
1 minute read
Hari 2 - Waktu Luang yang Dipaksakan
Bacaan Alkitab: Zefanya 3:14-20
TUHAN Allahmu . . . memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai. —Zefanya 3:17
Pada suatu masa menjelang Natal, seorang teman didiagnosis terkena leukemia dan dianjurkan untuk segera menjalani kemoterapi. Baru beberapa minggu sebelumnya, Kim berkata kepada teman-temannya betapa ia merasa sangat diberkati dan bahagia karena memiliki keluarga yang penuh kasih, rumah yang nyaman, dan seorang cucu laki-laki yang baru lahir. Ketika harus menginap di rumah sakit, Kim berdoa agar Yesus menyatakan kehadiran-Nya dan terus mendampinginya.
Selama tujuh bulan berikutnya, Kim harus menjalani perawatan yang diikuti dengan semacam pengasingan diri. Masa-masa itu disebutnya sebagai “waktu luang yang dipaksakan”. Kim mengatakan bahwa ia belajar untuk mengurangi laju hidupnya, berpikir dengan tenang, dan menikmati kebaikan, kasih, dan rencana Allah yang sempurna, tanpa mencemaskan apakah ia akan disembuhkan atau tidak.
Salah satu janji Allah bagi umat pilihan-Nya telah dirasakan Kim secara pribadi: “TUHAN Allahmu . . . [adalah] pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai” (Zef. 3:17).
Kim memperoleh pemulihan setelah menempuh proses yang menurutnya telah mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Sekarang, ketika kembali dalam rutinitasnya, ia sering berhenti sejenak untuk mengingat kembali pelajaran dari “waktu luang yang dipaksakan” tersebut.
Baik di masa yang tenang atau penuh tantangan, alangkah pentingnya kita mendekat kepada hati Allah yang penuh kasih—untuk mendengarkan suara-Nya dan menyerahkan hidup kita ke dalam tangan-Nya. —David C. McCasland