisten) disini berbeda dengan kondisi mahasiswa dan dokter muda di tempat lain. Kesabaran dalam mengajar, ketegasan terhadap aturan, bersikap kasih sekalipun marah, harus dipraktekkan setiap hari. Tenaga dosen yang terbatas juga menjadi pergumulan tersendiri bagi SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

pengembangan FK UNCEN. Pelayanan kesehatan sehari-hari juga tidak mudah di Papua. Keterbatasan tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, akses transportasi, ekonomi dan pemahaman akan kesehatan membuat hidup menjadi lebih “hidup” ketika bekerja di RS. Saat pandemi melanda kondisi tersebut menjadi lebih terasa, apalagi Papua menerapkan lockdown total kecuali untuk keperluan logisitik. Hampir 3 bulan tidak satu pun penerbangan komersil maupun transportasi laut yang bisa beroperasi saat itu. Benar-benar kondisi yang mencemaskan saat itu. Bekerja dengan alat pelindung diri (APD) seadanya dan kesadaran masyarakat yang tidak cukup baik membuat rasa was-was. Jauh dari keluarga dan terisolasi karena lockdown membuat hari demi hari dijalani dengan berserah penuh kepada penjagaan Tuhan. Kondisi saat itu juga menyulitkan akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan dan juga untuk mendapatkan alat kesehatan yang 15


KESAKSIAN diperlukan untuk pekerjaan sehari-hari. APD menjadi barang mewah, memiliki uang belum tentu bisa membeli APD yang stoknya sangat terbatas saat itu. Tenaga kesehatan baik dokter, perawat, bidan, dan yang lain secara umum masih sangat dibutuhkan di Papua, walaupun beberapa daerah sudah tercukupi. Namun sayangnya dalam kondisi seperti ini beberapa dokter ahli karena alasan tertentu memutuskan pindah dari Jayapura. Faktor ketidakpastian keamanan juga menjadi salah satu alasan dokter untuk enggan datang atau memutuskan keluar dari Papua. Kerusuhan bernuansa SARA tahun 2019 membuat salah seorang sejawat saya kardiologis harus pindah meninggalkan Papua padahal jumlah kardiologis kami sangat terbatas. Saat ini hanya ada tiga kardiologis di Papua. Total ada lima orang bila digabung dengan Papua Barat. Saya sendiri saat ini selain melayani di Jayapura, juga melakukan kunjungan pelayanan rutin setiap dua minggu ke kabupaten Biak Numfor. Sangat terasa sekali saat awal pandemi ketika lockdown, masyarakat Biak Numfor tidak bisa mendapatkan pelayanan jantung. Setelah lockdown dibuka namun kasus COVID-19 bertambah banyak di Papua, saya tetap memutuskan untuk tidak melakukan perjalanan kemana-mana. Beberapa pasien yang cukup mampu bisa datang ke Jayapura untuk berobat, namun kebanyakan menunggu di Biak sambil melanjutkan obat lama. Sejujurnya dengan kondisi seperti ini saya sendiri beberapa kali menggumulkan kepada Tuhan apakah saya harus meninggalkan Papua atau tidak. Setidaknya kejadian kerusuhan bernuansa SARA tahun 2019 dan pandemi seperti ini membuat saya berpikir ulang untuk bertahan di Papua. Puji Tuhan sampai saat ini Tuhan masih 16

memberikan saya kekuatan untuk bertahan walaupun dengan segala kekurangan di tempat ini. Teman-teman KTB alumni di sini juga menguatkan saya untuk bertahan dan mengerjakan bagian saya sampai Tuhan berkata selesai. Pergumulan yang panjang selama hampir 13 tahun di Papua membuat saya melihat bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Sekalipun ancaman dan kekhawatiran manusia terus menghantui, tapi Tuhan menuntun hari demi hari sampai waktu Tuhan selesai untuk saya di Papua. Saya selalu berdoa agar kehendak Tuhan berdaulat atas keinginanku, atas ambisiku, atas rencanaku, bahkan atas seluruh aspek kehidupanku. “Hidupku bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Galatia. 2:20).

“Kesabaran dalam mengajar, ketegasan terhadap aturan, bersikap kasih sekalipun marah, harus dipraktekkan setiap hari.”

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


INFO MEDIS

Mengenal Tipe Vaksin Oleh: dr. Adiyana Esti

S

udah lebih setahun virus SARS Cov-2 menyebabkan pandemi di bumi ini. Namun, sepertinya di beberapa negara belum menunjukkan tanda-tanda virus ini akan pergi. Banyak usaha dan cara untuk menurunkan kasus namun tidak semuanya berhasil. Inilah yang mendorong para ahli memutuskan untuk membuat vaksin, dengan melihat ada beberapa penyakit yang tidak ada obatnya namun dapat dicegah menimbulkan keparahan dan kematian dengan menggunakan vaksin. Hal ini dilihat sebagai peluang oleh beberapa perusahaan pembuat vaksin. Saat ini kita melihat ada beberapa tipe vaksin untuk penyakit COVID-19, berbeda dengan vaksin untuk penyakit lain yang hanya menggunakan satu tipe saja. Banyak perusahaan pembuat vaksin dari berbagai negara seolah berlomba mengedepankan teknologi vaksin yang mereka buat. Beberapa perusahaan vaksin terlihat seperti bertaruh pada teknologi baru yang menjanjikan, sementara yang lain lebih mengandalkan pendekatan yang telah terbukti berhasil di masa lalu. Namun demikian setiap tipe vaksin harus menjalani uji klinis untuk kondisi darurat. Beberapa SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

image: Freepik.com

vaksin sudah melewatinya dan mendapatkan izin edar penggunaan darurat (EUA) dan sisanya masih melaksanakan uji klinis. Sekarang, kita akan berkenalan dengan beberapa tipe vaksin yang sudah digunakan di berbagai penjuru dunia. 1. Virus yang tidak aktif Virus dikembangbiakan dalam jumlah besar dalam sebuah media. Di sini perusahaan pembuat vaksin lebih senang menggunakan kultur jaringan sel mamalia. Virus tersebut kemudian dibunuh menggunakan larutan kimia, untuk vaksin ini menggunakan beta propiolactone sehingga virus tersebut tidak dapat berkembang biak dan menyebabkan infeksi. Larutan tersebut tidak merusak protein dan bagian-bagian virus. • Kelebihan: Tidak seperti vaksin virus hidup, vaksin ini dapat diberikan kepada orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah. • Kekurangan: Respons kekebalan tubuh yang terbentuk tidak sekuat virus hidup. Membutuhkan virus untuk dibudidayakan dalam jumlah besar dan dapat memakan waktu. • Pengembang: Sinovac (Efikasi 50%), Sinopharm (Efikasi 79%) 17


INFO MEDIS Kedua vaksin ini belum ada penelitian untuk varian baru. Diberikan 2 dosis dengan jarak 2-4 minggu. Penyimpanan di suhu 2oC - 8oC 2. Vektor virus yang tidak mereplikasi Vektor virus adalah virus ‘pembawa’ yang tidak menyebabkan penyakit. Namun, vektor virus dapat direkayasa untuk membawa protein spike virus SARS-CoV-2. Virus pembawa ini telah direkayasa secara genetik sehingga tidak dapat bereplikasi atau berkembang biak dan menyebabkan penyakit. Rekayasa genetik yang dibuat hanya mempengaruhi virus, tidak berdampak pada manusia namun dapat memicu respon kekebalan. Virus yang digunakan untuk kandidat vaksin COVID-19 adalah adenovirus. • Kelebihan: Tidak harus disimpan pada suhu yang sangat rendah sehingga dapat digunakan di daerah tropis dengan sumber daya terbatas. • Kekurangan: Orang yang sudah terpapar vektor virus, seperti adenovirus, mungkin resisten bila menggunakan vaksin tipe ini. Waktu produksi yang lebih lama karena setiap virus hanya dapat menginfeksi satu sel. Pengembang: Universitas Oxford/ AstraZeneca (Efikasi 61,2%) diberikan 2 dosis dengan jarak 12 minggu. Lembaga Penelitian Gamaleya (efikasi 92%), diberikan 2 dosis dengan jarak 4 minggu. Johnson&Johnson (Janssen) yang memiliki efikasi 72% terhadap varian lama dan 57% untuk varian B1.351. Menariknya vaksin keluaran Janssen ini diberikan hanya 1 dosis saja. • Bila disimpan dalam suhu -20oC, ternyata dapat tahan hingga 2 tahun. Namun bila disimpan pada suhu 2oC-8oC bisa tahan hingga 6 bulan. 18

3. Vaksin mRNA Vaksin mRNA adalah vaksin yang menggunakan materi genetik untuk membuat protein virus seperti protein spike. Nanopartikel lemak akan membentuk gelembung untuk membungkus mRNA untuk dibawa masuk ke tubuh manusia. Sel-sel di tubuh penerima akan melihat dan mengekspresikan materi genetic ini lalu meresponnya dengan membentuk kekebalan. • Kelebihan: Tidak diperlukan virus untuk membuat vaksin, memangkas waktu produksi dibandingkan dengan vaksin konvensional. • Kekurangan: Salah satu nanopartikel lemak diduga dapat memicu reaksi alergi pada beberapa orang. • Pengembang: BioNTech Pfizer (efikasi 95%) dan Moderna /NIAID (efikasi 94,1%). Keduanya diberikan 2 dosis dengan jarak 4 minggu. Bila disimpan pada suhu 2oC-8oC hanya bertahan selama sebulan. Sedangkan bila disimpan pada suhu -20oC bisa tahan hingga 6 bulan. Dari sekian banyak vaksin yang ada, yang terbaik adalah yang ada di hadapan kita saat ini. Semakin cepat vaksin diberikan maka diharapkan makin cepat didapatkan kekebalan di dalam masyarakat sehingga jumlah kasus baru akan terus turun. Memang vaksin bukan solusi instan mengakhiri pandemi, karena kita belum tahu berapa lama kekebalan yang dibentuk akan bertahan. Menerapkan Protokol Kesehatan dengan baik akan menjadi pendukung bagi kita untuk keluar dari pandemi ini. Tetap semangat. Salam sehat. Tuhan memberkati. SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


LAPORAN

Taks Force COVID-19 PERKANTAS : Update Report Vaksinasi COVID-19 masih menjadi agenda besar dunia dan nasional saat ini. Banyak kelompok masyarakat yang sudah antusias untuk divaksin menanyakan kapan giliran mereka menerima. Dari jadwal kelompok sasaran yang telah diumumkan pemerintah, ada juga sisi kesimpangsiuran siapa yang seharusnya dapat lebih dahulu. Ketersediaan vaksin dari pemerintah saat ini dipertanyakan, namun vaksinasi gotong royong (mandiri) sepertinya memberikan harapan baru, untuk lebih cepatnya kita di Indonesia untuk mencapai herd immunity seperti yang diharapkan. Kita berharap ini bisa cepat terwujud, tanpa “memotong antrian” yang sudah ditetapkan. Di tengah harapan besar pada masa vaksinasi COVID-19 ini, virusnya masih cukup kuat untuk membunuh, terlebih dengan terdeteksinya varian baru pada dua orang di Indonesia. Sebab di sisi yang lain, di dunia di mana banyak saudara kita terinfeksi beserta seisi rumahnya, tetap menimbulkan kekuatiran dan kecemasan mendalam. Task Force COVID-19 Perkantas akan mendukung sosialisasi ke masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan kewaspadaan terhadap varian baru COVID-19; demikian juga upaya pelayanan pendampingan saat isolasi mandiri dirumah, dukungan tersedianya kamar untuk pasien COVID di RS dan dukungan APD ke tenaga kesehatan. Saat ini, TF COVID-19 Perkantas terbagi ke dalam beberapa tim kerja yang menyesuaikan perannya dengan perkembangan kebutuhan terkini di lapangan, yaitu manajemen kasus, logistik, kesehatan mental, kebijakan kesehatan serta media dan komunikasi. SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

Sepanjang bulan November 2020 hingga Februari 2021, tim manajeman kasus telah menangani 21 kasus terkonfirmasi COVID-19 dalam pendampingan konsultasi selama isolasi mandiri, penyediaan APD, dan dukungan di fasilitas kesehatan termasuk test laboratorium. Melihat adanya kebutuhan yang semakin meningkat, maka Task Force membentuk tim isolasi mandiri dan jejaring rumah sakit yang terdiri dari para rekan dokter alumni pelayanan Perkantas yang bersedia menjadi orang kontak untuk memberikan informasi ketersediaan ruang perawatan COVID-19 di rumah sakit masing-masing dimana mereka bekerja (area Jabodetabek). Tim kesehatan mental bekerjasama dengan tim isolasi mandiri dalam mendampingi para penderita COVID-19 beserta anggota keluarga terdampak yang sedang menjalani isolasi mandiri. Bersyukur untuk kesediaan dan kesetiaan rekan-rekan yang mengambil peran untuk mendoakan respon dan permintaan pelayanan yang masuk, juga kesediaan dan kesetiaan para konselor mendampingi dan membantu para konseli mengelola situasi sulit mereka menuju pemulihan dan pertumbuhan.

Gambar 1. Rapat Tim Isolasi Mandiri

19


LAPORAN Pada Desember 2020, tim Media dan Komunikasi menyelenggarakan seminar COVID-19 via Zoom bagi para dosen dan mahasiswa STT Sundermann Gunung Sitoli (lihat gambar 2). Kegiatan ini merupakan respon TF COVID-19 Perkantas untuk mendukung STT Sundermann yang menghadapi klaster COVID-19 di asramanya. Materi dibawakan oleh dr.Benyamin Sihombing, MPH dengan fokus pada informasi dasar COVID-19 dan hoax-buster. Selain itu, TF juga bekerjasama dengan Perkantas Medan dalam pengadaan masker kain, masker bedah, hand sanitizer, dan vitamin.

2021 membahas tentang perkembangan berbagai jenis vaksin COVID-19 serta kebijakannya di Indonesia dengan judul “Vaksin COVID-19: yang aman dan ampuh” dan “Vaksin Covid-19, Apa Kata Mereka?”. Webinar tanggal 15 Januari 2021 berjudul “tahun Baru, Varian baru?” membahas tentang varian baru virus COV-19 yang dilaporkan di Inggris pada akhir tahun 2020.

Gambar 3. E-poster rangkaian webinar TF dan SINTAS bagi awam

Gambar 2. Peserta seminar terdiri dari para dosen, mahasiswa dan karyawan STT Sundermann Gunung Sitoli

Sebagai upaya mendukung pemerintah dalam menanggulangi COVID-19, maka tim media dan komunikasi menyelenggarakan rangkaian webinar di program SINTAS bagi masyarakat awam bertemakan isu terkait COVID-19 yang sedang menjadi perbincangan hangat (gambar 3). Webinar tanggal 18 Desember 2020 dan 29 Januari 20

Tim logistik dan callcenter telah menyelesaikan pengiriman sebanyak 545 paket APD individu, 69 paket APD kepada institusi jejaring pelayanan Perkantas di seluruh Indonesia per 4 Maret 2021 (lihat gambar 4-7). Paket yang dikirimkan diantaranya yaitu gaun reuse, faceshield, hand gloves, hand sanitizer, masker bedah dan masker N95. Selain itu, tim logistik juga mengirimkan 118 paket bantuan APD maupun suportif kepada rekanrekan di lingkungan pelayanan Perkantas yang sedang menjalani karantina ataupun isolasi mandiri. SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


LAPORAN

Gambar 4. dr.Ricky Gambar 5. dr.Glori Teofilus Tambunan, SpOT (Bekasi) (Sorong)

Gambar 8. dr. Nelson Awang (Sumba Timur)

Gambar 6. RS Baptis Batu (Malang)

Gambar 7. Tim Pelayanan Gigi Mulut -- RS Bethesda, Serukam

Gambar 9. dr. Sarlin A Ananggia (Sumba Timur)

Paket bantuan kepada tenaga kesehatan maupun isolasi mandiri merupakan hasil sumbangan dari para donatur yang sebagian besar merupakan alumni Perkantas. Pelayanan ini bisa terus berjalan sampai saat ini karena anugerah Tuhan lewat topangan doa (gambar 10) dan kemurahan hati para rekan-rekan yang sudah mendonasikan dana nya untuk tiap kegiatan di TF. Tim fundraising TF menerbitkan e-flyer dukungan pendanaan terkait kebutuhan logistik isolasi mandiri (gambar 11).

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

21


LAPORAN Gambar 10. Persekutuan doa TF Desember 2020

Gambar 11. Serial E-flyer fundraising TF COV-19 Perkantas

Untuk itu kami mendorong rekan-rekan semua, untuk menggumulkan dihadapan Tuhan - bagaimana Saudara dapat berkontribusi dalam pelayanan ini. Kami berkomitmen untuk menatalayani setiap dukungan yang diberikan dengan bertanggungjawab dengan rasa takut akan Tuhan. Bagi rekan-rekan yang tergerak untuk membantu pelayanan TF Covid-19 Perkantas, dapat menyalurkan donasi melalui : Rekening BCA 1063305000 a.n. Yayasan Perkantas. Narahubung: Rudi Andika (085647107432) PMDN / Jacqueline (087884522383) Salam dalam kasih Kristus, Tim Task Force COVID-19 Perkantas

22

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


DARI SUKU KE SUKU

Orang Patani: Saling Bertukar Kue

O

Orang Patani mempererat persaudaraam dan keguyuban

rang Patani tinggal di tiga kecamatan yaitu Patani, Patani Barat dan Patani Utara yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Halmahera Timur, Propinsi Maluku Utara, tepatnya di pulau Halmahera.

Patani digolongkan ke dalam kelompok bahasa Halmahera Selatan bagian tenggara, yang di dalamnya terdapat bahasa Buli, Maba dan Sawai.

Orang Patani pada zaman dahulu dikenal sebagai perompak laut yang cukup ditakuti oleh penduduk di sekitar daerah Maluku Utara dan Maluku.

Hampir semua masyarakat yang tinggal di Halmahera terutama di Patani sangat menggantungkan hidupnya akan ketersediaan sumberdaya alam. Hutanhutan rimbun dan kebun-kebun pala dan cengkih sudah sejak lama menjadi komoditi yang mampu memutar roda perekonomian masyarakat. Para orang tua yang mencari makan untuk keluarganya, bahkan menyekolahkan anaknya sampai jenjang pendidikan yang paling tinggi. Semua berasal

Orang Patani menggunakan bahasa Patani dalam kehidupan sehari-hari. Juga mereka menggunakan bahasa Indonesia secara aktif. Bahasa Patani juga dipergunakan sebagai bahasa kedua oleh orang Sawai atau yang disebut juga orang Weda, yang tinggal di Kecamatan Maba dan Gane Timur. Bahasa SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

Bergantung pada sumberdaya alam

23


DARI SUKU KE SUKU

Coko Iba dari sumberdaya alam sekitar. Dan salah satu yang mempunyai nilai penting adalah tanaman pala yang melimpah di wilayah tersebut. Ada beberapa tradisi orang Patani. Coko Iba adalah pesta rakyat yang tradisi turun temurun yang dirayakan setiap tahun dan puncaknya saat memperingati Maulud (kelahiran) Nabi Muhammad SAW. Esensinya mempererat persaudaraan dan keguyuban masyarakat. Dilakukan selama tiga hari. Biasanya, para kepala keluarga saling bertukar kue yang disebut Fanten. Fadingding adalah budaya melakukan zikir selama 44 malam. Para wanita menyediakan aneka makanan untuk merayakan tradisi tersebut. Kadangkala mereka memotong ayam kemudian diantar ke rumah-rumah atau disajikan di meja zikir. Dimeriahkan juga dengan tari Cakalele. 24

Sebagai Muslim, orang Patani melaksanakan khitanan, sembahyang di mesjid dan melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Budaya Islam menyatu dengan budaya masyarakat setempat. Kerukunan umat beragama terutama Islam dan Kristen terus digaungkan di daerah ini terutama setelah beberapa kali terjadi konflik antar agama. Masalah kesehatan di kalangan orang Patani dan daerah Halmahera umumnya adalah soal atau capaian penurunan angka kematian ibu, Balita/bayi dan anak, penurunan gizi kurang/kurus, penyehatan lingkungan meningkat, pengelolaan obat pusksmas lebih baik, layanan puskesmas dalam dan luar gedung lebih baik dan terpadu. Bahan: Profil Suku-Suku Terabaikan di Indonesia-IPN 2017/*tnp

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


TEROPONG DOA Tak ada hal yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk dibawa kepada Allah. Mari kita berdoa. Pelayanan Medis Papua 1. Bersyukur untuk kebaikan Tuhan setiap hari dalam kehidupan alumni baik medis dan setiap tenaga kesehatan lain (perawat, apoteker dan lain-lain) di setiap kota (Jayapura, Biak, Serui, Wamena, Yahukimo, Boven Digoel, Manokwari, dan lain-lain). 2. Bersyukur untuk Persekutuan Alumni Nakes yang boleh dilaksanakan secara online, yang tidak hanya dapat dinikmati di Jayapura tapi juga dapat diikuti oleh alumni di luar Jayapura di daerah Papua dan juga Papua Barat yang telah rutin dilaksanakan tiap bulan. Doakan persekutuan rutin tiap bulan ini dapat terus dipersiapkan dengan baik dan semakin memberkati setiap nakes 3. Bersyukur untuk dokter-dokter baru (dr. Maediel, dr. Samuel, dr. Astra, dr. Ori, dr. Monica, dr. Niken, dr. Maska, dr. Anggreani) khususnya alumni FK Uncen Jayapura yang lulus ujian tahun ini dan dilantik tanggal 31 Maret 2021, agar semakin banyak alumni dokter yang akan bekerja dan memberkati dalam berbagai bidang kesehatan di tanah ini.

ada orang yang ada dalam struktur kepengurusan, sehingga masih terfokus melalui PAKJ. Pelayanan Medis Makassar Saat ini pelayanan medis ditangani oleh PAK untuk alumni dan PMK Kota untuk PMK FK. 1. Bersyukur untuk salah seorang dokter yang tergabung dalam pengurusan PAK yang menangani komisi Medis. 2. Bersyukur untuk alumni yang tetap KTB. 3. Doakan rencana pembinaan alumni medis yang akan di kerjakan di tahun ini, kiranya pembinaan yang di buat dapat memenuhi kebutuhan mereka. 4. Doakan relasi dan komunikasi PAK dengan alumni medis.

4. Bersyukur untuk bantuan yang diberikan dan beberapa teman yang boleh diajak langsung praktek lapangan misi di salah satu Klinik Misi (YOST) di Sentani, membukakan bagaimana pentingnya mengenalkan dan melakukan misi secara langsung. 5. Doakan regenerasi untuk kepengurusan Alumni Medis Jayapura-Papua. Belum SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

25


TEROPONG DOA PMK FK-FKG Universitas Hassanudin 1. Doakan persekutuan PMK FK-FKG UNHAS terus bersukacita dalam menjalankan setiap pelayanan walaupun di tengah masa pandemi saat ini. 2. Doakan Persekutuan PMK FK-FKG UNHAS boleh terus menjadi garam dan terang serta boleh menghasilkan tenaga medis yang takut akan Tuhan dewasa dalam iman profesional dan misioner. 3. Doakan persekutuan PMK FK-FKG UNHAS terus menjadi wadah pertumbuhan dalam iman Kristus bagi mahasiswa Kedokteran, Kedokteran Gigi, Kedokteran Hewan Keperawatan, Fisioterapi, Psikologi dan D3 Vokasi. 4. Doakan setiap pelaksanaan program kerja di persekutuan PMK FK-FKG UNHAS agar setiap persiapan dapat dijalankan dengan baik dan semua pelayan yang terlibat diberikan keteguhan hati untuk memberikan yang terbaik bagi kemuliaan Tuhan.

Tuhan terus gerakan setiap alumni medis mendukung pelayanan ini. 3. Bersyukur untuk pelayanan Medical Mission Course (MMC) yang ke-XIV yang sudah berlangsung sejak tanggal 31 Januari 2021 sampai dengan saat ini. Bersyukur untuk 12 peserta yang Tuhan anugerahkan. Kiranya Tuhan pakai pelayanan ini dapat menjadi berkat bagi setiap peserta semakin dipersiapkan Tuhan menjadi tenaga medis yang bermisi. 4. Berdoa untuk persiapan Kamp Medis Nasional Mahasiswa yang akan diadakan secara virtual tanggal 29 Juli – 1 Agustus 2021. Doakan agar setiap panitia pengarah dan panitia pelaksana dari Semarang dapat terus Tuhan berikan semangat dan sukacita melayani. 5. Berdoa agar setiap alumni medis Tuhan berikan kesehatan dan kekuatan dalam melayani Tuhan di masa pandemi yang masih berlangsung ini.

5. Doakan persekutuan PMK FK-FKG UNHAS agar terus bersemangat dalam melayani dan tetap membangun hubungan yang baik dengan persekutuan antar kampus Pelayanan Medis Nasional 1. Doakan agar setiap pertemuan, pembinaan melalui webinar ataupun siaran-siaran di media daring dapat menguatkan, memperlengkapi dan menguatkan setiap mahasiswa dan alumni medis tetap setia dan taat. 2. Bersyukur untuk setiap orang yang terus Tuhan pakai mendukung pelayanan medis nasional baik dalam daya, dana dan doa. Doakan untuk kebutuhan dana operasional dan pelayanan PMdN, kiranya Tuhan dapat terus cukupkan dan 26

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


HUMORIA Jauh Lebih Sulit Dua orang kakak beradik mendapat kesempatan untuk mengisi acara drama Natal di gereja mereka. Pada waktu makan malam, mereka memperdebatkan siapa yang memiliki peran terpenting dalam drama tersebut. Akhirnya, sang kakak yang berusia 12 tahun berkata ke adiknya yang baru berusia 8 tahun, "Kalau begitu, tanya Mama. Mama pasti akan berkata kalau menjadi perawan jauh lebih sulit daripada menjadi malaikat!"

Designed by nizovatina / Freepik

Pengen Positif Seseorang yang terpapar COVID-19 mengharuskan diri untuk isolasi mandiri jika gejalanya ringan atau tidak bergejala.

Menjual Sop

Designed by pch.vector/ Freepik

Suatu hari office boy di kantor kami mengabarkan bahwa di dekat kantor ada sebuah rumah makan baru yang menjual sop. Beberapa hari kemudian bos kami minta dibelikan sop untuk makan siang. Teringat informasi dari office boy, segera saja saya suruh dia ke rumah makan yang dikatakannya tempo hari. Tidak lama kemudian dia kembali dengan tangan kosong.

Saat itu, pemuda bernama Tarno teridentifikasi positif COVID-19 berdasarkan tes swab antigen. Ia harus meliburkan diri dari pekerjaannya. Seketika itu, teman Tarno bernama Sidin membantu untuk mencarikan kosan sebagai tempat isolasi mandiri. “Saya temani kamu di kosan ini ya. Saya tidak tega meninggalkan kamu sendirian,” kata Sidin. “Loh saya ini positif COVID-19, kamu enggak takut ketularan?” timpal Tarno. “Saya juga pengen (ingin) positif,” ucap Sidin. “Hah? Serius luh? Kenapa” tanya Tarno heran. “Pengen libur kerja,” seloroh Sidin.

Saya bertanya apakah rumah makannya tutup atau sopnya habis. ˜Nggak mbak,” jawabnya. “Ternyata itu bukan rumah makan.” “Lho, bukan rumah makan bagaimana?” tanya saya keheranan. “Itu ternyata tukang cukur, Bu,” jawabnya. Saya tentu bertambah bingung, sampai akhirnya dia menyambung, “Karena tulisannya barber shop, saya kirain jualan sop.” SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

Designed by brgfx/Freepik

(Dari berbagai sumber/*tnp)

27


HISTORIA

Perjalanan Si “Gigi Palsu”

D

ijamin, tak satu pun manusia di Bumi ini memakai gigi palsu sekadar untuk gaya-gayaan. Awalnya, pasti gara-gara sakit gigi. Giginya copot, lalu ompong. Dari pada tersiksa, atau malu, lebih baik pakai gigi palsu. Berdasar bukti sejarah, manusia sudah sakit gigi dan giginya berlubang sejak 25.000 tahun lalu. Namun, gigi palsu baru dikenal pada 700 SM.Terbuat dari gading, tulang ikan paus, atau tulang kuda nil. Diikat dengan semacam kawat dari emas. Teknik semacam itu rupanya bertahan selama hampir 2.000 tahun. Pada tahun 1500 tulang masih dipakai, tapi dengan pengikat tali sutera. Masa itu sutera juga dipakai sebagai

28

penutup gigi ompong, terutama para bangsawan. Ratu Elizabeth I dari Inggris, misalnya, memakai sutera agar tidak malu di saat harus meringis di depan rakyatnya. Gigi palsu penuh (satu rahang) juga mulai dibuat. Repotnya, gigi palsu jenis ini sama sekali tidak nyaman di mulut. Apalagi ketika mau makan, harus dicopot dulu. Salah satu yang tersiksa adalah Presiden Amerika pertama, George Washington. Dalam gambar-gambar yang kita lihat sekarang, tampak mulut Washington selalu terkatup rapat. Mbesengut, kata orang Jawa. Padahal ia sedang menjaga agar gigi palsunya tidak copot. Gigi palsu abad pertengahan juga mulai dibuat dari perak, emas, atau batu akik. Ada SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


HISTORIA juga dari gigi asli, yang diambil dari mayat korban perang atau dari orang miskin yang menjual giginya. Selain agak menjijikkan, gigi palsu dari bahan asli ternyata gampang rusak. Pada abad ke-18, dokter gigi Prancis, Dubois de Chement dan Duchateau, membuat gigi palsu dari bahan porselen. Hasilnya disempurnakan dokter Italia, Giusseppangelo Fonzi, yang menciptakan gigi palsu porselen pada pelat metal. Gigi palsu murah dan nyaman dibuat Nelson Goodyear, di Amerika Serikat pada 1839. Bahannya karet keras yang disebut vulcanite. Nelson adalah saudara Charles Goodyear, seorang pengusaha yang belakangan terkenal karena pabrik bannya. Karena tidak menyiksa mulut, gigi vulcanite laku keras dan diproduksi massal. Perusahaan Goodyear mendapatkan paten atas hasil temuannya.

Goodyear mendapat banyak pemasukan dari royalti. Malah perusahaan itu kemudian mempekerjakan Josiah Bacon, pengacara yang rajin menuntut para dokter gigi. Mungkin karena terlalu bersemangat, Bacon akhirnya harus menemui ajal di tangan seorang dokter gigi yang kelewat kesal. Paten yang berakhir pada 1881 itu tidak dilanjutkan oleh Goodyear. Hingga bahan akrilik ditemukan, awal 1940an, gigi vulcanite masih bisa ditemukan di mulut para manula.Beberapa koleksinya sekarang bisa dilihat di klinik dokter gigi di Amerika Serikat. Kini para dokter gigi tak perlu mencari mayat untuk dicabut giginya. Tugas mereka memang hanya mencabut gigi orang hidup. Gigi palsu umumnya sekarang memakai bahan akrilik atau metal. Bahkan bisa dipasang permanen agar tidak kerepotan jika tiba waktu makan. (Dari pelbagai sumber/*tnp)

Setiap dokter gigi yang membuat gigi palsu dengan bahan serupa harus membayar royalti. Jika tidak, akan berhadapan dengan Pak Hakim.

Designed by pch.vector/ Freepik

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

29


RELASI Jakarta ke Stockholm:

Merasakan pimpinan Tuhan yang melampaui jarak ribuan mil

(Foto koleksi pribadi penulis)

Shalom, teman-teman! Perkenalkan, kami Bobby dan Sepri. Saat ini, kami berada di Stockholm, Swedia untuk tujuan studi lanjut. Oleh anugerah Tuhan, kami tiba akhir tahun lalu dan kami amat bersyukur untuk perlindungan-Nya selama persiapan hingga sampai di sini. Ada tiga hal menarik yang kami alami dalam beberapa bulan pertama ada di salah satu negara Skandinavia ini. Pertama, berhadapan dengan gelapnya winter dengan matahari yang bersinar “hanya” 4-6 jam setiap hari. Berbeda sekali dengan limpahnya sinar matahari di Indonesia. Kedua, membiasakan diri melihat perkiraan cuaca setiap hari untuk menentukan kostum yang akan 30

digunakan. Karena ada ungkapan terkenal disini, ”There’s no such thing as bad weather, only bad clothing”. Ketiga, belajar memilah sampah sebelum membuangnya, sesuatu yang amat langka kami lakukan dahulu. Namun, di atas itu semua, hal yang paling nyata kami pelajari dan alami adalah bagaimana bersandar dan mengandalkan Allah dalam segala musim dan kondisi yang Dia ijinkan terjadi serta bersukacita di dalamnya. Sekian dari kami. Tuhan kiranya anugerahkan kesehatan, kekuatan, dan sukacita bagi kita semua. Vi ses nästa gång! Tuhan Yesus memberkati. SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


RELASI Segenap redaksi Majalah Samaritan, Pengurus dan Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas Mengucapkan :

Selamat Ulang Tahun April

14

drg. Jeng Seriana

14

dr. Novian Sollina Eoh

14

dr. Yudhi Handoko Gejali, Sp.AK

15

dr. Easter Taruli Veronica

15

dr. Priska Karina Gunadi

2

dr. Asrina Veranita

2

dr. Saut Monang Silitonga

3

dr. Dina Elizabeth Sinaga

3

dr. Eka Yudha Lantang, Sp.An, M.Min, MM

16

dr. Luszy Arijanty

3

dr. Fransiska Sutrisno

17

dr. Apriani Oendari

3

dr. Suleman

17

dr. Tjhan Mei Fa

4

dr. Imelda Mandagi

4

dr. Lilis Pratiwi

17

dr. Paulin Surya Phillabertha

dr. Cindra Paskaria, MKM

dr. Aprinando Tambunan

6

19

dr. Fitriyani Simangunsong

19

dr. Ermasanti Puspito

6

dr. Arlin Nopalina Hutagalung

20

dr. Alfiane Indri Kaunang

7

dr. Asriany Paranoan

20

drg. Andrey Setiawan

7 7

drg. Herlina Darusman

20

dr. Benyamin Lukito, Sp.PD

7

drg. Muktar Hutasoit

20

dr. Christha Zenithy Tamburian

8

drg. Goei Sian Tjoe

21

dr. Dolarina De Breving, M.Kes

8

dr. Ireine S. C. Roosdy

8

dr. Lydia Linggawaty

21

drg. Marzia Magdalena Tetelepta

8

dr. Maniur Imanda Tobing

23

dr. Dahlia Bunjamin

9

dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu

24

dr. Gian Christian Kasim

dr. Grace Sara

24

dr. Indra Ariesta Eko Setiawan

9 10

dr. Nilawaty

24

dr. Jubilate E Iruanto Tambun

10

dr. Suzanna P. Mongan, Sp.OG

25

dr. Immanuel Jeffri Paian Parulian

11

dr. Husein Basri, MSc, M.Kes

25

dr. Ivone Debby Bentelu

13

dr. Hertina Silaban

25

dr. Karta Sawenda

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

31


RELASI

32

27

dr. Reyni L. Panjaitan

10

dr. Zepri Parten Sitorus

27

dr. Valentina Yanti Ruliana T

11

dr. Elfrida Pinta Sinambela

28

dr. Mawartih Susanty

11

drg. Meliskah

28

dr. Muina Jong

12

dr. Medha Paramitajati

30

drg. Onny Surya

12

drg. Nisa Mariana Gulo

30

dr. Prapti Utami

12

dr. Romi Beginta

30

drg. Yohana Roselinda Manurung

12

dr. Rudy Hartawan

Mei

13

dr. Ie Mien

13

dr. Mauritz Silalahi, Sp.P

1

dr. Grenda A Sinuraya

14

dr. Devi R.M. Tarigan

1

dr. Kristo Kurniawan

15

dr. Antonius Wibowo

1

Ns. Meylona Verawaty Zendrato

16

dr. Debora Widiansa Making

1

drg. Renny Limarga

16

dr. Sugi Suhandi Iskandar, Sp.OG

1

dr. Rut Hanna Barail

17

dr. Benutomo Rumondor, Sp.B

2

dr. Amelia Louisa Kristiani

17

dr. Linda Kaseger

2

dr. Harpina Somba

18

dr. Marthen L. Wattimena, Sp.S

3

Ns. Adolfina Emilia Wamaer

18

dr. Novita Patresia Amba

3

dr. Sri Anggia Meilyta Hutagalung

4

dr. Dede Budiman, Sp.PD

4

dr. Pujianto, M.Kes

5

dr. Willy Steven, Sp.KJ

6

dr. Hendry Roy, Sp.B

6

dr. Michael Dwinata

7

dr. Eirine Megawati Saap

7

drg. Koanitalina Masa

8

dr. Alice Sutedjo

8

dr. Brillyan Christopher L

8

drg. Frinsca Meithy Pattiasina

8

19

dr. Yessica Meliany

19

dr. Yohanes Daniel Dwi Wirya Badawi

20

dr. Evi Douren

20

dr. Indri Sondang Fransiska Sihotang

20

dr. Maya C. L. Malaiholo

20

dr. Max Nathanael Wangsaseputra

21

dr. Amelia Juliana Adam

21

drg. Erlisa Sembiring

20

dr. Frans Susanto, Sp.AK

dr. Frisca Finlania Agan

21

9

dr. Herald Hotma P. Napitupulu, Sp.B

dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, MSc.,Akp., Sp.GK

21

dr. Johanes Dwi Meiyanto

10

dr. Imelda Ritunga

21

dr. Susi Saptawarni

10

dr. Meilany Feronika Durry, Sp.PA

22

dr. Adrian Gunawan, Sp.PK

10

dr. Naomi Patioran Panggalo, Sp.M

22

dr. Ester Lianawati Antoro, Sp.PA SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


RELASI 22

Ns. Irma Sari Sugiyanto

1

dr. Toar Jean Maurice Lalisang, SpB.KBD

22

drg. Lenny M Sitorus

22

dr. Prionggo Mondrowinduro, Sp.PD

1

dr. Yuyun Romaria Simanjuntak

3

dr. Albinus Y. Cobis, Sp.An

23

dr. Langi Surjani

3

dr. Fransisca Janne Siahaya

23

dr. Paran Bagionoto, Sp.B

3

dr. Junita Eirene Katihokang

24

dr. Diana Samara, MKK

4

drg. Ani Widiastuti

24

drg. Monica Ruth Nirmala

4

dr. Juniarti Marheini Sembiring

24

dr. Nina I. S. H. Supit, Sp.Rad

4

dr. Theresia Tatie Marksriri

25

dr. Galuh Martin Maytasari

5

Ns. Catherina Bannepadang

25

dr. Meivie Jeanne Tumiwa

26

dr. Rina Simamora

5

dr. Henny Erina Saurmauli Ompusunggu, M.Biomed

27

dr. Clarissa Wiryadi

5

dr. Verury Verona Handayani

27

dr. Hotber Pasaribu

6

dr. Berlian N Situmeang

27

drg. Maya Marisa

6

dr. Vivy Bagia Praja

27

dr. Ruth Tabitha Puspito Usodo

6

dr. Yuselin Taopan

28

drg. Chitra Meilani Badudu

8

dr. Deni Rahayu Marpaung

28

dr. Enita Tiur Rohana Simanjuntak

8

dr. Jeris S. Paonganan

28

dr. Herdaru Pramuditio

8

drg. Rebecca Azary Kuncoro

28

dr. Joseph Hiskia Simanjuntak

8

dr. Rina Napitupulu

29

dr. Anindya Kristanti

8

dr. Tiolyna Doloksaribu

29

dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A, MHA, IBCLC

9

dr. Roy Akur Pandapotan

9

dr. Vanni Indah Chrisdiana

29

dr. Redhy Sindharta, Sp.An

9

dr. Venita Eng

29

dr. Ridwan Adisurya

9

dr. Ivan Sofian Wibowo

30

dr. Chrisna Hendarwati, Msi.Med, Sp.A

10

dr. Astrid Manuputty

31

dr. Debbie Latupeirissa, Sp.A(K)

11

dr. Josephine Diony Nanda

31

dr. Stephen Kuswanto

11

dr. Nila Kentjana Sahir

12

dr. Jerry Ferdinand Haposan Saragih, Sp.An

12

drg. Ronal

13

dr. Jeane Trifosa Ussu

15

dr. Herbert Erwin Yunismar

15

dr. Joshi Indriane Nelwan

15

dr. Kathleen Juanita Soenario

Juni 1

dr. Efilda Silfiyana, Sp.OG

1

dr. Flora Mindo Panjaitan, M.Ked (ped), Sp.A

1

Ns. Herfiany Loan Lotus

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

33


RELASI

34

15

dr. Theofilus Ardy Pradhana

16

dr. Hendra Jemmy Rompas

16

dr. Reschita Adityanti

16

dr. Primadona Yani Gultom

17

dr. Michael Caesario

17

dr. Silka Samanta

17

dr. Siska Kristina Sari

18

dr. Greta J.P. Wahongan, M.Kes

18

dr. Hendra Sulaiman

19

dr. Andrew William Tulle

19

dr. Imanuel Eka Tantaputra

20

Juli 1

dr. Ronaningtyas Maharani

1

dr. Rosari Endang Siadari

3

dr. Christian Julio Suhardi

3

dr. Hesty Dwi Handayani

3

drg. Theodorus Hedwin Kadrianto, SpPM

4

drg. Andini Tri Wijayati

4

dr. Charles Ronny Jafet

4

dr. Katherine T. N. Bangun

4

dr. Sulastri C. Panjaitan, Sp.Rad

drg. Andreas Adyatmaka, MSc

4

dr. Anindita Kartika Wiraputri

21

dr. Loly R D Siagian, M.Kes, Sp.PK

5

dr. Rosdiana H. Silaban

21

dr. Tuan Juniar Situmorang, M.Kes

7

drg. Agus Susilo

22

dr. Elida Junita Purba

7

dr. Dean Arityanti

22

dr. Lely Christine Sihombing

7

dr. Hilda Kurniawidjaja

22

dr. Venny Pungus, Sp.KJ

7

dr. Theo K. Liow

23

dr. Tonny Eko Hartono, Sp.P

8

dr. Ricca Angelina Ethel

24

dr. Merry M H Languju

9

dr. Alhairani Koni Londa Manu Mesa

25

dr. Hendra Sihombing, Sp.P

9

dr. Grace Pangendahen

25

dr. Henry Kolondang, Sp.B

9

dr. Priscilia Pratami Intan

25

drg. Rudy Setiawan

9

drg. Riani Suhendra

26

dr. Linna L. J. Minggu

10

dr. Frendy Wihono

26

drg. Merry Yunita Pademi Munthe

10

dr. Renal Hutabarat

27

dr. Jenny Joan Caroline Pandaleke

11

dr. Herry Purwadi, Sp.KK

27

dr. Monica Anggra Irawan

11

dr. Juliana Siajadi

28

dr. Alberthina Suripatty

11

dr. Yusak B. Ibrahim, MSc, Sp.OK

28

dr. Yonius Sudan, MARS

12

dr. Puteri Nastiti Krisma

29

dr. Adiyana Esti

12

dr. Vina Tamara

29

dr. Sajuni Widjaya

13

drg. Eddy Giarso

30

dr. Christine Rosalina Butarbutar

13

dr. Ferdy Royland Marpaung, SpPK

30

dr. Edison Simarmata, Sp.Rad

14

drg. Andrea Indra Sari

30

dr. Kurnia Baraq

14

dr. Dame Ainjelina Sitorus SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


RELASI 14

dr. Dumaria R Damayanti

23

dr. July Yane Gultom

14

Ns. Karina J.Sinulingga

23

dr. Lay Titin Secapramana

15

drg. Dyah Suryo A

23

dr. Sisca Wiguno

15

dr. Edy Ariston Lubis, Sp.M

25

drg. Fiefi Pangestu

16

dr. Eva Nirmala Tantaputra, Sp.PK

26

drg. Liesje Veronica

16

drg. Yuliana Ziliwu, Sp.Ort

27

drg. July Medyahta Perangin-Angin

17

dr. Indah Arina Purba

27

drg. Julvan G.M. Nainggolan, SpOrt

17

dr. Julia K. Kadang, Sp.A

17

dr. Sarlin A. Ananggia

27

dr. Leonard Parlindungan Pardede, Sp.PD

18

dr. Daniel Jeffry Leksono

28

dr. Andreas Pramudito

18

dr. Melani Muljadi

28

dr. Leonardo Verdy Sagay

19

dr. Estica Tiurmauli Kristiana Sihombing

29

dr. Samuel Halim, Sp.PD

20

dr. Helmawati Perangin–Angin

30

dr. Yulinar Siringo-ringo

20

drg. Ina Julita Sitepu

31

dr. Ardiani Khrisna Maruti

20

dr. Sri Haryati

31

drg. Lasminar Hotmaida Sipahutar

20

dr. Victor Eka Nugrahaputra, M.Kes

31

dr. Omega Mellyana, Sp.A

20

dr. Yohanes Libut

31

dr. Susanna Erika Shintauli Sihaloho

21

dr. Astrid Julistina Tampubolon

21

dr. Laura Juliana Haloho

21

dr. Prima Heptayana Nainggolan

22

Ns. Ria Ulina

23

dr. Deddi Ekaputra Rangan

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Mazmur 90:12

35


PEMAHAMAN ALKITAB image: Freepik.com

Penyertaan dan Kuasa Allah Cukup Bahan Bacaan: Bilangan 11:1-35 Bagaimana tanggapan kita ketika menghadapi komplain dari orang lain? Dalam perikop Bilangan 11:1-35, bangsa Israel komplain kepada Allah. Musa sang pemimpin pun ikut komplain, putus asa, dan menyerah. Komplain tampaknya menjadi salah satu karakter yang muncul pada bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun. Menurut mereka, kembali ke Mesir tampaknya lebih baik, semua merasa tidak puas dengan kondisi yang ada. Allah menyatakan kasih dan kesabaranNya, menyelesaikan satu per satu komplain ini. Dalam perikop ini kita bisa melihat bagaimana Allah dalam disiplin dan kasih karunia-Nya memberikan jalan keluar atas persoalan yang ada. Perjalanan di padang gurun adalah perjalanan yang sukar dan tidak mudah. Bangsa Israel mengeluh atas perjalanan yang sulit, kepemimpinan Musa dan janji 36

penyertaan Allah. Allah sudah memberikan manna, makanan dari sorgawi kepada bangsa itu. Namun itupun tidak cukup bagi mereka. Ketika masalah ada di hadapan mereka, mereka dengan cepat lupa akan kuasa Tuhan. Mereka lupa dengan Allah yang dulu sudah membebaskan mereka melalui keajaiban sepuluh tulah kepada Mesir, Allah yang membelah laut Tiberau dan berbagai mujizat yang lain. Mereka masih merasa tidak cukup. Bahkan Musa yang sangat dekat bertemu dengan Allah pun bisa meragukan kuasa-Nya. Inilah realita pergumulan hidup orang percaya, dalam menghadapi beban dan persoalan di depan mata. Mari kita belajar dari perikop ini, dan menemukan prinsip-prinsip Firman yang menolong kita dalam menghadapi berbagai pergumulan dalam kehidupan kita, khususnya ketika kondisi yang kita hadapi tidak ideal, yang membuat kita sulit untuk melihat ajaibnya kuasa Tuhan. SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


PEMAHAMAN ALKITAB Pertanyaan dan Refleksi: 1. Mengapa bangsa Israel bersungut-sungut [1]? Komplain bangsa itu semakin meningkat hingga mereka berteriak [2] dan menangis [4]. Dari mana asal komplain ini? Menurut Anda, apa akar masalah yang sebenarnya (hidden problem] dari keluhan bangsa Israel ini?

2. Bagaimana bangsa Israel di ayat 1-6 memandang diri dan kondisi mereka saat itu? Perhatikan kata yang digunakan : nasib buruk [perjalanan yang tidak mudah/keras/ misfortune], kurus kering, tidak ada sesuatu apapun kecuali manna.

3. Bandingkan antara manna, makanan dari sorga (7-9] dengan makanan mereka ketika di Mesir [5]. Bagaimana pandangan mereka tentan manna pada saat itu? Mengapa pemahaman tersebut bisa terjadi? Perhatikan juga ayat 20 : “... kamu telah menolak TUHAN yang ada di tengah-tengah kamu” Apa yang tersirat dalam penolakan ini?

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

37


PEMAHAMAN ALKITAB 4. Perhatikan peristiwa di Bilangan 13:31,33. Pada saat itu bangsa Israel akan memasuki Tanah Perjanjian, tetapi mereka memberontak kepada Tuhan sehingga mereka mengalami disiplin Tuhan harus mengembara selama empat puluh tahun di padang gurun. Cara pandang dan karakter serupa apa yang menyebabkan bangsa Israel menolak memasuki tanah Kanaan saat itu? Apa yang berulang muncul kembali dalam tindakan mereka ketika menghadapi masalah/ tantangan yang besar?

“Bil. 13:33 Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami.”

5. Menurut Anda, bagaimana dampak cara pandang yang salah terhadap diri, masalah/ situasi serta pandangan yang tidak tepat terhadap kuasa penyertaan Allah sangat berpengaruh dalam sikap dan keputusan seseorang? Bagaimana cara pandang kita yang seharusnya di dalam Tuhan? Diskusikan.

6. Dalam momen ini kita menemukan Musa mengeluh dengan tanggung jawab memimpin bangsa Israel. Perhatikan pernyataan Musa di ayat 13 dan 14, setidaknya ada 2 masalah yang dikeluhkan Musa yang menjadi bebannya, selidikilah 2 masalah ini [ayat 13 dan 1415]. Bagaimana Tuhan menuntaskan 2 masalah tersebut? Apa disiplin Tuhan terhadap bangsa itu?

38

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


PEMAHAMAN ALKITAB 7. Musa sebagai pemimpin juga sempat menyangsikan janji Tuhan [21-22]. Jawaban Tuhan untuk membawa keyakinan terhadap keraguan Musa ini sangat indah. “Tetapi TUHAN menjawab Musa: “Masakan kuasa TUHAN akan kurang untuk melakukan itu?”. Bahasa yang dipakai NIV juga digambarkan dengan indah : “Is the Lord’s arm too short?”. Setidaknya ada 3 hal yang menjadi masalah yang diangkat dalam perikop ini:

a. Komplain bangsa Israel atas ketidakcukupan/ketidakpuasan Israel akan keadaannya [cara pandang yang tidak tepat terhadap diri: merasa bernasib buruk, tidak beruntung, kekurangan dan kurus kering] b. Keraguan Musa akan kemampuan kapasitas dirinya memimpin dan merasa beban masalah yang dihadapi lebih besar dari dirinya [ingin Tuhan mengambil nyawanya karena merasa tanggung jawab yang terlalu berat baginya] c. Keraguan Musa akan kecukupan resources/logistik untuk memenuhi desakan permintaan bangsanya Sebagai seorang tenaga medis, pernahkan Anda mengalami salah satu diantara 3 hal di atas? sharingkan kondisi-kondisi di mana anda mengalami dalam konteks masa kini yang mirip dengan kondisi yang di alami oleh bangsa Israel dan Musa.

8. Dari bahan PA ini, apa yang Anda pelajari tentang Allah? Apa yang Anda pelajari tentang ‘nature’ manusia? Apa yang bisa dipelajari tentang bagaimana menjadi seorang tenaga medis ditengah kondisi “padang gurun” dengan beban yang tidak mudah? Tuliskan poinpoin dari PA ini yang bisa menolong Anda dalam menjalani panggilan-Nya dalam dunia medis.

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

39


PEMAHAMAN ALKITAB Seringkali masalah yang kita hadapi tampaknya lebih besar dari apa yang bisa kita tanggung. Masalah-masalah itu membuat kita lupa akan kehadiran Tuhan dan kuasa-Nya. Kita seringkali lupa bahwa Tuhan bisa membuka jalan-Nya yang ajaib, yang melampaui segala akal kita. Tuhan yang selalu hadir ditengah kehidupan kita menjadi sumber jalan keluar untuk setiap tembok masalah yang ada. Jika kita bergantung pada kekuatan sendiri dan cara berpikir kita sendiri, kita cenderung mudah menyerah, komplain dan putus asa. Terhadap masalah yang sedang kamu hadapi renungkanlah kalimat yang dinyatakan Tuhan kepada Musa yang ragu: “Masakan kuasa TUHAN akan kurang untuk menyelesaikan masalah ini?”. Renungkan apa arti rasa cukup di dalam Tuhan. Ambil waktu untuk berdoa dan menyerahkan segala kekuatiran, beban dan masalah pada Tuhan, yang akan memberikan jalan keluardalam kasih karunia-Nya.

Guide me, O Thou great Jehovah [Hymn, William Williams, 1745] “Guide me, O Thou great Jehovah, Pilgrim through this barren land; I am weak, but Thou art mighty, Hold me with Thy pow’rful hand. Bread of heaven, Bread of heaven, Feed me till I want no more; Feed me till I want no more.”

https://www.youtube.com/watch?v=Hv-qHlSnq4o https://hymnary.org/text/guide_me_o_thou_great_jehovah Disiapkan oleh: Naomi Fortuna Kaber, S.T, MCM.

40

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


Tuhan Yesus Peduli K

etika mempersiapkan renungan ini, saya tidak pernah menyangka bahwa saya masih berada dalam situasi pandemi COVID-19, seperti tahun lalu ketika saya mempersiapkan renungan Paskah untuk Majalah Samaritan. Ketika itu jumlah kasus baru saja mencapai angka 2 juta, namun saat ini sudah mencapai lebih dari 114 juta kasus dan telah merenggut lebih dari 2,5 juta nyawa di seluruh dunia. Sungguh luar biasa pandemi ini! Ketidakpastian mewarnai banyak aspek kehidupan di tengah pandemi ini, mulai dari sekolah, bekerja, berkeluarga, investasi, bahkan untuk bagaimana menyambung hidup. Banyak kisah-kisah yang mengenaskan terjadi di masa ini, bahkan di lingkungan terdekat dan keluarga sendiri. Tetangga sebelah rumah baru saja meninggal setelah pulang perawatan, walau tampak SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

Designed by 8photo/Freepik

PESAN PASKAH

segar dan ceria. Kejadian mengagetkan baru-baru ini menimpa jemaat gereja kami, dimana 3 kakak beradik yang masih belia ditinggal kedua orang tuanya, yang meninggal di waktu yang sangat berdekatan. Siapa yang akan menampung dan membiayai hidup mereka, mengingat selama ini mereka dibesarkan dari hasil berjualan di pasar? Bagaimana meneruskan sekolah mereka? Siapa yang akan mendampingi sekolah online mereka? Dan masih banyak pertanyaan lainnya, ketika kita berhadapan peliknya kehidupan seorang sopir online yang sungguh-sungguh bekerja keras namun membutuhkan operasi cito di tengah situasi pandemi. Bersyukur dan takjub menyaksikan bagaimana Tuhan menyelesaikan masalah mereka, namun ketidakpastian masih terus mewarnai pergumulan mereka ke depan. Kalau ada suasana ketidakpastian yang 41


PESAN PASKAH

disertai dengan kebingungan yang paling berat dalam sejarah, menurut saya, adalah ketika murid-murid Tuhan Yesus harus menyaksikan Rabi yang mereka agungagungkan tiba-tiba tidak berdaya, dijadikan bahan ejekan, dan mati secara memalukan dan mengenaskan tergantung di kayu salib!. Bayangkan selama 3,5 tahun, meninggalkan pekerjaan dan keluarga, full time mengikuti dan menyaksikan semua keperkasaan-Nya, hampir tiap hari diwarnai dengan mujizat, air berubah jadi anggur, roti dan ikan menjadi berlipat beribu kali, mengatasi hukum alam dengan meneduhkan badai dan berjalan di atas air, semua sakit disembuhkan, bahkan yang sudah mati sekalipun bisa hidup kembali, singkatnya tidak ada mustahil, tidak ada bisa menandinginya. Saya bisa membayangkan betapa nyamannya para murid ketika berjalan bersama Sang Guru. Saking nyamannya, sampai mereka tidak mempersiapkan diri menghadapi hari42

hari yang mengguncangkan hidup mereka, malah mereka sibuk adu argumen mengenai siapa yang terbesar diantara mereka (Lukas 9:46). Mereka tidak sungguh-sungguh menyimak apa yang dikatakan Sang Guru akan apa yang kelak terjadi, mulai dari penderitaan yang akan ditanggung sampai dengan kematian-Nya yang akan diikuti dengan kebangkitan pada hari yang ketiga (Mat. 16:21). Menarik, Alkitab mencatat kebingungan dan keputusasaan para murid Kristus paska penyaliban-Nya. Kitab Lukas pada pasal terakhirnya mencatat perjalanan Kleopas dan seorang murid Yesus lainnya ke Emaus, dimana dalam perjalanan tersebut Tuhan Yesus yang sudah bangkit hadir di tengah-tengah mereka dan berbincangbincang dengan mereka (Lukas 24:13-35). Kemuraman wajah mereka dan respon mereka dalam menceritakan apa yang telah terjadi dengan penyaliban Yesus, SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


PESAN PASKAH menunjukkan betapa tertekan dan putus asanya mereka. Tuhan Yesus sampai harus menegur mereka,”Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!” (Luk.24:25). Namun Tuhan Yesus tidak meninggalkan mereka dalam kebingungan. Dengan gesture yang sangat akrab buat mereka, Dia menyatakan diri-Nya telah bangkit dan hadir di tengah mereka, sebelum menghilang dari hadapan mereka. Kitab Yohanes pada pasal terakhirnya (Yoh. 21:1-23) juga mencatat kembalinya Rasul Petrus dan diikuti rasul lainnya kembali ke laut untuk menangkap ikan. Tindakan yang sangat tidak terbayang dilakukan oleh murid Yesus yang selama ini mendampingi Gurunya dengan gagah perkasa. Pekerjaan yang telah mereka tinggalkan bertahun-tahun. Entahlah apa yang ada dibenak mereka malam itu. Kesedihan? Kebingungan? Atau Keputusasaan?. Tuhan Yesus yang telah bangkit kembali hadir di tengah mereka, mengadakan mujizat yang mengingatkan mereka ketika pertama kali dipanggil, dan memperbaharui kembali panggilan mereka dengan cara yang sangat personal. Kelanjutan dari perjalanan hidup Rasul Petrus dan para rasul lainnya tentunya telah menjadi inspirasi bagi kita semua. Tuhan Yesus sesungguhnya telah mempersiapkan para murid menghadapi situasi tersebut. Menyadari waktunya tidak lama lagi di dunia, Dia meminta kepada Bapa untuk memberikan seorang Penolong untuk mereka, yaitu Roh Kebenaran. Dia juga berjanji,”Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” (Yoh. 14:16-18). Menyadari bahwa para muridnya akan terguncang hebat, bahkan dalam pergumulan berat SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021

menjelang peristiwa penyaliban, Dia berdoa untuk mereka (Yoh. 17:6-19). Beberapa waktu yang lalu, dalam sebuah program radio yang setiap pagi menyiarkan kotbah dari Pdt. Rick Warren, diceritakan, ada seorang gadis belia yang dipersilahkan bersaksi di tengah kotbah beliau di Saddleback Church, California. Dia mengisahkan bagaimana kedua orang tuanya yang merupakan imigran dari Kamboja adalah pengidap HIV/AIDS dan mereka bercerai ketika ia masih sangat kecil. Dia menceritakan bagaimana kebingungan dan kesedihan seorang anak kecil harus menemani dan mengurusi ibunya sendirian, keluar masuk RS dengan kondisi kesehatan yang terus menurun. Di saat yang paling berat tersebut, Tuhan mengutus sepasang jemaat dari gereja yang hadir dan menolong mereka, mulai dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan mengantar ibunya berobat. Dia sungguh bahagia saat ini karena dia tidak lagi sendiri, dan dia sudah memiliki keluarga baru. Puji Tuhan! Diantara banyak ketidakpastian yang kita hadapi dalam hidup ini, ada satu hal yang pasti, yaitu Tuhan Yesus peduli. Tuhan Yesus yang sama, juga berdoa buat kita, ya... buat kita, yang bahkan belum mengenalNya saat itu, yang akhirnya percaya karena pemberitaan Injil keselamatan melalui murid-murid-Nya (Yoh. 17:20). Adakah kita sedang meragukan kehadiran-Nya di masa-masa yang penuh ketidakpastian ini? Adakah kita yang sedang Allah utus untuk menyatakan kehadiran-Nya di tengah-tengah kesusahan dan kebingungan yang dihadapi saudara-saudara kita? Selamat Paskah para Sahabat PMdN. (dr. Lineus Hewis, Sp.A)

43


COVER

44

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2021


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.