3 minute read

Ratusan Warga

Ikuti Fashion Show FMP

Ratusan peserta dari 3 kategori umur akan unjuk gigi beradu cantik pada helaran tersebut. Fashion show yang akan digelar pada Sabtu (19/8) mendatang, di Mall Botani Square itu, kini memasuki tahap technical meeting.

Para peserta mengikuti technical meeting terlebih dahulu di Gedung Sri Baduga, Balai Kota Bogor pada Selasa (15/8).

Ketua Koordinator Acara

Fashion Show Busana Nusantara

Lya Dilliyana menjelaskan, technical meeting bertujuan memberikan petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknis bagi para peserta. Sehingga dapat mengikuti kegiatan dengan baik dan lancar.

Pada kesempatan itu, para peserta juga turut mendaftar ulang, dan melakukan validasi dengan cara mengumpulkan akte dan KTP-nya. “Kami mencatat sudah ada 168 peserta yang terdaftar dari target 178 peserta. Pada kategori anak-anak ada 100 orang, remaja ada 53 orang, dan dewasa ada 15 orang,” beber dia saat ditemui Radar Bogor. Lya menyebut, lomba tersebut akan dinilai langsung oleh lima juri yang merupakan praktisi, atau ahli di bidang fashion dan dunia kreatif. Sementara itu, kriteria penilaiannya, meliputi busana yang dikenakan, keserasi an kostum, cara berjalan, penampilan, dan gaya rambutnya.

Peserta yang berhasil menjuarai lomba ini, akan diberikan hadiah sebesar Rp1,5 juta untuk juara 1, Rp1 juta untuk juara 2, Rp750 ribu untuk juara 3, dan Rp500 ribu untuk juara favorit. Selain uang tunai, para peserta juga akan dihadiahi

Kawal Kasus Dugaan

Pencabulan Santriwati

Pria yang kerap disapa Kuri menjelaskan, bahwa setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan eksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual terhadap anak.

“Saya pikir ini demi kemanusiaan dan keadilan maka

LBH PB PMII hadir guna keperluan pendampingan hukum terhadap keluarga korban untuk memastikan bahwa seluruh proses hukumnya berjalan lancar,” ucap dia.

Lebih lanjut, Kuri mendorong agar semua pihak, terutama masyarakat Kota Bogor turut serta mengawal berjalannya kasus ini sampai tuntas.

“Betul, segala bentuk kasus kekerasan atau pelecehan baik yang dialami atau dilihatnya segera dilaporkan kepada pi- hak yang berwajib supaya dapat diproses secara hukum,” tukas dia. Sebelumnya, Polresta Bogor Kota menetapkan pimpinan, dan pengurus salah satu Ponpes Kecamatan Tanahsareal, Kota Bogor sebagai tersangka atas kasus pencabulan terhadap ketiga santriwatinya. Kedua tersangka yang ditetap- kan, berinisial AM selaku pimpinan, dan MMZ selaku pengurus di Ponpes tersebut.

Adapun, modus yang digunakan kedua tersangka, yakni dengan cara membujuk rayu, sehingga terjadilah perbuatan cabul itu kepada para korban.

“Yang jelas si tersangka ini sudah memenuhi unsur seba gai tersangka terhadap dugaan perbuatan cabul,” ucap Kapolresta Bogor Kota

Kombes Pol Bismo Teguh Prakoso. (ded/c) atau virus. Sementara pada faktor non infeksi, ISPA terjadi akibat polusi atau asap rokok. Dirinya mengungkapkan, saat ini ada puluhan pasien ISPA yang tengah menjalani perawatan di RSUD Kota Bogor, sebagai fasilitas kesehatan (faskes) tipe B.

“Sebanyak 20 pasien menjalani rawat jalan, dan 10 pasein di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tapi semuanya bisa pulang tidak dirawat inap,” bebernya saat ditemui Radar Bogor di RSUD Kota Bogor, kemarin.

Meski kualitas udara Kota Bogor diprediksi buru, namun menurut Andy sejauh ini, ada peningkatan jumlah pasien ISPA di RSUD Kota Bogor. Dalam catatannya, tidak ada peningkatan kasus ISPA yang signifikan. Namun dirinya menyebut, pasien yang dirujuk ke RSUD Kota Bogor biasanya sudah memasuki tahap lebih berat.

“Pasien biasanya dirujuk ke tipe c dulu seperti Puskesmas atau klinik telebih dahulu dulu. Kalau (gejalanya) berat baru ke RS yang merupakan faskes tipe

B,” terang dia. Ia menerangkan, gejala yang dirasakan pasien ISPA ialah batuk, pilek, dan sesak nafas. Selain itu, juga terdapat perbedaan suara pada paruparu pasien yang bisa diketahui melalui pemeriksaan fisik oleh dokter. Meski salah satunya disebabkan oleh polusi, gejala ISPA tidak langsung dirasakan oleh pengidapnya. Sebab dampaknya akan timbul dalam jangka waktu yang panjang. Terkecuali polusi yang disebabkan oleh bencana, seperti kebakaran hutan dan gunung meletus. “Penyakit ini tidak mematikan tapi dampaknya panjang. Oleh karena itu perokok bisa keliatan sehat tapi setelah umur 55 tahun baru terasa, begitu juga dengan polusi. Penyakit ini diikuti tren penyakit degeneratif seperti kanker paru,” ungkapnya. Dirinya menyarankan masyarakat yang berada di wilayah dengan polusi tinggi, untuk menggunakan masker layaknya di musim pandemi beberapa tahun lalu. (fat/c)

Fondasi Menara Mulai Dicor

“Masih on progress, masih on schedule, di angka sekitar 30 persen, deviasi positif sekitar

1 sekian persen,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor, Rena Da Frina kepada wartawan Selasa (15/8).

Menurut dia, saat ini progress pengerjaan melingkupi kegiatan pengecoran pondasi, untuk menara Masjid.

“Setelah pengecoran kering, maka tahap selanjutnya mengerjakan menara bagian atas,” ucap perempuan yang kerap disapa Rena.

Rena mengaku, pekerjaan yang paling berat pada proyek Masjid Agung Kota Bogor, adalah pada bagian Menara dan interior.

“Tapi karena masih on schedule, kami optimis, 8 Desember mendatang bisa selesai,” ucap dia. Seperti diketahui, Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, pembangunan tahap akhir Mas jid Agung Kota Bogor memakan anggaran Rp 33 miliar. Rencananya, Masjid Agung pun akan digunakannya sebagai kantor, untuk melakukan pengawasan.

Pembangunan Masjid Agung Kota Bogor sendiri dimulai sejak 2015, dengan bantuan dana sebesar Rp 50 miliar, yang berasal dari Pemerintah

Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar). Namun, 2016 pembangunan terhenti lantaran dua kali menga lami gagal lelang proyek. Pada 2017, proyek pembangunan dihentikan karena Inspektorat Jabar menemukan ketidaksesuaian proses pekerjaan, dengan rencana awal pembangunan. Pada 2018, pengerjaan kembali dilakukan Pemkot Bogor, dengan anggaran Rp8,6 miliar. Pengerjaan tersebut, menghasilkan bangunan fisik mencapai 65 persen. Pada 2019, Pemkot Bogor kembali menyiapkan anggaran Rp15 miliar untuk pembangu- nan. Namun, Puslitbang Perumahan dan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan audit konstruksi Masjid Agung pada 2019, yang mengharuskan pembangunan dihentikan sementara. Audit yang seharusnya sudah keluar pada tahun tersebut, baru diterima Pemkot Bogor pada 2020. Hasilnya, kontruksi tidak dapat menopang atap dengan beban berat, yang mengharuskan pembuatan struktur baru. Pada APBD 2021, DPRD Kota Bogor bersama TAPD menganggarkan Rp 31,4 miliar dan pada APBD 2022 dianggarkan Rp 26 miliar.(ded/c)

This article is from: