2 minute read

Kadisdik Akui Pendidikan Moral Lemah

Kekerasan Pelajar Marak

Surabaya, Memorandum

Advertisement

Kasus kekerasan terhadap siswa SMPN 11 menjadi catatan penting bagi dinas pendidikan (Disdik) Surabaya. Apalagi, Pemkot juga mencanangkan Surabaya sebagai Kota Layak Anak (KLA) Dunia. Kasus tersebut juga mencoreng dunia pendidikan. Lalu apa ada yang salah dengan pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah?

Kepala Disdik Yusuf Masruh dalam hearing di Komisi D Jumat (10/3) mengatakan, pihaknya telah menyampaikan kepada para guru di Surabaya untuk meningkatkan pendidikan agama maupun memberikan pesan moral terhadap para pelajar setiap saat.

“Sudah kami sampaikan ke guru agama, agar (pelajar) dikuati religinya, doa, dikasih pesan pesan moral mau masuk pembelajaran maupun pulang pembelajaran, terus diajak ngaji,” kata Kepada Dinas Pendidikan Kota Surabaya Yusuf Masruh, Jumat (10/3). Tidak hanya peran guru, fungsi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di sekolah juga sangat penting untuk berperan serta dalam menekan angka kekerasan di sekolah.

“Sementara kalau guru BK (bimbingan konseling) ditingkatkan konselingnya ke anak-anak. Pun dari OSIS juga bisa berperan serta jadi anak-anak tidak sungkan untuk curhat, tapi solusinya dari guru,” kata Yusuf. Disamping itu, Yusuf juga menekankan agar para guru ikut serta mengawasi pelajar saat jam istirahat. Sehingga hal hal yang tidak diinginkan dapat ditekan.

Korban Pengeroyokan

Kukuh Tempuh Jalur Hukum

KEDUA pihak saling lapor. Baik orang tua dari MDDS (16) siswa kelas 9 SMP Negeri 11 Surabaya maupun orang tua AH (15) siswa kelas 8 SMP Negeri 11 Surabaya terkait kasus perkelahian antarpelajar.

Husaini selaku orang tua MDDS masih kekuh menempuh jalur hukum. Terlebih, putranya mengalami patah lengan kiri usai tertabrak oleh sepeda motor saat dikejar kerabat AH. Selain itu, MDDS juga mengalami luka-luka akibat dikeroyok belasan pelajar SMA suruhan kerabat AH.

“Kondisi anak saya masih lemas di rumah. Belum benar-benar pulih. Tulang lengan kirinya patah. Kita akan tetap menempuh jalur hukum apalagi pelakunya ada yang sudah berusia 19 tahun ke atas,” kata Husaini usai menghadiri hearing di Komisi D DPRD Surabaya, Jumat (10/3).

Hal yang sama juga dilakukan oleh orang tua AH. Mereka ikut melaporkan MDDS ke polisi. Pasalnya, MDDS melakukan

Bersambung ke halaman 10

Surabaya, Memorandum

Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota

Surabaya intens mewujudkan kelurahan bersinar (bersih narkoba) untuk tahun ini. Berdasarkan data identifikasi BNN RI, dari 154 kelurahan di Surabaya tercatat ada 24 kelurahan yang masuk kategori bahaya.

Dalam indikator utama, bahwa 24 kelurahan yang tersebar di Surabaya itu terdapat pengedar, ada barang bukti, tersangka, penyalahgunaan narkotika dan tindak kriminalitas.

“Jadi kalau 154 (kelurahan), ada 24 kelurahan itu kategori bahaya. Jadi ada 15, 5 persen daerah di Surabaya masuk kategori bahaya,” ujar Kasi Humas BNNK Surabaya Singgih Widi Pratomo, Jumat (10/3).

Dikatakan Singgih, untuk 24 kelurahan bahaya yang difokuskan utk penanganan.

Sehingga langkah-langkah yang dilakukan BNN pertama berkoordinasi dengan Pemkot Surabaya.

“Alhamdulillah, Pemkot Surabaya juga support kegiatan kita. Sehingga nanti kegiatan sosialisasi, penyuluhan, pendampingan, bimbingan lanjut fokus kepada kelurahan apisi-

“Tadi saya juga menyampaikan harapan kami kalau anak anak istirahat, para guru bagi tugas untuk dipantau harapannya, karena kondisional anak berbeda, ada yang tensinya tinggi sehingga ada yang memberi wawasan solusi ke anak anak tidak sampai terjadi suatu hal,” paparnya. Di akhir Yusuf berharap agar persoalan yang terjadi di SMPN 11 bisa diselesaikan kekekuargaan. Karena ini menyangkut masa depan anak.

“Kita akan berupaya baik dari pihak sekolah sudah melakukan upaya

Bersambung ke halaman 10

This article is from: