Samaritan Edisi 3 Tahun 2020

Page 1

COVER

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

1


RESENSI Apakah Hidup Kita Tumbuh ke Arah yang Benar? Judul Asli: THE CULTIVATED LIFE - FROM CEASELESS STRIVING TO RECEIVING JOY Judul Terjemahan: MERAWAT KEHIDUPAN - PERJUANGAN TAK HENTI MERAIH SUKACITA Penulis: Susan S. Phillips, Ph.D. Halaman: 241 halaman Penerbit: Literatur Perkantas

J

aman sekarang, bisa dibilang cukup membingungkan. Bagi sebagian orang, cepatnya flow informasi, berkurangnya waktu dan privasi, tersedianya hiburan di gadget, membuat pikiran kita jarang berhenti untuk menanyakan pada diri kita sendiri: apakah hidup kita bertumbuh subur? Atau lebih tepatnya: apakah hidup kita tumbuh ke arah yang benar dan apakah hidup kita sedang diisi dengan value yang benar. Susan adalah seorang profesor ilmu Sosiologi dan Kekristenan di New College Berkeley, California dan sekaligus adalah penulis buku yang banyak berfokus di bidang teologi spiritual dan seni bimbingan rohani. Dalam buku ini, penulis ingin membantu kita yang merasa hidup ini melaju dengan ritme yang sangat cepat, untuk kembali menyediakan waktu yang cukup serta menyerap nilai-nilai penting dan bisa menjaga keintiman dengan Tuhan. Dalam bukunya, penulis mencoba menarik analogi pada zaman kita sekarang ini ke zaman Judeo/Christian di saat Yesus hidup. Mempertanyakan bagaimana menghidupi sabdasabda Yesus dalam zaman itu dan dibawa dalam waktu sekarang. Salah satu yang juga menarik adalah bagaimana penulis membahas mengenai

2

hari Sabat di zaman ini sebagai momen untuk berhenti - yang perlu dilakukan secara rutin dan penuh disiplin bila kita mau hidup yang lebih berbuah. Buku ini ditulis dengan gaya metafora, banyak analogi yang kontemplatif serta menyampaikan pesan lewat perumpamaan dan cerita. Buku ini juga membahas banyak hal mengenai cara pandang terhadap kesibukan, waktu untuk berkontemplasi dengan Tuhan, menghargai hari sabat, serta pentingnya relasi dengan teman dan sahabat. Diceritakan dengan unik bagaimana persahabatan Yesus, Maria, Marta dan Lazarus. Ternyata, mirip dengan kehidupan kita sekarang. Sesuai dengan tujuannya, buku ini jadi bacaan yang sangat baik untuk kita, yang waktunya penuh diisi dengan kesibukan. Gaya penulisannya yang kontemplatif dan meditatif, membuat buku ini menjadi buku yang tidak bisa diselesaikan dengan cepat dengan sekali baca. Yang terbaik adalah membaca bagian demi bagian dan merefleksikan sebelum berlanjut ke bagian berikutnya. Sekalipun kita hidup dalam dunia dan berjuang tanpa henti, mari kita mengambil waktu sejenak, untuk dirawat dan dipupuk oleh Sang Pemilik taman. Oleh: dr. Elia A. B. Kuncoro, Sp.Onk.Rad

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Samaritan diterbitkan sebagai sarana informasi dan pembinaan bagi mahasiswa dan tenaga medis Kristen Penerbit Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas Pemimpin Umum dr. Lineus Hewis, Sp.A Redaksi DR. dr. Lydia Pratanu Gunadi, MS dr. Maria Irawati Simanjuntak, Sp.PD-KIC dr. Eka Yudha Lantang, Sp.AN Ir. Indrawaty Sitepu, MA dr. Elia A.B. Kuncoro, Sp.Onk.Rad drg. Karmelia Nikke Darnesti, MKM dr. Benyamin Sihombing, MPH Naomi Fortuna Kaber, ST, MCM dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu dr. Sepriani Timurtini Limbong dr. Kurnia Baraq, M.Med Redaksi Pelaksana Thomas Nelson Pattiradjawane Sekretaris Redaksi Christie Tiarmalia Limbong, S.Sos Dra. Jacqueline Fidelia Rorimpandey Alamat Redaksi Jl. Pintu Air Raya No. 7 Blok C-5 Jakarta 10710 Tel: 021-345 2923, Fax: 021-352 2170 email: pmdn_perkantas@yahoo.com FB: Medis Nasional Perkantas Twitter: @MedisPerkantas Cover & Layout Hendri Wijayanto *Freepik

Bagi sahabat PMdN yang rindu mendukung PMdN melalui majalah SAMARITAN, dapat mentransfer ke BCA, KCP. Pintu Air Rek. 106 330 5000 a.n. Yayasan Perkantas Bukti transfer mohon dikirim melalui fax atau email dengan nama dan alamat pengirim yang lengkap SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

DAFTAR ISI: RESENSI - Apakah Hidup Kita Tumbuh ke Arah yang Benar?

2

DARI REDAKSI

4

ATRIUM - Sukacita yang Radikal

5

FAKTUAL - Lima Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Sukacita Radikal

7

FAKTUAL - Belajar dari Spiritual Giants: Helen Roseveare

10

FAKTUAL - Menjaga Kesehatan Mental Bagi Tenaga Medis Di Masa Pandemi COVID-19

13

UNTAIAN FIRMAN - Sukacita yang Radikal Filipi 4: 4-9

16

KESAKSIAN - Menyaksikan Kebaikan Tuhan: Pengalaman Sebagai Relawan COVID-19

18

KESAKSIAN - Mengalami Sukacita Saat Merawat Pasien COVID-19

21

INFO MEDIS - Memahami lagi Perkembangan Pandemi COVID-19

23

INFO - Jangan Lupa Ketawa

28

ETIKA KOLEGIAL - Etikolegal Layanan Telemedis di Era Pandemi

30

LAPORAN - Terbentuknya PMdK Jambi

32

LAPORAN - TASK FORCE COVID-19 PERKANTAS: UPDATE REPORT

33

DARI SUKU KE SUKU - Suku Duano: Berperan Penting

38

TEROPONG DOA

41

HUMORIA

43

HISTORIA - Si Penghalau Rasa Sakit Saat Operasi

45

DARI SANA SINI - Sopir Ambulans yang Murah Hati

47

DARI SANA SINI - Empat Negara Ini Akan Mulai Vaksinasi

50

ANTAR KITA - Ayo Tertawa!

51

ANTAR KITA - Sopan Santun Ala Dunia

53

ANTAR KITA - Selamat Ulang Tahun

55

PEMAHAMAN ALKITAB - Habakuk 3

59

PESAN NATAL - From Crisis to Christmas

61

3


DARI REDAKSI Baru-baru ini, saya membaca kembali sebuah buku yang sangat menantang; Manusia Surgawi (YKBK,2006), kisah nyata Yun, seorang hamba Tuhan di daratan Cina. Kisah utama Yun adalah penderitaan bertubi-tubi di luar kemampuan manusia untuk ditanggung. Namun justru di tengah dan melalui penderitaan itulah Yun mengalami kekuatan. Yun tidak saja dikuatkan untuk bertahan, ia juga dimampukan berpengaruh besar mengubah banyak hidup orang di sekitarnya, baik di penjara maupun di luar penjara, melaui kesaksian sikap dan kata-katanya. Ternyata, kerinduan Yun akan Firman dan tekadnya untuk mengidentifikasikan pengalamannya dengan Firman adalah salah satu rahasia kemenangannya. Hal itu terlihat mulai dari kisah bagaimana ia harus lebih dahulu berdoa-puasa cukup lama sebelum Tuhan menjawab kerinduannya untuk memiliki Alkitab dengan cara ajaib. Sejak itu Yun memperlihatkan betapa berharganya Alkitab bagi hidupnya. Sebenarnya bukan hanya Yun dapat hidup menantang dan mengubah zaman ini. Anda dan saya pun dapat, sebab kita semua memiliki Yesus dan Firman yang sama. Yesus hidup dan bekerja terus dengan setia menguatkan, memberdayakan kita, asal kita hidup dalam Firman-Nya. Di tengah pandemi COVID-19, kiranya suasana pergantian tahun ini bernuansakan kemenangan. Bernuansakan sukacita. Selamat Natal 2020 dan Tahun Baru 2021!

Ilustrasi: Designed by Starline / Freepik

4

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Atrium

Sukacita yang Radikal Oleh: dr. Yeny Tanoyo, Sp.PD

P

andemi COVID-19 membawa dampak besar pada berbagai aspek kehidupan kita. Tidak hanya dalam bidang kesehatan, ekonomi, dan pendidikan, pandemi juga berpengaruh besar terhadap kesehatan mental. Sebuah studi yang dipublikasikan di JAMA Networks Open memperkirakan dampaknya. Jumlah orang Amerika yang memenuhi kriteria diagnosis depresi selama pandemi sebanyak 3 kali lipat dibandingkan dengan sebelumnya. Setiap orang – tidak melihat ras, jenis kelamin, status pernikahan atau pendapatan – dapat mengalami masalah kesehatan mental. Tenaga kesehatan termasuk kelompok yang rentan terhadap stres yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Sebagai garda terdepan yang berisiko tinggi terpapar virus, sangat wajar bila kita mengalami ketakutan, kecemasan akan kesehatan pribadi kita dan juga orang-orang terdekat kita. Apalagi bagi kita yang tinggal bersama anak-anak atau orang tua kita. Kekuatiran akan jauh lebih besar. Kita tidak ingin menjadi pembawa virus bagi keluarga kita. Karena itu, diantara kita ada yang sampai memilih tinggal di kos-kosan atau menyewa apartemen demi melindungi orang-orang yang sangat mereka kasihi. Hal ini menjadi sumber stres tambahan. Bagaimana mengalami sukacita di tengah masa pandemi ini? Sukacita adalah perintah Allah. Di dalam Alkitab kita bisa menemukan perintah Allah untuk bersukacita kepada orang Israel: “Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka!” (Mazmur 149:2); “Bersukacitalah karena TUHAN, SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

hai orang-orang benar.” (Mazmur 97:12); “Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersoraksoraklah, hai orang-orang benar.” (Mazmur 32:11). Tidak hanya kepada Israel, Allah juga memerintahkan semua bangsa untuk bersukacita: “Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu ya Allah” (Mazmur 67:4). Di Perjanjian Baru, Allah tetap memerintahkan kita untuk bersukacita, dan memberikan kita begitu banyak alasan untuk bergembira. “Bersukacitalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga.” (Mazmur 5:12); “…bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.” (Lukas 10:20). Paulus dalam suratsuratnya juga banyak sekali berbicara tentang sukacita. “Bersukacitalah dalam pengharapan… Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita..” (Roma 12:12,15); “Bersukacitalah senantiasa.” Satu alasan mengapa Alkitab begitu konsisten menekankan sukacita kita adalah karena kebaikan Allah. Sukacita di dalam hati ciptaan berhubungan dengan kebaikan di hati Sang Pencipta. Sukacita adalah respon yang sesuai pada penerima kebaikan dari Sang Pemberi. Selain perintah Allah, sukacita juga merupakan buah dari Roh Kudus. Ketika kita sudah lahir baru, Roh Kudus diam di dalam diri kita dan memampukan kita untuk hidup berbuah. Karena itu seharusnya sukacita dimiliki oleh 5


Atrium semua orang percaya. Sukacita yang kita miliki bukan tergantung dari apa yang kita miliki atau situasi yang terjadi di sekitar kita. Sukacita Kristen sejati bersumber dari pengenalan kita akan Kristus dan relasi yang kita miliki dengan-Nya. Sehingga dalam kondisi apapun - di tengah badai, kesulitan, dan penderitaan sekalipun, kita tetap bisa bersukacita. Sukacita yang kita miliki haruslah bersifat radikal. Radikal berasal dari bahasa Latin radicalis, yang berarti dari akar. Istilah radikal seringkali berkonotasi negatif, dianggap sebagai sesuatu yang ekstrim. Namun menjadi radikal tidak selalu buruk. Dengan menjadi radikal artinya kita kembali ke akar dari sesuatu. Sukacita yang radikal berarti kita mau kembali ke akar apa sebenarnya sukacita itu dan menemukan bahwa sukacita itu tumbuh segar dalam hati kita dan hidup, sehingga terdapat kelimpahan dari kasih dan anugerah Allah dalam hidup kita. Sukacita adalah produk dari relasi kita dengan Kristus yang nyata dan hidup. Carilah Kristus dan kerajaanNya, dan kita akan menikmati sukacita berlimpah dalam hidup kita. Kita tidak menemukan sukacita dengan melarikan diri dari dunia ini, tetapi dengan hidup di dalamnya. Salah satu teladan yang bisa kita contoh di Alkitab adalah Nehemia. Nehemia seorang pemimpin yang melayani Tuhan dengan sukacita. Meskipun sudah memiliki jabatan yang penting di istana raja Babel, ia kembali ke Yerusalem untuk memimpin bangsanya membangun kembali tembok. Dalam Nehemia 8 ketika tembok Yerusalem telah selesai dibangun, Ezra mengumpulkan bangsa Israel dan membacakan Firman Tuhan. Roh Allah menguasai hati mereka dan membuat mereka bertobat. Mereka mengalami kesedihan yang besar akan dosa-dosa mereka. Tetapi Nehemia berkata kepada mereka dalam Nehemia 8:11b “Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu.” Sukacita dari Tuhan dapat menjadi kekuatan kita, orang-orang yang percaya kepada-Nya. Rasul Paulus, seseorang yang mengalami berbagai macam kesulitan, patah hati, dan 6

penderitaan yang bisa dibayangkan, mengakui bahwa kesengsaraannya adalah bagian dari rencana besar Allah (2 Korintus 6:3-6). Kesedihan yang ia alami begitu nyata, dan menyakitkan, namun ia membuktikan bahwa sukacita dari Allah tidak terpadamkan. Dalam Filipi 1:13-18, Paulus dipenjarakan karena Kristus. Ada banyak hal yang tidak bisa Paulus lakukan sebagaimana seharusnya jika ia tidak dipenjara. Namun Paulus memilih untuk tetap bersukacita. Dalam masa pandemi COVID-19 banyak hal yang membatasi kita. Ketika bertemu pasien, kita tidak lagi bisa bersalaman, harus memakai APD yang tidak nyaman, di ruang praktek harus memakai akrilik sebagai pembatas, dan hal-hal lain yang mungkin terasa seakan seperti ‘penjara’. Namun seperti Paulus, kita bisa memilih untuk tetap bersukacita. Sukacita karena kita tahu Allah memegang kendali atas seluruh kehidupan kita. Biarlah rumah sakit, klinik, kampus, dan di manapun Allah menempatkan kita menjadi tempat yang dipenuhi dengan sukacita. Kolose 3:23 “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” Untuk setiap pekerjaan kita, semua hal baik yang kita kerjakan, motivasi kita adalah untuk melayani Tuhan. Sukacita Allah dalam kehidupan anak-anakNya merupakan pemberian yang sangat berharga, terkadang tersembunyi, namun tidak dapat musnah oleh kesedihan, konflik, atau keadaan manusia. Selama kita masih hidup di dunia, sukacita kita tidak akan sempurna. Kita akan terus berjuang, naik dan turun. Namun suatu hari nanti kita akan bertemu dengan Yesus muka dengan muka. Dan di saat itu hati kita akan terbakar dengan sukacita yang menakjubkan yang tidak dapat kita bayangkan. Sementara kita masih hidup di dunia ini, kita dapat mencicipi sukacita tersebut, yaitu ketika kita berada dalam hadirat Allah, mengalami hadirat Kristus yang tidak terlihat. Marilah kita belajar untuk menikmati kehadiran Allah sebagai kesukaan kita yang terbesar. Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (Filipi 4:4). SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Faktual Lima Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Sukacita Radikal Oleh: dr. Sepriani Timurtini Limbong

B

icara mengenai sukacita di tengah masa pandemi saat ini bisa jadi terasa cliché. Di saat sehari-hari kita berpapasan dengan penyakit dan penderitaan, tema sukacita seakan bertolak belakang dengan realita tersebut. Ditambah lagi dengan tekanan dalam pekerjaan dan pelayanan sebagai tenaga kesehatan, baik yang menangani pasien secara langsung maupun bertugas di area yang lain, membuat sukacita, apalagi sukacita radikal, terasa jauh dari jangkauan. Namun, bagaimanapun juga, sukacita adalah bagian penting dalam iman Kristen. Sukacita adalah tema yang cukup prevalen dan sering muncul dalam Alkitab. Lantas, mengapa rasanya sulit untuk bersukacita? Adakah hal-hal tentang sukacita yang kerap kita lupakan seiring perjalanan iman kita sebagai murid Kristus? Setidaknya ada lima hal yang kita perlu ketahui mengenai sukacita yang radikal. 1. Sukacita yang radikal adalah perintah dan anugerah Banyak orang beranggapan bahwa sukacita hanyalah produk sampingan dari ketaatan. Tentu hal tersebut tidak salah. Murid Kristus haruslah taat pada-Nya dan di dalamnya kita akan menemukan sukacita. Akan tetapi, mengganggap bahwa sukacita hanya by-product pun tidak sepenuhnya benar. Di dalam Alkitab, kita dapat menemukan banyak perintah Allah untuk bersukacita. Daud menyebut Allah “sukacitaku dan kegembiraanku” (Mazmur 43:4) dan juga berkata “bergembiralah karena Tuhan…senangkanlah dirimu dalam SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

Tuhan” (Mazmur 37:4). Paulus pun menggemakan hal yang serupa “Bersukacitalah senantiasa” (1 Tesalonika 5:16) dan “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan” (Filipi 4:4). Bila ketaatan adalah melakukan apa yang diperintahkan Allah, maka sukacita adalah ketaatan itu sendiri. Ketika kita berjuang untuk bersukacita karena Allah, Anda sedang berjuang untuk taat kepada-Nya. Sukacita dan ketaatan bukanlah dua hal yang terpisah. Namun, Allah tidak berhenti disitu. Ia tidak hanya memberikan perintah lalu membiarkan kita tanpa anugerah untuk melakukannya. Karena itu, sukacita radikal pun adalah anugerah. Kita tidak mampu menciptakan sukacita sejati dan radikal dari diri kita sendiri. Sukacita yang radikal adalah pekerjaan Roh Kudus (Galatia 5:22). Karena itu, kita dapat berdoa sama seperti Santo Augustinus “Perintahkanlah apa saja semauMu, namun berikanlah apa yang Engkau perintahkan”.1

7


FAKTUAL 2. Sukacita yang radikal tidak dipengaruhi oleh kondisi eksternal Tak sedikit orang percaya bahwa sukacita dapat dirasakan hanya bila segala sesuatu aman terkendali, tepat sesuai rencana, dan keinginan kita terpuaskan. Faktanya, Alkitab justru memperlihatkan hal yang sebaliknya. Nabi Habakuk menjadi salah satu teladannya. Dalam kondisi yang begitu buruk dan mengecewakan, dengan iman ia berkata “namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku” (Habakuk 3:17-18). Dalam Perjanjian Baru, kita bisa melihat kisah hidup Paulus yang begitu akrab dengan penderitaan, perlawanan, sakit hati, kelaparan, namun dalam penjara tetap berseru: “Bersukacitalah senantiasa” (Filipi 4:4). Begitu pula dalam sejarah kekristenan, kita dapat belajar dari kaum puritan yang dalam keperihan hidup tetap dapat bergembira di dalam Allah serta ratusan bahkan ribuan misionaris yang mengalami pelbagai kesulitan, meninggalkan yang dikasihi, dan menyerahkan hidup bagi Kristus tetapi berkata seperti yang David Livingstone ujarkan “Saya tidak pernah berkorban (I never made a sacrifice)”.2 Kita mungkin merasa lelah bahkan stres dengan kondisi pandemi saat ini, pasien yang tidak bertahan hidup setelah Anda perjuangkan habis-habisan, harus menjalani karantina demi melindungi keluarga, berbagai rencana yang harus ditunda bahkan dibatalkan, dan sebagainya. Tokoh-tokoh di atas adalah saksi bagaikan awan besar yang mengelilingi kita3 dan memperlihatkan bahwa kita dapat memiliki sukacita yang radikal, bahkan dalam kesusahan, saat Allah adalah bagian kita4. 3. Sukacita radikal memiliki dasar yang teguh Bagaimanakah orang-orang yang sebelumnya disebutkan, serta banyak orang Kristen sejati lainnya dapat mengalami sukacita di dalam penderitaan? Menurut saya, salah satu alasan utamanya adalah karena sukacita mereka merupakan sukacita yang memiliki dasar yang teguh. Sukacita radikal merupakan sukacita yang 8

berakar kuat dan bertumpu pada dasar yang solid dan kokoh, yakni Kristus sendiri. Injil berkata bahwa kita adalah manusia berdosa yang layak untuk dihukum, tetapi dalam Kristus kita beroleh pengampunan karena “… Allah telah menunjukkan kasihNya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa” (Roma 5:8). Salib Kristus adalah bukti dan puncak dari keagungan dan kebaikan Allah. Di dalam Kristus, kita bahkan memiliki pengharapan kekal bahwa suatu saat nanti kita akan hidup bersama-sama dengan-Nya, memuji dan menikmati-Nya bersama seluruh umat pilihan dalam kekekalan. Di atas dasar sekokoh batu karang inilah, sukacita yang radikal itu berdiri. Ketika kesulitan dan penderitaan datang, saat dunia kita mungkin terasa dijungkirbalikkan, melihat pada kebaikan Allah dan karya penyelamatan-Nya melalui pengorbanan Kristus akan membuat kita tetap bersukacita karena tak ada satu pun yang dapat merampas kegembiraan itu dari kita (Yohanes 16:22). 4. Sukacita radikal menolong untuk lepas dari pencobaan Dalam buku The Weight of Glory, C. S. Lewis mengungkapkan satu fakta bahwa manusia adalah makhluk setengah hati yang mudah untuk disenangkan.5 Sesungguhnya kita mudah dipuaskan dengan hal duniawi, sebut saja godaan uang dan materi, posisi, gelar, popularitas, ambisi, nafsu seksual, dan kesenangan dunia lainnya yang akhirnya membuat kita jatuh dalam dosa. Hal-hal tersebut membuat kita cepat puas dan senang sehingga kita tidak lagi memiliki hasrat yang dalam akan Allah. Padahal, apa yang Allah sediakan dan tawarkan dalam diriNya jauh lebih besar, berharga, dan akan memuaskan hasrat terdalam kita. Segala kesukaan duniawi tersebut hanya riak, bila dibandingkan dengan samudera kasih karunia yang Allah siapkan bagi kita. Itulah sebabnya, mengejar sukacita di dalam Allah merupakan bagian penting dari usaha kita memerangi dosa. Saat kita menyelam dalam kasih karunia-Nya, Ia akan menjadikan kita puas dalam-Nya sehingga tawaran nikmat dosa akan SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


FAKTUAL Artinya, sukacita tidaklah bertujuan untuk kesenangan kita sendiri. Sukacita radikal bertujuan untuk kemuliaan Allah. Saat kita tetap dapat menemukan sukacita di dalam Allah meski hidup tampak sulit dan mengecewakan, saat kita tetap bersukacita dalam melayani Allah bagaimana pun sulitnya, disanalah orang lain akan melihat Allah dibesarkan dan dimuliakan melalui hidup kita. Apakah kita sedang bergumul untuk mengalami sukacita yang radikal di tengah kondisi yang serba tak menentu saat ini? Apakah pandemi yang tampak jauh dari kata berakhir ini telah membuat jiwa mulai lesu dan tawar? Mari berdoa bersama pemazmur, “…hatiku lemah lesu, tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku” (Mazmur 61:2) maka Dia yang setia pada janji-Nya akan memuaskan hasrat kita dan membuat kita bersukacita di dalam-Nya. Referensi: 1. John Piper. Anda Wajib Bersukacita! (Dangerous Duty of Delight). Penerbit Momentum. 2020, p1011, 22

terasa hambar, kilau dunia akan tampak pudar dan kabur, pikiran untuk mengasihani diri atau menjadi sombong akan diganti dengan rasa syukur, dan perjuangan untuk hidup kudus akan penuh dengan sukacita yang meluap. 5. Sukacita radikal adalah untuk kemuliaan Allah Katekismus Westminster menyebutkan bahwa tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia selamanya. Segala sesuatu yang Allah lakukan adalah untuk memperlihatkan kemuliaan-Nya, termasuk saat Ia menciptakan, menebus, dan menguduskan kita. Karena itu, seluruh hidup kita adalah bagi kemuliaan-Nya. Dalam hal apakah kita paling memuliakan Allah? John Piper, dalam bukunya menyebutkan bahwa “Allah paling dimuliakan di dalam kita ketika kita paling puas di dalam Dia”.6 Jonathan Edwards pun mengatakan hal yang serupa, “Allah dimuliakan bukan saja dengan terlihatnya kemuliaan-Nya, melainkan juga dengan dirayakannya kemuliaan-Nya”.1 SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

2. John Piper. ‘I Never Made A Sacrifice: The Call and Question of David Livingstone”. Diunduh dari https://www.desiringgod.org/articles/i-never-madea-sacrifice 3. Ibrani 12:1 4. Mazmur 73:26 5. C. S. Lewis. The Weight of Glory. Harper Collins Publishers. 2001, p16 6. John Piper. Desiring God. Multnomah Publishers. 2003, p10

SUKACITA ADALAH PAYUNG YANG MENJAGA KITA SAAT MENGHADAPI HARI-HARI YANG BERHUJAN DALAM PERJALANAN HIDUP KITA - ENGSTROM -

9


Faktual Belajar dari Spiritual Giants: Helen Roseveare Oleh: dr. Kurnia Baraq, M.Med.

S

ukacita dan penderitaan seakan tidak mungkin bergandengan. Namun, sukacita sejati seorang Kristen hanya bersumber dari Allah, memancar dari dalam hati dan tidak bergantung pada kondisi apapun, bahkan dalam penderitaan sekalipun. Paulus sendiri berkata, “Sekarang aku bersukacita, bahwa aku boleh menderita karena kamu…” (Kolose 1:24a). Makna yang serupa juga terdapat dalam Yakobus 1:2 yang dalam terjemahan bahasa inggris (ESV) berbunyi, “Count it all joy, my brothers, when you meet trials of various kinds,”. Banyak dari kita yang sudah sangat sering membaca ayat-ayat tersebut dan secara kognitif menyakininya karena merupakan Firman Tuhan, namun sulit untuk benar-benar percaya apalagi menjalaninya. Begitupun yang dirasakan oleh Helen Roseveare ketika membaca ayat tersebut, yang bahkan dirinya pernah bertanya, “Bukankah itu terlalu berlebihan?” tetapi kemudian menyadari bahwa penderitaan dan kesulitan dalam Kristus merupakan hak istimewa, dan menjalaninya dengan sukacita hanyalah anugerah semata. Helen Roseveare merupakan seorang misionaris yang diutus ke Kongo pada tahun 1953. Menariknya, menjadi misionaris pernah menjadi cita-cita Helen sewaktu kecil saat seorang guru sekolah minggunya menceritakan tentang India. Dibesarkan dalam keluarga Kristen yang taat, menjadikan Helen seorang Kristen yang bertumbuh dalam pengetahuan teologia, namun sayangnya tanpa pengenalan pribadi dengan Allah. Sampai suatu hari pada tahun 1945, Helen yang saat itu merupakan mahasiswi kedokteran, menyanggupi undangan temannya untuk mengikuti sebuah kegiatan retreat di kampusnya. Tanpa disangka, kesempatan itu merupakan momen Helen bertemu secara pribadi dengan Tuhan. Pada malam terakhir dimana Helen

10

memberikan kesaksiannya, pengkhotbah Graham Scroggie menuliskan Filipi 3:10 pada Alkitab baru Helen sambil berkata, “Malam ini Anda telah memasuki bagian pertama dari ayat tersebut, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia”, Ini baru permulaan, dan masih ada perjalanan panjang ke depan. Doa saya untuk Anda adalah agar Anda terus membaca ayat ini untuk mengetahui “kuasa kebangkitan-Nya” dan juga, bila Tuhan berkehendak, suatu hari mungkin, “persekutuan dalam penderitaan-Nya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” Panggilannya sebagai misionaris semakin kuat, sehingga pada sebuah pertemuan misi di Inggris Utara, Helen mendeklarasikan komitmennya secara terbuka, “Saya akan pergi ke mana pun Allah inginkan, berapa pun harganya.” Setelah lulus dari Cambridge dengan gelar doktor di bidang kedokteran, Helen terus memperlengkapi dirinya secara rohani, menambah ilmu kedokterannya khususnya SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


FAKTUAL

sumber: biblicalleadership.com

pengobatan tropis, dan persiapan teknis lainnya untuk menjadi seorang misionaris. Pada bulan Maret tahun 1953, dalam usia 28 tahun, Helen akhirnya tiba di wilayah timur laut Kongo. Dalam dua tahun pertama, Helen fokus mendirikan sekolah untuk melatih para wanita untuk melayani sebagai perawat dan penginjil, yang pada akhirnya akan diutus ke berbagai wilayah untuk mengoperasikan klinik dan farmasi. Pada bulan Oktober 1955, Helen kemudian dipindahkan sejauh 11 km ke daerah bernama Nebobongo dan mengubah sebuah pusat bersalin dan penyakit kusta yang sudah lama terabaikan menjadi sebuah rumah sakit dengan 100 tempat tidur yang melayani ibu hamil, penderita kusta, dan anak-anak, serta sebuah sekolah pelatihan untuk paramedis dan 48 klinik pedesaan lainnya. Dalam radius 241 km, tidak ada fasilitas layanan kesehatan lainnya selain dari yang dikerjakan oleh Helen dengan dibantu masyarakat setempat. Kebutuhan akan pelayanan medis yang sangat besar di wilayah tersebut membuat rumah sakit tersebut berkembang pesat. Akan tetapi, melayani ditengah situasi kondusif tidak lagi mudah ketika Kongo mendeklarasikan kemerdekaannya dari Belgia pada tahun 1960 dimana terjadi perebutan kekuasaan yang brutal. SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

Walaupun demikian, Helen tetap menunjukkan ketekunannya dengan terus merawat pasien walaupun sumber daya semakin menipis. Dia terus menikmati pelayanannya bersama keluarga Gereja Afrika-nya sehingga saat itu dia dipanggil dengan sapaan akrab ‘Mama Luka’ yang berasal dari Lukas, penulis Injil dan juga seorang dokter dalam Alkitab. Pada tahun 1964, ketika perang saudara dan perebutan kekuasaan semakin parah, rumah sakit yang dibangunnya dihancurkan dan Helen termasuk dalam sepuluh misionaris yang ditangkap dan menjadi tahanan para pemberontak. Saat Helen berusaha untuk kabur, para pemberontak tersebut memukulnya secara brutal dan menyebabkannya terluka cukup parah. Pada 29 Oktober 1964, Helen diperkosa. Dalam ingatannya tentang peristiwa tersebut, Helen menyatakan bahwa saat itu dia merasa Tuhan telah mengecewakan dirinya dengan membuatnya mengalami hal yang begitu kejam. Akan tetapi, dalam keputusasaannya yang paling dalam, Helen merasakan hadirat Allah saat itu.

11


FAKTUAL “Melalui pengalaman pemerkosaan yang memilukan dan brutal, Tuhan bertemu dengan saya — dengan tangan kasih-Nya yang terulur. Itu adalah pengalaman yang sulit dipercaya: Dia benar-benar ada di sana — dan tiba-tiba aku tahu — aku benar-benar tahu bahwa kasih-Nya cukup. Dia memang mengasihiku! Dia mengerti! Tuhan sedang menawarkan sebuah hak istimewa yang tak ternilai yaitu untuk berbagi dalam sedikit persekutuan dengan penderitaan-Nya.”

Selama beberapa bulan, Helen dan misionaris lainnya ditahan dengan terus diancam dibawah todongan senjata dan mengalami kekerasan yang tak terbayangkan. Sepanjang waktu ini, Helen memimpin persekutuan doa bersama tahanan lainnya untuk mendoakan para pemberontak yang menahan mereka sampai akhirnya mereka diselamatkan oleh masyarakat sekitar, para pasien, dan petugas dari rumah sakit tempat Helen melayani. Setelah menghabiskan beberapa saat di Inggris untuk pemulihan fisik dan emosionalnya, pada tahun 1966, Helen kembali ke daerah lainnya di Kongo untuk terus melanjutkan pelayanannya dalam melatih perawat dan dokter dari daerah tersebut. Dia terus setia melayani dengan penuh kasih meskipun ingatan akan peristiwa yang terjadi padanya masih membuatnya resah. Mama Luca menyadari pentingnya memberdayakan masyarakat lokal sehingga berhasil mendorong banyak muridnya menjadi dokter dan perawat. Pada tahun 1973, Helen kembali ke Inggris karena alasan kesehatan dan akhirnya menetap di Irlandia Utara. Dia menulis beberapa buku dan melayani sebagai penasihat para misionaris. Dia menyelesaikan pertandingannya pada 7 Desember 2016, di usia 91 tahun. Kehidupan Helen Roseveare mengajarkan kita untuk tidak pernah membatasi kekuatan Tuhan yang disempurnakan dalam kelemahan kita. Rasa malunya akibat peristiwa pemerkosaan 12

menguap seiring berjalannya waktu dan bahkan pengalaman ini digunakannya untuk menyemangati orang lain yang telah mengalami kejadian serupa. Melalui pelayanannya, banyak orang menemukan kesembuhan - baik emosional maupun fisik, tetapi yang lebih utama mengenal Kristus yang sejati. Dalam seluruh peristiwa kehidupannya, Helen menemukan bahwa sukacita yang sejati dianugerahkan Allah ketika ia taat bahkan dalam kondisi yang paling buruk sekalipun. Kiranya kisah ini dapat menolong setiap kita untuk belajar bersukacita dalam kondisi apapun, termasuk dalam kesulitan dan penderitaan saat menjalani panggilan-Nya. Sumber: A Woman of Whom the World Was Not Worthy: Helen Roseveare (1925-2016): https://www. thegospelcoalition.org/blogs/justin-taylor/awoman-of-whom-the-world-was-not-worthy-helenroseveare-1925-2016/ Helen Roseveare: Living Sacrifice: https:// www.cmf.org.uk/resources/publications/ content/?context=article&id=26608

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Faktual Menjaga Kesehatan Mental Bagi Tenaga Medis Di Masa Pandemi COVID-19 Oleh: dr. Yenny S. Sinambela, Sp.KJ*

P

ada masa pandemi COVID-19

(Corona Virus Disease 2019) tenaga medis menjadi garda depan menangani pasien COVID-19. Sebagai garda depan tenaga medis menghadapi pekerjaan yang penuh tekanan yang bisa berdampak kepada kesehatan mentalnya. Stresor yang mungkin dihadapi berupa pekerjaan yang banyak, shift yang panjang, kelelahan, risiko infeksi yang tinggi, khawatir tertular dan kemungkinan menularkan ke anggota keluarganya, akhirnya memilih untuk isolasi dan kurang kontak dengan keluarga, frustasi, untuk beberapa kasus kurang adekuatnya alat pelindung diri (APD), tingginya angka kematian pasien dan kematian teman sejawat dan bahkan menghadapi stigmatisasi.1,2 Prevalensi gangguan psikologis pada tenaga medis menjadi meningkat di masa pandemi COVID-19 seperti gejala depresi, kecemasan, kemarahan, ketakutan, susah tidur dan stres.1,2 Pada suatu penelitian di Wuhan, China, dilaporkan dari 1257 tenaga medis yang mengalami gejala depresi 50,4%, kecemasan 44,6%, insomnia 34% dan yang mengalami SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

distress 71,5%.3 Pada studi melalui survei online terhadap 1461 tenaga medis di Indonesia terdiri atas dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, apoteker dan analisis laboratorium di 34 provinsi di Indonesia rentang Juni - Agustus 2020, hasilnya 82% alami burnout sedang dan 1% burnout berat.4 Burnout adalah sindrom atau sekelompok gejala yang disebabkan oleh stresor dan konflik di tempat kerja. Gejala burnout bisa berupa keletihan emosi, kehilangan empati dan berkurangnya rasa percaya diri. Burnout yang tidak diatasi dapat berdampak buruk pada kinerja tenaga medis dan berpengaruh pada kesehatan fisik dan juga mentalnya.4 Stres yang dialami tenaga medis dianggap penyebab utama membuat timbulnya susah tidur. Susah tidur dapat berdampak sulit konsentrasi sehingga mudah membuat keselahan dalam pekerjaannya, mudah lelah, kehilangan nafsu 13


FAKTUAL makan dan tubuh menjadi tidak nyaman.1 Stres adalah respon emosional seseorang yang disebabkan masalah eksternal atau ketika menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Dalam kadar tertentu stres dibutuhkan untuk bisa siaga menghadapi ancaman permasalahan. Stres seperti ini disebut eustress atau stres yang normal. Namun kalau stresnya berkepanjangan dan menimbulkan penderitaan akan berubah menjadi distress dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan mental. Ini yang harus dihindari. Cemas merupakan salah satu reaksi kita terhadap stres tersebut. Bentuk reaksi kecemasan itu seperti kekhawatiran terhadap sesuatu yang berlebihan, pikiran negatif dan kadang pikiran tidak masuk akal, tidak bisa rileks, sakit kepala, otot menjadi kaku, kepala pusing, dada berdebar, nafas pendek, mual, buang air kecil menjadi lebih sering, diare, susah buang air besar, kewaspadaan meningkat, mudah terkejut, emosi tidak stabil, sensitif, susah tidur dan sulit konsentrasi. Jika gejala ini berlangsung hampir sepanjang hari dan mulai menimbulkan gangguan pada aktivitas kita sehari-hari maka sudah bisa disebut gangguan kecemasan dan perlu penanganan lebih lanjut ke profesional yang bergerak dibidang kejiwaan. Namun, sebagian dokter mengalami kesulitan untuk menceritakan permasalahan psikologisnya dengan alasan takut mendapat stigma dan antisipasi akan masa depan kariernya. Dokter lebih memilih menangani sendiri permasalahannya atau bercerita kepada keluarganya dibanding mencari pertolongan professional seperti konsultasi ke psikater.5 Rekomendasi mengurangi stres dan tekanan psikologis bagi tenaga medis di masa pandemi COVID-19 dilakukan dengan normalisasi emosi dan stres yang kuat, perlunya pelatihan manajemen stres, pemenuhan kebutuhan dasar, adanya dukungan sosial, perlu diperhatikan komunikasi yang jelas dan distribusi tugas, jam kerja yang fleksibel, dan pemanfaatan psikososial dan bantuan psikologis tanpa adanya stigmatisasi.6 Departemen Psikiatri Komunitas Fakultas 14

Kedokteran Universitas Indonesia membuat tips yang mudah diingat untuk mengatasi stres saat pandemi ini yang disingkat menjadi T – E – M – A – N :7 • Terima bahwa rasa tidak nyaman ini wajar dan akan berlalu. Pada situasi yang tidak menentu ini perasaan cemas, takut dan tidak berdaya adalah wajar. Kita bisa mengelola pikiran dan emosi itu dengan berpikir positif, latihan relaksasi, meditasi, mindfulness dan meningkatkan spiritual kita melalui saat teduh dan praise and worship Intervensi mindfulness terbukti dapat membantu mengurangi angka stres dengan membuat kita memperhatikan pikiran, perasaan secara objektif apa yang terjadi pada kita. Mengikuti kursus online mindfulness juga dianggap efektif membantu.5 • Efektifkan pola hidup bersih dan sehat seperti menjaga kebersihan tangan, olahraga, makan makanan bergizi, cukup tidur. Hindari rokok dan napza. Dokter perlu menjaga keseimbangan antara bekerja melayani masyarakat namun juga merawat diri, istirahat untuk mendapatkan pemulihan yang prima. Buat batasan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.8 • Mencari informasi terkait COVID-19 hanya dari sumber terpercaya. Pemahaman yang keliru mengenai COVID-19 dan informasi yang simpang siur dapat membuat kita jadi bingung. Oleh karena itu, penting mencari informasi dari sumber yang bisa dipercaya. Batasi 1-2 jam perhari menonton, melihat atau mendengar informasi seputar pandemi COVID-19. • Alihkan rasa cemas dengan aktifitas yang menyenangkan seperti baca buku, nonton, dengar musik dan lain-lain. Ketika kita melakukan aktivitas yang menyenangkan diharapkan tubuh kita mengeluarkan hormon endorfin yang memicu perasaan positif, perasaan SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


FAKTUAL senang, nyaman sehingga membuat kita bersemangat dan hal ini baik untuk daya tahan tubuh kita juga. • Nyatakan perasaan dan pikiran yang tidak nyaman kepada orang yang dapat membantu. Salah satu metode paling efektif untuk menghilangkan stres adalah mampu mengekspresikan diri kepada orang lain dan mengutarakan apa yang kita rasakan. Namun, jika gejalanya masih tetap ada menjadi berlebihan dan tidak rasional dan menimbulkan penderitaan perlu konsultasi lebih lanjut untuk mendapatkan psikoterapi dan psikofarmaka. Kita perlu menerima fakta bahwa satusatunya yang konstan dalam hidup adalah perubahan, baik besar maupun kecil, diharapkan atau tidak diharapkan. Dengan kita mampu menerima segala perubahan itu diharapkan kita bisa lebih tenang menghadapi realita. Waktu terus berjalan sampai saat ini sudah memasuki bulan ke-9 di masa pandemi COVID-19. Kita tidak mengetahui apa yang terjadi hari esok namun percaya hari esok ada ditangan-Nya. Sebagai anak-anak Tuhan yang bergerak di bidang medis tidak membuat kita mundur dalam pelayanan hanya bentuknya yang dimodifikasi sesuai protokol pemerintah. Kita tetap bisa mengadakan kelompok kecil melalui zoom meeting atau sharing melalui video call, saling menguatkan satu sama lain juga bisa belajar Pemahaman Alkitab lebih luas lagi melalui Youtube dan seminar daring. Semua untuk membuat kita tetap terjaga iman, meskipun untuk datang ke gereja secara fisik masih dibatasi.

Referensi : 1.Salari N,Khazaie H, Far A.H, et al. 2020.The pravelence of sleep disturbances among physician and nurse facing Covid_19 pasien: a systematic review and metaanalysis.Globalizaztion and Health. 16 :92.http://doi. org/10.1186/s12992-020-00620 2. Chersich M,Gray G, Fairlie L.,et al.2020.Covid19 in Africa:care and protection for frontline healthcare workers.Globalization and Health.16:46.http://doi. org/10.1186/s12992-020-00574-3 3.Mental Health problems faced by healthcare workers due to Covid-19 pandemic-A-Review.Asian Journal of Psychiatry 51(2020) 102119 4.CNN Indonesia.Studi 83 persen Nakes alami Burnout sedang sampai berat. 4 september 2020.www. cnnindonesia.com waktu akses 1 November 2020. 5.Galbraitg N, et al. 2020. The mental health of doctors during the Covid-19 pandemic.BJPsych Buletin as part of the Cambridge Coronavirus Collection.10.1192./ bjb.2020.44 6.Susanto B.N.A.2020. Literatur Review:Dampak gangguan Kesehatan Mental pada petugas Kesehatan selama Pandemi Corona Disease 2019. Medica Hospital vol. 7(1a):261=270 7.Coping with stress.World Health Organization. www. who.int.com 8.Teoh et all. 2020 Looking after doctors mental wellbeing during the covid19 pademic.http://eprints. bbk.ac.uk/31471

Dengan tetap memiliki pengharapan, optimisme dan menjaga keseimbangan fisik dan mental baiklah kita sebagai tenaga medis tetap melayani sesama seperti Tuhan Yesus sudah melayani kita. *Penulis melayani sebagai psikiater di RSKD Duren Sawit Jakarta dan RS St. Carolus Jakarta

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

15


Untaian Firman Sukacita yang Radikal: Butuh Disiplin (Filipi 4:4-6) Oleh: Dr. Sutrisna Harjanto

P

andemi COVID-19 selama beberapa bulan terakhir ini telah membawa kesulitan bagi hampir semua umat manusia di seluruh dunia. Namun seperti halnya dalam masa perang, meskipun seluruh warga masyarakat mengalami masa sulit dan ketidaknyamanan, para prajurit yang bertempur di garis depan bukan hanya mengalami ketidaknyamanan, melainkan juga berhadapan dengan bahaya terus menerus dari waktu ke waktu. Dengan segala apresiasi dan keprihatinan, situasi semacam itu juga yang sedang dialami rekan-rekan tenaga medis saat ini, terutama yang ditugaskan langsung menangani pasien-pasien COVID-19. Ketika warga masyarakat yang lain punya pilihan untuk menjauhi pusat bahaya, rekan-rekan yang menjadi nakes harus merelakan diri berada di sekitar pusat bahaya untuk menunaikan tugasnya. Dorongan Rasul Paulus kepada jemaat Filipi untuk bersukacita merupakan satu dorongan yang sangat tepat untuk direnungkan dalam masamasa sulit seperti ini. Terutama karena dorongan untuk bersukacita tersebut muncul dalam konteks masa sulit yang sedang dialami oleh penulisnya maupun penerimanya. Ketika menulis surat tersebut Rasul Paulus sedang berada dalam masa tahanan rumah dan menantikan keputusan pengadilan Roma yang mungkin saja berujung pada kematiannya (Kis. 28:30-31), menghadapi sikap sangat tidak bersahabat dari saudarasaudara seiman yang seharusnya mendukungnya (Filipi 1:15-17), dan mendapat kabar perpecahan di antara para pemimpin di jemaat yang dia layani dan kasihi (Filipi 4:2-3). Ada banyak alasan baginya untuk diliputi kekuatiran dan pikiran negatif tentang situasi yang dihadapinya. Namun setidaknya ada 14 kali kata “sukacita” atau “bersukacita” yang berulangkali muncul dalam surat ini.

16

Bagaimana sukacita yang dari Tuhan bisa hadir di tengah berbagai situasi sulit yang menekan? Dalam Filipi 4:4-9 Rasul Paulus mengajarkan beberapa prinsip penting untuk hal tersebut. 1. Sukacita itu berkaitan erat dengan damai sejahtera Dua kali dorongan untuk bersukacita muncul dalam ayat 4. Dilanjutkan dengan dua kali kata kunci “damai sejahtera” untuk mengakhiri setiap poin penjelasan tentang bagaimana sukacita itu akan diperoleh (ay. 7 dan 9). Sukacita dan damai sejahtera ini digambarkan terkait erat dengan dua disiplin rohani yang penting untuk menaklukkan faktor-faktor penghalang sukacita. 2. Sukacita muncul di dalam disiplin penyerahan yang disertai ucapan syukur Hambatan pertama untuk sukacita adalah kekuatiran. Ketidakpastian dan persoalan adalah bagian kehidupan sehari-hari. Bukan hanya keamanan dari bahaya penularan COVID-19 bagi mereka yang di garis depan yang bisa jadi sumber kekuatiran. Persoalan ekonomi, radikalisme, dan berbagai hal lain SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Untaian Firman bisa jadi sumber kekuatiran. Rasul Paulus memberikan nasihat sederhana namun penting agar kekuatiran tidak menguasai hidup kita, yaitu dengan menyatakan keinginan dan harapan kita kepada Allah dalam doa yang disertai ucapan syukur. Maka “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus..” (ay.7). Di sini tidak dijanjikan persoalan akan langsung terselesaikan. Namun yang dijanjikan adalah “damai sejahtera” yang dari Allah, yang melampaui segala akal yang akan memenuhi hati dan pikiran kita. Ini yang menjadi sumber sukacita yang terus menerus sekalipun hidup kita di tengah ketidakpastian, ancaman bahaya, dan persoalan yang sulit untuk diselesaikan. Kuncinya adalah penyerahan kepada Allah, yang menghadirkan damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, dan menjadi landasan sukacita yang radikal dalam hidup kita. 3. Sukacita muncul di dalam disiplin berpikir dan bertindak positif Hambatan kedua untuk bersukacita adalah ketika pikiran kita terus tertuju kepada berbagai kekurangan dan persoalan mulai dari yang ada di kancah perpolitikan dunia, terorisme, radikalisme, dan berbagai persoalan di tengah masyarakat, hingga kekurangan-kekurangan yang ada pada rekan-rekan kerja, rekan-rekan pelayanan, keluarga, pasangan, dan seterusnya. Patut disadari bahwa selama masih hidup di tengah dunia kita tidak akan kekurangan contoh hal negatif untuk direnungkan atau diratapi. Namun Rasul Paulus menegaskan di sini bahwa kita punya pilihan bebas untuk mengarahkan diri kepada hal-hal yang yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan dan hal-hal yang patut dipuji, damai sejahtera yang menjadi dasar sukacita lahir dari disiplin dalam mengarahkan pikiran kita, yang juga kita hidupi dalam disiplin untuk hidup dalam kekudusan. 4. Dalam nasihat ini kita bisa melihat bahwa sukacita merupakan sesuatu yang tidak perlu digantungkan pada situasi eksternal, yang SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

memang sangat rentan perubahan. Kunci sukacita terletak pada dua disiplin rohani. Pertama adalah disiplin untuk mempercayakan segala situasi kepada Allah. Kedua adalah disiplin untuk mengarahkan perhatian kepada hal-hal yang baik, benar, dan mulia. Dua disiplin ini membawa kita untuk mengalami damai sejahtera Allah “yang melampaui segala akal”, sehingga kita akan mampu terus bersukacita di tengah situasi yang tidak mudah sekalipun. Mengapa disebut disiplin? Karena hal-hal tersebut tidak terjadi secara spontan dan alamiah. Butuh disiplin untuk memupuk dan menyiram sikap hati dan pikiran yang sehat agar secara proporsional namun ajek kita bisa bersukacita saat melihat dan mengalami kuasa Allah yang sedang terus bekerja untuk menyatakan kasih karunia-Nya memulihkan dunia ciptaan-Nya, di dalam kesadaran bahwa dunia yang kita hidupi masih menantikan pembebasan sepenuhnya dari kuasa dosa dan maut hingga saat kedatangan Kristus yang kedua. Dalam menjalani kehidupan di tengah dunia yang dirusak oleh kuasa dosa dan maut maka tidak terhindarkan kita mengalami dukacita saat mengalami kehilangan orang-orang yang kita kasihi dan selayaknya kita berduka saat kejahatan dan ketidakadilan dipertontonkan di depan mata. Namun kehidupan yang saleh tidak ditandai dengan suasana muram yang terus menerus menyelimuti karena mata yang terus tertuju pada berbagai hal yang negatif di sekitar kita. Rasul Paulus menegaskan di sini bahwa perjalanan mengikut Kristus selayaknya menjadi perjalanan yang diwarnai sukacita di tengah segala pergumulan dan perjuangan untuk menyelesaikan setiap tugas yang Tuhan percayakan kepada kita. Sikap ini yang terus ia bawa dalam hidupnya. Sehingga bahkan menjelang kematiannya ia tidak menghadapinya dengan sikap muram, melainkan berseru dengan lantang “Aku telah mengakhir pertandingan yang baik... dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil...” (2 Timotius 4:7-8). 17


Kesaksian Menyaksikan Kebaikan Tuhan: Pengalaman Sebagai Relawan COVID-19 Oleh: dr. Johanna Clarissa Christella*

T

ahun 2020 adalah mimpi buruk bagi dunia. Pandemi COVID-19 mengakibatkan resesi ekonomi di setiap negara. Hal itu berimbas pada terpuruknya perekonomian negara dan banyak orang kehilangan pekerjaannya. Namun tahun 2020 bermakna berbeda bagi saya. Tahun ini Tuhan mengubahkan saya dari seorang yang dingin dan hanya memikirkan diri sendiri menjadi orang yang lebih hangat dan mengasihi orang. Dulu saya hanya melihat pasien sebagai objek, orang yang penyakitnya perlu disembuhkan. Namun Tuhan mengingatkan saya sejak bulan Desember 2019 untuk melihat manusia sebagai imago Dei (Citra Allah), melalui perjumpaan saya dengan seorang teman di Sulawesi. Dia bukan orang yang punya banyak uang namun dia rela membagikan semua yang dia punya untuk membantu orang lain, bahkan gelandangan di pinggir jalan sekalipun. Sebelumnya, bagi saya gelandangan ataupun ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) bukanlah manusia namun parasit masyarakat. Saya cukup kaget saat teman saya repot-repot menepikan mobil kami yang sedang dalam perjalanan dari Polewali menuju Mamuju Sulawesi Barat yang berkelok-kelok membelah gunung untuk membeli roti di sebuah toko pinggir jalan hanya untuk diberikan pada gelandangan ODGJ pinggir jalan yang jaraknya masih beberapa kilometer dari toko tersebut. Saya yakin tidak ada orang yang mau menghentikan mobilnya hanya untuk memberi makan ODGJ di pinggir jalan seperti teman saya itu. Ketika saya bertanya mengapa dia repot-repot melakukannya dia berkata: “Karena dia manusia juga sama seperti kita butuh makan dan minum�. Saya hanya terdiam dan merenungkan bahwa selama ini saya kurang peduli pada orang-orang yang lemah dan hanya fokus berkompetisi dengan orang-orang yang potensial menjadi saingan saya.

18

(foto koleksi pribadi penulis)

Saya justru belajar mengenai kasih dan ketulusan serta iman dari orang-orang yang bukan siapa-siapa, orang-orang yang dulu akan saya mudah lupakan karena bagi saya mereka hanya orang ‘kecil’. Sejak itu saya berdoa meminta pada Tuhan agar ubahkan saya menjadi orang yang memiliki belas kasihan dan kepedulian pada orang-orang yang kehilangan pengharapan, yang merasa masa depannya sudah hilang dan tidak ada yang peduli pada mereka di tengah cepatnya dunia berputar ini. Tuhan pimpin saya untuk mendaftar sekolah Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (IKFR). Di bidang tersebut saya bisa menolong orang-orang yang disabilitas dan membawa pengharapan kepada mereka bahwa Kristus mengasihi mereka serta keselamatan sejati ada dalam Kristus. Pilihan itu mendatangkan damai sejahtera dalam hati saya, namun ada harga yang harus di bayar. Sebelumnya saya sudah mempersiapkan diri SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Kesaksian

untuk masuk bidang Kebidanan dan Kandungan (Obgyn) dan mendapatkan beasiswa untuk masuk universitas bergengsi di Indonesia. Saya melepaskan semua itu dan mulai dari nol kembali untuk masuk PPDS IKFR. Saya sempat bersitegang dengan keluarga saya karena mereka mendukung saya untuk masuk PPDS Obgyn atau jika tidak menyuruh saya jadi PNS atau menikah saja. Saya hanya berkata pada Tuhan, �Tuhan, aku tidak akan lagi buat plan B, plan C ataupun Plan D dalam hidupku, pengharapanku hanya dalam Engkau dan sudah cukup aku hidup tawar menawar begini. Aku akan mengejar apa yang Tuhan sediakan bagiku tanpa menengok ke belakang lagi.� Sejak itu pelajaran iman saya dimulai, bagai kapal yang selama ini kukuh saya nahkodai, sekarang saya serahkan roda kemudi pada Allah saja. Bulan demi bulan berlalu dan Tuhan menunjukkan kuasa-Nya bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya. Satu per satu persyaratan PPDS IKFR bisa saya penuhi. Rekomendasi IDI yang sulit saya dapatkan karena saya masih berstatus IDI Enrekang sementara saya sudah pindah ke Bekasi akhirnya bisa saya dapatkan. Rekomendasi daerah bisa saya dapatkan dari Dinas Kesehatan SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

Mamuju, dengan pertolongan teman-teman di sana saya bisa punya kesempatan menghadap Kepala Dinas Sulawesi Barat di tengah kesibukan beliau. Seorang teman PPDS IKFR dengan baik bersedia membantu saya belajar materi-materi IKFR padahal saya tidak terlalu dekat dengannya saat pendidikan S1 dulu. Masih banyak lagi kebaikan-kebaikan Tuhan yang tercurah dalam hidup saya. Dan seperti perempuan Samaria di sumur Yakub yang bertemu Tuhan Yesus di mana ia langsung meninggalkan tempayannya untuk bercerita kepada orang-orang di kota mengenai Yesus, begitu pun juga saya ingin menyaksikan kebaikan Tuhan terutama pada orang-orang yang membutuhkan pengharapan. Peluang untuk bersaksi mengenai kebaikan Tuhan Saya mendapat kesempatan menjadi relawan COVID-19 di beberapa tempat. Pertama di RS Pusat Infeksi Sulianti Saroso. Perlahan saya mulai mendoakan pasien-pasien yang saya tangani dan berdoa syafaat untuk negeri Indonesia dan Kota Jakarta serta Rumah Sakit tempat saya melayani. Ketika saya bertugas shift jaga malam saya keliling ruang rawat inap, ICU dan UGD dan mendoakan pasien-pasien di sana. Pasien-pasien yang saya lakukan prosedur intubasi, saya doakan agar mereka sembuh dan dapat kesempatan untuk 19


Kesaksian

mengenal kasih Kristus. Tempat kedua adalah Isolasi COVID-19 Asrama Haji Surabaya, dimana saya mendapat kesempatan menjadi pasien COVID-19 karena tertular dari rekan kerja saya yang ternyata positif. Di situ, saya bisa memahami kondisi psikologis pasien COVID-19 yang mendapat stigma negatif dari masyarakat dan saya bisa memberi kekuatan kepada mereka. Saya membawa gitar ke tempat isolasi dan bermain gitar bersama pasien-pasien. Di sana saya bisa mendoakan seorang ibu yang trauma di rawat di RS karena beberapa kali mendengar teriakan orang-orang yang kesakitan menjelang kematian akibat COVID-19. Tempat ketiga adalah High Care Unit Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet. Di sini saya belajar berkomunikasi dengan empati. Saat saya sedang jaga dan agak senggang saya menghampiri pasien-pasien saya, menarik kursi di samping tempat tidur pasien, duduk di sana sambil membawa berkas rekam medis pasien dan menjelaskan hasil-hasil pemeriksaan dan rencana pengobatan serta prognosis pasien tersebut. Saya juga menggali kekhawatiran mereka, kabar keluarga mereka dan apa yang bisa saya bantu untuk membuat mereka lebih nyaman. Jika ada kesempatan, saya mencoba bersaksi menceritakan kebaikan Kristus pada pasien dan berdoa bersama pasien saya. Hampir seluruh pasien yang saya ajak mengobrol merasa 20

puas dan tenang, mereka merasa dihargai sebagai manusia dan rasa khawatir mereka berkurang. Saya sangat bersyukur atas kesempatan yang Tuhan berikan sehingga saya bisa menjadi berkat bagi orang lain bahkan bisa bersaksi tentang Kristus dan merasakan sukacita di dalamnya. Ini semua masih hal yang baru bagi saya. Masih banyak sifat-sifat lama saya yang perlu diubah dan hal-hal baru yang harus dipelajari. Namun saya tahu Tuhan tidak pernah menyerah pada saya. Ia tetap setia. Saya merasa sangat terhormat bisa melihat karya Tuhan dalam hidup saya dan cara Tuhan memakai saya. Di bulan Oktober 2020, saya mendapat pengumuman saya diterima PPDS IKFR Unair dan mendapat info bahwa perkuliahan akan dimulai awal tahun 2021. Akan ada banyak tantangan baru di tahun yang baru, dan saya tidak sabar melihat apa lagi yang akan dikerjakan Tuhan melewati tiap-tiap masalah. Petualangan yang baru bersama Tuhan, tidak ada hidup yang lebih baik daripada itu. *Penulis bertugas di Rumah Sakit Darurat Covid Wisma Atlet (Disunting oleh: dr. Sepriani Timurtini L.)

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Kesaksian freepik.com

Mengalami Sukacita Saat Merawat Pasien COVID-19 Oleh: Ns. Fransisca Sinambela*

P

erkenalkan, nama saya Fransisca, saya berprofesi sebagai seorang perawat di salah satu rumah sakit rujukan di Jakarta. Semenjak membaca berita kondisi di Cina, saya selalu berharap jangan sampai Indonesia mengalami hal yang sama. Saya tidak berani membayangkan jika saya harus bekerja dengan kondisi seperti itu, memakai ‘kostum astronot’ di tengah-tengah virus mematikan. Akan tetapi, ternyata pandemi COVID-19 menjadi sebuah realita yang tak terhindarkan. Maret 2020 menjadi awal kemunculan COVID-19 di Indonesia. Saat itu saya merasa tidak terlalu khawatir. Apalagi mengingat saya bekerja di sebuah rumah sakit khusus. Namun, sekali lagi perkiraan saya salah. Ruang isolasi akhirnya disiapkan dan di bulan Mei menjadi jadwal saya untuk bekerja di ruangan tersebut. Hari-hari awal bekerja di ruang isolasi rasanya sungguh melelahkan. Saya harus beradaptasi memberikan pelayanan pada pasien dengan kondisi yang kebanyakan partial care SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

sampai total care dengan full APD. Seringkali di akhir shift, saya harus ekstra berhati-hati karena penglihatan mulai kurang jelas karena kacamata dan face shield yang berembun. Hal ini membuat pekerjaan terasa lebih berat. Belum lagi mendengar berita satu persatu rekan sejawat mulai terpapar rasanya sedih dan stressful sekali. Rasa lelah ketika bekerja membuat saya seringkali bersungut-sungut dan kehilangan sukacita. Saya sering mengeluhkan pasien yang banyak bahkan tak jarang mengkritisi pihak manajemen karena merasa kurang ini dan itu. Saya mengeluh dan kembali mengeluh hari demi hari. Ketika kenyamanan saya bekerja seperti yang dulu harus berubah membuat saya secara tidak sadar membentuk pola pikir yang kurang baik, sampai-sampai hanya untuk berangkat kerja rasanya berat sekali dan bekerja hanya sekadarnya saja. Suatu hari saya pernah merasa sangat lelah sekali. Menjelang waktu berakhir dinas saya masih harus menyuapi seorang pasien. Tanpa 21


Kesaksian saya sadari keringat menetes ke face shield saya ketika itu. Ibu tersebut tiba-tiba memegang tangan saya dan berkata: “Terima kasih banyak ya, Mbak sudah mau lelah-lelah merawat saya. Maaf kalau saya merepotin. Semoga suster sehat terus ya. Banyak yang perlu ditolong di sini.� Saat itu saya merasa tertegur. Saya hanya fokus pada beban saya hingga tidak menyadari betapa besar kasih Tuhan yang terus dinyatakan dalam kehidupan saya. Perkataan ibu itu membuat saya tersadar kalau yang saya lakukan bukanlah hal yang siasia. Saya hanya fokus pada beban yang saya rasa berat. Tanpa saya sadari saya lupa bersyukur selama ini. Saya lupa bersyukur buat kesehatan yang Tuhan beri. Saya lupa bersyukur kalau Tuhan masih memberikan saya kekuatan buat melayani orang lain yang memerlukan. Saat saya lupa mengucap syukur, saat itulah saya kehilangan sukacita dalam diri saya. Setelah itu saya merasa saya harus mengambil waktu khusus bersama Tuhan. Saya meminta ampun kepada Tuhan karena saya telah kehilangan sukacita dan lalai untuk bersyukur. Saat itu saya membaca kisah Yusuf dari Kitab Kejadian. Dari tokoh Yusuf saya belajar, bagaimanapun kondisi Yusuf, dia tidak stres dan tidak berkeluh kesah, bahkan ketika dia difitnah

dan menjadi narapidana. Karena dia tetap percaya pada kebaikan dan perlindungan Allah, Yusuf tetap bisa bersukacita. Saya pikir sebagai seorang tenaga kesehatan di masa pandemi ini tidak akan terhindar dari berbagai tekanan, beradaptasi dengan ritme kerja yang berbeda dan dengan risiko terpapar virus yang besar, harus menjaga jarak dengan orang terkasih, belum lagi mendengar berita negatif dari sana sini. Namun, menjadi stres atau tetap bisa bersukacita itu adalah pilihan kita. Seperti tertulis pada Nehemia 8:10b, �Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!� Tetap mengucap syukur dan berfokus pada Allah seraya berdoa agar kondisi ini segera berakhir adalah hal yang saya lakukan kemudian untuk tetap menjaga sukacita. Terkadang saya juga sering berbagi cerita dengan sahabat dan keluarga untuk saling menguatkan. Pada akhirnya ketika kondisi hati saya baik, pekerjaan saya terasa jauh lebih ringan. Saya pun menyadari bahwa pasien-pasien yang saya rawat pasti juga stres dan merasa sendiri di ruang isolasi, dan kita, para tenaga kesehatan adalah orang-orang yang terdekat dengan mereka dan mendengar keluhan mereka. Bekerja dengan hati yang bersukacita akan membuat pasien lebih nyaman dan turut merasakan sukacita yang kita rasakan. *Penulis saat ini melayani sebagai perawat di bangsal isolasi COVID-19 Rumah Sakit PJN Harapan Kita, Jakarta.

22

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Info Medis Memahami lagi Perkembangan Pandemi COVID-19

Oleh: dr. Resthie Rachmanta Putri, M.Epid, M.Sc* ”Naik lagi, hari Ini kasus COVID-19 di RI tambah 4.538 pasien”, begitulah bunyi sebuah headline suatu surat kabar elektronik pada pertengahan Oktober 2020. Seperti itulah berita yang setiap hari disajikan pada masyarakat sejak bulan Maret 2020, saat COVID-19 pertama kali dideteksi di Indonesia. Ya, kenaikan kasus COVID-19 memang menjadi sorotan banyak orang, termasuk tenaga medis. Tidak salah, tetapi, sebagai tenaga medis, Anda dan saya perlu memahami perkembangan pandemi ini dengan lebih komprehensif. ”Jebakan” dalam memahami angka kasus harian COVID-19 Di Indonesia, sangatlah mungkin bahwa angka kasus COVID-19 bukan angka riil di populasi. Hal ini karena: • Jumlah kasus yang terdeteksi sangat tergantung pada jumlah orang yang dites per harinya. Jika kasus harian relatif sedikit, itu bisa jadi karena jumlah orang yang diperiksa relatif sedikit, misalnya saat libur panjang atau saat akhir minggu. Sebaliknya, jika kasus harian relatif tinggi, itu bisa jadi karena jumlah orang yang diperiksa lebih banyak. • Tergantung pada sistem pencatatan dan pelaporan negara masing-masing. Indonesia memakai sistem surveilans aktif. SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

Artinya, agar pencatatan dan pelaporan optimal, dibutuhkan keaktifan petugas di lapangan untuk melaporkan kasus COVID-19 1. Jika petugas aktif meng-entry dan melaporkan data ke sistem, pencatatan dan pelaporan akan akurat. Jika petugas kurang aktif, jumlah kasus yang dilaporkan akan lebih rendah dari jumlah kasus sebenarnya. Bandingkan dengan di Korea Selatan, di mana setiap hasil swab PCR COVID-19 di laboratorium langsung terhubung dengan sistem nasional, dan tak membutuhkan keaktifan petugas dalam melaporkan datanya 2. Parameter Bagi tenaga medis, penting untuk memahami: (1) seberapa ”parah” kah transmisi infeksi COVID-19 yang sedang terjadi di negara kita? (2) Apakah jumlah orang yang dites COVID-19 per harinya sudah cukup? (Catatan: Jika jumlah orang yang dites tidak adekuat, sangat mungkin ada banyak superspreaders* yang dapat membuat kasus COVID-19 tak terkendali). Positivity rate merupakan indikator yang dapat digunakan untuk memahami kedua hal di atas. Angka positivity rate didapat dari (jumlah tes PCR COVID-19 positif) / (jumlah total tes PCR COVID-19 yang dilakukan) x 100%. Angka positivity rate akan tinggi jika: (1) jumlah kasus positif COVID-19 terlalu tinggi, dan (2) jumlah orang yang diperiksa PCR COVID-19 terlalu sedikit. Kedua hal ini sebenarnya saling 23


Info Medis berhubungan. Jumlah kasus positif terlalu tinggi bisa disebabkan karena banyak superspreaders. Superspreader terjadi bisa karena jumlah orang yang diperiksa terlalu sedikit. World Health Organization (WHO) menetapkan angka case positivity rate <5% sebagai salah satu parameter yang menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 dalam keadaan terkendali. Case positivity rate di Indonesia

Pada akhir Oktober 2020, case positivity rate di Indonesia sebesar 14,4%. Artinya, dari 100 orang yang diperiksa PCR, ada 14 orang yang positif COVID-19. Sementara itu, WHO mensyaratkan bahwa dari 100 orang yang diperiksa, idealnya hanya <5 orang yang terdeteksi positif. Angka case positivity rate di Indonesia yang masih melebihi ketentuan WHO ini memiliki tiga intepretasi, yaitu: 1. Jumlah harian orang yang dites PCR COVID-19 di Indonesia masih kurang. Kemungkinan, ada banyak penderita COVID-19 yang tidak terdeteksi sakit. 2. Tingkat transmisi/ penularan COVID-19 di Indonesia masih tinggi. 3. Sangat mungkin bahwa jumlah laporan kasus COVID-19 di Indonesia lebih rendah dari jumlah kasus sebenarnya di populasi (underestimate).

Gambar 1. Perkembangan harian case positivity rate di Indonesia, dibandingkan dengan Amerika Serikat dan India (diunduh dari ourworldindata.org pada tanggal 2 November 2020)

Indonesia, Amerika Serikat, India: siapa yang lebih baik?

Gambar 2. Sepuluh besar negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di dunia (diunduh dari https:// www.worldometers.info/coronavirus/ pada tanggal 4 November 2020)

24

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Info Medis

Gambar 3. Konsep flattening the curve (diunduh dari https://www.npr.org/sections/healthshots/2020/03/13/815502262 tanggal 4 November 2020)

Jika dilihat dari jumlah kasusnya (Gambar 2), Amerika Serikat dan India tercatat sebagai dua negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di dunia. Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia hanya 4% dari jumlah kasus di Amerika Serikat dan 5% dari kasus di India. Tetapi bagaimana dengan positivity ratenya? Mari kita menengok Gambar 1. Jelas terlihat pada Gambar 1 bahwa kurva positivity rate harian di Indonesia lebih tinggi daripada Amerika Serikat dan india! Artinya, Indonesia memiliki kapasitas tes COVID-19 yang lebih rendah dan tingkat penularan COVID-19 yang lebih tinggi, sekalipun laporan jumlah kasus COVID-19 di Indonesia jauh lebih rendah daripada di Amerika Serikat dan India. Lebih lanjut, pada Gambar 1 kita juga bisa melihat bahwa dari bulan April 2020 hingga sekarang (November 2020), belum terlihat ada penurunan positivity rate yang bermakna di tanah air. Artinya, belum ada perubahan kapasitas tes dan tingkat transmisi COVID-19 yang bermakna selama lebih dari 8 bulan pandemi berlangsung. Selain perlu perubahan di level pemerintah dan stakeholder, tenaga medis di lapangan dapat membantu menurunkan positivity rate dengan cara: (1) mendukung pelacakan kasus (contact tracing) jika menjumpai pasien COVID-19 dan memotivasi kontak erat untuk memeriksakan diri, (2) terus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai upaya pencegahan infeksi COVID-19. SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

Dilayani dengan optimal Semua tentu pernah mendengar konsep flattening the curve. Dari perspektif tenaga medis, prinsip sederhana dari konsep ini adalah: satu dokter dapat menyembuhkan 1.000 orang pasien yang datang silih berganti, namun satu dokter tidak dapat menyembuhkan 1.000 orang pasien yang datang bersamaan. Gambar 3 merupakan ilustrasi dari flattening the curve. Sebuah hipotesis dari pakar epidemiologi menyebutkan bahwa: baik dengan melakukan restriksi (kurva berwarna biru) atau tidak melakukan restriksi (kurva berwarna oranye), total jumlah orang yang akan terinfeksi COVID-19 di akhir pandemi akan sama saja 3. Lantas untuk apa restriksi dilakukan? Salah satu tujuan restriksi adalah untuk melindungi sistem layanan kesehatan (digambarkan dengan garis putus-putus di Gambar 3). Ini karena jumlah pasien bisa terus bertambah di tengah pandemi, sedangkan jumlah tenaga medis cenderung konstan. Jika restriksi tidak dilakukan, kurva akan menukik tajam (kurva oranye) dan berisiko membuat sistem layanan kesehatan kolaps. Jika sistem layanan kesehatan kolaps, penanganan kasus COVID-19 tidak optimal, dan akan meningkatkan angka kematian. Melihat konsep flattening the curve dari perspektif tenaga medis, sangat penting bagi Anda, para pejuang garis depan layanan kesehatan, untuk menjaga dan melindungi 25


Info Medis

Gambar 4. Jumlah kasus harian COVID-19 di Indonesia vs UK (diunduh dari https://www. worldometers.info/coronavirus/ pada tanggal 4 November 2020)

diri Anda sendiri dari bahaya COVID-19 di tengah beban kerja dan tuntutan layanan yang meningkat di masa pandemi. Hindari pekerjaan klinis jika personal protective equipment (PPE) tidak optimal. Hindari bekerja melewati batas. Makan makanan bergizi. Sediakan waktu untuk melakukan aktivitas fisik yang cukup. Beri waktu istirahat untuk tubuh dan jiwa Anda. Tujuannya bukan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri, melainkan supaya orang-orang sakit yang datang pada Anda bisa terus dilayani dengan optimal.

Lebih lanjut, sekalipun gelombang epidemi sudah selesai, kecil kemungkinannya COVID-19 akan menghilang (tereradikasi) sepenuhnya di dunia. Sejarah pandemi menunjukkan bahwa sejauh ini dunia baru bisa mengeradikasi dua penyakit penyebab wabah, yaitu pes dan variola. Sementara itu, pandemi lain yang pernah terjadi, misalnya influenza, swine flu, MERS, menjadi penyakit musiman atau wabah di skala yang lebih kecil. Setelah pandemi berlalu, COVID-19 juga diprediksi akan menjadi penyakit musiman atau wabah (outbreak) berulang 5.

Ada second wave COVID-19 di Indonesia?

Jika vaksin sudah siap, berapa lama waktu yang diperlukan sampai pandemi berakhir?

Berdasarkan kurva jumlah kasus COVID-19 harian di Indonesia, saat ini Indonesia berada dalam gelombang pertama COVID-19. Dari kurvanya, belum jelas apakah Indonesia telah melewati puncak pandemi atau masih dalam perjalanan menuju puncak pandemi. Hal ini berbeda dengan negara-negara di benua Eropa, misalnya United Kingdom (UK), yang telah melewati gelombang pertama pandemi dan sekarang mengalami second wave pandemi COVID-19. Seandainya kasus harian COVID-19 di Indonesia menunjukkan tren turun dalam waktu dekat, akankah pandemi berakhir? Ataukah kemungkinan akan muncul second wave COVID-19? Dari sisi epidemiologis, kemungkinan besar second wave akan terjadi saat restriksi mulai dilonggarkan 4. 26

Hal ini belum bisa dipastikan hingga sekarang karena sangat tergantung pada hasil uji klinis tentang efikasi vaksin, seberapa cepat vaksin dapat diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah banyak, dan berapa banyak orang yang divaksinasi. Selain itu, karena COVID-19 ini merupakan pandemi - bukan hanya epidemi di satu negara, seluruh penduduk dunia perlu mendapatkan akses yang sama kepada vaksin. Untuk menciptakan kekebalan komunitas terhadap infeksi COVID-19, setidaknya 60-70% penduduk dunia harus mendapatkan vaksin dengan kualitas baik. Bayangkan, seandainya vaksin COVID-19 selesai dalam waktu dekat, apakah memberi vaksin pada 60-70% penduduk dunia hanya butuh waktu singkat? SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Info Medis

Kesimpulan • Tenaga medis dapat mengukur situasi pandemi COVID-19 dengan memperhatikan angka case positivity rate. • Angka positivity rate yang melebihi batas yang ditentukan oleh WHO menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 di Indonesia belum terkendali, kapasitas tes masih terlalu sedikit, dan tingkat penularan COVID-19 terlalu tinggi. • Flattening the curve akan membuat pandemi berlangsung lebih lama tetapi akan menurunkan angka kematian dan melindungi tenaga kesehatan. • Gelombang pertama pandemi di Indonesia masih berlangsung, dan second wave masih mungkin akan terjadi. • Munculnya vaksin tak serta merta menyelesaikan pandemi dalam waktu singkat. Not one virus moves but by God’s plan. This is meticulous sovereignty. Knowing that the same sovereignty that could stop the coronavirus, yet doesn’t, is the very sovereignty that sustains the soul in it. And not only sustains, but sees to it that everything, bitter and sweet, works together for our good—the good of those who love God and are called in Christ (Rom.8:28-30) – diambil dari buku Coronavirus and Christ oleh John Piper. *Superspreader: seseorang yang tak mengetahui dirinya mengalami infeksi menularkan virus tersebut kepada banyak orang.

Referensi: 1. Kementerian Kesehatan RI. (2020). Penyajian laporan harian COVID-19 melalui sistem online pelaporan harian COVID-19 hingga 20 September 2020 pukul 14.00 WIB. Diunduh pada tanggal 4 November 2020 dari covid19.kemkes.go.id. 2. Korea Disease Control and Prevention Agency. (2020). Laboratory surveillance service for influenza and respiratory viruses. Diunduh pada tanggal 4 November 2020 dari http://www.cdc.go.kr/contents. es?mid=a30328000000. 3. Giesecke J. The invisible pandemic. Lancet. 2020 May 30;395(10238):e98. doi: 10.1016/S01406736(20)31035-7. Epub 2020 May 5. PMID: 32539940; PMCID: PMC7200128. 4. Anderson RM, Heesterbeek H, Klinkenberg D, Hollingsworth TD. How will country-based mitigation measures influence the course of the COVID-19 epidemic?. Lancet. 2020;395(10228):931-934. doi:10.1016/S0140-6736(20)30567-5. 5. Kissler SM, Tedijanto C, Goldstein E, Grad YH, Lipsitch M. Projecting the transmission dynamics of SARS-CoV-2 through the postpandemic period. Science. 2020 May 22;368(6493):860-868. doi: 10.1126/science.abb5793. Epub 2020 Apr 14. PMID: 32291278; PMCID: PMC7164482. *Penulis saat ini bekerja di Department of Clinical Science, Intervention, and Technology Karolinska Institutet, Swedia (Disunting oleh: dr. Sepriani Timurtini L.)

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

27


Info

Jangan Lupa Ketawa

K

etawa itu sehat. Tapi siapa nyangka kalau sekarang ini ketawa kedapatan menyimpan nilai aerobik yang setara dengan lari jauh atau dua set main tenis. Yang bilang Madan Kataria, dokter dari Mumbai, India, yang iseng bikin klub ketawa internasional (LCI) tahun 1995. Jerman kalah perang konon karena Kaisar Wilhelm Hohenzolern sangat takut ketawa. Ia hanya berani tertawa di kamar mandi dan berusaha menahan tidak ketawa di depan rakyatnya. Begitu katanya, rata-rata tabiat para pemimpin diktator. Sebaliknya, presiden demokratis konon lebih doyan ketawa. Franklin Roosevelt, misalnya, senantiasa berusaha tersenyum di depan publiknya karena dirasakan bermanfaat bagi dirinya maupun rakyat Amerika yang merasa sejahtera melihat pemimpinnya rajin tersenyum dan tertawa. Orang-orang di negara sosialis tidak dibiasakan tertawa karena kultur pemimpinnya suka memasang kumis dan rahangnya sedemikian kaku. Mereka sering lupa kapan harus tertawa dan untuk apa, sekalipun mungkin rasa humornya cukup tinggi. Rasa humor sendiri tidak selalu sebanding dengan sering tidaknya orang tertawa. Lin Yu Tang membagi kultur suatu bangsa dalam formula R-D-H-S untuk unsur realism, dream, humor dan sensitivity. Konon orang Perancis dan Cina paling tinggi unsur humornya (H3), sekalipun mereka tidak rajin tertawa. Anehnya orang Rusia yang kaya dengan joke bersama orang Jepang dan Jerman ternyata rendah unsur humornya. Karena bukankah makna humor sendiri pasti lebih luas dari sekadar urusan tertawa belaka. William Fry, ahli jantung Amerika juga bilang kalau ketawa itu identik dengan beraerobik. Ketawa semenit saja sudah memberi relaksasi tubuh sebanyak 40 menit. Seratus kali ketawa setara dengan 10 menit joging. Fungsi ketawa baru bernilai sehat jika sampai

28

terbahak-bahak atau tetawa perut berguncang. Bukan cuma bermanfaat melatih jantung dan paru-paru, tapi otot-otot pundak, lengan, perut, sekat rongga badan maupun tungkai ikut bersenam pula. Tertawa melibatkan juga puluhan otot wajah, suatu kebalikan dari mimik seseorang yang terbiasa dipasang tegang dan angker. Sehingga orang yang rajin tertawa parasnya kelihatan berseri. Tertawa juga bermanfaat mengendurkan hampir sekujur ketegangan, membuat orang merasa lebih longgar dan plong. Bukan bohong kalau tertawa terbukti juga mengurangi penderitaan rasa nyeri selain membuat membuat orang bisa terbebas dari stres batin. Mengapa? Sebab waktu ketawa tubuh memompakan lebih banyak keluarnya endorphine zat penawar nyeri buatan tubuh sendiri. Norman Cusins, misalnya. Ia seorang pasien kerusakan tulang belakang yang nyeri punggungnya tak mereda dengan obat, tertolong oleh kebiasaan tertawanya. Dengan lima menit tertawa rasa nyerinya bisa mereda dua jam. Robert Holden menulis pengalaman serupa, bahwa tertawa merupakan obat terbaik bagi semua pasien rumah sakit. Tapi sayang rumah sakit hampir tak pernah memberi kesempatan kepada setiap pasien untuk banyak ketawa. Apalagi sampai terbahak-bahak. Lebih jauh Dr. Madan Kataria, si dokter Bombay yang hobinya ketawa itu menemukan bahwa tertawa membuat orang bersuka cita penuh, lebih rileks, mengurangi rasa sungkan selain depresi teratasi. Klub sehat dengan ketawa tanpa gimnastik ala Dr. Madan Kataria di Bombay sudah kesohor sampai ke Amerika dan Eropa. Ia ditawari membuka cabang klub ketawa di sana. Bukti lain orang Barat semakin sadar bahwa dirinya sedang menderita ‘penyakit’ kekurangan ketawa. Teknik klub ketawa Dr. Madan sederhana dan murah. Tiap pagi anggota klub berkumpul untuk SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Info

ketawa bersama sebanyak mungkin. Dimulai dengan pancingan yang membangkitkan tawa lewat lelucon-lelucon lokal. Biasanya dengan joke yang berbau porno. Tertawa yang kecil dirangsang terus sampai tertawa terbahak-bahak yang dalam beberapa menit saja sudah menular di antara mereka yang berkumpul. Alhasil setiap hari peserta menemukan rasa kegembiraan yang penuh lewat fitness ketawanya itu. Konon, tertawa itu ada jenisnya, dari yang sekadar tersenyum, tertawa kecil seperti orang mesem, tertawa biasa saja, hingga tertawa yang terpingkal-pingkal sampai perut terguncang. Tertawa terpingkal-pingkal atau tertawa yang sampai mengguncang perut (belly laughter) inilah yang dapat memberi manfaat. Ketawa dibutuhkan semua pihak. Ketawa presiden dan diplomat mungkin bisa menggagalkan rencana perang. Melihat menteri tertawa mungkin bisa meringankan rasa beratnya kehidupan rakyat. Kerasnya hidup membutuhkan ketawa yang lebih banyak. Rasa humor yang tinggi pun meninggikan ketahanan masyarakat yang sedang berada di hadapan segala kepahitan SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

dan kesusahan. Untuk kesehatan jiwa, tertawa merupakan ‘tablet mujarab’ yang bisa berfungsi sebagai vitamin batin, boleh untuk semua umur, ketika mimpi sering susah menjadi kenyataan. Kita merasakan betapa kehidupan sekarang kerap memikul rupa-rupa krisis, namun ketawa ternyata mampu menangkal segala efek samping kehidupan maupun penghidupan orang sekarang yang sekarang terasa sudah semakin tidak sehat begini. Dengan ketawa bukan cuma jiwa kita menjadi tangguh, raga kita pun semakin bugar dibuatnya. Sudah waktunya menaikkan dosis harian ketawa terbahak-bahak kita, asal tidak sewaktu upacara bendera atau saat hening dalam ibadah gereja. Jangan takut atau ragu, semakin tinggi dosis ketawa, semakin bugar pula jiwa raga kita. Ketawa merupakan bagian dari menjadi bermaknanya hidup kita. Selagi ketawa belum punya efek samping, terpingkal-pingkallah karena pada akhirnya kita semua toh memang mesti menangis juga. [dari pelbagai sumber/tnp]

29


Etika Kolegial Etikolegal Layanan Telemedis di Era Pandemi Oleh: dr. Fushen, M.H., M.M., FISQua

T

elemedis, berasal dari kata tele yang berarti jarak jauh, dan medis yang berarti bersifat kedokteran. Secara umum telemedis dapat diartikan sebagai layanan yang menggunakan fasilitas komunikasi jarak jauh untuk memberikan layanan kedokteran / kesehatan. Fasilitas yang digunakan dapat berupa audio (telepon, rekaman suara), video (panggilan video, rekaman video), situs internet, aplikasi daring atau berbasis internet, dan berbagai alat / teknologi lainnya. Pengguna telemedis dapat melibatkan interaksi antar dokter-dokter, dokter-pasien, penyedia layanan dengan dokter, penyedia layanan dengan pasien, dan berbagai pihak lain yang mungkin terlibat. Tujuan dan manfaat telemedis dapat berupa penyampaian edukasi, penapisan awal pasien, konsultasi medis, dan tatalaksana penyakit sesuai dengan batasan yang wajar. Layanan telemedis memberikan manfaat yang sangat besar, khususnya dalam mengatasi permasalahan jarak / geografis, waktu, dan keterbatasan sumber daya manusia. Dalam kondisi pandemi COVID-19, layanan telemedis memberikan manfaat yang besar dalam hal keselamatan atau keamanan dari infeksi virus. Seperti kita ketahui bahwa penyebaran virus COVID-19 berhubungan dengan ventilasi, durasi kontak, dan jarak kontak; layanan telemedis menghilangkan risiko penularan COVID-19 secara langsung. Pada sisi lain, layanan telemedis juga masih memiliki beberapa kekurangan khususnya terkait dengan kualitas layanan, regulasi yang belum mendukung, dan keamanan dari kerahasiaan data medis. Kekurangan tersebut masih menjadi tantangan yang terus berkembang sejalan dengan berbagai kesempatan yang muncul karena perkembangan teknologi. Dalam konteks pandemi COVID-19, secara umum diskusi terkait kelebihan dan kekurangan layanan telemedis masih terkait kualitas layanan

30

dan kerahasiaan data. Mengacu pada KODEKI pasal 7 bahwa, “Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya”. Pada cakupan pasal 7 ayat 1, “Dalam memberikan surat keterangan medis/ahli atau ekspertis dan pendapat ahli apapun bentuk dan tujuannya, dokter wajib mendasarkan isinya pada fakta medis yang diyakininya benar sesuai dengan pertanggungjawaban profesinya sebagai dokter”. Layanan telemedis dan kualifikasi dokter yang dihasilkan dari pendidikan kedokteran yang ada hingga saat ini belum dapat memberikan kepastian mutu dalam hal pemeriksaan kesehatan kepada pasien melalui layanan telemedis. Anamnesis yang dianggap dapat dilakukan melalui media komunikasi audio visual, tetap masih menyisakan celah bagaimana seorang dokter dapat memberikan penilaian terhadap kondisi pasien berdasarkan data / informasi yang diperoleh dari media tersebut. Pemeriksaan fisik masih menjadi tantangan besar dalam layanan telemedis. Selain itu, pemanfaatan telemedis untuk konsultasi antar dokter meskipun secara etis tidak banyak permasalahan yang dijumpai, tetap perlu memastikan jaminan mutu pemeriksaan dan tindak lanjut antar dokter tersebut. Kerahasiaan data erat kaitannya dengan KODEKI pasal 16 bahwa, “Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia” dan pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Etika Kolegial 2008 tentang Rekam Medis, “setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis”, dan UndangUndang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 47 ayat 2, “rekam medis harus dijaga dan disimpan kerahasiaannya oleh dokter dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.” Dalam konteks layanan telemedis, keamanan data baik di sisi dokter, pasien, penyedia layanan kesehatan, pembuat aplikasi, serta penyimpan data belum memiliki jaminan yang baik. Dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan terhadap layanan telemedis, hal ini menjadi tantangan yang perlu disikapi baik oleh pemerintah, organisasi profesi, praktisi, maupun masyarakat. Teknologi digital, kesiapan infrastruktur, dan layanan telemedis memberikan manfaat yang besar terkait penyebaran informasi publik. Bila dimanfaatkan dengan baik, layanan telemedis dapat menjadi sarana edukasi yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan. Namun, perlu diwaspadai juga potensi negatif dari perkembangan akses informasi tersebut dengan adanya penyebaran berita atau informasi yang tidak benar (hoax). Alkitab tidak membahas secara langsung mengenai pemanfaatan layanan telemedis dalam praktik sehari-hari. Namun, unik bila definisi telemedis disematkan pada peristiwa dalam Yohanes 4:46-54, ketika seorang pegawai istana datang kepada Yesus untuk meminta kesembuhan bagi anaknya yang tidak langsung berjumpa dengan Yesus. Hasil akhir dalam peristiwa tersebut Tuhan Yesus berhasil memberikan kesembuhan dengan kualitas yang baik dan kerahasiaan yang terjaga. Mengacu pada peristiwa tersebut, maka dalam pemanfaatan layanan telemedis yang perkembangannya jauh lebih cepat daripada regulasi yang ada, kita harus senantiasa mengingat bahwa kualitas layanan dan kerahasiaan profesi adalah hal penting yang tidak dapat diabaikan. Sebuah refleksi yang menarik juga dapat kita telaah bahwa Yesus tidak melakukan pelayanannya untuk komersil, tidak ada imbalan atau honorarium yang diberikan oleh pegawai istana kepada Yesus. Bagaimana dengan SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

penerapan telemedis dalam praktik profesi dokter? Sebagai profesi luhur sudah sepatutnya prinsip altruisme menjadi yang utama, penting bagi kita untuk menempatkan keluhuran profesi dalam pelayanan jauh di atas faktor finansial atau material atas pelayanan yang kita berikan kepada orang yang membutuhkan. Dari sudut pandang bisnis yang bersifat transaksional, risiko akan timbul akibat transaksi uang dan layanan. Seorang yang membayar sejumlah uang akan memiliki harapan yang tinggi terhadap kepastian kesembuhan. Layanan kesehatan sendiri tidak dapat memberikan kepastian kesembuhan sehingga konsep transaksi terapeutik hanya membatasi “janji” dokter untuk memberikan layanan yang terbaik, bukan kepastian kesembuhan. Namun, dalam konteks telemedis yang disertai dengan keterbatasan informasi konsep tersebut perlu dikaji lebih mendalam, apakah dengan keterbatasan informasi artinya dokter telah memberikan layanan yang terbaik? Apakah imbalan atau honorarium yang diberikan oleh pasien sudah setara atau dapat dinilai dengan layanan yang diterima? Artikel singkat ini mengantar kita pada kenyataan bahwa regulasi yang ada dan perkembangannya belum dapat menjadi payung bagi layanan telemedis, perkembangan teknologi sangat mungkin berkembang dengan sangat cepat dan menghasilkan berbagai manfaat dan tantangan dalam layanan telemedis, faktor kualitas, kerahasiaan data, dan sifat profesi akan membawa kita pada pertimbangan-pertimbangan dalam keterlibatan kita di layanan telemedis. Keterlibatan anak Tuhan dalam berbagai bidang strategis sangatlah bermakna, termasuk dalam perkembangan layanan telemedis. Namun, sebagai anak Tuhan kiranya kita senantiasa mengingat bahwa apapun yang kita kerjakan selayaknya membawa orang di sekitar kita untuk mengenal dan menikmati Tuhan. Mengutip bagian akhir dari kisah anak pegawai istana yang disembuhkan, “Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: “Anakmu hidup.” Lalu iapun percaya, ia dan seluruh keluarganya.” (Yohanes 4:53). 31


LAPORAN

Terbentuknya PMdK Jambi Oleh: drg. Alfrida M. Panggabean

“Semua kar’na anugrah-Nya dibrikan-Nya pada kita Semua anugrah-Nya bagi kita bila kita dipakai-Nya� Pujian itulah yang layak dinyanyikan dikala terbentuknya PMdK Jambi. Semua karena anugerah-Nya - setelah delapan tahun bergumul akan adanya persekutuan medis di Perkantas Jambi. Saat itu, saya rindu akan hadirnya persekutuan medis di Perkantas Jambi dengan pertimbangan bahwa pergumulan tenaga medis dalam hal ini dokter/dokter gigi berbeda dibanding dengan profesi lain. Atas dasar itu, saya mengomunikasikan hal tersebut kepada staf mahasiswa untuk bersedia menjadi PKK jika ada mahasiswa/i kedokteran yang mau dibina dalam Kelompok Kecil. Puji Tuhan, ada enam 6 orang mahasiswi angkatan 2011 yang mau dibina dan saya pimpin dan empat orang mahasiswa dipimpin oleh suami saya (drg. Bernard). Sejak itulah PMK UNJA mulai aktif kembali dari yang sebelumnya hanya dihadiri sedikit mahasiswa dan mahasiswa yang ikut kelompok kecil itulah yang menjadi pengurus persekutuan tersebut. Sejak saat itu, pemuridan di kelompok kecil medis terjadi. Saya pun ikut memimpin KK mahasiswa FKIK angkatan 2015 sebanyak 5 orang, dan suami memimpin 5 orang. Setiap bulan, kami pun mengadakan Ibadah Medis di Perkantas Jambi, tetapi hanya bertahan lebih kurang dua tahun karena mahasiswa yang hadir hanya beberapa orang dan dengan berbagai

32

pertimbangan maka ibadah medis ini digabung dengan ibadah PMKKJ. Di masa pandemi COVID-19, saya mengajak kembali AKK saya angkatan 2011 yang sudah menjadi dokter untuk KTB kembali (daring) dan puji Tuhan kami mulai KTB kembali sejak Mei 2020 sesudah kurang lebih lima tahun tidak ada pertemuan (KTB) karena mereka setelah menyelesaikan masa internship-nya kembali ke daerah masing-masing. Sementara, angkatan 2015 tetap KTB melalui daring. Saya tetap memimpin KK angkatan 2018, yang sampai saat ini masih berjalan. Pada bulan Juni 2020, diadakan pertemuan PMdK seluruh Indonesia oleh PMdN Perkantas melalui daring (online), saat itulah saya mengingat kembali komitmen saya untuk membentuk PMdK di Perkantas Jambi. Saya pun mengusulkan kepada BPP dan staf untuk memfasilitasi kami, untuk mendapat masukan dari pengurus PMdN. Puji Tuhan di bulan yang sama, terbentuklah tim PMdK Jambi (masih dalam bentuk Tim) dengan 11 orang pengurus dan saya sebagai ketua. Saat ini, dalam Tim PMdK Jambi masih bergabung mahasiswa koas dan alumni dengan program yang masih dijalankan yaitu ibadah 1 kali dalam 1 bulan, memperhatikan dan mempertahankan KTB. Terpujilah Allah untuk segala kebaikan serta kasih karunia-Nya yang memperhatikan kerinduan kami memiliki persekutuan medis setelah delapan tahun yang akhirnya digenapi. Soli Deo Gloria...

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Laporan

TASK FORCE COVID-19 PERKANTAS: UPDATE REPORT Shallom para sahabat PMdN, Memasuki bulan Oktober 2020, terjadi peningkatan jumlah kasus COVID-19 di sebagian besar negara-negara di Eropa. Hal ini sebagian dikaitkan dengan dimulainya hari libur yang dirayakan di sana, yang dimulai dengan Halloween dan Thanksgiving, dan akan berlanjut dengan Natal dan Tahun Baru. Beberapa negara sudah mengumumkan diberlakukannya kembali “lockdown”, dalam upaya untuk mengantisipasi dampak pandemi dan memperlambat laju transmisi di komunitasnya. Ini semakin menegaskan apa yang kami sampaikan sebelumnya bahwa: The virus doesn’t move, people move it. Ini logika sederhana, namun begitu sulit bagi masyarakat dunia untuk menerapkannya. Di dalam negeri, persiapan-persiapan untuk vaksinasi COVID-19 terus dilakukan oleh pemerintah. Vaksinasi merupakan harapan dunia untuk menyelesaikan pandemi secara bertahap. Sesuai dengan sifat alamiah dari virus ini maka dibutuhkan cakupan imunisasi sebesar 70% di masyarakat sebagai syarat keberhasilan. Hal tersebut erat kaitannya dengan ketersediaan vaksin dan tingkat kepatuhan masyarakat dalam menerima vaksinasi. Pemerintah sudah meneken perjanjian untuk membeli vaksin dari China dan Inggris dalam jumlah besar untuk vaksinasi tahap pertama. Sayangnya, laporan survei LaporCovid-19 terbaru menunjukkan masyakarat Indonesia lebih yakin dengan keamanan, keselamatan, dan kehalalan vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh produsen dalam negeri, di samping masih adanya kelompok masyarakat yang belum sepenuhnya yakin dengan efektivitas vaksinasi. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri untuk mencapai target cakupan imunisasi di atas dan ini tentunya juga menjadi beban kita bersama, termasuk Task Force (TF) COVID-19 Perkantas untuk memastikan program Vaksinaksi SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

COVID-19 di Indonesia berjalan sesuai dengan yang direncanakan, agar Indonesia segera terbebas dari pandemi ini. “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” - Efesus 2:10 Saat ini, TF COVID-19 Perkantas terbagi ke dalam beberapa tim kerja yang menyesuaikan perannya dengan perkembangan kebutuhan terkini di lapangan, yaitu manajemen kasus, logistik, kesehatan mental, kebijakan kesehatan serta media dan komunikasi. Ada 17 kasus terkonfirmasi COVID-19 yang telah difasilitasi oleh tim manajemen kasus baik dalam penyediaan APD, dukungan di fasilitas kesehatan termasuk test laboratorium. TF sungguh bersyukur dapat mengambil bagian dalam kesulitan dan kegalauan keluarga yang anggotanya terinfeksi COVID-19. Ada yang orang tuanya terpisah di luar negeri sedang anaknya memerlukan fasilitas perawatan, ada yang hampir seluruh keluarga intinya terinfeksi, bahkan ada yang harus lebih dahulu meninggalkan kita semua dan menimbulkan banyak kesedihan. Kiranya pendampingan yang diberikan TF dapat terus menguatkan saudara-saudara kita yang berjuang di tengah pandemi ini. Tingginya kasus kematian tenaga medis akibat terinfeksi COVID-19, direspon segera oleh Tim Manajemen Kasus yang bersinergi dengan Tim Surveilans, mengerjakan proyek berupa 3 seri Webinar dengan fokus kepada pencegahan dan pengendalian infeksi. Webinar ini dihadiri oleh ratusan peserta yang mayoritas merupakan tenaga medis (lihat gambar 1). Seperti kita ketahui, melalui wawancara di kompas. com, perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan bahwa per 10 November 2020 sudah ada sebanyak 282 tenaga medis yang meninggal akibat COVID-19. 33


Laporan

Gambar 1. E-poster rangkaian webinar TF bagi tenaga medis

Pada Juli 2020, TF COVID-19 Perkantas bekerjasama dengan progam siaran Sahabat Medis Perkantas (SINTAS) dari Pelayanan Medis Nasional (PMdN) mengadakan webinar mengusung tema kesehatan mental bagi tenaga medis (lihat gambar 2). Kedepannya tim kesehatan mental juga akan meluncurkan video edukasi singkat yang dapat menjadi panduan mandiri bagi para tenaga kesehatan dan individu yang berada di dalam jangkauan layanan Perkantas. Dengan materi yang shareable, diharapkan dampak pelayanan ini makin kuat terasa di tengah situasi pandemi yang meletihkan

tubuh dan mental, yang nampaknya masih belum akan segera berakhir. Sebagai upaya mendukung pemerintah dalam menanggulangi COVID-19, maka tim media dan komunikasi turut melakukan kampanye mengenai protokol kesehatan melalui media sosial. Beberapa upaya yang telah dilakukan yaitu dengan menjadi narasumber di program SINTAS bagi masyarakat awam (gambar 3), mempopulerkan hashtag #YukPakaiMasker #YukJadiBerkat melalui template foto profil yang bisa diunduh (gambar 4), lomba video berdurasi singkat (gambar 5), webinar berjudul “Jadi Berkat dengan Pakai Masker� di akun youtube Perkantas Indonesia (gambar 5), serta serial flyer hasil kerjasama dengan Beneran Indonesia (gambar 6). Dalam tiga bulan kedepan akan kembali direncanakan rangkaian webinar berupa 6 sesi informasi dan edukasi COVID-19 bagi awam yang bekerjasama dengan tim kebijakan kesehatan dan SINTAS.

Gambar 2. E-poster dan SINTAS layanan kesehatan mental TF COVID-19 Perkantas

34

Tim logistik dan call center telah menyelesaikan pengiriman 592 paket APD kepada individu maupun institusi jejaring Perkantas di seluruh Indonesia per 6 November 2020 (lihat gambar 7-10). Paket yang dikirimkan bervariasi sesuai dengan stok dan dana yang tersedia. Sebagian besar paket tersebut dibeli langsung oleh tim logistik, dan sisanya merupakan sumbangan langsung dari para donatur. Kedepannya diharapkan TF dapat kembali mengirimkan donasi APD dengan fokus utama pada gaun re-use, faceshield, hand gloves, masker SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Laporan bedah dan N95. Selain itu, tim logistik juga mengirimkan bantuan APD kepada rekan-rekan yang ditangani oleh tim manajemen kasus. Kita di Indonesia masih belum pasti apakah libur Natal dan Tahun Baru akan berdampak pada peningkatan tajam dalam jumlah kasus COVID-19. Mari kita terus upayakan dan doakan agar protokol Kesehatan terus diterapkan dengan tidak kendor sedikitpun. Sementara kami Tim TF COVID-19 Perkantas akan terus mendukung

tenaga medis di garda terdepan lewat penyediaan APD, mendukung manajemen kasus COVID-19 dan memberikan pelayanan kesehatan mental untuk tenaga medis, pasien/keluarga pasien yang membutuhkan serta menyampaikan edukasi/informasi yang benar tentang aspekaspek COVID-19 di tengah banyaknya hoax tentang COVID-19 dan vaksinnya yang beredar di tengah masyarakat.

Gambar 3. E-poster rangkaian webinar TF dan SINTAS bagi awam

Gambar 4. Template foto profil kampanye masker TF

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

35


LAPORAN

Gambar 5. Gambar 5. E-poster webinar dan lomba video kampanye masker

Gambar 6. Serial E-flyer kampanye masker TF dan Beneran Indonesia

36

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Laporan

Gambar 7. Donasi APD tiba di RS Panti Waluyo Solo

Gambar 9. Donasi APD tiba di Tobelo, Maluku Utara

Pelayanan TF COVID-19 Perkantas bisa terus berjalan sampai saat ini karena anugerah Tuhan semata melalui topangan doa dan kemurahan hati para rekan-rekan yang sudah rela berbagi di tengah masa sulit ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan mendorong rekan-rekan semua, untuk terus membawa pelayanan ini dalam doa-doa saudara serta menggumulkan di hadapan Tuhan bagaimana saudara dapat terus berkontribusi dalam pelayanan ini. Kami berkomitmen untuk menatalayani setiap dukungan yang diberikan dengan bertanggung jawab dalam takut akan Tuhan. Bagi rekan-rekan yang tergerak untuk SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

Gambar 8. Donasi APD tiba di klinik gigi drg Rani, Ternate

Gambar 10. Donasi APD tiba di RS Bethesda, Serukam

membantu pelayanan TF COVID-19 Perkantas, dapat menyalurkan donasi melalui: Rekening BCA 1063305000 a.n. Yayasan Perkantas Narahubung: - Rudi Andika (085647107432) - PMDN / Jacqueline (087884522383) Salam dalam kasih Kristus,

37


Dari Suku ke Suku Suku Duano:

Berperan Penting

S

uku Duano tinggal di dua negara yaitu Indonesia dan Malaysia. Konon, ada sekitar 16.000 jiwa di Indonesia dan 2.500 jiwa di Malaysia. Masih belum jelas kapan migrasi dari Indonesia ke Malaysia tersebut terjadi tapi bisa dipastikan kampung halaman asli orang Duano adalah di Indonesia. Di Indonesia mereka tinggal di desa-desa di sepanjang pesisir pantai timur Propinsi Riau di Kabupaten Bengkalis dan Indragiri Hilir sampai ke Propinsi Kepulauan Riau. Nama lain orang Duano sering disebut juga orang Laut, orang Asli dan orang Kuala (muara sungai). Ada juga yang menyebut mereka Orang Selat Secara historis, dahulu, Orang Duano berperan penting dalam Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor. Mereka menjaga selat-selat, mengusir bajak laut, memandu para pedagang ke pelabuhan kerajaan tersebut, dan mempertahankan hegemoni

38

mereka di daerah tersebut. Bahasa Orang Duano memiliki kemiripan dengan Bahasa Melayu dan digolongkan sebagai Bahasa Melayu Lokal. Saat ini mereka umumnya bekerja sebagai nelayan. Seperti suku Bajau, Orang Duano kadang-kadang dijuluki “kelana laut�, karena mereka hidup berpindah-pindah di atas perahu. Mencari kerang Mata pencaharian utama masyarakat Suku Duano sebagai nelayan yang mencari kerang takkan lekang - oleh waktu, menikah, berkeluarga, lalu menjadi orang tua, begitu kehidupan terus berputar dan berkelanjutan di tepian sungai Indragiri, berhadapan dengan laut. Suku Duano sangat berani dalam menghadapi alam, masyarakatnya berani menantang alam yang begitu ganas, menongkah kerang siangmalam tanpa kenal takut. SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Dari Suku ke Suku

Pengasilan yang mereka dapatkan tergantung dari kondisi alam sebab jika alam tidak bersahabat seperti angin kuat mereka tidak dapat melaut walaupun dipaksakan mereka tidak juga mendapatkan hasil yang sesuai. Pada kondisi seperti inilah mereka selalu mencari celah pencaharian lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka, ada sebagian kecil dari mereka yang berdagang, namun ada juga yang bekerja sebagai tukang rumah dan tukang pompong/ketek, sementara masyarakat yang tidak mempunyai keterampilan selain melaut mereka tetap melaut setelah angin agak teduh. Jika pada musim barat atau musim gelombang tinggi nelayan sangat susah untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan laut. Pada saat itulah harga ikan meningkat, nelayan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan sebayak mungkin walaupun dengan risiko yang sangat besar. Pada musim barat ikan sangat susah didapat hasil tangkapan laut yang masih dapat diharapkan hanyalah kerang, pada waktu sore hari angin teduh nelayan berlomba-lomba untuk menangkap kerang di pantai sebayak SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

mungkin, namun jika semua cara itu tidak dapat mereka tempuh jalan terakhir adalah meminjam uang ke toke/bos pembeli ikan dan semua hasil tangkapan laut. Orang Duano disebut Suku Laut karena mereka umumnya tidak menempati lahan kering tapi menempati pesisir laut, dan membangun rumah di atas air baik laut maupun muara sungai. Mereka memiliki tradisi leluhur Manongkah yang hingga kini tetap dilestarikan. Tradisi ini terbilang unik dan langka di dunia. Manongkah sebuah aktivitas tradisional yakni menangkap kerang (Anadar Granosa) di hamparan padang lumpur dengan menggunakan sebilah papan. Kalau kita lihat sekilas aktivitas Manongkah ini mirip dengan peselanjar. Hanya saja objek dan teknik yang digunakan jauh berbeda dengan selanjar. Saat mencari kerang di permukaan lumpur, Orang Duano bak peselancar profesional, papan sebagai alat paling efektif bergerak cepat di lumpur yang di dayung menggunakan kaki dan tangan sesuai arah yang dituju. Aktivitas berburu kerang ini dilakukan oleh warga setempat pada 39


Dari Suku ke Suku saat air Sungai Indragiri Hilir sedang surut. Pada saat itu hamparan daratan lumpur dengan mudah dilalui menggunakan sebilah papan berukuran sekitar 30 cm dan panjang lebih dari 1,5 meter. Pemandangan langka ini hanya dapat ditemukan di perkampungan Orang Duano. Kini tradisi leluhur itu terus dipertahankan. Pernah, pada tahun 2008, Manongkah massal yang dilakukan komunitas Suku Duano mendapat penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan kategori menongkah massal yang melibatkan lebih dari 500 peserta. Untuk tetap mempertahankan tradisi leluhur budaya negeri, komunitas Suku Duano sudah bertekad mendaftarkan Manongkah sebagai hak kekayaan intelektual Suku Duano ke komite dewan warisan dunia dibawah naungan UNESCO. Kini Manongkah memiliki potensi yang luar biasa dalam mengangkat sektor pariwisata di Kabupaten Indragiri Hilir dan menjadi even pariwisata andalan Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Semua orang Duano beragama Islam namun pada praktiknya hampir semua tidak menjalankan kewajiban sebagai orang Islam pada umumnya, seperti shalat 5 waktu. Perkembangan Pendidikan anak masyarakat Suku Duano jika dibandingkan dulu dengan sekarang sudah ada kemajuan/peningkatan, hal ini dapat dilihat dari minat anak-anak mereka untuk sekolah sudah ada dan dorongan dari orang tua juga sudah ada. Sebelumnya anakanak Suku Duano dididik hanya dengan tradisi turun temurun dari generasi tua ke generasi muda tentang cara menjadi nelayan, mulai dari membuat alat penangkap ikan seperti membuat jala, jaring, membuat pancing dan alat-alat lainya, bukan hanya itu saja yang diajarkan melainkan sampai dengan memakainya untuk menangkap ikan, hal ini sudah mereka ajarkan sejak dari masa kecil sampai usia produktif. Pada masa itu mereka sangat buta dengan pendidikan formal, namun sekarang hal itu masih tetap mereka ajarkan secara turun temurun kepada anak cucu mereka tetapi pendidikan formal juga mereka berikan kepada anak cucu mereka. 40

Terkait kesehatan mereka, yang masih perlu ditangani serius adalah kebersihan diri, rumah dan lingkungan. Karena mereka tinggal di atas laut, kekurangan air bersih untuk minum dan kebutuhan air untuk MCK (Mandi Cuci Kakus) menjadi masalah rutin. Juga, kebiasaan membuang sampah di laut di sekitar rumah mereka menyebabkan sampah tertumpuk di sekitar rumah, karena biasanya aliran air laut di sekitar rumah tidak berjalan dengan baik karena terhalang oleh tiang-tiang rumah. Kasus penularan virus Corona atau COVID-19 di Propinsi Riau saat ini mengkhawatirkan, bahkan dinilai sudah tak terkendali lagi. Tak hanya di Kota Pekanbaru yang melonjak, di Kabupaten Indragiri Hilir juga begitu. Data di website corona.riau.go.id per Senin 12 Oktober 2020, tercatat sudah 268 orang di Indragiri Hilir yang terkonfirmasi positif COVID-19. Sumber: Profil Suku-suku Terabaikan di Indonesia; IPN-Indonesia, 2017

Kedamaian bukanlah ketidakhadiran masalah. Kedamaian adalah kehadiran Allah. - Anonim -

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Teropong Doa Tak ada hal yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk dibawa kepada Allah. Mari kita berdoa. PAMd NTT 1. Doakan Kesehatian BP dan komitmen pelayanan agar pelayanan perintisan ini dapat terus tekun dikerjakan. 2. Doakan tiap BP maupun anggota persekutuan agar memiliki kerinduan untuk mengikuti PB (Persekutuan Besar) dan PA yang ada. 3. Doakan tiap KTB agar tetap gigih dalam pemuridan, sekalipun di tengah pandemi. 4. Doakan proyek Misi di desa Tenlenu, Oeekam, TTS. Berbagai program kerja yang akan dilaksanakan berupa upaya perbaikan gizi, ketahanan pangan keluarga melalui budikdamber, pembinaan rohani agar dicukupkan dalam segala kebutuhan pelayanan. Doakan pimpinan Gereja, Kepala Desa maupun setiap orang atau pihak yang terlibat agar sungguh-sungguh dalam menolong dan membangun masyarakat daerah Tenlenu.

3. Berdoa untuk pembentukan kelompok KTB dan persiapan hati CPKTB. 4. Doakan persiapan ibadah Natal pada tanggal 19 Desember. 5. Bersyukur untuk persekutuan pra-alumni sesi terakhir (tanggal 1 Desember) dan sesi sharing bersama dr. Jerry (tanggal 10 Desember). Kiranya setiap alumni dipersiapan menjadi tenaga medis yang takut akan Tuhan. 6. Doakan rencana tentir dari alumni PMKK Universitas Dipenegoro yang rencana akan diadakan tahun depan. Saat ini sedang proses untuk membagikan form survey kebutuhan dari alumni. Kiranya dapat berjalan dengan baik. 7. Berdoa bagi kesehatan teman-teman mahasiswa dan studi (terkhusus UAS, skripsi, KKN, koas).

5. Doakan 25 orang donatur Alumni Medis yang mau mengambil bagian dalam memberikan perpuluhan maupun dana misi. Kiranya Tuhan sendiri yang akan menggerakkan hati masingmasing donatur dalam memberi bagi pelayanan ini. 6. Bersyukur untuk penyertaan Tuhan atas pelaksanaan Training Saline (TS) pada tanggal 22-23 Agustus 2020 dan evaluasi 3 bulanan TS pada tanggal 28 November 2020 lalu. Pelayanan Medis Semarang 1. Doakan untuk regenerasi pengurus, agar Tuhan sediakan orang yang benar-benar Tuhan panggil dan peka akan panggilan tersebut. 2. Berdoa agar teman-teman pengurus tetap semangat melayani khususnya di masa pandemi saat ini. SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

41


Teropong Doa Pelayanan Medis Nasional 1. Bersyukur Gathering Mahasiswa Baru Medis Nasional yang sudah berlangsung tanggal 31 Oktober yang lalu dan Gathering Pelayanan Medis Indonesia Timur I dan II tanggal 13 November dan 27 November 2020 lalu. Kiranya gathering yang sudah diadakan dapat memberkati dan menguatkan setiap pesertanya, khususnya dalam melayani di kampus dan daerahnya masing-masing. 2. Doakan agar setiap pertemuan, pembinaan melalui webinar ataupun siaran-siaran di media daring dapat menguatkan, memperlengkapi dan menguatkan setiap mahasiswa dan alumni medis tetap setia dan taat.

pakai mendukung pelayanan medis nasional baik dalam daya, dana dan doa. Doakan untuk kebutuhan dana operasional dan pelayanan PMdN, kiranya Tuhan dapat terus cukupkan dan Tuhan terus gerakan setiap alumni medis mendukung pelayanan ini. 4. Bersyukur untuk Raker PMdN yang berlangsung tanggal 30 November-3 Desember 2020. Kiranya setiap program yang sudah didiskusikan bersama untuk pelayanan tahun 2021 dapat dikerjakan dengan mengandalkan Tuhan dan menjawab kebutuhan pelayanan medis mahasiswa dan alumni di Indonesia.

3. Bersyukur untuk setiap orang yang terus Tuhan

42

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Humoria Melanggar Karena terburu-buru mengantar anaknya yang berusia 8 tahun ke sekolah, seorang ayah berbelok ke kanan di perempatan padahal saat itu lampu lalu lintas sedang menyala merah. “Gawat, Nak! Ayah baru saja melanggar lampu merah!” kata sang ayah. “Tidak apa-apa, Yah!” kata anaknya, “Polisi di belakang kita juga baru saja melakukan kesalahan yang sama.” Kelelahan Sepulang dari kebaktian Natal, seorang istri pendeta berbaring di sofa karena kelelahan. Ia menumpahkan kekesalannya, “Aduuuh, saya benar-benar merasa capek.” Sang suami memandangnya dan berkata, “Saya heran dengan kamu. Saya telah memimpin dua kebaktian Natal kemarin malam. Hari ini memberi lima kali khotbah. Lalu, kenapa kamu yang merasa kelelahan, Bu?” Dengan wajah masam sang istri menjawab, “Masalahnya, saya harus duduk mendengarkan semua khotbah itu, kan?”

The Swan Orang tua teman saya terus menerus berdebat tentang nama pub tempat pertama kali mereka berkencan puluhan tahun yang lalu. Sang istri yakin jika nama pub itu adalah The White Swan, sementara sang suami bersikeras nama pub itu The Black Swan. Suatu kali, mereka berdua kebetulan berkendara melintasi tempat itu. Ternyata nama pub tersebut adalah The Swan.

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

43


Humoria Biar Sumbang, Asal Dengan Cinta Pada acara kumpul keluarga, kami meminjam mesin karaoke, dan putriku meminta neneknya yang berusia 90 menyebutkan lagu yang ingin dia dengar. Pilihan neneknya adalah lagu Unforgettable milik Nat King Cole. Kemudian tiga orang di antara kami mencoba menyanyikan lagu itu. Setelah selesai, putriku memeluk neneknya sambil berkata dengan lembut, “Kami menyanyikan lagu itu karena kami sayang Nenek.” Nenek menjawab, “Dan aku mendengarkan karena aku sayang kamu.”

Aku Gak Sehijau Itu, Loh Cowok: “Kamu kenapa gak pesen makanan?” Cewek: “Di sini gak ada sayuran. Aku gak bisa makan daging.” Cowok: “Oh, kamu vegetable, ya?” Ruang Bersalin Di sebuah Rumah Sakit terdengar suara keras orang adu mulut. “Pak, Pak, kalau ganti baju jangan di sini. Apalagi, copot celana sembarangan!” kata suster. “Lho, salah saya apa suster. Siapa yang copot celana di sini. Suster pasti yang ngintip,” jawab suara laki-laki. “Pak, di sini bukan tempat ganti baju,” tandas suster. Si pria tak mau kalah, “Kata siapa, ini bukan tempat ganti baju? Coba suster baca tulisan di pintu, di situ tertulis ‘Ruang Bersalin’.” Bahan tulisan: Dari berbagai sumber/*tnp

44

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Historia Si Penghalau Rasa Sakit Saat Operasi

A

nda yang pernah menjalani operasi pembedahan di rumah sakit, pasti tahu rasanya kehilangan kesadaran. Di meja operasi, begitu obat anestesi dimasukkan ke dalam tubuh, perlahan-lahan… mak less, lalu tidak ingat apa-apa lagi. Setelah operasi selesai dan kesadaran perlahan-lahan muncul, rasanya otak sudah mulai sadar tapi tubuh lemas tidak berdaya. Kita mungkin akan penasaran: apa begini rasanya kalau mabuk berat? Istilah anestesi berasal dari bahasa Yunani yang berarti hilangnya sensasi. Antara anestesi dan mabuk memang beda tipis. Menurut sejarahnya, nitrogen oksida, yang kini dijadikan obat anestesi, awalnya digunakan untuk mabuk-mabukan. Orang menyebutnya “gas tertawa”, karena kalau dihirup, orang akan tertawa-tawa, mirip mabuk narkoba. Gas ini juga dipakai dalam pertunjukan lucu-lucuan di panggung. Penonton sukarela maju untuk menghirupnya, lalu bertingkah lucu. Namun suatu kali, ada seorang penonton yang malah mengamuk. Ia berkelahi sampai terluka, tapi tak merasakan sakit. SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

Di tengah penonton ada seorang dokter gigi, Horace Wells, yang kemudian memakai gas tertawa untuk anestesi. Rekan kerjanya diminta untuk mencabut gigi gerahamnya yang sudah bolong dan ternyata berhasil. Tapi saat harus mendemonstrasikan percobaan ini, tahun 1844, di depan para dokter di Boston, ia malah gagal. Wells dianggap menipu dan kemudian minggat ke Eropa. William Thomas Green Morton, rekan Wells, tetap melanjutkan uji coba gas tertawa dalam pembedahan. Charles Jackson, seorang rekan Morton, menganjurkan untuk memakai eter. Karena hasilnya bagus, sejak itu eter lazim digunakan di Amerika Serikat. Sementara itu di Eropa, para dokter mengikuti Wells untuk menggunakan nitrogen oksida. Wells dipuji dan disanjung. Ternyata belakangan antara Wells, Morton, dan Jackson (yang merasa ikut berjasa) saling mengunggulkan diri dan merasa telah menemukan obat anestesi. Kisah ini harus berakhir tragis karena Wells mati bunuh diri, Morton bangkrut dan mati di usia 49 tahun, serta Jackson mati dalam keadaan hilang ingatan. 45


Historia Penemuan Morton tidak diakui lantaran diketahui eter sudah ditemukan sejak abad 13. Bahkan sebenarnya manusia sudah mencoba menggunakan bermacam zat penahan rasa sakit jauh berabad-abad Sebelum Masehi. Umumnya berbahan herbal, seperti opium pada bangsa Sumeria (4200 SM), Siprus (1100 SM), India (300 SM), dan Cina (200 SM). Bangsa Indian Inca menggunakan koka, orang Persia memakai olahan anggur, dan ilmuwan zaman kejayaan Islam menggunakan bahan narkotika. Ketika obat anestesi belum populer, dokter melakukan operasi dengan cara dibedah secepatcepatnya. Tak peduli pasien jejeritan kesakitan, bahkan pingsan. Pasien tidak berdaya, pasrah, karena tubuhnya dipegangi orang banyak. Pada 1500-an, seorang asal Jerman bernama Valerius Cordus mencoba memisahkan etanol (etil alkohol) dan asam sulfat. Dari hasil penemuannya, dia menetapkan dan mencatat sifat-sifat dari eter terutama mudah menguap. Itulah awal utama eter ditemukan. Setelah saat itu, eter dikembangkan menjadi obat kudis dan radang paru-paru yang sering digunakan banyak orang. Pengetahuan mengenai anatomi tubuh manusia berkembang sangat pesat terutama pada abad ke 17 dan 18. Selain itu, ditemukan juga beberapa jenis gas seperti karbon dioksida, oksigen, dan nitrous oxide, yang nantinya akan sering dipergunakan dalam proses anestesi. Tercatat, pada tahun 1799, Sir Humphrey Davy menyarankan penggunaan Nitrous Oxide sebagai pereda rasa nyeri, berdasarkan hasil penelitian bahwa ada 2 efek akibat menghirup gas ini yaitu euforia dan analgesia. Pada tahun 1884, Horace Wells menggunakan gas yang sama dalam melakukan pencabutan gigi. Pada tahun 1846, William Morton (murid dari Horace Wells) mendemonstrasikan penggunaan ether sebagai bentuk anestesi. Kala itu, Morton mengangkat benjolan yang ada di leher Gilbert Abbot dengan sukses tanpa adanya rasa sakit. Penggunaan anestesi mulai berkembang pesat. James Simpson menjadi seorang pionir dalam penggunaan anestesi untuk wanita yang sedang melahirkan, yang kemudian menggunakan 46

chloroform sebagai pengganti ether sejak tahun 1847. Penggunaan chloroform ini semakin meluas, dimana Dr. John Snow di London menggunakannya untuk membantu Ratu Victoria dalam melahirkan Pangeran Leopold pada tahun 1853 dan Putri Beatrice pada tahun 1857. Dalam perkembangannya, dokter memadukan kloroform dan eter sebagai obat bius. Dokter militer AS menggunakannya saat Perang Saudara. Eter dan kloroform kadangkadang dicampur sebagai anestesi majemuk. Meskipun banyak dokter dan perawat memiliki pengalaman menggunakan eter pada saat Perang Saudara, kloroform menjadi lebih populer selama konflik itu, karena sifatnya yang berdampak lebih cepat. Selama Perang Sipil, kloroform digunakan mengurangi rasa sakit dan trauma akibat amputasi. Penggunaan eter dan Kloroform menurun setelah pengembangan anestesi inhalasi yang lebih lebih aman dan lebih efektif. Pasien dihadapkan pada situasi yang nyaman dan daya tahan lama pada anestesi modern. Selain itu, kloroform tak diperbolehkan dan terbukti dapat merusak liver dan ginjal. Sampai saat ini, digunakan dalam pembuatan fluorakarbon, campuran obat batuk pilek dan produk pasta gigi. Penemuan dalam bidang anestesi berlanjut dengan ditemukannya regional anestesia dengan menggunakan cocaine. Pada tahun 1942, penggunaan curare sebagai cara untuk membuat otot lebih relaks diperkenalkan, dan hal ini memungkinkan penggunaan anestesi dalam jumlah secukupnya saja. Ada juga cara-cara nonfarmakologi, seperti hipnosis. Teknik yang berkembang di ilmu pengobatan Timur ini tidak benar-benar punah, seperti yang kini dipakai pada melahirkan dengan bantuan hipnosis (hypnobirthing). Teknik lain bisa menggunakan es untuk membekukan saraf, sehingga rasa sakit tidak akan dirasakan oleh otak. [dari pelbagai sumber/tnp]

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Dari Sana Sini

Sopir Ambulans yang Murah Hati

S

opir ambulans bernama Kees Veldboer bukan sembarang sopir. Ia dianggap berjasa membantu ribuan orang yang sakit keras mewujudkan keinginan terakhir sebelum meninggal dunia. Selama lebih dari 10 tahun, warga Belanda berusia 60 tahun ini membantu pasien yang sakit keras mewujudkan “keinginan terakhir� sebelum meninggal dunia, seperti menikmati pantai, pergi ke museum, stadion olahraga, pergi ke gereja, hingga menikmati ladang bunga yang tengah mekar.

Veldboer bahwa ia ingin bertemu Paus. Veldboer mencari informasi dan disimpulkan bahwa keinginan ini bisa diwujudkan. Paus biasa menemui langsung warga Katolik yang berkunjung ke Vatikan. Ia lantas mencocokkan jadwal dengan harapan ia dan pasien perempuan yang ia bawa bisa melihat Paus secara langsung. Tentu bukan pekerjaan mudah, jarak Rotterdam-Vatikan sekitar 1.600 kilometer. Singkat kata, ia berhasil membawa pasien ini ke Vatikan.

Berpacu dengan waktu ke Vatikan

Merindukan laut

Veldboer mengatakan salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah berpacu dengan waktu membawa pasien yang ingin berkunjung ke Roma sebelum menghembuskan napas terakhir.

Veldboer sudah banyak membantu memenuhi permintaan terakhir para pasien, banyak di antaranya yang tidak biasa. Ia pernah membawa pasien ke kandang kuda karena pasien ini ingin mengucapkan selamat tinggal. Ia juga sering membantu pasien yang ingin berpamitan dengan hewan piaraan mereka. Yang lebih sering adalah keinginan pasien untuk melihat rumah

Ini terjadi pada 2013. Seorang perempuan berusia 60-an tahun, yang hanya bisa tergolek lemah di tempat tidur, mengatakan kepada

Veldboer mendirikan yayasan yang membantu orang yang mendekati kematian mewujudkan keinginan terakhir.

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

47


Dari Sana Sini

dan kampung, juga menonton laga olahraga, ke museum, kebun binatang atau akuarium untuk terakhir kalinya. Menyayat hati Baginya menemani anak muda menemui kematian sering kali sulit dan membuatnya sangat sedih. Pada 2009 Veldboer mendapat panggilan telepon dari seorang anak muda yang ingin membawa pulang kekasihnya. “Sang kekasih ini sakit-sakitan karena kanker. Pacarnya ingin membawa pulang agar ia bisa melihat apartemen baru yang ia beli,� kata Veldboer. Setelah mendapat izin dari dokter, Veldboer membantu pasien ini melihat apartemen baru tersebut. “Pasien ini dan pacarnya menghabiskan beberapa jam di apartemen baru tersebut. Kemudian saya bawa lagi pasien ini kembali ke rumah sakit. Beberapa jam kemudian ia meninggal dunia,� kata Veldboer. 48

Di perjalanan ia berbincang-bincang dengan pasien tersebut. Veldboer bertanya apakah ada tempat yang sangat ia rindukan dan dijawab bahwa pasien ini ingin bisa melihat kapal dan laut. Dari sini, Veldboer menelepon pengelola pelabuhan Rotterdam dan bertanya apakah boleh membawa pasien ke pelabuhan. Pihak pelabuhan membolehkan. Akhirnya, dengan bantuan dua rekan dan pada hari libur kerja, Veldboer membawa pasien ini ke tepi laut untuk bisa melihat dan menikmati ombak. Pasien yang tengah menjemput kematian ini mengalami perubahan emosi yang luar biasa. Bantuan cuma-cuma Dalam dua tahun pertama, ia masih bisa menjadi relawan yayasan memenuhi keinginan para pasien dan pada saat yang sama tetap bekerja sebagai paramedik. Namun, makin lama jumlah pasien yang ingin dibantu mewujudkan keinginan terakhir semakin banyak. Akhirnya ia mundur dari rumah sakit dan SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Dari Sana Sini

bekerja penuh di yayasan. “Yayasan kami sudah membantu hampir 15.000 orang pergi ke tempat-tempat yang mereka sukai [sebelum mereka meninggal dunia]. Saya sendiri membantu memenuhi keinginan ribuan orang,” kata Veldboer. Ia mengatakan orang-orang yang dibantu ini sangat senang. “Inilah yang membuat saya selalu termotivasi,” katanya. Veldboer sekarang punya tujuh ambulans dan membantu mendirikan yayasan serupa di 14 negara. Yayasan ini tidak mengejar keuntungan dan pasien tidak dipungut biaya. Yayasannya tidak mendapat bantuan dari pemerintah dan menggantungkan biaya operasi dari donasi. Percakapan yang sulit Pasien bisa membawa dua orang saat memenuhi keinginan terakhir. Namun sering kali, tidak ada percakapan sama sekali. “Banyak orang tak mau berbicara tentang kematian. Para perempuan biasanya berbicara tentang ini dengan suami mereka, namun lakilaki enggan membicarakannya dengan istri,” kata Veldboer. SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

Ia biasanya mendorong pasangan untuk membicarakan kematian ini secara terbuka. “Saya kadang duduk bersama mereka dan begitu ada pembicaraan, saya pergi. Begitu saya kembali, biasanya mereka menangis.” Kebaikan hati orang-orang yang tidak dikenal sangat membantu pasien yang sakit keras. “Ada orang yang menerima kematian dengan hati terbuka, ada pula yang tak mau menyerah. Bahkan di waktu-waktu terakhir, mereka masih yakin bisa melawan kematian,” kata Veldboer. Ia mengatakan sebagian besar orang yang ia dampingi merasa bahagia dengan hidup yang dijalani. Hanya beberapa saja yang mengatakan kecewa. Lantas, bagaimana dengan dirinya sendiri? Apa yang ingin ia lihat atau lakukan sebelum menghembuskan napas yang terakhir? “Sulit mengatakannya sekarang... mungkin bagi saya, saya ingin ditemani anak-anak saya di saatsaat terakhir nanti.” [sumber:BBC News Indonesia/tnp]

49


Dari Sana Sini

Empat Negara Ini Akan Mulai Vaksinasi

S

ejumlah kandidat vaksin untuk mengatasi virus corona belakangan ini dilaporkan telah menunjukkan efektivitas tinggi. Misalnya, vaksin COVID-19 yang diproduksi Pfizer dan BioNTech serta vaksin yang dibuat oleh Moderna. Kedua vaksin tersebut diklaim memiliki tingkat efektivitas sekitar 95 persen dan tidak memiliki efek samping. Dengan kabar ini, sejumlah negara pun mulai mempersiapkan proses vaksinasi untuk kelompok-kelompok tertentu. Tercatat sudah ada empat negara yang akan melakukan vaksinasi dalam waktu dekat, berikut daftarnya: Amerika Serikat. Dikutip dari CNN, Minggu (22/11/2020), Kepala Program Vaksin Amerika Serikat (AS) Moncef Slaoui mengatakan orang AS pertama bisa mendapatkan vaksin virus corona pada pekan kedua Desember 2020, jika semuanya berjalan sesuai rencana. Menurutnya, vaksin COVID-19 akan dikirimkan ke lokasi imunisasi dalam waktu 24 jam sejak disetujui. “Jadi saya pikir mungkin pada hari kedua setelah disetujui, yaitu pada 11 atau 12 Desember 2020, semoga orang pertama akan diimunisasi,” kata Slaoui. Berdasarkan rencana, jelas dia, penduduk perlu divaksinasi agar kehidupan kembali normal, yang kemungkinan terjadi pada Mei 2021. Slaoui berharap tingkat persepsi negatif terhadap vaksin menurun dan penerimaan masyarakat meningkat. “Kebanyakan orang perlu divaksin sebelum kami dapat kembali ke kehidupan normal,” kata dia. Jerman. Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn menyebut dapat mulai memberikan suntikan vaksin virus corona kepada warganya paling cepat bulan depan. “Ada alasan untuk optimistis bahwa akan ada persetujuan untuk vaksin di Eropa tahun ini,” kata Spahn dikutip dari The Guardian, Senin (23/11/2020). Spahn juga telah meminta negara bagian federal Jerman untuk menyiapkan pusat vaksinasi pada pertengahan Desember. Jerman telah

50

mengamankan lebih dari 300 juta dosis vaksin melalui Komisi Eropa, kontrak dan opsi bilateral. Spanyol. Spanyol akan memulai program vaksinasi komprehensif pada Januari 2021, dan diharapkan dapat mencakup sebagian besar populasi dalam tiga bulan. “Program akan dimulai pada Januari 2021. Sebagian besar populasi akan dapat divaksinasi pada kuartal pertama tahun itu,” kata Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez. Selain itu, Negeri Matador juga telah membentuk komite untuk menetapkan siapa yang lebih dulu menerima vaksin. Inggris. Pemerintah Inggris akan memberikan persetujuan peraturan untuk vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech minggu ini. Bahkan, izin tersebut keluar sebelum Amerika Serikat, menurut laporan dari kantor berita Telegraph, Minggu (22/11/2020). Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris juga telah diberitahu agar mempersiapkan diri mengelolanya pada 1 Desember 2020. Namun, Departemen Kesehatan Inggris tidak berkomentar tentang waktu vaksinasi pertama akan diberikan. Seorang juru bicara mengatakan, proses otorisasi oleh regulator medis Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan (MHRA) tak bergantung pada pemerintah. Inggris secara resmi meminta regulator medisnya, MHRA, pekan lalu untuk menilai kesesuaian vaksin Pfizer-BioNTech. Jika regulator setuju, jutaan dosis vaksin itu akan tersedia pada akhir tahun. [sumber: Kompas.com/tnp]

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Antar Kita Ayo Tertawa!

“Tertawa adalah upaya tanpa sadar untuk mencerahkan suasana,” kata Jo-Anne Bachrowski, psikolog dari Universitas Vanderbilt. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa ketika menonton cuplikan film lucu, pria tertawa 13 kali saat bersama teman-teman pria, dan hanya delapan kali saat bersama rekan-rekan perempuan. Sementara itu, tawa ceria wanita hanya 12 kali saat bersama-sama teman prianya dan tujuh kali ketika berkumpul dengan sesama rekan wanitanya. “Pria menganggap wanita yang tertawa lebih menarik,” kata Jo-Anne. Secara tak sadar, pria akan merespon tawa seorang wanita secara positif. Di lain pihak, pria umumnya lebih sering tertawa bersama pria agar mereka terlihat sebagai kawan, bukan lawan.

kita dengan baik, kata Boaz Keysar, profesor psikologi dari Chicago University, yang telah melakukan suatu studi tentang kesalahan dalam berkomunikasi. Lalu bagaimana kiat untuk menghindari kesalahpahaman?

“Bukan Begitu Maksud Saya”

3. Pancing orang yang Anda ajak bicara untuk mengulangi pernyataan Anda. Misalnya dengan mengatakan, “Sudah jelas atau belum kata-kata saya?”

Pernahkah Anda bertengkar dengan kekasih akibat salah paham yang sederhana? Tidak mengherankan. Kita biasanya memang terlalu yakin bahwa kita telah menyampaikan pikiran

4. Simaklah dengan baik. Kala pembicara selesai, ajukan pertanyaan untuk memastikan Anda telah menangkap dengan benar.

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

1. Jangan percaya pada isyarat. Orang yang kita ajak bicara sering mengangguk, menatap mata, atau berkata “ooh” agar terkesan sopan, atau membiarkan pembicaraan berlanjut. Tapi belum tentu dia memahami ucapan kita. 2. Latih benak Anda agar dapat menyusun kata dengan jernih. Misalnya, jangan mengatakan, “Betty mendiskusikan masalah dengan suaminya,” (masalah siapa?), tapi katakan, “Betty membicarakan masalahnya dengan suaminya.”

51


Antar Kita Menata Koper Praktis Frustrasi karena koper Anda tidak muat menampung seluruh bawaan selama liburan? • Letakkan semua di atas tempat tidur dan pisahkan menjadi kelompok-kelompok • Susunlah barang-barang yang tidak gampang kusut, seperti pakaian dalam dan T-shirt, di bagian bawah koper agar berfungsi sebagai bantalan. • Baru di atasnya, diletakkan pakaian yang mudah kusut, seperti baju terusan dan blazer, dalam keadaan terlipat dua. • Gulunglah pantalon agar tidak kusut, dan susun di bagian bawah tepi koper. • Satukan peralatan mandi dalam kantong plastik untuk mencegah kebocoran. • Letakkan sepatu di dekat engsel koper dengan posisi tumit sol sepatu kiri menempel pada ujung depan sol sepatu kanan. Isi bagian dalam sepatu dengan kaos kaki. • Hindari menyimpan benda-benda berharga, obat-obatan, kunci atau dokumen perjalanan di dalam koper. Sebaiknya simpan semua itu dalam tas terpisah yang selalu Anda bawa ke mana-mana.

Bakar-bakaran, Yuk! Bersantai di rumah saat akhir pekan? Mengapa tidak mengadakan pesta barbekyu bersama seluruh anggota keluarga saja? Tempat. Halaman belakang yang mungil atau sudut kebun bisa digunakan untuk lokasi memanggang. Pilihlah tempat terbuka agar makanan yang dipanggang tidak masuk ke dalam rumah.

kawat yang sederhana pun bisa dimanfaatkan dengan meletakannya di atas tungku arang. Pilih arang berkualitas baik, atau gunakan saja batok kelapa. Makanan. Daging sapi, ayam, seafood, sosis, daging burger, bahkan jagung bisa dibakar menjadi hidangan barbekyu. Jangan lupa, rendamlah bahan-bahan tersebut beberapa lama dalam bumbu sebelum dibakar. Selamat berpesta!

Lilin Bebas Lelehan Sering menyalakan lilin di rumah? Atau, terpaksa melakukannya akibat terkena giliran pemadaman listrik? Kalau begitu, Anda pasti tahu betapa repot membersihkan lelehan lilin yang mengenai meja atau tempat lilin yang Anda gunakan. Ini dia cara praktis agar terhindar dari kerepotan itu. • Gunakan pengering rambut untuk mencairkan lelehan lilin yang sudah mengeras. Butuh waktu dan tingkat panas yang tinggi bila lelehan itu tebal dan sudah lama menempel. Angkat lelehan itu bila sudah mencair, lantas bersihkan permukaan yang terkena lelehan dengan lap. • Beli lilin anti-leleh di toko. Anda juga bisa membuat lilin tersebut sendiri. Caranya mudah. Pertama, buatlah larutan air asin (semakin asin semakin baik), lalu rendam lilin di dalam larutan untuk beberapa jam, kemudian keringkan lilin dan nyalakan. • Simpan lilin di kulkas agar lilin tak mudah meleleh. Sumber: Reader’s Digest Indonesia

Perlengkapan. Pilih panggangan yang agak besar agar bisa menampung beberapa makanan. Tidak perlu panggangan yang tinggi. Panggangan 52

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Antar Kita

Sopan Santun Ala Dunia

G

lobalisasi semakin menambah rumit masalah sopan santun. Di negara asal, boleh jadi Anda seorang tokoh panutan yang disegani. Tapi di tempat lain, bisa saja Anda dianggap tidak punya sopan santun. Saat bepergian ke luar negeri, tentu kita tak mungkin mengenal adat istiadat suatu tempat dalam 1-2 hari saja. Kenyataannya, tuan rumah pun tak berharap demikian. Yang terpenting adalah menunjukkan bahwa Anda memiliki sikap sopan santun yang tepat. Tak ada yang lebih memalukan dibanding salah kostum. Memakai kimono tidak sekonyongkonyong menjadikan Anda orang Jepang, sekalipun Anda memaksakannya. Coba Anda bayangkan betapa menggelikannya bila ada orang Jepang berkeliling London dengan memakai Kilt, kostum khas pria Skotlandia. Untunglah pakaian untuk kegiatan bisnis lebih bersifat universal, jadi kecil kemungkinan kita akan salah kostum. Paling aman, hindari pakaian minim, terutama saat bepergian ke negara-negara Islam. Portugal. Orang Portugal terkenal gila sepak SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

bola. Jika Anda penggemar atau setidaknya pernah mendengar nama Eusbio, Figo, CR-7, maka orang Portugal akan merasa cocok dengan Anda. Jangan lupa memuji kelezatan makanan gaya Mediterania mereka. Tapi hati-hati di jalan, sebab lalu-lintas di Portugal dikenal sebagai salah satu yang paling berbahaya di dunia. Jerman. Orang Jerman seringkali digambarkan sebagai orang yang cekatan, dapat diandalkan, tepat waktu dan tidak memiliki rasa humor. Buang segera anggapan bahwa mereka bukan lawan bicara yang enak diajak berhumor. Malahan, membicarakan Hitler juga tak tahu. Telat 15 menit masih bisa diterima, lebih dari itu, Anda dianggap pencuri waktu. Yang terpenting - tak cuma pria Jerman sebetulnya - mereka memanjakan mobil mereka tiap hari Sabtu. Denmark. Orang Denmark tidak suka negaranya dianggap yang terkecil di antara negara-negara Skandinavia lainnya. Mereka senang bercanda dan sindir menyindir. Hal penting untuk diingat: bulan Juli dan Agustus adalah musim panas dan saatnya bersenangsenang. Jadi bukan saat yang tepat untuk melakukan pertemuan bisnis. 53


Antar Kita Finlandia. Bersiaplah menerima undangan mandi uap di sauna pribadi tuan rumah. Memiliki sauna merupakan kebanggaan bagi mereka. Kecuali Anda punya alasan masuk akal, sebaiknya penuhi saja undangan itu. Perancis. Apabila roti bagel yang disajikan kepada Anda belum diiris, langsung potong dengan tangan. Tuan rumah wanita mengharapakan tamu membawa karangan bunga, sampanye, atau cokelat. Mencium pipi merupakan hal yang umum di seluruh benua Eropa, namun jangan menempelkan bibir ke pipi. Yunani. Orang Yunani yang “berpendidikan” tidak akan mau menandatangani kontrak perjanjian pada hari Selasa tanggal 1. Pasalnya, Selasa adalah hari runtuhnya Kekaisaran Bizantium. Kebiasaan ini menggambarkan besarnya penghargaan bangsa Yunani kepada peradaban masa lalu mereka yang gilang gemilang. Jangan pernah bersalaman dengan jemari terenggang, karena dianggap sebuah penghinaan. Topik pembicaraan yang harus dihindari adalah seputar konflik Yunanyi dengan Turki, negara tetangganya. Di Yunani, anggukan kepala ke bawah artinya “ya” dan ke atas artinya “tidak.” Amerika Serikat. Di negara ini, tidak mudah menerka tingkat keakraban dalam bergaul. Orang dengan mudah menyapa Anda dengan nama depan Anda, bertanya mengenai negara asal dan tempat tinggal Anda sebelum tibatiba meninggalkan Anda sambil bilang “see you later.” Tapi jangan terlalu dipikirkan. Memulai pembicaraan bisnis adalah seni tersendiri. Awali dengan obrolan seputar hal-hal ringan semisal olahraga – bangsa Amerika gandrung olahraga – sebelum perlahan Anda membahas topik bisnis yang sesungguhnya. Anda seorang perokok? Siapsiap terusir dan terpaksa merokok di area khusus yang sudah disediakan pemilik gedung. Meski orang Amerika gemar minumal alkohol, minum minuman keras di larang di jalan-jalan umum. Kaum wanita sebaiknya mencukur bulu ketiak dan kaki. Kebersihan dan kerapian berpakaian adalah hal utama di negeri ini. Usahakan mandi sebelum bepergian. 54

Brasil. Warna-warni dan kebebasan adalah ciri orang Brasil. Sejak tahun 2000, wanita diizinkan untuk berjemur tanpa penutup dada di pantai-pantai Rio de Janeiro. Yang asyik untuk diperhatikan adalah kebiasaan memberi salam orang Brasil. Biasanya dimulai dengan cium pipi kiri dan kanan dan ditambah ciuman ketiga yang kira-kira artinya “semoga Anda cepat menikah.” India. Negara ini memiliki sistem kasta atau golongan sosial yang kaku. Orang India sadar akan hal yang satu ini sehingga sebagian dari mereka enggan membahasnya dengan orang asing. Copot sepatu Anda sebelum masuk ke rumah seseorang atau rumah peribadatan. Saat berbaring, ujung kaki tidak boleh mengarah ke gambar atau patung dewa. Dilarang bermesraan di tempat umum. Tidak gemar minuman alkohol, jadi usahakan tidak memberikan hadiah berupa anggur atau sejenisnya kepada tuan rumah Anda. Jepang. Orang Jepang mempunyai cara untuk membungkuk saat memberikan salam. Membungkuk sedalam 45 derajat cukup dianggap sopan. Orang asing biasanya diberi salam dengan jabatan tangan. Di Jepang, lantai bukan hanya tempat berjalan, tapi juga tempat duduk dan tidur. Jadi, lepaskan sepatu Anda sebelum memasuki kediaman seseorang. Apabila seseorang bersin, orang Jepang akan memalingkan muka dan pura-pura tidak melihatnya. Mereka sangat menghormati orang yang lebih tua. Australia. Sebelum ke negara Kanguru ini, ada baiknya Anda melengkapi diri dengan informasi seputar olahraga Cricket. Kalau tidak, jangan menyesal kalau dikucilkan dalam sebuah pembicaraan. Dialek Inggris orang Australia sangat spesifik, tapi masih bisa dipahami dan dipelajari. Mereka cepat akrab dengan orang asing, jadi bukan hal aneh jika dalam waktu singkat, Anda sudah disapa dengan nama depan Anda. */tnp, dari beberapa sumber

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Antar Kita Segenap redaksi Majalah Samaritan, Pengurus dan Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas Mengucapkan :

Selamat Ulang Tahun Desember

16

dr. Gerry Christian

17

drg. Eveline M. Liman, Sp.KG

17

dr. Lukas D. Leatemia, M.Kes, M.Pd.Ked, M.Sc

17

dr. Viola Irene Winata

17

Ns. Rita Astuti Sormin

18

drg. Bobby Ricardo G

19

drg. Setiawan Kusuma

19

Ns. JD Dian K. Kudadiri

20

dr. Dessy Setiawati

20

dr. Purnama Nugraha, M.Kes

20

dr. Gladies Steissy Kembuan

21

dr. Lucky Sarjono Buranda

22

dr. Ade Henka Sinurat

22

dr. Budiani Christina N.M

22

dr. Jeremia Mone

22

drg. Sri Rahayu Soetedja, Sp.Perio, MARS

1

drg. Destrin Pantriani

1

dr. Boy A. Sihite, Sp.PK

1

dr. Dessy Adeliana

2

dr. Debora O. Gunawan

2

dr. Naomi Felisia Tika

2

dr. Endang Lukitosar

3

dr. Fiona Amelia

4

dr. Chenny Muljawan, MARS

5

dr. Richardo R Handoko

5

dr. Yonathan Kristiono Gunadi

6

dr. Evaline Pasak

7

dr. Christian Beta Kurniawan

7

dr. Sinthania Karunia MT

8

dr. Desta Nur Erwika Ardini

9

dr. Evan Marulitua Sitorus

9

dr. Arida Sumbayak

9

dr. Dodi Hendradi, SpOG

22

dr. Bagus S.J. Pattiwael

9

dr. Melva Desintha Sirait

22

drg. Marceliana

9

dr. Seri Ulina Barus

23

dr. Merry Anne N.S

10

dr. Rianita Keloko

23

dr. Natanael Untario

12

dr. Melissa A. Tjahyadi, Sp.A

25

Ns. Dorkas N.N. Wulandari

13

dr. Christine Natalita, Sp.A

25

dr. Messia P. Raharjo

14

dr. Christi A. Arung Labi

26

dr. Indah Puspajaya

15

dr. Sisca N Siagian, Sp.JP

27

dr. Herfina Y. Nababan

15

dr. Desmida A. Gultom

28

Ns. Ratnawati

16

drg. Cynthia D. Kusnadi

28

dr. Sapto H. Kriswanto, MARS

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

55


Antar Kita 28

dr. Christy A. Wulandari

12

dr. Yohana Elisabeth Gultom

29

dr. Dermaida Simamora

12

dr. Susilawaty

29

drg. Esther R.R. Hutagalung

30

dr. Gloria Tanjung

13

dr. Fernando Rumapea, Sp.A, MPH, M.Kes

30

dr. Amanda Jane Pricilla

13

dr. Julfreser Sinurat

30

dr. Tony Tatambihe, Sp.OG

13

dr. Mariana Nicolina Sompie, MPH

13

dr. Hery Lenardo Gultom

14

drg. Iiyani Henyda Tarigan

14

dr. Lovina Ria Rumata Pane

15

dr. Sri Sjamsudewi, Sp.Rad

15

dr. Christine V. Sibuea, M.Biomed

15

Frida Ervina D.Sitorus, SKM

16

drg. Noryken Sitorus

16

drg. Kristina Silaban

17

dr. Anti Mangi Mangampa

18

drg. Evawanti Sihotang

18

drg. Debora Herawati Sadrach

20

dr. Astuti. H. Toban

21

drg. Natalia B. L. Soriton

21

Ns. Rhista Christanti S. Putri

22

dr. Heriyannis Homenta, M.Biomed

22

dr. Widodo Raharjo, Sp.PD

23

drg. Eva Lestari Hutapea

23

dr. Nona Notanubun, K.M.Kes

24

drg. Susanti Trisnadi

24

dr. Jahja Zacharia, Sp.A

25

dr. Margaretha Kendenan, Sp.PD

26

dr. Thressia Hendrawan

27

dr. Kristellina S. Tirtamulia, Sp.A

27

dr. Lasmauli Situmorang

27

dr. Irna Indri Keles

27

dr. Kezia Sondang Mukti

30

dr. Herawati Lianto

Januari

56

2

dr. Artono Isharanto, SpB, SpBTKV

2

dr. Jessy Ansye Caroles

2

dr. Verawaty Simorangkir

3

dr. Daniel Huri

3

dr. Sandra Olivia Frans

5

dr. Dewi Citra Puspita

6

drg. Setiawan Surjawidjaja

6

dr. Yenny Sinambela

6

drg. Melkior Pancasiyanuar

7

drg. Sienny Santoso

7

dr. Yenny Tanoyo

7

dr. Yos Bungalangan

7

dr. Jack Poluan

8

dr. Chandralina Pakpahan

9

dr. Yoan Sara Mose

9

dr. Veradita Sitorus

10

dr. Biliater Sinaga, SpOG

10

dr. Ernest Eugene Gultom

10

dr. Enda Esthy L. Sitepu, IPTU

10

dr. Janeline Rivana Sefty Tengor

10

dr. Jeffrey Wibowo

11

dr. Raissa Vaniana Hartanto

12

dr. Trijanto A. Noegroho, M.Kes, Sp.KK

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Februari

15

dr. Lady Margaretha Febriany Sirait

16

dr. Ronald Sitompul

1

Ns. Marthalena Siahaan

2

dr. Chandrawati Santoso

17

dr. Anita Ratnawati, Sp.KFR

2

dr. Vera Diane Tombokan

17

dr. Eko Wulandari, Sp.PK

2

dr. Cristian Risky Pirade

17

drg. Marice Herlina

3

dr. Andreas Andoko

17

dr. Heri Sutrisno Prijopranoto, Sp.PD

3

dr. Ellen Roostaty Sianipar, Sp.A

18

dr. Helda Andriany Mangayun

3

dr. Lidya Heryanto, Sp.KJ

20

dr. Sanggam Sinambela, Sp.JP

3

dr. Helendra Taribuka

21

drg. Lidia Kartika Perangin-Angin

4

dr. Prasarita Esti Pudyaningrum

21

drg. Rusmawati Sianturi

4

dr. Henni Tipka

21

drg. Liza Noah Febriana Marpaung

5

dr. Ermawaty Karo-Karo

5

dr. Eveline Ndraha

22

dr. Kartika Cindy Fibrian

6

dr. Ingried Sira

23

dr. Amalia Berhimpon

7

dr. Victor Ferdinand Joseph, Sp.JP

23

Pdt. drg. Barkah, Sp.KG

8

dr. Bernard T. Ratulangi, Sp.PK

23

dr. Kurniawan, M.Sc, Sp.PK

8

dr. Monalisa L. Tobing

23

dr. Elius T. Butarbutar, Sp.Rad

8

drg. Eventina Doriska Tambunan

23

dr. Sisilia Dewanti

9

dr. Andre Reppi

24

dr. Tine Tombokan

9

Ns. Rizkia Felisanny Pical

25

dr. Linda Kartika Sari, Sp.KJ

9

dr. Candra Sari Kusumaningrum

25

dr. Atmajaya N. Tamba

9

dr. Vekky Sariowan

26

Ns. Estefina Makausi

10

dr. Erly Rahayu

26

dr. Suryana Aruan

10

Ns. Ice Hendriani S

26

dr. Atalya Vetta Widarto

10

dr. Anita Ratnawati, SpKFR

27

dr. Marisa Perucana Sinambela

10

dr. Ruth Nindya Yessica Tambunan

28

dr. Febrina Ruth Wuwung

11

dr. Ferdiana Sarunggallo

11

Ns. Fitriany Saragih

11

drg. Missy Mercia

13

dr. Imelda Rosmaida Siagian

13

dr. Westri Elfilia Arthanti, Sp.Rad

13

drg. Linda Nieck

14

dr. Elisa Feriyanti Pakpahan, Sp.JP

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

Maret 1

dr. Hendra Ginting

1

dr. Martha Handoko

2

dr. Anugrah Riansari, M.Kes

2

dr. Satria Mula Habonaran Simatupang 57


Antar Kita

58

2

dr. Elizabeth Thea Rahmani

16

dr. Surya Abadi Kristyoadi

3

drg. Jenny Megawati, Sp.KGA

17

dr. Andreas Tedi Suryanta Karo-Karo

3

dr. Nungky Nugroho Wibisono, Sp.OG

17

Ns. Luli Hanna Restina Panjaitan

4

dr. Alva Juan, MPH

17

dr. Renny Marlina Toreh

5

drg. M. Grace Lumempouw, Sp.Pros

17

dr. Sorta Rosniuli Sianturi

5

dr. Boni Aditia Ginting

18

dr. Rachmat Purwata, Sp.KJ

5

dr. Stephanie Pangau, MPH

18

dr. Erika Yohana Hutagalung

6

dr. Lianda Tamara

18

dr. Marlina Butar-Butar

7

dr. Togu Johanes

22

dr. Iswahyudi, Sp.B

7

dr. Anggiat Silaen

22

dr. Lenny Senduk

9

dr. Samuel Sih Reka Prawidya

22

drg. Martini Rotua Nainggolan

10

dr. Petriana Primiastanti, Sp.PK

24

dr. Alsapan Thengkano

11

dr. Erni Gultom, MHSM

24

dr. Mario Marbungaran Hutapea, Sp.M

11

dr. Menny Sri M. Saragih

24

dr. Wieka Budhiwidayanti

11

dr. Indah Maria Adistana

25

dr. Stephanie Darda Susilowati

12

Ns. Arny Merylani Kurnia Sinlae

26

dr. Arnold Radjagukguk

12

dr. Veronica Djunaedi

26

dr. Roy Maret Tarigan

12

dr. Lusiana Batubara

26

dr. Merki Rundengan, MKM

13

dr. Frans M. Pasaribu

26

dr. Ritha Mariati Sembiring, M.Ked.K.J

13

Ns. Tisan Meily Runtu

27

dr. Fanny Listiyono

13

drg. Deo Develas

28

dr. Grace Kambey

14

dr. Diana Adriani Banunaek

29

dr. Andy Samuel Saragih

14

dr. Milana W

30

dr. Rismauli Veronika P. Aruan

14

dr. Sigit Kusuma Jati

30

dr. Benyamin Sihombing, MPH

14

dr. Novian Wibowo, Sp.S

30

dr. Thadea Odilia Tandi

14

Sri Paulina R.U. Kaban, SKM

31

14

dr. Alva Juan, MPH

dr. Carolina Damayanti Marpaung, Sp.Pros

15

dr. Cornelia Barbalina Parinussa

15

dr. Masye Kalendesang

15

dr. Grace Duma Mawarni Hutahaean

15

dr. Yeni Marlina Nababan

15

drg. Marisa Thimang

15

Ns. Nurlena

“Ajarlah kami menghitung harihari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.� Mazmur 90:12

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Pemahaman Alkitab

Habakuk 3

K

itab Habakuk ditulis oleh nabi Habakuk sekitar tahun 608 – 605 SM, ketika Kerajaan Yehuda dipimpin oleh Raja Yoyakim (II Raj. 23:36). Raja Yoyakim sendiri melanjutkan hal-hal yang dilakukan oleh raja-raja Israel sebelumnya, yaitu melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Di masa pemerintahan Raja Yoyakim, orang Yehuda telah menjadi sangat jahat. Masyarakat mengalami kerusakan moral dan rohani parah. Walaupun raja sebelumnya yaitu Raja Yosia sempat melakukan reformasi rohani, namun mereka kembali melakukan yang jahat di mata Tuhan pada masa Yoyakim. Keadaan Yerusalem digambarkan penuh dengan darah orang yang tidak bersalah pada masanya (II Raj. 24:4). Kitab Habakuk menggambarkan keadaan Yehuda penuh dengan penindasan, kejahatan, kelaliman, aniaya, kekerasan serta perpecahan di tengah-tengah masyarakat. Hukum juga tidak mendatangkan keadilan karena diputarbalikkan oleh orang fasik (Habakuk 1:2b-4). Habakuk pasal 1 dapat diringkas sebagai pernyataan Allah yang akan menghukum kejahatan Yehuda melalui Babel (Orang Kasdim pada Habakuk 1:6). Walau pada masa Habakuk, Kerajaan Babel belum “menyentuh” Yerusalem, namun Firman Allah sudah menubuatkannya. Tindakan Allah ini diprotes oleh Habakuk sebagai

suatu tindakan yang “membiarkan” orang fasik menelan orang yang lebih benar (Hab. 1:13b). Habakuk protes karena Allah menggunakan orang Babel yang tidak lebih benar dari orang Yehuda. Habakuk Pasal 2 selanjutnya berisi jawaban Tuhan atas protes Habakuk, yaitu bahwa Allah pun selanjutnya akan menghukum Babel. Allah akan menghukum Babel karena menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya (2:6b); karena telah menjarah banyak suku bangsa, karena darah manusia yang tertumpah dan karena kekerasan terhadap bangsa-bangsa (2:8); karena mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya (2:9); karena mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar benteng di atas ketidakadilan (2:12). Penghukuman Allah kepada Babel supaya bumi penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan (2:14). Kita selanjutnya tidak lagi membaca protes Habakuk dalam pasal 3. Namun membaca doa Habakuk. Doa yang ditulis dalam sebuah nyanyian ratapan. Dalam Habakuk 3, nabi ini tidak lagi memprotes Allah, namun berdoa agar Tuhan menjalankan pekerjaan-Nya (3:2), sekaligus berdoa agar Ketika Allah menjalankan pekerjaanNya yang akan sangat dasyat dan menyakitkan itu (menghukum Yehuda), Allah ingat akan kasih sayang (3:2).

Bahan PA Habakuk 3: 1.

Baca ayat 3-12; Bagaimana Habakuk menggambarkan kekuasaan Allah dalam sejarah dan alam semesta? (Negeri Teman dan Pegunungan Paran menunjuk kepada Daerah Gunung Sinai; Bandingkan juga dengan sejarah pekerjaan Allah sebelumnya bagi bangsa Israel, mis ayat 11 dengan Yos 10:13).

2.

Baca ayat 13; Bagaimana Allah atas sejarah dan semesta ini bertindak?

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

59


Pemahaman Alkitab 3.

Baca ayat 14-16; Apa yang membuat Habakuk mampu dengan tenang menanti hari kesusahan?

4.

Baca Ayat 17; Sebutkan semua kondisi dalam ayat ini. Kesusahan yang bagaimana yang digambarkan di sini? (kaitkan dengan kondisi Yehuda yang menjadi latar belakang kitab Habakuk)

5.

Baca Ayat 18-19; Bagaimana sikap Habakuk menghadapi kesusahan? Mengapa Ia bersikap begitu? Apa yang akan dilakukan Allah kepadanya? Mengapa Habakuk mengambil metamorphosis seperti kaki rusa yang berjejak di bukit-bukit?

Refleksi : 1.

Bagaimana kita menggambarkan semua kesusahan yang ada pada zaman kita saat ini?

2.

Bagaimana keadaan ini berkaitan dengan kedaulatan Allah atas sejarah dan alam semesta?

3.

Apa yang perlu kita lakukan untuk dapat “dengan tenang menjalani hari kesusahan� ini?

4.

Apakah yang akan dilakukan Allah kepada kita umat-Nya?

Disiapkan oleh: dr. Christine V. Sibuea, M.Biomed

60

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Pesan Natal From Crisis to Christmas

K

ata ‘krisis’ terasa sangat familiar akhir-akhir ini terutama di masa pandemi COVID-19. Krisis menjadi begitu nyata dalam kehidupan kita sehari-hari, mulai dari terdeteksi swab positif, hingga pada kesulitan menemukan tempat perawatan, bahkan sampai dengan kehilangan anggota keluarga yang kita kasihi. Kehidupan sehari-hari pun terpengaruh, anak-anak kesulitan bersekolah “online”, orang tua kehilangan mata pencaharian, bahkan sampai meningkatnya KDRT dan perceraian. Sesungguhnya tidak ada satupun dari kita yang memiliki imunitas terhadap krisis. Kita semua rentan terdampak oleh krisis. Krisis tidak memilih usia, jenis kelamin, suku, kepercayaan, dan jaman. Krisis dapat membawa kita kepada kedewasaan, walau tidak sedikit yang berakhir dengan kehancuran. Krisis bisa membawa kita kepada pengenalan akan Tuhan dengan lebih mendalam, namun banyak juga yang memilih melarikan diri bahkan meninggalkan persekutuan dengan Allah. Sekitar 1.060 tahun SM, ada seorang wanita yang kehilangan segala-galanya termasuk suami dan kedua anaknya di negeri asing yang penuh dengan penyembahan kepada dewa-dewa, bahkan sampai mempersembahkan manusia. Berat rasanya untuk dia bisa bertahan melalui krisis ini. Sulit rasanya untuk dia bisa melihat tangan Tuhanlah yang bekerja di tengah krisis yang dihadapinya. Lebih sulit lagi untuk percaya bahwa Allah peduli di tengah kepahitan yang SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

dialaminya dan sanggup mengubahnya menjadi berkat. Dari Rut pasal 1 kita membaca kisah Elimelekh dan Naomi beserta kedua anak lakilakinya, Mahlon dan Kilyon, mengungsi ke Moab karena kelaparan di tempat asalnya, Betlehem, Yehuda. Kepergian yang awalnya hanya untuk sementara waktu [‘sojourn’-KJV] (ay. 1) berubah menjadi sesuatu yang permanen [‘continued there’-KJV] (ay. 2). Tidak dijelaskan alasan mengapa mereka akhirnya memilh menetap di Moab. Moab sebenarnya bukanlah tempat yang tepat untuk Naomi dan keluarganya diami. Alkitab mencatat bahwa bangsa Moab menyembah dewa Kamos dan bahwa bangsa Israel akhirnya tergoda untuk menyembah dewa allah orang Moab tersebut (Bil. 25:1-2), bahkan seorang Raja Salomo pun akhirnya mendirikan bukit pengorbanan bagi dewa Kamos, dewa kejijikan yang menjadi sembahan orang Moab. (I Raj. 11:7). Namun tidak lama kemudian dikisahkan bahwa Elimelekh meninggal, dan Naomi melanjutkan hidup dengan kedua anak lakilakinya yang lalu menikahi perempuan Moab, yaitu Orpa & Ruth. Setelah tinggal selama 10 tahun, kedua anak laki-lakinya pun meninggal sehingga Naomi harus melanjutkan kehidupannya dengan kedua menantunya. Di tengah semua tragedi yang dialaminya, Naomi akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota asalnya. (Rut 1: 3-6). 61


Pesan Natal Perjalanan kembali dari Moab ke Betlehem pada masa tersebut pastilah tidak mudah, apalagi untuk perjalanan sendiri untuk wanita seusia Naomi, karena harus berjalan melewati daerah pegunungan yang curam, bebatuan dengan perkiraan jarak sekitar 80 km. Pejalan kaki juga harus memutari Laut Mati dan menyeberangi Sungai Yordan untuk tiba di tujuan sehingga diperkirakan akan memakan waktu beberapa minggu. Naomi sesungguhnya patut bersyukur karena kedua menantunya setia menemaninya melewati perjalanan yang berat kembali ke Betlehem. Perpisahan yang tampak berat untuk mereka, dapat merefleksikan hubungan kasih yang erat diantara mereka, walaupun anak-anak Naomi telah tiada. Hal yang menarik adalah di tengah perjalanan Naomi justru menantang kedua menantunya untuk kembali kepada bangsa mereka dan kepada allah mereka. Orpa akhirnya memilih kembali ke Moab, tetapi Rut memilih untuk mengikuti kemana Naomi pergi dan mengadopsi bangsa dan Allah Naomi menjadi bangsa dan Allahnya (Rut 1: 7-18). Alkitab mencatat ketika Naomi tiba di Betlehem, seluruh kota tersebut menjadi gempar (Rut 1:19). Mengapa harus gempar? Tentulah Naomi dan keluarganya bukanlah keluarga yang biasa-biasa saja saat mereka meninggalkan kota itu. Sangat mungkin mereka merupakan keluarga terpandang, dan mungkin juga kaya raya karena dicatat bahwa sanak saudara Elimelekh merupakan orang yang kaya raya (Rut 2:1), sehingga tidaklah sulit mengenalinya, walau sudah lebih dari 10 tahun berlalu. Keputusan Naomi untuk pulang bukanlah keputusan yang mudah. Bahkan setelah seluruh kepemilikannya habis yang digambarkan Naomi sebagai “‘Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku …”’ (Rut 1:21), ada beban berat bertemu dengan orang-orang dan komunitas di masa lalunya, yang setia bertahan di Betlehem pada masa kelaparan. Naomi sendiri mengakui bahwa dia sedang dihajar Tuhan (Rut 1: 20-21). Naomi bukan siapa-siapa 62

lagi, dia hanyalah orang yang gagal, dan minta jangan dipanggil sebagai Naomi (yang artinya: menyenangkan) lagi, melainkan Mara (yang artinya: pahit). Naomi hanya ingin kembali ke Betlehem dan mencari belas kasihan Tuhan di negeri asalnya. Keputusan Rut untuk mengikuti Naomi justru lebih sulit dan jauh lebih kompleks, seperti yang diekspresikan oleh Boas: “Telah dikabarkan orang kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak engkau kenal, TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung.” (Rut 2:11). Bayangkan krisis yang dihadapi seorang Rut, yang notabene seorang wanita kafir di mata orang Israel saat itu. Perlu keberanian untuk memutuskan berpindah kewarganegaraan demi menjadi bagian dari bangsa yang sesungguhnya asing buatnya dan meninggalkan allah nenek moyangnya yang selama ini disembahnya, demi memeluk Allah bangsa Israel. Kelanjutan dari kisah Naomi dan Rut melanjutkan hidup tentunya tidak asing lagi buat sebagian besar dari kita (Rut 2-4). Rut yang berinisiatif untuk memungut jelai di musim panen secara “kebetulan”, memungut di ladang milik Boas (Rut 2:3), yang merupakan sanak dari Elimelekh. Boas pun menunjukkan kebaikan dan kemurahannya kepada Rut dan Rut menunjukkan kerja keras dan kasihnya, serta ketaatannya kepada Naomi. Rut akhirnya mengikuti saran Naomi untuk meminta Boas menjadi penebusnya (“kinsman redeemer”- KJV*). Boas akhirnya menikahi Rut dan dikaruniai seorang anak lakilaki, yang diberi nama Obed. Obed dikemudian hari kita ketahui merupakan kakek dari Daud, dan dari 28 keturunan Daud berikutnya lahirlah Yesus, Sang Juru Selamat. (Matius 1:17). Kalau kita pernah bertanya mengapa Yusuf dan Maria harus melakukan perjalanan ke SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Pesan Natal Betlehem pada sensus yang diperintahkan oleh Kaisar Agustus, maka jawabnya adalah karena Yusuf adalah keturunan Daud (Luk. 2:1-5), dan kisah di atas adalah bagian yang tidak terpisahkan dari rangkaian panjang pemenuhan rencana penebusan Allah, melalui Yesus Kristus, anak Daud (Mat.1:1). Ada beberapa hal yang kita bisa pelajari dari krisis yang dialami Naomi dan keluarganya. Pertama, Naomi melihat apa yang dialaminya bukan sekedar kurang beruntung ataupun nasib sial yang terjadi secara acak. Ia melihat ada tangan Tuhan bekerja di balik semua yang terjadi. Kedua, Naomi tidak melarikan diri dari Tuhan dan tidak sekalipun mengutuki Tuhan dalam semua krisis yang dialaminya, namun memilih untuk tunduk dan kembali ke tanah pusaka dan bangsanya dalam segala kegagalannya. Ketiga, bahkan di tengah krisis, Naomi berhasil membangun hubungan yang baik dengan kedua menantunya yang berasal dari bangsa yang menyembah para dewa dan mungkin saja menjadi sumber informasi tentang Allah Israel buat Rut untuk mengambil langkah imannya. Keempat, Allah peduli terhadap krisis yang sedang dialami Naomi, dan terus bekerja

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020

dalam segala “kebetulan”, dengan cara-Nya yang tidak terpikirkan untuk menggenapi rencanaNya dalam hidup keluarga Naomi. Allah bahkan menjadikannya potongan kisah yang tidak terpisahkan dari narasi besarnya akan lahirnya Juruselamat bagi umat manusia. Pada masa Natal ini, ketika kita bernyanyi, ”O little town of Bethlehem,…” atau “Yesus Juruselamat, lahir di Betlehem,…” ingatlah bahwa Allah sedang mengerjakan rencana-Nya yang terbaik untuk hidup kita, bahkan di tengah banyak kesulitan bahkan kegagalan. Kiranya kita tidak menyerah di tengah krisis yang kita hadapi dan tetaplah percaya bahwa Allah sanggup mengubahnya menjadi bagian yang indah dalam rencana-Nya. Selamat Natal para Sahabat PMdN. (dr. Lineus Hewis, Sp.A) *) kinsman redeemer dalam peraturan orang Israel adalah anggota keluarga laki-laki terdekat yang berkewajiban menebus anggota keluarganya yang menjadi budak, menuntut balas atas kematian anggota keluarga yang terbunuh, menebus tanah anggota keluarganya yang telah dijual, serta menjaga kelanjutan dari garis keturunan keluarga dengan menikahi janda yang ditinggalkan suaminya tanpa anak (BibleGateway).

63


COVER

64

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2020


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.