
6 minute read
cerita pendek
from PSYGHT MAGAZINE #20
by psyghtuaj
Amerta dan Mah
Persahabatan Mereka di Tengah
Advertisement
Stereotip Gender
Penulis: Novie Dhiana Anggriani Putri (2020)
Designer: Yasinta Tiara Arnanda (2021)





Bagaimana rasanya menjadi pribadi yang dibatas-batasi hanya karena memiliki gender tertentu? Bagaimana rasanya diragukan hanya karena gender yang dianggap tidak sesuai dengan hobi ataupun kemampuan yang dimiliki? Amerta dan Mahesa. Kisah ini tentang mereka. Kisah dari sepasang sahabat yang memiliki sifat, hobi dan kemampuan yang bertolak belakang.

Amerta adalah seorang gadis yang tangguh, ia menyukai aktivitas fisik, seni bela diri dan seringkali mengikuti petualangan alam yang bisa dikatakan cukup ekstrim. Sedangkan Mahesa adalah seorang laki-laki yang memiliki perasaan cukup sensitif.
Berbeda dengan Amerta yang menyukai petualangan, Mahesa lebih senang berdiam diri di dalam ruangan, membuat karya puisi romansa dan membuat pola design baju. Sifat dan kemampuan yang bertolak belakang ini entah kenapa malah membuat mereka dekat satu sama lain, walaupun seringkali direndahkan oleh lingkungan mereka.
Panggilan itu membuat sang gadis menoleh dari kegiatan berjalannya di lorong kampus, senyumannya terukir saat mengetahui bahwa Mahesa-lah yang memanggilnya.
Pagi ini mereka memang sengaja bertemu untuk membahas sesuatu, walau kelas mereka sebenarnya diliburkan.
“Gimana? Gimana persiapan kamu soal kompetisi panjat tebing nanti?"
Pertanyaan itu membuat Amerta menghela napasnya, ia menuntun


Mahesa untuk duduk di taman sebelum membahas hal tersebut lebih dalam. “Sulit, sepertinya banyak orang meragukan ku. Mereka tertawa saat aku mendaftar. Bahkan, pihak penyelenggara saja berulang kali bertanya Katanya, tidak ada wanita yang ikut selain aku.” Mahesa ikut tersenyum pahit, ia mengusap punggung sahabatnya itu. Di pahanya terdapat buku yang di dalamnya terdapat banyak sekali karya-karya indah milik Mahesa.
Puisi, cerita bahkan pola baju.
“Kalau begitu, buktikan! Kamu kan hebat, Ta. Aku yakin sebanyak apapun lawanmu walaupun itu laki laki pas-” ucapannya terpotong saat buku karyanya diambil begitu saja oleh Deva. Seorang laki-laki yang sedari dulu selalu merendahkan dirinya dan Amerta Ia juga salah satu lawan dari Amerta pada perlombaan panjat tebing nanti.
Deva tertawa, menjatuhkan buku Mahesa ke tanah Entah apa tujuannya. Hal itu membuat Amerta bangkit begitu saja dari duduknya sedangkan yang mempunyai buku hanya diam dan menunduk.
“Apa sih maksudmu?!” seru Amerta, ia maju dan menarik kerah baju Deva.
“Apa?! Mau pukul? Kalian ini kebalik ya? Mahesa seperti perempuan! Amerta jagoannya. Hahaha!”
Setelah Amerta menarik kerah baju Deva, beberapa orang mahasiswa lainnya yang melihat insiden tersebut mencoba untuk memisahkan mereka. Amerta yang terbawa emosi mencoba meneriaki
Deva, namun Mahesa mencoba untuk menenangkan sahabatnya dan membawa Amerta pergi dari situasi tersebut.
Mahesa membawa Amerta ke ruangan kosong untuk menenangkan dirinya. Dia mencoba membujuk Amerta untuk membiarkan masalah tersebut, karena menurutnya tidak ada gunanya untuk menanggapi orang yang tidak memiliki empati dan sikap menghargai orang lain.
Namun Amerta tetap emosi dan merasa perlu membuktikan kemampuannya pada kompetisi panjat tebing nanti.Mereka berdua kemudian mulai mempersiapkan diri untuk kompetisi dan berlatih secara intensif.
Mahesa memotivasi Amerta dalam melatih fisik dan membangun kepercayaan dirinya, sementara Amerta membantu Mahesa dalam mengembangkan bakatnya di bidang seni.

Pada akhirnya, pada saat perlombaan, Amerta berhasil menunjukkan kemampuannya dan memenangkan kompetisi tersebut melawan Deva. Dia merasa sangat bahagia dan berterima kasih atas dukungan dan semangat yang diberikan oleh Mahesa selama persiapan kompetisi.
Keberhasilan Amerta pada perlombaan tersebut membuat Deva terkesan dan akhirnya ia meminta maaf atas perlakuannya yang merendahkan Amerta dan Mahesa.
Dia menyadari kesalahan dan berjanji untuk mengubah sikapnya.
Melalui kisah ini, kita belajar bahwa sikap rendah hati, empati, dan menghargai orang lain sangatlah penting. Meskipun terkadang kita menghadapi diskriminasi atau stereotip tertentu, kita dapat mengatasi hal tersebut dengan semangat, kerja keras, dan dukungan dari orang-orang terdekat kita.
Hari demi hari kulewati
Ku tanamkan rasa syukur dalam jiwaku
Bagaikan matahari yang terbit di pagi hari
Kubangun semangat demi menggapai cita
Jalanan yang berduri itu
Tidak menggangguku berjalan
Dibawah terowongan gelap tanpa cahaya
Kulalui semua itu
Masa depan adalah tujuanku
Sayap yang lelah kebangkitkan
Terbang menuju cahaya

Yang sudah lama kudambakan
Jika teman-teman ingin karyanya dimuat dalam majalah PSYGHT edisi selanjutnya, bisa langsung hubungi Redaksi PSYGHT di Instagram @psyghtfpuaj

Judul: Self Made Man: One Woman's Journey Into Manhood and Back Again
Penulis: Norah Vincent


Tebal: 274 halaman

Tahun Terbit: 2006 abcdeApa yang akan terjadi jika seorang wanita mencoba untuk hidup sebagai pria selama 18 bulan? abcdeHal ini dilakukan oleh Norah Vincent, seorang jurnalis yang mencoba untuk memahami bagaimana pria menghadapi dunia yang berpusat dalam budaya patriarkis. Dalam buku “Self Made





Man: One Woman's Journey Into Manhood and Back Again”, pembaca dapat memahami pengalaman langsung yang dirasakan oleh Norah ketika melakukan eksperimen selama satu setengah tahun untuk memahami bagaimana laki-laki hidup di tengah masyarakat abcdeEksperimen ini bermula dengan Norah Vincent, seorang penulis dari Los Angeles Times, yang memutuskan untuk mencoba menjadi pria karena terinspirasi oleh para teman-temannya yang merupakan seorang waria. Darihal tersebut, ia berpikir mengapa banyak pria ingin menjadi seorang wanita. Norah pun akhirnya mencoba kebalikannya, yaitu mencoba menjadi pria untuk beberapa jam. Dalam waktu yang singkat, ia menyadari bahwa terdapat perbedaan interaksi antara pria dengan wanita. Hal ini membuatnya ingin makin tahu teritorial yang tidak pernah ia jelajahi, yaitu bagaimana pria bekerja dalam masyarakat, khususnya di New York. abcdeDengan ide itu, akhirnya Norah memutuskan untuk melakukan eksperimen singkat sebagai pria selama satu setengah tahun. Ia menamai dirinya sebagai Ned, seorang pria yang bekerja di bidang pemasaran. Norah juga melakukan banyak sekali persiapan dalam menjadi seorang pria, seperti melakukan latihan vokal, mencukur rambut, dan berolahraga agar fisiknya menyerupai seorang pria. abcdePada awalnya, Norah tidak merasa takut hidup sebagai Ned. Ia mendapatkan relasi yang baik bersama teman-temannya ketika bekerja. Ia juga sempat ikut dalam liga bowling dan menjalin pertemanan yang intim dengan sesama pria. Sebagai Ned, Norah juga merasakan mendatangi klub malam sebagai pria, bersaing mendapatkan penjualan yang tinggi di pekerjaannya, dan mencoba untuk melirik wanita. abcdeSelama 18 bulan, Norah melakukan hal tersebut dan makin menyadari bahwa ada bentuk budaya laki-laki dan fungsi laki-laki dalam masyarakat. Dalam buku ini, Norah mempelajari kode etik ketika seorang pria sendirian, tidak hanya apa yang dibicarakan, tetapi juga apa yang dilakukan oleh pria. Ia juga memahami makna di balik keheningan, gestur fisik yang terjadi antara para pria, dan cita-cita maskulinitas para pria. Dalam penyamaran inilah, Norah menyelidiki tekanan ekspektasi sosial dan berusaha memahami apa arti dari kejantanan para pria. Norah juga memahami dan mengeksplorasi bahwa pria tidak hanya mendapatkan prestige dan penghargaan saja. Pria juga harus memiliki tanggung jawab yang besar sebagai laki-laki, ayah, pasangan, atau pencari nafkah. abcdeSebagai seorang wanita yang menyamar menjadi pria, Norah malah mengungkap beberapa kebenaran yang pahit mengenai kontribusi perempuan terhadap ketidaksetaraan gender. Banyak perempuan yang malah memberikan Norah pengalaman buruk atau menyulitkan Norah sebagai lakilaki pada saat itu. Norah merasa kecewa, terutama mengingat dirinya sebenarnya seorang wanita dan bahwa kesetaraan gender pada zaman ini malah memicu ketidaksetaraan yang lebih besar abcdeBuku ini pada akhirnya menegaskan dan meledakkan stereotip terhadap pria dan wanita dan peran gender dalam masyarakat, walaupun pada akhirnya Norah mengatakan bahwa menjadi seorang pria merupakan hal yang sangat sulit dan merupakan pengalaman yang kontradiktif dan membutuhkan perhatian besar dari kedua jenis kelamin. Walaupun pembahasan buku ini sangatlah bagus, sangat disayangkan bahwa Norah



Vincent akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya pada tahun 2022 yang lalu.
Daftar Pustaka

Vincent, N (2006) Self Made Man: One
Woman's Journey Into Manhood and Back Again. New York: Penguin Group.
Rekomendasi PSYGHT: Rekomendasi PSYGHT:Rekomendasi PSYGHT:


-Ketika Chef menjadi Istri Raja-
Director: Yoon Sung-sik
Script writer: Park Gye-Ok & Choi Ah-il
Cast: Shin Hye-sun, Kim Jung-hyun, Choi Jin-hyuk, Bae Jong-ok, Cha Cheong-hwa
Release date: 14 Februari 2021
Jumlah episode: 20
Sebagai penikmat beberapa serial drama Korea, Mr. Queen menjadi salah satu serial favorit bagi PSYGHT untuk direkomendasikan kepada pembaca.
Dalam beberapa minggu belakangan ini, Mr. Queen meraih banyak peminat terutama di situs layanan streaming Netflix, sehingga PSYGHT memutuskan untuk mengulas drama ini. Drama ini juga merupakan salah satu karya terbaik Yoon Sung-sik.

Bermula dari seorang koki pria yang bertukar tubuh dengan ratu di dinasti
Joseon, Jang Bong-hwan (Choi Jin-hyuk) harus menjalani kehidupan yang benar-benar berbeda dengan sebelumnya.


Drama ini berisikan konflik internal kerajaan dikemas dalam jalan cerita dengan sangat menarik, sehingga membuat setiap episode dalam serial drama ini terasa emosional.
Di setiap episode dari serial drama ini terdapat adegan humor dan romantis yang porsinya sudah sangat sesuai. Terlebih lagi, kemampuan Shin Hye-sun dalam memainkan karakter sebagai ratu patut diacungi jempol.
Shin Hye-sun berakting dengan sangat luwes dan ketika dipasangkan dengan karakter raja Cheoljong (Kim Jung-hyun) rasanya seperti melihat kombinasi yang pas. Interaksi antara mereka berdua kerap kali mengundang gelak tawa, apalagi melihat tingkah ratu yang konyol.
Dalam karyanya yang kali ini, selain menuangkan banyak adegan komedi dan romantis, Yoo Sung-sik juga mengangkat isu terkait gender dominance yang sesuai dengan tema artikel majalah kali ini Gender dominance ditunjukkan oleh Jang Bong-hwan (Choi Jin-hyuk) yang tadinya pria bertukar tubuh dengan seorang wanita. Selain itu, dijelaskan pula hierarki kerajaan pada masa itu, dimana koki kerajaan haruslah seorang pria dan ratunya tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat.

Sayangnya, meskipun nama kerajaan dan rajanya asli, namun alur cerita di drama ini tidak sesuai dengan sejarah aslinya. Serial ini juga tidak dapat ditonton semua kalangan umur karena terdapat hal-hal dewasa. Jadi, drama ini kurang direkomendasikan bagi seseorang yang ingin mempelajari sejarah Korea. Hal ini dikarenakan produsernya sendiri sudah mengklaim bahwa serial drama ini keseluruhannya merupakan fiksi.
Penulis: Chelsea Jetrolin Wijaya (2022)
Designer: Yasinta Tiara Arnanda (2021)

Editor: Yustisia Krisnawulandari P. (2020) https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20210215191824220-606557/review-drama-mr-queen
Daftar Pustaka: Stefanie, C. (2021, Februari 16). Review Drama: Mr. Queen. CNN Indonesia.