Samaritan Edisi 2 Tahun 2019

Page 1

COVER

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

1


RESENSI

MERENUNG TENTANG KEBINEKAAN

Judul Buku: Selamat Meingindonesia Penulis: Andar Ismail Halaman: 144 Halaman Penerbit: PT BPK Gunung Mulia Link pembelian (Literatur Perkantas) :

K

https://www.tokopedia.com/literatur/bijak-menjadi-orang-tua https://literaturperkantas.net/produk/bijak-menjadi-orang-tua/

embali, buku “Seri Selamat” karya Pdt. Dr. Andar Ismail diterbitkan PT. BPK Gunung Mulia. Selamat Mengindonesia. Buku ini sungguh menarik disimak. Selain menambah wawasan, 33 renungan tentang kebinekaan di dalam buku ini, sungguh meneguhkan iman. Bagi kita yang belum kenal, Dr. Andar Ismail, Th.M. adalah seorang pendeta GKI (Gereja Kristen

2

Indonesia) dan teolog di Indonesa. Ia menjadi seorang teolog yang terkenal karena buku-buku Seri Selamat dan juga beberapa tulisan yang diterbitkan skala internasional seperti Ecumenical Review, Presbyterian Survey dan sebagainya. Ia juga merupakan dosen emeritus STT Jakarta dalam bidang Pendidikan Kristen. Satu hal yang menarik, dalam setiap buku Seri SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


RESENSI Selamat, terdiri dari 33 bab. Andar Ismail mengaku terpesona pada karya Yesus ketika usia 33 tahun mengalami berbagai cobaan sampai mati di kayu salib. Alasan lainnya, ketika usia 33 tahun, Andar mengalami sakit keras yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit hampir satu bulan lamanya. Nah, membaca buku Selamat Mengindonesia, kita diajak menghayati kembali keindonesiaan. “Indonesia sudah terbentuk, namun masih perlu dibentuk. Indonesia sudah jadi, namun masih dalam proses menjadi. Oleh sebab itu, kita terus mengindonesia. Proses panjang penjadian keindonesiaan adalah tugas kita semua, sebab kita semua adalah pemilik Indonesia. Itulah makna kebhinnekaan. Kita berbeda tetapi kita setara. Tidak ada mayoritas atau minoritas. Tidak ada asli atau bukan asli.”

di satu rumah tidak gampang. Perkara sepele bisa cekcok. Padahal jiwa yang sehat mencari kedamaian. Oleh sebab itu, setiap penghuni punya andil merawat hubungan tenggang rasa dan kerja sama. Tanpa mengganggu pihak lain, pihak kita mulai berusaha hidup damai. Tertulis, “Dari pihakmu, berusahalah sedapat mungkin untuk hidup damai dengan semua orang” (Rm. 12:18, BIMK). Selamat membaca. Selamat mengindonesia. */tnp

Seperti ditulis Melani Budianta, Guru Besar Sastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (UI), “Landasannya Injili. Wawasannya lintas disiplin ilmiah. Acuannya mulai dari legenda sampai teori penelitian mutakhir. Ragam sastranya beraneka dari berita, drama, wawancara, ulasan, profil, atau sekadar bercerita. Alurnya komunikatif dan mengalir. Kocak tapi bisa fokus serius. Ringkas padat dan enak dibaca. Persoalan mendasar tersampaikan tanpa kerut kepala. Sungguh, Seri Selamat berbagi berkat.” Sementara Andar Ismail dalam Prakata menulis (hal. vii), orang-orang di rumah ini bermacammacam. Tampangnya ada yang gini, ada yang gitu. Ngomongnya bahasa ini dan itu. Kebiasaannya aneh-aneh. Kesukaannya beda-beda. Adatnya lain-lain. Keyakinannya rupa-rupa. Pokoknya, kita ini macem-macem-lah. Akan tetapi, kita yang serba beda ini tinggal di satu rumah yang sama. Kita penghuni rumah yang satu ini. Rumah ini bernama Indonesia. Kita sama-sama adalah warga dari satu negara yang sama. Punya falsafah yang sama. Punya mimpi yang sama. Tinggal bersama SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

3


Samaritan diterbitkan sebagai sarana informasi dan pembinaan bagi mahasiswa dan tenaga medis Kristen Penerbit Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

DAFTAR ISI: RESENSI - Merenung Tentang Kebinekaan

2

Pemimpin Umum dr. Lineus Hewis, Sp.A

DARI REDAKSI

5

ATRIUM - Mengasihi Allah, Mengasihi Ibu Pertiwi

6

Redaksi DR. dr. Lydia Pratanu Gunadi, MS dr. Maria Irawati Simanjuntak, Sp.PD-KIC dr. Eka Yudha Lantang, Sp.AN Ir. Indrawaty Sitepu, MA dr. Elia A.B. Kuncoro, Sp.Onk.Rad drg. Karmelia Nikke Darnesti dr. Benyamin Sihombing, MPH Naomi Fortuna Kaber, ST, MCM dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu dr. Sepriani Timurtini Limbong dr. Kurnia Baraq, M.Med Redaksi Pelaksana Thomas Nelson Pattiradjawane Sekretaris Redaksi Christie Tiarmalia Limbong Dra. Jacqueline Fidelia Rorimpandey

FAKTUAL - Dokter Pejuang itu Masih Ada

8

FAKTUAL - Kekudusan Sosial, Kekudusan yang Terabaikan

10

FAKTUAL - Kenaikan Iuran BPJS: Tepatkah?

16

FAKTUAL - Dokter Johannes Leimena, Warga Negara yang Bertanggung Jawab

19

FAKTUAL - Rindu ada Dokter-dokter yang Baik...

22

UNTAIAN FIRMAN - Teguh Berjuang Merawat Pancasila

25

KESAKSIAN - Kasih Allah Nyata Bagi Masyarakat Dusun Bara Melalui Pelayanan Medis doctor Share

27

KESAKSIAN - Bar-Bu-Tok

30

INFO MEDIS - Diabetes Melitus Gestational

32

INFO - Sehat dengan Suring

35

ETIKA KOLEGIAL - Dokter dan Politik

38

LAPORAN - Calling, Leadership and Mission

40

LAPORAN - Following Jesus in The Real World

42

Alamat Redaksi Jl. Pintu Air Raya No. 7 Blok C-5 Jakarta 10710 Tel: 021-345 2923, Fax: 021-352 2170 email: pmdn_perkantas@yahoo.com FB: Medis Nasional Perkantas Twitter: @MedisPerkantas

DARI SUKU KE SUKU - Suku Mausu Ane: Belum bisa Menggunakan Bahasa Indonesia

45

TEROPONG DOA

48

HUMORIA

49

DARI SANA SINI - Jas Putih dan Atribut Medis Jadi Pelindung Dokter di Papua

51

DARI SANA SINI - 3 Hoax Seputar Kesehatan yang Meresahkan, Tapi Masih Banyak Disebarkan

52

DARI SANA SINI - Ahli Beberkan 3 Sebab Produksi ASI Sedikit dan Cara Meningkatkannya

53

DARI SANA SINI - 4 Harapan IDI Terhadap Presiden Jokowi dan Wapres Ma’ruf

55

HISTORIA- Puskesmas: Digagas di Era Sukarno, Dikerjakan Bawahan Soeharto

57

ANTAR KITA - Mengambil Kuliah Lagi

59

ANTAR KITA - Mengritik? Ada Etikanya, Lho

59

ANTAR KITA - Tetangga Baik Dimulai Dari Diri Sendiri

60

ANTAR KITA - Menjaga Otak Tetap “Hidup”

61

ANTAR KITA - Selamat Ulang Tahun

62

PA - For Such A Time As This…

66

Cover & Layout Hendri Wijayanto Percetakan Bintang Timur Offset Bagi sahabat PMdN yang rindu mendukung PMdN melalui majalah SAMARITAN, dapat mentransfer ke BCA, KCP. Pintu Air Rek. 106 330 5000 a.n. Yayasan Perkantas Bukti transfer mohon dikirim melalui fax atau email dengan nama dan alamat pengirim yang lengkap 4

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


DARI REDAKSI Di dalam kehidupan umat manusia yang telah rusak, Allah selalu berkenan melakukan pembaruan/transformasi, pun di dalam kehidupan bagsa Indonesia. Dalam proses transformasi tersebut, Ia berkenan memakai siapapun untuk menjadi agen ataupun aktor pembaruan/transformasi. Ia bahkan memanggil siapapun untuk menjadi kawan sekerja-Nya, termasuk orang-orang yang kadang di luar dugaan kita (contohnya: Raja Koresy, Saulus alias Paulus). Indonesia di dalam lintasan sejarah hingga kini juga mengalami transformasi. Transformasi dari bangsa yang dijajah menjadi bangsa yang merdeka (1945). Proses transformasi belum berakhir hingga kini. Ia terus bergulir dalam berbagai bentuk dan cara, meski harus berhadapan dengan berbagai tantangan dan rintangan. Samaritan edisi kali ini ingin mengajak dokter atau pelayan kesehatan untuk terlibat dalam gerakan transformasi. Semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya untuk terus berjuang; bergerak maju bersama. Maju untuk menuju kepada kehidupan yang lebih bermartabat, adil, saling menghargai dan saling menghormati perbedaan yang ada. Kami percaya, selalu ada transformasi yang sedang dikerjakan oleh Roh Kudus di negara kita. Marilah kita ikut berpartisipasi di dalamnya. Yuk!

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

5


Atrium Mengasihi Allah, Mengasihi Ibu Pertiwi Oleh: dr. Sepriani Timurtini L. “Tanah airku Indonesia Negeri elok amat kucinta Tanah tumpah darahku yang mulia Yang kupuja sepanjang masa”

B

arisan kalimat di atas merupakan penggalan pertama dari sajak lagu “Rayuan Pulau Kelapa”. Lagu gubahan Ismail Marzuki ini begitu populer karena liriknya yang indah menggambarkan kekaguman akan alam Indonesia dan dibalut dalam alunan nada yang memanjakan telinga. Sepakat dengan sang penulis lagu, tidak sulit untuk menemukan alasan mencintai ibu pertiwi saat melihat pesona dan keelokan alamnya. Bahkan warga dunia pun mengakui keindahan alam negeri ini. Namun, akan lain ceritanya tatkala mata kita tertuju pada kondisi tanah air dengan beragam pelik masalahnya. Dalam bidang kesehatan misalnya, para dokter, dokter gigi, perawat, dan tenaga medis akan dengan mudah menyebutkan daftar panjang persoalan yang seakan tak bermuara dan tidak jelas penyelesaiannya. Kalau sudah begini, masihkah dengan mudah bersenandung “tanah tumpah darah…yang kupuja sepanjang masa”? Atau mungkin hati kita mulai tawar dan kasih pada Indonesia semakin surut hingga hampir menyentuh nadir? Sebelum Anda mengangguk setuju, jauh sebelum masa ini, Allah menghadirkan anak-anak-Nya yang mengasihi Indonesia dan mewujudkannya secara nyata dalam bidangnya masing-masing. Johanes Leimena, seorang dokter Kristen sekaligus

6

tokoh politik yang sering menjabat sebagai menteri. Kita dapat menikmati layanan kesehatan primer berupa Puskesmas berkat gagasan dokter Leimena. Contoh lain, dr. Oen Boen Ing. Dr. Oen dikenal sebagai salah satu pahlawan dari etnis Tionghoa yang ikut berjuang di zaman kemerdekaan melalui pelayanan kesehatan yang ia berikan bagi para pejuang dan pengungsi. Di luar bidang kesehatan, ada Hoegeng Imam Santoso, seorang tokoh kepolisian yang namanya masyhur karena kejujuran dan integritasnya. Tentangnya, Gus Dur pernah mengucapkan anekdot, “Di Indonesia hanya ada tiga polisi jujur yakni: polisi tidur, patung polisi, dan polisi Hoegeng”. Bila tokoh-tokoh ini mampu berkiprah untuk bangsa, bagaimana dengan orang Kristen masa kini? Tanpa mengecilkan mereka yang telah dan sedang berjuang berkarya bagi bangsa, harus diakui bahwa dokter, termasuk dokter Kristen, lebih banyak asyik sendiri, abai dan masa bodoh terhadap kondisi negeri. Ungkapan “kita minoritas, tak akan mampu berdampak besar” telah mengekang bahkan sebelum kita mulai berbuat sesuatu. Sikap kita seakan menunjukkan bahwa Injil dan nasionalisme adalah dua hal yang berseberangan. Apa sebenarnya kata Alkitab mengenai hal ini? Pertama-tama, kita harus mengetahui dan mengingat siapa kita. Dalam 1 Petrus SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Atrium 2:11 tertulis bahwa kita adalah pendatang dan perantau di dunia. Senada dengan itu, Paulus menuliskan dalam Filipi 3:20 bahwa kewargaan kita adalah di dalam sorga. Kita perlu mengingat bahwa kesetiaan kita yang terutama adalah kepada Allah. Dunia ini bukanlah rumah kita yang sesungguhnya, Indonesia bukanlah rumah permanen kita. Sayangnya, perangkap dari jargon tersebut adalah ketika kita menafsirkannya dengan fokus pada aspek spiritual saja. Hal ini bukan berarti segala kegiatan untuk menumbuhkan iman Kristen itu salah. Tidak sama sekali. Yang tidak tepat adalah ketika penafsiran vertikal seperti ini membuat kita lupa akan dimensi horizontal, yaitu hubungan manusia dan sesamanya, komunitasnya, dan bangsanya. Dalam buku “Balanced Christianity”, John Stott mengutip ungkapan yang disebutkan saat Kongres keempat Gereja-Gereja Sedunia tahun 1968, “…Kekristenan yang kehilangan dimensi vertikalnya telah kehilangan garamnya, tidak hanya hambar bagi dirinya sendiri, tetapi tidak berguna bagi dunia. Namun, kekristenan yang menggunakan dimensi vertikal sebagai sarana melarikan diri dari tanggung jawabnya dalam kehidupan bersama manusia adalah penolakan atas Inkarnasi, atas kasih Allah bagi dunia yang diwujudkan dalam Kristus.”1 Artinya, pengikut Kristus yang bersikap apatis dan baal terhadap bangsa sudah mengingkari panggilannya sebagai duta Injil yang seharusnya menghadirkan damai di dunia milik Allah ini. Ya, kita memang pendatang, tetapi seruan nabi Yeremia untuk mengusahakan kesejahteraan tempat dimana kita tinggal pun masih berlaku bagi kita.2 Cinta pada tanah air seharusnya tidak bertolak belakang dengan iman Kristen. Meski demikian, rasa cinta pada Indonesia yang dimiliki umat Kristen bukanlah patriotisme tanpa dasar.3,4 Allah memerintahkan kita untuk mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, kekuatan, akal SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

budi, serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.5 Bila bangsa Indonesia adalah “sesama” kita, maka kasih kepada Allah haruslah diikuti dengan kasih kepada bangsa. Kasih kepada Allah mendorong kita untuk bersyafaat dan bertindak bagi bangsa layaknya Nehemia. Kerinduan untuk mendatangkan kerajaan Allah di Indonesia seharusnya memacu kita untuk melayani pasien sebaik-baiknya, berkontribusi dalam perbaikan sistem di rumah sakit atau instansi tempat kita bekerja, peduli pada isu kesehatan nasional dan mencari cara untuk menjadi bagian dari solusi seraya membawa hal tersebut dalam doa. Keyakinan akan kuasa Injil Allah sudah selayaknya membuat kita menjadi tenaga medis Kristen yang senantiasa berdoa dan berkontribusi bagi bangsa ini dengan penuh pengharapan. Kalau para pahlawan pendahulu kita rela mati demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, maka saat ini dibutuhkan banyak anak bangsa; orang Kristen; tenaga medis Kristen yang berani hidup, bekerja, dan menghasilkan buah yang baik di dunia kesehatan tanah air.6 Besar atau kecil langkah yang dilakukan, bukanlah perkara. Selama dilakukan dengan setia, niscaya Tuhan berkuasa menjadikannya berkat besar. Pertanyaannya, bersediakah kita? Kiranya Allah Tritunggal memampukan kita. Referensi: 1. Stott, J. (2014). Balanced Christianity: Menjadi Kristen Abad XXI . Jakarta: Literatur Perkantas. 2. Yeremia 29:7 (TB) 3. Bloom, J. (2019, July 4). Do You Love Your Country? Retrieved from Desiringgod.org: https:// www.desiringgod.org/articles/do-you-love-yourcountry 4. Piper, J. (2016, July 1). Should Christians Be Patriotic? Retrieved from Desiringgod.org: https:// www.desiringgod.org/interviews/should-christiansbe-patriotic 5. Lukas 10:27 (TB) 6. Filipi 1:22 (TB)

7


Faktual Dokter Pejuang itu Masih Ada

K

ita pernah belajar Sejarah. Tentunya, kita merasa kagum pada peran dokter dalam perjuangan kemerdekaan. Mulai dari meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk bersatu sampai berjuang mencapai kemerdekaan, peran dokter cukup menonjol. Kita tentu ingat pada jasa dr. Sutomo, dr. Ciptomangunkusumo, dr. Rajiman, dr. Leimena, dr. Mahar Mardjono, dan lain-lain. Sekarang tampaknya citra dokter sebagai pejuang dan pembela masyarakat lemah berkurang. Dokter sekarang terkesan lebih komersial. Seolah-olah dokter sama saja dengan pekerjaan lain, menjual jasa dalam melayani orang sakit. Masyarakat harus membayar jasa tersebut sehingga kurang merasa ditolong. Apalagi jasa dokter umumnya mahal, jauh dari jangkauan kemampuan masyarakat. Akibatnya, banyak orang sakit yang diam saja di rumah atau membeli obat bebas. Mereka tak lagi berharap dapat ditolong dokter dengan tulus secara cuma-cuma. “Mengapa pengabdian dokter kini dirasakan kurang? Apakah mahalnya pendidikan dokter menyebabkan dokter yang dihasilkan menjadi komersial? Mungkinkah dokter kembali menjadi dokter rakyat, yang dekat dan hidup bersama rakyat miskin?â€? ungkap seorang pembaca dalam suratnya kepada redaksi sebuah koran nasional.

8

Dokter harus berupaya keras Ya. Dokter berkewajiban meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Dokter, pemeriintah, tokoh masyarakat, wakil rakyat di DPR harus berupaya keras mencapai Indonesia sehat. Rakyat kita berhak mendapat gizi baik, lingkungan bersih, perlindungan dari penyakit menular, dan akses yang mudah pada layanan kesehatan. Untuk mewujudkan suasana tersebut dokter memang mempunyai peran penting, tetapi peran pemerintah dan masyarakat tak kalah penting. Dengan kata lain kita tak dapat menyerahkan persoalan kesehatan kita hanya kepada dokter, tetapi menjadi tanggung jawab kita bersama. Masyarakat wajib memelihara kesehatan dengan mengamalkan gaya hidup yang sehat, serta berupaya menghindari dampak buruk yang sebenarnya bisa dicegah. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Jika pengendara motor yang tidak menggunakan helm mengalami cedera kepala, berarti dia tak menyayangi nyawanya sendiri. Begitu pula jika seseorang tak peduli pada kebersihan lingkungan sehingga rumahnya penuh nyamuk demam berdarah, maka dia tak dapat SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


FAKTUAL Dokter juga harus menghidupi keluarga, menyekolahkan anak, menyewa tempat praktik, membeli peralatan kedokteran yang dibutuhkan, bahkan juga membayar pajak. Untuk itu dokter membutuhkan penghasilan cukup. Dokter bukanlah pekerjaan istimewa yang mendapat dispensasi masyarakat. Dokter sama dengan anggota masyarakat lain. Tetapi, kita tak dapat menutup mata banyak anggota masyarakat tak mampu berobat ke dokter. Dan, ternyata, masih banyak dokter yang membebaskan sebagian atau seluruh jasanya jika pasien memang tidak mampu.

menyalahkan dinas kesehatan. Tugas petugas kesehatan adalah menyuluh agar masyarakat memahami cara memelihara kesehatan dan membantu masyarakat memelihara kesehatannya. Tetapi, peran paling utama dalam memelihara kesehatan adalah pada diri masing-masing orang dan keluarga. Dewasa ini di negeri kita terdapat lebih dari 9.500 puskesmas (cat. Menurut Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan Usman Sumantri menyatakan, 728 puskesmas belum memiliki dokter) dan para dokter serta petugas kesehatan lainnya disebar di puskesmas. Para dokter tesebut mungkin dibesarkan di kota besar, tetapi mereka bersedia ditempatkan di tempat terpencil. Ini merupakan pengorbanan yang patut kita hargai. Di desa-desa hubungan dokter dengan masyarakat masih seperti yang kita idamkan. Dokter tidak selalu menerima uang dari pertolongan yang dia berikan. Bahkan ada banyak dokter yang peduli pada keadaan masyarakat memprakarsasi pendirian sekolah, misalnya. Banyak cerita bagaimana dokter yang telah selesai menunaikan tugas di daerah dilepas masyarakat dengan hati berat karena mereka merasa amat ditolong. Di kota besar keadaan mungkin berubah. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

Bahkan di kota besar sekalipun banyak dokter melakukan kegiatan sosial untuk menolong masyarakat. Ada dokter mendirikan istana anak yatim, menyediakan tumpangan bagi mahasiswa tak mampu, dan Anda mungkin pernah mendengar sekolah Kartini yang didirikan ibu kembar. Salah seorang ibu kembar tersebut adalah istri dr Admiral (dokter spesialis kebidanan). Dokter Admiral pernah bertugas di Kalimantan Timur. Rupanya kebiasaan menolong masyarakat di daerah tetap diteruskan meski mereka telah tinggal di Jakarta. Nah, pertanyaan pembaca dalam suratnya itu, agar dokter bersedia menjadi pejuang, berpihak pada masyarakat kita yang masih miskin amat simpatik dan perlu diperhatikan. Perkembangan bangsa kita telah mengantarkan masyarakat kita, termasuk dokter, untuk berjuang menghidupi keluarganya. Biaya hidup sekarang ini baik sewa rumah, transportasi, maupun pendidikan tidak lagi murah. Kita berharap anggota masyarakat yang sudah mampu agar mempunyai empati kepada anggota masyarakat yang masih hidup dalam kesulitan. Kalau pada zaman perjuangan kemerdekaan, pendahulu kita (khususnya dokter) telah menunjukkan semangat saling menolong dan bersedia berkorban. Mudah-mudahan dalam zaman kemerdekaan ini semangat tersebut masih dapat kita pelihara. Yuk, kita pelihara! */tnp 9


FAKTUAL

Kekudusan Sosial, Kekudusan yang Terabaikan Oleh: dr. Maria Irawati Simanjuntak, Sp.PD-KIC

pa itu kekudusan sosial? Bagi orang Kristen, seberapa penting kekudusan sosial itu? Bagaimana Alkitab memandang ketidakkudusan sosial, apakah sama dengan ketidakkudusan rohani?

A

berapa banyak gereja yang peduli dan serius memperjuangkan hal ini?

Banyak dari kita mungkin baru mendengar istilah ini, atau mungkin pernah mendengarnya namun tidak banyak menaruh perhatian pada hal ini. Atau ada pula yang menganggapnya kurang penting dibandingkan dosa karena ketidakkudusan rohani.

Steve Corbett dan Brian Fikkert dalam bukunya Ketika Menolong Justru Menyakiti, bertanya : “Mengapa bangsa Israel dibawa ke pembuangan?” Sebagian dari kita termasuk saya akan menjawab karena dosa menyembah berhala.

Bagi banyak orang Kristen, hidup taat beribadah pada Allah, taat menjaga kekudusan rohani, memberi persembahan perpuluhan rutin dan ikut dalam pelayanan gerejawi, itu sudah cukup. Bagi sebagian gereja dan komunitas orang Kristen, tugas gereja adalah menjaga ajaran doktrin dan aktif memberitakan injil dan pemuridan. Bagaimana gereja dan jemaatnya memandang masalah kemiskinan, ketidakmerataan ekonomi, ketidakadilan yang terjadi baik di bidang hukum, pendidikan, kesehatan maupun tatanan sosial lainnya, stigma dan diskriminasi yang dialami sekelompok orang tertentu? Bagi sebagian orang Kristen hal ini merupakan masalah yang bukan tanggung jawabnya. “Bukankah sudah ada yang mengurusnya?” begitu pikir mereka. Atau,

Yesaya menulis :

10

A. Ketidakkudusan Sosial : Dimensi lain Ketidakkudusan

Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpinpemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! «Untuk apa itu korbanmu yang banyakbanyak?” firman TUHAN; “Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku? Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


FAKTUAL Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara jandajanda! (Yesaya 1:10-13,16b-17) Yesaya menuliskan bahwa bangsa Israel memiliki kesalehan pribadi yang patut dipuji. Namun Allah menyebut mereka manusia Gomora, bangsa yang dihancurkan Allah bukan semata karena dosa penyembahan berhala dan ketidakkudusan pribadi mereka. Kala itu bangsa Israel adalah bangsa yang taat menjalankan ritual ibadahnya, melakukan penyembahan, mempersembahkan korban, merayakan hari hari raya agama, berpuasa dan berdoa. Tetapi Allah memandang jijik pada bangsa ini karena mereka mengabaikan kaum miskin dan yang tertindas, tidak mengusahakan keadilan, mengabaikan hak anak yatim dan janda. Ketika bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan, tanah perjanjian, Allah menjadikan bangsa itu sebagai umat kepunyaan-Nya. Allah mengatur tatanan kehidupan baru mereka. Allah memberikan Sepuluh Perintah Allah, peraturanperaturan peribadatan dan hukum-huum sipil. Bangsa ini masing-masing sesuai dengan kaum keluarganya mendapat warisan tanah sesuai yang diatur Allah melalui Yosua, kecuali suku Lewi, karena mereka dikhususkan untuk pekerjaan keimaman. Allah memberikan peraturan sedemikian rupa sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang sejahtera yang mencerminkan sifatNya: kekayaan-Nya kekudusan-Nya, keadilan-Nya dan kemurahan-Nya. Suatu komunitas dimana Dia berkenan berdiam di antara mereka. Allah memerintahkan bangsa ini untuk memperhatikan suku Lewi, Janda, yatim dan orang asing (Imamat 25,27). Kim Tan menyebutnya dalam bukunya Injil Yobel - Yobel, Roh dan Gereja, sebagai programprogram Yobel. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

1. Program Perpuluhan per tiga tahunan (Ulangan 14: 28;26:12)

Setiap akhir tiga tahun, bangsa Israel diminta meninggalkan desa – desanya sambil ke pusat kota terdekat membawa dan menyerahkan persepuluhan dari hasil tanahnya. Para imam Lewi, orang asing, anak yatim dan janda diundang untuk datang dan diijinkan untuk mengambil apa saja yang mereka butuhkan. Aturan ini untuk mendemonstrasikan semangat kepedulian, kemurahatian kepada mereka yang miskin dan lemah. Selain perpuluhan pertigatahunan ini ada pula perpuluhan tiap tahun selama dua tahun lainnya, namun dipakai secara berbeda, yaitu di bawah ke kemah sembahyang dan kemudian menikmati persekutuan makan bersama, Persembahan dan pesta bergabung. Sisanya diberikan kepada suku Lewi, para imam dan fakir miskin (Ulangan 14:22-23). Perpuluhan tersebut bukan saja merupakan ungkapan syukur pada Allah tetapi juga menjadi cara Allah menyediakan makanan kepada orang Lewi, imam dan fakir miskin Selain persembahan persepuluhan ini mereka juga harus membawa persembahan ritual yang menjadi bagian perayaan mereka (korban bakaran, korban sajian, korban keselamatan, korban penghapus dosa dan korban pendamaian). Seperti kita baca di kitab Imamat, korban tersebut kemudian dimakan oleh imam, dan pembawa persembahan tersebut (kecuali korban bakaran yang harus dibakar habis) hingga dengan demikian secara khusus orang miskinpun menerima makanan yang dibagikan. Kewajiban untuk membawa korban persembahan secara teratur selain memiliki dimensi penyembahan dan ucapan syukur pada Allah juga memiliki dimensi kemurahhatian pada sesama. Mereka juga memiliki banyak hari perayaan dimana mereka datang menyembah Allah. Setiap kali ada perayaan atau pesta maka akan ada makanan yang dibagikan untuk semua 11


FAKTUAL orang termasuk orang miskin. Menjadi ciri dari bangsa Israel adalah banyaknya waktu yang dipakai mereka untuk makan dan minum bersama, bersekutu dan berinteraksi sosial. Ada pula aturan yang Allah berikan untuk tidak menuai semua hasil ladang sampai ke tepi-tepinya dan tidak memungut bagian yang tercecer namun meninggalkannya untuk orang miskin dan orang asing. Dengan aturan-aturan ini maka orang miskin dan orang asing akan tetap terpelihara, akan selalu ada makanan bagi mereka. Dari hal ini kita melihat bahwa Allah menginginkan umat kepunyaan-Nya yang memiliki semangat kebersamaan, kemurahatian, kepedulian, dan tanggung jawab terhadap orang Lewi, imam, fakir miskin dan orang asing. 2. Program Sabat per tujuh tahun (Ulangan 15, Imamat 25)

Setiap tahun ketujuh merupakan tahun sabat, Allah meminta mereka untuk melakukan tiga hal di tahun sabat ini: a. Liburan satu tahun untuk semua orang, pelayan, pekerja upahan, binatang. Tanah juga harus dibiarkan tidak digarap selama setahun. Allah menjamin akan mencukupi kebutuhan mereka pada tiap tahun ke enam untuk cukup selama 3 tahun ke depan (tahun ketujuh sabat, tahun ke delapan mulai menanam kembali dan baru memanen tahun kesembilan). Disamping itu, apa yang tumbuh dengan sendirinya di tanah tersebut dapat mereka ambil menjadi makanan, tidak saja bagi mereka tapi juga bagi budak, orang upahan dan orang –orang asing dan bagi binatang liar, orang miskin (Imamat 25:6-7, Keluaran 23:10-11) b. Batalkan semua hutang (Ulangan 15) Pada aturan ini Allah merancang suatu komunitas yang baik, dimana tidak terjadi ketidakseimbangan yang tajam. Hukum ini dibuat supaya tidak terjadi keterpurukan dalam kemiskinan.

12

c. Bebaskan semua budak (Ulangan 15)Allah meminta mereka membebaskan semua budak, kepemilikan budak menjadi tanda kemakmuran dan kekayaan pada masa itu. Namun Allah tidak mengijinkan adanya status perbudakan permanen, bahkan Allah mengharuskan mereka melepas budak– budak tersebut dengan memberi bekal melimpah. (Ulangan 15:13,14) 3. Program tahun Yobel per 50 tahun (Imamat 25) Dalam setiap tahun kelimapuluh, Allah meminta mereka melakukan 4 hal yaitu: - Mengumumkan liburan setahun - Batalkan hutang - Babaskan para budak - Kembalikan sebua harta yang digadaikan kepada pemilik asalnya. Prinsip yang Allah inginkan dari program Yobel ini adalah adanya kepedulian sosial dan pendistribusian kekayaan secara teratur. Allah menciptakan suatu masyarakat yang secara holistik mencerminkan kekudusan, keadilan dan kasih-Nya, masyarakat yang mencerminkan karakter Allah. Allah membebaskan bangsa ini dari Mesir dan menguduskan mereka menjadi kerajaan imamat dan bangsa yang kudus (Keluaran 19:6)

Program ini juga mengajarkan bangsa Israel untuk hidup beriman pada pemeliharaan Allah dan prinsip penatalayanan pada kepemilikan tanah dan hasilnya. Allah adalah pemilik tertinggi dari setiap orang dan segala sesuatu, tetapi mereka memiliki tanggung jawab untuk turut memelihara ciptaanNya. Program Yobel ini mencegah keserakahan dengan menguasai tanah orang lain karena setiap 50 tahun tanah yang digadaikan harus dikembalikan ke pemilik semula. Demikian juga hak atas budak, setiap tujuh tahun ada pembebasan budak. Program Yobel menjamin kemerdekaan atas tawanan, budak dan hutang, juga kebebasan yang kaya dari keserakahan. Program Yobel ini menurut Kim Tan dalam buku Injil Yobel sebagai program yang membawa visi SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


FAKTUAL Shallom pada bangsa Israel, suatu komunitas yang berdamai dengan diri sendiri, dengan sesama dan Allah. Sebenarnya prinsip Yobel ini merupakan cermin dari perintah Allah yang utama yaitu kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, dan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatanmu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Namun tahun ke tahun menunjukkan bangsa ini gagal melaksanakan program ini. Para nabi menyaksikan kegagalan bangsa ini: - Yesaya: Memang setiap hari mereka mencari aku dan suka untuk mengenal segala jalanku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar…“Mengapa kami berpuasa dan engkau tidak memperhatikannya juga?Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkanNya juga?... Puasa yang Kukehendaki adalah supaya engkau membuka belenggu belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah mecah rotimu bagi orang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah (Yesaya 58:2-7). - Amos, Aku membenci dan aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu, jauhkanlah daripadaku keramaian nyanyian-nyanyianmu, juga gambusmu tidak mau aku dengar, Tetapi biarlah keadilan bergulung gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir (Amos 5:21-24). - Mikha, Yehezkiel, Yeremia juga menuliskan hal yang sama. Allah muak dengan ritual agama mereka, korban persembahan dan perayaan keagamaan, karena ketidakpedulian mereka kepada orang lain dan tanah mereka. Mengapa Bangsa Israel di bawa ke pembuangan? salah satu dosa yang menjijikkan Allah yang mereka lakukan adalah kegagalan mereka memelihara SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

orang miskin. B. Yesus dan Yobel Untuk apa Yesus datang ke bumi? Sebagian besar orang Kristen, seperti apa yang diajarkan di sekolah minggu dan nyanyiannya adalah untuk mati di salib menebus dosa manusia sehingga manusia bisa diselamatkan dan masuk sorga. Benarkah hanya itu? Lukas 4: 7-21 mencatat bagaimana Yesus memulai pelayanan-Nya di dunia di suatu hari Sabat di sinagoge ketika Dia membaca nas yang ditulis di Yesaya : Roh Tuhan ada padaKu , oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta , untuk membebaskan orang-orang yang tertindas dan untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan sudah datang” Yesus mewartakan Yobel dengan dimensi yang berbeda. Sejak itu Yesus melakukan pelayanan dari kota ke kota untuk memberitakan injil kerajaan Allah (“Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan injil kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus” Lukas 4:43) Ketika Yohanes mengirim dua muridnya bertanya pada Yesus: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain? (Lukas 7:19). Ada banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Dialah Sang Mesias yang dinantikan itu (Kelahiran-Nya di Betlehem dan dari garis keturunan Daud, pengetahuanNya akan kitab suci yang luar biasa atau peristiwa di Matius 3:17 di hari pembaptisan-Nya ketika Roh kudus turun dalam bentuk burung merpati dan Allah Bapa yang berkata” inilah Anak yang kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan”). Namun Yesus memilih menjawabnya demikian: “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang 13


FAKTUAL tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku (Lukas 7:22-23) Kim Tan menggambarkan bahwa masa pelayanan Yesus merupakan tindakan Yobel Yesus yaitu: 1. Semangat kebersamaan

Yesus dan murid-muridnya mempraktikkan pundipundi bersama dan berbagi apa yang mereka miliki. Pelayanan mereka pun didukung oleh perempuan-perempuan yang sudah disembuhkan dari roh jahat dan penyakit. Mereka mendukung pelayanan Yesus ini dengan kekayaan mereka (Lukas 8: 1-3). Dompet bersama ini dikelola oleh Yudas Iskariot dan sering kali dipakai untuk membeli makanan dan diberikan pada orang miskin (Yohanes 13: 29). 2. Pembebasan yang tertawan

Yesus membebaskan orang-orang yang tertawan dan tak berdaya baik dalam hal fisik (menyembuhkan penyakit dan kelemahan), memulihkan keterasingan dari lingkungan sosial (Dia bergaul dengan pemungut cukai, berkunjung ke rumah Zakeus dan pelacur). Membebaskan para tawanan ini adalah ciri khas pelayanan Yesus dan puncaknya adalah kematian di kayu salib. Yesus sebagai penebus, membebaskan manusia dari perbudakan dosa, kemerdekaan dari hutang dosa dan pemulihan hubungan dengan keluarga Allah. Melalui kematianNya di salib Yesus memberitakan Yobel.

3. Memberi makan yang lapar

Kitab Injil mencatat peristiwa bagaimana Yesus memberi makan 5000 orang dengan 5 roti 2 ikan. Bekal seorang anak yang didistribusikan untuk mengenyangkan banyak orang, bukan penimbunan kepemilikan untuk diri sendiri.

4. Memulihkan Sabat

Yesus memulihkan makna sabat yang salah

14

dimengerti oleh orang Yahudi ketika itu. Sabat diberikan untuk memberikan kemerdekaan dan pemulihan. 5. Ajaran tentang Yobel

Ajaran Yesus menggenapi hukum taurat. Dia mengajarkan tentang sikap terhadap harta, uang dan hutang piutang. Dan banyak hal lainnya. Yesus meminta tingkat perilaku sosial yang lebih tinggi di antara murid-murid-Nya ketimbang yang dituntut di bawah hukum Taurat. Sebagaimana Musa datang dengan Taurat di gunung Sinai, Yesus mengajarkan Kotbah di Bukit, yang merupakan aplikasi yang sempurna terhadap hukum Taurat.

C. Kekudusan Sosial Jemaat Mula-mula Pelayanan Yesus yang menghadirkan Yobel dilanjutkan oleh murid-murid. Kisah Para Rasul menceritakan hal ini (lihat Kisah Para Rasul 2:4147; 4:32-37). Kita juga bisa membaca di Kisah para rasul dan surat-surat Paulus, bagaimana mereka mengatur pemeliharaan para janda dan para rasul. Cara hidup jemaat mula-mula : ”sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka”, ini seolah menggemakan Ulangan 15:4: “maka tidak akan ada orang miskin di antara kamu …asal saja engkau mendengarkan baik-baik TUHAN ALLAH mu dan melakukan dengan setia segenap perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini Menariknya, pelaksanaan program Yobel pada jemaat mula-mula ini memiliki kuasa penginjilan, ”…Dan tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan” (Kis. 2:47). Komunitas Yobel ini juga dilanjutkan oleh jemaat abad pertama dan kedua. Sebuah surat yang dikenal dengan nama Surat Kepada Diognetus ditemukan pada abad kedua yang menceritakan bagaimana orang Kristen masa itu hidup: Orang-orang Kristen tidak dapat dibedakan SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


FAKTUAL dari orang lain dengan melihat pada asal usul mereka, bahasa atau budaya mereka; soalnya, mereka tidak tinggal di satu kota tersendiri, atau menggunakan bahasa mereka, atau memiliki gaya hidup yang aneh. Ajaran mereka itu tidak disusun lewat penemuan atau spekulasi manusia; mereka tidak hanya sekadar menyebarkan ajaran manusia seperti orang lain. Mereka hidup di kota Yunani dan di kota asing. Mereka mengikuti budaya lokal dalam hal berpakaian, makanan dan aspek kehidupan yang lain. Tapi di waktu yang bersamaan, mereka menunjukkan kepada kita kerakyatan mereka yang indah dan tidak biasa...... Mereka bernikah dan mempunyai anak seperti orang lain; tapi mereka tidak membunuh bayi yang tidak direncanakan. Mereka membagi meja makan tapi tidak membagi tempat tidur. Mereka hadir di dalam daging tapi tidak hidup menurut daging. Mereka melewati hari-hari mereka di bumi tapi mereka rakyat surgawi. Mereka menaati hukum dan bahkan melampaui hukum di dalam kehidupan mereka. Mereka mengasihi setiap orang, tapi dianiaya oleh semua. Mereka dibunuh dan memperoleh hidup. Mereka miskin namun memperkaya banyak orang. Mereka berada dalam kekurangan tapi memiliki segalanya. Mereka dipermalukan namun memperoleh kemuliaan lewatnya…… Secara sederhana – orang-orang Kristen itu adalah bagaikan jiwa bagi dunia ini. Jiwa itu tersebar di seluruh tubuh sebagaimana orang Kristen itu tersebar di setiap kota di dunia ini. Jiwa itu ada di dalam tubuh tapi bukanlah tubuh itu; orang-orang Kristen berada di dalam dunia tapi mereka bukan dari dunia.” (Dikutip dari surat yang ditulis seseorang kepada Diognetus-History of Christianity)

jemaat mula mula, seperti yang Allah kehendaki dilakukan umatnya? Akankah Allah mengeluh seperti ini: “Orang Kristen ini setiap minggu ke gereja, memberi persembahan di ibadah, dan persembahan perpuluhan. Namun persembahan itu sebagian besar dipakai untuk pembangunan gedung dan biaya perayaan paskah dan natal yang mewah dan meriah. Orang Kristen ini bangun pagi hari dan membaca saat teduh, berdoa setiap malam di jam doa rutinnya. Namun hatinya jauh dari melakukan firmanKu dan doanya jarang sekali mensyafaatkan kemiskinan, ketertinggalan saudaranya sebangsa dan sesama manusia. Mereka sibuk melayani di gereja namun umatku yang miskin, sesat dan tersingkirkan luput dari kepedulian mereka.” Akankah Allah akan mengatakan kemuakkan-Nya seperti pada bangsa Israel? Akankah Dia akan membuang umat-Nya juga? Ingat, apa yang Yesus katakan dalam Matius 25 : 31-36: ….Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang yang paling hina ini kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal. Sumber : 1. Corbett S, Fikkert B. Ketika Menolong Justru Menyakiti. Penerbit Momentum, 2018 2. Kim Tan. Injil Yobel, Yobel, Roh dan Gereja. Indonesian Care. http//www.Indonesiancare.org/

Penutup Bagaimana dengan gereja masa kini? Bagaimana dengan umat Allah masa kini? Masihkah kita memelihara kekudusan yang holistik seperti SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

15


Faktual Kenaikan Iuran BPJS: Tepatkah? Oleh: Rudi Andika, SST

Dunia kesehatan Indonesia menghangat pasca kebijakan kenaikan iuran kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Pemerintah dituding tega dan tidak mampu mencarikan solusi alternatif selain membebankan pada rakyat. Karena tidak mungkin terdapat asap jika tidak ada api, lantas apakah “api� pemantik kebijakan ini?

hanya akan membayar iuran BPJS jika dirasa-rasa akan memerlukan layanan kesehatan berbiaya tinggi dalam waktu dekat, misalnya operasi atau persalinan, lalu berhenti mengiur; atau akan kembali mengiur jika akan membutuhkan layanan lagi, dan seterusnya. Berdasarkan data tahun 2018, tingkat keaktifan PBPU/peserta mandiri hanya 53,7%.

ndang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 merupakan landasan legal yang mengatur mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Berdasarkan desain besarnya, setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah atau suatu jumlah nominal tertentu (pasal 17 ayat 1). Asas keadilan dan keberpihakan kepada masyarakat miskin (pro-poor) juga terlihat termanifestasi dalam undang-undang ini, yakni iuran fakir miskin dan orang yang tidak mampu ditanggung oleh Pemerintah (pasal 17 ayat 4). Selain itu, dalam hal seorang peserta mengalami pemutusan hubungan kerja dan setelah enam bulan belum memperoleh pekerjaan serta tidak mampu, iurannya juga dibayar oleh Pemerintah. Konsepnya sedemikian baik.

Namun perlu diketahui, kenaikan iuran ini tidak akan mempengaruhi/dirasakan oleh penduduk miskin/tidak mampu. Berdasarkan data yang ada, sebanyak 96,6 juta penduduk miskin dan tidak mampu iurannya dibayar oleh Pemerintah Pusat (APBN) yang disebut Penerima Bantuan Iuran (PBI). Sementara 37,3 juta jiwa lainnya iurannya dibayarkan oleh Pemerintah Daerah (APBD) melalui kepesertaan penduduk yang didaftarkan oleh Pemda (yang terkadang disebut juga PBI Daerah). Dengan demikian, ada sekitar 134 juta jiwa yang iurannya ditanggung oleh pemerintah. Sementara itu, untuk pekerja penerima upah, baik ASN Pusat/Daerah, TNI, POLRI, maupun pekerja swasta, penyesuaian iuran akan ditanggung bersama oleh pekerja dan pemberi kerja.

U

Namun yang terjadi di lapangan (secara tidak mengejutkan) adalah berbeda. Banyak peserta BPJS tidak sepenuhnya patuh membayar iuran (premi) BPJS. Masalahnya begitu mendasar dan tentunya bukan hal yang mengejutkan. Perumus undang-undang kemungkinan besar sudah mengantisipasi skenario yang mudah diprediksi ini: rendahnya kontribusi premi. Rendahnya kontribusi premi ini, terutama dari peserta mandiri, merupakan penyebab utama defisit program JKN. Besaran iuran BPJS saat ini dapat dikatakan berada di bawah penilaian profil dan risiko peserta yang sering dilakukan oleh aktuaris/penilai asuransi konvensional. Kondisi ini disebut juga dengan istilah underpriced. Kondisi ini berkaitan juga dengan adverse selection, yaitu kecenderungan masyarakat/peserta mandiri yang 16

Kenaikan iuran peserta mandiri yang hangat diperbincangkan itu sendiri pun perlu dicermati dengan lebih seksama. Untuk peserta mandiri Kelas 3 hanya akan naik menjadi sebesar Rp 42 ribu, yaitu sama dengan iuran bagi orang miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerintah. Bahkan bagi peserta mandiri Kelas 3 yang merasa tidak mampu dengan besaran iuran ini, dan nyata-nyata tidak mampu, peserta tersebut dapat mengusulkan diri untuk dimasukkan ke dalam Basis Data Terpadu Kementerian Sosial sehingga berhak untuk masuk PBI yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah. Kenaikan Kelas 2 dan Kelas 1 juga dipertimbangkan dalam batas kemampuan bayar masyarakat. Dalam hal terdapat peserta yang merasa benar-benar tidak mampu mengiur, peserta dapat mengajukan penurunan kelas, SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


FAKTUAL

misalnya dari semula Kelas 1 menjadi Kelas 2 atau Kelas 3; atau dari Kelas 2 ke Kelas 3. Kenaikan iuran BPJS ini tentunya semakin menjadi alarm bising bagi pihak BPJS akan perlunya mengiringi dengan perbaikan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Perbaikan tersebut utamanya meliputi: kepesertaan dan manajemen iuran, sistem layanan dan manajemen klaim, serta strategic purchasing. Termasuk fakta bahwa Upah Minimum Regional (UMR) masing-masing daerah adalah berbeda-beda, maka tidak menutup kemungkinan bahwa perbaikan sistem nantinya memungkinkan setiap peserta mengiur secara proporsional sesuai dengan UMR-nya masingmasing Mengapa iuran harus naik? Berdasarkan data, sejak tahun 2014, setiap tahun program JKN selalu mengalami defisit (lihat gambar). Sebelum memperhitungkan intervensi Pemerintah baik dalam bentuk Penanaman Modal Negara (PMN) maupun bantuan APBN, besaran defisit JKN masing-masing Rp1,9 triliun (2014), Rp9,4 triliun (2015), Rp6,7 triliun (2016), Rp13,8 triliun (2017), dan Rp19,4 triliun (2018). Dalam rangka mengatasi defisit JKN itu, Pemerintah telah memberikan bantuan dalam bentuk PMN sebesar SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

Rp5 triliun (2015) dan Rp6,8 triliun (2016) serta bantuan dalam bentuk bantuan belanja APBN sebesar Rp3,6 triliun (2017) dan Rp10,3 triliun (2018). Tanpa dilakukan kenaikan iuran, defisit JKN akan terus meningkat, yang diperkirakan akan mencapai angka Rp32 triliun di tahun 2019, dan diproyeksikan meningkat menjadi Rp44 triliun pada 2020 dan Rp56 triliun pada 2021. Dalam rangka menjaga keberlangsungan program JKN, maka kenaikan iuran menjadi diperlukan. Tentunya tidak ada satupun yang menghendaki program JKN yang manfaatnya telah dirasakan oleh sebagian besar penduduk Indonesia terganggu keberlangsungannya. Sementara itu selama tahun 2018, total pemanfaatan layanan kesehatan melalui JKN mencapai 233,9 juta layanan, yang terdiri dari 147,4 juta layanan pada Fasilitas Kesehatan Tahap Pertama (FKTP), 76,8 juta layanan rawat jalan RS, dan 9,7 juta layanan rawat inap RS. Secara rata-rata, jumlah layanan kesehatan melalui JKN mencapai 640.822 layanan setiap hari. Mengapa naiknya 100%? Kenaikan 100% hanya berlaku untuk Kelas 1 dan Kelas 2, yang diasosiasikan sebagai peserta 17


FAKTUAL yang tergolong (cukup) mampu. Untuk kelas 3 yang sering diasosiasikan sebagai peserta tidak mampu, kenaikannya tidak sebesar itu. Untuk Kelas 3, usulan kenaikannya adalah dari Rp25,5 ribu menjadi Rp42 ribu, (65%). Sebagaimana disebutkan sebelumya, peserta mandiri adalah penyebab defisit JKN terbesar. Sepanjang tahun 2018, total iuran dari peserta mandiri adalah Rp8,9 triliun, sedangkan total klaimnya mencapai Rp27,9 triliun. Dengan kata lain, rasio klaim dari peserta mandiri ini mencapai 313%, yang berarti kenaikan iuran peserta mandiri semestinya lebih dari 300%, sedangkan dalam hal ini pemerintah hanya menaikkan sebesar 65%. Perbedaan kenaikan tarif antara Kelas 3 dengan Kelas 1 & 2 menunjukkan dipertimbangkannya tiga hal utama, yaitu: kemampuan peserta dalam membayar iuran (ability to pay), upaya memperbaiki keseluruhan sistem JKN sehingga terjadi efisiensi, serta gotong royong dengan peserta pada segmen lain. JKN merupakan sebuah asuransi sosial dengan prinsip gotong royong: yang kaya membantu yang miskin (dengan mengiur lebih besar), yang sehat membantu yang sakit (yang sehat mengiur tetapi tidak memanfaatkan layanan kesehatan atau membutuhkan layanan kesehatan yang lebih minimal). Agar prinsip gotong-royong ini terjadi, maka yang sehat pun harus rajin dan patuh membayar iuran. Pada kenyataannya, banyak peserta mandiri yang tidak disiplin membayar iuran. Pada akhir tahun anggaran 2018, tingkat keaktifan peserta mandiri hanya 53,7%. Artinya, 46,3% dari peserta mandiri tidak disiplin membayar iuran alias menunggak. Sejak 2016 s.d 2018, besar tunggakan peserta mandiri ini mencapai sekitar Rp15 triliun. Demi berkelanjutannya program JKN ini, maka kedisiplinan membayar iuran bagi peserta mandiri ini tanpa terbantahkan menjadi sangat penting. Masyarakat perlu memiliki kesadaran tanggung jawab agar setelah mendaftar dan mendapatkan layanan kesehatan (yang mahal) untuk tidak kemudian berhenti mengiur atau menunggak. Terlebih lagi, indispliner pembayaran iuran ini sebetulnya dapat dikenai sanksi, sebagaimana diatur dalam PP Nomor 86 tahun 2013. Dalam 18

Pasal 5 ayat (2) PP tersebut diatur bahwa pelanggaran kepesertaan BPJS dikenai sanksi administrasi berupa: (a) teguran tertulis, (b) denda, dan/atau (c) tidak mendapat pelayanan publik tertentu. Penghentian pelayanan publik yang dimaksud dapat berupa penghentian layanan pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), sertifikat tanah, hingga paspor. Meski demikian pada praktiknya, pemberian sanksi berupa tidak mendapat pelayanan publik tertentu ini belum dilaksanakan dengan baik, yang dapat diinterpretasikan sebagai kebelummampuan pemerintah mengadministrasi pemberian sanksi, atau ketidaktegaan mengimplementasikan sanksi tersebut kepada rakyat. Terlepas dari keberadaan serta implementasi sanksi tersebut, sudah sepantasnya kita semua mendukung program Pemerintah menuju Universal Health Coverage (UHC) ini. Khusus bagi peserta mandiri, sangat diharapkan untuk tidak hanya mendaftar dan membayar iuran saat merasa perlu mendapatkan layanan kesehatan yang mahal, dan setelah sehat kemudian berhenti membayar iuran atau menunggak. Disiplin dan aktif membayar iuran merupakan wujud kegotong-royongan dalam mendukung program JKN sebagai sebuah asuransi sosial. Jika disimpulkan, kenaikan iuran BPJS merupakan langkah logis demi menjaga keberlangsungan jaminan kesehatan di negeri ini. Diharapkan, semua pihak menunaikan kewajibannya masingmasing dengan baik: masyarakat mengiur secara teratur, BPJS Kesehatan meningkatkan pengelolaan dana dan administrasi dengan baik, serta fasilitas-fasilitas kesehatan dan para tenaga medis juga meningkatkan layanannya dengan prima. Hanya dengan sinergi dan penunaian kewajiban masing-masing dengan baiklah maka tujuan bersama akan tercapai. “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.� – Galatia 6:2 (TB). *Rudi Andika, Bendahara PMdN Perkantas dan bekerja di Kementerian Keuangan RI

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Faktual Dokter Johannes Leimena, Warga Negara yang Bertanggung Jawab Dokter Leimena adalah pribadi yang sederhana. Sederhana cara berpikirnya, dan sederhana cara hidupnya. Sederhana dalam arti tidak dangkal, tapi dalam. Lurus dan tidak berliku-liku.” Itulah kesan Dr. H. Roeslan Abdulgani, mantan Menlu RI 1956-1957, terhadap dokter Johannes Leimena. Roeslan Abdulgani juga mengakui, dokter Leimena atau lebih dikenal dengan Oom Yo adalah seorang yang setia pada cita-citanya, setia pada keyakinannya. Setia tidak dalam arti dangkal, melainkan setia dalam arti tidak tergoyahkan, lurus dan tidak berliku-liku. Dalam kesetiaannya itu terdapat kewajaran seadanya tanpa dibuat-buat. Sebagai salah seorang anggota pemerintahan, dalam sidang kabinet ia tidak banyak bicara. Tapi kalau sudah berbicara, maka apa yang dikemukakannya selalu berbobot, berisi, dan berpengaruh. Alasan-alasannya mendasar dan manusiawi. Meskipun berasal dari suku Ambon dan beragama Kristen, tak pernah tercermin sedetik pun rasa seakan-akan ia minoritas di tengah-tengah gelombang besar revolusi pada waktu itu. Ia sudah jauh meninggalkan diri pribadinya sebagai seorang Indonesia, tanpa kompleks apa pun, di tengah-tengah pertumbuhan kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam sidang-sidang kabinet yang dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno, ia selalu menempati kedudukan sebagai Wakil Menteri Pertama, sehingga sudah barang tentu hubungannya sangat dekat dengan Bung Karno. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

Dalam hubungannya dengan Bung Karno, dokter Leimena tidak pernah melepaskan tugas-tugas pastoralnya sebagai orang Kristen. Karena itu Bung Karno sering menamakan dokter Leimena “Domine Leimena” (Pendeta Leimena). Soal kejujurannya, beberapa menteri pada masa itu mengatakan dokter Leimena tidak selalu mengiyakan begitu saja setiap keinginan Bung Karno. Ia tidak segan-segan mengemukakan pendapatnya secara terus terang dan jujur. Dan Bung Karno pernah mengatakan kepada Cindy Adams (jurnalis Amerika), bahwa yang paling menarik pada Johannes Leimena adalah kejujurannya yang seperti “Yesus dari Nazaret”. 19


FAKTUAL Rustig! Rustig! Banyak tokoh negarawan pada masa revolusi dan Orde Lama yang kagum dan salut padanya. Sifatnya yang tenang luar biasa, dapat mengendalikan emosi, membuatnya sering dijadikan ketua dalam komisi-komisi pada saat itu. Ia sanggup memelihara hubungan yang akrab dengan ketua-ketua komisi lainnya, bersahabat, bersifat humanis dan tidak berprasangka, serta berkeinginan kuat untuk mencegah pertumpahan darah. Ia terkenal sebagai orang yang menempatkan diri dalam posisi sebagai penengah, dengan mengatakan, “Rustig...rustig! yang artinya: “Tenang...tenang!” Mantan Menteri Kesehatan 8 kali (19471956, kecuali 1953-1955) ini, sejak kecil sudah terbiasa hidup disiplin. Sebelum dan sekembali dari sekolah ia diharuskan mencuci piring dan membantu di dapur. Mencuci pakaian sendiri. Pulang pergi sekolah yang jaraknya cukup jauh dengan berjalan kaki. Ia menganggap pengalaman ini sebagai suatu pelajaran dari belajar hidup sederhana. Setelah lulus MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs/sekolah tingkat menengah), ia bermaksud melanjutkan ke sekolah teknik Koningen Wilhelmina School (KWS), tapi tidak diterima, karena nilai mata pelajaran menggambar hanya 4, meski berhitung dan Bahasa Belanda masing-masing bernilai 9. Kemudian ia mencoba masuk Sekolah Hakim (Rechtschool), tapi pintu tertutup juga. Tibatiba muncul niatnya untuk masuk Sekolah Kedokteran Stovia. Meski bukan keinginan yang sesungguhnya, tapi ia yakin ini rencana Tuhan juga. Semasa mudanya di kampus ia aktif dalam organisasi kemahasiswaan, banyak membaca, dan mengamati pergerakan nasional yang terjadi. Perhatiannya pada gerakan kebangsaan makin berkembang dan ia mulai melihat dengan kemampuan intelektualnya, bahwa suatu gerakan zaman baru sedang muncul, suatu lembaran baru dalam sejarah Indonesia. 20

Setelah lulus, keahliannya sebagai dokter memberinya banyak kesempatan untuk menolong orang lain. Sekali waktu ia ditawan penjajah Jepang. Namun dalam kamp itu ada pimpinan Kempetai (satuan polisi militer Jepang) yang jatuh sakit. Maka di bawah pengawasan tentara yang lain, ia menolong tentara yang sakit itu, dan sebagai balasannya, ia dibebaskan. Menguatkan orang lain Masih segar dalam ingatan Roeslan Abdulgani juga, suatu kejadian di hari Minggu sore 19 Desember 1948, di Yogya. “Sore itu tangan saya luka parah tertembak di Jembatan Code oleh mitralyur Belanda dari pesawat terbang. Dokar yang mengangkut saya ke Rumah Sakit Bethesda (dulu Petronella) berpapasan dengan sekelompok juru rawat laki-laki dan perempuan yang ditawan tentara Belanda bersenjata lengkap. Mereka dipaksa berjalan, entah ke mana. Di depan rombongan berjalan oom Yo! Begitu beliau melihat saya di dalam dokar, ia berteriak: ‘Roeslan? Ben je gewond? Gauw tetanus halen, gauw tetanus halen!’ artinya: Roeslan? Kamu luka-luka? Lekas ambil tetanus, ambil tetanus! Terus terang waktu itu saya tidak mengerti apa yang Oom Yo maksud. Oom Yo dibentak oleh tentara yang menawan itu, tapi beliau tidak menghiraukan, terus berteriak: ‘Lekas tetanus! Lekas tetanus!’ Beliau kemudian ditodong dengan stengun, dan rombongan juru rawat dipaksa berjalan terus. Dia masih memandang ke arah saya, dan berteriak, ‘Sterkte!’ (kuatkan dirimu!) Peristiwa itu terjadi di Jalan Tugu Yogya, di tengah keramaian suara tembak menembak antara rakyat Indonesia dengan Belanda, dan dokar saya berjalan terus. Di Rumah Sakit, dokter Pikoli segera menolong saya, dengan memberikan obat tetanus! Saat itu baru saya mengerti apa yang dimaksud Oom Yo dengan teriakannya itu. Kejadian itu adalah kejadian kecil. Tetapi kesan yang membekas dalam ingatan saya, adalah roman mukanya yang tenang menghadapi SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


FAKTUAL bentakan dan todongan senjata tentara Belanda. Beliau dapat gusar mengenai nasib buruk orang lain. Tetapi jika dirinya sendiri menghadapi kesulitan atau bahayapun, dia bersikap tenang. Watak demikian itu saya lihat konsisten sepanjang karir Oom Yo.” Optimis Peranan Oom Yo pun terasa pada saat krisis ekonomi, tahun 1961-1962. Harga-harga melambung tinggi menjadi 400%. Karena perhatian pemerintah dan bangsa diarahkan seluruhnya pada penyelesaian stabilitas politik; pada usaha mempertahankan identitas dalam kancah pergolakan internasional; pada perjuangan mengembalikan Irian Barat, dan adanya usaha konsolidasi sistem demokrasi terpimpin. Situasi ekonomi yang buruk oleh pemerintah dianggap sebagai konsekuensi pahit yang harus diterima karena SIKON. Tapi timbul pertanyaan, jika prioritas untuk menyelesaikan masalah politik disetujui penuh, apakah perlu mengorbankan masalah ekonomi? Menghadapi keadaan ekonomi yang semakin menimbulkan keresahan itu Oom Yo tetap optimis. Sifat optimisme beliau diungkapkan dari doa Het onze Vader; doa Bapa Kami yang di Surga. Ungkapan kepercayaan ini disampaikannya dalam sidang kabinet, dalam pertemuan dengan pimpinan para buruh, pemuda, wanita dan kalangan lain yang mendesak agar distribusi kebutuhan pokok diperhatikan. Namun Oom Yo juga mengingatkan, “Het onze Vader” tanpa perbaikan etos kerja dan disiplin kerja, hasilnya akan timpang. Ungkapan “Het onze Vader” itu sering juga menyentuh perasaan Presiden Soekarno yang beberapa kali dalam kesempatan memimpin kabinet mengucapkan bahwa Bapak Kami atau Tuhan yang ada di ataslah yang menentukan segala-gala yang kita lakukan. “Senjata yang paling hebat dari suatu bangsa yang berjuang tidak berupa bedil, tidak berupa meriam, tidak SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

berupa senjata wadak. Tetapi kepercayaan dan keyakinan. Dalam hal ini saya sering mensitir ucapan-ucapan Pak Leimena” demikian ungkap Bung Karno. Bertanggung jawab Dokter Leimena adalah seorang yang setia kepada nusa, bangsa, dan perjuangan nasional. Selain itu ia seorang yang teguh dalam prinsip. Karena memegang prinsip itulah maka Oom Yo mengalami masa-masa ia harus diam, memberi kesempatan kepada yang lain. Dalam diamnya, ia berdoa untuk keselamatan nusa dan bangsanya. Kecintaan kepada tanah air dan bangsa, ketekunan kepada pekerjaan, kesederhanaan, kejujuran, patriotisme, ketelitian, dan keprihatinan, merupakan sifat-sifat yang ada dalam diri Oom Yo. Sifat-sifat dari seorang dokter, seorang pendeta, seorang patriot pejuang, dan negarawan. Dan semua itu tampak nyata dari apa yang selalu diusahakannya, yaitu persatuan dan kesatuan umat Kristen, persatuan dan kesatuan bangsa, terutama umat Kristen dibimbing terus untuk dapat bertindak dan berkembang sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Dokter Leimena yang wafat pada 26 Maret 1977, menjadi menteri selama 21 tahun dengan 18 kabinet, mendapat gelar pahlawan nasional pada tahun 2016. Dan, Menteri Kesehatan Nina Moeloek meresmikan penggunaan nama Dokter Johannes Leimena pada Rumah Sakit Umum Pusat Terpadu Kemaritiman di Ambon 16 Oktober 2019. Terima kasih, Oom Yo! */tnp Sumber: 1. Kewarganegaraan yang bertanggung Jawab, mengenang Dr. J. Leimena. Penerbit BPK Gunung Mulia. 1980 2. Kliping koran

21


Faktual Porf.Dr.dr. Herkutanto, SpF (K), SH., LLM, FACLM:

Rindu ada Dokter-dokter yang Baik...

S

ejak jaman pra kemerdekaan, ternyata, dokter selalu tampil menjadi pelopor gerakan kemasyarakatan yang mencapai klimaksnya berupa kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. Di era Indonesia modern, kita bisa mencatat kiprah seperti dr. Sulastomo, MPH, AAK, Prof. Dr.dr. Mahar Mardjono, Prof.Dr.dr. Marsetio Donosepoetro, SpPK, Prof.Dr.dr. Djohansjah Marzoeki, SpBP, dan dr. Lie Agustinus Dharmawan, Ph.D, Sp.B, Sp.BTKV, yang terus aktif memikirkan masalah-masalah sosial kemasyarakatan kita. Tidak hanya dalam bentuk kegiatan pribadi dan kegiatan sosial tapi juga dinyatakan dalam karyakarya tulis yang dipublikasikan di media massa maupun media sosial. Adalah Prof.Dr.dr. Herkutanto, SpF (K), SH, LLM, FACLM, ahli medikolegal dan ahli forensik, dokter yang selalu gelisah dan punya kerinduan bagaimana dokter itu menjadi orang baik. Ditemui di kantor Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) di kawasan Menteng Jakarta, Agustus lalu, Prof. Herkutanto tampak senang bercerita tentang “perjuangan” dokter. “Kalau kita mau melihat kiprah perjuangan dokter, itu harus dilihat dalam konteks sejarah Indonesia. Dokter di jaman kolonial, memang tidak berniat untuk membantu kesehatan masyarakat Indonesia, karena dokter-dokter Belanda itu memang ditugaskan untuk memproteksi bangsa Belanda yang sedang mencari rempah-rempah kita. Lalu, bagaimana nasib kesehatan masyarakat Indonesia? Mereka diserahkan pada biarawan-biarawan dari badan misi atau zending. Menjelang dan pasca kemerdekaan, makin tumbuh kesadaran bahwa dokter (pribumi) harus berjuang

22

mengangkat derajat kesehatan masyarakat. Para dokter menjalin interaksi langsung dengan warga pelosok sehingga benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat. Dulu, demand untuk pelayanan kesehatan tidak tinggi, karena kalau orang sakit infeksi apapun, obatnya cuma satu, sulfa, tidak ada antibiotik. Sehingga biaya pengobatan tidak mahal. Lalu, pada rezim Soeharto, pengembangan sistem kesehatan berkembang pesat dengan catatan para dokter tak boleh berpolitik praktis. Motif mengentaskan diskriminasi ras dan etnis pada era kolonial pun berganti menjadi profesionalisme dan kemajuan pribadi. Dokter hanya diizinkan menekuni profesinya. Di usianya ke-74, Indonesia masih kesulitan menyediakan layanan kesehatan yang layak bagi rakyatnya. Program Keluarga Berencana meredup, fasilitas tak begitu memadai, BPJS terseok-seok –sementara konstelasi sosialpolitik membuat para dokter seolah-olah tak lagi berorientasi pada kesehatan masyarakat di pelosok. “Jadi, kalau ada anggapan bahwa dokter dulu seolah sosial, sekarang tidak, ya...karena ada perubahan jaman,” ujar pria kelahiran Surabaya, 3 Mei 1953. Pelayanan medis yang tidak memuaskan Masyarakat saat ini semakin kritis tentang hakhaknya dalam bidang hukum, pelayanan medis, jasa asuransi, kelalaian medik dan lainnya. Tuntutan hukum pun sering terjadi karena pelayanan medis yang tidak memuaskan. Namun yang sering jadi masalah, apakah tuntutan dan klaim tersebut dibuat dengan benar? Apakah penyebab kondisi korban sesuai dengan penyebab yang dituduhkan atau hal-hal yang diperjanjikan dalam polis asuransi? “Untuk itulah peran seorang ahli medikolegal dibutuhkan,” ujar profesor yang mengambil jalur profesi yang tidak biasa ini. Medikolegal adalah bidang ilmu interdisipliner yang meliputi disiplin kedokteran dan disiplin SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


FAKTUAL hukum. Masalah medikolegal banyak mencuat pada kasus-kasus forensik misalnya dalam menentukan penyebab kematian yang rumit. Cara pandang disiplin kedokteran tidak sama dengan cara pandang disiplin hukum dan keduanya tidak dapat dipakai secara langsung untuk menyelesaikan masalah. “Kasus-kasus medikolegal sebenarnya banyak terjadi di masyarakat meski tidak semuanya dilaporkan. Penyelesaian kasus-kasus seringkali tidak dapat dilakukan secara sepihak dengan disiplin kedokteran atau disiplin hukum. Hal ini merupakan kompetensi dokter spesialis di bidang kedokteran forensik dan medikolegal,” jelas profesor yang sekarang masih menjadi ketua divisi pembinaan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Melindungi Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) adalah lembaga negara yang mandiri dan bersifat independen yang terdiri dari Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi. Tujuan dibentuknya KKI agar masyarakat terlindungi dan mendapat pelayanan kedokteran dan kedokteran gigi yang bermutu dan berkualitas baik. KKI menerbitkan STR (Surat Tanda Registrasi) sebagai bukti bahwa dokter tersebut terdaftar di Indonesia dan sudah memiliki kompetensi yang sesuai untuk melakukan praktik kedokteran. STR merupakan pengakuan negara terhadap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran. Apabila seorang dokter melakukan praktik kedokteran tanpa STR, artinya dokter tersebut melakukan pelanggaran hukum. STR berlakuk selama 5 tahun dengan tujuan agar dokter dapat mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. STR sangat bermanfaat bagi dokter, karena dengan adanya STR maka akuntabilitas dokter terjaga, masyarakat percaya dan memperoleh kehormatan profesi karena ada jaminan dari negara. “Ketika saya mendatangani STR, maka dokter itu boleh praktik. Sebenarnya, itu pisau bermata dua. Satu pihak, saya bersyukur telah mempersembahkan satu dokter untuk menolong masyarakat Indonesia, di pihak lain, apabila dokter itu ternyata tidak SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

kompeten dan saya biarkan menangani pasien dan pasien itu meninggal. Nah, siapa yang berdosa?” tanya Prof. Herkutanto. “Maka dari itu, kami dari KKI begitu ketat menyeleksi para dokter. Dokter bukan hanya kompeten saja yang dibuktikan dengan ijazah, tapi perilakunya juga harus baik. Ia harus menjaga moralitas, privilege status-nya dan melakukan praktik kedokteran dengan baik. Dokter harus mengutamakan kesejahteraan pasien dan juga menjaga kesehatannya sendiri,” tambah Herkutanto yang menjadi anggota KKI selama 2 periode (20092014 dan 2014-2019). Era baru Kita patut berterima kasih pada kemajuan teknologi. Kini banyak penyakit telah dapat disembuhkan. Namun di sisi lain, biaya kesehatan membengkak tak terkendali. Ini masalah yang dihadapi semua negara. Kenaikan biaya kesehatan hanyalah symptom belaka. Sedangkan penyakit yang sesungguhnya terletak di keserakahan dan tidak kompetennya penyedia layanan kesehatan (baca:dokter). Teknologi canggih hanya bermanfaat bila berada di tangan pelayanan yang terkordinasi dan terkontrol dengan baik. Sebaliknya akan menjadi bencana bila jatuh ke tangan pelayanan yang terfragmentasi (tanpa kordinasi). Jelas, pelaku pelayanan harus diregulasi. “Kini, ada Era 4.0. Banyak juga dokter mencari nafkah secara online. Apakah itu dokter beneran atau tidak. Saya tidak mempermasalahkan berapa yang mereka dapat, atau apa yang mereka lakukan? Tapi, selamatkah pasien di tangan mereka? Nah, selama saya menjadi ketua Komisi Nasional Keselamatan Pasien 20112018, saya melihat banyak kecelekaan (medical error) yang tidak perlu terjadi , tetapi terjadi juga karena dokter tidak peduli terhadap pasien, melainkan peduli pada dirinya sendiri, sehingga pasien terkorbankan. Dan, lewat MKDI (Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia), saya cabut beberapa STR dokter” kisah profesor Herkutanto. Kerinduan profesor Herkutanto agar dokter itu menjadi orang yang baik, diperjuangkannya 23


FAKTUAL dalam tiga tataran. Pertama, makro nasional. Beliau sering diminta kemenkes untuk membuat legal drafting. Saat bertugas di KKI, membuat regulasi dan mencabut STR, sehingga dokter akuntabel. Kedua, lewat institusional. Herkutanto menginisiasi peraturan menteri kesehatan tentang komite medik di seluruh Indonesia. Misalnya, Komite Medik rumah sakit menilai layanan rumah sakit dari keramahanan, kemampuan komunikasi petugas kesehatan, kecepatan menanggapi persoalan pasien yang dirawat serta transparansi biaya. Ketiga, pada tataran individual, maksudnya panduan tentang perilaku dokter. “Misal, kalau mau memperpanjang STR, dokter harus mengikuti pelajaran etika yang diadakan perhimpunan dokter/spesialis,” jelasnya. Profesor Herkutanto yang juga ahli forensik itu memang tidak bisa diam. Di tahun 2017, saat mencermati kondisi yang ada dalam masyarakat, ia bersama teman-temannya membuat gerakan moral yang disebut Dokter Bineka Tunggal Ika. Gerakan ini muncul karena melihat ada pengkotak-kotakan di antara masyarakat, termasuk dokter. “Saya tidak rela bangsa ini tercerai berai,” ujarnya. Lebih beradab “Kami (ahli forensik) bekerja dengan cara membuat bukti-bukti medis atau medical evidences itu menjadi berbicara. Jadi, jika ada jenazah/mayat atau suatu yang luka dibuat seakan berbicara, apa yang menyebabkan, kenapa, siapa pelakunya, bisa digambarkan dengan sangat gamblang,” ujar ahli forensik dari Departemen Forensik dan Medikolegal FKUI/ RSCM itu. Sayangnya, ketersediaan tenaga forensik di Indonesia masih sangat minim jika dibandingkan dengan bidang ilmu spesialistik kedokteran lainnya. Diperkirakan, dokter forensik yang ada di seluruh Indonesia sekitar 200 orang. Ada anggapan bahwa ilmu kedokteran forensik tidak menarik, karena secara finansial tidak terlalu menjanjikan memang diduga menjadi salah satu alasan terbesar rendahnya minat para dokter muda untuk mengambil bidang ilmu forensik. “Namun tren belakangan ini peminat 24

kedokteran forensik meningkat cukup signifikan, saya tidak tahu kenapa. Ini memperlihatkan bahwa rupanya masalah finansial sudah mulai meluntur,” jelasnya. Minimnya tenaga ahli forensik, menurut Herkutanto, akan membuat kasus kejahatan semakin merajalela terutama di daerah-daerah. Pada kasus perkosaan misalnya, peran ahli forensik sangat vital untuk memberikan keadilan bagi korban perkosaan dan melacak pelaku. “Mereka butuh keadilan. Masyarakat perlu diajarkan supaya lebih beradab menggunakan hukum. Ini merupakan tantangan sebenarnya,” ujar Herkutanto yang pernah melakukan otopsi dalam kasus Dice, kasus Petrus sampai para teroris. Tetap berjuang Sambil mensyukuri 74 tahun kemerdekaan Indonesia, sadar tidak sadar dunia kedokteran dituntut memenuhi standar kualitas global. Di sisi lain, dunia kedokteran yang semula sarat dengan pesan moral etik akan tampil dalam kemasan lain, berwajah industri. Maka, perlu sekali ada orang-orang yang serius memikirkan regulasi praktik kedokteran di Indonesia. Orang yang mengerti hukum dan dan persoalan kedokteran. Bersyukur, Tuhan karuniakan kita Prof Herkutanto. “Saya masih rindu dan terus berjuang, agar ada dokter-dokter yang baik dan peduli terhadap keselamatan pasien dan tidak mencederai pasien,” harap profesor yang tahun ini genap 66 tahun. “Ketika melakukan sesuatu, jangan berorientasi pada diri sendiri atau untuk kepentingan pribadi. Tapi arahkan kepada kemauan Tuhan. Dalam pengalaman hidup saya, khususnya dalam karir, ketika ilmu atau kemampuan saya itu dikembalikan pada Tuhan, ternyata, itu jadi. Berbuah. Menjadi berkat, dalam artian orangorang di sekitar kita menikmatinya. Karena itu, jadilah seorang dokter yang baik; perilakunya, integritasnya. Cakap; skillfull, kompeten dan terus belajar. Dan, berguna dalam masyarakat. Harus ada gunanya buat masyarakat, dan persembahkan semuanya untuk Tuhan,” pesan anggota jemaat GKI Cipinang Elok Jakarta itu di akhir percakapan. */tnp

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Untaian Firman Teguh Berjuang Merawat Pancasila (Ezra 4:1-5)

U

mat Tuhan yang telah mengalami pemulihan kadang-kadang terlampau besar sukacitanya sehingga mengira bahwa segala hambatan dan kesulitan telah berakhir semua. Ternyata tidak demikian. Kembalinya orang-orang Israel dari tanah pembuangan di Babel ke negerinya bukanlah akhir dari perjuangan hidup yang mereka alami. Baru saja mereka sampai di tanah air mereka, tantangan dan persoalan pun siap menghadang di depan mata. Orang-orang yang tinggal di sekitar Yerusalem dan daerah Israel (yang dahulu sengaja diangkut oleh raja Asyur untuk tinggal di daerah tersebut - 2 Raja-raja 17:24) merasa terancam dengan kembalinya orang-orang Israel. Mereka adalah lawan atau musuh dari orang-orang Israel (secara khusus suku Yehuda dan Benyamin). Mereka berpikir, jikalau orang Israel semakin kuat (apalagi saat itu akan membangun Bait Suci – sudah sampai peletakan dasar Bait Suci), maka mereka akan disingkirkan dari daerah itu. Ketakutan tersebut diatasi dengan menawarkan diri mereka ikut membangun Bait Suci. Alasannya karena mereka juga berbakti kepada Allah Israel. “Biarlah kami turut membangun bersama-sama dengan kamu� (ayat 2). Namun, tawaran ini ditolak oleh Zerubabel (pemimpin Israel pada waktu itu). Alasannya karena mereka telah belajar dari pengalaman masa lampau dimana SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

orang-orang tersebut memberikan pengaruh buruk kepada umat. Mereka telah membuat umat berpaling menjauh dari Tuhan, mempunyai keyakinan serta ideologi yang berbeda dari apa yang sudah disepakati bersama sebagai umat Allah. Pengalaman masa lalu tersebut membuat Zerubabel dan para pemimpin umat teguh pada prinsip mereka. Mereka tidak membiarkan umat diombang-ambingkan oleh keyakinan dan ideologi lain. Mereka ingin kembali lagi menjadi bangsa yang menyembah Allah, yang berpusat pada Allah, yang teokrasi (pemerintahan / kehidupan bersama masyarakat yang berpusat pada Allah), seperti kesepakatan awal ketika mereka berdiri sebagai sebuah bangsa. Mereka bercita-cita menata kembali umat sebagai umat Allah yang beribadah dan hidup taat setia kepada Allah. Namun, perlawanan para musuh Israel tidak hanya berhenti begitu saja. Mereka kemudian menyebarkan hoax (berita palsu) untuk melemahkan semangat orang-orang Israel untuk membangun Bait Suci. Mereka tidak mau kalau Bait Suci yang adalah simbol keagamaan dan identitas orang-orang Israel tersebut berdiri. Tidak hanya itu, mereka pun menyogok para penasihat Persia (sekarang: Irak) untuk melawan orang-orang Yahudi dan menggagalkan rencana pembangunan Bait Suci (ayat 5). 25


Untaian Firman Keteguhan memegang prinsip seperti yang dilakukan oleh orang-orang Israel di bawah pimpinan Zerubabel ini mesti menjadi teladan bagi kita tentang bagaimana memegang prinsip kebangsaan kita sebagai bangsa Indonesia. Kita ingat bahwa sejak berdirinya, negara kita ini telah meletakkan Pancasila sebagai satu-satunya dasar negara dan filosofi kebangsaan kita. Pancasila inilah yang menyatukan berbagai keberagaman di negeri ini. Keberagaman tersebut sudah sejak semula disadari. Keberagaman tersebut tidak mungkin dan tidak boleh diabaikan. Bangsa kita ini berdiri dan dibangun atas dasar perasaan senasib sepenanggungan sebagai orang-orang yang dijajah oleh Belanda. Perasaan inilah yang menyatukan semuanya menjadi satu bangsa, bangsa Indonesia. Meski berbeda-beda suku/etnis, agama, ras, budaya, golongan, namun kita adalah satu bangsa, bangsa Indonesia! Kemerdekaan Indonesia pun terwujud karena perjuangan bersama seluruh komponen bangsa ini (cat. Simak juga Pidato Bung Karno pada sidang Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan, di Jakarta, tanggal 1 Juni 1945). Di usia 74 Republik Indonesia, Pancasila masih diuji eksistensinya, maka kita (umat Kristen - sebagai bagian dari bangsa ini) tidak boleh tinggal diam. Kita harus teguh mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan filosofi kebangsaan kita. Ideologi lain (ideologi agama tertentu, komunis, sosialis, dll.) telah terbukti tidak cocok dengan keberadaan riil bangsa kita. Namun, sampai sekarang masih ada saja kelompok tertentu yang mendesakkan ideologi keagamaan mereka untuk menggantikan Pancasila. Mereka ingin menggantikan Pancasila dengan ideologi keagamaan mereka, yang sebetulnya merupakan ancaman bagi kebebasan beragama di Indonesia (termasuk kita, orang Kristen). Oleh karena itu marilah kita teguh berjuang mempertahankan Pancasila, menghidupinya, serta terus mengembangkannya demi terwujudnya masyarakat adil makmur di Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.

boleh dirusak oleh siapa pun dan apa pun. Ini adalah hal yang sangat prinsipial! Kita mesti berjuang dalam segala lini kehidupan (keluarga, masyarakat, tempat kerja dan gereja) untuk tetap menegakkan Pancasila, baik sebagai dasar negara maupun filosofi kehidupan bangsa kita. Kita tidak perlu ragu melakukan semua itu karena nilai-nilai Pancasila ketika kita cermati sungguhsungguh sangatlah kristiani. Nilai-nilai tersebut cocok dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Yaitu Ketuhanan yang mahaesa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Meski ada kelompok-kelompok yang mau menang sendiri, kita pun tidak perlu takut. Justru kita harus semakin berani dan juga tegas menolak segala upaya yang akan merusak Pancasila. Marilah bergandengan tangan secara nyata dengan kelompok-kelompok lain (termasuk dari agama lain) yang masih memegang teguh Pancasila. Kita tidak akan bisa berjuang sendirian! Kita mesti bekerjasama dengan kelompokkelompok lain tersebut. Kita bersyukur bahwa masih banyak yang menghendaki NKRI dan Pancasila sebagai harga mati. Oleh karena itu, saatnya kini beraksi! Salah satu hal yang bisa kita lakukan, lawanlah hoax (berita-berita bohong)! Berita-berita yang memecahbelah, yang menjelek-jelekkan apa yang sesungguhnya baik. Hoax tersebut memang sengaja diproduksi oleh pihak-pihak tertentu untuk melemahkan dan memecah-belah bangsa kita. Disamping itu, mewujudkan pelayanan publik ber-integritas (jujur dan dapat dipercaya), ber-etos kerja (inovatif, kreatif, mandiri) dan ber-gotongroyong (menghargai, solidaritas, kerjasama). Mari kita berjuang. Ayo, maju! Maju! */tnp

Apa yang sudah kita sepakati bersama tersebut (pada tahun 1945, saat kemerdekaan RI), tidak 26

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Kesaksian Kasih Allah Nyata Bagi Masyarakat Pedalaman Dusun Bara Melalui Pelayanan Medis doctor Share

Oleh: dr. Ghreetha Silalahi

S

Saat mobilisasi pasien menuju RSA

etelah dinyatakan lulus dan menyandang gelar dokter, saya menantikan waktu untuk menjalani program pendidikan lanjutan profesi saya, yaitu, Internsip-sebuah program pemerintah yang mengharuskan setiap dokter umum baru untuk wajib bekerja selama satu tahun di suatu Rumah Sakit dan kemudian baru bisa menjadi dokter praktik mandiri. Untuk mengisi waktu penantian tersebut, saya memutuskan untuk menjadi dokter relawan medis di Rumah Sakit Apung (RSA) dr. Lie. A. Dharmawan (doctorShare), menjadi relawan medis doctorShare adalah cita-cita yang sudah didoakan sejak saya kuliah semester III. Saat menuliskan ini, saya sedang berada di sebuah desa pedalaman pulau Maluku, tepatnya di Dusun Bara, Teluk Bara, Kecamatan Air SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

Buaya, Kabupaten Namlea, Propinsi Maluku dalam rangka melaksanakan pelayanan medis RSA. Tempat ini merupakan suatu tempat yang terisolasi dari hingar-bingar kota dan kemegahannya karena sama sekali tidak ada akses komunikasi berupa sinyal telepon seluler, terlebih koneksi internet. Pelayanan medis ini dilakukan selama 5 hari efektif, berupa pengobatan umum gratis dan operasi gratis; pengobatan umum gratis dilakukan di Puskesmas Kecamatan Air Buaya dan kegiatan operasi gratis dilakukan didalam RSA. Untuk sampai di Puskesmas Kecamatan Air Buaya dari RSA, tim membutuhkan waktu sekitar 30 menit menggunakan transportasi mobil dengan melalui jalan pinggiran hutan di sepanjang jalannya. Banyak sekali hal yang saya alami dan nikmati 27


Kesaksian

Tim doctorShare dalam rangka 17 Agustus 2019

selama pelayanan medis kali ini, ini merupakan pelayanan medis RSA pertama saya, karena sebelumnya saya mengikuti pelayanan medis darat. Dalam pelayanan medis ini saya mendapat tugas sebagai asisten koordinator bedah mayor yang memiliki tugas untuk melakukan pemeriksaan penunjang setiap pasien sebelum operasi, melengkapi setiap persyaratan administrasi data dan pernyataan persetujuan, mempersiapkan obat dan alat dari sebelum operasi sampai selesai dan melakukan observasi kepada semua pasien setiap selesai operasi dilakukan. Saya sungguh sangat bersyukur dan bersukacita untuk setiap tugas yang saya emban sebagai asisten koordinator mayor tersebut, dan yang paling saya nikmati secara pribadi adalah menemani dan menguatkan setiap pasien (juga keluarga pasien) saat akan masuk ruang operasi (karena hampir semua pasien, terutama pasien anak merasa takut untuk masuk kedalam ruang operasi) dan juga menikmati ketika saya menghibur dan berdoa bagi dan bersama mereka. 28

Pada pelayanan medis hari ke-II, seorang anak perempuan datang ke pengobatan umum (pada saat pengobatan umum, juga dilakukan screening pasien operasi bedah mayor dan minor) diantar oleh guru dan sekretaris desanya, dia datang dari sebuah perkampungan yang ada di pegunungan bernama Dusun Walsekat dan untuk mencapai Puskesmas membutuhkan waktu selama 3 jam menggunakan sepeda motor. Untuk membawa turun Norma (nama pasien anak tersebut) dari gunung, bapak guru harus bersusah hati meyakinkan orangtua Norma untuk diizinkan dibawa berobat, bahwa Norma sangat membutuhkan pertolongan medis, karena keadaan telapak kaki norma yang luka robek cukup luas akibat tertusuk pohon kayu berukuran besar hingga kulit telapak kaki yang terlepas, luka ini juga sudah ditahan Norma selama satu minggu di rumah tanpa penanganan apapun. Saya percaya Norma hadir sebagai sebuah anugerah yang datang dari Tuhan, karena melalui SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Kesaksian Norma saya belajar mengenai sebuah perjuangan untuk sembuh dan sehat, juga mengajarkan saya mengenai sebuah perjuangan untuk bertahan dalam kesakitan dan tetap kuat, tegar didepan setiap orang. Namun, di saat yang sama saya merasa kecewa, kesal dan sedih karena masih minimalnya fasilitas kesehatan di pedalaman, masih kurang meratanya penyebaran tenaga kesehatan di negeri ini, sehingga belum semua masyarakat mencicipi pelayanan kesehatan dan belum semua masyarakat terjamah dan terjangkau oleh dokter, juga kemungkinan masih kurangnya kesadaran saudara dan saudari saya disini akan pentingnya kesehatan dan mencari perobatan. Sebelum Norma masuk kamar operasi, saya menanyakan apa yang menjadi cita-citanya saat ia dewasa kelak, ia mengatakan bahwa dia ingin menjadi seorang dokter, dan hal ini lantas membuncah dada saya dan kemudian dengan iman saya menuliskan cita-citanya di beberapa batu pantai yang saya ambil dari sebuah pantai yang saya kunjungi dan memberikan itu kepadanya sebagai kenang-kenangan dan penyemangat dia dalam menggapai cita-citanya. Bukan hanya Norma saja yang mempesona saya, ada seorang anak laki-laki bernama Dhilon yang dilakukan operasi bibir sumbing, anak ini mempesona saya karena tidak menunjukkan rasa takut ketika dia akan saya antar masuk kedalam ruang operasi, dia terlihat tenang, damai dan tersirat ekspresi wajah yang semangat untuk sembuh dan kembali “gagah� (masyarakat Maluku menyebut tampan dengan sebutan gagah), karena Dhilon sering mendapatkan beban sosial dari lingkungan karena keadaan bibir sumbingnya. Sebelum Dhilon saya gendong untuk masuk ke kamar operasi, saya mengajak dirinya dan orangtuanya berdoa bersama-sama meminta campur tangan Tuhan untuk proses operasi bibir sumbingnya dan hal itu membuat kami sampai menangis karena mendoakannya dengan penuh penyerahan diri dan berharap Dhilon kembali gagah seperti anak laki-laki lainnya. Kepada setiap pasien yang saya antar masuk ke kamar operasi, senantiasa saya katakan bahwa Tuhan menyertai mereka sehingga mereka tidak perlu takut akan operasi, dan saya percaya penguatan yang saya SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

lakukan ini pun juga digerakkan oleh Roh Kudus. Setiap pasien RSA mempunyai ceritanya sendiri didalam ingatan dan hati saya, cerita perjuangan mereka dalam menjangkau RSA yang jauh dari rumah tempat mereka tinggal. Tuhan membuat saya merefleksikan diri kembali akan panggilan hidup saya yaitu menjadi seorang dokter misi yang pergi, tidak hanya datang sebagai dokter yang menolong pemulihan raga tetapi juga membagikan firman Tuhan melalui perkataan dan tindakan. Tuhan itu sungguh sangat baik, menempatkan saya selama 8 hari pelayanan medis di pedalaman Maluku yang mayoritas penduduknya memiliki iman yang berbeda dengan saya, sehingga saya bisa membagikan kasih Kristus kepada setiap mereka dan saya berharap mereka merasakan dengan sungguh kasih Kristus itu bagi mereka. Saya percaya bahwa Tuhan memakai pelayanan medis ini sebagai media latihan rohani saya untuk menyaksikan Yesus Kristus kepada setiap pasien yang datang. Hal ini mengingatkan saya pada Firman-Nya yang tertulis dalam kitab 1 Korintus 13 yang menyatakan, “Sekalipun saya dapat berkatakata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika saya tidak mempunyai kasih, saya sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun saya mempunyai karunia untuk bernubuat dan saya mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun saya memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika saya tidak mempunyai kasih, saya sama sekali tidak berguna�. Firman ini mengingatkan saya bahwa sebagai seorang Kristen, Tuhan rindu untuk kita senantiasa menggunakan kasih di setiap detik kehidupan kita, sehingga dengan begitu, nama Tuhan dipermuliakan karena Dia juga ingin kita menjadi surat-surat Kristus yang dikenal dan dibaca oleh semua orang (2 Korintus 3-2-3). Saya berdoa, supaya Allah Tritunggal senantiasa menyertai kita, menyertai seluruh hidup kita dan biarlah Tuhan dipermuliakan melalui hidup kita, orang-orang Kristen. 29


Kesaksian

Bar-Bu-Tok

(Sepenggal kisah bersama pasien RS Misi Serukam, Kalimantan Barat) Oleh: dr. Seputra

Bar-Bu-Tok, adalah nama salah seorang

pasien kami. Laki-laki berbadan hitam, brewokan, kurus kering bagaikan mau mati. “Butok, jangan mati!” panggil ibunya, waktu itu ambulans kami sudah menjemput satu pasien HIV yang tinggal sendirian dalam rumah kayu besar berjarak sekitar 20km dari RS kami. Butok, dulunya adalah seorang kepala tukang, badannya kekar, uangnya banyak karena dia ditakuti oleh tukang-tukang. Banyak proyek rumah dia kerjakan bersama anak buahnya. Pak Butok adalah orang yang sangat galak dan kejam, dia menghabiskan uangnya untuk main perempuan dan mabuk. Semua orang takut pada Butok, termasuk saudara-saudaranya, bahkan ayahnya. Dia sangat kasar bahkan kepada orang tuanya sendiri. Ayah, Ibu, dan juga kakaknya sering dipukuli saat Butok mabuk berat. Hanya ibunya, walaupun sering dipukul, kasihnya tak pernah habis untuk Butok. Butok, saat di UGD kondisinya sangat kurus. Dia lemah tak bisa berkata-kata. Mukanya pucat karena kehabisan darah, matanya melotot karena kesakitan, dan dadanya naik turun karena sesak nafas berat. Dokter Nana salah satu dokter terbaik di RS kami, dengan lemah lembut memeriksa Butok. Ambulans yang menjemput Pak Butok dan membawanya ke RS itu atas permintaan dr. Nana. Pak Butok sudah tidak punya apa-apa. Uangnya habis untuk membayar hutang dan membeli obatobat herbal yang justru memperparah sakitnya. Tak berapa lama di UGD, Pak Butok langsung dipindahkan dan dirawat dengan pemantauan 30

ketat di RS kami. Tranfusi darah dan berbagai antibiotik diberikan padanya. Badannya demam sepanjang pagi sampai malam. Batuk- batuknya makin kuat dan berdarah. Kedua kakinya tak mampu bergerak karena kalium darahnya yang sangat rendah. Butok sudah dirawat tiga hari di bangsal, demamnya mulai turun, tranfusi darah pun sudah masuk beberapa kantung, tapi darah itu keluar lagi melalui luka lambungnya. Dia makin lemah dan tak bisa makan, semua makanan terasa bagai menelan darah dalam mulutnya. Berkali-kali dia menghela nafasnya yang tersengal-sengal, sambil berharap itu adalah nafas terakhirnya. Tuhan begitu baik, memberi kesempatan Butok untuk pulang ke rumah. Kondisinya pulih walaupun belum mampu berjalan. Ibunya senang karena Butok diijinkan pulang setelah sepuluh hari lamanya dirawat di RS kami. “Butok harus rutin minum obat ya. Obatnya tidak boleh putus,” kata dr. Nana dengan suara lembutnya. Butok tersenyum kecut, harapan hidup di mukanya tak begitu tampak kuat. Muka Butok tetap lesu walaupun sudah dinyatakan pulih oleh dokter. dr. Nana yang melihat kondisi itu, segera mendoakan Pak Butok dan menceritakan kebaikan Tuhan Yesus yang sudah menolong memulihkan badan Pak Butok. Sore itu, kami antar pulang Pak Butok ke rumahnya dengan ambulans. Semua biaya digratiskan karena ada malaikat penolong yang mendukung dalam dana dari berbagai daerah di Indonesia. Satu minggu kemudian Pak Butok tidak kontrol, kami pun menunggu-nunggu, khawatir satu nyawa yang berharga di mata Tuhan, tidak bisa kami tolong dengan maksimal. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Kesaksian Satu bulan kemudian, Pak Butok muncul kembali ke UGD RS kami, dia diantar oleh temannya yang sudah tidak tega melihat kondisinya yang makin parah. Dia takut Pak Butok meninggal di rumah. Pak Butok kondisinya memburuk, banyak bercak putih di mulutnya, nafasnya lebih sesak dibanding sebelumnya dan badannya panas sampai 40 derajat. kesadarannya mulai turun dan mukanya kembali pucat. Ingin marah rasanya, kenapa orang ini sangat tidak menyayangi nyawanya sendiri. Pak Butok dirawat di ruang kritis selama 3 hari. Kadar kaliumnya naik turun bagai roler coaster. Tranfusi darah terus diberikan, obat antibiotik terbaik diberikan, namun kondisinya masih lemah. Masa kritis Pak Butok sudah berlalu, kami memutuskan untuk merawatnya sedikit lebih lama di ruang biasa sebelum memulangkan Pak Butok. Pagi-pagi saat saya mengunjungi Pak Butok, tak sengaja kulihat ibunya yang tua renta menggendong Pak Butok ke kamar mandi, dengan susah payah membantunya buang air besar dan mandi. Bagaikan anak kecil saja yang tak mampu mandiri.

Tuhan, jantung Pak Butok kembali berdenyut, iramanya tidak secepat sebelumnya. Kami memberitahu kondisi kritis Pak Butok kepada ibunya dan mengatakan bahwa jantungnya sudah sulit dipulihkan bila berhenti lagi. Ibunya pun menangis begitu rupa dan memeluk anaknya yang sudah tidak sadar lagi. Saya mencoba mengajak berdoa ibunya dan meminta ibunya untuk mengucapkan doa di telinga Pak Butok. Ibunya terus menangis dan duduk di samping kasur Butok. Kira-kira 2 jam setelah itu, jantung Pak Butok kembali melemah, dan ibunya pun sudah tahu apa yang dokter akan katakan. Saya hanya bisa merangkul ibunya dan menenangkan dia. Pak Butok sudah mau pergi, Bu. Dia akan sembuh dari penyakitnya. Ibunya terus berlinang air mata, tak diingatnya lagi perbuatan kasar anaknya itu kepadanya selama ini. Ibunya terus mengatakan, “Butok.. anakku yang kukasihi.. kasihan kamu Butok..” Dalam hati saya berpikir, ”Sungguh, apakah ini kasih Kristus? Atau kasih ibu..”.

Lalu kutanya perawat, apakah ibunya selalu merawat Pak Butok dengan setelaten ini? “Iya, memang begitu, dokter” kata perawat. Wah, dalam hatiku sungguh luar biasa kasih ini. Aku segera memeriksa Pak Butok setelah pasien selesai mandi, tiba-tiba terdengar denyut jantung Pak Butok begitu cepat dan tangannya pun dingin. Segera monitor jantung kami pasang dan gelombang jantungnya sangat tidak stabil. Kali ini penyebabnya adalah kadar kalium dan magnesium yang sudah sangat rendah sekali, sehingga menimbulkan kondisi syok berat pada tubuh Pak Butok. Segera kami melakukan penyesuaian irama jantung dan kejut jantung untuk menstabilkan kondisi jantungnya. Sambil menunggu obat-obat jantung lain bekerja. Namun akhirnya obat-obat jantung tidak menolong dan jantungnya berhenti. Kami mati-matian melakukan pijat jantung dan berusaha mengobati kondisi jantung yang berhenti tersebut. Puji nama SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

31


Info Medis

Diabetes Melitus Gestational Oleh: dr. Roy Akur Pandapotan

P

enyakit diabetes melitus pada kehamilan tidak bisa dianggap remeh, karena jika tidak ditatalaksana dengan baik maka penyakit ini berdampak serius bagi ibu dan bayi yang dilahirkan. Prevalensi diabetes melitus gestational (DMG) di Indonesia berkisar antara 1.9 %-3.6 %, dimana 40%-60% dari kelompok ini akan berkembang menjadi DM tipe 2 atau Toleransi Glukosa Terganggu (TGT). Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan yang cermat agar kita mendiagnosis dan menatalaksana DMG dengan tepat dan cepat. Patofisiologi DMG diduga akibat intoleransi glukosa yang terjadi bersamaan dengan kehamilan dan peningkatan kejadian resistansi insulin dan sensitivitas yang menurun terhadap insulin yang diakibatkan oleh beberapa faktor plasenta. Level estrogen yang tinggi di trimester pertama meningkatkan sensitivitas insulin dan dapat memicu kejadian hipoglikemia, sedangkan resistensi insulin tertinggi terjadi saat kehamilan trimester 3. Definisi dan Klasifikasi Diabetes Melitus Gestational (DMG) adalah suatu intoleransi glukosa yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat hamil. Secara umum, diabetes pada kehamilan dibagi menjadi dua. Pertama, DM yang sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi hamil (Diabetes Melitus Hamil/DMH/DM pregestasional). Kedua, DM yang baru pertama kali ditemukan saat hamil (Diabetes Melitus Gestasional/DMG). Diagnosis dan Uji Penapisan (Screening Test) Faktor risiko DMG yang telah diketahui adalah

32

usia saat hamil yang lebih tua, kegemukan, kenaikan berat badan yang berlebih saat hamil, riwayat DM di keluarga, riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya, riwayat stillbirth (kematian bayi saat di dalam kandungan), riwayat melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, glukosuria (kadar gula berlebih dalam urine saat hamil), riwayat melahirkan bayi besar (>4000 gram). Penyakit diabetes pada kehamilan memiliki tanda dan gejala yang tidak spesifik. Pasien dengan DM pregestasional (Diabetes Melitus dengan kehamilan) tidak lagi perlu membutuhkan uji penapisan. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) menganjurkan pemeriksaan screening test pada semua wanita hamil sebagai data awal yang kemudian dievaluasi ulang pada usia kehamilan minggu 24-28. PERKENI menganjurkan penggunaan tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan metode yang diusulkan WHO, yang pada wanita hamil dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu: 1. Minta ibu untuk makan makanan yang cukup karbohidrat selam 3 hari, kemudian berpuasa selama 8-12 jam sebelum pemeriksaan. 2. Periksa kadar glukosa darah puasa dari darah vena di pagi hari, kemudian diikuti pemberian beban glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam 200 ml air diminum dalam waktu paling lama 5 menit. 3. Dilanjutkan pemeriksaan pemeriksaan kadar glukosa darah 1 jam lalu 2 jam kemudian. 4. Berdasarkan kriteria WHO tahun 2013, diagnosis Diabetes Melitus Gestasional ditegakkan berdasarkan kriteria satu dari nilai kadar glukosa di bawah ini pada saat dilakukan SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Info Medis tes toleransi glukosa oral (TTGO). A. Gula darah puasa >92 mg/dl. B. Gula darah 1 jam pasca pembebanan glukosa 75 gram >180 mg/dl. C. Gula darah 2 jam pasca pembebanan glukosa 75 gram >153 mg/dl. Algoritma Diagnosis DMG dapat disederhanakan sebagai berikut:

Tatalaksana DM Gestasional Tatalakasana DM Gestasional terdiri dari aspek non-farmakologis dan farmakologis. Tatalaksana non-farmakologis: Aspek non-farmakologis terdiri dari terapi nutrisi medis (pengaturan diet), aktivitas fisik, dan menjaga berat badan. Terapi nutrisi medis dengan pemberian diet sebesar 35 kkal/kg x BB Ideal. (BB ideal adalah SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

(Tinggi badan (dalam cm) -100) – 10%(TB-100)), dimana jika IMT>30 kg/m2 maka diet menjadi 25 kkal/hari. Aktivitas fisik intensitas sedang dianjurkan 150 menit/minggu dengan olah raga yang dianjurkan adalah berjalan, sepeda statis, berenang dan aerobik “low impact�

Manajemen berat badan selama hamil adalah peningkatan berat badan maksimal sampai 18 kg (pada IMT<18,5) dan tidak melebihi 11,4 kg pada ibu yang obesitas. Tatalaksana Farmakologis Terdapat 3 golongan obat utama sebagai terapi pilihan pada DMG, yaitu insulin (pilihan utama), metformin dan sulfonilurea (glibenklamid atau glyburid). Penggunaan insulin perlu penyesuaian dosis agar target gula darah tercapai dan hal ini membutuhkan ketrampilan dokter yang terlatih. 33


Info Medis Sementara metformin merupakan pilihan jika gula darah sudah terkontrol, dengan risiko hipoglikemia yang rendah dan obat ini tidak menyebabkan kenaikan berat badan. Sedangkan sulfonylurea dianggap lebih rendah dibandingkan insulin dan metformin karena risiko hipoglikemia tinggi, menyebabkan bayi makrosomia dan belum ada data keamanan jangka panjang. Pada pasien yang terdiagnosis DMG, jika GDP < 130 mg/dl maka dianjurkan pengaturan diet selama 1 minggu dengan target GDP <105 mg/ dl dan GD2PP<120 mg/dl. Jika setelah 1 minggu diet GDP>105 mg/dl atau GD2PP>120 mg/dl maka harus dilanjutkan dengan terapi nutrisi dan Insulin. Sedangkan jika dari awal GDP >130 mg/dl maka harus langsung dimulai pemberian insulin bersamaan dengan terapi nutrisi medis. Jika GDP saja yang di atas normal, maka dianjurkan penggunaan insulin basal (pilihan utama adalah neutral protamine hagedorn (NPH) yang biasanya dimulai dengan dosis 0.2 unit/ kgbb. sedangkan jika GDP dan GD2PP di atas normal maka digunakan insulin basal dengan kombinasi dengan insulin lispro atau aspart (dosis awal 0.7-1.0 Unit/kgbb/hari dengan 50% dosis basal insulin dan 50% menggunakan lispro/ aspart). Pada saat laktasi, pemberian insulin (terutama human insulin) dikatakan aman saat menyusui. Konsentrasi metformin dalam jumlah kecil dikatakan terdapat pada air susu ibu yang menggunakan obat metformin. Sedangkan sulfonilurea dilaporkan mengakibatkan hipoglikemia pada bayi yang disusui oleh ibu yang menggunakan obat metformin

Daftar Pustaka : 1. Waspadji S. Diabetes mellitus pada kehamilan. Dalam: Markum, HMS. Sudoyo AW, Effendy S, Setiati S, Gani RA, Alwi I. Naskah lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 1997. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, 1997. 2. Purnamasari D, Waspadji S, Adam J, Rudijanto A, Tahapary D. Indonesian Clinical Practice Guidelines for Diabetes in Pregnancy. J ASEAN Fed Endocr Soc. 2013;28(1):9-13. 3. Konsensus Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Gestatsional. Perkumpulan Endokrin Indones. 1997. 4. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015. 78p. 5. World Health Organization. Diagnostic Criteria and Classification of Hypergylcaemia First Detected in Pregnancy. World Heal Organ. 2013;1-63. 6. American Diabetes Association. 13. Management of Diabetes in Pregnancy: Standards of Medical Care in Diabetes-2018. Diabetes Care. 2018 Jan;41(Suppl 1):S137-S143. 7. American College of Obstreticians and Gynecologist. Gestational Diabetes Melitus. 2014: 123(5):1118-32. 8. Harris GD, White RS. Diabetes management and exercise in pregnant patients with diabetes. Clinical Diabetes. 2005; 23(4) :165-8. 9. Reader DM. Medical nutrition therapy and lifestyle interventions. Diabetes Care. 2007; 30: S188-S193.

Pencegahan Pencegahan DMG dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat sejak sebelum hamil yaitu pengaturan diet, perbanyak konsumsi serat (sayur dan buah-buahan), selalu aktif dan berolahraga, penurunan berat badan jika overweight/obese, persiapan kehamilan yang baik dengan pemeriksaan GD sebelum hamil dan mencegah hamil di usia tua serta menjaga peningkatan berat badan selama hamil. 34

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Info

Sehat dengan Suring

T

ak hanya sebagai sayuran pelengkap, tanaman ini juga kaya manfaat. Yang paling dahsyat, kandungan zat di dalamnya diklaim mampu menghambat efek karsinogesis.

Melihat manfaatnya yang cukup tinggi, daun suring/kenikir (dalam bahasa Melayu disebut Raja Ulam), mulai banyak dibudidayakan oleh petani karena permintaan pasar yang relatif tinggi.

Mengenal daun suring

Kenikir yang berasal dari Amerika Latin itu dibawa ke Asia Tenggara. Bagian daun dari tanaman kenikir telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional di Asia Tenggara sejak dulu. Manfaat daun kenikir yang ada tidaklah terlepas dari kandungan zat-zat yang ada di dalam daun kenikir. Di dalam daun kenikir mengandung beberapa zat yang memiliki banyak manfaat. Pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa daun kenikir kaya akan asam askorbat dan asam klorogenik. Selain itu, masih ada beberapa kandungan daun kenikir lainnya, yaitu: kalsium, magnesium, flavonoid, tokoferol, polifenol, saponin, terpenoid, kuersetin, alkohol koniferil, vitamin A, vitamin C, vitamin E dan protein.

Daun suring atau kenikir (Cosmos caudatus) banyak dikonsumsi masyarakat sebagai sayuran, baik sebagai lalapan, ataupun olahan makanan. Meski sering dijumpai tumbuh sebagai tanaman liar, ternyata sejak dulu daun ini telah dimanfaatkan sebagai obat penambah nafsu makan, lemah lambung, penguat tulang dan pengusir serangga. Bahkan dalam perkembangannya, penelitian menunjukkan daun kenikir mengandung saponin, flavonoid polifenol dan minyak atsiri. Akarnya mengandung hidroksieugnol dan koniferil alkohol (Fuzzati et al., 1995). Selain itu juga mengandung senyawa yang meniliki daya antioksidan cukup tinggi dengan IC50 sebesar 70 mg/L (Lotulung et al., 2001). Senyawa yang bersifat antioksidan dapat memacu proses apoptosis melalui jalur intrinsik (jalur mitokondria). Pemacuan apoptosis merupakan salah satu cara penghambatan karsinogenesis, yang diklaim sebagai mekanisme anti kanker. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

Manfaat daun kenikir bagi kesehatan tubuh 1. Meningkatkan nafsu makan Mungkin Anda tidak menyangka bila ternyata manfaat daun kenikir bisa meningkatkan nafsu makan. Bagi Anda yang ingin meningkatkan berat badan tetapi memiliki nafsu makan yang rendah maka mengonsumsi daun kenikir sebagai lalapan 35


Info bisa menjadi solusi. Di dalam daun kenikir terdapat kandungan kuersetin yang mampu meningkatkan nafsu makan. Daun kenikir juga bisa diberikan kepada anak-anak yang mengalami masalah kenaikan berat badan karena sulit makan. Orang-orang yang baru saja pulih dari sakit atau pasca operasi sebaiknya mengonsumsi daun kenikir sebanyak tiga kali dalam seminggu. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan selera makan sehingga stamina tubuh menjadi sehat. 2. Mengatasi masalah bau mulut Pada daun kenikir terdapat kandungan alkohol koniferil. Alkohol koniferil ini bertindak sebagai antibakteri yang bisa membersihkan lidah dan air liur dari kuman-kuman. Biasanya, setiap makanan yang kita makan terdapat kuman-kuman tak kasat mata yang ikut masuk dan menempel di lidah. Kuman-kuman tersebutlah yang menjadi penyebab bau mulut. Manfaat daun kenikir bisa mengatasi masalah bau mulut ini. Caranya adalah dengan mengunyah daun kenikir selama tiga puluh detik lalu berkumurlah. 3. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh Di dalam daun kenikir juga terdapat kandungan beberapa vitamin, yaitu seperti vitamin A, vitamin E, dan vitamin C. Kandungan vitamin-vitamin tersebut bisa meningkatkan metabolisme tubuh yang akan berdampak pada peningkatan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, zat gizi makro protein juga hadir di dalam daun kenikir. Protein bisa membentuk fagosit yang bisa melindungi tubuh dari serangan kuman-kuman penyakit dan virus. Fagosit ini bisa melawan dan mengalahkan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. 4. Menguatkan kerangka tulang Selama ini mungkin sebagian besar orang-orang hanya mengetahui susu yang bisa memperkuat tulang. Padahal manfaat daun kenikir juga bisa untuk menguatkan kerangka tulang tubuh. Hal ini dikarenakan di dalam dalam daun kenikir terdapat 36

kandungan beberapa mineral seperti kalsium dan magnesium. Apabila Anda ingin mendapatkan manfaat daun kenikir yang satu ini maka Anda bisa mengonsumsi daun kenikir sebagai lalapan. Selain itu, Anda juga bisa meminum air rebusan daun kenikir yang telah ditambahkan pemanis alami seperti madu atau gula untuk menambah citarasa. 5. Mengatasi masalah payudara karena menyusui Bagi ibu menyusui, masalah payudara seringkali muncul. Masalah payudara yang biasanya muncul adalah payudara bengkak karena terjadi peradangan payudara atau karena air susu ibu (ASI) yang keluar tak henti-henti. Hal ini tentunya akan sangat mengganggu kenyamanan ibu menyusui dan akhirnya bisa berdampak pada bayinya. Oleh karena itu, masalah payudara seharusnya segera diatasi. Salah satu cara alami mengatasi payudara yang berngkak  karena menyusui adalah dengan mengonsumsi daun kenikir. Cara memanfaatkan daun kenikir untuk mengatasi masalah payudara adalah dengan cara membakar daun kenikir bersama api yang kecil. Bakarlah daun kenikir hingga layu kemudian Anda bisa segera mengusapkan daun kenikir bakar tersebut di sekitar area payudara. 6. Mengobati penyakit maag Salah satu manfaat daun kenikir yang mungkin tidak Anda ketahui sebelumnya adalah bisa mengobati penyakit maag  secara alami. Kandungan tokoferol di dalam daun kenikir mampu menetralkan asam lambung. Selain itu, tokoferol pada daun kenikir juga bisa menguatkan otot-otot sfingter yang ada di perut. Apabila ingin mengobati penyakit maag dengan daun kenikir maka Anda bisa merebus daun kenikir bersama sedikit garam lalu meminum air rebusannya. 7. Memperkuat organ jantung Bagi Anda yang memiliki masalah jantung SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Info lemah  maka konsumsilah daun kenikir. Manfaat daun kenikir juga bisa untuk memperkuat organ jantung. Hal ini dikarenakan di dalam daun kenikir terdapat kandungan flavonoid yang bisa menguatkan arteri dan otot jantung.

Manfaat daun kenikir juga bisa untuk membersihkan darah dari racun-racun yang ada di dalam tubuh. Beberapa kandungan seperti vitamin E, vitamin C, dan flavonoid bertindak sebagai detoksifikasi alami.

Otot jantung dan arteri yang kuat bisa melancarkan sirkulasi darah sehingga organ jantung pun menjadi lebih kuat. Cara mengonsumsi daun kenikir untuk mengatasi masalah jantung ini adalah dengan merebus 5 lembar daun kenikir dengan 250 ml air, tuangkan dalam gelas, lalu minumlah 2 kali sehari secara teratur.

Kandungan-kandungan zat tersebut akan menetralisir racun-racun yang ada di dalam darah sehingga darah pun menjadi bersih. Hal ini bisa mempermudah kerja organ hati dan ginjal apabila darah bersih.

8. Melawan penyakit kanker Kandungan saponin, flavonoid, dan terpenoid yang ada di dalam daun kenikir memiliki sifat antikarsinogenik. Antikarsinogenik ini berarti bersifat melawan kanker. Daun kenikir bermanfaat untuk melawan beberapa jenis kanker seperti kanker perut, kanker hati, kanker payudara, kanker lambung, dan lainnya. Konsumsilah daun kenikir secara lebih sering untuk mengatasi penyakit kanker ini. Ini bisa cepat membunuh sel-sel kanker. Akan tetapi, Anda harus tetap ingat untuk mengonsumsi air putih yang bisa melarutkan zat-zat larut air. 9. Mengobati penyakit gondongan Daun kenikir juga bermanfaat untuk mengobati penyakit gondongan. Hal ini dikarenakan di dalam daun kenikir terdapat kandungan tokoferol dan polifenol yang bisa mengobati gondongan akibat radang. Tidak perlu menggunakan blau, penyakit gondongan bisa diobati dengan menggunakan kenikir. Cara menggunakan penyakit gondongan adalah dengan menggiling daun kenikir sampai halus. Daun kenikir yang telah halus lalu dicampur dengan cuka dan diaduk. Campuran daun kenikir dan cuka tersebut digosokkan pada area yang terdapat gondongan. Lakukanlah hal tersebut minimal tiga kali sehari.

11. Mengobati lemah pada lambung Kandungan polifenol, tokoferol, dan hidroksi eugenol pada daun kenikir bisa berguna untuk menguatkan otot sphincter lambung. Dengan mengkonsumsi daun kenikir, bisa menjadi obat alami mengatasi lemah pada lambung atau menetralkan asam lambung. 12. Mencegah penuaan dini Kandungan vitamin A, E, dan C pada daun kenikir menjaga agar kulit tidak tampak kering dan kasar. Kandungan zat antioksidannya dapat mempercepat tumbuhnya atau regenerasi sel baru untuk mrnggantikan sel-sel kulit yang telah mati. Selain itu, vitamin C juga berfungsi untuk membentuk kolagen dan memperbaiki kerusakan DNS, serta menetralisasi radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Kolagenlah yang paling berpengaruh besar untuk menjaga kulit Anda tetap kencang seperti tampak lebih muda. Selain itu antioksidan yang tinggi juga berfungsi untuk menangkan berbagai macam radikal jahat agar kulit tidak cepat kusam dan keriput. (Bahan tulisan : Dari berbagai sumber/tnp)

10. Membersihkan darah dari racun SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

37


Etika Kolegial

Dokter dan Politik

Oleh: dr. Fushen, M.H.,M.M.,FisQua

P

olitik sangat erat hubungannya dengan kekuasaan dan tidak jarang urusan politik berujung pada perebutan kekuasaan yang menimbulkan pertumpahan darah. Definisi politik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia antara lain: (1) (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan); (2) segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain; (3) cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah); kebijaksanaan. Di Indonesia saat ini pesta politik terkait pemilihan kepada daerah dan kepala negara telah berlalu, tetapi justru saat ini adalah momentum awal untuk mempersiapkan pesta politik berikutnya 5 tahun mendatang. Dokter merupakan profesi luhur yang tercipta untuk membantu orang yang membutuhkan dalam hal kesehatan. Konsep ilmu kedokteran berawal dari kuratif (menyembuhkan) hingga akhirnya berkembang lebih luas ke ranah rehabilitatif, preventif (pencegahan), dan promotif. Dalam perkembangan tersebut pendidikan kedokteran mulai mengajarkan

38

mengenai manajemen sumber daya (bagaimana mengelola sumber daya yang terbatas untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara maksimal), pemahaman mengenai peraturan yang ada (hukum kesehatan), dan kesehatan masyarakat. Namun, pendidikan terkait hal-hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari kurikulum pendidikan kedokteran yang didominasi oleh ilmu kesehatan yang berorientasi kuratif. Tidak dapat dipungkiri bahwa kekuasaan memiliki potensi yang besar bahkan kewenangan yang sangat tinggi untuk memberikan dampak bagi masyarakat. Kebijakan yang diterapkan oleh pemegang kekuasaan harus dituruti oleh semua orang yang berada dalam kuasa tersebut. Hal tersebut juga berlaku dalam bidang kesehatan. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa pemegang kekuasaan yang tidak memahami bidang yang dipercayakan kepadanya rentan untuk mengambil keputusan yang kurang tepat. Dalam sejarah kedokteran di dunia, mungkin tidak banyak dokter yang dikenal sebagai politisi yang handal. Beberapa nama yang mungkin pernah kita dengar adalah Mahathir Mohamad SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Etika Kolegial (Malaysia), Ben Carson (yang lebih dikenal karena karirnya sebagai dokter, lalu mulai menjadi politisi di Amerika Serikat), dan tentu saja Johannes Leimena di Indonesia. Sejarah kesehatan di Indonesia mencatat bahwa peran Leimena begitu besar, Ia merupakan orang kristen yang mampu mendapatkan kepercayaan dan kewenangan dalam bidang pemerintahan pada tingkat yang tertinggi. Bukan hanya tatanan pemerintahan, kesejahteraan masyarakat, dan organisasi kristen yang dikembangkan oleh Leimena, tetapi juga dasar sistem kesehatan di Indonesia termasuk pelayanan kesehatan terintegrasi hingga tingkat kecamatan yang saat ini kita kenal dengan nama Puskesmas. Beberapa kisah dalam Alkitab memperlihatkan bagaimana orang-orang yang Tuhan percayakan dalam bidang pemerintahan meskipun bukan sebagai kepala negara dapat membawa kesejahteraan bagi negara yang dipimpin. Kisah Yusuf, Daniel, dan Nehemia menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak berlatar belakang ilmu politik dapat memberikan pengaruh yang besar ketika mengelola kekuasaan dengan baik. Tokohtokoh lainnya yang juga dapat kita pelajari adalah hakim-hakim, Ester, kisah dalam masa raja-raja, dan banyak kisah lainnya.

Bagaimana bila kita sebagai dokter juga menjadi kader partai politik? Dalam berkarir di bidang politik, maka perlu disadari bahwa penggunaan hak politik tersebut merupakan bagian dari hak kita sebagai individu, bukan sebagai profesi. Artinya dalam berpolitik kita sebaiknya tidak mencampurkan kegiatan politik termasuk kampanye dan pengambilan keputusan dengan profesi kita sebagai dokter. Kita perlu bijak dalam bersikap dan berkomunikasi dengan pasien ataupun terlibat dalam kegiatan pengobatan yang kental dengan nuansa politik. Sebagai dokter kita tidak mempengaruhi pasien terhadap pandangan politik tertentu, sebaliknya sebagai politisi seorang dokter tidak memanfaatkan profesi dokter sebagai alat politik. Keterlibatan dokter dalam bidang politik merupakan hal yang penting meskipun tantangan yang dihadapi tidaklah sedikit. Mari kita doakan untuk lahirnya Yusuf, Daniel, Nehemia, dan Leimena sebagai dokter yang memuliakan Tuhan melalui bidang politik di Indonesia tanpa melanggar prinsip etika sebagai seorang dokter.

Sebagai dokter kita yang terpanggil di bidang politik dapat memulai sejak masa kuliah, maupun ketika sudah bekerja bahkan sudah mapan sebagai dokter. Namun, bagaimana sebaiknya kita bersikap sebagai dokter maupun sebagai politisi? Sebagai dokter dalam pasal 8 Kode Etik Dokter Indonesia tertulis bahwa, “Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.� Secara sederhana dapat kita artikan bahwa dalam konteks profesi sebagai dokter yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien kita tidak boleh terpengaruh oleh pertimbangan politik, termasuk ketika memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan pandangan politik yang berbeda atau berseberangan dengan kita. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

39


Laporan SEA YLT (South East Asia Young Leader Training) 2019 Bali:

Calling, Leadership and Mission drg. Noryken Br. Sitorus

P

ada tanggal 22-25 Juni yang lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk turut serta dalam ICMDA South East Asia Younger Leader Training di Bali. Ini adalah pertemuan pertama kali untuk kaum muda regional Asia Tenggara. Saya sangat bersyukur bisa bertemu dengan 27 peserta dari Indonesia, Malaysia, kamboja, Singapura, Timor Leste, Myanmar, dan Filipina. Kami juga bisa bertemu dengan beberapa pembicara dan board member ICMDA internasional. Dr. Peter Saunders (CEO of ICMDA), Dr. Tan Soo Inn (Chaplain of CMDF Singapore), Dr. Howard Lyons (UK), Dr. Augustin Lutakwa (Afrika Selatan, AEO of ICMDA for Africa region), Dr. Mulinda Nyirenda (Malawi), Dr. Hannes Steinberg (Afrika Selatan), Dr. Almer Thiessen (Kanada), Dr. Alan Gijsbers (Australia), Dr. Soraya Dias (Brazil), Dr. Asemota Osemwen (Nigeria). Selama training kami diperlengkapi dengan banyak hal diantaranya tentang Calling and Stewardship, yang mengingatkan panggilan kita sebagai manusia, seorang percaya, dan panggilan khusus menjadi pribadi yang sesuai dengan kehendak Tuhan karena Ia memanggil kita bukan untuk melakukan hal yang baik saja tetapi menjadi taat. Bible exposition dari kitab Nehemia menyoroti saat ia mengetahui tembok Yerusalem terbongkar dan terbakar. Nehemia bukan menyusun renstra lima tahun, namun menangis berdoa kepada Allah karena ia tahu Allah adalah Primary Worker. Oleh karena itu, tugas kita hanyalah bertanya pada Tuhan hal kecil apa yang kita bisa lakukan untuk masuk dalam rancangan besar-Nya. Nehemia bertindak bijak melalui posisinya sebagai juru minuman raja, ia percaya dan taat sehingga Allah yang membuatnya berhasil. Melalui Discipleship dan Personal Growth disampaikan mengenai bagaimana seharusnya seorang murid berelasi dengan Tuhan, dengan

40

sesama, dan dengan dunia. Dr. Tan Soo Inn setuju, saat ini makin sulit untuk mencari mentor, tetapi mungkin bisa dimulai dengan membentuk kelompok kecil untuk berbagi karena setiap orang memiliki cerita dan masalah yang berbeda sehingga seseorang bisa menjadi fire place untuk yang lainnya. Karena sesungguhnya satu orang membutuhkan lebih dari satu orang mentor. Christian Leadership belajar dari Musa bahwa sebagai pemimpin harus memiliki karakter, kompetensi, dan hubungan yang dekat dengan Tuhan. Tuhan memanggil Musa dan menyatakan visiNya. Tuhan memperlengkapi Musa bahkan dari hal yang ia rasa tidak mampu, yaitu berkomunikasi. Topik lainnya mengenai Christian Medical Ethics Principles pengambilan keputusan di dunia medis yang semakin sulit dikarenakan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan modernism. Dr. Peter Saunders juga menyampaikan Evangelism training tentang bagaimana kita menyikapi kepercayaan yang lainnya berdasarkan worldview mengenai Tuhan, manusia, kebenaran, etika, dan kehidupan akhir zaman. Sharing kondisi terkini dari Kamboja, Sabah, Myanmar, Nigeria, Brazil, Timor Leste, Malawi, Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Semakin menyadari bahwa kita tidak bergerak sendiri. Melalui pertemuan ini bisa menyaksikan pekerjaan Tuhan yang luar biasa. Selain itu, kita jadi bisa berdoa untuk kondisi dan kendala yang dihadapi di masing-masing negara. Kami sempat mengunjungi pelayanan misi lokal di Bali, Yayasan Gerasa, dibawah pimpinan Andy Prawira. Yayasan ini khusus melayani mereka yang adiksi narkoba dan terkena HIV. Sempat juga mengobrol dalam tim dan mendoakan mereka, melihat bagaimana Tuhan bekerja dan setia menopang umat-Nya yang percaya kepada Tuhan. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Laporan

Diskusi bersama Tim Delegasi Indonesia

Pertemuan ini sangat menolong kami untuk semakin diteguhkan dalam melakukan pekerjaan Tuhan, untuk melayani dan menyelamatkan jiwa yang terhilang. Menolong kami untuk saling berjejaring dan menguatkan satu sama lain bahwa ini bukanlah pekerjaan kami seorang, namun rangkaian dari rancangan Allah yang agung! dr. Hiensen Hiesmantjaja: Panggilan Tuhan, Kepemimpinan, dan Bermisi. Ketiga hal ini yang membentuk tema dari SEA YLT 2019. Dengan waktu yang relatif singkat dan topik mendalam yang alkitabiah, pembicara seperti Peter Saunders, Tan Soo Inn, dan Lineus Hewis dapat mengenalkan topik, pembahasan dan aplikasi praktis dalam kehidupan seharihari. Selain itu, salah satu highlights dari SEA YLT 2019 ini adalah presentasi oleh rekan-rekan dari berbagai negara baik di Nigeria, Malawi, Timor Leste, Kamboja, Malaysia, Brazil, dan Indonesia. Panggilan Tuhan, kepemimpinan, pemuridan dan bermisi berporos pada iman dan persekutuan dengan Tuhan. Nehemia pasal 1-9 menjadi renungan dan pembahasan setiap pagi. Saya mulai melihat, Nehemia dan kisahnya sebagai teladan, sebab Nehemia seorang pemimpin yang berduka dan memiliki beban yang sama dengan Tuhan Allah. Karakter kepemimpinan yang sangat berbeda dengan pemimpin di dunia. Walaupun kepemimpinan Nehemia sangat berhasil dan SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

sangat membuahkan sukacita bagi pengikutnya, Nehemia tetap hamba Tuhan yang setia dan berporos pada visi dan misi Tuhan dan tidak menyimpang dari kehendak Tuhan. Nehemia seorang pemimpin yang berdoa pada setiap momen penting dan selalu ingat akan pengikutnya dan mendukung pengikutnya agar dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Sosok kepemimpinan Nehemia dapat langsung dilihat dari setiap pembicara yang datang dari berbagai Negara. Mereka juga adalah hamba Tuhan yang setia dan rendah hati walaupun sudah bertahuntahun melayani dengan baik di ladang misi. Setelah mengikuti SEA YLT 2019, saya bersukacita dengan adanya rekan sejawat di seluruh dunia dan pelosok yang giat melakukan pekerjaan Tuhan. Dengan adanya pembekalan ini, saya kembali melihat kampus; apakah persekutuan mahasiswa terus menghasilkan pemimpin dan apakah pemuridan dalam kampus terus berlanjut. Bulan Agustus ini akan menjadi momen penting untuk pemuridan karena banyak mahasiswa angkatan 2019 akan mulai tahun ajaran baru. Selain itu, pemuridan untuk angkatan 2016 akan menjadi fokus karena mereka pada tahun ini juga akan memulai kepaniteraan klinis. Hal yang yang pelajari dari SEA YLT ini akan saya teruskan pada angkatan 2016 dan 2019. Selain itu, tim ICMDA telah menghubungkan kontak dokter- dokter Kristen di Nepal sehingga kunjungan kedua misi Injil dan medis ke Nepal akan ada bala bantuan tambahan. Soli Deo Gloria. 41


Laporan FOLLOWING JESUS IN THE REAL WORLD: PANGGILAN BERGEMA DI KAMP MEDIS NASIONAL ALUMNI 2019, PARAPAT Oleh: dr. Karolind A. Damanik*, dr. Benyamin Sihombing**

S

Peserta KMdNA 2019 dalam photo session

ungguh kami mengucap syukur atas kesetiaan Tuhan dengan terselenggaranya Kamp Medis Nasional Alumni (KMdNA) yang ke-12 di tahun 2019 ini. Kamp yang berlangsung selama dari tanggal 5-8 September 2019 di Hotel Niagara ini diikuti oleh sekitar 163 peserta yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan perawat dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari luar negeri. KMdNA kali ini cukup spesial dibandingkan dengan beberapa Kamp sebelumnya. Sejak diselenggarakan pertama kali tahun 1995, KMdNA kali ini adalah Kamp yang pertama kali dilaksanakan di luar pulau Jawa. Kamp ini diselenggarakan di tanah kelahiran suku Batak, tepat di tepi Danau Toba, di Parapat, yang di karuniai Tuhan keindahan pemandangan yang luar biasa dan budaya lokal yang kaya dan penuh makna. Kamp kali ini juga menjadi spesial karena kalau dihitung dari Kamp Medis (mahasiswa) pertama di Nongkojajar, Jawa Timur maka Kamp tahun ini telah “berumur� 40 tahun. KMdNA XII ini mengusung tema sentral Following Jesus in the Real World, dengan 4 pilar topik dibahas di dalamnya, yaitu: pemuridan, keluarga,

42

komunitas untuk bertumbuh dalam Kristus, dan nasionalisme. Empat pilar topik inilah yang kemudian diturunkan menjadi topik dalam sesisesi dalam kamp ini, baik eksposisi, seminar, panel diskusi, kapita selekta dan lain-lain. Lewat tema ini diharapkan dapat menolong para alumni medis untuk menyelaraskan nilai-nilai Kristiani yang dipegang teguh oleh murid Kristus dengan apa yang dihadapinya di dunia nyata. Tiga sesi eksposisi diambil dari kitab Lukas 5 tentang Panggilan, Lukas 9 tentang Harga dari Sebuah Pemuridan dan MisiNya, dan Lukas 10 tentang Diriku, Tetanggaku, dan Misiku. Eksposisi yang dibawakan oleh dr. Patrick Fung ini sangat memperlengkapi dan meneguhkan para alumni. Firman Tuhan yang dibawakannya terasa sangat relevan sekaligus juga menantang untuk serius mengikut Yesus dalam panggilanNya. Selain eksposisi, seminar, panel diskusi, kapita selekta dan talkshow dengan dengan berbagai topik dirancang menarik dengan menyajikan berbagai sudut pandang untuk memperkaya dan meperdalam pemaknaan peserta. Yang menarik bagi saya, misalnya seminar mengenai Bioetik, yang dibawakan dengan apik oleh pakarnya, SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Laporan dr. Peter Saunders, CEO ICMDA. Lewat topik ini alumni diperlengkapi untuk menghadapi dan bersikap terhadap isu-isu etik yang ada di dunia medis saat ini di bawah terang Firman Tuhan. Seminar dan Kapita Selekta tentang Keluarga, merupakan sesi yang menyedot perhatian peserta kamp. Sesi-sesi ini dibawakan oleh Bang Tadius Gunadi dan dr. Lydia, pasutri yang juga punya beban untuk melayani pasutri. Lewat sesi-sesi ini: alumni diajak untuk memandang keluarga sebagai berkat indah dari Allah yang harus diberi fokus dalam pelayanan kita, sehingga akhirnya semakin menjadi berkat bagi sesama, gereja dan bangsa. Kamp kali ini juga memberi tekanan pada Nasionalisme Kristen. Dalam seminar yang dibawakannya, Kak Indrawati Sitepu mengingatkan alumni untuk peduli dan mengambil peran aktif dalam menjaga Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-Undang Dasar 1945. Kita murid Kristus dipanggil untuk menjadi berkat di tengah-tengah bangsa Indonesia, dan hanya dengan persatuan dan kesatuan bangsa ini bisa menjadi makmur dan terberkati.

Dalam kamp medis alumni kali ini juga terdapat 5 kapita selekta yang masing-masing peserta dapat memilih 2 topik kapsel sesuai minat mereka. 5 topik kapsel tersebut adalah tentang Keluarga: �Pasanganku sahabatku, Preparation for Cross Cultural Ministry, Marginalized People Ministry, JKN, dan “Caring� dalam Keperawatan. Topik kapita selekta terakhir merupakan topik khusus yg disajikan untuk alumni medis yang berprofesi perawat. Panel diskusi yang dibawakan oleh para panelis juga sangat relevan dengan pergumulan para alumni medis dewasa ini, yaitu mengenai Health Care Disruption in IR 4.0: A Challenge and Opportunity dan Transformative and Contextual Discipleship. Selain mendengarkan panelis menyampaikan materi, peserta juga dapat mengajukan pertanyaan lebih lanjut kepada pemateri dalam sesi tanya jawab. Tak lupa juga talk show yang disampaikan oleh para pemerhati PMdN di daerah maupun pengurus PMdN di pusat berbagi materi mengenai kondisi pemuridan dan perkembangan pelayanan medis yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Untuk anggota/pengurus regional

Sight-seeing peserta KMdNA ke Tomok, Samosir Kamp

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

43


Laporan ICMDA yang hadir dari berbagai wilayah di Asia Tenggara, seperti Myanmar, Kamboja, Timor Leste, Singapura, dan lain-lain juga disediakan waktu dan tempat khusus melakukan pertemuan regional yang dipimpin langsung oleh CEO ICMDA yaitu dr. Peter Saunders. Mereka juga diberi kesempatan untuk membagikan kondisi pelayanan ICMD kepada peserta yang laannya. Disediakan juga ruang untuk sesi sharing bagi para alumni dalam satu daerah atau sepeminatan untuk mendiskusikan apa yang mereka dapat dari tiap sesi dan menggumulkan langkah kongkrit apa yang akan diambil kedepannya. Kami bersyukur pada Tuhan karena dalam KMdNA XII kali ini, banyak peserta yang merasa terberkati lewat sesi-sesi yang dijalani dan juga lewat sharing kelompok dan pribadi. Budaya Batak yang kaya yang disajikan baik diacara pembukaan, acara Unity in Diversity dan sightseeing menjadi kenangan indah yang dibawa pulang peserta; kekaguman atas kekayaan karya Tuhan lewat budaya yang ada. Kami panitia sangat bersyukur dalm kamp ini, dimana Tuhan membuktikan bahwa Dia yang memiliki pelayanan kamp ini. Dengan bergesernya KMdNA kali ini ke ujung Barat dari sebelumnya di pulau Jawa, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi kami: yakni kehadiran peserta Indonesia Tengah dan Timur; dan dana yang harus kami kumpulkan

44

untuk subsidi peserta. Walaupun diawal ada sedikit keraguan, namun kami dibuat terkagum oleh Tuhan karena baik peserta maupun dana dicukupkan kira-kira satu minggu sebelum kamp ini dimulai. Dia membuktikan diri bahwa Dia pemilik pelayanan ini sejak 40 tahun yang lalu dan Dia masih terus setia. Kami bersyukur karena semua panitia dimampukan dalam segala keterbatasan pengalaman, keterbatasan jarak antara panitia lokal dan Jakarta, keterbatasan dalam mensinkronkan jadwal antar panitia, untuk bisa mempersembahkan suatu kamp yang menjadi berkat bagi peserta bukan hanya saat itu saja tapi terus berkelanjutan dalam hidup para peserta di dunia profesinya, keluarga, gereja dan bangsa. Kami berdoa kiranya walaupun KMdNA XII berakhir, namun alumni medis tetap semangat untuk menjalankan panggilan dan komitmen yang telah di ambil dalam kamp ini. Kiranya Tuhan terus meneguhkan dan memampukan kita semua untuk terus setia Following Jesus in the Real World sehingga memberi dampak nyata dimanapun Tuhan memanggil kita melayaniNya. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan. *Ketua Panitia Pelaksana KMdNA 2019, **Ketua Panitia Pengarah KMdNA 2019

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Dari Suku ke Suku

Suku Mausu Ane:

Belum bisa Menggunakan Bahasa Indonesia

K

ita sudah merdeka selama 74 tahun. Itu patut kita syukuri. Namun, kita melihat, masih ada saudara-saudara kita yang hidupnya belum merdeka. Mereka belum sepenuhnya menikmati kesejahteraan.

mencapai sekitar 45 keluarga dan terdiri dari 175 jiwa. Bisa dikatakan suku ini tergolong kecil. Walaupun begitu, mereka tetaplah rakyat Indonesia yang harus dilindungi dan dijamin kehidupannya oleh negara Indonesia.

Lihat saja, saudara-saudara kita suku Mausu Ane yang tinggal di pedalaman hutan Pulau Seram, Gunung Morkelle, Kabupaten Maluku Tengah. Mau ketemu mereka? Dari Masohi, ibukota kabupaten Maluku Tengah, kita butuh waktu delapan jam berjalan kaki untuk mencapai lokasi tempat tinggal mereka.

Tahun lalu, mereka dilanda wabah kelaparan akibat perkebunan mereka diserang hama tikus dan babi.

Beberapa sumber bacaan menyebut, bahwa suku Mausu Ane masih menerapkan cara hidup nomaden. Kehidupan nomaden sendiri merupakan bentuk kehidupan yang selalu berpindah-pindah. Artinya suku tersebut selama hidupnya tidak menetap di suatu tempat. Ada tiga macam cara kehidupan nomaden, yakni sebagai pemburu, penggembala, dan pengelana. Namun, belakangan diketahui, mereka sudah bisa menetap dengan berkebun. Jumlah warga suku Mausu Ane  diperkirakan SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

Sebenarnya, bagaimanakah kondisi kehidupan mereka? Bagaimanakah budaya mereka? Mengapa sampai mengalami wabah kelaparan di tengah negeri yang konon dikenal subur dan makmur? Hidup nomaden Cara hidup suku Mausu Ane  berbeda dengan warga Indonesia pada umumnya yang hidup di pedesaan maupun perkotaan. Mereka tetap mempertahankan tradisi nomaden atau hidup berpindah-pindah di dalam hutan Pulau Seram. Sumber makanan sangat dipengaruhi oleh faktor sumber daya alam. Mereka sudah mengenal metode berkebun 45


Dari Suku ke Suku atau berladang. Biasanya mereka membabat hutan lalu mengolah tanah dan menanaminya dengan tanaman jenis umbi-umbian. Hasil panen kemudian menjadi sumber pangan. Juli 2018 terjadi serangan hama tikus dan babi hutan. Dalam kondisi stok pangan semakin berkurang, mereka tetap berusaha bertahan. Namun, fisik sebagian warga menjadi semakin melemah karena kurangnya asupan. Bencana kelaparan akhirnya memakan korban. Tak kurang dari empat orang telah meninggal dunia. Ada sejumlah pemerhati kehidupan suku-suku terasing di Pulau Seram mengatakan bahwa kebiasaan berpindah-pindah, sebenarnya bukan hanya karena kehabisan bahan makanan atau lahan menjadi tidak subur. Hal itu terkait juga dengan tradisi mereka. Bila ada salah satu anggota keluarga yang meninggal, ada keharusan bagi mereka untuk meninggalkan tempat tersebut. Sebelum pergi, mereka akan membakar rumah, tempat tinggal mereka. Kemudian, mereka akan mencari tempat tinggal lain yang jauh dari tempat semula. Belum bisa menggunakan Bahasa Indonesia Komunikasi dengan suku Mausu Ane sering terkendala dengan bahasa. Mereka belum bisa berbicara menggunakan Bahasa Indonesia. Situasi ini patut disayangkan, sebab mengindikasikan bahwa budaya mereka pasti masih tertinggal. Bila akan berkomunikasi dengan mereka, dibutuhkan penterjemah ke dalam bahasa mereka. Hal ini menandakan bahwa Pemkab Maluku Tengah harus segera mengupayakan agar mereka mampu membaca dan menulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia.

Pada 2017, pernah terjadi kebakaran hutan di Pulau Seram. Lahan pertanian suku Mausu Ane ikut menjadi korban. Pemkab Maluku Tengah kemudian mengusulkan agar mereka berkenan direlokasi. Semua warga suku Mausu Ane sepakat menolak tawaran tersebut. Mereka turun-temurun sudah terbiasa hidup dengan cara atau budaya mereka. Mereka ingin mempertahankan hal tersebut. Selain itu, mereka juga tidak mau bila hutan, tempat tinggal mereka, kemudian diambil alih oleh perusahaan perkebunan. Maka, jalan satusatunya adalah mempertahankan hutan tersebut dengan cara memilih tetap hidup di dalam hutan. Sudah mengenal Tuhan Menurut Syafsudin Syafsuha, salah satu pegiat lingkungan di Maluku Tengah, di pedalaman hutan Pulau Seram sebenarnya tidak hanya ada Suku Mausu Ane. Namun, ada suku-suku kecil lainnya, di antaranya Suku Fond, Suku Mainkem, Suku Koa-koa, dan Suku Kamu-kamu. Mereka semua sudah mempunyai sistem kepercayaan dan sudah mengenal Tuhan. Mereka menyebut Tuhan dengan nama Yalahatala. Dapat dipastikan, mereka memiliki ritual tertentu untuk menghormati Yalahatala. Selain itu, seperti telah disinggung di atas, mereka juga mempunyai tradisi meninggalkan lokasi tempat tinggal saat ada anggota suku yang meninggal. Ini adalah salah satu tanda bahwa mereka juga mempercayai adanya arwah orang yang sudah meninggal. Pergi ke lokasi lain adalah wujud kesedihan dan upaya menyembuhkan duka yang dialami keluarga yang ditinggalkan. Kematian adalah kejadian yang tergolong sebagai malapetaka.

Selain dengan menggunakan penterjemah, bila ingin berkomunikasi dengan mereka secara efektif (didengarkan), juga harus melalui orang yang dianggap sebagai pemimpin mereka. Orang itu adalah Kepala Desa (Raja) Maeno. Tetap ingin mempertahankan budaya mereka 46

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Dari Suku ke Suku

Ikut memperingati Saat HUT Kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia, warga suku Mausu Ane ikut memperingati. Upacara peringatan dilaksanakan warga Suku Mausu Ane di pedalaman Pulau Seram, Maluku, Sabtu (17/8/2019). Upacara yang dipusatkan di tengah hutan Kecamatan Seram Utara, tepatnya di lokasi permukiman baru bagi warga Suku Mausu Ane. Ini merupakan upacara pertama kali yang baru diikuti warga suku terasing di pulau tersebut. Dalam upacara tersebut, tiga anak warga suku Mausu Ane ikut menggerek bendera merah putih ke tiang bendera kemudian mengibarkannya dengan diikuti alunan musik lagu Indonesia Raya. Selain warga Mausu Ane, ada juga warga kampung-kampung pegunungan seperti dari Manuo rendah, Siahari dan ada sebagian juga dari Snea. Menurut Danramil 1505 Seram Utara, Kapten La Ode Maruf yang menjadi SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

inspektur upacara, “Pelibatan warga suku Mausu Ane itu sengaja dilakukan agar mereka lebih mengenal dan mencintai NKRI. Semua warga bisa ikut dalam upacara, karena dari jauh-jauh hari sudah kami sampaikan mereka wajib hadir,â€? ujarnya. Bahan tulisan: Dari berbagai sumber/*tnp

47


Teropong Doa Doa syafaat adalah pelayanan yang besar namun tersembunyi, yang dapat kita berikan kepada orang lain Pokok Doa PMdK Semarang 1. Doakan persiapan retret Joglosemarto yang akan diadakan tanggal 23-24 November 2019, kiranya Tuhan berkati dan cukupkan segala keperluan yang dibutuhkan, juga setiap peserta yang hadir nantinya dapat diberkati melalui retret ini. 2. Doakan untuk inisiasi Persekutuan Lintas Medis di Semarang, yaitu persekutuan yang di dalamnya tidak hanya ada dokter, tetapi juga perawat, ahli gizi dan lain-lain. Kiranya setiap alumni di Semarang yang bergerak di bidang medis dapat sama-sama bersekutu, bertumbuh dan menjadi berkat. 3. Bersyukur untuk persekutuan medis residen yang sudah berjalan di Kariadi, kiranya setiap residen dapat semakin menguatkan dalam Tuhan dan bertumbuh Bersama di dalam persekutuan ini. 4. Berdoa untuk persiapan Kamp Medis Nasional Mahasiswa (KMdNM) XXII yang akan diadakan di Semarang pada tahun 2020. Kiranya Tuhan berkati koordinasi diantara Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana dalam mempersiapkan segala hal yang diperlukan. Bersyukur untuk tanggal, tema, pembicara utama yang sudah ada, kiranya Tuhan menolong persiapan materi acara dan pencarian seluruh pembicara, juga agar Tuhan sediakan tempat yang terbaik. Dan kiranya Tuhan persiapkan hati calon peserta dari berbagai daerah yang akan mengikuti kamp ini di tahun mendatang.

mengerjakan pelayanan dengan sungguh-sungguh sesuai panggilan dari Tuhan. 2. Doakan agar Tuhan anugerahkan kepekaan kepada para pelayan di CMF untuk membentuk KTB (memasangkan CPKK dengan AKK). Tuhan berkenan beri hikmat dan kebijaksanaan kepada setiap anggota, sehingga KTB yang terbentuk, ke depannya semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. Pokok Doa PMK UKDW Yogyakarta 1. Berdoa untuk regenerasi PMKK, biar segala orang yang Allah telah tanamkan kerinduan diberikan kerelaan hati untuk mau berkomitmen melayani. 2. Doakan untuk pemuridan yang dikerjakan, agar semua Kelompok Kecil yang telah dibentuk dapat terus bertumbuh dan bermultiplikasi. 3. Doakan untuk pembentukan panitia Natal, kiranya Tuhan berkati setiap persiapan yang akan dilakukan.

Pokok Doa CMF Bali 1. Bersyukur untuk mahasiswa-mahasiswa yang telah memberi diri mendaftar menjadi pengurus CMF baru dan ibadah regenerasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2019. Kiranya setiap pengurus CMF yang baru dapat 48

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Humoria Efek Obat

Seorang pengacara baru saja tersadar setelah dibius selama operasi. Ia tak sendirian di ruangan itu. Istrinya telah menemani di sampingnya sejak semalam. Perlahan, mata pengacara tersebut terbuka dan ia berkata, “Kau sangat cantik!”. Kemudian ia tertidur lagi. Istrinya yang selama ini tak pernah dipuji seperti itu, memutuskan untuk terus berada di sampingnya. Beberapa menit kemudian, mata suaminya terbuka dan berkata “Kamu oke!”. Mendengar dirinya dikatakan “oke”, si istri merasa kecewa. Karena ia lebih suka dikatakan cantik. Ia lalu bertanya, “Tadi, kamu bilang, aku cantik. Sekarang, kok bilang, oke?. Suaminya menjawab dengan kesadaran seadanya, “Efek obatnya mulai hilang nih kayaknya.”

Contoh Nama Hewan

Guru: “Murid-murid, coba berikan contoh nama hewan!” Murid: “Gajah” Guru: “Sekarang coba berikan contoh nama hewan lainnya.” Murid: “Gajah lainnya.”

Kisah Dua Bocah di Rumah Sakit

Bocah 1: “Kenapa kamu di sini?” Bocah 2: “Aku ke sini untuk operasi amandel.” Bocah 1: “Jangan takut, waktu aku umur empat tahun juga pernah dioperasi. Kamu hanya perlu tidur dan bangun-bangun dokter akan memberimu es krim. Itu sebenarnya cukup menyenangkan.” Bocah 2: “Hah… syukurlah. Kalau kamu ngapain ke sini?” Bocah 1: “Aku mau sunat.” Bocah 2: “Wah, semoga beruntung, kawan! Aku dulu langsung disunat saat baru lahir dan setelah itu aku tak bisa berjalan selama satu tahun.”

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

49


Humoria Inem bingung

Suatu ketika Inem menemukan kondom bekas ketika sedang menyapu lantai kamar majikannya. Inem: Bu, ini apa ya? Majikan: Ooo, ini kondom ‘Nem. Masa kamu nggak tahu? Inem: Saya nggak tahu, Bu. Majikan: Ini bekas bersetubuh. Memangnya di kampungmu nggak ada beginian, Nem? Inem: Wah, di kampung saya kalau orang bersetubuh nggak sampai terkelupas ‘gini kulitnya, Bu. Majikan: ???

Nenek di Kantor Pos

Di sebuah Kantor Pos, seorang nenek ingin mengirim surat kepada cucunya. Tetapi, ia lupa membawa kacamatanya. Akhirnya, ia meminta tolong petugas di loket kantor pos untuk membantunya. Ia bertanya, “Bisakah Anda membantu menuliskan alamat pada amplop ini?” Setelah petugas loket menuliskan alamatnya, sang nenek bertanya, “Bisakah Anda membantu menuliskan suratnya?” Setelah selesai menuliskan surat itu dengan penuh ketulusan dan sukacita, bertanyalah sang petugas Kantor Pos kepada nenek itu berkata, “Apa lagi yang bisa saya bantu, Nek?” Nenek itu berkata, “Tolong tambahkan di bawah suratnya, NB: Maaf, tulisannya jelek.”

Jadilah Orang yang Fleksibel

Seorang pemuda yang akan berangkat ke ladang misi pamit kepada Pendetanya. Pemuda: “Pak, tolong doakan, besok saya akan pergi ke ladang misi.” Pendeta: “Pergilah, Nak. Hati-hatilah di negeri orang, kau harus pandai bergaul, supaya banyak memenangkan jiwa.” Pemuda: “Bagaimana resepnya, Pak?” Pendeta: “Ya, kalau kamu bertemu dengan tukang tahu, bicaralah soal tahu. Jika bertemu dengan tukang lontong, bicaralah soal lontong, dan jika bertemu dengan tukang sayur, bicaralah soal sayur.” Pemuda: “Bagaimana jika bertemu dengan ketiganya, Pak?” Pendeta: “Ya, bicaralah soal gado-gado, Nak.” Dari beberapa sumber/*tnp

50

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Dari Sana-sini Jas Putih dan Atribut Medis Jadi Pelindung Dokter di Papua

K

Situasi Wamena berangsur normal pasca kerusuhan (Foto: Saiman-detikcom)

eselamatan dokter di Papua pasca kerusuhan yang terjadi di Wamena sempat jadi sorotan. Banyak dokter yang minta dipulangkan ke daerah asalnya karena takut akan keadaan di Papua. Namun, ketakutan tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan menggunakan atribut kedokteran yang dimiliki. Bukan hanya sebagai tanda pengenal, atribut dokter juga bisa menjadi tameng atau pelindung dokter yang bertugas di daerah Papua. “Ya atribut seperti jas putih, tanda pengenal atau name tag untuk dokter, dan atribut lainnya bisa menjadi pelindung mereka. Masyarakat di Papua sana sangat menghargai dan menghormati keberadaan tenaga medis, khususnya dokter serta memandang mereka sebagai pahlawan,” jelas dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), pada acara temu media di kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (3/10/2019). Pendapat senada juga disampaikan oleh salah SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

satu dokter yang bertugas di Papua, tepatnya di RSUD Fak-Fak, dr Subhan Rumooning, SpPD. Ia mengatakan, profesi dokter di Papua cukup dihormati. “Di sini, dokter itu dapat dikatakan sejajar dengan bupati. Jadi, saat masyarakat setempat tahu dia dokter melalui atribut yang digunakannya, maka mereka akan menghormati dan melindungi orang tersebut. Itu yang membuktikan kalau masyarakat Papua sebenarnya sangat mendukung keberadaan dokter di sini,” ujar dr Subhan. dr Rizky Aniza Winanda, SpKJ, RSUD Scholoo Keyen, psikiater yang bertugas di Sorong Selatan, Papua Barat juga mengatakan, masyarakat asli di sana sangat terbuka dan menyambut hangat para pendatang yang datang. “Jadi tidak perlu ada rasa takut dan khawatir, karena masyarakat di sana sangat menyambut kedatangan para pendatang dan tenaga medis yang bertugas di Papua juga diberikan penjagaan yang maksimal,” imbuhnya. 51


Dari Sana-sini 3 Hoax Seputar Kesehatan yang Meresahkan, Tapi Masih Banyak Disebarkan

K

Ilustrasi isu hoaks. Foto: Ilustrasi oleh Andhika Akbarayansyah/detikcom

etua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), Septiaji Eko Nugroho, mengatakan hoaks seputar isu kesehatan merupakan yang paling banyak ketiga setelah hoaks isu politik dan agama. Oleh karena itu, informasi hoaks harus dilawan karena tidak hanya berbahaya bagi individu tapi juga masyarakat secara luas. Septiaji menyebutkan beberapa contoh hoaks terkait obat dan makanan yang sempat viral dan menimbulkan keresahan serta kecemasan di masyarakat. Berikut beberapa di antaranya : 1. Virus HIV-AIDS dalam makanan kalengan impor Pesan ini berisikan informasi bahwa para pekerja positif HIV-AIDS tempat makanan tersebut dibuat, memasukkan darah mereka ke dalam makanan kalengan tersebut. Pesan ini beberapa kali viral, padahal BPOM sudah pernah mengklarifikasi bahwa pesan ini tidak benar. 2. Meninggal setelah makan coklat dan mie Dalam pesan hoaks yang sempat viral sejak tahun 2017 ini, dikatakan bahwa seorang wanita mendadak meninggal dengan kelima panca indera mengeluarkan darah. Hal ini dikatakan terjadi karena wanita tersebut makan coklat setelah

52

makan mie goreng. Sama dengan pesan HIV-AIDS dalam makanan kalengan impor, pesan ini juga viral berulang kali meski sudah dinyatakan hoaks atau tidak benar. 3. Vaksin MMR sebabkan autisme Beberapa waktu lalu sempat ramai diperbincangkan sebuah penelitian yang mengatakan bahwa vaksin MMR untuk mencegah penyakit campak, gondong dan rubella dapat menyebabkan autisme pada anak. Terkait informasi ini, dr Piprim B Yanuarso, Sekretaris Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan pada detikcom beberapa waktu lalu, bahwa hal tersebut tidak benar. Bahkan, angka pengidap autisme lebih besar pada kelompok yang tidak mendapat vaksin MMR. Menurut Septiaji, memang menghadapi informasi hoaks ini membutuhkan proses edukasi yang tidak sebentar. Literasi kesehatan yang terbuka dan tersosialisasikan dengan baik diperlukan. “Isu literasi kesehatan ini kadang cuma terbatas di kalangan tertentu saja. Nah, ini sebaiknya kita buka percakapan di publik sehingga mereka memiliki imunitas yang baik terkait isu kesehatan. Setidaknya mereka bisa lebih kritis ketika mendapatkan informasi terkait kesehatan, obat, atau makanan,” pungkasnya. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Dari Sana-sini Ahli Beberkan 3 Sebab Produksi ASI Sedikit dan Cara Meningkatkannya

B

ayi membutuhkan ASI sejak dia lahir hingga minimal enam bulan. Namun, tidak sedikit ibu yang gagal memberikan ASI hingga enam bulan karena produksi ASI-nya sedikit. Menurut dr I.G.A.N Partiwi Sp A Mars, pakar laktasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada beberapa faktor yang bisa membuat ASI berkurang. Dia pun membagikan cara meningkatkan produksi ASI agar melimpah. Berikut adalah beberapa alasan yang mungkin membuat produksi ASI Anda sedikit: 1. Terlalu gemuk Menurut dr Partiwi, tubuh yang terlalu gemuk paska melahirkan tidak baik bagi produksi ASI, karena dapat menekan respons berbagai hormon, SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

seperti hormon prolaktin yang memicu sel-sel pembuat ASI. Memang disarankan kepada ibu menyusui untuk banyak makan makanan bergizi agar produksi ASI meningkat, tapi bukan berarti makan berlebihan hingga berat badan naik. 2. Efek obat kimia Tidak semua obat kimia dapat menjadi penyebab penurunan atau penghambat produksi ASI. Namun, efek dari beberapa obat terhadap kondisi masing-masing ibu setelah melahirkan juga berbeda-beda. Untuk itu, selama menyusui jangan malas berkonsultasi dengan dokter yang membantu Anda melahirkan. Dokter akan membantu menyesuaikan obat yang harus Anda minum dan kondisi tubuh Anda. 53


Dari Sana-sini 3. Stres fisik Kelelahan bekerja atau stres pada ibu bisa mengakibatkan penurunan produksi ASI. Hal ini karena seorang wanita yang baru saja melahirkan membutuhkan lebih banyak hormon prolaktin dan oksitosin untuk memproduksi ASI. Nah, hormon oksitosin ini berkaitan dengan perasaan ibu. Jika ibu sedang keadaan stres, maka hormon oksitosin juga menurun. Sebaliknya jika perasaan ibu senang atau bahagia, hormon oksitosin akan meningkat. Begitu juga dengan produksi ASI ibu. Bagaimana Sih ASI Diproduksi? Dokter Partiwi memperingatkan, jangan berpikir untuk menghemat ASI Anda agar bisa mencapai enam bulan ASI eksklusif. Namun lakukanlah caracara di bawah ini untuk membuat produksi ASI melimpah:

Seperti yang dijelaskan di atas, enzim prolaktin dan oksitosin pada payudara akan meningkat jika Anda bahagia sehingga produksi ASI pun meningkat. 4. Makan makanan yang cukup dan bergizi Memperbanyak asupan makanan sangat diperlukan oleh tubuh ibu menyusui. Sebab, menyusui memerlukan energi lebih, dan energi ini didapatkan dari makanan. Selain itu, gizi yang Anda makan juga akan menjadi gizi bagi si kecil melalui ASI yang ia minum. Jadi, selalu pastikan agar makanan yang Anda asup cukup secara jumlah dan bergizi tinggi.

1. Tidur yang cukup Meskipun bayi seringkali merengek atau menangis karena lapar atau baru buang air, Anda tetap harus menjaga pola tidur Anda agar tetap tercukupi. Pasalnya, tidur membuat rileks dan meningkatkan enzim prolaktin dan oksitosin pada ibu menyusui. 2. Sering menyusui Sering menyusui ternyata baik untuk meningkatkan produksi ASI ibu. Hal ini karena hormon prolaktin dan oksitosin di atas juga akan terpengaruh oleh aktivitas menyusui bayi dari ibunya. Semakin sering bayi menyusu, semakin sering juga hormon prolaktin dan oksitosin terangsang. Sering yang dimaksudkan ialah minimal dua atau tiga jam sekali atau saat bayi meminta. Kalau pun Anda bekerja hingga 10-12 jam, sempatkan untuk memompa payudara Anda agar produksi ASI melimpah. 3. Segarkan diri Anda Kebiasaan ibu-ibu pasca melahirkan adalah malas untuk merawat diri, dengan alasan sibuk menjaga si kecil atau mengurus rumah tangga. Nyatanya, hal ini juga tidak baik dilakukan. Buatlah diri Anda tampil segar, baik pikiran maupun penampilan, untuk membantu meningkatkan kebahagiaan. 54

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Dari Sana-sini 4 Harapan IDI Terhadap Presiden Jokowi dan Wapres Ma’ruf

P

residen Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin resmi dilantik hari ini, Minggu (20/10). Sejumlah harapan pun digantungkan di bawah kepemimpinan keduanya. Tak terkecuali masalah kesehatan. Dunia kesehatan Indonesia tentu menaruh harapan yang besar kepada pemimpin terpilih.

preventif dan promotif. Adib mengkritisi pelayanan puskesmas yang perlu direvitalisasi. Saat ini puskesmas semakin terbebani dengan berbagai penyakit pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Sebetulnya fungsi puskesmas bisa mencegah beban tersebut.

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Adib Khumaidi menjelaskan, banyak harapan yang perlu diwujudkan untuk membuat dunia kesehatan tanah air lebih prima. Apalagi pembangunan SDM merupakan visi misi Jokowi-Ma’ruf pada periode 2019-2024. Bisa dikatakan, jika ingin pembangunan kualitas SDM berjalan baik, maka masalah kesehatan pun perlu jadi prioritas.

“Dengan melakukan revitalisasi puskesmas di daerah. Perlu saya tekankan kondisi yang ada di puskesmas, banyak terbebani kaitannya kuratif oleh pasien-pasien BPJS. Padahal itu bisa ditekan dengan menggenjot upaya puskesmas memiliki fungsi preventif,” kaya Adib.

“Jadi kan kalau melihat problematika utama ya, dari yang lain dianggap utama. Negara bertanggung jawab terkait kesehatan dan pendidikan. Progress pusat dan daerah. Terkait dengan kesehatan ada beberapa problem utama yang harus menjadi fokus 100 hari kerja presiden dan wakil presiden terpilih,” kata Adib kepada JawaPos.com, Jumat (18/10). Pertama adalah masalah pelayanan kesehatan SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

Sehingga saat bicara soal kuratif, kata dia, sudah terbebani dengan pengobatan pasien. Beban anggaran biaya juga lebih besar untuk mengobati daripada mencegah. “Beban biaya negara sangat di kuratif. Efisiensikan kuratif adalah dengan meningkatkan paradigma sehat. Buat masyarakat sadar tentang kesehatan. Lalu kemudian bukan sekadar sebuah gerakan tetapi ditindaklanjuti dengan program yang terukur,” tegas Adib. Caranya dengan peningkatan Posyandu, 55


Dari Sana-sini

Infografis gizi pada balita. (Kemenkes)

memfungsikan kader-kader kesehatan di daerah, sampai level paling bawah di tingkat kelurahan. Adib mengusulkan untuk menempatkan anggaran kesehatan dalam upaya preventif dan promotif dengan porsi yang lebih besar. Kedua adalah upaya program pemerintah terkait kesehatan ibu dan anak. Saat ini data menunjukkan belum ada perbaikan perubahan signifikan terkait persoalan angka kematian ibu dan angka kematian bayi dan balita. “Hal itu harus jadi perhatian utama pemerintah ke depan,” katanya. Masalah perbaikan angka gizi atau stunting, kata Adib, tak hanya sekedar memberikan gizi tambahan lewat Pemberian Makan Tambahan (PMT). Akan tetapi, untuk permasalahan gizi diperlukan membangun sistem dinamis terkait masalah lingkungan serta hygiene. Ketiga, adalah bagaimana membangun SDM di fasilitas-fasilitas kesehatan. Tenaga-tenaga kesehatan harus berkualitas seiring dengan kemajuan teknologi 4.0 saat ini. “Menjamin SDM kesehatan seperti tenagatenaga kesehatan, dokter-dokter spesialis dan subspesialis harus sejalan dengan industri 4.0. Harus melihat secara futuristik,” tuturnya. 56

Dan terakhir, tentunya paling penting yang selalu menjadi momok adalah masalah pembiayaan. BPJS Kesehatan selalu mengalami defisit dalam membiayai para peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jumlah penyakit tak menular semakin tinggi. “Pembiayaan kesehatan masalah BPJS. Ini juga harus jadi program utama tak bagaimana pemerintah tak sekadar tutupi defisitnya saja tapi harus ada perbaikan sistem dan kolaborasi antara Kementerian kesehatan BPJS. Sehingga program yang ada enggak hanya sekadar meningkatkan kepesertaan saja tetapi perbaikan mutu sistem,” katanya. Tentunya dalam 100 hari semua permasalahan itu tak cukup waktu untuk diselesaikan secara bertahap. Akan tetapi menurut Adib, presiden dan wakil presiden terpilih pasti akan menentukan mana indikator permasalahan yang harus menjadi prioritas. “PR yang belum selesai sebelumnya yaitu masalah pembiayaan tadi dan upaya menekan angka kematian bayi dan anak,” tukasnya. Sumber: detik.com/kompas.com/jawapos.com

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Historia

Puskesmas: Digagas di Era Sukarno, Dikerjakan Bawahan Soeharto Johannes Leimena

Sejak lama para dokter pribumi telah memikirkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara luas. Leimena, Abdoel Patah, dan Siwabessy, punya andil besar dalam sejarah puskesmas di Indonesia.

J

ohannes Leimena (1905-1977) adalah dokter asal Ambon lulusan Sekolah Pendidikan Dokter Hindia atau School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) pada 1930. Setelah itu ia melanjutkan ke Sekolah Tinggi Kedokteran atau Geneeskundig Hooge School (GHS) pada 1939. Leimena pernah menjadi dokter zending di rumah sakit Immanuel Bandung. Menurut Hans Pols dalam Merawat Bangsa: Sejarah Pergerakan Para Dokter Indonesia (2019:281), ia termotivasi oleh agama Kristen dan cita-cita akan keadilan sosial. Ia berkali-kali dipercaya oleh Presiden Sukarno untuk menjadi Menteri Kesehatan. Selama menjadi menteri, Leimena tertarik dengan bantuan dan saran ahli organisasi kesehatan soal pelayanan kesehatan. Salah seorang kolega Leimena adalah Abdoel Patah (1898-1959), seniornya di STOVIA yang lulus pada 1921. Dokter kelahiran Majalaya, Jawa Barat itu kemudian melanjutkan belajar ilmu SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

kedokteran di Belanda pada 1930-an. Disertasinya berjudul De Medische Zijde van de Bedevaart naar Mekka. “Abdoel Patah beberapa kali mengikuti kapal haji dan tujuh tahun lamanya bekerja di perwakilan Belanda di Jeddah,” tulis Harry Poeze dalam Di negeri penjajah: orang Indonesia di negeri Belanda, 1600-1950 (2008). Setelah revolusi kemerdekaan, keduanya memikirkan bagaimana pengobatan modern ala kedokteran barat bisa dinikmati masyarakat luas hingga ke pelosok desa. Mereka seperti disebut Lucia Endang dan Linda Shield dalam Primary Health Care in Indonesia (1990) kemudian merumuskan konsep kesehatan masyarakat yang disebut sebagai Bandung Plan. Konsep yang dipresentasikan Leimena pada 1952 ini meliputi pembangunan rumah sakit pusat di kota, rumah sakit pembantu di kabupaten, poliklinik di kecamatan, dan pos kesehatan di desa terpencil. Menurutnya, jika ada warga yang sakit dan tidak teratasi di tingkat kecamatan, maka bisa dialihkan ke rumah sakit pembantu atau rumah sakit kota. “Leimena mengusulkan untuk mengintegrasikan 57


Historia pusat-pusat kesehatan masyarakat, pendidikan kesehatan masyarakat, dan perawatan kuratif pada empat tingkat tersebut,” imbuh Hans Pols. Gagasan mereka membuat kesehatan masyarakat menjadi komponen wajib kurikulum ilmu kedokteran di Indonesia. Para dokter yang telah lulus kuliah, diminta bekerja di daerah terpencil selama tiga tahun agar terjadi penyebaran perawatan medis yang lebih merata di Indonesia. “Sejarah mencatat, pola pemikiran Leimena kemudian diteruskan pula pada zaman Orde Baru,” tulis Frans Hitipeuw dalam Dr. Johannes Leimena, Karya dan pengabdiannya (1996). Puskesmas dalam Pelita Orde Baru Setelah tampuk kekuasaan berganti, gagasan Leimena dan Abdoel Patah diangkat lagi oleh Gerrit Augustinus Siwabessy (1914-1982), seorang dokter berdarah Ambon yang menjadi Menteri Kesehatan di awal pemerintahan Orde Baru. Ia adalah kawan dr. Ibnu Sutowo (19142001) mantan Direktur Pertamina, dan Roebiono Kertopati (1914-1984) mantan kepala Sandi Negara, saat bersekolah di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) Surabaya. Tahun 1968, Siwabessy mempresentasikan ide Leimena dan Abdoel Patah tentang pembangunan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di setiap Kecamatan. Usulannya diterima oleh presiden daripada Soeharto dan jadi bagian dari Pembangunan Lima Tahun (Pelita) pemerintah Orde Baru. Menurut Erlita dan kawan-kawan dalam Sang Upuleru: Peringatan 100 Tahun Prof. DR. GA Siwabessy (2014:184), terdapat 2.000 puskesmas pada Pelita II dan setiap tahun jumlahnya bertambah. Sampai tahun 1992/1993, jumlah puskesmas sudah mencapai 6.749 unit. Di tiap daerah rasio antara jumlah puskesmas dan jumlah penduduk yang harus dilayani berbeda-beda. Berdasarkan buku 30 Tahun Orde Baru Membangun (1995), di Jawa dan Bali satu Puskesmas melayani 30.000 penduduk dan didukung oleh 2 sampai 3 puskesmas 58

pembantu. Sementara di luar dua daerah itu yang penduduknya tidak terlalu padat, rasionya adalah satu puskesmas diperuntukkan bagi 10.000 sampai 20.000 penduduk dengan didukung juga oleh 2 sampai 3 puskesmas pembantu. Secara keseluruhan, satu puskesmas rata-rata melayani 27.000 penduduk. Berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) nomor 5 tahun 1982, puskesmas perlu dibangun di kecamatan yang berpenduduk lebih dari 30.000 jiwa. Inpres tersebut menyebutkan bahwa puskesmas dibangun “untuk mempertinggi dan meningkatkan pelayanan kesehatan terutama kepada penduduk desa dan penduduk kota yang berpenghasilan rendah.” Selain itu, untuk melayani kebutuhan masyarakat diadakan juga puskesmas keliling. Agar setiap puskesmas dilayani dokter, maka di era Siwabessy pun diadakan program Dokter Inpres. Para dokter muda didorong untuk menunaikan tugas wajib kerja sarjana (WKS). Selain membangun puskesmas, Orde Baru pun membuat pelbagai program kesehatan lain dan mengontrol tingkat pertumbuhan penduduk melalui Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), dan Keluarga Berencana (KB). Pelayanan puskesmas di zaman Orde Baru bukan tanpa masalah. Menurut dokter Djanuar Achmad seperti dikutip Hans Pols, para dokter yang bertugas di puskesmas kebanyakan kurang antusias bekerja. Mereka sekadar menggugurkan kewajiban dengan hanya tiga tahun pertama menjadi dokter puskesmas. Bagi mereka, pekerjaan tersebut tidak ada artinya bagi perkembangan karier. Selain itu, waktu para dokter pun habis untuk urusan administrasi sehingga banyak layanan kesehatan dikerjakan oleh perawat yang kurang terlatih. Dalam sejarah panjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dengan pelbagai kelebihan dan kekurangannya, Siwabessy dianggap sebagai Pelopor Puskesmas dan Leimena disebut Bapak Puskesmas Indonesia. Sumber: https://tirto.id

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Antar Kita

Mengambil Kuliah Lagi

J

ika karier Anda jalan di tempat, atau Anda merasa jenuh, ada baiknya Anda kuliah lagi atau mengambil kursus. Tapi jangan berasumsi bahwa diploma adalah tiket menuju kekayaan, ungkap Rosalinda de Mesa, koordinator Office of the Student Activities, University of the Philippines. Dia menyarankan, pertama, cari tahu apakah perusahaan tempat Anda bekerja bersedia membiayai studi Anda, hati-hati agar tidak terlalu menyimpang terlalu jauh dari jalur karier Anda sekarang. Adalah berisiko bila Anda mengambil bidang studi yang sama sekali tidak berhubungan dengan jenis pekerjaan yang Anda tekuni saat ini. Ingatlah bahwa aspek terpenting dalam melanjutkan studi adalah menambah wawasan. “Tidak ada jaminan bahwa pendidikan tambahan akan membantu Anda mendapatkan pekerjaan yang lebih baik atau meningkatkan penghasilan Anda,” ujar Rosalinda.

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

Mengritik? Ada Etikanya, Lho

M

engritik orang memang mudah. Cari saja kesalahan yang dia lakukan, lalu berikan pendapat yang menurut versi Anda benar. Namun mengritik juga bisa menjadi perkara yang tidak mudah, jika ternyata cara penyampaian anda salah. Bisa-bisa, Anda malah membuat orang yang dikritik tersinggung sehingga hubungan Anda berdua jadi rusak. Coba ikuti langkah berikut ini dalam memberikan kritik. • Jelaskan secara spesifik masalah yang Anda kritik dan ingin diperbaiki. • Jangan menghakimi. • Berikan kritik dengan kepala dingin, jangan pada saat Anda dan orang yang ingin Anda kritik berada dalam keadaan sama-sama emosi dan kepala “panas”. • Usahakan tak mengritik di depan umum, kecuali jika memang masuk ke ranah kepentingan publik. • Jangan menunda, lakukan sesegera mungkin. • Jangan terlihat menyerang. • Yang penting, Anda harus bisa memberikan solusi dan saran perbaikan. 59


Antar Kita

Tetangga Baik Dimulai Dari Diri Sendiri

S

ebelum berharap mendapatkan tetangga yang baik dan tidak mengganggu, jadilah tetangga itu. Bagaimana caranya?

Etiket parkir. Saat mau masuk rumah, tak perlu menekan klakson habis-habisan. Begitu juga ketika tiba malam hari, tak perlu menutup mobil dengan membantingnya keras-keras. Kalau tidak punya garasi dan parkir depan rumah, jangan sampai menutup jalan keluar orang lain. Jika mengadakan acara di rumah dengan mengundang tamu yang membawa mobil, beri tahu ke tetangga sebelumnya agar mereka tidak terkejut tiba-tiba banyak mobil di sekitar mereka Jangan sembarang membakar. Daun-daun yang berguguran jangan dikumpulkan lalu dibakar seenaknya. Asapnya bisa mengganggu tetangga. Cukup kumpulkan dan buang di tempat sampah Tutup pintu garasi. Jangan biarkan pintu garasi terbuka lebar tanpa ditutup. Selain mengundang

60

maling, tidak sedap dipandang tetangga lain yang bisa jadi kepo akan isi garasi. Perhatikan anjing. Ini kasus yang sangat umum, pemilik anjing membiarkan anjingnya terus menggonggong sepanjang hari, kadang di malam hari. Kalau bekerja siang hari, titipkan anjing di penitipan hewan. Kalau malam hari coba tenangkan anjing Anda. Jangan biarkan mainan di halaman depan rumah. Setelah anak bermain, ajak anak membereskan mainan di depan rumah. Jangan biarkan tergeletak begitu saja. Kalau ada tamu, dia bisa menginjak mainan tersebut atau bahkan terpeleset. Jika punya anak yang usia sekolah dasar, ajari anak jangan seenaknya main ke halaman rumah orang lain. Kalau anak tetangga seperti itu dan usianya di atas 10 tahun, ajak bicara anak tersebut baik-baik. Jika masih kecil, cukup dengan orangtuanya. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Antar Kita

Menjaga Otak Tetap “Hidup”

K

onon, kemampuan otak itu tergantung pemiliknya. Orang Inggris bilang, “used it or you will loose it”. Kalau tidak sering digunakan, dilatih, apalagi tak dipakai sama sekali, kemampuan otak akan melemah, bahkan bisa saja hilang. Berikut beberapa kiat untuk menjaga agar otak kita tetap “hidup”. • Rajinlah membaca. Sempatkan membaca surat kabar, majalah, atau buku setiap hari. • Pelajari hal-hal baru. Misalnya, belajar komputer, bermain alat musik tertentu, atau belajar bahasa asing tertentu. Lakukan sesuai minat Anda. • Kunjungi tempat atau daerah yang tidak pernah dikunjungi sebelumnya. • Jangan segan-segan mengisi teka teki silang, atau menjawab berbagai kuis yang ada di televisi, majalah, atau surat kabar. • Usahakan memberi tanda pada kalender, terutama untuk tanggal-tanggal yang Anda anggap penting. • Buatlah catatan pengingat, apa pun yang hendak Anda ingat. • Membuat daftar (harian, bulanan) yang harus Anda kerjakan. • Untuk mengingat nama orang, perhatikan ciri khas orang tersebut, agar informasi yang tersimpan dalam memori tidak terlalu banyak, sehingga gampang muncul kembali saat dibutuhkan. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

• Untuk mengingat nomot telepon dan nomor mobil, buatlah lagu sederhana dari nomornomor itu. • Simpan selalu barang-barang Anda pada tempat yang sudah ditentukan. • Konsumsilah makanan bergizi dan vitamin, terutama vitamin B 12. • Cobalah selalu berkonsentrasi pada apa yang baru Anda baca, dengar, atau lihat. • Ucapkan hal-hal yang ingin Anda ingat dengan suara lantang. */tnp, dari berbagai sumber

61


Antar Kita Segenap redaksi Majalah Samaritan, Pengurus dan Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas Mengucapkan :

Selamat Ulang Tahun Agustus

62

1

dr. Nydia Rena Benita Sihombing

1

dr. Taruli Olivia Agustina Napitupulu

2

dr. Agnita Imelda Tumbol

2

dr. Agustina Puspitasari

2

dr. Bambang Budi Siswanto, Sp.JP

2

dr. Erik Parulian Sihotang

3

dr. Finish Fernando

3

dr. Ronald Jonathan, MSc

4

dr. Lineus Hewis, Sp.A

4

dr. Lothar Matheus M. Vanende Silalahi

4

dr. Sunoto Pratanu, Sp.JP, FIHA

6

dr. Marleni Parapat

7

dr. Andri Susanto

9

dr. Brilian Segala Putra

9

dr. Jane Andrea Christiano Djianzonie

10

drg. Trias Leonita

11

dr. Kusnadi

12

drg. Ester Augustine Sembiring

13

dr. Dewi Doris Pangaribuan

13

dr. Emanuel Elisabeth Wantania

13

dr. Monika Ria Pahlawani

13

dr. Thomas Cahya Adi Putra Gaghana

13

drg. Tinnie Effendy

15

dr. Betty Sihombing, Sp.Rad

16

dr. Agustincye Hariawang

16

dr. Allen Albert Pelapelapon

16

dr. Cherry Chaterina Silitonga

16

dr. Intan Renata Silitonga, Sp.OG, M.Kes

17

dr. Leonard A. Laisang, Sp.B

17

dr. Nugroho Sarwono Putro

17

Ns. Arience Sae

18

dr. Agustina

18

dr. Filjordan Lulupoy

18

dr. Yelli Kartini Rares

19

dr. Agus D N Kaunang, SpOG

20

dr. Bellina Arum Wijaya

20

drg. Dewi H. Pramono, Sp.Pros

20

Ns. Ersida Saragih

20

dr. Pitah Haloho

20

drg. Rani Dwi Cahyaniputri

20

dr. Valensa Yosephi

21

dr. Ivan Reynaldo Lubis

23

drg. Ines Augustina Sumbayak

23

dr. Shelly Franciska

24

dr. Ariyanti Yusnita

24

dr. Caesaria Christ Haryadi

24

dr. Cleopas Martin Rumende, Sp.PD-KP

24

dr. Widyanto P. Adhy, M.Biomed, Sp.PD

25

Ns. Dina Siahaan

26

dr. Tony Sumbung

27

dr. Rosmawaty Novera Munthe

27

dr. Steven David Panggabean

27

drg. Prisilia Paseru

28

drg. Agnes Pratiwi

28

dr. Guntur, MKT

28

DR. dr. Lydia Pratanu, MS

29

dr. Ralf Richard Pangalila

29

dr. Linda Stefanie Atmadja SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Antar Kita 30

dr. Kristina Sandra Dewi

12

dr. Anggela Damayanti

31

dr. Agusteivie Albert Jefta Telew, M.Kes

12

dr. Etha Rambung

31

dr. Gantarini Rianna Panannangan

12

dr. Karmellia Nikke Darnesti

31

Ns. Ineke Patrisia

13

dr. Jolanda Wijoyo

31

Ns. Tantri Mawarni Rambe

14

dr. Eva Luchinta

14

dr. Grace Sheila Lames

14

dr. Tommy Marisi Silalahi

14

drg. Lusiana Beatrice

14

drg. Ponty Romaida Hutapea, Sp.KG

15

dr. Laura Anasthasya Siahaan

15

dr. Pantja Wibowo, Sp.An

15

dr. Leonardo Alfonsius Paulus Lalenoh

15

dr. Anugerah Nunu, MKKK

15

dr. Dewi

15

dr. Setiady Permana Hardjo

17

drg. Nana Anggawidjaja

17

dr. Melva Idawati Silitonga

18

dr. Prajayanti Palulun

19

dr. Wirta Hernika

19

dr. Dewi Riana Siburian

19

dr. Kornelis Aribowo

19

dr. Reni Indrastuti

19

dr. Yosephine Virginie Pingkan Matindas

20

dr. Maria Francisca Ham, Sp.PA, PhD

20

dr. Setiani Muliadikara

20

dr. Merry Gracia Nasution

21

dr. Esther Rita Haris

21

dr. Ratna Indriana Donggori

22

dr. Herdyati Salama

22

dr. Christanti Sulistyo

23

dr. Fushen, M.H.,M.M.,FISQua

23

dr. Yohana Puji Dyah Utami

24

drg. Amelia Gunawan

24

dr. Christina Saputro

25

dr. Cory Artika Jeliana Manurung

27

dr. Anita Septiana Maria K Manurung

27

drg. Shinta Samadi Tanumihardja

September 1

Ns. Fike Leleh

1

dr. Helen A. Manoe, Sp.M

1

dr. Indrati Tyas Siwi TR

1

dr. Stefanni Sanni Angel

2

dr. Josef W.Wattimury

2

dr. R. Septiani Windyasari

3

dr. Irwan Silaban

3

drg. Rachel Emteta Anastasya

3

dr. Susanty

4

dr. Andre Dasta Sinulingga

5

dr. Ellyza Sinaga

5

dr. Tju Fandi Yefta

6

dr. Herdiana Elisabeth Situmorang

6

dr. Septiva Asih Pratiwi

6

dr. Suga T. Anggawidjaja, Sp.PA

7

dr. Octavianus Tambunan

7

dr. Angelia Septiane Beandda

7

drg. Dewi Ruth

7

dr. Jimmy Falmer Sembiring

7

dr. Sepriani Timurtini Limbong

7

dr. Ika Septiana Eryani

8

dr. Elfrida Sihaloho

9

dr. Nita Fadli

9

Ns. Dian Rati Herlina Lopo

9

dr. Santi Lismawati Doloksaribu

9

Zusana Tulak, SKM

10

drg. Rio Simanjuntak

11

dr. Elisabeth Levina Sari Setianingrum

11

dr. Karuniawan Purwanto, Sp.Ort SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

63


Antar Kita 27

dr. Steven Aristida

Onk

27

dr. Maria Simanjuntak, Sp.PD-KIC

12

Meryani Naingolan, Am.Keb

27

dr. Robinzon Gunawan Fanggidae, Sp.An

13

dr. Rony Oagay

28

dr. Yohan Alamsyah Prasetyo

13

drg. Lanny Aryani

28

dr. Joviel Simatupang, Sp.RM

13

dr. Hendra Gorbi Tito Manurung

29

dr. Carina Estefani Jacobs

14

dr. Farah Noya, MHPEd

29

dr. Eva Sontora Nainggolan

16

dr. Martin Koamesah, MMR, MMPK

29

dr. Irene Hintanputung

17

drg. Sally Grecia Octavia Panjaitan

29

dr. Jeng Yuliana

17

dr. Vika Cokronegoro

29

dr. Istianto Kuntjoro

18

drg. Amarendra Anindita

30

dr. Andi Putra Siregar

18

dr. Dina S Purba

30

dr. Michael Septian Sihombing

19

dr. Filly Mandalie

19

dr. Eva Oktavia Karolina Simatupang

20

dr. Ristarin Paskarina Zaluchu

20

dr. Rosalyn Angeline Manurung, MARS

21

dr. Ivana Sajogo, Sp.KJ

21

Helena U. Pangaribuan, SKM, M.Biomed

21

dr. Berlian Beatrix Rarome

21

dr. Joel Herbet M.H Manurung

21

dr. Franky Zepplin Pasaribu, Sp.PD

22

dr. Maruli Tua Sianipar

22

dr. Kristiyan Wong, Sp.OG

23

dr. Agnescia Clarissa Sera

23

dr. Dedi Tedjakusnadi, MARS

24

dr. Bobby Herman Simarmata

24

dr. Fiora Octrin Purba

26

dr. Syndi Nurmawati

27

dr. Reksaudi Sianturi

28

dr. Saulina Sembiring, M.Ked(Neu), Sp.S

29

dr. Benny Yusri Tanjung

29

drg. Eduin

30

dr. Oktavian Tamon

30

drg. Susy Fransica Hasugian

30

dr. Morasela Wattimena

31

dr. David Sahat Mangasi Sibuea

31

dr. Nisan Soehaeri, Sp.PD

Oktober

64

1

dr. Ishak Mangili

2

drg. Doris Sandrawati

2

dr. Yemima W. Christiani

2

dr. Oktamina Fransiska Pinem

2

dr. Rodearni Sri Ningsih Haloho

3

dr. Dwi Feris Martua Sidabutar

3

dr. Herman Gandi, Sp.A

3

dr. Sondang Whita Kristina Tambun

3

dr. Welriant Octa Alfandro

5

dr. Cyntia Puspa Pitaloka

5

drg. Mula Batiswa Hutagaol

5

dr. Pua Librana, Sp.OG

6

dr. Karina Samaria Santosa, MKM

7

dr. Lusi Ana

7

dr. Yetty O.Hutahaean, Sp.S

8

dr. Abraham Adiwijaya

8

dr. Ratih Rahayu Astuti Gunadi

9

dr. Meryta Oktaviane Rondonuwu

10

dr. Alva Sinung Anindita

10

dr. Oktaviana Niken P

10

Prof. Dr. TaralanTambunan, Sp.A(K)

11

dr. Cahyo Novianto, MSi.Med, SpB (K) SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Antar Kita November 1

dr. Magdalena Tobing, Sp.KK

2

dr. Edward S. Sembiring M., Sp.THT-KL

3

dr. Imelda Sastradibrata

3

dr. Fajar raditya

3

dr. Abraham Laisina

4

dr. Agus Sinatrawan

5

dr. Charles Christian Ratulangi, Sp.OG

5

dr. Jefferson N. Munthe, M.Kes, Sp.OG

6

dr. Ivan Sumenda Marthen

7

dr. Andreas Infianto, MM

7

dr. Yulia Engelina Krones

7

dr. Fernando Wijaya

8

dr. Rita Astriani Noviati, M.KM., MH.Kes

8

dr. Terang Meliala

8

dr. Delia Krisnawaty Marpaung

8

dr. Handy Intan, Sp.OG

8

drg. Yanti Leosari

9

dr. Hadiyono Riwukaho, SpB-KBD

9

dr. Novika Pristiwati

9

dr. Ida Yudiati Sp.KFr

9

drg. Lisbeth Nora Fransiska Sitorus

10

Ns. Malianti Silalahi

11

dr. Novalia Kuntardjo

11

drg. Hilda Suherman

12

dr. Evelina

12

dr. Wico Hartantri

12

drg. Eunike Nabasa Sianturi

12

dr. Marson Rubianto Eka Putra

13

dr. Filemon Sureyawan Handjaya

13

drg. Irenia Tamany Silaen

14

drg. Bernard Anthony Pasaribu

14

drg. Maria Novita

15

drg. Hanny Christina W

15

dr. Susi Hartati Novintry Sitorus

16

dr. Pulo Raja S. Banjarnaho, Sp.THT-KL SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

17

dr. Erlyn Limoa, Sp.KJ

17

dr. Ervinaria Uly

18

dr. Karlince Sitanggang

18

dr. Eddy Kristianto

19

dr. Nora Netty Margaretha Silalahi

20

dr. Agra Dhira Narendraputra

21

drg. Caecilia L. Rahmawati, MPH, SpKG

21

dr. Nova Juliana Sagala

21

dr. Levina S. Pakasi

21

dr. Hans C. Dharma

21

dr. Angelica Maurene J. Wagiu, Sp.B

23

dr. James Klemens Phieter Phie

23

dr. Vita Rya Frizky Patiung

25

drg. Evie Dewijanti Manuhutu

25

dr. Donna Pandiangan

26

dr. Judy F. Sengkey, M.Kes

27

dr. Stella Margaretha

28

dr. Benni Sinaga, SpB

28

dr. Elizabeth Manuela Kartika Sar

29

drg. Lim Metty

29

dr. Danu Adi Prakosa Darmawan

29

dr. Lucy Nofrida Siburian

29

dr. Siska Friscilia Wungow

30

dr. Edy Turu’ Allo

Efesus 2:10 “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”

65


Pemahaman Alkitab

For Such A Time As This… Bahan Bacaan: Kitab Ester Pendahuluan Beberapa tahun silam seorang profesor berbagi kesaksian dalam sebuah kamp medis alumni. Beliau cerita, suatu ketika diadakan pembahasan tentang hasil tes masuk spesialis. Pada tes tersebut beberapa yang lulus dengan nilai terbaik adalah anak-anak Tuhan, namun kebanyakan dari tim seleksi tersebut berusaha memasukkan nama-nama lain yang justru memiliki nilai yang jauh di bawah mereka. Sebagai satu-satunya anggota tim seleksi yang mengikut Kristus, dia bergumul, untuk sekedar bermain aman dengan mengikuti suara mayoritas, atau berdiri tegak menyuarakan kebenaran sesuai imannya dengan segala konsekuensinya. Akhirnya beliau berdoa dan meluncurlah kata-kata yang sederhana namun memiliki makna yang amat dalam: “Hati-hati yah…, kalau kalian sanggup mempertanggungjawabkan keputusan kalian dihadapan Sang Khalik nanti, silahkan saja,…”. Singkat cerita, sebagai salah seorang yang disegani karena integritasnya, pendapatnya didengarkan forum dan tim seleksi kembali ke hasil tes yang sesungguhnya. Mengenang kisahnya, sang profesor dengan rendah hati mengatakan bahwa mungkin inilah maksud Tuhan menempatkan beliau di sana, untuk hadir dan menyuarakan kebenaran pada saat-saat seperti itu. Latar Belakang Kitab Ester ditulis antara tahun 460-400 SM. Tidak diketahui siapa penulis kitab ini, namun diperkirakan seorang Yahudi yang dekat dengan Mordekhai dan hidup di Persia pada masa seluruh kisah ini terjadi. Sekalipun dalam Perjanjian Lama kitab ini ditempatkan setelah Nehemia, peristiwa yang tercatat di dalamnya terjadi 30 tahun sebelum Nehemia kembali ke Yerusalem (444 SM) untuk membangun kembali tembok Yerusalem. 66

Setelah kerajaan Babel direbut dan diganti oleh kerajaan Persia pada tahun 539 SM, pusat pemerintahan bagi orang Yahudi buangan berpindah ke Persia, dengan ibu kotanya, Susan. Kisah Ester terjadi pada masa Raja Ahasyweros memerintah yaitu pada tahun 486-465 SM. Kitab ini diawali dengan kisah bagaimana Raja Ahasyweros mengadakan perjamuan besar selama 180 hari pada tahun ketiga pemerintahannya. Dan seusai perjamuan itu, raja kembali menyelenggarakan perjamuan selama 7 hari untuk seluruh rakyatnya yang tinggal di dalam benteng Susan. Pada hari terakhir dari perjamuan tersebut Raja Ahasyweros bermaksud memamerkan kecantikan Ratu Wasti, namun permintaannya ditolak Sang Ratu, sehingga berakhir dengan kemarahan raja dan berujung dengan pemecatan Wasti sebagai ratu (lihat Ester 1). Selanjutnya sesuai dengan usul para penasihatnya, Raja Ahasyweros pun mencari pengganti Ratu Wasti melalui suatu kontes pemilihan yang melibatkan semua anak-anak dara yang elok rupanya dari seluruh daerah kekuasaannya (Ester 2:1-4). Di kota Susan tersebut hiduplah Mordekhai yang merupakan tawanan dari Israel ketika Yerusalem dikalahkan Nebukadnezar, Raja Babel. Ia memiliki seorang saudari sepupu yang bernama Ester, yang telah menjadi yatim piatu dan membesarkannya seperti anak kandungnya sendiri. Ester mengikuti kontes pemilihan ratu tersebut dan akhirnya terpilih untuk menjadi ratu menggantikan Wasti. Atas saran Mordekhai, Ester tidak pernah mengungkapkan bahwa ia adalah seorang keturunan Yahudi (Ester 2:5-20). Suatu ketika Mordekhai mendengar pemufakatan jahat sida-sida raja untuk membunuh Raja Ahasyweros dan memberitahukan hal ini kepada SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Pemahaman Alkitab raja melalui Ester. Hal ini ternyata benar dan para sida-sida raja tersebut dihukum gantung dan perbuatan Mordekhai ini dicatat di kitab sejarah di hadapan raja. Banyak commentaries yang meyakini bahwa saat itu Mordekhai telah menjadi salah satu pegawai istana raja, sehingga dia duduk di pintu gerbang istana, dan bersiap bila sewaktu-waktu dipanggil atasannya. (Ester 2:21-23) Sesudah itu pada Ester pasal 3 muncullah seorang yang bernama Haman, yang merupakan keturunan Agag, yang telah diangkat raja menduduki posisi tertinggi diantara semua pembesar. Sesuai perintah raja, semua pegawai raja di pintu gerbang istana berlutut dan sujud kepada Haman, kecuali Mordekhai yang menolak melakukannya. Alkitab tidak mencatat alasan Mordekhai, namun beberapa sumber mengkaitkannya dengan kenyataan bahwa Haman adalah keturunan Raja Agag, bangsa Amalek yang merupakan musuh dari bangsa Israel (I Sam. 15). Hal ini menimbulkan kemarahan luar biasa pada Haman, apalagi setelah diberitahukan kepadanya bahwa Mordekhai adalah seorang Yahudi. Akhirnya Haman berhasil mempengaruhi raja untuk mengeluarkan surat perintah yang telah dimateraikan dengan cincin materai raja untuk membinasakan semua orang Yahudi dari seluruh daerah kerajaan dan merampas harta milik mereka pada hari yang ditentukan yaitu tanggal 13 bulan ke-12 yaitu bulan Adar. Salinan surat tersebut dikirimkan dengan tergesa-gesa ke seluruh daerah untuk diundangkan dan dilaksanakan secara bersamaan pada pada tanggal tersebut. Ketika surat itu mulai diedarkan, gemparlah seluruh kota Susan. Akan musnahkah seluruh bangsa Yahudi di tangan Haman? Akankah ada pertolongan Tuhan bagi umat-Nya di saat seperti ini?? Penggalian Ester 4-8: 1. Apa yang membuat Mordekhai menjadi sangat berduka? Deskripsikan ekspresi berkabung yang mendalam dari Mordekhai. Bagaimana dengan respon orang-orang Yahudi di daerah-daerah lain dari kerajaan? (Ester 4:1-3)

2. Apakah Ester mengetahui tentang apa yang telah diputuskan raja dan kegemparan yang sedang terjadi kota Susan? (Ester 4:5-6)

3. Apa reaksi Ester mula-mula terhadap kerisauan Mordekhai dan permintaanya agar Ester sebagai ratu melakukan sesuatu untuk menolong bangsanya keluar dari pemusnahan? (Ester 4:7-11)

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

67


Pemahaman Alkitab 4. Bagaimana pemahaman Mordekhai tentang kehadiran Ester di istana raja dalam kondisi seperti ini? Apa pula keyakinannya bahkan bila Ester tidak bersedia melakukan pembelaan atas bangsanya? (Ester 4:12-14)

5. Apa reaksi Ester terhadap teguran dan peringatan Mordekhai dan apa yang dilakukannya sebelum bertindak? Apa risiko yang dihadapi Ester dengan keputusannya? (Ester 4:15-17)

6. Bagaimana Ester akhirnya mengeksekusi rencananya? Bagaimana respon Raja Ahasyweros terhadap permintaan Ester? (Ester 5:1-8)

7. Bagaimana ketidakmampuan Raja Ahasyweros untuk tidur pada malam itu membuat tereksposnya jasa Mordekhai bagi dirinya? (Ester 6:1-3)

8. Bagaimana akhirnya Ester berhasil menyampaikan kepada Raja Ahasyweros tentang rencana jahat dari Haman dan berakhir dengan digantungnya Haman? (Ester 7:1-10)

68

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Pemahaman Alkitab 9. Bagaimana akhirnya Ester dan Mordekhai berhasil menolong bangsa Yahudi dari pemunahan yang dirancangkan sebelumnya oleh Haman dan yang telah sempat disetujui Raja Ahasyweros untuk dilaksanakan? (Ester 8:1-17)

Refleksi: 1. Kenyataan bahwa Ratu Ester yang tinggal di istana justru mendapatkan informasi akan rencana pemunahan bangsanya sendiri dari Mordekhai yang tinggal di luar istana, seberapa pentingnya peranan seorang pembawa berita seperti Mordekhai pada masa kini? Bagaimana kita yang bekerja di sektor kesehatan dapat menjadi alat yang efektif dalam berkontribusi menyelesaikan persoalanpersoalan riil di tengah masyarakat?

2. Bagaimana respon Ester pada awalnya juga seringkali menjadi respon kita ketika menjumpai hal yang mulai mengusik zona nyaman kita? Rekan seperti apa yang kita butuhkan untuk selalu mengingatkan dan mendorong kita untuk keluar dari zona nyaman kita?

3. “… Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.” (“…who knoweth whether thou art come to the kingdom for such a time as this?” –KJV)) Bagaimana kita bisa melihat posisi dimana kita ditempatkan dapat menjadi bagian dari rencana Tuhan yang besar untuk menyatakan kebenaran dan kasihNya?

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

69


Pemahaman Alkitab 4. Berpuasa dalam Perjanjian Lama seringkali menunjukkan rasa berkabung sekaligus merendahkan diri di hadapan Allah. Berpuasa juga kita temukan saat Nehemia mempersiapkan diri bertemu dengan Raja Artahsastra. (Nehemia 1). Bagaimana hal ini juga bisa menjadi bagian dari persiapan kita ketika bersiap untuk menyuarakan kebenaran untuk bangsa kita atau berjuang untuk suatu perubahan di dunia kerja kita sehari-hari?

5. “… kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.” (“… if I perish, I perish.-KJV) (Ester 4:16). Pastilah ini bukan sebuah keberanian yang datang tiba-tiba. Bagaimana keberanian menanggung konsekuensi merefleksikan besarnya kasihnya terhadap bangsanya? (bandingkan dengan Yoh. 15:13). Bayangkan bagaimana Mordekhai mendidik Ester selama menjadi orang buangan di tanah Persia dapat menginspirasi kita? Seberapa besar harga yang siap kita bayar untuk menyuarakan kebenaran di tengah-tengah generasi ini?

6. Adakah kita melihat tangan Tuhan yang bekerja di balik temuan Raja Ahasyweros akan kepahlawanan Mordekhai yang sama sekali belum diberikan apresiasi olehnya? Bagaimana kita bisa melihat kaitan hal ini dengan kenyataan bahwa di kemudian hari Mordekhai dipercayakan jabatan yang sangat tinggi, bahkan menjadi orang kedua di kerajaan setelah raja? (Ester 9:4, 10:3)

70

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Pemahaman Alkitab Penutup Pentingnya perjuangan Mordekhai dan Ratu Ester bukan saja tampak dalam penyelamatan bangsanya dari kebinasaan, tetapi juga dalam menjamin keamanan dan kehormatan mereka di negeri asing (Ester 8:17, 10:13). Tindakan ini memungkinkan pelayanan Nehemia di istana raja beberapa dasawarsa kemudian dan pengangkatannya untuk membangun kembali tembok Yerusalem. Jikalau Ester dan orang Yahudi (termasuk Nehemia) telah musnah di Persia, kaum sisa yang tertekan di Yerusalem mungkin tidak pernah membangun kembali kota mereka dan akibatnya sejarah Yahudi pasca pembuangan pasti akan sangat berbeda. Sekalipun nama Allah tidak disebutkan secara khusus di Kitab Ester, bukti pemeliharaan-Nya jelas sepanjang kitab ini. Mulai dari keputusan Mordekhai, seorang buangan yang diangkut dari Yerusalem, untuk membesarkan Ester, anak pamannya yang yatim piatu. Berlanjut dengan terpilihnya Ester, yang elok perawakannya dan cantik parasnya menjadi Ratu Persia, melalui serangkaian peristiwa dimana dia dikasihi oleh orang-orang yang berinteraksi dengannya. Lalu berkenannya Raja Ahasyweros menerima Ester yang menghadapnya tanpa dipanggil, dan diakhiri dengan keberhasilannya menggagalkan rencana jahat Haman untuk memunahkan bangsa Yahudi, sungguh menunjukkan intervensi Allah. Demikian juga dengan tindakan heroik Mordekhai dalam menghindarkan raja dari rencana pembunuhan serta pencatatannya di kitab sejarah kerajaan yang dikemudian hari dibaca Raja Ahasyweros pada saat beliau tidak bisa tidur. â€œâ€Śfor such a time as thisâ€? kiranya mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu punya rencana-Nya yang strategis untuk kita ketika Dia menempatkan kita di posisi tertentu pada masa tertentu. Di dalam ketaatan kepada-Nya dan dengan mengandalkan pemeliharaan-Nya atas kita, kiranya kita semua bisa menjadi alat yang mulia di tangan-Nya, berharga bagi generasi sekarang dan nanti.

Disiapkan oleh: dr. Lineus Hewis, Sp.A

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019

71


COVER

72

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2019


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.