MAJALAH EDISI XXVIII/NOVEMBER/TAHUNMMXXII/2022

Page 1

Pelindung

Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum. Penasihat

Budi Setiyono, S.Sos., M.Pol.Admin., Ph.D,Prof. Dr.rer. nat. Heru Susanto, S.T., M.M., M.T., Dr. Darsono, S.E. Akt., MBA, Prof. Dr. Ir. Ambariyanto, M.Sc., Dr. Adi Nugroho

Pemimpin Umum Aslamatur Rizqiyah Sekertaris Umum

Annisaa Salas Qurrata A`yun Pemimpin Redaksi

Malahayati Damayanti Firdaus

Wakil Pemimpin Redaksi Christian Noven Harjadi

Pemimpin Litbang

Vania Elvina

Pemimpin Perusahaan

Denia Yurisa

Redaktur Pelaksana Tabloid

Arbenaya Candra Pradana Reporter Tabloid

Jasmine Fadhila, Najwa Khairunnisa, Rosita, Ayu Nisa

Redaktur Pelaksana Majalah

Mirra Halizah Septianna

Reporter Majalah

Fidel Satrio, Kurniati Wilujeng, Okti Dwi, Nabila Nurul

Redaktur Pelaksana Cybernews

Rafika Immanuela Ahmad

Reporter Cybernews

Siti Latifatu, Patia Atalian, Fahrina Alya

Zahra Putri, Rosaria Arum, Zainab Azzakiyyah

Redaktur Media dan Publikasi

Annisa Earlysiam

Staf Media dan Publikasi

Olivia Nurulita, Bethari Ayu, Mayang Caroline Leonardo

Heppy, Corvi Anson, Putri Devina, Muhammad Nauval

Redaktur Pelaksana Desain

Eka Wiji Lestari

Staf Desain

Reysma Shinta, Shofie Najmil, Naila Meutia

Kalpika Lestari, Aisyah Durotul

Manajer Rumah Tangga

Mahfudhoh Ulin Nuha

Manager Produksi, Distribusi dan Iklan

Vergia Ayunda Tiara Mawardhani

Staf Produksi, Distribusi dan Iklan

Anis Fathiyaturrohmah, Eka Fatma, Alysia Jati Manager EO

Annisa Evita Putri Kaunar

Staf EO

Mutiara Shifa, Ari Andriani, Nabila Rahma

Kadiv Kaderisasi

Merry Ivana Febriyanti

Staf Kaderisasi

Nabila Hanna, Cindy Rahma, Dian Ayu, Fildzah

Kadiv Data dan Informasi

Diana Putri Maulida

Staf Data dan Informasi

Nitzah, Okti Hajeng, Yunita Dwi

Kadiv Jaringan Kerjasama

Adellia Putri Utami

Staf Jaringan Kerjasama

Hasna Kurnia, Yonant Lintang, Mahadevi, Siti Addienda

EDISI XXVIII/NOVEMBER/TAHUNMMXXII/2022

LPM MANUNGGAL 2022

LPM MANUNGGAL 2022

Halo, Sobat Dipo!

Selamat datang kembali dalam Majalah Manunggal Edisi XXVIII/ November/Tahun MMXXII/2022

Tidak terasa satu tahun ke belakang berlalu cepat sekali, ya? Sedikit overthinking, tapi masih punya banyak resolusi yang menunggu direalisasikan?

Tenang dulu! Yuk rehat sejenak, hilangkan penat, dengan membaca berbagai tulisan menarik yang hadir kembali dalam setiap lembaran majalah di genggaman kamu!

banyak inspirasi yang menjadi kompilasi euforia menarik untuk diulas, uniknya semua narasi ini terprogram untuk terus berjalan repetitif dari masa ke masa.

Student

Email : persmanunggal@yahoo.com Website : www.manunggal.undip.ac.id

Back to the Future: Berjalan Menembus Kapsul Waktu. Memang judul majalah kali ini sekilas terkesan mirip sekali dengan film karya Robert Zemeckis yang rilis di tahun 1985. Ini bukan komparasi tentunya, tapi kami justru sedang mengambil inspirasi dari sana kala menyusun kilasankilasan rubrik yang akan kamu nikmati sebentar lagi! Sebagai generasi 2000an, kami memandang kekuatan perubahanperubahan sosio teknokultural yang selalu ramai dibicarakan publik mampu mengubah perspektif anak-anak muda, bahkan menjadi budaya pop culture yang berpengaruh di era ini. Banyak fenomena, banyak cerita, dan tentunya

Mari mulai beranjak ke rubrik perdana Sajian Utama, kami mengulas 3 fenomena transformasi yang menarik dibicarakan di abad ini. Mulai dari eksistensi TikTok, aplikasi revolusioner karya Negeri Tirai Bambu yang justru semakin on the rise di mata generasi muda, evolusi traditional art ke digital art, hingga Fear of Missing Out, fenomena narasi fanatik generasi muda yang dengan mudah mempengaruhi psikologis mereka. Tidak luput pula, majalah ini menghadirkan debut 2 rubrik terbaru yang tidak mungkin kamu lewatkan! Rewind 2022, sekilas throwback yang mengingatkan memori tentang peristiwa menarik di tahun ini sekaligus Jendela Dunia, yang berisi fakta-fakta menarik dari sejarah yang (mungkin) sedikit terlupakan.

Ini bukan akhir kata karena perjalanan kamu baru saja akan dimulai, Bersiaplah untuk ber-euforia menembus kapsul waktu!

Alamat Redaksi, Iklan, dan Sirkulasi Center Lt. 1 Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto S.H., Tembalang, Semarang 50275 Sofatun Misrofah (Manajer RT, 2021) Salsabila Afra (Kabid Litbang, 2021) Salma Ayasi (Staf Jarkem, 2020)
2 3 SUSUNAN REDAKSI SALAM REDAKSI

SAJIAN UTAMA

Menembus Pergulatan Dunia Kreatif Seorang Tiktokers

Berkarya dengan Sapuan Kuas dalam Layar Virtual The Social Media Illusion: Narasi Fanatik Berujung FOMO di Mata Generasi Muda

Editorial

Sebagian besar atau setiap individu mungkin sudah mempelajari setidaknya satu peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau. Mula dari membaca, menganalisis, memaknai, hingga mengambil evaluasi bagaimana kejadian tersebut dapat terjadi dengan lebih baik atau malah jangan sampai terjadi sama sekali. Namun di saat pergerakan waktu bergeser, sejarah bukanlah merupakan suatu hal yang lebih sering diperbincangkan di manapun, saat ini membicarakan masa depan nyatanya memiliki pasar yang lebih besar dibandingkan membahas masa lalu.

KULINER

Tidak perlu susah payah mencari-cari informasi yang berorientasi pada masa depan, sila buka media sosial manapun, makan akan dengan mudah ditemukan setidaknya satu artikel atau media lain yang membahas bagaimana cara menghadapi suatu hal (yang belum tentu atau mungkin) yang akan terjadi di masa yang akan datang. Meski kebanyakan seperti fear mongering atau kampanye menjual ketakutan, tapi tidak sedikit pula yang memberikan banyak wawasan yang sangat bermanfaat.

Berdasarkan hal tersebut, tampaknya kita sebagai generasi yang masih produktif dan siap memberikan banyak perubahan perlu meninjau kembali bagaimana menghadapi masa depan yang dengan sangat pasti akan jauh lebih beragam dan rumit dari yang pernah dialami sebelumnya. Sebuah pertanyaan singkat, akankah kita siap? (Mala/Manunggal)

DAFTAR ISI
PLESIR 6 8 10 11 14 17 18 20 22 24 26 28 30 32 34 35 36 37 38 39 40 46 47 42 44 49 51 52 54
Profil Polling Karikatur Cerpen Face To Face Sport Konsultasi Bisnisiana Artikel Dosen Artikel Mahasiswa Komunitas Refleksi Musik Stylicious Techno Puisi Resensi Film Anekdot Menikmati Suara Senja diiringi Deburan Ombak Selatan Jawa di Jetis Cilacap B ertandang Se jenak di Toko Buku Stadion Diponegoro: Pojok Euforia ba gi Kolektor Buku Lawas Tips Jendela Dunia Rewind Lensa Bluder Cokro: Cerita Kelembutan Dari Era Nostalgia Pergulatan Indera Perasa Anak Rantau di Tanah Jawa
4 5 EDITORIAL

Menembus Pergulatan Dunia Kreatif Seorang

TikToker TikToker

bisa membuat konten dengan jogetjoget alay hingga berbagai labelling negatif, bahkan menggeneralisasi gaya orang-orang yang bermain TikTok sebagai norak dan kampungan.

untuk sebatas memiliki engagement yang bagus, Krisan ditantang untuk memilih antara mempertahankan branding style yang menjadi identitas dirinya sebagai kreator atau justru mengikuti tren yang sedang populer saat itu.

Bukan dari Negeri Paman Sam, aplikasi yang telah digandrungi oleh lebih dari 15 juta pengguna ini justru lahir di Negara Tirai Bambu, belahan dunia yang bahkan dahulu tidak dipandang mampu menandingi nama besar Silicon Valley.

Perjalanan dalam memenangkan persaingan antar media sosial tidak semata-mata semudah itu, bahkan ia selalu butuh berbagai evolusi, berbagai ‘percikan’ interaksi agar mampu menarik para kreator baru setiap tahunnya.

TikTok seakan menjadi primadona kesuksesan sebuah aplikasi video di mata generasi muda. Kehadirannya tidak hanya mengubah kebiasaan mindless scrolling netizen di gadget mereka, tetapi juga gaya hidup yang semakin interaktif dari waktu ke waktu. Kali ini Majalah Manunggal akan mengajak kamu berbincang dengan Florentina Krisan Putri, mahasiswi FISIP Universitas Diponegoro yang berhasil bertransformasi sebagai salah seorang kreator TikTok @flaviakris dengan angka followers mencapai 293.2 ribu dan 30.5 juta likes di akunnya!

“Sebenarnya kalau dipanggil content creator bukan yang profesional banget, but I understand how to make content lah, kebanyakan di TikTok juga,” kelakar gadis yang akrab disapa Krisan itu di awal perbincangan. Krisan mengaku sudah mengenal TikTok sejak awal pandemi corona menyerang di tahun 2020. Your daily dose of uwu couple ^^ alias kontenkonten video gemas bersama pacar (tanpa muka) seketika menjadi branding

andalan sejak awal dirinya mengeksekusi proses kreatif itu hingga hari ini.

“TikTok itu tempat yang unik karena enggak banyak gengsi! Dari pengalamanku sendiri, upload konten ke TikTok pasti akan mendapat views dan likes lebih banyak karena orang-orang TikTok lebih menghargai kreator sekaligus gaada rasa gengsi untuk interaksi. Apalagi kalo video itu viral pasti bakal lebih cepet naik like-nya,” kata Krisan.

Jika menoleh ke tahun-tahun belakang, ada masanya saat TikTok menghadapi hujatan netizen Indonesia. Stigma yang melekat dengan aplikasi ini di awal debutnya sempat tidak semulus Instagram, YouTube, Twitter, atau bahkan Facebook, pendahulu-pendahulunya yang telah lebih dulu meraih popularitas di kalangan generasi muda.

Sebut saja istilah jamet alias jajal metal yang kerap disematkan ke kaum TikToker yang dianggap hanya

Dua tahun sejak ekspansinya di tahun 2016, TikTok sempat mengalami krisis setelah diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi Indonesia pada 3 Juli 2018 silam. Bukan tanpa alasan, 3000 laporan negatif dari masyarakat yang memprotes masifnya terpaan konten negatif di aplikasi ini berpotensi menimbulkan side effect yang negatif bagi perkembangan anak-anak dan remaja.

“Menurut aku, stigma orang dulu yang mikir TikToker cuma jogetjoget alay adalah culture shock saat melihat banyak orang-orang sedang having fun aja karena orang Indonesia kan biasa jaga image dan gengsi di Instagram dan tiba-tiba mengalami transisi ke aplikasi yang visualisasinya jauh berbeda,” tukas Krisan.

Justru menurutnya saat ini, algoritma TikTok telah bertransformasi menjadi ikon dari tren generasi muda yang sangat dinamis perubahannya. Bahkan,

Selain perubahan tren yang dinamis, Krisan juga mengakui bahwa dirinya seringkali ter-pressure ketika menghadapi komentar-komentar netizen TikTok yang bermuka dua. Netizen-netizen FOMO (fear of missing out, red) ini seringkali menuangkan kritikan pedas terhadap setiap konten yang ia bawakan.

“Aku pernah salah copywriting pas nulis: Kenapa orang selalu cantik? Nah di sana aku kena hate comment karena haus pujian. Ketika aku mencoba mengedukasi cara main saham krypto Pluang juga pernah karena di sana malah orang-orang mikirnya kok aku promosi judi? Padahal Pluang kan aplikasi yang sudah aman banget dan terawasi juga. Karakteristik audiens Indonesia yang biasanya menerima informasi mentahmentah, di sisi lain butuh effort banget saat kita ingin sekadar mengedukasi mereka lewat konten,” pungkas dia.

6 7 SAJIAN UTAMA 1 SAJIAN UTAMA 1

BERKARYA DENGAN SAPUAN KUAS DALAM LAYAR VIRTUAL

Digital painting, sebuah istilah di mana seorang seniman melukis menggunakan seperangkat software melalui komputer atau digital. Saat ini sudah banyak karyakarya seniman digital painting yang bisa diakses di situs-situs tertentu, misalnya pada Pinterest. Digital tools telah menggeser penggunaan cat air dan cat minyak yang digunakan dalam melukis secara tradisional. Namun, apakah cara melukis secara tradisional telah hilang sepenuhnya?

Awak Manunggal telah melakukan wawancara terhadap salah satu mahasiswa Universitas Diponegoro yang bergelut di bidang seni. Dia adalah Kukuh Budi Prayogo, mahasiswa Jurusan Arsitektur angkatan 2019. Karyakaryanya tertanam pada halaman profil Instagramnya yang kebanyakan masih dilukis dengan sapuan kuas.

Kukuh berpendapat bahwa transisi seni konvensional ke digital ada hal baiknya.

“Adanya transisi digital art itu semakin menambah luas peminat seni rupa karena lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, terutama oleh generasi milenial,” ujarnya.

“Tapi kalau menurut saya, karya konvensional selalu memiliki nilai lebih dari karya digital art karena dalam pengerjaannya membutuhkan teknik yang lebih sulit dan hasilnya akan terlihat lebih hidup. Terlepas dari itu, kedua karya memiliki peminatnya masing-masing.” Tambahnya.

Kukuh juga menyampaikan bahwa dalam pengerjaannya, seni konvensional membutuhkan persiapan yang banyak dan tenaga yang banyak juga. Hal

ini karena dalam digital art jika ada kesalahan dapat diperbaiki dengan mudah sedangkan seni konvensional tidak.

“Saya lebih puas melukis karya konvensional karena melalui banyak proses yang panjang dan rumit, serta memiliki kesulitan yang tinggi daripada digital art. Oleh karena itu, jika karya seni itu sudah jadi saya lebih puas dengan hasilnya.” Ungkapnya. Hasil karya pada melukis konvensional dan digital memang berbeda. Hal ini juga disampaikan oleh Kukuh yang terbiasa

melukis dengan kuas, bahwa hasil sapuan kuas akan terlihat lebih otentik. Kukuh juga mencoba melukis secara digital menggunakan aplikasi editing seperti Corel dan Photoshop, meski belum pernah menggunakan digital pen.

Nah, gimana nih, Sobat Dipo? Kalian lebih suka lukisan digital atau lukisan autentik dengan sapuan kuas?

Bagaimanapun keduanya punya estetika tersendiri dan memegang peranan besar dalam perubahan karya seni dari masa ke masa. (Okti Dwi/ Manunggal)

8 9
SAJIAN UTAMA 2 SAJIAN UTAMA 2

The Social Media Illusion: Narasi Fanatik Berujung FOMO di Mata Generasi Muda

(panggilan akrabnya, red) pun mengakui bahwa sebagai pengguna setia aplikasi Twitter, dirinya sering merasa FOMO ketika algoritma trending topic di anak perusahaan META itu cepat berubah ketika menunjukkan update informasi terbaru, sedangkan ia sama sekali belum mengetahuinya.

dengan kebanyakan informasi, kok! Salah satu trik agar otak tidak sampai menderita TMI (too much information, red) kronis menurut dia adalah stop mindless scrolling! Membatasi fokus konteks yang dipahami dengan melakukan riset mendalam, sehingga kamu juga mampu melakukan verifikasi terhadap suatu isu dengan baik.

Fear of Missing Out, suatu fenomena yang rasanya tidak terlalu asing di mata generasi muda atau akrabnya mungkin kamu lebih kenal sebagai FOMO. Majalah TIME bahkan sempat mencatat bahwa ¾ dari anak muda di dunia dilaporkan telah mengalami kondisi ini. Mengecek WhatsApp setiap kali bangun tidur, terobsesi untuk terus membalas cuitan-cuitan galak di Twitter, bahkan punya keinginan untuk selalu update story Instagram 24/7 biar terkesan sociable banget bareng orangorang. Pernah mengalami siklus ini, Sobat Dipo?

- Oxford Dictionary, 2013

FOMO biasanya datang dari ilusi yang terbentuk karena kamu sering menggunakan media sosial. The Perfection of Life Wannabe, lebih tepatnya. Preferensi fanatik manusia yang cenderung suka untuk mengikuti topik-topik viral membuat kamu pastinya tidak ingin melewatkan satupun momen yang menarik dari kehidupan digital media sosial, bukan? Nah bahayanya lagi, ilusi media sosial yang tidak hanya mampu mengintervensi pengguna aktif saja, melainkan juga passive user yang cuma main scrolling-scrolling, ujungujungnya juga bakal ikutan jadi FOMO!

Untuk menggali lebih jauh mengenai efek dari Social Media Illusion, Awak Manunggal menemukan Febronia Jessica Inez Indriani, salah seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro yang dalam rutinitas perkuliahannya selalu dituntut untuk update dan berhubungan dengan analisis kasus di media sosial. Inez

“Contohnya ketika tanggal 1 Oktober yang lalu saat dunia dihebohkan dengan Tragedi Sepak Bola Indonesia di Stadion Kanjuruhan, algoritma Twitter, Instagram, dan YouTube selalu menunjukkan informasi itu di timeline kita. Nah, tanpa disadari, strategi media sosial saat itu justru sedang membentuk budaya FOMO dan cara kerja penggunanya agar terus update tentang isu-isu yang viral biar bisa ikut berkomentar dan berinteraksi dengan pengguna lain,” tandas Inez.

Padahal seharusnya untuk menjadi generasi yang up to date, Inez menegaskan kalau kamu tidak perlu sampai FOMO hingga overwhelming

“Setiap pagi jangan langsung ambil HP! Coba deh buat take a deep breathe dengan meditasi dan berdoa agar otak lebih tenang dan tidak langsung terobsesi karena takut ketinggalan update berita semalam. Kalau sudah merasa terlalu overwhelming terhadap satu informasi nih, kamu bisa sekali-kali take a break from social media. Ganti kebiasaan scrolling internet dengan brainstorming talk bersama orang-orang di sekitar. Dengan begitu, kamu secara tidak langsung dapat membatasi topik dan interaksi, sehingga terbebas sejenak dari FOMO,” pungkasnya di penghujung obrolan. (Noven/Manunggal)

SOCIAL MEDIA

DETOX

10 11
SAJIAN UTAMA 3 SAJIAN UTAMA 3
“Fear of Missing Out is the uneasy and sometimes all consuming feeling that you’re missing out - that your peers are doing, in the know about, or in possession of more or something better than You,”

Bu Sri “Penggiat Bank Sampah”

Limbah plastik, kardus, dan kertas memenuhi sepetak lapangan parkiran Fakultas Teknik. Terlihat beberapa mahasiswa dan civitas Akademika Universitas Diponegoro melakukan penimbangan sampah. Sampah-sampah tersebut mulai dari kertas, kardus, botol plastik, gelas plastik, dan lain-lain. Sampah-sampah ini ditimbang, dicatat oleh petugas selanjutnya dijual ke pengepul. Kegiatan pengumpulan dan penimbangan limbah plastik ini dikelola oleh Dipo Waste Bank atau DWB UNDIP, salah satu bank sampah yang dirintis pada tahun 2021. Tujuan dirintisnya DWB ini adalah untuk melayani dan mengelola sampah-sampah yang dihasilkan oleh warga kampus UNDIP.

Di sela-sela kegiatan mahasiswa yang sedang melakukan penimbangan sampah terlihat Bu Sri Sumiyati, Dosen Teknik Lingkungan yang sedang melakukan pengarahan ke mahasiswa dan memberikan edukasi terkait pilah sampah dari sumber, Prinsip 3 “ Reduce, Reuse, Recycle” serta Sampahku Tanggung Jawabku”.

Kegiatan seperti ini dilakukan sebulan sekali dibantu oleh mahasiswa dari Kelompok Studi Lingkungan (KSL) yang tergabung di dalam Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan Departemen Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro. Jenis sampah yang diterima oleh DWB adalah sampah yang masih bernilai jual seperti kardus, kertas, buram, gelas plastik, botol plastik, botol kaca, aluminium, besi, dan lain-lain.

Namun realitanya, belum banyak warga Kampus yang mengetahui keberadaan DWB ini. DWB dirintis pada waktu Kondisi Pandemi Covid-19 sehingga sosialisasi ke warga kampus waktu itu masih terkendala PPKM. Oleh karena itu DWB akan berkomitmen terus untuk melakukan sosialisasi, edukasi ke warga kampus maupun warga masyarakat di sekitar kampus UNDIP.

Sebelum merintis Dipo Waste Bank, Bu Sri sendiri sudah membentuk bank sampah di Kelurahan Gedawang Kecamatan Banyumanik. Bank Sampah tersebut bernama Bank Sampah Gedawang Asri (BSGA) dirintis pada tahun 2014 dengan nama BS Sempulur Asri yang selanjutnya berkembang menjadi BS Gedawang Asri saat ini tahun 2022 jumlah nasabah kurang lebih 978 orang. BS Gedawang Asri berturut -turut pernah mendapatkan Kategori Silver (2017), Gold (2018) dan Platinum (2019) dalam Program Semarang

Green and Clean Kerjasama DLH Kota Semarang deng Unilever. Pada tahun 2021 BS Gedawang Asri mendapatkan penghargaan Bank sampah Terbaik -1 di Kota Semarang.

Melalui Dipo Waste Bank (DWB), beliau mengajak Cak Udi (Civitas Akademika UNDIP) untuk dapat mengelola sampah mereka sendiri dengan melakukan pilah sampah dari sumber, menabung sampah di DWB. Sampai saat ini nasabah DWB sudah berjumlah lebih dari 150 orang. Nasabah selain dari civitas akademika UNDIP juga dari warga sekitar kampus serta pelaku usaha yang berada di sekitar kampus UNDIP, salah satunya Pelaku usaha fasyen Eiger yang berlokasi di Tembalang dekat UNDIP.

Namun, menurutnya masih banyak kekurangan yang dihadapi DWB sejak berdirinya di tahun 2021 lalu.

“Kami masih semangat untuk terus memberikan edukasi ke Civitas Academica UNDIP agar Slogan “Sampahku Tanggung jawabku” terus bisa dimengerti dan dipahami serta ada tindakan nyata oleh semua warga masyarakat khususnya CAK UDI. Kami akan terus memberikan edukasi agar warga kampus punya kesadaran sendiri untuk melakukan pilah sampah dari sumber dan mengaplikasikan prinsip 3R,” tandas Bu Sri.

Dengan 3R, para nasabah diharapkan dapat melakukan Reduce pengurangan sampah plastik guna mengurangi sampah anorganik. Upaya yang bisa dilakukan misalnya dengan membawa tumbler ke kampus, membawa tas sendiri ketika belanja, dan sebagainya. Kemudian jika memiliki bahan-bahan plastik seperti botol dan kantong plastik dapat di Reuse kembali, bahkan dijadikan berbagai karya seni maupun barang yang berguna untuk kehidupan seharihari. Terakhir adalah Recycle dimana limbah sampah plastik/anorganik dapat diolah kembali menjadi kreasi dan diolah menjadi biji plastik maupun bahan bakar. Aktivitas DWB ini juga mampu menggerakkan perekonomian masyarakat melalui pemanfaatan sampah maupun hasil daur ulang.

Di sisi lain masih kurangnya perhatian dari warga kampus dalam mengelola sampah yang dihasilkan dan belum semua warga kampus mempunyai kesadaran untuk memilah sampah dari sumber. Kebutuhan seperti gudang untuk menyimpan sampah dari nasabah masih belum dimiliki oleh DWB, alat transportasi dan SDM yang belum mencukupi, inilah yang menjadi kendala dari kegiatan di DWB UNDIP.

Kedepannya Bu Sri berharap akan banyak anak muda menjadi sadar akan pentingnya pengelolaan sampah dan mereka mau peduli dengan sampah yang dihasilkan. (Fidel/Manunggal)

12 13 PROFIL PROFIL

Kesiapan Mahasiswa Universitas Diponegoro Menuju Society 5.0

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM)

Manunggal mengadakan jajak pendapat dengan tajuk “Kesiapan Mahasiswa Universitas Diponegoro menuju Society 5.0”. Jajak pendapat ini dilaksanakan melalui kuesioner online yang disebar pada 22 Oktober-4 September 2022 serta berhasil mendapatkan responden sebanyak 159 mahasiswa. Pada survei ini, responden merupakan mahasiswa aktif jenjang sarjana dan diploma Undip yang dipilih secara acak dari 12 fakultas dengan margin of error sebesar 7,91% dan

Fakultas

Pada survei yang telah disebar, sebanyak 87,4% responden mengaku menggunakan media sosial lebih dari 45 menit dalam sehari. Hanya 0,6% atau sejumlah 1 responden saja yang menggunakan media sosial kurang dari 15 menit per harinya. Data ini menunjukkan bahwa media sosial termasuk salah satu media online yang sering diakses saat menggunakan internet.

Konten yang menjadi tontonan ternyata sedikit banyak mempengaruhi cara pandang, pikir, serta sikap tiap responden dalam sehari-hari. Hal ini dibuktikan dengan 158 responden yang menjawab “Ya” saat diberi pertanyaan “Apakah media sosial berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari kamu?”. Dikuatkan pula dengan 89,9% atau 143 suara dan 98,7% atau 157 suara yang mengaku medsos dapat menjadi solusi dari permasalahan sosial serta mengembangkan kreativitas.

Dari beragam konten yang disuguhkan, mayoritas responden yakni sebanyak 66,7% suara mengaku paling sering melihat konten hiburan, dilanjutkan dengan konten edukasi sebanyak 13,8%, dan konten inspiratif dengan 11,9% suara. Konten tersebut biasa mereka dapatkan melalui beberapa aplikasi, seperti Instagram, Tik Tok, YouTube, serta Twitter. Hanya sebagian kecil responden saja yang merupakan pengguna Facebook serta Telegram.

14 15 0 10 20 30 40 50 SV FK M FSM FPI K FT FK FPP FEB F SISP FI B FH FP si 1 5 35 15 21 44 2 4 11 5 1 14
Konten yang Biasa Dilihat Aplikasi yang Sering Digunakan Pengaruh Media Sosial dalam keseharian
>45 menit 30-45 menit 15-30 menit <15 menit 139 responden 1 responden 11 responden 8 responden
Durasi Penggunaan Media Sosial
POLLING POLLING
0 20 40 60 80 100 120 Campuran Kuliner Hiburan Inspiratif Edukasi 22 19 106 66 Tidak Ya 158 responden 1 responden 03 06 09 0 120 150 136 89 124 107 139 41 1 1 Tidak Ya 143 responden 16 responden Pengaruh Media Sosial dalam Memecahkan Permasalahan Sosial

Namun, seperti dua mata pisau, medsos masih dianggap sebagai media yang sering ditemukan ujaran kebencian di dalamnya. Akan tetapi, jika dibandingkan jumlah responden yang pernah menebar ujaran kebencian dengan yang tidak, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden telah menggunakan medsos secara bijak. Karena dari total presentase yakni 100%, sebanyak 83,6% di antaranya menyatakan tidak pernah menebar ujaran kebencian, hanya 26 orang saja yang pernah melakukannya.

16 17 KARIKATUR
Tidak Ya 157 responden 2 responden
Media Sosial dan Ujaran Kebencian
0 8 34 60 57 0 10 20 30 40 50 60 Sering sekali Sering Pernah Jarang Tidak pernah Tidak pernah Pernah 26 responden 133 responden
POLLING
Pengaruh Media Sosial dalam Mengembangkan Kreativitas

Semua Orang Punya Mimpi

Dari kejauhan aku bisa melihat busway arah tujuanku mendekati pemberhentian selanjutnya. Dengan setengah berlari aku mencoba untuk sampai di halte lebih dahulu dari busway biar aku bisa masuk ke dalam busway tepat waktu sehingga tidak harus menunggu busway selanjutnya.

Naasnya, setelah aku melakukan tap kartu, kakiku tersandung diriku sendiri dan terjatuh tepat sebelum memasuki busway. Meskipun sempat terjatuh, aku berhasil masuk busway tepat waktu. Mungkin pramudi busway mengasihani diriku.

Aku mencoba mengatur nafasku kembali —yang masih ngos-ngosan— sedetik setelah duduk di salah satu bangku yang tersedia. Barulah aku menyadari ada luka kecil yang mengeluarkan darah di jari kelingking dan nyeri di dengkul sebelah kiri. “Ah pasti saat jatuh tadi.” batinku berkata. Sayangnya, aku tidak membawa kotak obat ataupun tisu untuk mengelap darah yang sedikit keluar itu. Jadi, aku hanya bisa mendiamkannya.

“Ini.” aku menolehkan kepala ke arah kiri tatkala mendengar suara pemuda

yang menyodorkan lap ke depan wajahku. Tentu dengan ekspresi yang bingung. Ini dia bener ngomong ke aku, kah?

“Buat lukanya.” jelasnya.

Mengangguk, aku menerimanya, “oh iya. Terima kasih.”

“Mbak tadi buru-buru banget sampai jatuh, takut telat masuk kelas, ya?”

Aku tersenyum malu. “Nggak juga, Mas. Sebenernya jadwal kelas saya masih lama, tapi karena takut macet saya berangkat lebih awal.”

“Oh, gitu. Emang Mbak-nya kuliah di mana?” tanyanya yang aku jawab dengan menyebutkan nama salah satu universitas bergengsi di daerahku, tempatku menimba ilmu.

Ia menatapku takjub. “Wah! Mbaknya keren banget bisa kuliah di sana. Saya juga punya impian mau kuliah di sana, tapi nanti kalau udah punya uang aja hehe.”

“Hehe alhamdulillah, Mas. Mas-nya juga bisa, kok, kalau mau daftar kuliah

di sana, bisa apply beasiswa juga lho.”

Ia terlihat menggaruk kepalanya, entah ekspresi gugup atau bingung yang terpancar di wajahnya. “Susah, Mbak. Saya ada tanggungan untuk biayai keluarga dulu. Setelah ayah saya meninggal 1 tahun yang lalu, saya harus menafkahi keluarga, Mbak,” jeda, “dipikir-pikir dulu saya nggak pernah kepikiran bakal ada di posisi ini, padahal waktu masih kecil saya bisa senang karena sesuatu yang sederhana, bisa jajan banyak makanan, makan ice cream setiap minggu, dan selalu beli mainan terbaru.

Proses penerimaan menjadi seperti saat ini berat banget, kadang ngerasa capek dan dunia nggak berpihak sama saya. Tapi, saya inget-inget lagi mimpi saya dan yakin kalau saya bisa mewujudkannya. Saya jadi semangat lagi, deh.” jeda, “duh, maaf banget Mbak saya jadi curcol gini.”

Ada nada kesedihan yang terpancar dari perkatannya. Dengan terkekeh pelan aku mencoba mengalihkan pertanyaan. “Kalau boleh tau, memang mimpi Mas-nya apa?”

Ia tersenyum dengan binar mata penuh harapan. “Saya punya mimpi mau

jadi diplomat, Mbak.” ia terkekeh pelan sebelum melanjutkan perkataannya. “Dulu guru SD saya pernah bilang kalau ada lomba yang hadiahnya bisa keliling Indonesia gratis. Saya tertarik dengan embel-embel gratis. Tapi, semakin gede saya punya impian untuk keliling dunia juga, Mbak, harapannya semisal saya bisa jadi diplomat saya bisa keliling dunia gratis. ‘Kan keliling dunia mahal, kalau bisa gratis kenapa nggak? Saya juga suka untuk belajar bahasa dan kebudayaan yang asing bagi saya karena pasti ada satu atau dua hal yang menarik untuk dikulik.”

Himbauan memberitahu apabila busway sudah sampai di pemberhentian terakhir menjadi menutup perbincangan singkat pagi itu. Padahal ada banyak hal yang ingin aku tanyakan lagi, tapi ada satu hal yang bisa aku ambil dari perbincangan singkat ini, beberapa orang harus menunda impiannya dan dituntut untuk menjadi dewasa karena keadaan. Tapi, mereka nggak menyerah dengan impiannya, mereka punya harapan-harapan kecil kalau mereka bisa meraihnya nanti.

18 19 CERPEN CERPEN
Oleh Nitzah

Wajah Literasi ala GenZ:

Tidak hanya sekadar lewat baca buku, tren literasi era Gen-Z kini telah bergeser ke ranah digital. Seiring debut teknologi yang menghantam dunia anak muda, Kartika Conny, Project Leader Startup Event LITERAFEST 2022 pun angkat bicara mengenai pergeseran mode ini.

Bagaimana sih pergeseran mode literasi di masyarakat tradisional dahulu hingga era Gen-Z saat ini?

Dulu sebenarnya aku adalah orang yang suka baca buku fisik, contoh paling dekat kalau mau belajar selalu dari media kertas. Seiring berjalannya waktu dibarengi dengan masa pandemi mungkin, aku dituntut untuk selalu berhubungan dengan digital, maka digitalisasi cukup berpengaruh termasuk dalam aktivitas literasiku melalui E-Book. Tapi, sebenarnya tidak menutup kemungkinan kalau buku-buku fisik masih berperan dalam literasi saat ini, misal dengan aroma yang membuat kita nyaman membaca atau dengan suasananya mungkin yang berbeda kalau dibandingkan dengan E-Book. Maka dari itu, aku memandang dengan pergeseran digitalisasi di era Gen-Z, kita punya banyak hal baru dan beberapa opsi untuk menikmati buku sekaligus berliterasi.

Sebagai anak muda, ada ga sih cara kamu untuk mengembangkan kultur literasi di era digital?

Kultur literasi secara digital bisa dikembangkan lewat informasi di media sosial yang lebih mudah diakses di mana pun bahkan kapan pun di era ini. Saat ini banyak buku bisa dibaca atau dibeli lewat format E-Book di Gramedia Digital atau portal-portal yang menjual buku secara online.

Selain mencari informasi di era digital, aku juga berusaha mengembangkan kultur literasi anak muda dengan menjadi Project Leader Event LITERAFEST 2022 yang berkolaborasi dengan Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang. Acara ini berisi berbagai kompetisi literasi, interactive talks, dan bazaar buku menarik. Objektif paling jauhnya sih, orang-orang ga sekadar kenal sama buku ya, tetapi juga bisa menyadarkan kembali bagi teman-teman muda agar mereka mampu meningkatkan kreativitas sekaligus kinerja otak untuk bisa sadar arti penting dari literasi, termasuk cara-cara menerima informasi positif di sekitar kita.

Untuk kenyamanan membaca aku kembalikan ke setiap pribadi individu masing-masing karena tidak semua Gen-Z bisa menerima digitalisasi secara langsung. Setiap orang masih punya kenyamanan serta prioritas sendiri-sendiri untuk berliterasi sekaligus menerima informasi. Harapannya, semoga Gen-Z tidak hanya bisa sekadar mencari atau memilih informasi sesuai kesukaan mereka saja, tetapi juga paham cara memilah informasi yang baik sekaligus positif tentunya dari bacaan atau media literasi digital. (Noven/ Manunggal)

20 FACE TO FACE FACE TO FACE
Lantas, bagaimana harapan kamu untuk Gaya Hidup Literasi buat Gen-Z ke depannya? Dilema Baca Buku atau E-Book?

PENCAK

SILAT

:

Hantaman

Legendaris Yang Tak

Lekang Waktu

Eksistensi pencak silat sudah menjadi identitas dan pemersatu bagi bangsa Indonesia sendiri. Hal ini diakui UNESCO bersamaan dengan penetapan pencak silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada 2019 silam. Dalam perkembangannya, pencak silat menjadi senjata pribumi untuk mempertahankan diri dari penjajah.

Pencak silat booming pada era 60-90an ketika banyak film yang mengangkat alur tentang bela diri, seperti Si Buta dari Gua Hantu di tahun 1985. Pada era ini, pencak silat sering

SPORT

digunakan untuk mengisi acara-acara di Hari Kemerdekaan. Generasi pada zamannya juga sangat menggandrungi pencak silat karena selain dilihat dari aspek olahraga dan keseniannya, pencak silat memperluas relasi sehingga terjalin tali silaturahmi yang baru.

Sebagai ikon sport legendaris, pencak silat ternyata masih eksis di sekitar kita, Sobat Dipo! Nah, kali ini, Awak Manunggal berkesempatan untuk menggali sisi lain pencak silat di mata Maharani Chandra. Mahasiswi Departemen Farmasi Undip 2020 yang akrab disapa Chandra ini merupakan salah satu atlet punggawa pencak silat muda yang masih bersemangat banget buat menghantam berbagai prestasi!

“Menurutku pencak silat di masa kini cenderung kurang peminat, sih. Sejak SD, teman-teman juga lebih condong untuk ikut bela diri dari luar seperti karate dan taekwondo,” ujar Chandra kepada Awak Manunggal.

“Menurutku, pencak silat merupakan olahraga yang efisien, yang mampu memberikan prestasi dan secara tidak langsung melestarikan budaya leluhur.” Tambahnya.

Chandra juga menceritakan tentang rutinitas menariknya selama berlatih. “Proses latihannya seru, ada program dan target sendiri untuk masing-masing kategori silat. Di sana tiap individu saling berkompetisi supaya bisa mencapai target atau juara.”

“Di tempat berlatih, kami diajari tentang rasa kekeluargaan, jadi waktu lomba di dalam team jadi lebih seru.” Ujar Atlet yang berasal dari kota Pendekar ini.

Chandra juga mengungkapkan harapannya untuk cabang olahraga yang sudah melegenda ini. “Harapannya semoga seluruh perguruan pencak silat di Indonesia mampu menciptakan

pesilat-pesilat yang berprestasi dan berakhlak santun”, ungkap Chandra lagi.

Eksistensi pencak silat saat ini lebih condong ke arah prestasi daripada pelestarian budaya. Selain itu, pencak silat juga sering dilihat sebagai ikon autentik Indonesia sejak didapuk sebagai cabang olahraga SEA Games mulai tahun 1987.

Kembali hadirnya cabor ini di Asian Games 2018 turut menjadi penanda bahwa pencak silat kini mulai mengglobal. Prestasi yang dicapai para atlet pun juga tidak main-main! Dengan menyapu bersih 14 medali emas, mereka menjadikan Indonesia memperoleh urutan keempat untuk perolehan medali terbanyak. Salut!

Tidak heran deh kalau pencak silat dianggap sebagai olahraga ikonik legendaris yang pasti tidak akan lekang dari waktu ke waktu! Gimana nih, tertarik buat mencoba hantaman pencak silat, Sobat Dipo? (Okti/Manunggal)

22

Halo saya F. Kelas 12 jadi masa terberat sekaligus jadi waktu terbaik saya karena saya menjadi memiliki banyak teman. Grafik pandemi yang masih cenderung naik di Jakarta membuat saya belum diperbolehkan untuk keluar rumah, padahal saya butuh tambahan pelajaran karena akan mengikuti UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer, red). Saya frustasi karena saya belum menyiapkan UTBK, sehingga orangtua saya merekomendasikan saya untuk mengikuti bimbel online. Saya pesimis dan merasa tidak cocok dengan bimbel online sehingga saya mencoba mengikuti grup UTBK di aplikasi LINE. Dari sana, saya berkenalan dengan seorang K-Popers (penggemar Korean Pop, red).

Singkat cerita, saya ikut menyukai salah satu boyband Korea dan mendapatkan circle disana. Mulai dari sini, bukannya belajar untuk UTBK saya memilih untuk menonton drakor (Drama Korea, red), streaming MV (music video, red) atau nongkrong di kafe sambil membicarakan kpop. Tidak hanya itu, saya juga sering ikut ikutan untuk membeli merchandise atau album boyband korea. Saya merasa tidak puas apabila saya tidak mengikuti gaya hidup mereka, semisal mereka membeli album saya juga harus membelinya walaupun saya tidak menginginkannya karena saya takut apabila saya tidak membeli barang-barang tersebut, saya akan diabaikan oleh circle saya. Saya sadar jika saya berada di lingkungan yang toxic, hanya saja saya tetap bertahan disana karena saya merasa telah memiliki teman.

Karena saya terlalu sibuk dengan dunia saya, saya menjadi tidak lolos jalur masuk SNMPTN dan SBMPTN. Saya merasa down dan tidak becus dengan diri saya sendiri. Saat seperti itu, teman-teman saya tidak ada yang mendukung saya, padahal saya selalu menampung curhatan mereka. Bagaimana tanggapan Anda mengenai masalah permasalahan ini? Apakah lebih baik saya tetap berteman dengan circle ini, beradu argumen dengan Ibu, dan membuat saya terjerumus ke toxic friendship ataukah di sisi lain saya harus tetap menjauh dari lingkaran tersebut dan membuat saya merasa kesepian karena tidak memiliki teman?

Halo F, semoga dalam keadaan sehat dan lebih bahagia!

Mengenai masalah yang F hadapi terkait pertemanan yang dianggap toxic dan berakibat pada konflik dengan Ibu di rumah, saya rasa F sudah memiliki insight atau mulai menyadari bahwa hal ini ada yang keliru dan ingin menyelesaikan kondisi yang tidak nyaman tersebut.

Pertama, F harus menyadari bahwa ini adalah awal yang bagus untuk dirimu berusaha mulai memikirkan kesejahteraan psikologismu dan juga menentukan keputusan mengenai pergaulan dan sikapmu. Kedua, awali dengan membuat daftar plus-minusnya berteman dengan circle tersebut secara jujur dan objektif. Yang ketiga, perlu diketahui bahwa sedikit memiliki teman namun berkualitas bukan suatu yang buruk. Cobalah untuk menelaah kembali, sebenarnya saat ini adakah teman dekat, saudara yang bisa diajak saling bercerita, atau temanteman baru di perkuliahan dan komunitas lainnya. Jangan-jangan, hanya karena F fokus pada komunitas K-Pop tersebut, maka jejaring persahabatan dan pertemanan yang berkualitas menjadi seakan tenggelam karena kurangnya intensitas berkomunikasi. Artinya, jangan takut untuk berubah dan membuka diri untuk memiliki jejaring pertemanan baru. Jangan kuatir juga ketika hanya sedikit teman, karena pertemanan yang dapat meningkatkan kesejahteraan kita adalah pertemanan yang berkualitas dan dapat menjadi support system kita. Rasa kesepian merupakan reaksi emosional dan kognitif individu sebagai respon dari sebuah kondisi di mana individu yang bersangkutan hanya mempunyai atau menjalani sedikit hubungan maupun interaksi sosial yang tidak sesuai dengan harapan atau keinginannya. Maka, kita bisa menghalau kesepian ini dengan tidak terlalu mematok ekspektasi yang tinggi pada relasi interpersonal kita, menikmati jadi diri sendiri, dan terbuka pada kemungkinan menjalin perteman baru. Rasa sendirian sebenarnya membantu kita untuk merefleksikan apa yang sebenarnya sudah kita capai dan apa yang patut disyukuri. Menyendiri untuk sementara waktu juga diperlukan diri kita agar dapat merenungkan dan mengevaluasi hal-hal apa yang sudah terjadi selama ini, apa yang membuatmu nyaman, dan yang tidak, serta merancang strategi kedepan. Cobalah ambil waktu menikmati waktu sendirimu dengan menekuni hobi lamamu, menghubungi teman-teman lama, atau menyibukkan diri dengan kegiatan yang membuatmu nyaman dan rileks. Jangan lupa ambil waktu dan minta kesempatan kepada Ibu untuk menghabiskan waktu santai berdua, mencairkan suasana dan bicara hati ke hati. Memperbaiki relasi kita dengan orang-orang terdekat juga dapat memberi energi positif bagi diri sendiri.

Selamat mencoba, F!

Messenger
10:1 0
App
Rubrik Konsultasi pada Majalah ini diasuh oleh: Kartika Sari Dewi S.Psi., M.Psi
KONSULTASI
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
KONSULTASI

Berawal dari Thrift Shop, Berujung Cuan!

Sobat Dipo pasti tahu kalau thrift shop identik dengan pakaian, barang, hingga berbagai macam aksesoris bekas yang dapat dijual. Eits, tetapi kamu sudah tahu belum kalau barangbarang yang sudah tidak terpakai ini juga bisa loh menjadi sebuah bisnis yang meraup keuntungan fantastis! Mau tahu caranya? Yuk simak di rubrik bisnisiana kali ini!

Thrift Shop sendiri bukan lagi suatu hal yang asing bagi para kawula muda yang tertarik dalam bidang fashion. Sudah banyak pasar-pasar tradisional maupun modern yang menjadi pusat perbelanjaan barang thrift. Nah, karena barang thrift merupakan barang second hand, tentu terkadang kondisinya tidak 100% mulus. Namun, tidak jarang kita bisa menemukan barang thrift yang masih terlihat seperti baru dan pastinya masih awet buat dipakai jadi outfit of the day andalan kamu!.

Dari fenomena inilah Khansa Ariestawidya, seorang mahasiswi Universitas Dipenogoro merintis bisnis thrift shop online yang bernama 90s. mates yang siap bersaing di pasar kalangan anak muda dengan berbagai inovasi! Khansa memulai bisnis Thrift Shop Online ini bersama Firyal partner bisnisnya, dengan menghitung kalkulasi jumlah modal yang dapat dikeluarkan dalam memulai bisnis ini.

“Aku coba untuk cari tahu kira-kira berapa modal yang dibutuhkan nih saat mau mencoba merintis bisnis thrift shop online. Ternyata setelah dihitung, jumlah modal yang dikeluarkan dan persentase keuntungan yang aku bisa dapat ternyata cocok buat aku dan partner untuk memulai bisnis ini,” ujar Khansa.

Awalnya, Khansa melakukan berbagai riset mengenai hal-hal yang berkaitan dan mendukung terbentuknya

BISNISIANA

bisnis Thrift Shop Online. Setelah semua proses awal dalam pembentukan bisnis ini berjalan Khansa dan partner mulai merintis bisnis dengan modal pertama berjumlah 250 ribu rupiah dengan untung mencapai 10 ribu rupiah hingga 20 ribu rupiah.

Pada awal Online Shop 90s.mates ini dirintis, Khansa dan Firyal (partner Khansa, red) rutin mempromosikan bisnisnya melalui kerabat terdekat. Dengan cepat, akun Instagram 90s. mates pun ramai oleh pengunjung terbukti dengan naiknya jumlah followers secara bertahap. Hingga saat ini, akun Instagram @90s.mates sudah mencapai 10 ribu pengikut lho, Sobat Dipo! Naiknya pamor 90s. mates membuat Khansa terus tertarik untuk mengembangkan bisnis dengan memperluas pasar agar dapat dikenal orangorang dari berbagai kalangan dengan cara membuat konten di media sosial hingga endorsing selebgram.

“Aku dan Firyal pernah dengan nekat ngabisin setengah modal dan beberapa keuntungan yang kami punya untuk bisa endorsing seorang selebgram. Alhamdulillah feedback-nya lumayan banyak,” ungkap dia. “Setelah endorsement, omzet kami bahkan bisa mencapai 2 juta rupiah, lebih dari biasanya yang hanya berkisar 200 hingga 400 ribu rupiah.”

Menurut Khansa yang menjadi kelebihan bisnis thrift shop online ini dibandingkan dengan thrift shop offline atau pasar tradisional adalah mempermudah konsumen dalam berbelanja serta menyediakan berbagai servis agar konsumen dapat berbelanja dengan nyaman dan efisien secara waktu. Dengan adanya bisnis thrift shop online ini, maka konsumen tidak perlu melakukan thrifting ke pasar tradisional.

Tidak hanya mempermudah konsumen berbelanja, 90s.mates juga selalu memikirkan kenyamanan konsumen dengan menjual pakaian dengan kondisi yang terjamin bersih setelah di-laundry. Tidak lupa, Khansa dan Firyal selalu memberikan berbagai complement bagi konsumen, seperti stiker, ikat rambut, dan berbagai item lain. Tidak heran deh kalau 90s. mates ini banyak banget peminatnya!

“Harapan aku sih bisnis ini bisa terus kedepannya dan dapat memperluas pasar, sehingga 90s.mates bisa lebih dikenal oleh masyarakat,” pungkas Khansa di penghujung obrolan. Wah bisnis thrift shop online ini terdengar menjanjikan sekali ya Sobat Dipo? Konsistensi dan usaha Khansa wajib kita contoh nih, terutama bagi kamu yang ingin memulai berbagai prospek usaha baru yang menarik! Tertarik untuk mencoba?

26 27 BISNISIANA

Bertegur Sapa dengan Mudah melalui Genggaman

Siapa yang bisa tidak berkomunikasi dengan orang lain? Saya rasa semua orang tidak akan tidak melakukan komunikasi. Sebagai makhluk sosial, pasti kita akan melakukan komunikasi dengan orang lain dan kita tidak dapat lepas berkomunikasi dengan orang lain.

Jika kita diminta memaknai apa itu komunikasi, maka kita akan mendefinisikan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran pesan dari sang pengirim pesan kepada penerima pesan dengan tujuan pemaknaan yang sama melalui saluran atau media tertentu. Dulu komunikasi melalui proses yang panjang, tetapi saat ini proses komunikasi berjalan dengan mudah bahkan dalam genggaman. Perubahan teknologi informasi dan komunikasilah yang merubah proses komunikasi tersebut.

Kehadiran teknologi merubah bentuk pola komunikasi kita, McLuhan (2003) menjelaskan bagaimana teknologi media

menciptakan revolusi di masyarakat karena masyarakat sudah sangat tergantung kepada teknologi dan tatanan masyarakat terbentuk berdasarkan kemampuan masyarakat menggunakan teknologi. Teknologi menjadi pengaruh besar dalam masyarakat, kehidupan manusia di masa ini ditentukan oleh teknologi.

Pada awalnya untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, kita menggunakan surat untuk berkirim pesan. Kita harus pergi ke kotak surat atau melalui layanan pos dan menunggu balasan yang memakan waktu cukup lama. Kemudian, teknologi telegraf muncul sebagai salah satu alat komunikasi listrik pertama yang dapat mengirim pesan berupa teks. Hal ini mempermudah masyarakat menyebarluaskan pesan ke penjuru negeri.

Setelah telegraf, muncullah telepon. Telepon menjadi sebuah teknologi yang sangat penting karena kehadirannya merubah pola komunikasi yang ada.

Jika melalui surat dan telegraf kita membutuhkan waktu untuk menerima balasan dari lawan bicara kita, tapi dengan menggunakan telepon kita bisa langsung bercakap – cakap dengan

lawan bicara kita. Hanya saja, bentuk awal telepon masih menggunakan kabel dan membutuhkan dana untuk menggunakannya.

Kemunculan komputer merubah cara berkomunikasi. Komputer dikembangkan untuk membantu pekerjaan manusia dalam segala aspek. Pada tahun 1990an, dimana World Wide Web (www) ditemukan, dan dukungan dari satelit, serta adanya koneksi nirkabel, aktivitas kita mulai bergantung pada internet. Saat ini, internet hadir dalam genggaman kita yaitu melalui telepon seluler. kita mendapat banyak informasi dan juga berkomunikasi dengan mudah. Mulai dari kita bangun pagi, kita akan mengecek isi pesan yang masuk, informasi apa yang tersedia dan lainnya. Hampir tiap jamnya kita tidak lepas dalam mengakses media tersebut. Keberadaan internet memudahkan kita untuk bertukar pesan. Jika dahulu kita harus mencari wartel (warung telekomunikasi) atau telepon umum (payphone) saat ini jika kita ingin bertukar pesan kita hanya cukup mengetik dan menunggu beberapa detik, pesan kadang sudah berbalas.

Jarak menjadi tidak berbatas dengan kehadiran internet di dalam telepon seluler. Melalui aplikasi instant messeging, media sosial serta video

call kita dapat bertukar pesan dengan kerabat, sahabat, dan teman yang tinggal jauh di luar kota bahkan di luar negeri. Saat itu juga kita juga dapat menunggu balasan dari mereka. Begitu mudah komunikasi saat ini dilakukan. Ya hanya melalui genggaman!.

Ilustrasi perkembangan teknologi Sumber: trainingeltasa.com

28 29 ARTIKEL DOSEN
ARTIKEL DOSEN
“You cannot not communicate.”
Paul Watzlawick Primada Qurrota Ayun, S.I.Kom, M.A. Dosen Depertemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro yang memiliki dua orang anak dan memiliki hobi membaca buku. Saat ini sedang fokus melakukan kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema literasi media dan anak.

Menjelajah Perubahan Cara Berbelanja Dunia Global: Dari Barter hingga Online Shop

sistem barter

Apakah ada dari kamu yang tidak senang berbelanja? Saat ini, alasan individu berbelanja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan tetapi juga untuk menemukan kesenangan dan kepuasan bagi diri kita sendiri. Terkadang dengan berbelanja atau hanya sekadar cuci mata bisa membuat mood seseorang jadi lebih baik dibanding sebelumnya.

Cara orang untuk berbelanja dari masa ke masa berbeda. Barter menjadi cara pertama untuk berbelanja sebelum ditemukan uang. Menurut KBBI, barter adalah kegiatan perdagangan dengan saling bertukar barang. Bangsa Mesopotamia yang pertama kali mencetuskan adanya barter ini. Alasan adanya barter ini karena individu membutuhkan barang yang tidak dimiliki olehnya, kemudian ia menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang lain. Contohnya saja, di wilayah pegunungan orang dengan mudah mendapatkan hasil perkebunan seperti sayur mayur yang melimpah, tetapi sulit untuk mendapatkan hasil

laut, maka masyarakat di wilayah pegunungan akan menukarkan sayur mayur dengan hasil laut kepada masyarakat di pesisir. Meskipun praktik barter ini dianggap cukup membantu masyarakat dan bertahan cukup lama, tetapi lama kelaman dengan kebutuhan individu yang terus meningkat maka membuat barter dinilai tidak efektif.

Karena barter dianggap tidak efektif, maka manusia menciptakan alat tukar. Alat tukar tersebut berupa uang koin maupun uang kertas yang digunakan untuk bertransaksi di pasar tradisional. Menurut Wicaksono, pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang ditandai dengan adanya transaksi antara penjual dan pembeli secara langsung. Kita bisa membeli barang yang kita butuhkan seperti makanan maupun kebutuhan lainnya tanpa harus menunggu ada orang yang membutuhkan barang. Di pasar tradisional, kita bebas membeli barang barang apapun yang kita butuhkan dengan uang yang kita miliki. Selain itu, kita juga bisa melakukan

tawar menawar dengan pedagang jika kita tidak puas dengan harga yang ditawarkan. Hal inilah yang menjadi seni dan kekhasan yang tidak kita dapatkan di tempat lain saat membeli di pasar tradisional. Namun seiring berjalannya waktu, sebagian masyarakat menganggap pasar tradisional sebagai tempat kumuh, semrawut, becek, pengap, bau dan juga sumpek. Banyak orang gengsi untuk berbelanja di pasar tradisional dan lebih memilih untuk berbelanja di pasar modern.

Pasar modern sebenarnya sama dengan pasar tradisional. Hanya saja di pasar modern, kenyamanan pelanggan sangat diperhatikan, contohnya saja terdapat pendingin ruangan yang tidak ada di pasar tradisional sehingga terkesan mewah. Selain itu, di pasar modern, jenis barang yang dijual lebih lengkap. Jika di pasar tradisional kita harus berjalan dari satu toko ke toko lain untuk mencari kebutuhan kita, di pasar modern kita hanya perlu memutari satu supermarket saja untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan. Tetapi, di pasar modern barang yang dijual memiliki harga yang fix dan sudah tertera sehingga kita tidak bisa melakukan tawar menawar.

Seiring perkembangan zaman dengan teknologi yang semakin canggih, muncul aplikasi-aplikasi yang memudahkan kita untuk berbelanja di rumah saja. Hanya dengan mengklik layar smartphone kita, kita bisa mendapatkan apa yang kita butuhkan dan tinggal menunggu barang diantarkan oleh kurir. Kita bisa kapan saja dan dimana saja melakukan belanja online. Hampir semua barang tersedia mulai dari makanan, pakaian, elektronik, dan masih banyak lagi. Selain itu, dengan banyaknya toko yang menawarkan barang, kita dapat dengan mudah mencari barang yang

kita butuhkan dengan harga yang relatif murah dan kadang kalau beruntung bisa mendapatkan banyak diskon dan juga gratis ongkos kirim. Pembayaran yang dilakukan untuk belanja online juga cukup mudah, kita bisa melakukan transfer di bank, membayar di minimarket bahkan sekarang kita bisa membayar belanjaan kita setelah kurir datang ke rumah. Nah, bisa kita lihat bukan perkembangan zaman dengan teknologi yang semakin canggih membuat orang yang dahulu hanya menukar barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sekarang bisa dengan mudah mencari barang yang dibutuhkan hanya dengan sekali pencet saja sambil melakukan kegiatan lainnya. Menurut kamu, opsi mana kah yang lebih menarik untuk berbelanja?

Moktika Azmi

D4 Manajemen dan Administrasi Logistik Sekolah Vokasi)

30 31
ARTIKEL MAHASISWA ARTIKEL MAHASISWA
Ilustrasi Sumber: Website Pendidikan

Mencari Keseruan Cover

salah satu fenomena yang digandrungi generasi muda Indonesia saat ini. Keberadaannya kian hari semakin kuat dan memiliki pengaruh pada gaya hidup generasi muda. Contohnya saja sekarang ini tidak jarang ditemui remaja-remaja dengan gaya pakaian Korea lho

Universitas Diponegoro, yang masih berkaitan dengan Korean Wave adalah UnitD, di mana kegiatan utama mereka adalah pertama kali di bawah naungan Korin Club di FIB, kini UnitD sudah berumur empat tahun sejak diresmikan pada tahun 2018.

“UnitD itu sebenarnya kependekan dari Unity in Diversity yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu. Maksudnya itu, karena anggota kami berasal dari berbagai daerah yang berbeda, kesukaan kami sama, yaitu K-Pop walaupun grup yang kami sukai berbeda,” ucap Akmalia, salah satu anggota UnitD.

Akmalia juga menambahkan bahwa komunitas UnitD ini tidak hanya diperuntukkan bagi FIB saja. Mahasiswa fakultas lain sangat diperbolehkan

Febby selaku ketua UnitD menceritakan kisah awal mula

“Awalnya UnitD ada karena Korin Club di FIB, setelah setahun akhirnya terbentuk nama UnitD. Tahun 2018 saat nama UnitD resmi, kami masih di bawah nama Korin. Tapi setelah 2019, Korin nggak ada, jadi kami berdiri sendiri dan ikut di Komunitas Undip.” Ujarnya. “Nah, untuk Korin Club itu sendiri adalah BSO-nya FIB, tempat mahasiswa Undip yang minat dengan budaya Korea kayak belajar bahasa atau budaya-budayanya gitu,” tambahnya.

Febby turut menceritakan prestasi dan momen yang paling membanggakan bagi UnitD. “Kita lebih sering mengisi acara untuk tampil daripada lomba. Tapi, waktu kita pertama kali ikut lomba

waktu itu langsung bisa masuk tujuh besar dan itu merupakan prestasi yang bagus karena banyaknya K-pop cover di Semarang. Momen yang kita lalui juga banyak banget. Kita pernah random play dance di Simpang Lima untuk promosi Korin. Selebihnya momennya nggak jauh-jauh dari dance.”

Febby juga mengatakan bahwa ada hal positif yang didapatnya dari mengikuti komunitas ini antara lain menambah teman dan relasi, lebih bisa mengekspresikan diri, dan banyak bergerak melalui dance bagus untuk kesehatan.

Di balik keseruan itu, ternyata ada berbagai kendala yang dihadapi oleh UnitD.

“Yang pertama adalah biaya untuk kostum atau makeup, tapi kita punya kas untuk itu. Terus kita terkendala di tempat latihan. Apalagi kalau offline kita kesusahan untuk projek offline gitu,” tutur Aulia selaku tim manajemen UnitD.

disampaikan oleh dancer lho!

“Kita kan lihat idola kita dance ya, jadi kita ingin mengekspresikan diri kita kalau kita bisa melakukan itu juga. Kita mau mengapresiasi idola kita juga yang telah membawakan dance aslinya.” Ucap Akmalia.

Awak Manunggal juga sempat berbincang dengan UnitD mengenai eksistensi K-Wave di kalangan anak muda di Indonesia saat ini.

“Impact K-Wave di kalangan anak muda sekarang ini besar banget. Dari cara mereka berpakaian, cara mereka menggunakan skincare, mereka memakai kiblat Korea gitu,” kata Aulia.

Terhitung hingga saat ini, anggota UnitD telah memiliki 40 anggota dan tidak semuanya adalah dancer. Projek selanjutnya dari UnitD adalah mengcover dance dari beberapa grup yang sedang comeback seperti Kep1er, Enhypen, ITZY dan juga aespa.

Wah, keren banget kan peeps!

32
KOMUNITAS

Budaya Patriarki di Tengah Kemajuan Teknologi, Emang Masih Ada?

Mas Dipo mempunyai tetangga namanya Mbak Rani. Mbak Rani baru saja lulus S1 Ilmu Komunikasi. Ia merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Kakak dan Adiknya semuanya laki-laki. Kakaknya Tentara sedangkan Adiknya seorang mahasiswa. Mbak Rani bercerita kepada Mas Dipo tentang impiannya untuk bekerja menjadi reporter di stasiun TV terkenal di Indonesia. Ia sudah mengirimkan surat lamaran pekerjaan kepada stasiun TV tersebut dan kabar baiknya ia lolos sampai tahap terakhir proses rekrutmen. Tentunya Mbak Rani sangat senang mendengar hal ini karena citacitanya terkabul. Hanya saja ayahnya tidak mendukung ia untuk bekerja di luar kota, apalagi di Jakarta. Ayahnya menganggap Mbak Rani tidak akan bisa survive dan sukses disana. Daripada

uangnya dihabiskan Mbak Rani untuk ke Jakarta lebih baik disimpan untuk modal usaha adiknya yang sudah jelas akan menjadi kepala keluarga. Ayahnya juga berkata bahwa anak perempuan seharusnya di dapur, melayani suami dan momong anak. Tidak ada di kamus ayahnya bahwa perempuan itu bekerja, ia justru menyuruh Mba Rani untuk segera menikah. Mba Rani-pun tidak bisa berkutik, ia harus menuruti perkataan ayahnya dibanding di cap sebagai anak durhaka dan mengubur cita-citanya menjadi Reporter terkenal.

Era revolusi industri 4.0. tidak menampik bahwa banyak perubahan yang terjadi di penjuru dunia, salah satunya adalah budaya. Di zaman dahulu, dimana perempuan dipandang sebagai kaum yang lemah, saat ini mulai banyak kesempatan yang didapatkan oleh perempuan untuk berkembang ke arah yang lebih baik lagi. Dengan adanya kesetaraan gender membuat peran antara perempuan dengan lakilaki sama besarnya, tetapi walaupun di dalam teorinya mengatakan seperti itu, di penerapannya masih banyak perempuan sulit untuk mengeksplor dirinya. Contohnya saja Mbak Rani yang tidak bisa bergerak bebas, ada batasan dan peraturan tidak terlihat yang terjadi di keluarganya, dimana keluarganya yang masih menjunjung budaya patriarki membuat ia tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk bebas mengekspresikan apa yang ia inginkan. (Ajeng / Manunggal)

MUSIK INDIE

Bukan Untuk “Si Paling Senja” Aja

Bicara tentang lagu indie mungkin mengingatkan kamu dengan nama-nama musisi seperti Payung Teduh, Banda Neira, Nadin Amizah, dan masih banyak lagi. Eitss.. tapi musik indie itu sebenarnya apa sih? Genre baru? Atau sebutan bagi penikmat musik yang dengar lagu galau sambil minum kopi? Yuk cari tahu dengan simak rubrik berikut ! Musik Indie berasal dari kata independen yang berarti mandiri. Artinya genre musik ini diproduksi dan didistribusikan secara mandiri oleh musisi/pembuat lagunya sendiri dan tidak berkaitan dengan label-label musik besar, seperti Warner Music, Sony Music Entertainment, atau Musica Studio’s yang merupakan label musik terbesar di Indonesia. Menarik banget, kan?

Penggunaan istilah Indie juga dipakai dalam industri musik dalam penamaan genre musik seperti indie pop dan indie rock, loh! Tidak hanya di Indonesia, tetapi perkembangan musik indie ternyata juga banyak digandrungi terutama dari kalangan anak muda di luar

negeri. Sejarah mencatat bahwa musik indie perdana lahir, berkembang, dan populer di Inggris dan Amerika Serikat. Popularitas yang tidak kalah saing dengan kompetitornya menunjukkan bahwa sebuah produksi karya independen tetap memiliki daya tarik yang berkualitas, bahkan mampu disambut baik oleh kalangan penikmat musik.

Di Indonesia sendiri, musik indie sudah banyak melahirkan berbagai judul lagu, album, band maupun penyanyi solo yang keren-keren! Sebut saja Payung Teduh dengan Akad, Duo Sal Priadi dan Nadine Amizah dengan Amin Paling Serius, dan Fourtwnty dengan Fana Merah Jambu. Musikmusik Indie ini bahkan sudah menjadi playlist langganan untuk diputar di radio nasional maupun platform aplikasi musik gratis seperti Spotify, Apple Music, dan JOOX.

Sekarang sudah tahu kan apa itu musik indie? Bukan hanya lagu yang didengar saat senja sambal minum kopi aja nih! Tertarik buat masukin ke playlist kamu? (Nabila/

34 35
REFLEKSI
MUSIK

STYLICIOUS

Solusi Stress Coping Generasi Muda dengan Self Healing

Self Healing pasti sudah tidak asing lagi di telinga anak muda zaman sekarang. Akan tetapi, tahukah Sobat Dipo arti sebenarnya dari istilah ini? Beberapa generasi milenial menganggap self healing sebagai metode untuk pemulihan jiwa dari stres bahkan trauma masa lalu, tetapi kalau kita lagi stres apa memang perlu selalu melakukan healing?

Gangguan kesehatan mental di Indonesia sendiri setiap periodenya mengalami peningkatan yang sangat tinggi dari sebelumnya. Menurut Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Litbang Kementerian Kesehatan di tahun 2018, gangguan kesehatan mental dan emosional telah dialami oleh 9,8 % remaja usia 15 tahun keatas dari sampel populasi sebanyak 300.000 rumah tangga. Problematika ini ditulis oleh Diana Rahmasari, seorang pakar psikologi Universitas Negeri Surabaya dalam penelitiannya yang berjudul “Self Healing di Era Pandemi”.

Kunci utama dari kesehatan mental yang baik sebenarnya terdapat dalam diri sendiri. Mental yang terjaga dengan baik membuat kepribadian kita juga mampu untuk bereksistensi dengan produktif. Salah satu caranya adalah dengan melakukan self healing secara konsisten untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam mempertahankan dan memelihara kesehatan mental.

Dalam jurnal penelitiannya, Diana juga mengungkap bahwa self healing merupakan metode penyembuhan penyakit mental yang dilakukan bukan dengan obat, melainkan dengan

mengeluarkan perasaan dan emosi yang terpendam di dalam tubuh. Metode ini juga disebut sebagai rangkaian latihan praktis yang dikerjakan secara mandiri sekitar 15-20 menit dan sebaiknya dilakukan 2 kali dalam sehari.

Selain itu, Sobat Dipo tau gak sih ada stereotip bahwa metode self healing sebagai stress coping di kalangan anak muda adalah dengan pergi liburan saja? Padahal metode healing terdapat berbagai macam cara yang bisa dilakukan, diantaranya forgiveness, gratitude, self compassion, mindfulness, positive self talk, expressive writing, relaksasi, manajemen diri.

Forgiveness merupakan metode pertama yang dapat dimulai dengan mencoba untuk memaafkan diri sendiri dan segala hal yang mengganggu ketenangan jiwa kamu. Setelah itu, kamu dapat mencoba metode Gratitude dengan menumbuhkan rasa syukur dengan keadaan saat ini. Metode ini secara tidak langsung bakal membawa ketenangan bagi jiwa dan mental kamu juga loh! Metode self compassion, mindfulness, positive talk, expressive writing bisa dilakukan pada saat kamu merasa ada suatu hal krusial yang sedang mengganggu ketenangan mental. Lebih baik untuk mengekspresikan keresahan kamu dibandingkan hanya memendam stress di dalam hati, bukan? Pasca melalui fase distraksi itu, kamu bisa mulai melakukan relaksasi dan manajemen diri, sehingga tetap bersemangat untuk memulai sesuatu yang baru! (Nabila/ Manunggal)

Virtual Boy:

Dari Harapan Menjadi Kesengsaraan

Dekade 2010, masyarakat digandrungi suatu teknologi bernama Virtual Reality. Perangkat ini dapat membuat penggunanya merasakan masuk ke suatu dunia, meski hanya dari pandangannya saja. Inovasi terus berlanjut menjadi games seperti Oculus Rift, Samsung Gear, dan sebagainya. Hingga yang terbaru ialah menjadi “pintu masuk” menuju dunia metaverse. Meski terlihat baru, sejatinya perkembangan teknologi ini sudah dilakukan sejak era perang dingin atau lebih tepatnya 1957. Teknologi bernama sensorama ciptaan Morton Heilig menjadi perangkat VR pertama di dunia.

Demi keperluan lomba teknologi, pemerintah Amerika Serikat melalui berbagai universitas kemudian “membantu” pengembangan dari Sensorama ini. Modul pertama Augmented Reality berhasil diciptakan oleh Ivan Sutherland, mahasiswa S2 Massachusetts Institute of Technology (MIT) sebagai tesis. Mesin yang digunakan untuk menguji penelitiannya ini menggunakan suatu perangkat mirip kacamata yang digerakkan oleh mesin. Pandangan dari kacamata tersebut menciptakan objek berbentuk 3D yang transparan sehingga objek tersebut dapat terlihat di dekat benda yang ada. Pasca selesainya kejatuhan Uni Soviet, banyak teknologi pemerintah yang mengalami “privatisasi” sebagai

akibat dari hilangnya kepentingan atas penggunaan perangkat pertahanan ini.

Memasuki dekade 1990an, dunia perkonsolan kedatangan pemain baru asal Nintendo bernama Virtual Boy sebagai suatu inovasi baru. Didesain langsung oleh Genpei Yokoi, sang arsitek Nintendo Boy, Virtual Boy diharapkan dapat memberikan sensasi baru dalam permainan konsol. Setidaknya 23 games disediakan, beberapa diantaranya merupakan games legendaris seperti Mario Bros. Secara bentuk, perangkat ini dapat dikatakan sebagai nenek moyang dari VR masa kini, namun memiliki kekurangan tidak dapat dipasang ke kepala dan menampilkan warna merah yang tidak nyaman di mata. Secercah harapan ini langsung menjadikan kehancuran. Dalam periode 2 tahun, keluhan gangguan kesehatan akibat penggunaan konsol ini terus berdatangan. Salah satu alasan kegagalan ini terletak pada kinerja Nintendo yang cenderung “kejar target” serta ketidaksiapan Genpei dalam merumuskan konsolnya. Akhirnya pada tahun 1997, secara resmi semua perangkat ditarik dari peredaran dan hilang hingga kini. (Fidel/Manunggal)

36 37
TECHNO

PUISI

Kredit

Ayo dipilih, dipilih! Apakah di tempatmu kegelisahan baru saja dikulak? jangankan hanya kegelisahan, bahaya model baru pun si penjual punya Kemarilah, di sini ditawarkan tukar tambah dengan pikiran yang tak habis pakai Bukan bekas, ia cuma tak pandai cogah di majalah fesyen Kemarilah, di sini kami sampai dini hari saat tak ada sesiapa bergemuruh selain kepalamu Apa? Kau pesan jaket tebal?

Untuk melindungi dari dinginnya mata dan gatalnya mulut manusia? aku hanya punya jaket pelampung setidaknya kau tak terbenam dalam palung standar manusia yang luhung Kau harus memakainya secara perlahan mereka akan memaklumi gangguan pikiran dan kau bisa bertahan Tetapi ia lebih patuh pada nilai jual waktu Narasi yang anggapnya lebih sehat dari bangun pagi itu Kemudian ia akan menghadiri pesta di kota yang penduduknya tak berketurunan Ia benci perkataan ibunya bahwa rejeki berbanding lurus dengan peranakan istri Ia akan membeli sebuah kain lahiran di sana Bukan untuk bayi siapa Untuk membedong bayi kepalanya Memang kenapa? Gelak tawa merebah Mereka bilang terjagalah, terjaga, Tidur kami riskan, takut dilahap kekhawatiran Tapi penjual tadi memberinya ramuan kekekalan Bagaimana mempan untuk kami jika waktu saja sampai tak berani? Hari sudah hampir habis dimakan matahari Pembeli tadi balik kanan meninggalkan malam muda-mudi untuk melunasi angsuran tidurnya yang mengulur

De Oost: Rekam Jejak Kelam Pembantaian Westerling di Tanah Sulawesi

Hindia Belanda 1946, situasi mencekam menyelimuti “Ons kostbaarst juweel” pasca kekalahan Jepang dalam perang dunia kedua. Pemerintah Belanda mengirimkan ratusan pemuda tanpa pengalaman tempur dan menjanjikan mereka kehidupan yang lebih baik bagi jika mau menjadi tentara untuk menertibkan kekacauan di tanah Hindia. Johan, satu dari pemuda yang dikirim ini mendapati dirinya berada di dunia yang jauh berbeda. Berbagai pemandangan menyedihkan ia saksikan, khususnya setelah bertemu Kapten Raymond Pierre Paul Westerling dan bergabung sebagai bagian dari Depot Speciale Troepen (DST).

Hidupnya berubah 180 derajat dalam misi di Makassar 1946…

Film ini mengambil kisah pembantaian Westerling yang terkenal memakan korban 4000 jiwa, meski masih diperdebatkan hingga saat ini. Kemunculan De Oost berhasil menarik perhatian maupun kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia dan Belanda. Bagi masyarakat Indonesia, film fiksi ini berhasil menggambarkan kekejaman pasukan Belanda selama di Indonesia. Sementara di Belanda, para veteran perang mengecam film ini lantaran melukai martabat mereka sebagai abdi negara. Namun yang pasti, De Oost memberikan gambaran yang cukup bagus mengenai kondisi psikologis para prajurit Belanda yang bertugas di Indonesia selama 1945-1948.

38 39
Panca Dewinta 2022
RESENSI FILM

ANEKDOT

Lembayung, Re, dan Nes

Namaku Lembayung Senja Cakrawala Jayahadikusuma. Nama yang cukup simpel dan cukup rumit. Aku lahir di Bandung, 7 Agustus 2003. Saat ini, 30 Agustus 2022, adalah hari keduaku di Semarang. Ibu, ayah, dan keluargaku telah pulang ke Bandung. Aku sendiri di sebuah kota pelabuhan tua yang tidak aku kenal. Banyak hal berbeda yang perlu aku hadapi. Mulai dari bahasa hingga kebiasaan sehari-hari.

“Mba, saya pesan teman nasi yang ini dan ini, ya, Mba,” ucapku ketika menunjuk dua jenis makanan di sebuah warung tegal (warteg) dekat kosku. “Tolong dibungkus dan tidak pakai nasi, Mba,” tambahku lagi. Mba itu kemudian pergi sambil berbisik pada temannya. “Hmm, bahasa Jawa. Ngga ngerti aku. Salah ngomong gitu?” ucapku pada diri

sendiri. “Ini, Mba. Totalnya Rp 15.000,” papar Mba warteg. Aku bingung karena pesananku sedikit besar. Padahal aku hanya memesan 2 jenis teman nasi. Karena berusaha untuk tetap positif dan kebetulan aku sedang lapar sekali, sehingga sedikit tergesa-gesa, aku tidak mengecek pesananku. Aku langsung saja membayar dan pulang ke kos.

Sesampainya di kos, aku membuka pesananku. Benar saja. Pesananku tidak sesuai. Dalam bungkus nasi itu terdapat nasi dan 2 jenis teman nasi yang aku inginkan. “Lah! Kok dinasiin?” seruku. “Kamu tadi bilang apa?” tanya Nes. “Aku bilang, ‘Mba, saya pesan teman nasi yang ini dan ini. Dibungkus. Tidak pakai nasi,” jawabku. Nes dan Re pun tertawa. Membiarkanku terjebak dalam kebingungan sendiri. “Apa yang salah?”

ANEKDOT

tanyaku. “Kamu sih! Aneh banget! ‘temen nasi’ hahahahaha!” ucap Re. “Ehh? Kan bener. ‘Temen nasi’. Dimakan waktu makan nasi. Salah sebelah mana deh?” balasku tak mau kalah. “Udah, udah. Besok- besok kalau mau pesen pakainya ‘lauk’ jangan ‘temen nasi’ ada-ada aja,” timpal Nes yang segera memotong perdebatanku dengan Re. Maklum, aku dan Re merupakan dua insan muda dengan sumbu pendek. Namun pada akhirnya, relasi yang tidak hot seperti itu terasa tidak menantang bukan.

Dua hari kemudian aku kembali ke warteg yang sama. “Permisi, Mba. Saya mau pesan lauk yang ini dan ini, ya, Mba. Tolong tidak pakai nasi,” paparku dengan penuh waspada. “Baik. Sebentar, ya, Mba,” balas Mba tersebut. Seperti biasa, tidak butuh waktu lama untukku menerima makanan yang aku inginkan. “Ini, Mba. Jadi Rp 10.000,” ucap Mba warteg. “Oke. Ini uangnya, Mba. Terima kasih, Mba,” jawabku. “Fyuhh. Untung hari ini ngga diledekin lagi,” ucapku dalam hati. Aku langsung kembali ke kos untuk memakan pesanan yang sudah ada di tanganku.

“Aman?” tanya Nes mengagetkanku. Aku tersedak dan langsung meminta air pada Re. Re memberi air tersebut dan aku langsung meminumnya. “Hei, Nes! Jangan ngagetin gitu, dong! Kalau aku kenapa-napa gimana?!” marahku pada Nes. “Hehehehe. Maaf-maaf. Ini idenya si Re!” timpal Nes. “Lahh?! Kok aku dibawa-bawa?” tanya Re. “Huhh. Iya deh

aku yang salah! Biar aku yang berkorban. Biarr!” jawab Nes mendramatisir. “Nah gini, nih. Terlalu kebanyakan nonton drakor jadi gini, nih. Mau makan ngga kalian?” balasku mematikan adegan drama yang sedang dilakukan Nes. “Ngga. Tadi udah makan. Kita numpang tiduran aja di sini,” jawab Re.

Tidak lama keheningan pun melingkupi kami. Unik sekali Nes dan Re ini. Di satu waktu bisa jadi dua orang ekstrovert dan di waktu lainnya menjadi introvert. “Eh. Tau, ngga?” ucapku memecah keheningan. “Ngga,” dengan cepat Re membalas. “Yehh. Sabar. Rasa nasinya keknya agak aneh deh. Mirip rasa hambar,” jawabku. “Loh? Emang bisa nasi rasanya hambar? Kan pada akhirnya rasa nasi itu agak manis?” tanya Nes kebingungan. “Keknya bisa, deh. Ini aku lagi makan. Rasanya jadi kayak si Re!” jawabku. “Lahh? Kok bawa-bawa aku lagi, sii?” balas Re tak mau kalah. “Iya. Coba liat, deh. Di piring ini si ‘nasi’ ngga punya ‘temen’. Punyanya ‘lauk’. Keknya itu deh yang bikin dia hambar,” jawabku menahan tawa. Sialnya reaksi Re dan Nes tidak seperti yang aku harapkan. Mereka terlihat cemas.

Oh iya. Aku lupa beri tahu. Re dan Nes adalah temanku sejak kecil. Aku menyingkat nama mereka karena waktu pertama kali bertemu, sulit sekali mengucapkan namanya. Nama Re adalah Realita, sedangkan nama Nes adalah Consciousness.

40 41

Bluder Cokro:

Cerita Kelembutan Dari Era Nostalgia

hingga saat ini. Ternyata nih, Bluder Cokro sudah mengalami banyak inovasi baik dari segi bluder itu sendiri maupun peluncuran produk baru dari brand tersebut. Soal varian rasa, Bluder Cokro modern kini menghadirkan berbagai pilihan isian seperti coklat, keju, kismis, Ovaltine, Nutella, dan masih banyak lagi deh!

Menurut Dany, saat ini produk bluder varian coklat dan keju menjadi menu andalan Cokro yang tentunya wajib banget kamu coba, lho peeps!

“Ciri khas Cokro adalah teksturnya yang lembut karena kadar airnya yang tinggi serta bentuknya yang seperti segitiga terbalik. Bahan baku yang dipakai pun juga termasuk premium sehingga rasanya baik,” terang Dany Sanjaya, Manajer Pemasaran Bluder Cokro saat diwawancarai oleh Awak

Berbeda dengan roti atau kue biasa, Dany pun mengungkap bahwa proses produksi Bluder Cokro ternyata cukup memakan waktu yang lama, bahkan hingga mencapai 5 jam.

Distribusi Bluder Cokro sendiri telah ada di beberapa kota dengan berbagai macam harga. Di Pusat Madiun sendiri, kamu cukup perlu mengeluarkan kocek Rp9,000 saja untuk membeli satu buah bluder. Untuk kamu yang berada di luar Kota Madiun, jangan khawatir karena Bluder Cokro juga menyediakan jasa pengiriman dengan biaya tambahan dan estimasi waktu logistik maksimal selama dua hari.

Jadi gimana peeps? Tertarik buat mencoba Bluder Cokro? (Okti/ Manunggal)

Pernahkah kamu mendengar nama Bluder Cokro?

Berkunjung ke Kota Madiun, belum lengkap rasanya kalau belum mencicipi makanan nostalgia khas Kota Gadis. Berbentuk seperti prisma trapesium terbalik, kelezatan roti lembut yang dikenal sebagai Bluder Cokro ini sudah lama memanjakan lidah banyak kalangan, mulai anak anak hingga dewasa sejak tahun 80an!

Perjalanan Bluder Cokro bermula

Krishna, yang mana anak panahnya bernama Cakra. Sejak mangkatnya Ibu Susana pada tahun 2000-an, dapur Bluder Cokro terus berganti kepemilikan dan merknya pun semakin dikenal

“Cara pembuatan Bluder Cokro sama seperti halnya membuat roti pada umumnya. Membuat adonan terlebih dahulu, kemudian diresting, lalu dikasih isian, baru dikembangkan agar raginya mengembang. Setelah itu, bluder dipanggang menjadi roti, didinginkan, kemudian dikemas dan dijual ke

42 43
KULINER KULINER

KULINER

Pergulatan Indera Perasa Anak Rantau di Tanah Jawa

Kamu tahu kan kalau Semarang punya banyak kampus yang membuat kota ini penuh banget dengan mahasiswa perantau? Nah, ternyata tidak sedikit lho dari mereka yang mengalami berbagai culture shock saat mencicipi kuliner khas Ibukota Jawa Tengah! Awak Manunggal pun berusaha menggali pengalaman pergulatan indera perasa anak rantau ini dari Nugia, mahasiswa Manajemen Undip 2020 dan Karin, mahasiswa Ilmu Komunikasi Undip 2020. Lantas, gimana sih cerita cita rasa kuliner Semarang menurut mereka?

“Makanan di sini tuh manis-manis gitu kayaknya semua dikasih gula gitu. Padahal di Padang (rasanya, red) lebih pedas dan gurih,” cerita Nugia. Selain dari segi rasa, mahasiswa asal Ibukota Sumatera Barat itu juga menyoroti perbandingan karakteristik beras yang digunakan sebagai bahan pembuatan nasi di Padang dan Semarang.

“Nasi dari Jawa itu rasanya lebih hambar, teksturnya juga lengket kayak beras ketan. Kalau nasi dari Padang tuh ada manisnya dan teksturnya nggak

lengket. Aku juga kalau masak nasi dari Padang bisa awet sampai dua hari di rice cooker. Sedangkan, nggak tahu kenapa kalau beras dari Jawa aku masak pagi, siangnya itu udah keras sama menguning gitu.”

Pengalaman serupa ternyata juga terjadi pada Karin yang berasal dari Tangerang, Banten. Mahasiswa food blogger yang seringkali antusias ketika mengulas pengalaman kulinernya di media sosial ini mengaku beberapa kali mengalami semacam “culture shock” ketika pertama kali dirinya mencicipi makanan di Semarang.

“Culture shock aku terjadi waktu pertama kali mencicipi makanan Jawa, terutama di Semarang itu ada di nasi ayam. Ekspektasiku kalau nasi ayam itu dengan suwiran ayam, krecek, kuah opor, telur, dan lain-lain yang mana seharusnya rasanya itu balance ada yang manis, asin, dan pedas. Tapi yang disajikan justru semuanya manis. Jadi rasa asinnya ketutup sama rasa manisnya itu.” ungkapnya.

Karin pun mengungkapkan

perbedaan mencolok dari karakteristik tampilan cita rasa masakan Jawa dan daerahnya sendiri.

“Kalau makanan khas Jawa itu secara kasat mata sudah bisa dilihat apakah makanan ini manis atau asin gitu. Kalau yang manis, warnanya itu cenderung gelap. Bahkan, dari sambal udah bisa kita judge kalau sambal ini nggak ada pedes-pedesnya sama sekali karena warnanya gelap. Jadi antara manis dan asin kalau di Jawa itu kasat mata, beda sama di daerahku.” jelasnya.

Selain dari rasa makanan khas Jawa, kamu tentu familiar kan dengan banyaknya warung burjo yang selalu menemani mahasiswa Semarang hingga 24/7? Tapi tahu nggak sih, ternyata burjo di Semarang itu berbeda dengan burjo di daerah Karin dan Nugia lho!

“Kalau di Padang, warung kayak burjo atau warmindo nggak ada, lebih ke warung sarapan pagi yang bukanya itu mentok sampai jam sebelas. Nama menu disini (burjo Semarang, red) juga

berbeda dengan di Padang. Misal di Padang bukan es teh namanya, tapi teh es,” kata Nugia. Sedangkan di daerah Tangerang, Karin lebih mengenal burjo sebagai tempat yang hanya menjual bubur kacang ijo. Padahal di Semarang, burjo banyak memiliki variasi makanan, bahkan tempatnya telah dilengkapi dengan fasilitas internet Wi-Fi bagi pelanggannya.

Perbedaan mencolok lainnya terdapat pada eksistensi coffee shop. Karin pun mengungkap bahwa harga kopi di Semarang itu jauh berbeda sama di Tangerang!

“Kafe di daerahku itu standar minumannya start from empat puluh sampai lima puluh ribu, itupun belum sama pajak. Tapi kalau di Semarang dua puluh bahkan belasan ribu sudah bisa beli satu cup dan tentunya tanpa pajak,” ungkap dia. Wah, buat sekali ngopi disana pastinya harus siap-siap merogoh kocek yang lebih dalam, ya! (Okti/Manunggal)

44 45
KULINER

Menikmati Suara Senja

Sumber: NativeIndonesia.com

Mencari senja di tengah deburan ombak Pantai Jetis seakan membuat kamu berburu hidden gem yang terpendam! Bagaimana tidak? Pantai ini berada di ujung timur Kabupaten Cilacap, tepatnya di Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu yang berbatasan langsung dengan Pantai Logending di Kebumen. Ya, letaknya bisa dikatakan jauh dari pusat kota Cilacap dengan durasi perjalanan kurang lebih selama satu setengah jam. Tapi, jangan khawatir! Kamu yang ingin berkunjung ke pantai ini, dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun Bus Damri yang sudah disediakan oleh Dinas Pariwisata Cilacap dengan tarif 20 ribu rupiah saja per orangnya.

Walaupun perjalanan menuju Pantai Jetis cukup panjang, dijamin kamu tidak akan merasa lelah dengan suguhan pemandangan perbukitan hijau serta juga hutan mangrove di kanan dan kiri jalan yang indah sekali! Nah, ketika sudah berpapasan dengan pegunungan kapur yang menjulang tinggi, serta banyak nelayan yang menjual hasil tangkapannya di Tempat Pelelangan Ikan, tandanya kamu sudah sampai di Pantai Jetis. Begitu memasuki area pantai, kamu langsung bisa menemukan pohon cemara laut yang menjulang tinggi yang tampak seperti menyapa pengunjung. Pohon cemara laut ini ditanam untuk menghijaukan pantai dan juga meminimalisir adanya abrasi.

Banyaknya pohon cemara laut juga membuat Pantai Jetis ini dijuluki sebagai Pantai Cemara Sewu oleh penduduk setempat.

Dengan membayar tiket senilai 7 ribu rupiah per orang, dan biaya parkir untuk motor senilai 2 ribu rupiah atau kendaraan roda empat yaitu 5 ribu rupiah, mata kita sudah bisa dimanjakan oleh keindahan pantai dengan pasir hitam, ombak berwarna biru dan juga perbukitan hijau di kanan kirinya bersamaan dengan suara deburan ombak Samudra Hindia yang membuat hati terasa tenang.

Untuk kamu yang ingin mengunjungi Pantai Jetis, aku menyarankan untuk bisa mengunjunginya di pagi atau di sore hari. Selain agar kita tidak kepanasan, di saat itu juga kamu juga dapat menyaksikan matahari terbit maupun terbenam yang sayang jika dilewatkan begitu saja. Jika datang di sore hari, kamu bisa menyewa ATV untuk menyusuri bibir pantai yang cukup panjang dengan tarif sebesar 40 ribu. Buat para kaum mager, kamu juga bisa lho buat menggelar tikar di bibir pantai dengan ditemani es teh manis, sepiring mendoan hangat dan yutuk goreng, bayi kepiting yang digoreng krispi, kuliner khas yang hanya ada di pantai timur Cilacap sambil berenang ataupun hanya sekedar bermain air sembari menunggu senja datang menyapa dari bibir laut! (Ajeng/Manunggal)

Bertandang Sejenak di Toko Buku Stadion Diponegoro:

Pojok Euforia bagi Kolektor Buku Lawas

Sumber: Kompas.com

Hai Dips, bagaimana kabarnya nih?

Tugas kuliah yang menumpuk dan kegiatan organisasi yang tidak kunjung selesai tentunya membuat kita pusing dan merasa burn out menjalankan peran kita sebagai mahasiswa. Maka dari itu, aku mau mengajak kamu untuk jalan-jalan sekedar melepas penat dari tugas-tugas tersebut. Jalan-jalan kali ini ga akan jauh kok! Cukup di Semarang aja, kita akan mengunjungi kios buku bekas yang pas di kantong, namun tidak mengecewakan, tentunya! Pasti kamu semua langsung membatin, lho kok ke toko buku sih, udah pusing jadi tambah

pusing nih. Eitss, tenang aja aku yakin kamu ga akan menyesal deh udah ikut aku hunting buku, apalagi untuk kamu yang hobi membaca pasti kamu akan excited deh.

Yang harus kita lakukan pertama kali adalah kita pergi ke Stadion Diponegoro. Untuk datang kesana kamu bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun BRT. Aku sarankan kamu untuk naik BRT, selain karena biayanya lebih murah yaitu seharga 3.000 rupiah, kita juga bisa merasakan sensasi jalan jalan keliling kota Semarang. Kamu cukup menunggu di halte BRT terdekat kemudian naik ke bus koridor VI turun

46 47
PLESIR
Selatan
PLESIR

di halte Kaliwiru, kemudian pindah ke halte Kaliwiru 2 untuk melanjutkan perjalanan dengan bus koridor IIIB untuk sampai di halte Stadion Diponegoro. Sesampainya disana kamu tinggal jalan kaki beberapa meter untuk sampai ke kios buku tersebut.

Buat kamu yang belum tau, di belakang Stadion Diponegoro, terdapat banyak kios buku berjejer dengan bukubuku yang tertata rapi. Begitu kita masuk ke salah satu kios, kita akan disambut dengan aroma khas dari buku yang unik dan juga lembaran buku yang warnanya sudah menguning. Walaupun bukubuku yang dijual di kawasan ini rata rata adalah buku bekas dan tergolong terbitan lama tetapi tidak dipungkiri jika kualitas dari buku buku tersebut masih bagus dan nyaman untuk dibaca.

Beragam buku ajar dari semua jurusan ada disini, dari modul teknik hingga kamus bahasa Jepang, bahkan hasil skripsi dari tahun-tahun sebelumnya bisa kamu temukan di

tempat ini. Tidak hanya buku bahan ajar mata kuliah saja yang ada disini, terdapat pula komik, majalah, dan juga novel-novel lawas dengan genre yang beragam akan menarik perhatian orang yang melihatnya. Apalagi jika kamu penggemar detective conan, vagabond, atau one piece, aku jamin kamu akan merasa betah dan tak mau pulang sebelum koleksi komikmu terpenuhi.

Kamu tidak usah khawatir dengan harganya, karena pedagang buku disini mematok harga yang cukup terjangkau di kantong! Mulai dari 10 ribu saja kamu sudah bisa mendapatkan buku yang kamu inginkan, asalkan kamu pintar untuk mencarinya dan tak sungkan untuk bertanya kepada pedagang buku tersebut maka sudah bisa dipastikan deh pulang dari sini kamu akan membawa banyak buku. Pesan dari aku hati hati kalap yaa, jangan sampai uang bulanannya habis. Selamat bersenangsenang! (Ajeng / Manunggal)

MAU TETAP TENANG DIKALA PERSAINGAN DUNIA SEMAKIN MENERJANG?

Sobat Dipo pernah tidak merasa bahwa perkembangan teknologi dan kemajuan zaman seringkali membuat manusia semakin kompetitif untuk mengejar sesuatu di luar batas kemampuan mereka? Break the limit, sih istilah kerennya.

Kalau jawabannya iya, mungkin tulisan ini bakal relate, deh dengan kehidupan Sobat Dipo semua! Perkembangan zaman dengan segala kemudahan teknologi membuat manusia semakin berusaha untuk mencapai quality life terbaik, bukan? Nah, maka dari itu, persaingan semakin menjadijadi dan kita bakal sikut-menyikut satu sama lain demi mencapai eksistensi dan dikenal oleh orang banyak! Pada capek enggak sih saat kamu harus hidup seperti itu terus-terusan?

Daripada mengejar hal-hal yang belum pasti dan tidak kenal batas,

IKUTI 3 TIPS INI!

ternyata kita bisa lho hidup tenang dan cukup dengan segala pencapaian yang sudah kita raih sampai saat ini! Oh iya, filosofi hidup tenang dengan menjalani hidup yang biasa-biasa saja ini juga dianut oleh salah satu filsuf dan penulis asal Inggris, namanya Alan de Botton. Bapak Botton ini pernah bilang bilang kalau permasalahan hidup manusia sekarang tuh ada tiga, yaitu sifat sombong dan suka flexing sana sini, kurang kasih sayang, dan metoriksasi alias kesempatan untuk memiliki jabatan dan dikenal orang banyak. Permasalahan tersebut yang membuat manusia susah untuk hidup tenang alias bakal overthinking terus!

So, adakah sih cara untuk hidup tenang dan biasa-biasa aja di dunia yang penuh ambisi ini? Eits, tentu ada dong. Yuk simak tips-tips di bawah ini!

1. Milikilah teman yang bisa jadi rumahmu!

Sobat Dipo pasti pernah merasa kalau punya banyak circle pertemanan itu tidak selalu menyenangkan! Percuma saja punya teman banyak tapi yang datang ketika kita lagi down itu bisa dihitung jari, atau bahkan enggak ada sama sekali. Hft, sad!. Nah, punya beberapa teman namun selalu ada ketika kita senang dan sedih rasanya sudah cukup. Mengapa demikian? Persaingan dunia yang sangat sesak ini membuat kita seringkali menanggung beban yang berat! Tentu saja, beban yang berat ini akan lebih ringan jika kita membaginya bersama teman terdekat kita. Walaupun kadang bercerita itu enggak buat masalah kita selesai, tapi setidaknya kita bakal merasa sedikit lega sebab beban yang kita tanggung pun bakal terasa lebih ringan!

48 49
PLESIR
TIPS

2. Lakukanlah sesuatu yang membuatmu merasa bebas

“Kebebasan selalu akan membuat kita merasa lebih bahagia”

Mungkin kalimat tersebut terdengar agak klasik, tapi tentu tidak bisa kita pungkiri bahwa kalimat klasik tersebut benar dan nyata adanya. Ketika kamu ngelakuin hal-hal yang membuat diri lebih bebas dan dapat mengeksplorasi segala hal tanpa batas, tanpa sadar otak kamu akan ngeluarin hormone dopamin yang buat manusia bahagia. Kadang nih tanpa sadar, kita cuma ngelakuin sesuatu yang kita suka, namun dalam menjalaninya, kita jarang merasa lebih bebas. Nah, mulai sekarang carilah hal yang kamu sukai dan merasakan kebebasan ketika melakukan hal itu, ya!

3. Milikilah pola pikir “cukup”

Pola pikir “cukup” artinya ketika kita melakukan sesuatu, kita bakal selalu merasa “cukup”. Kata cukup membuat kita bakal nerapin batas-batas wajar yang bisa kita capai. Kita juga tidak terlalu membuat ekspektasi tinggi terhadap diri sendiri bahkan orang lain. Sebenarnya, tidak ada salah untuk melakukan hal-hal yang melebihi kata “cukup”, namun seringkali setelah mencapai kata “cukup” manusia bakal ingin mengejar hal-hal di atasnya.

Ambisi tersebut bakal tidak ada habisnya dan kita bakal hidup dengan rasa kompetitif yang membuat diri kita selalu mau membandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain sekaligus tidak mau kalah dengan kompetitor. Rasanya pasti enggak enak, kan? Bayangin aja deh, kalau dirimu sendiri aja udah membandingkan pencapaian dengan orang lain, bagaimana kamu bisa menghargai prestasi yang telah kamu raih atas usahamu sendiri?

Nah, itu dia 3 tips buat Sobat Dipo agar kamu bisa terus menikmati dan menghargai quality life setiap hari! Sekeras apapun tantangan serta tekanan dari rutinitas hidup, jangan pernah lupa buat tetap menghargai dan mencintai dirimu sendiri ya! Remember to love yourself first before the others, because your existence matters! (Mirra/ Manunggal)

Hatikva

Kol od ba’le’vav p’nima, Nefesh yehudi ho’miyah.

U’lefa-atei mizrach kadimah, Ayin le’Tziyyon tzofiyah.

Od lo avda tikva-teinu, Ha’tikvah bat sh’not al-payim

Lih-yot am chofshi b’ar-tzeinu

Eretz Tziyyon v’Yerushalayim.

Kalimat di atas merupakan penggalan lagu Hatikva atau harapan yang merupakan lagu kebangsaan Israel. Terlepas dari masalah politik dan sosial yang menjerat negara tersebut, lagu yang merupakan suatu harapan agar bangsa Yahudi dapat kembali ke “tanah yang dijanjikan” alias Yerusalem.

Keberadaan lagu ini dapat dilacak hingga abad ke-19 masehi di Zloczow, Galicia (sekarang bagian dari Ukraina) dalam sebuah puisi karya sastrawan Herz Naftali Imber yang berjudul “Tikvatenu” yang memiliki arti “harapan kita”. Pada tahun 1882 ia bermigrasi ke Palestina dimana puisinya ini semakin populer di perkampungan masyarakat Yahudi, bahkan hingga ke hampir seluruh dunia. Kemudian kumpulan karya sastranya ini kemudian dikumpulkan menjadi buku berjudul “Barkai”, nama Hatikvah sendiri menjadi judul baru dari Tikvatenu. Lima tahun kemudian atau tepatnya tahun 1887, Shmuel Cohen

mengubah puisi ini menjadi sebuah lagu dengan menggunakan nada lagu daerah Romania, Carul cu Boi (Cart dan Oxen). Popularitas Hatikvah pun melejit menjadi lagu rakyat (folk song) masyarakat Yahudi di seluruh dunia.

Hatikvah tidak dapat dipisahkan dari sejarah maupun budaya masyarakat Yahudi sebagai bangsa yang terusir dari tanah tempat tinggalnya. Terdapat suatu kepercayaan bahwa suatu saat nanti mereka dapat berkumpul kembali di tanah yang dijanjikan (baca: Yerusalem), meski banyak penafsiran terkait bagaimana mereka dapat kembali, salah satunya penafsiran kaum zionis. Romansa mengenai kerinduan akan tanah palestina terukir di berbagai karya seni bagi mereka yang telah meninggalkan tanah kelahirannya akibat serangan Romawi pada abad ke-7 masehi. Harapan akan kembalinya mereka ke tanah leluhur ini berkembang di berbagai daerah, khususnya di wilayah masyarakat Yahudi yang mengalami diskriminasi dan persekusi.

Kepopuleran Hatikvah pun membawanya menjadi lagu harapan bangsa Yahudi agar suatu saat nanti dapat hidup bebas di tanah yang dijanjikan. Lagu ini dinyanyikan pada berbagai keadaan, namun yang paling terkenal adalah ketika masa perang dunia kedua, banyak masyarakat Yahudi di kamp konsentrasi menyanyikan lagu ini, bahkan ketika ajal telah mendekatinya. Akhirnya pasca kemerdekaan Israel tahun 1948, Hatikvah memberikan makna baru bagi bangsa Israel. (Fidel/ Manunggal)

50 51
TIPS
JENDELA DUNIA
52 53
Ratu Elisabeth II Meninggal Dunia
PTM di Indonesia kembali diadakan secara tatap muka
Heboh harga BBM naik
saja yang terjadi di
tahun ini?” REWIND REWIND
Pindah Tangan Twitter hingga sampai ke Tangan Elon Musk Viral
Infasi Rusia Ukraina menghebohkan jagat raya Niki, Penyanyi asal Indonesia tampil di Coachella Trend Citayem Fashion Week Viral REWIND INDONESIA “apa
Indonesia
Perjalanan
Mbak Rara! Pawang Hujan di Sirkuit MotoGP Mandalika Apple 14 resmi Rilis! Pencinta iPhone bersiap
Tragedi
Kericuhan Kanjuruhan, Sepak Bola berujung Maut
G20 digelar di Bali! Indonesia banjir pujian
Dari
Ping-pong hingga Tiba-Tiba Tenis, Vindes Sport kenalkan Sportainment ke Warga Indonesia KTT
LENSA LENSA 54 55
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.