
4 minute read
Mendidik dengan Cinta, Hati, dan Keteladanan
CINTA adalah ketulusan. Cinta membutuhkan hati dan pengorbanan. Dalam mendidik Rasulullah Saw adalah teladan kita semua. Dalam
Firman Allah SWT QS. Al Azhab ayat 21
21. Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.

Guru, digugu dan ditiru.
Ditaati dan diteladani. Guru adalah kunci suksesnya pendidikan. Tujuan pendidikan akan mudah dicapai jika guru kompeten, capable dan berkarakter, berakhlak mulia mempunyai dedikasi tinggi, berintegritas dan mencintai profesinya.
Tugas guru sebagai pendidik tidaklah mudah dan harus dijalani dengan baik. Mendidik merupakan tugas yang amat mulia tapi tidaklah ringan.
Tidak hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tidak hanya mencerdaskan saja tapi menjadikan siswa berkarakter dan berakhlak mulia.
Mengubah dan memperbaiki perilaku tidak hanya sekedar kata-kata. Guru penting dalam mencerdaskan akal fikiran sekaligus mengasah, menguatkan hati dan meluruskan nurani. Mematangkan sikap dan akhlak siswa itu lebih sulit dibanding hanya sekedar mengajar ilmu pengetahuan.
Karena itu, mendidik siswa dilakukan atas paduan kekuatan akal fikiran, ketulusan cinta dan keluasan hati para guru.
Berbagai karakter siswa yang perlu dikembangkan guru di sekolah adalah ramah, penyayang, rendah hati, disiplin, mandiri, pembelajar, mempunyai rasa ingin tahu, saling belerjasama, berkolaborasi dan bertanggungjawab.
Akhlak mulia untuk selalu menghargai dan menghormati orang tua, guru, teman dan warga sekolah lainnya. Dalam belajar dan bekerja, bukan hanya sekedar Intelektual pintar saja , tetapi penting mempunyai kepribadian yang unggul dan berkarakter. Menghormati dan menghargai pendapat orang lain, empati, peduli terhadap sesama, tidak sombong, rela berbagi, tidak iri hati, dengki dan bergotong royong, adalah sikap-sikap utama sebagai kunci sukses dalam hidupnya. Ketika hati bertaut dalam mengajar dan mendidik, dibutuhkan rasa cinta yang mendalam dan keikhlasan yang tinggi dalam prosesnya. Mendidik dengan cinta dan ketulusan hati ditandai dengan komitmen pada profesi dan keilmuan. Mengajar dengan penuh dedikasi dan rasa tanggungjawab. Tidak bersikap cuek, kurang peduli, semaunya dan malas-malasan. Guru haruslah fokus pada mutu pendidikan, berorientasi pada tujuan ikhlas mengabdi dan tidak materialistis (money oriented).
Meskipun ada kepentingan lain, hujan besar dan sakit ringan, guru tetap berangkat ke sekolah untuk mengajar.
Guru harus mencintai profesinya melebihi pekerjaan selain mendidik siswa.
Kompetensi kepribadian guru dalam pendidikan Islam menyatakan bahwa seorang guru harus meneladani
Rasulullah SAW dalam arti tujuan, tingkah laku, dan pola pikirnya bersifat Rabbani, ikhlas dalam bekerja atau bekerja karena mencari ridlo Allah
SWT, menjaga harga diri dan kehormatan, menjadi teladan bagi para siswa siswinya. David Booth dan Richard Coles (2017) dalam buku What

Is a “Good Teacher” menulis ciri guru yang baik adalah menikmati mengajar ketika berada di tengah-tengah siswa, menjadi rule model bagi siswa, peduli, inovatif dan bertumbuh, dan berusaha terlibat aktif dengan siswa dalam kesehariannya.
Mendidik ala Rasulullah SAW dengan keteladanan dan selalu memberi contoh adalah metode paling efektif dalam pembentukan sikap. Kata-kata tanpa tindakan serupa hanya jadi abu. Tanpa contoh baik dan keteladanan, guru tidak dapat meluruskan sikap siswa yang bengkok. Memukul siswa tidak baik, tetapi menasihati, berbicara dengan lemah lembut sangat baik dan bisa mengubah siswa menjadi lebih baik.
Sebagai seorang pendidik, pakar pendidikan Islam Abdullah Nashih Ulwan mengartikan keteladanan sebagai metode yang sangat berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam membentuk aspek akhlak, moral, spiritual dan etos sosial peserta didiknya. Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik dalam yang tindak tanduk dan akhlaknya disadari atau tidak akan ditiru oleh anak didik mereka. Anak-anak meniru apa yang dikatakan gurunya. Sikap baik dan terpuji harus muncul dari guru. Siswa cermin dari guru dan orangtua. Guru baik melahirkan siswa yang baik dan unggul. Ingin mengubah karakter siswa harus mengubah karakter guru terlebih dahulu. Juga kepala sekolah. Kepala sekolah yang baik akan menularkan kebaikan kepada guru, staf, siswa dan warga sekolah. Guru yang baik tidak sering mengeluh, menggerutu dan mengkritik kelemahan siswa, mengkritik manajemen, dan teman sejawat, tetapi mencari solusi dengan caranya sendiri. Guru yang baik menemukan solusi terbaik mengatasi kelemahan siswa dan mengembangkan kekuatan mereka menjadi terpuji.
Rupal Jain (2013: 11) dalam buku How to be a Good Teacher, a Good Teacher Remains Cool and Calm in Unfavourable Situations as Well. Tidak ada sekolah yang 100 persen sangat nyaman, atau 100 persen sangat tidak menyenangkan. Guru yang baik berpikir apa yang bisa dan apa yang sudah guru berikan kepada sekolah. Sumbangsih apa yang sudah diberikan kepada sekolah. Setiap guru memiliki hati, memiliki rasa. Jadilah guru yang memiliki rasa yang baik dan cocok bagi mayoritas siswa. Guru tidak bisa menyenangkan semua siswa. Tapi jika mayoritas siswa menyenangi guru, sisanya akan terpengaruh dan menyenanginya. Guru harus mau belajar bagaimana disenangi siswa dan sara belajar yang asyik dan menyenangkan. Memahami karakter dan kebiasaan siswa akan membantu tindakan apa yang harus dilakukan saat menghadapi mereka. Siswa itu bagaikan tanaman dan guru sebagai air dan pupuknya. Guru yang menyiram, memupuk dan merawatnya dengan baik, agar tumbuh berkembang intelektual maupun kepribadiannya. Siswa itu sebagai bahan ibarat telur bebek dan guru ibarat pembuat telur asinnya. Nikmat dan tidaknya telur asin itu tergantung pembuatnya. Guru harus bisa mengolah keragaman siswa menjadi individu-individu yang memiliki keunikan masing-masing, sehingga siap mandiri dan sukses menjalani kehidupan selanjutnya.
Kita mengetahui kualitas diri sebagai guru dari penjelasan anak-anak. Setiap orangtua melakukan hal yang sama dalam mendidik putra putrinya. Memilihkan sekolah terbaik, yang di dalamnya tentu saja terkait mutu guru. Kualitas guru menentukan hasil belajar siswa. Motivasi belajar anak terhadap mata pelajaran yang sama bisa berbeda karena perbedaan kualitas gurunya.
Karena itu, guru harus disiplin, inisiatif tinggi, terampil, menyenangkan, dan menginspirasi siswa. Caranya belajar mandiri, mengasah kompetensi guru, mau belajar dengan teman sejawat dan berkelanjutan.
Selain teladan dalam sikap, guru juga harus menjadi teladan dalam prestasi. Guru harus inisiatif, kreatif dan inovatif.
Guru harus mempunyai karya berupa hasil karya buku, opini, artikel, puisi, cerpen, novel, lukisan, lagu, menciptakan media pembelajaran dan apa saja yang menjadi keahlian guru selain mengajar. Siswa perlu bukti deretan inovasi, prestasi dan kreatifitas guru. Guru pemalas tidak bisa menginspirasi siswa untuk maju berkembang dan sukses. Guru yang rajin berkarya dan berinovasi berpeluang menginspirasi siswanya bahkan siswa lainnya di Indonesia dan penjuru dunia ini. “A great teacher is inspiring” Guru hebat menghasilkan karya dan menginspirasi banyak orang di sekitarnya, terutama ke anak didik yang diajarnya.