Kita dalam Belenggu Corona

Page 1


2

MANUNGGAL

SALAM REDAKSI

DESEMBER 2020

Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Manunggal Universitas Diponegoro

Salam Pers Mahasiswa! Setelah cukup lama tidak menyapa pembaca sekalian, akhirnya, atas izin Tuhan Yang Mahakuasa serta dukungan dan kerja sama berbagai pihak, Tabloid Manunggal Edisi Pandemi Covid-19 ini dapat diterbitkan. Tahun 2020 agaknya memang menjadi sebuah tahun yang berbeda. Adanya pandemi Covid-19 yang merebak pada awal tahun ini seakan mengubah tatanan kehidupan yang selama ini telah terbentuk. Namun, pandemi bukanlah halangan bagi kami untuk tetap menghadirkan tulisan informatif dan berkualitas untuk pembaca sekalian. Berbeda dengan edisi sebelumnya, edisi kali ini mengangkat tema yang lebih relevan untuk dibi- carakan, yakni seputar Covid-19. Pandemi Covid-19 ini secara nyata telah berdampak pada berbagai aspek dalam lini kehidupan. Kesehatan, ekonomi, gaya hidup, maupun aspek sosial terdampak oleh adanya pandemi ini. Tak terkecuali isu diskriminasi terhadap masyarakat Asia yang dianggap sebagai pembawa virus. Belum cukup sampai

di situ, kasus yang terus melonjak tiap harinya yang tak dibarengi dengan upaya penekanan kasus juga pantas menjadi sorotan. Rubrik Esai dalam tabloid ini mencoba menelaah secara kritis permasalahan tersebut. Dunia pendidikan, khususnya perkuliahan, akhirnya menerapkan solusi pembelajaran jarak jauh. di tengah sergapan virus, mahasiswa tetap harus terus menimba ilmu meski de -ngan jalan yang tak selalu mulus. Kebutuhan perangkat belajar, kuota internet, keterjangkauan sinyal, hingga masalah mengenai tugas kuliah yang diberikan diulas dalam rubrik Opini yang tak kalah menarik untuk dibaca. Didukung dengan penelitian saintifik dan data ilmiah, Covid-19 memanglah sebuah pandemi yang menimbulkan kekacauan besar‒setidaknya dalam kurun waktu seratus tahun terakhir. Namun, pernahkah kalian menyangka kalau kejadian semacam ini juga tergambarkan dalam cerita Mahabarata? Rubrik Sastra Budaya akan membuka pandangan kalian mengenai “pralaya” yang kondisinya sebelas‒dua belas dengan kondisi pandemi ini.

Mulai lelah dengan Covid-19 yang kita juga tak tahu sampai kapan akan berakhir ini? Mari sejenak merilekskan pikiran dengan membaca cerita pendek dalam rubrik Cerpen. Ada dua cerita pendek menarik yang dapat dibaca di tengah kacaunya dunia saat ini. 2020, seperti yang sudah diceritakan di awal, merupakan tahun yang sedikit berbeda. Oleh karena itu, mari kita telusuri kejadian apa saja yang telah terjadi sejak awal kemunculan Covid-19 di Indonesia sampai pada tabloid ini terbit. Beberapa kejadian dalam lingkungan Undip maupun skala nasional dapat kita baca dalam rubrik Peristiwa. Sepertinya akan terlalu panjang tulisan ini jika membahas semua rubrik. Daripada semakin penasaran, ada baiknya kalau langsung saja kita baca sampai tuntas. Tabloid tentunya menghadirkan tulisan-tulisan bermanfaat dan informatif untuk pembaca. Akhir kata, selamat membaca!

Redaksi menerima tulisan berupa opini, esai, puisi, cerpen, surat pembaca dan akademika. Tulisan diketik rapi dangan spasi 2, dan maksimal 3 folio. Redaksi berhak melakukan penyuntingan naskah seperlunya. Tulisan dapat dikirim melalui e-mail ke redaksi@manunggal.undip. ac.id atau persmanunggal@yahoo.com

Pelindung Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum. Penasihat Budi Setiyono, S.Sos., M.Pol.Admin., Ph.D,Prof. Dr.rer.nat. Heru Susanto, S.T., M.M., M.T., Dr. Darsono, S.E. Akt., MBA, Prof. Dr. Ir. Ambariyanto, M.Sc., Dr. Adi Nugroho Pemimpin Umum Erlin Lutvia Anjani Sekertaris Umum Indah Nur Apriliani Pemimpin Redaksi Alfiansyah Pemimpin Litbang Windusiwi Asih Akbari Pemimpin Perusahaan Sintia Mulia Ramadhanty Redaktur Pelaksana Tabloid Dini Izzati Sabilla Reporter Tabloid Fidel Satrio, Seima Lubabah, Aditya Putra, Nirmala Dian Redaktur Pelaksana Majalah Sarah Alfi Maiza Reporter Majalah M. Daffa, Annurya Hamida, Rizky Farhan, Safrilina Husnun Redaktur Pelaksana Cybernews Winda Nurghaida Reporter Cybernews Ni Kadek Ayu Cindy Yulita, Nabila Lathifah, Aslamatur Rizqiah, Fidya Azzahro Redaktur Media dan Publikasi Dyah Satiti Pujitaningrum Staf Media dan Publikasi Salma Zakiyyah, Chairunnisa, Rangga Eka, Sofatun Misrofah, Anasta Caesar Redaktur Pelaksana Desain Luthfia Rizqia Nisa Staf Desain Ardiani Eka Setyorini Wulan Cahya Rahmadani Mahfudhoh Ulin Nuha Manajer Rumah Tangga Sinta Maulia Manager Produksi, Distribusi dan Iklan Hiskia Rizki Amanina Chasanti Staf Produksi, Distribusi dan Iklan Inez Clarissa, Aldilla Natasya Manager EO Tita Adi Tiyawati Staf EO Annisa Rahma, Rona Arinal Haq Kadiv Kaderisasi Faqih Himawan Staf Kaderisasi Yuliana Filmafiroh, Siti Marfu’ah Kadiv Data dan Informasi Salsabila Afra Ariqoh Staf Data dan Informasi Vania Elvina, Jazilatun Nihla Kadiv Jaringan Kerjasama Safira Rosa Az-Zahra Staf Jaringan Kerjasama Rifaldoni, Salma Ayyasi


GAUNG

DESEMBER 2020

MANUNGGAL

Polemik Pandemi Masuki Babak Baru Kehidupan Oleh: Erlin Lutvia Anjani (Pemimpin Umum LPM Manunggal 2020)

A

khir 2019 lalu, dunia dikejutkan dengan munculnya klaster kasus pneumonia Coronavirus disease 2019 (Covid-19). Virus yang diyakini muncul di Wuhan, China untuk pertama kali itu menjadi momok bagi banyak orang. COVID-19 menyebar luas ke berbagai penjuru dunia. Hingga 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengonfirmasi kasus Covid-19 pertama di Indonesia. Sejak itu, Indonesia turut dihadapkan pada satu persoalan yang berdampak pada berbagai lini kehidupan. Menjelang satu tahun sejak China pertama kali melaporkan virus ini pada World Health Organization (WHO) 31 Desember lalu, angka Covid-19 di Indonesia tak kunjung turun

hingga tulisan ini dibuat. Tidak adanya kepastian sampai kapan pandemi berakhir, mendorong pemerintah untuk mengeluarkan sejumlah kebijakan. Di samping upaya pemutusan mata rantai penyebaran virus, pemerintah menggaungkan adaptasi kebiasaan baru melalui protokol kesehatan. Berbicara mengenai dampak pandemi, tidak hanya kesehatan yang dipertaruhkan. Terhambatnya berbagai aktivitas tentu berimbas pada roda perekonomian. Pemulihan ekonomi di tengah adaptasi kebiasaan baru sempat menjadi problematik. Sebab, di sisi lain juga ada upaya pemutusan mata rantai Covid-19 yang tengah diperjuangkan.

Selain perekonomian, dunia pendidikan juga memasuki babak baru. Sebagai bagian dari upaya pemutusan Covid-19, Mendikbud Nadiem Makarim memutuskan pembelajaran secara daring. Hal tersebut juga berlaku bagi perguruan tinggi. 18 Juni lalu, Rektor Undip Prof. Yos Johan Utama turut mengeluarkan kebijakan terkait perkuliahan daring hingga Desember 2020. Berlakunya perkuliahan daring di Undip tak luput dari polemik. Sejak awal daring, mahasiswa mengeluhkan berbagai bentuk ketidaksiapan perkuliahan daring. Di antara masalah yang sering dihadapai yaitu website kuliah online yang tidak

dapat diakses oleh mahasiswa. Selain itu, mahasiswa mengeluhkan beban perkuliahan yang dinilai tidak sebanding dengan sistem perkuliahan daring di tengah pandemi. Dengan berakhirnya semester ini, nampaknya diperlukan evaluasi perkuliahan yang serius lantaran hingga saat ini belum ada kepastian sistem perkuliahan di semester selanjutnya. Mengingat kurva persebaran Covid-19 yang belum melandai, rupanya perkuliahan daring masih menjadi opsi terbaik. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi yang menyeluruh agar perkuliahan daring dapat berjalan dengan lebih baik.

Selamat dan Sukses

Annisa Rachmawati

Sherline Vicky A.

Verensia Audre Santoso

Nur Chamida

Ketua Divisi Kaderisasi (2019)

Ketua Divisi PDI (2019)

Sekretaris Umum (2019)

Staff PDI (2019)

3


4

MANUNGGAL

ESAI

DESEMBER 2020

Etnis Asia & Covid-19: Wujud Diskriminasi Kala Pandemi Oleh Fidel Satrio Hadiyanto/Manunggal

W

uhan, sebuah kota di Cina dilanda wabah virus Corona. Kota yang dulu merupakan tempat Revolusi Cina, menjadi penjara bagi warganya sendiri lantaran pemerintah setempat mengisolasi tempat tersebut untuk mencegah penyebaran virus yang dimulai pada 28 Januari. Hingga 8 April 2020, pemerintah Cina membuka semua jalur menuju luar kota meski semua orang diwajibkan memiliki “surat izin” bila ingin meninggalkan kota. Penyebaran Covid-19 tidak berhenti di Wuhan saja, hampir seluruh wilayah Cina kedapatan kasus positif yang kemudian menyebar hingga ke seluruh dunia. Tercatat sebanyak 216 negara telah memiliki kasus Corona dengan total 45 juta kasus per 30 Oktober 2020. Keadaan ini tentu melumpuhkan negara-negara tersebut pada berbagai bidang

serta penerapan lockdown juga dilakukan di berbagai kota dan daerah. Namun, dampak virus ini tidak hanya pada kesehatan dan kehidupan masyarakat, akan tetapi juga pada maraknya kasus diskrimi -nasi dan rasisme yang terjadi terhadap masyarakat Tionghoa di mancanegara. Keberadaannya dianggap sebagai sumber penyebaran virus sehingga tidak sedikit terjadi persekusi terhadap mereka. Bahkan, di beberapa negara, masyarakat beretnis Asia juga ikut jatuh ke jurang diskriminasi. Masyarakat Asia mendapatkan persekusi, hinaan, dan perundungan dari beberapa orang. Beberapa pemerintahan di dunia juga ikut ambil bagian dalam rasisme, seperti yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam pengumumannya

perihal perkembangan kasus penyebaran virus ini kepada wartawan. Ia menyebutnya “Chinese Virus” atau virus China. Pernyataan ini sempat dipertanyakan oleh seorang wartawan, namun ia hanya berkata “ini sama sekali bukan rasis, (virus) itu datang dari China”. Pernyataan itu cukup mewakili perlakuan rasisme yang terjadi di negaranya. Pernyataan senada juga keluar dari Menteri Perdagangan AS, Wilbur Ross, yang mengatakan bahwa pandemi Covid-19 di Tiongkok akan membawa lapangan pekerjaan baru di Amerika dan Meksiko. Di wilayah Amerika Utara dan Eropa, masyarakat Tionghoa mengalami kesulitan dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Bisnis milik mereka (terutama di bidang kuliner), baik di Pecinan maupun di luar mengalami penurunan omset sebagai akibat

tidak adanya orang yang mau datang lantaran kebersihan toko/barangnya dipertanyakan. Bahkan, beberapa usaha sempat dirusak oleh orangorang tidak bertanggung jawab. Sebaliknya, terdapat beberapa toko yang menolak pelanggan/pengunjung beretnis Asia untuk masuk ke dalam tokonya lantaran takut akan menyebarkan virus corona. Tidak hanya terjadi di Ameri- ka dan Eropa, di Asia sendiri pun hal tersebut juga terjadi. Masyarakat asal Tiongkok dilarang masuk ke negara-negara tetangganya untuk meng -hindari penularan virus. Di sosial media Jepang muncul tagar #ChineseDontComeToJapan atau # 中 国 人 は日本 に来るな. Netizen di sana menganggap warga negara tetangganya ini sebagai “bioteroris”, “kotor”, dan berbagai komen negatif lainnya. Semua menutup diri dari negara tersebut.


ESAI

DESEMBER 2020

Serupa dengan negara Asia lainnya, di Indonesia sendiri juga terjadi penolakan di Sumatera Barat, di mana sekelompok orang meng -atasnamakan masyarakat Sumbar menolak masuknya 150 turis asal Yunan ke Sumbar. Bahkan, Forum Masyarakat Minangkabau menuntut mereka dipulangkan dalam waktu 2x24 jam. Mereka menilai kedatangan turis asing tersebut dapat menyebarkan virus corona. Ranah sosial media juga tidak luput dari nyinyiran warganet. Banyak yang menyebut bahwa wabah yang terjadi di Wuhan merupakan azab dan dikaitkan dengan masalah Uighur. Sikap dari sekelompok orang ini tidak lepas dari sentimen masyarakat Tionghoa di Indonesia. Sentimen itu muncul lantaran banyaknya dari mereka yang sukses dan memiliki “keterkaitan” dengan komunisme di masa lampau. Xenophobia dan Media Akun instagram Universitas California yang terletak di Berkeley Amerika Serikat sempat memposting sebuah

unggahan yang memperlihatkan “keadaan biasa” ketika pandemi Covid-19. Salah satu poin yang menjadi kontroversial ialah anggapan bahwa xenofobia merupakan hal yang biasa terjadi ketika pandemi. Unggahan itu sudah dihapus seusai mendapatkan kecaman dari warganet, namun cukup menggambarkan keadaan yang memang terjadi ketika pandemi ini berlangsung. Xenofobia merupakan rasa takut terhadap orang asing, dalam kasus ini adalah masya -rakat beretnis Asia atau yang memang berasal dari Asia. Pandemi ini hanya membakar kembali masalah diskriminasi etnis Tionghoa di du -nia. Sebagai bangsa yang disiplin dan giat bekerja, mereka dahulu disenangi oleh bangsa Eropa sehingga dijadikan pekerja. Berbeda dengan sekarang, Tiongkok dahulu hanya -lah negeri yang kacau dan dipermainkan oleh bangsa Barat. Banyak wilayahnya yang dikuasai oleh terutama bangsa Eropa, serta diperasnya sumber daya yang ada

demi kepentingan mereka. Perekonomian mulai bangkit ketika Deng Xiaoping mengubah sistem perekonomian komunis menuju pasar bebas pada dasawarsa 1980. Keberhasilan mereka sekarang dapat dikatakan sebagai balas dendam terhadap penjajahnya dahulu. Akibatnya, masyarakat Tionghoa harus siap menerima pil pahit sebagai salah satu etnis yang terdiskriminasi di dunia. Media sosial berperan besar dalam penyebaran hasutan provokatif, rasisme, dan diskriminasi yang terjadi. Dari sini berita tersebar ke seluruh dunia, begitu pula ajakan untuk memboikot segala sesuatu

MANUNGGAL

yang berbau Tionghoa atau Asia. Sementara itu, media mainstream yang go international juga ikut memprovokasi masyarakat dengan menampilkan narasi-narasi negatif tentang Corona yang dikaitkan dengan Tiongkok. Kedua kombinasi ini cukup untuk membuat masya -rakat internasional menghindari dan membenci segala sesuatu yang berbau Tionghoa. Foto: opiniojuris.org, news.metro24jam.com

Sumber: 1. Nylah Burton. The coronavirus exposes the history of racism and “cleanliness” (diakses 30 Oktober 2020) dikutip dari https://www.vox.com/2020/2/7/21126758/coronavirus-xenophobia-racism-china-asians 2. Hrw.org, Covid-19 Fueling Anti-Asian Racism and Xenophobia Worldwide, (diakses 30 Oktober 2020), dikutip dari https://www.hrw.org/news/2020/05/12/covid-19-fueling-anti-asian-racism-and-xenophobia-worldwide 3. Victoria Lindrea & Francesca Gillett, Coronavirus: British Chinese people reveal prejudice amid outbreak, (diakses 28 Oktober 2020), dikutip dari https://www.bbc.com/news/uk-51348593 4. Muhammad Zulfikar Rakhmat, Indonesia must tackle corona-driven growth in anti-Chinese xenophobia, (diakses 1 November 2020), dikutip dari https://asia.nikkei.com/Opinion/Indonesia-must-tackle-corona-driven-growth-in-anti-Chinese-xenophobia 5. CGTN, Epidemic of Sinophobia: Headlines are scarier than the coronavirus, (diakses 1 November 2020), dikutip dari https://news.cgtn.com/news/2020-02-06/Epidemic-of-Sinophobia-Headlines-are-scarier-than-the-coronavirus-NRcGMnKczm/index.html

5


6

ESAI

MANUNGGAL

DESEMBER 2020

Hiruk-Pikuk Covid-19: Riwayat dan Permasalahannya Oleh Fidel Satrio Hadiyanto/Manunggal

T

erhitung sejak 14 Februari 2020, virus corona atau lebih dikenal dengan Covid-19 masuk ke tanah air melalui seorang WNA Jepang. Seperti yang dilansir pojoksatu.id, sang WNA merupakan seorang wanita berumur 41 tahun yang bermukim di Malaysia. Agendanya ke Indonesia guna menemui kawannya, seorang wanita warga Depok berumur 31 tahun yang merupakan guru dansa. Mereka bertemu di Kafe Amigos pada hari valentine dan berdansa bersama. Dua hari berselang, temannya ini mengalami batuk hingga harus dibawa ke rumah sakit terdekat, namun diperbolehkan pulang. Dikarenakan tidak kunjung sembuh, kemudian sang pasien diinapkan di rumah sakit hingga mendapatkan telepon bahwa teman WNAnya terinfeksi Covid-19. Akhirnya, ia pun dibawa ke RSPI Sulianti Saroso untuk perawatan lebih lanjut. Ibu sang pasien kemudian ikut dinyatakan positif, yang arti -nya keduanya menjadi orang pertama yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia. Sementara itu, di Kota Semarang tidak diketahui secara pasti kapan masuknya virus ini. Namun, virus ini diduga pertama kali masuk pada bulan Februari 2020, ketika pasien

beliau sudah gagal dalam menjalankan tugasnya. Puncaknya terjadi ketika jurnalis Najwa Shihab melakukan “wawancara� dengan kursi kosong yang harusnya diduduki oleh sang menteri dalam acara Mata Najwa yang diupload pada kanal Youtube tanggal 28 September 2020. Banyak pula protes dan gugatan yang dilayangkan oleh masyarakat terhadap pemerintah. Lembaga ne -gara ini dinilai tidak serius menangani masalah Covid-19.

illustrasi: Wulan/Manunggal

suspect corona menda -patkan perawatan di RSUP Dr. Kariadi. Seperti dilansir oleh Tempo, pasien merupakan seorang pria berumur 37 tahun yang baru saja kembali dari Spanyol dan transit di Dubai, Uni Emirat Arab. Sejak saat itu, mulailah bermuncul -an kasus-kasus positif Covid-19 di Kota Semarang yang bahkan pernah menjadi kota dengan kasus Covid-19 terbanyak se-Jateng. Rata-rata pasien memiliki riwayat bepergian ke luar negeri dan baru saja kembali ke tanah air. Hingga saat tulisan ini diketik, sudah 471 ribu kasus positif di Indonesia dan terus mengalami peningkat -an. Seperti dilansir oleh

siagacorona.semarangkota.go.id, di Kota Semarang terdapat 11.853 terkonfirmasi kasus positif Covid-19 terhitung sejak 17 November 2020. Namun apa sebenarnya penyebab dari meningkatnya kasus virus asal Tiongkok ini? Dilihat dari situasi yang ada, saat ini masyarakat dan pemerintah masih saling menyalahkan perihal penyebaran ini. Pada tingkat pusat, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjadi orang yang paling disa -lahkan pasca hilangnya beliau dari khalayak umum. Menghilangnya Menkes Terawan memberi persepsi di kalang -an masyarakat bahwa

Sejak awal masuknya virus ini ke tanah air memang sudah terlihat betapa kurang perhatiannya pemerintah dalam menangani masalah ini. Penjagaan di pintu masuk tanah air dirasa kurang lantaran terdapat beberapa WNA positif Covid-19 yang lolos. Namun, bila dilihat pada kota Semarang misalnya, masih ada masya -rakat yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku. Beberapa “blunder� pemerintah justru dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan kegiatannya secara leluasa alih-alih tetap menerap -kan protokol kesehatan dengan tidak keluar rumah dan menjaga jarak. Sebagai contoh, pada hari libur panjang kemarin kota ini diserbu oleh pendatang yang terdiri atas mahasiswa dan pemudik. Mereka memanfaatkan momentum


ESAI

DESEMBER 2020

tersebut untuk menikmati liburan atau sekadar memeriksa kos-kosan yang telah ditinggal selama 6 bulan lamanya. Jenuh dan Tugas Meskipun kasus Covid-19 terus meningkat, tak sedikit mahasiswa Undip yang memutuskan kembali ke tanah rantaunya. “Mereka tuh pada datang alasannya rata-rata gak nyaman di rumah,” perkataan tersebut keluar dari Yogi, seorang mahasiswa asal Tegal yang diharuskan tinggal di Tembalang lantaran lomba yang diikutinya. Ia menjelaskan bahwa banyak mahasiswa Undip yang kembali ke kosannya kebanyakan merasa tidak nyaman di rumah ketika kuliah online berlangsung. Kesulitan yang dialami mereka kadang kala berasal dari jaringan internet yang kurang baik, serta orang tua yang tidak mengetahui sistem kuliah online sehingga sering ditegur karena menatap layar laptop/hp dalam jangka waktu yang lama. Hal senada juga keluar dari Endi, mahasiswa asal Tangerang Selatan yang memilih mengikuti perkuliahan di kosannya. Ia menambahkan bahwa mahasiswa yang memilih ke Tembalang rata-rata rindu dengan suasana kecamatan tersebut dan lebih merasa bebas dibandingkan di rumah. Menjelang semester baru ini, mahasiswa baru mulai mencari kos-kosan yang telah sepi ditinggal penghuni lamanya. Beberapa penghuni lama telah meninggalkan kos-

nya lantaran tidak mampu membayar selama 6 bulan mereka tinggalkan. Menurut Yogi, diperkirakan November hingga Januari akan banyak mahasiswa yang mencari kos untuk persiapan semester baru. Tidak ditaati dan Kurang Tegas Berdasarkan penuturan para mahasiswa ini, penerapan protokol kesehatan di daerah ini dirasa kurang atau hanya sebatas menggunakan masker saja. Keru -munan masih terlihat di burjo-burjo meski imbauan telah ada hingga ke RT/RW. Untuk mengatasi hal ini, polisi melakukan patroli di sekitar jalan besar, terutama di tempat-tempat tongkrongan di Temba -lang. Menurut penuturan Endi dan Arista (mahasiswi asal Tangsel), mereka yang tertangkap biasanya dikenakan sanksi sosial berupa menyapu jalan. Namun semakin hari hanya imbauan saja yang masih dilaksanakan, sementara bagi mereka yang tertangkap hanya dimintai nomor KTP saja tanpa penanganan lebih lanjut. Di kota Semarang sendiri, masyarakat juga tidak ada perbedaan, menggunakan masker saja namun tidak mengikuti protokol kesehatan. Kurang tegasnya pemerintah dan masyarakat yang tidak menaati protokol menjadi kombinasi yang kuat dalam ketidakjelasan berakhirnya pandemi.

MANUNGGAL

7

Ada Penutup Mulut di Atas Tali Jemuran Oleh: Yonda Eka Rinestu (Ilmu Perpustakaan 2020) Dari sepotong nagari sampai ujung belahan bumi Orang putih memaki kebingungan Orang hitam memeras peluh dari hazmat Salah seorang berseru: “Oi! Perang sudah terjadi!” Para pemimpin berlari mengasah bambu runcing Para prajurit menjerit turun dari langit Seketika semesta sesak Dihimpit aturan-aturan sengit bersama waktu yang terus melilit Ribuan pinta berterbangan mencari sang pertapa, Yang mampu menjawab di tengah kebisingan medan pertempuran Aku bertanya-tanya, “Ada apa dengan perumahan di kota?” Pilu dan kosong yang menderu-deru Takut, kalut, berkelut Jalanan tampak sunyi Hanya sesekali hembusan angin membawa pandemi Membuat semua orang menyembunyikan mulut dan hidung di balik kain penutup Semesta terasa jahat dan angkuh Manusia bak dedaunan musim kemarau yang luruh Tak ada lagi yang lebih tangguh selain sinar matahari pukul sepuluh Tuan-tuan singgah berjemur Nyonya-nyonya sibuk menjemur Tali ke tali yang terjajar penutup mulut di atasnya Menjadi tanda betapa rumitnya persoalan semesta Yang sedang berupaya melepas bungkaman tangan Sang Maha Pencipta

illustrasi: pngtree.com


8

SASTRA BUDAYA

MANUNGGAL

DESEMBER 2020

Ketika Pralaya Menggegerkan Tanah Jawa Oleh Fidel Satrio /Manunggal

S

aat ini dunia tengah digegerkan dengan datangnya virus Covid-19. Semua negara sedang berwaspada dan berjuang, termasuk Indonesia. Wabah ini memaksa semua orang harus menjaga jarak dan menjadi Hikikomori, orang anti-sosial yang sering menyendiri di kamar/rumah. Pemerintah sendiri mengalami dilema dalam menghadapi masalah kurva penderita yang kian meningkat. Selain itu, terdapat 4 gunung berapi (Merapi, anak Krakatau, Semeru, dan Kerinci) meletus atau erupsi pada awal April, di saat yang genting ini. Bisa jadi saat ini “Pralaya” sedang berlangsung di Indonesia dan seluruh dunia. Apa itu Pralaya ? Dalam agama Hindu, Pralaya merupakan kiamat pada akhir siklus atau dunia. Berdasarkan kitab Weda, dunia terbagi menjadi empat periode, yaitu: Satyayuga, Tretayuga, Dwaparayuga, dan Kaliyuga. Pada masa yang terakhir, Dewa Wisnu akan turun ke bumi dan membasmi kejahatan sekaligus menegakkan dharma. Dunia pun mengalami

pembaharuan dan kem- rumput yang dicabut. bali ke zaman Satyayu- Wangsa Yadawa pun ga. musnah seketika, hanya Sri Kresna yang Dalam cerita Ma- masih hidup. Setelah habarata, Pralaya digam- pembantaian berakhir, barkan saat berakhirnya Sri Kresna kemudian perang Bharatayudha. bersemedi hingga ajal Sri Kresna bersama menjemputnya. Kematidinastinya, Yadawa, annya menjadi akhir dari mengalami kehancur- Dwaparayuga dan awal an. Kerajaan Dwaraka dari Kaliyuga. Kehancumengalami kehancuran ran wangsa Yadawa disetelah diterpa tsunami anggap sebagai Pralaya. besar. Wangsa Yadawa Peristiwa tersebut kemukemudian mengungsi ke dian “terjadi” di Jawa. kerajaan Mandura yang dipimpin oleh Baladewa, kakak Kresna. Dalam perjalanan mereka Dari Sailendra ke Isana memutuskan beristirahat Kerajaan Mataram dahulu di sebuah ladang ilalang. Di sana mere- diperkirakan eksis pada ka bermabuk mabukan abad ke 8 Masehi. Kerahingga salah seorang jaan ini memiliki wilayah dari mereka memprovo- meliputi Jawa Tengah kasi sesamanya. Perke- hingga Jawa Timur. Balahian pun tak terhindar- nyak peninggalan arkekan, salah seorang dari ologi berupa candi dan mereka tidak sengaja prasasti yang berasal mencabut sebuah rum- dari era ini, salah satuput dan berubah menjadi nya bisa kita saksikan di Ungaran. Pada abad gada. ke-10, terjadi perpinPerkelahian terse- dahan pusat kerajaan but kemudian menja- ke wilayah Jawa Timur. di pembantaian ketika Penyebab perpindahan semua orang menggu- ini masih menjadi pernakan gada dari rumput debatan di kalangan ahli

sejarah. Salah satu teori menyatakan bahwa letusan gunung Merapi menjadi penyebab dari pindahnya kerajaan. Teori bencana ini dikemukakan oleh R.W. van Bemmelen, Ahli Geologi asal Belanda. Menurutnya meletusnya gunung Merapi mengakibatkan terjadinya kerusakan di Ibu kota, Peristiwa ini dianggap sebagai “Pralaya” oleh masyarakat pada masa itu, sesuai dengan kepercayaan mereka. Bukti yang disajikan adalah ditemukannya candi-candi yang tertimbun akibat letusan gunung Merapi. Peristiwa Pralaya mengakibatkan terjadi perubahan wangsa atau dinasti di tanah Jawa. Berdasarkan landasan kosmologis pada masa itu, kerajaan baru berarti dunia baru. Wangsa Isana berdiri menggantikan Sailendra. Sang pendiri ialah Pu Sindok yang pada masa Rakai Sumba merupakan Rakryan Mapatih i Hino, posisi penerus tahta kerajaan. Beliau menjadi raja bergelar Sri Isanatungga. Pada masa Airlangga dikeluarkan Prasasti Pucangan (1041 M) berisi silsilah raja. Pada masa Dharmmawangsa Tguh, terjadi huru hara


SASTRA BUDAYA

DESEMBER 2020

yang menyulut Pralaya kedua.

seorang hambanya, Narattoma, kabur ke hutan karena ulah dari Dewi Kali.

Pralaya Kedua

Keterangan terpe- rinci tentang Airlangga terdapat pada bagian bahasa Jawa kuno. Dikatakan bahwa waktu terjadi serangan ia baru berumur 16 tahun dan belum mahir menggunakan alat-alat senjata. Sebagai penjelmaan Wisnu, dia tidak binasa selama Mahapralaya berlangsung. Di hutan, ia berteman dengan petapa suci dan hidup layaknya pertapa. Selama di hutan ia tidak melupakan pemujaan terhadap dewa-dewi sehingga amat besar cinta kasih kepadanya. Pada tahun 941 Saka (1019 M) ia direstui oleh

Prasasti Pucangan memberitakan tentang serangan Haji Wurawari, raja bawahan Mataram, pada tahun 939 Saka (1017 M). Serangan terjadi pada saat pernikahan putri Dharmawangsa Teguh dengan saudara sepupunya, Airlangga. Haji Wurawari menyerang dari arah Lwaram. Banyak pembesar kerajaan yang meninggal, termasuk Dharmawangsa Teguh. Ibu kota kerajaan kembali mengalami kerusakan. Jawa mengalami Pralaya sekali lagi. Airlangga bersama

MANUNGGAL

pendeta Siwa, Buddha, dan Mahabrahmana sebagai raja dengan gelar Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Pada Prasasti Pucangan juga dijelaskan bagaimana Airlangga membalas dendam para “iblis�, dalang dari peristiwa tersebut. Dikisahkan satu per satu dalang dihabisi serta wilayah-wilayah yang hilang akibat dari pralaya lambat laun kembali ke pangkuan Mataram. Seusai masa konsolidasi dan legitimasi, Airlangga pun menyebarkan dharma dan menerapkannya di setiap wilayah kekuasaannya. Masa ini dapat dikatakan sebagai New normal setelah pepera-

ngan dan penaklukan yang berkepanjangan. Masyarakat dapat hidup tenang dan sejahtera dibawah kepemimpinan Airlangga hingga pada akhirnya kerajaan tersebut pecah menjadi kerajaan baru bernama Panjalu dan Jenggala. Bagaimana dengan Indonesia? Apakah di masa New Normal ini dapat kembali sejahtera seperti sedia kala? Illustrasi: Pinterest.com, kluban.net

Dua ribu dua puluh Satu dunia satu keluh Tanpa membedakan daerah sesak orang Kawasan penuh galian tambang Negri banyak uang atau utang Tanah mulia ataupun medan perang Benang takdir telah dianyam Menjadi helaian kain yang membungkam Menjelma pintalan tali yang mengekang dalam ruang Mewujud bungkusan kafan yang kesepian

2020 Oleh: R. Damanhuri (Informatika 2020)

illustrasi: freepik.com

Dua ribu dua puluh Adalah ibu segala tahun Yang menanggung derita hampir sembilan warsa Dan melahirkan angka-angka Bermula dengan sulungnya, angka jangkitan Disusul kasus kematian Lalu perekonomian dan pengangguran Sampai si bungsu tarif pengobatan Dua ribu dua puluh Manusia telah tiada Hanya tersisa angka-angka Kambang, 2020

9


10

MANUNGGAL

PERISTIWA NASIONAL

DESEMBER 2020


DESEMBER 2020

illustrasi: Wulan/Manunggal

PERISTIWA NASIONAL

MANUNGGAL

11


12

MANUNGGAL

PERISTIWA UNDIP

DESEMBER 2020


OPINI

DESEMBER 2020

MANUNGGAL

Pembelajaran Jarak Jauh, Solusi atau Ironi? Oleh Aditya/Manunggal

M

asih berlangsung -nya pandemi Covid-19 menimbulkan kecemasan bagi masyarakat. Terlebih jika melihat pada dunia pendidikan di mana banyak sekolah yang belum benar-benar siap menghadapi kejutan perubahan, dari kebiasaan pembelajaran tatap muka ke model pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring. PJJ/daring yang telah diberlakukan beberapa bulan terakhir, sebagian besar memanfaatkan teknologi. Kegiatan ini sudah memberikan gambaran dan dapat dijadikan tolak ukur penyelenggaraan pendidikan ke depan, khususnya selama pandemi Covid-19. Namun, ketika berbicara kualitas, untuk memastikan proses pembelajaran jarak jauh masih saja didapati beberapa pelajar ataupun pengajar yang terkendala untuk mengikuti atau mengadakan pembelajaran jarak jauh, hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor, mulai dari keterjangkauan jaringan internet, kemampuan pengajar dalam memanfaatkan teknologi IT, kesiapan orang tua pelajar dalam menyediakan

illustrasi: Wulan/Manunggal

perangkat pembelajaran, kemampuan pelajar dalam menggunakan IT, faktor pembiayaan, dan lain sebagainya.

pelajar dan pengajar sebagai pendidik. Karena sesungguhnya pembelajaran jarak jauh idealnya hanya dilakukan untuk melengkapi dan menambah corak Sistem pembelajaran pembelajaran yang ada. dapat dilaksanakan melalui Tetap saja peran pengaperangkat komputer, lap- jar secara langsung dalam top, atau telepon genggam pembelajaran tatap muka yang terhubung dengan yang melahirkan interaksi koneksi jaringan internet. langsung tidak akan perPengajar dapat melaku- nah dapat tergantikan oleh kan pembelajaran melalui teknologi secanggih apa aplikasi seperti whatsapp, -pun. zoom, google meeting, ataupun media pembelajaIntinya, jika proses ran lainya. pembelajaran tatap muka saja masih menghasilkan Walaupun pembe- kualitas pengembangan lajaran jarak jauh dapat keterampilan dan penanadilakukan oleh seluruh pe- man nilai-nilai sikap/karaklajar dan pengajar, tetap ter bahkan pengetahuan saja hal ini akan sangat yang rendah, apalagi jika memengaruhi kualitas pen- pembelajaran terus medidikan. Selama ini pem- nerus dilakukan dengan belajaran kita masih know cara jarak jauh atau daring. -ledge oriented, sebagian Mengajarkan keterampilan besarnya baru sekadar sangat memerlukan figur memberikan pengetahuan langsung apalagi menasaja dan masih dinilai ku- namkan nilai-nilai sikap rang pada proses pengem- dan karakter akan sangat bangan keterampilan dan butuh figur yang dapat dinilai-nilai sikap/karakter. cerna langsung oleh pelajar dalam kehidupan nyata. Proses pengembangan penanaman nilaiMembiarkan pelajar nilai karakter akan su- di rumah sampai awal talit dilakukan jika tanpa hun 2021 tanpa kegiatan proses interaksi langsung belajar dengan kondisi antara pelajar sebagai orang tua yang tidak bisa

membimbing dan mengarahkan, hanya akan membuat para pelajar mengalami penurunan motivasi dan semangat belajar serta semakin membuat mereka kecanduan oleh gadget, game online, dan televisi. Selain itu, jika memilih untuk membuka kegiatan pembelajaran secara langsung di tengah-tengah penyebaran wabah Covid-19 yang masih tinggi akan sangat berisiko terhadap penyebaran virus pada pelajar. Pemerintah perlu menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan juga kesehatan pelajar dapat terjamin. Pengajar diharapkan mampu memanfaat teknologi IT sebagai media pengajaran serta pendidikan pelajar. Selain itu, peran keluarga sangat penting untuk selalu mengawasi perkembangan pembelajaran para pelajar di rumah.

13


14

OPINI

MANUNGGAL

Pandemi Melanda, Perkuliahan Undip Bisa Apa? Oleh Aditya/Manunggal

P

andemi Covid-19 mengakibatkan banyak dampak bagi masyarakat, terlebih jika melihat pada dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan perkuliahan di Indonesia. Terhitung sejak semester lalu kegiatan perkuliahan dilakukan secara daring karena pandemi Covid-19 mulai menyebar di setiap daerah. Kuliah daring merupakan langkah yang ditempuh oleh berbagai perguruan tinggi, salah satunya Universitas Diponegoro agar dapat melanjutkan kegiatan akademik di tengah pandemi Covid-19. Selain kegiatan belajar mengajar, kegiatan organisasi kampus juga ikut terhambat karena adanya pandemi ini. Salah satu kebijakan yang diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia adalah dengan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Oleh sebab itu, kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan organisasi tidak bisa dilakukan secara langsung ataupun berkumpul pada satu titik. Sebagai

illustrasi: Wulan/Manunggal

solusinya, kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara online atau daring melalui berbagai aplikasi seperti Line, Whatsapp, Microsoft Teams, Zoom, dan Google Meeting. Selain itu, Undip sendiri juga memiliki website untuk melakukan kegiatan perkuliahan secara daring. Namun, kebijakan kuliah daring dirasa kurang efektif karena minimnya sosialisasi dan pemahaman mengenai teknis perkuliahan yang belum familiar bagi mahasiswa maupun dosen. Terlebih lagi masih ada beberapa dosen yang belum mahir mengoperasikan teknologi pendukung untuk keberlangsungan kegiatan pembelajaran. Selain itu, seringkali terjadi kesalahan-kesalahan teknis yang terjadi selama kegiatan kuliah online, seperti listrik padam, perangkat laptop tidak memadai, jaringan tidak stabil, gagal dalam melakukan absen, dan website kuliah online tidak bisa diakses. Selain

itu

juga,

kegiatan organisasi memiliki kendala seperti ketika akan melakukan rekrutmen terbuka kepada mahasiswa-mahasiswa baru sebab kegiatan tidak bisa dilakukan secara langsung seperti sebelumnya. Untuk mengatasinya organisasi-organisasi kampus mengirimkan broadcast melalui grup mahasiswa-mahasiswa baru, dan juga melalui akun BEM universitas maupun BEM fakultas. Kebijakan kuliah daring dirasa membebani sebagian mahasiswa. Di satu sisi, membebani ekonomi mahasiswa. Bagaimana tidak? Untuk dapat berkuliah, mahasiswa harus menggunakan aplikasi meeting online yang membutuhkan pulsa atau kuota yang cukup banyak. Hal ini dirasa cukup memberatkan bagi sebagian mahasiswa, terutama untuk mahasiswa yang memiliki latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Meskipun kebijakan subsidi kuota untuk berbagai provider telah ada,

DESEMBER 2020

namun kebijakan ini belum dapat dirasakan secara merata oleh semua mahasiswa. Belum lagi sebelum diberikannya subsidi kuota, ada beberapa dosen yang tidak memahami kondisi ekonomi mahasiswa dengan tetap mengajar secara penuh. Bahkan, beberapa tugas yang diberikan tidak memperkirakan estimasi waktu pengerjaan, seperti tugas membuat artikel di mana mahasiswa membutuhkan referensi dan pemahaman terlebih dahulu namun hanya diberikan waktu dalam 30 menit dan harus dikumpulkan pada waktu itu juga. Padahal, dalam waktu pengerjaan tersebut, bisa saja terdapat berbagai kendala seperti gangguan pada sinyal maupun listrik yang tiba-tiba saja padam. Melihat berbagai keluhan para mahasiswa, dosen tentunya harus memahami kondisi tersebut. Dosen sebaiknya memberikan tugas secara offline atau jika memang diperlukan untuk pemenuhan nilai, maka harus ada jangka waktu yang memadai. Meskipun sudah ada peraturan terkait, namun masih ada beberapa dosen yang mengabaikan hal tersebut.


DESEMBER 2020

CERPEN

MANUNGGAL

Korban Oleh Seima/Manunggal

P

elarianku selama setengah tahun berakhir sudah, tikus-tikus itu meringkusku di kamar kos kumuh yang baru aku tinggali selama dua bulan. Sialan, padahal aku sudah membayar untuk enam bulan ke depan. Jadi, di sini lah aku, berbaring sambil menatap langit-langit di balik jeruji besi berkarat. Tanpa lelah mengutuk keadaan yang sayangnya terlalu lucu untuk ditertawakan. Aku memanggil kembali setiap momen yang menuntunku ke titik ini sambil mendengarkan teman satu atap saling caci dan melempar candaan cabul. Mau bagaimanapun aku memikirkannya, hasil yang kudapatkan tetap sama. Harusnya bukan aku yang mendapatkan kehormatan sebagai orang pertama dalam keluarga berhasil masuk bui. Kehormatan tersebut harusnya disematkan pada pria kolot yang menyemburkan sperma di rahim ibu 25 tahun silam. Polisi mestinya sudah meringkus si keparat sejak bertahun-tahun yang lalu sebelum keangkuhannya menjadi penyebab utama kenapa aku sampai terjebak dalam lingkaran setan, bahkan aku telah menjadi setan itu sendiri. Orang yang memberi satu lirikan hanya akan berpikir bahwa aku memang tidak tahu diri sejak awal,

bagaimana bisa si keparat yang tampak baik dan berasal dari keluarga luhur menjadi penyulut api dendam di jiwa para preman? Ya... preman-preman pecundang yang menjadikan aku sebagai objek balas dendam karena dosa yang dilakukan oleh ayahku terkasih. Ah... rasanya aku langsung pengen mengeluarkan makanan busuk yang diberikan chef penjara setelah memanggil si keparat dengan sebutan ‘ayah.’ Aku masih menyimpan ingatan ironis itu walaupun lebih dari satu dekade telah berlalu. Aku masih ingat bagaimana mereka memaksaku untuk ikut ke gubuk bobrok pinggir pasar, mereka tidak pernah mendengar rengekan anak kelas lima sekolah dasar yang sudah di ambang tangis. Mereka tidak peduli betapa tubuh kurusku bergetar karena takut. Mereka mencekokiku dengan oplosan seper -ti seorang peternak gila yang menggelonggong sapi sebelum hari raya. “Kita akan merusakmu” “Gantikan posisi bapakmu, bocah!” Kalian tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya setiap hari setelah pulang sekolah disergap tiga orang dewasa bertato menyeramkan. Kemudian, mereka memaksamu untuk terbiasa dengan rokok, alkohol, dan narkoba pada usia yang tidak masuk akal. Rupanya, mereka tidak begitu bodoh untuk

membiarkanku pulang ke rumah saat kesadaranku masih dibuat melayang. Tidak berhenti sampai di situ, mereka mengancamku sambil menodongkan pisau di depan mata agar aku tidak membuka mulut di depan keluarga. Cih... kalau aku bisa kembali ke masa itu, aku akan berteriak pada mereka bahwa mereka cuma preman pecundang yang tidak berani hanya untuk menunjukkan batang hidung di depan orang yang sudah menanamkan dendam sedemikian rupa. Pecundang... Pecundang... Kejadian itu terus berulang hingga aku mulai terbiasa, aku mulai berteman dengan hal-hal yang dianggap tabu oleh sebagian orang. Aku sudah tidak peduli lagi, tidak takut lagi, aku sudah menyerah pada sensasi nikmat yang ditawarkan. Tapi, saat itu, aku masih bisa kembali. Berikan uluran tangan, siapapun yang masih berdiri di bawah cahaya. Hingga harapan tipis itu terkabul. Di musim penghujan, seorang tukang becak melaporkan kecurigaannya pada orang tuaku dan aku mau tidak mau menceritakan semuanya tanpa ada satu detail pun yang terlewat. Namun, aku tidak mendapatkan apa yang aku inginkan.

ngalami rentetan kejadian buruk, si keparat malah menyerbuku dengan sejuta pertenyaan. “Kenapa tidak bilang dari awal?” “Kenapa diam saja?” “Kenapa tidak menolak?” Kenapa.... Kemudian tanpa basa-basi ia meninggalkan rumah untuk menangkap anjing-anjing kotor yang sudah berani menyakiti anak lelakinya. Padahal, aku tidak pernah menginginkan hal tersebut. Yang aku harapkan adalah dukungan kedua orang tuaku tapi aku tidak menemukan siapa -pun di sampingku. Ibuku mengunci diri di kamar dan ayahku malah pergi berburu seolah balas dendam lebih bermakna daripada anaknya sendiri. Muak... semakin lama, semakin memuakkan. Hingga semua harapan yang menjadi satu-satunya tali penghubung antara aku dan kesadaran mulai pudar sampai ia menghilang tanpa sisa bersama dengan rasio yang kumiliki. Ya! Aku telah menjadi manusia tanpa otak yang hanya mendengar desakan akan kenikmatan. Suatu siang setelah pulang sekolah, tiga preman bertato kembali menghampiriku. Tapi saat itu, aku pergi tanpa paksaan. Waktu ke waktu berlalu dan aku bukan lagi seorang korban.

Bukannya memberi dekapan, ibuku malah menangis tersedu di pojok kamar. Bukannya meminta maaf karenanya aku me-

illustrasi: Wulan/Manunggal

15


16

CERPEN

MANUNGGAL

Jika Aku Oleh Seima/Manunggal

illustrasi: Wulan/Manunggal

M

ereka itu... Apa tidak capek terus menggonggong demi simpati sambil bawa-bawa rasa kemanusiaan di bawah terik matahari yang semikin membakar? Boro-boro menerapkan social distancing, masker saja mereka tidak memakainya. Aku sampai bertanya-tanya apakah harga kesehatan dan nyawa itu bisa ditukar dengan pekerjaaan yang tidak seberapa? Mereka, para pekerja yang terpaksa aku tendang dari perusahaan, sudah lebih dari tiga jam memenuhi halaman depan kantor di kota berlabel zona merah. Mereka terus membual banyak hal yang dapat disimpulkan dalam satu kalimat “jangan pecat saya, pak�. Entah sudah berapa kali aku keluar untuk meminta maaf dan menjelaskan keadaan kritis karena pandemi, tapi gonggongan mereka malah makin menjadi-jadi dicampur dengan segala caci maki yang mereka lempar di depan

mukaku. Orasi-orasi yang terdengar konyol di telinga semakin santer mereka lancarkan demi sebuah harapan kosong. Mereka masih kukuh menginginkan pekerjakan yang sudah menjadi fatamorgana. Lama-lama mereka mulai mengeluarkan semua masalah pribadi, tentang bagaimana mereka selalu sepenuh hati dalam bekerja, dan jasa serta kebajikan yang sudah mereka lakukan demi cuan perusahaan. Ah... Aku yakin ujung-ujungnya mereka akan menangis berjamaah kemudian bubar dengan perut keroncongan dan meninggalkan sampah berserakan. Hiperbola... Tidak tahu diri... Harusnya mereka berhenti membuang air mata dan tenaga secara percuma dan cepat-cepat bangkit dari keterpurukan. Daripada menangisi

DESEMBER 2020

keadaan dan mengutuk situasi, lebih baik mereka mengumpulkan keberanian untuk melangkah lebih jauh. Daripada putus asa berujung despresi, aku lebih baik putar otak untuk memperbaiki keuangan. Aku akan mengambil risiko dan menapaki ketidakpastian untuk mencari nilai diri. Aku akan mempergunakan waktu longgar untuk belajar tentang bisnis yang sejak dulu menjadi passion terbesar. Walaupun diawali dengan keterpaksaan, tapi aku akan mencari ide kekinian yang berpeluang menjadikanku seorang bos, bukannya karyawan. Jika aku mereka, aku tidak akan membawa spanduk protes, tapi aku akan mendobrak zona nyaman sehingga dompetku terisi kembali. *** Aku cuma karyawan biasa di perusahaan besar di kota metropolitan. Kemampuanku memang tidak seberapa jika dibandingkan dengan karyawan lain yang masih bertahan. Tapi, aku tidak pernah berhenti untuk belajar dari kesalahan yang ku perbuat. Aku juga terus berusaha untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Banyak senior yang memujiku karena kurva kualitas pekerjaanku terus menanjak. Aku selalu berkelakuan baik dan menghormati mereka yang duduk di singgasana. Di samping itu semua, aku juga memiliki integritas yang baik. Namun, segala harapan yang menggantung di depan mata tiba-tiba menghilang tanpa bekas setelah mereka mengusirku dari meja di pojok ruangan kantor. Boro-boro mendapat gaji penuh, kompensasi yang katanya akan segera

datang pun tidak tidak kunjung masuk ke reke- ning menyedihkan atas namaku. Aku sadar bahwa aku bergabung dengan pekerja yang bernasib sama untuk berdemo merupakan usaha sia-sia karena jauh dalam diriku, tanganku masih menggenggam harapan untuk tetap bekerja di perusahaan yang menjadi incaran sejuta umat. Aku juga tahu bahwa aku dapat melalukan hal lain selain menjemur diri di bawah terik matahari. Aku bisa mencoba untuk berbisnis atau mengasah kembali kemampuan menggambarku yang telanjur tumpul. Tapi, tidak ada jaminan bahwa aku akan mendapat duit yang sama besar dengan yang kuperoleh dari kantor ini. Aku tidak dalam situasi untuk mempertaruhkan cuan menjadi modal usaha karena aku hanyalah seorang single mother dengan anak gadis yang mengidap penyakit jantung. Hari ini, spanduk yang kubawa tidak begitu besar, hanya seukuran kertas manila yang berisi tuntutan akan uang kompensasi. Mereka itu... Kaum yang dompetnya tidak pernah menjerit bahkan di tengah pandemi. Tapi mereka dengan seenaknya langsung menjatuhkan PHK. Jika aku hanya dipulangkan, mungkin ceritanya akan berbeda. Mereka itu apakah tidak merasa bersalah karena merugikan orang lain demi keuntungan me -reka pribadi? Jika aku mereka, aku tidak akan dengan kejamnya menjatuhkan PHK pada orang-orang yang selama ini menjadi mesin penghasil pundi-pundi.


PUISI

DESEMBER 2020

MANUNGGAL

Niskala Oleh: Maulida Inayati (Ilmu Perpustakaan 2020) Sudah lama kiranya, namamu disebut ribuan lisan Menjadi buah bibir di tengah riuhnya kesunyian

Kamu memaksa kami diam, bersemedi sepanjang hari

Namun ketiadaanmu mengundang cuap hingga berakhir diskusi Para petinggi berjuang, amunisi bernama uang disebarluaskan Di garda terdepan para intelek mati-matian menggali pikiran

Orang awam bisa apa? Sampai tiada akal mematung menanti uluran tangan

Kami butuh kepastian puan! Atau dengan tuan kah seharusnya kami minta kejelasan? Pada siapa kesamaran ini hendak dimintai pertanggungjawaban? Pada makhluk tak kasat yang mendunia ini?

Ataukah pada jiwa-jiwa yang enggan mengurung diri?

Yang menjadi korban ambiguitas ekonom hingga politisi Sudahlah, lelah kami membahas ketidakpastian

Di pucuk senja ini, semoga lekas saja dibaikkan Tuhan

Bumi para Khalifah yang katanya berada di penghujung zaman. illustrasi: pngtree.com

(Tidak Lagi) Sama Oleh: Nadia Maharani (Bioteknologi 2020)

Matahari masih tetap sama.

Masih terbenam di barat ketika tiba waktunya. Pun bulan, Ia juga masih sama.

Masih bersinar terang di gelap malam, tanpa ada yang menandinginya. Lalu mengapa, hidupku tak lagi bisa sama?

Tak lagi kutemui ramai orang bercengkrama.

Gelak tawa yang biasa kudengar, telah redam sejak lama.

Terganti dengan rasa haru dan bangga atas jasa mereka yang berjuang di luar sana. Tak lagi pula aku dapat leluasa, tanpa rasa takut yang memburu dalam dada.

Segala angan setinggi langitku pun terpaksa harus ditunda, entah berapa lama.

Awalnya kupikir tak apa, setidaknya selama diamku membawa kebaikan bagi semua. Namun, mengapa makin lama rasanya makin sesak saja?

Diluar sana, perlahan makin banyak yang tak peduli akan bahaya. Mereka kira, semua ini hanyalah omong kosong belaka.

Tawa bahagia kembali mengudara, seolah tak peduli dengan derita yang tak kasat mata. Tak sadarkah mereka, telah begitu banyak menetes air mata duka? Aku termangu, menatapi dinding kamar yang menjadi sahabatku. Lalu, muncul tanya dalam benakku.

Mampukah kita kembali lagi seperti dulu?

Atau, haruskah kita berjalan dengan kehidupan serba baru –mampu maupun tak mampu?

17


18

MANUNGGAL

RESENSI

Lathi, Lagu dengan Perpaduan Dua Bahasa dan Instrumen Jawa yang Kental

S

iapa yang tak kenal Lathi? sebuah lagu yang sedang naik daun belakangan ini. Berawal dari seorang beauty vlogger yang membuat video make up cantik lalu berubah menjadi tatanan sinden jawa hingga bergaya menyeramkan dengan diiringi lagu Lathi, membuat banyak orang penasaran akan lagu dengan arti lidah atau perkataan ini. Video ini pun terkenal menjadi #LathiChallange. Banyak warganet yang mengikuti trend tersebut lantaran kagum serta merasa sangat keren jika mengikutinya. Tak disangka, lagu Lathi pun sempat menjadi trending nasional di beberapa platform media sosial. Lathi merupakan lagu yang dirilis pada 28 Februari 2020 yang dibawakan oleh Weird Genius dengan meggandeng Sara Fajira sebagai rekan duetnya. Weird Genius adalah grup musik elektronik yang diusung dari dua Youtuber yaitu Reza Oktavian atau biasa disapa Reza Arap dan Eka Gustiwana serta seorang DJ yaitu Gerard Liu.

Dikutip dari Kompas. com, lagu Lathi menceritakan mengenai toxic relationship yang didominasi oleh ego dan kebohongan. Meski demikian, terdapat makna tersirat dalam lagu ini, yaitu mengenai semangat dan keberanian dalam memperjuangkan hubungan yang tidak sehat. Penggunaan dua bahasa yaitu Inggris dan Jawa serta penggabungan Electronic Dance Music (EDM) dengan sentuhan unsur tradisional Jawa membuat lagu Lathi berbeda dengan genre lagu di Indonesia pada umumnya. Tentunya, lagu ini mendapatkan apresiasi yang sangat bagus dikalangan masyarakat karena adanya percampuran dua bahasa yang sangat jarang dipadukan serta penggunaan EDM yang membuat musik lebih terdengar keren. Tak cukup sampai di situ, lagu Lathi ini pun mendapat sambutan hangat terutama bagi warga Twitter dengan cuitan sebanyak 13 ribu kali. Berikut adalah lirik lagu Lathi:

DESEMBER 2020

I was born a fool (Aku dilahirkan sebagai orang bodoh) Broken all the rules (Merusak semua aturan) Seeing all null (Karena semuanya nol) Denying all of the truth (Menyangkal semua kebenaran) ... Everything has changed (Semuanya telah berubah) It all happened for a reason (Itu semua terjadi karena suatu alasan) Down from the first stage (Turun dari tahap pertama) It isn’t something we fought for (Itu bukan sesuatu yang kami perjuangkan) ... Never wanted this kind of pain (Tak pernah mengingin -kan rasa sakit seperti ini) Turned myself so cold and heartless (Mengubah diriku begitu dingin dan tak berperasaan) But one thing you should know (Tapi satu hal yang harus kau ketahui) ‘Kowe ra iso mlayu saka kesalahan’ (Kamu tidak bisa lari dari kesalahan) Ajining diri ana ing lathi’ (Harga diri seseorang ada pada lidahnya (perkataanya) ... Pushing through the countless pain (Mendorong rasa sakit yang tak terhitung jumlahnya) And all I know that this love’s a bless and curse (Dan yang kutahu bahwa cinta ini adalah berkah dan kutukan) ... Everything has changed (Semuanya telah berubah) It all happened for a reason (Itu semua terjadi karena suatu alasan) Down from the first stage (Turun dari tahap pertama) It isn’t something we fought for (Itu bukan sesuatu yang kami perjuangkan) Never wanted this kind of pain (Tak pernah mengingin -kan rasa sakit seperti ini) Turned myself so cold and heartless (Mengubah diriku begitu dingin dan tak berperasaan) But one thing you should know (Tapi satu hal yang harus kau ketahui) ... ‘Kowe ra iso mlayu saka kesalahan (‘Kamu tidak bisa lari dari kesalahan) Ajining diri ana ing lathi’ ( Harga diri seseorang ada pada lidahnya (perkataanya))

Foto: Youtube.com


RESENSI

DESEMBER 2020

To All The Boys: Ps I Still Love You Sequel Manis nan Romantis Untuk menemani Dimasa Pandemi

B

agi pecinta film bergenre romance tentu tidak akan melewatkan film Netflix yang satu ini. To All The Boys: Ps I Still Love You, sebuah film yang diadaptasi dari novel berjudul Ps I Still Love You karya Jenny Han ini tayang pada tangga 21 Februari 2020 lalu. Sebelumnya, buku karya Jenny Han berjudul To All The Boys I’ve Loved Before juga telah difilmkan dengan sutradara Susan Johnson dan menjadi salah satu film Netflix yang sangat populer dikalangan pencinta film. Alih-alih disutradarai kembali oleh Susan Johnson, film To All The Boys: Ps I Still Love You ini justru di sutradarai oleh Michael Fimognari, seorang sinematografer dan sutradara Amerika. Meski begitu, Fimognari berhasil menunjukkan bahwa ia mampu membuat film ini menjadi film romantis yang tidak kalah dari film sebelumnya. Jika pada Film To All The Boys I’ve Loved Before kita disajikan kisah 5 surat cinta Lara Jean kepada pria pujaannya yang berakhir dengan Peter Kavinsky sebagai penerima surat ke-2, maka pada sekuelnya ini kita akan diperlihatkan kisah cinta remaja SMA yang manis dan penuh tawa. Lara Jean dan Peter Kavinsky menunjukkan kepada kita bagaimana sepasang remaja itu menghabiskan waktunya dengan bersenang-se -nang selayaknya remaja yang tengah dimabuk asmara. Konflik lain mula muncul ketika seseorang dari masa lalu Lara Jean datang dan mulai menggoyahkan hubungan mereka. John Ambrose, seorang pria dari masa lalu Lara Jean sekaligus pria ke-5 yang menerima surat cinta dari Lara Jean, tiba-tiba datang dan masuk ke dalam hubungan Lara Jean

MANUNGGAL Pemain: Lana Condor, Noah Centineo, Jorda Fisher, EmilijaBaranac, Anna Cathcart, Ross Butler, Janel Parrish, Trezzo -Mahoro, Madeleine Arthur, John Corbett Sutradara: Michael Fimognari Penulis: Sofia Alvarez dan J. Mills Goodloe Produksi: Awesomeness Films, Overbrook Entertainment, Ace Entertainment Tayang: 21 Februari 2020 Durasi: 1 jam 42 menit

dan Peter. Semuanya lalu berubah menjadi lebih rumit ketika Lara Jean mulai merasa terganggu dengan hubungan Peter dan mantan pacarnya, Gen. Umumnya, film dengan genre seperti ini akan memperlihatkan beberapa adegan ‘dewasa’ untuk menambah kesan romantis. Namun

pada film To All The Boys: Ps I Still Love You ini kesan romantis justru ditunjukkan melalui setiap adegan manis yang dilakoni Lara Jean dan Peter. Alih-alih menunjukkan kedekatan secara fisik, dua karakter ini mencoba mengajak penonton untuk merasakan kesan romantis yang manis khas anak remaja yang penuh dengan semangat muda. Beberapa adegan mungkin akan dinilai terlalu cheesy dan kekanakan, tetapi itulah poin utamanya, yaitu untuk mem-

perlihatkan bagaimana anak remaja yang tengah dimabuk cinta. Bukan hanya itu, Ps I Still Love You ini juga memperlihatkan karakter Lara Jean yang sebelumnya merupakan gadis yang tenggelam dalam imajinasi berubah menjadi seorang yang baru dengan status baru yang belum pernah ia rasakan. Belum lagi kehadiran orang baru dan kondisi baru yang membuatnya harus memahami perasaannya lebih dalam. Persoalan tentang prasangka buruk dan perasaan terasingkan berbaur menjadi satu dalam pikiran Lara Jean. Semua itu pada akhirnya hanya dapat diselesaikan dengan satu kunci yaitu komunikasi yang terbuka. Baik Lana Condor maupun Noah Centineo memerankan dua karakter utama dengan sangat baik. Chemistry yang dibangun terasa lebih kuat dari film sebelumnya meski tidak bisa ditampik bahwa pada film sebelumnya pun mereka tampil dengan sangat memesona. Bukan hanya itu, Jordan Fisher yang memerankan karakter John Ambrose pun tampil dengan memukau. Meski hanya menjadi second-lead, John Ambrose menjadi kesayangan penonton karena sifat -nya yang baik hati dan hangat. Selain itu, berbeda dengan film pertamanya yang memiliki plot yang natural, kisah kedua ini memiliki plot yang cenderung lebih cepat. Beberapa adegan juga terasa seperti terjadi dengan tiba-tiba. Meski begitu film ini tetap dapat dinikmati oleh para pecinta film karena kisahnya yang ringan dan manis khas anak remaja. Foto: wikipedia.org

19



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.