
2 minute read
Berubah dengan Dhamma
PARADHAMMA
Berubah dengan Dhamma
Advertisement
Oleh: Nelson (FT 2021)
Sering tidak kalian mengingat perbuatan apa saja yang telah kalian lakukan hari ini sebelum tidur? Atau mungkin pernah membuat sebuah catatan kecil pada selembar kertas mengenai perbuatan-perbuatan baik dan buruk yang telah dilakukan pada hari itu? Sadar tidak bahwa sebenarnya hal kecil seperti itu menjadi salah satu cara untuk menyadari kesalahan diri sendiri dan melakukan refleksi diri.
Tidak setiap saat manusia selalu berbuat baik dalam setiap tindakannya. Disadari atau tidak, memang perbuatan kita tidak selalu memberikan dampak yang terbaik, bahkan terkadang lari dari ajaran Buddha Dharma. Memang sudah menjadi hal yang wajar dan tidak bisa dipungkiri bahwa manusia pasti akan melakukan kesalahan. Namun, orang yang bijaksana dengan pilihannya pasti akan berusaha untuk terus memperbaiki setiap kesalahannya.
Dalam ajaran Buddha Dharma, bentuk dari usaha untuk memperbaiki diri sendiri disebut sebagai Attasammāpaṇidhi. Kata Attasammāpaṇidhi dapat ditemukan di dalam bagian kedua dari Tripiṭaka, yaitu Sutta Piṭaka atau disebut sebagai Kanon Pali. Attasammāpaṇidhi merupakan bentuk konsep yang menjelaskan bahwa kehidupan seorang manusia dibimbing oleh diri mereka sendiri untuk mengikuti jalan yang benar. Membimbing diri dalam konteks ini bisa berupa melaksanakan Pancasila Buddhis dan masih banyak lagi. Bentuk dari tindakan untuk mencapai jalan yang benar sebenarnya tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. Jika hal yang dilakukan merupakan bentuk perbuatan yang positif dan berdampak baik, maka perbuatan tersebut patut untuk dicoba dan diusahakan untuk bisa berada di jalan tersebut.
Attasammāpaṇidhi juga berkaitan erat dengan Yonisomanasikāra; Yonisomanasikāra juga berasal dari tulisan yang sama. Yonisomanasikāra berkaitan dengan konsep pemikiran yang menyatakan bahwa refleksi terhadap diri sendiri itu dilakukan secara kritis dan analitis. Dengan adanya ilmu mengenai Yonisomanasikāra, kita akan mengerti mengenai permasalahan utama dari tindakan yang telah kita lakukan. Dengan kita berusaha mengerti akan kesalahan tersebut dan tidak mengulanginya lagi, maka kita mengerti akan konsep Attasammāpaṇidhi.
Pada dasarnya, secara teori hal tersebut memang terlihat sederhana dan mudah. Cukup melakukan refleksi terhadap diri sendiri, mengetahui hal salah yang telah dilakukan, dan kemudian membenarkan perbuatan yang salah tersebut. Namun, kenyataan terkadang berbeda dengan realitas yang ada. Pengertian akan ilmu yang ada sendiri tidak cukup untuk membenarkan hal tersebut. Perlu adanya tindakan asli yang menjadi bukti konkret bahwa sebagai manusia yang benar-benar ingin mengerti dan mencapai Attasammāpaṇidhi. Tindakan ini tidak hanya diarahkan untuk kepentingan individu atau pembenaran diri sendiri, tetapi diharapkan juga dapat berdampak baik bagi pihak yang lebih luas, seperti orang-orang terdekat kita dan masyarakat.
Satu hal yang perlu diketahui lagi adalah bahwa langkah untuk berubah ini harus didasarkan dengan upaya dari diri sendiri. Berubah dengan Dhamma tidak akan membuahkan hasil apa pun jika kita tidak menyadari kesalahan dari diri sendiri dan tidak memberikan upaya untuk membenarkan. Upaya yang dihasilkan diri sendiri menjadi bentuk nyata bahwa sebenarnya kita sebagai manusia mengetahui kita memang salah dan kita berniat untuk melakukan yang benar ke depannya demi meraih perkembangan diri sendiri.
(JAY/SHN)
