
4 minute read
RENUNGAN PASKAH - Tuhan Yesus Peduli
Tuhan Yesus Peduli
Ketika mempersiapkan renungan ini, saya tidak pernah menyangka bahwa saya masih berada dalam situasi pandemi COVID-19, seperti tahun lalu ketika saya mempersiapkan renungan Paskah untuk Majalah Samaritan. Ketika itu jumlah kasus baru saja mencapai angka 2 juta, namun saat ini sudah mencapai lebih dari 114 juta kasus dan telah merenggut lebih dari 2,5 juta nyawa di seluruh dunia. Sungguh luar biasa pandemi ini! Ketidakpastian mewarnai banyak aspek kehidupan di tengah pandemi ini, mulai dari sekolah, bekerja, berkeluarga, investasi, bahkan untuk bagaimana menyambung hidup. Banyak kisah-kisah yang mengenaskan terjadi di masa ini, bahkan di lingkungan terdekat dan keluarga sendiri. Tetangga sebelah rumah baru saja meninggal setelah pulang perawatan, walau tampak
Advertisement
Designed by 8photo/Freepik
segar dan ceria. Kejadian mengagetkan baru-baru ini menimpa jemaat gereja kami, dimana 3 kakak beradik yang masih belia ditinggal kedua orang tuanya, yang meninggal di waktu yang sangat berdekatan. Siapa yang akan menampung dan membiayai hidup mereka, mengingat selama ini mereka dibesarkan dari hasil berjualan di pasar? Bagaimana meneruskan sekolah mereka? Siapa yang akan mendampingi sekolah online mereka? Dan masih banyak pertanyaan lainnya, ketika kita berhadapan peliknya kehidupan seorang sopir online yang sungguh-sungguh bekerja keras namun membutuhkan operasi cito di tengah situasi pandemi. Bersyukur dan takjub menyaksikan bagaimana Tuhan menyelesaikan masalah mereka, namun ketidakpastian masih terus mewarnai pergumulan mereka ke depan. Kalau ada suasana ketidakpastian yang

disertai dengan kebingungan yang paling berat dalam sejarah, menurut saya, adalah ketika murid-murid Tuhan Yesus harus menyaksikan Rabi yang mereka agungagungkan tiba-tiba tidak berdaya, dijadikan bahan ejekan, dan mati secara memalukan dan mengenaskan tergantung di kayu salib!. Bayangkan selama 3,5 tahun, meninggalkan pekerjaan dan keluarga, full time mengikuti dan menyaksikan semua keperkasaan-Nya, hampir tiap hari diwarnai dengan mujizat, air berubah jadi anggur, roti dan ikan menjadi berlipat beribu kali, mengatasi hukum alam dengan meneduhkan badai dan berjalan di atas air, semua sakit disembuhkan, bahkan yang sudah mati sekalipun bisa hidup kembali, singkatnya tidak ada mustahil, tidak ada bisa menandinginya. Saya bisa membayangkan betapa nyamannya para murid ketika berjalan bersama Sang Guru. Saking nyamannya, sampai mereka tidak mempersiapkan diri menghadapi harihari yang mengguncangkan hidup mereka, malah mereka sibuk adu argumen mengenai siapa yang terbesar diantara mereka (Lukas 9:46). Mereka tidak sungguh-sungguh menyimak apa yang dikatakan Sang Guru akan apa yang kelak terjadi, mulai dari penderitaan yang akan ditanggung sampai dengan kematian-Nya yang akan diikuti dengan kebangkitan pada hari yang ketiga (Mat. 16:21). Menarik, Alkitab mencatat kebingungan dan keputusasaan para murid Kristus paska penyaliban-Nya. Kitab Lukas pada pasal terakhirnya mencatat perjalanan Kleopas dan seorang murid Yesus lainnya ke Emaus, dimana dalam perjalanan tersebut Tuhan Yesus yang sudah bangkit hadir di tengah-tengah mereka dan berbincangbincang dengan mereka (Lukas 24:13-35). Kemuraman wajah mereka dan respon mereka dalam menceritakan apa yang telah terjadi dengan penyaliban Yesus,
menunjukkan betapa tertekan dan putus asanya mereka. Tuhan Yesus sampai harus menegur mereka,”Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!” (Luk.24:25). Namun Tuhan Yesus tidak meninggalkan mereka dalam kebingungan. Dengan gesture yang sangat akrab buat mereka, Dia menyatakan diri-Nya telah bangkit dan hadir di tengah mereka, sebelum menghilang dari hadapan mereka. Kitab Yohanes pada pasal terakhirnya (Yoh. 21:1-23) juga mencatat kembalinya Rasul Petrus dan diikuti rasul lainnya kembali ke laut untuk menangkap ikan. Tindakan yang sangat tidak terbayang dilakukan oleh murid Yesus yang selama ini mendampingi Gurunya dengan gagah perkasa. Pekerjaan yang telah mereka tinggalkan bertahun-tahun. Entahlah apa yang ada dibenak mereka malam itu. Kesedihan? Kebingungan? Atau Keputusasaan?. Tuhan Yesus yang telah bangkit kembali hadir di tengah mereka, mengadakan mujizat yang mengingatkan mereka ketika pertama kali dipanggil, dan memperbaharui kembali panggilan mereka dengan cara yang sangat personal. Kelanjutan dari perjalanan hidup Rasul Petrus dan para rasul lainnya tentunya telah menjadi inspirasi bagi kita semua. Tuhan Yesus sesungguhnya telah mempersiapkan para murid menghadapi situasi tersebut. Menyadari waktunya tidak lama lagi di dunia, Dia meminta kepada Bapa untuk memberikan seorang Penolong untuk mereka, yaitu Roh Kebenaran. Dia juga berjanji,”Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” (Yoh. 14:16-18). Menyadari bahwa para muridnya akan terguncang hebat, bahkan dalam pergumulan berat menjelang peristiwa penyaliban, Dia berdoa untuk mereka (Yoh. 17:6-19). Beberapa waktu yang lalu, dalam sebuah program radio yang setiap pagi menyiarkan kotbah dari Pdt. Rick Warren, diceritakan, ada seorang gadis belia yang dipersilahkan bersaksi di tengah kotbah beliau di Saddleback Church, California. Dia mengisahkan bagaimana kedua orang tuanya yang merupakan imigran dari Kamboja adalah pengidap HIV/AIDS dan mereka bercerai ketika ia masih sangat kecil. Dia menceritakan bagaimana kebingungan dan kesedihan seorang anak kecil harus menemani dan mengurusi ibunya sendirian, keluar masuk RS dengan kondisi kesehatan yang terus menurun. Di saat yang paling berat tersebut, Tuhan mengutus sepasang jemaat dari gereja yang hadir dan menolong mereka, mulai dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan mengantar ibunya berobat. Dia sungguh bahagia saat ini karena dia tidak lagi sendiri, dan dia sudah memiliki keluarga baru. Puji Tuhan! Diantara banyak ketidakpastian yang kita hadapi dalam hidup ini, ada satu hal yang pasti, yaitu Tuhan Yesus peduli. Tuhan Yesus yang sama, juga berdoa buat kita, ya... buat kita, yang bahkan belum mengenalNya saat itu, yang akhirnya percaya karena pemberitaan Injil keselamatan melalui murid-murid-Nya (Yoh. 17:20). Adakah kita sedang meragukan kehadiran-Nya di masa-masa yang penuh ketidakpastian ini? Adakah kita yang sedang Allah utus untuk menyatakan kehadiran-Nya di tengah-tengah kesusahan dan kebingungan yang dihadapi saudara-saudara kita? Selamat Paskah para Sahabat PMdN.
(dr. Lineus Hewis, Sp.A)
COVER
