Lampung Post Edisi Senin, 11 Maret 2013

Page 12

OPINI

SENIN, 11 MARET 2013

Partisipasi Opini Lampung Post menerima opini orisinal dan tidak dikirim ke media lain, tak lebih dari 5.000 karakter. Kirim via e-mail ke redaksi@lampungpost.co.id atau redaksilampost@yahoo.com. Kami mengutamakan tulisan yang mengkaji fenomena aktual di lingkungan masyarakat Lampung.

12

LAMPUNG POST

Member of Media Group Pemimpin Umum: Bambang Eka Wijaya. Wakil Pemimpin Umum: Djadjat Sudradjat. Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Gaudensius Suhardi. Wakil Pemimpin Redaksi: Iskandar Zulkarnain Pemimpin Perusahaan: Prianto A. Suryono. Dewan Redaksi Media Group: Saur M. Hutabarat (Ketua), Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat, Djafar H. Assegaff, Elman Saragih, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Suryopratomo, Toeti Adhitama, Usman Kansong. Redaktur Pelaksana: Iskak Susanto. Kepala Divisi Percetakan: Kresna Murti. Sekretaris Redaksi: M. Natsir. Asisten Redaktur Pelaksana: D. Widodo, Umar Bakti

Biro Wilayah Barat (Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran): Sudiono (Kabiro), Abu Umarly, Erlian, Meza Swastika, Mif Sulaiman, Sayuti, Widodo. Biro Wilayah Selatan (Lampung Selatan): Herwansyah (Kabiro), Aan Kridolaksono, Juwantoro, Usdiman Genti. Senior Account Manager Jakarta: Pinta R Damanik. Senior Account Manager Lampung: Syarifudin Account Manager Lampung: Edy Haryanto. Manager Sirkulasi: Indra Sutaryoto. Manager Keuangan & Akunting: Rosmawati Harahap. Harga: Eceran per eksemplar Rp3.000 Langganan per bulan Rp75.000 (luar kota + ongkos kirim). Alamat Redaksi dan Pemasaran: Jl. Soekarno Hatta No.108, Rajabasa, Bandar Lampung, Telp: (0721) 783693 (hunting), 773888 (redaksi). Faks: (0721) 783578 (redaksi), 783598 (usaha). http://www.lampungpost.com e-mail: redaksi@lampungpost.co.id, redaksilampost@yahoo.com.

Redaktur: Heru Zulkarnain, Hesma Eryani, Muharam Chandra Lugina, Nova Lidarni, Sri Agustina, Sudarmono, Trihadi Joko, Wiwik Hastuti, Zulkarnain Zubairi. Asisten Redaktur: Aris Susanto, Isnovan Djamaludin, Kristianto, Lukman Hakim, Musta’an Basran, Rinda Mulyani, Rizki Elinda Sary, Sri Wahyuni, Vera Aglisa.

Kantor Pembantu Sirkulasi dan Iklan: Gedung PWI: Jl. A.Yani No.7 Bandar Lampung, Telp: (0721) 255149, 264074. Jakarta: Gedung Media Indonesia, Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp: (021) 5812088 (hunting), 5812107, Faks: (021) 5812113.

Liputan Bandar Lampung: Agus Hermanto, Delima Napitupulu, Iyar Jarkasih, Ricky P Marly, Sony Elwina Asrap. LAMPOST.CO Redaktur: Amirudin Sormin. Asisten Redaktur: Adian Saputra, Sulaiman.

Kalianda: Jl. Soekarno-Hatta No. 31, Kalianda, Telp/Fax: (0727) 323130. Pringsewu: Jl. Ki Hajar Dewantara No.1093, Telp/Fax: (0729) 22900. Kotaagung: Jl. Ir. H. Juanda, Telp/Fax: (0722) 21708. Metro: Jl. Diponegoro No. 22 Telp/Fax: (0725) 47275. Menggala: Jl. Gunung Sakti No.271 Telp/Fax: (0726) 21305. Kotabumi: Jl. Pemasyarakatan Telp/Fax: (0724) 26290. Liwa: Jl. Raden Intan No. 69. Telp/Fax: (0728) 21281.

CONTENT ENRICHMENT Redaktur: Alhuda Muhajirin. Bahasa: Wiji Sukamto (Asisten Redaktur), Chairil, Susilowati. Foto: Hendrivan Gumay (Asisten Redaktur), Ikhsan Dwi Satrio, Zainuddin. Dokumentasi dan Perpustakaan: Syaifulloh (Asisten Redaktur), Nani Hasnia. Desain Grafis Redaktur: DP. Raharjo, Dedi Kuspendi. Asisten Redaktur: Sugeng Riyadi, Sumaryono. Biro Wilayah Utara (Lampung Utara, Way Kanan, Lampung Barat): Mat Saleh (Kabiro), Aripsah, Buchairi Aidi, Eliyah, Hari Supriyono, Hendri Rosadi, Yudhi Hardiyanto.

Penerbit: PT Masa Kini Mandiri. SIUPP: SK Menpen RI No.150/Menpen/ SIUPP/A.7/1986 15 April 1986.

Kampanye Pemilu dan Transaksi Hazwan Iskandar Jaya Pengurus Pusat Persatuan Keluarga Besar Tamansiswa (PP PKBTS), asal Lampung

S

EMBARI menanti kejutan putusan sengketa pemilu pascaverifikasi faktual partai politik, akhirnya 10 partai politik peserta Pemilu 2014 sudah diperkenankan untuk berkampanye. Nyaris selama 1 tahun ke depan, partai politik berlomba merebut simpati hati rakyat. Panjangnya masa kampanye ini tentu menjadi ladang yang baik bagi partai politik dalam menyusun strategi kampanye. Sementara dari sisi pemilih (baca: rakyat) merupakan waktu yang cukup untuk mencermati partai politik maupun calon-calon yang diusung partai politik dalam merebut kursi di parlemen. Paling tidak, pemilih diharapkan bisa melakukan tracking terhadap menu yang disajikan partai politik dalam bentuk daftar calon tetap nantinya. Kampanye dan Komitmen Sesungguhnya kampanye dilakukan dalam rangka membangun komitmen antara warga negara dan peserta pemilu. Tentu saja kampanye dilakukan dengan prinsip efisien, ramah

lingkungan, akuntabel, nondiskriminasi, dan yang terpenting adalah tanpa kekerasan. Kampanye bukanlah iklan yang dapat memanipulasi hal-hal yang biasa seolah menjadi luar biasa atau bersembunyi di balik keadaan dengan majas hiperbola (gaya bahasa yang bertujuan melebih-lebihkan). Kampanye adalah tindakan komunikasi yang terorganisasi yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode tertentu guna mencapai tujuan tertentu (Gudykunts & Mody, 2002 dalam Venus, 2007:8). Melalui media massa, kampanye adalah alat partai politik untuk DP. RAHARJO mencapai tujuannya memenangkan pemilu, dengan meraih simpati masyarakat untuk memilih partainya. Masih dalam buku yang sama, Venus menjelaskan salah satu jenis kampanye adalah candidate-oriented campaigns atau disebut juga dengan political campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain memenangkan dukungan masyarakat

terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum. Untuk mencapainya, di tengah persaingan yang begitu ketat, partaipartai ini harus mampu bertanding sekreatif mungkin. Komunikasi tanpa Makna Namun, iklan-iklan politik yang membanjiri ruang publik tidak lagi berpedoman pada moralitas, ke seimbangan lingkungan hidup, ekologi visual, dan kearifan, tetapi menjadi rakus dan po ngah dalam simb o l i l a s i tanpa mampu mengomunikasikan visi-misinya secara proporsional, persuasif, dan komunikatif. Kampanye hanya menjadi ajang komunikasi tanpa makna, hanya gambar dan kata-kata yang terpampang tanpa ruh, yang gagal mengartikulasikan kepentingan publik. Alat peraga kampanye tak mampu menjadi juru bicara partai politik atau kandidat yang

semestinya mengudar gagasan melalui platform yang bernas, cerdas, dan menyentuh urat nadi kehidupan rakyat. Bahkan, dalam praktek politik transaksional, tak jarang kandidat calon anggota legislatif kemudian hanya muncul di waktu-waktu limit ketika mendekati hari pemungutan suara. Hal ini dikenal sebagai serangan fajar. Kandidat demikian ini tak ingin menguras energinya dalam waktu yang panjang. Ia tak mau melakukan kerja-kerja politik riil dalam mengawal suara konstituennya. Dalam pikirannya, suara rakyat bisa dibeli dengan sejumlah uang dan itu bisa dilakukan pada waktu-waktu kritis mendekati pemungutan suara. Sesungguhnya, hanya kerja-kerja politik secara berkelanjutan yang telah diuji dan ditempa oleh waktu sajalah yang mampu meluluhkan hati rakyat yang kini kian cerdas. Hanya mereka yang mampu berbaur, mengendus problem, dan kemudian mencarikan solusi terbaiklah yang akan menerima sampur amanah. Bukan mereka yang datang tiba-tiba dari negeri entah berantah, kemudian mengambil hati rakyat dengan money politic. Bukan pula para kutu loncat yang haus kekuasaan, yang kemudian tega menghisap indungnya sendiri.

Percetakan: PT Masa Kini Mandiri, Jl. Soekarno - Hatta No. 108, Rajabasa, Bandar Lampung Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan.

Biro Wilayah Tengah (Lampung Tengah, Metro, Lampung Timur): Chairuddin (Kabiro), Agus Chandra, Agus Susanto, Andika Suhendra, Djoni Hartawan Jaya, Ikhwanuddin, M. Lutfi, M. Wahyuning Pamungkas, Sudirman, Suprayogi.

DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK, WARTAWAN LAMPUNG POST DILENGKAPI KARTU PERS DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU MEMINTA IMBALAN DENGAN ALASAN APA PUN.

Biro Wilayah Timur (Tulangbawang, Mesuji, Tulangbawang Barat): Juan Santoso Situmeang (Kabiro), Merwan, M. Guntur Taruna, Rian Pranata.

Hentikan Kekerasan terhadap Perempuan Penny Williams Duta Besar Global Australia untuk Wanita dan Anak Perempuan

NUANSA Guram Bikin Runyam MENJELANG pemilihan gubenur Lampung, suhu politik di Sai Bumi Ruwa Jurai terus meningkat mendekati titik kulminasi. Berbagai manuver dilakukan para bakal calon gubernur untuk menarik simpati masyarakat hingga mencari perahu pengusung dalam pilgub mendatang. Yang terbaru adalah soal partai guram yang akan berkolaborasi mengusung calon gubernur. Namun, bukan itu yang akan LAMPOST/HENDRIVAN saya sampaikan dalam tulisan ini. Guram Sri Wahyuni yang saya maksud adalah guram yang Wartawan Lampung Post sesungguhnya, yakni binatang kecil berwarna hitam yang biasanya turut hadir saat ada ayam yang mengerami telurnya. Alkisah, sebulan lalu, lima ekor ayam babon yang kami pelihara di belakang rumah bertelur dan kemudian mengeraminya secara bergantian. Saya tentu bersemangat merawatnya. Setiap hari air bekas merendam cucian saya siramkan ke kandang ayam tersebut agar terhindar dari flu burung. Saya juga rutin memberikan menir (beras hancur) khusus untuk ayam-ayam yang baru menetas. Awalnya, saya tidak terganggu dengan guram yang cukup banyak di kandang ayam. Namun, lama-kelamaan guram itu benar-benar mengganggu saya, ya hanya saya, sebab yang lain sama sekali tidak terganggu. “Mungkin guramnya balas dendam sama bunda karena selalu menyiraminya dengan air rinso,” kata putriku saat aku mengeluhkan gatal-gatal akibat guram di sekujur tubuhku. Sungguh, meskipun kecil dan kelihatannya sepele, ternyata guram benar-benar membuatku runyam. Sebab, dia terasa menjalar di sekujur tubuhku. Meskipun aku sudah membersihkan seluruh tubuh dan mengganti baju dengan yang lain, tetap saja dia terasa mejalar di seluruh tubuh dan sangat gatal. Akibatnya, tidurku pun menjadi tidak nyenyak karena harus menggaruk-garuk. Akibat garukan tanganku, ada bekas-bekas hitam di kulit. Guram memang benar-benar bikin runyam karena bekas hitam di kulit itu tidak mudah dihilangkan meskipun sudah dilulur. Jadi, bagi Anda calon gubernur jangan pernah meremehkan guram agar Anda tidak dibuat runyam.

PAK DE PAK HO Semoga yang lain tidak ikut naik, Pak Ho.

Harga elpiji 50 kg sudah naik, Pak De.

FERIAL

P OJOK Cagub turun kelas untuk cari aman. Belum jadi udah nyari aman, gimana kalau jadi?

Lamsel bangun lima pasar tradisional. Asal jangan bangun lima, nggusur 50 aja.

P

ADA 8 Maret, sebagai Hari Perempuan Internasional, dunia merayakan perempuan dan prestasi mereka yang luar biasa dalam beberapa dasawarsa terakhir. Namun, kita juga berkumpul untuk merenungkan tahun yang telah lewat dan untuk memandang ke depan, ketika upaya-upaya kita masih diperlukan untuk memajukan kesetaraan gender. Berita global tahun lalu dipenuhi kisah-kisah yang menyentak, seperti pemerkosaan beramai-ramai, pengusiran pelajar putri dan pegiat hak-hak wanita, serta kerentanan wanita dan anak perempuan yang berada dalam situasi-situasi konflik di seluruh dunia. Kekerasan terhadap wanita dan anak perempuan dengan berbagai kedok masih meru-

pakan momok yang menyedihkan dan terus berlangsung di semua bangsa, termasuk Australia. Dengan demikian, sangat tepat waktunya untuk menjadikan penghapusan kekerasan terhadap perempuan sebagai fokus kita pada Hari Perempuan Internasional dan membicarakannya di Komisi Status Perempuan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun ini. Sangatlah mudah untuk kehilangan semangat mengingat banyaknya kasus serangan yang tak henti-hentinya terhadap wanita dan anak perempuan di dunia. Itu merupakan alasan utama mengapa 8 Maret merupakan tanggal yang penting di kalender kita. Tanggal itu merupakan sebuah kesempatan bagi kita untuk berkumpul dan berdiri berdampingan. Untuk diingatkan bahwa kita mempunyai suara yang berpengaruh, baik secara individu maupun secara kelompok. Hidup Bermartabat Hari Perempuan ini menyata-

kan bahwa kita melakukan hal yang tepat untuk berjuang agar wanita dan anak perempuan dapat hidup dengan bermartabat, bebas dari kekerasan dan pemaksaan. Di rumah, tempat kerja, sekolah, dan universitas kita, apakah bekerja sendiri atau bersama orang lain, kita mempunyai cita-cita luhur dan upaya kita akan berhasil. Saya merayakan Hari Perempuan Internasional di Komisi Status Wanita di New York, sebagai bagian dari perwakilan pemerintah, diplomat, dan masyarakat madani yang mengemban cita-cita, bahwa tidak ada yang lebih penting daripada kesetaraan gender. Australia membawa cerita yang meyakinkan ke pertemuan itu dan saya bangga dengan karya yang kami tunjukan—program-program yang menyuarakan dengan jelas komitmen pemerintah kami dan masyarakat madani untuk memajukan kesetaraan gender. Pada tahun lalu saja, Australia telah meluncurkan prakarsa-prakarsa baru di

Afghanistan, Pasifik, Indonesia, dan Kamboja untuk memerangi kekerasan terhadap wanita. Di Indonesia, Lembaga Pembangunan Internasional Australia (Ausaid) berniat meningkatkan kehidupan hingga tiga juta wanita miskin melalui program Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan (Mampu). Kurangi Kekerasan Ausaid bekerja sama dengan tujuh mitra masyarakat madani dan satu organisasi internasional untuk membuat dan menguji pemecahan-pemecahan guna mereformasi dan mendorong perubahan di Indonesia, sebuah negara yang telah menggapai prestasi besar dalam meningkatkan kesejahteraan tetapi perempuan miskin masih terus menghadapi kesulitan yang berat. Di antara sasaran-sasarannya, program senilai 60 juta dolar itu akan meningkatkan akses perempuan ke programprogram perlindungan sosial

pemerintah dan memperkukuh kepemimpinan perempuan guna mengurangi kekerasan terhadap perempuan. Australia juga bekerja sama secara erat dan efektif dengan perempuan PBB di berbagai program dunia dan kawasan serta bertugas sebagai anggota dewan eksekutif lembaga tersebut sejak Januari. Kami juga telah secara aktif menerapkan rencana aksi nasional kami tentang perempuan, perdamaian, dan keamanan sejak rencana aksi tersebut diluncurkan setahun yang lalu. Sebagai anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, kami berkarya untuk memberi fokus ke dampak konflik pada wanita dan anak perempuan yang tidak seimbang. Pada Hari Perempuan Internasional, marilah kita meneguhkan tekad kita untuk menghapus kekerasan terhadap perempuan. Marilah kita selalu ingat bahwa tiada suara yang akan lepas dari pendengaran, khususnya bila kita bekerja sama.

Codot di Pohon Kebebasan Fariz Alniezar Pekerja dan Peneliti di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta

M

EMBACA dinamika perpolitikan di Indonesia dewasa ini sama halnya dengan menampar logika kita sendiri. Betapa tidak, hari demi hari kita disuguhi rangkaian langkah akrobatik yang penuh dengan intrik politik para politisi. Dari kesekian banyak langkah itu, ada yang masuk akal dan kebanyakan banyak yang tidak. Contoh yang paling gamblang adalah masih seputar korupsi dan juga gratifikasi yang melumpuhkan partai-partai besar di peserta Pemilu 2014. Korupsi yang mendera Luthfi Hasan Ishaaq, mantan presiden PKS, merupakan tamparan telak bagi dunia perpolitikan Indonesia, terutama bagi umat muslim, betapa partai yang digemborgemborkan sebagai partai yang besih, islami, tapi kenyataannya tak mampu melawan godaan korupsi juga. Yang paling mutakhir sebagaimana kita nikmati bersama adalah prahara Partai Demokrat, yakni sebuah partai besar pemenang pemilu yang kali ini harus lumpuh serta pincang karena bendahara umum, beberapa fungsionaris, bahkan ketua umumnya sendiri tersangkut korupsi dan gratifikasi.

Jaringan koupsi ini tumbuh subur dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya tentang terbukanya sebuah sistem yang memberikan celah atas seseorang untuk berlaku korup, lemahnya sistem kontrol, mental pejebat yang lembek, dan sebagainya. Sistem yang membuka peluang untuk seseorang dalam melakukan aktivitas korupsi ini menempati peringkat yang sangat serius dalam mapping penyebabpenyebab korupsi yang dikemukakan oleh salah satu ketua komisi pemberantasan korupsi (KPK) Busyro Muqaddas (2012). Mengapa? Karena sistem yang korup akan dengan sangat mudah menyeret seseorang yang punya keimanan seberapa tebal pun untuk masuk ke lumbung kegiatan korupsi tanpa disadari. Korupsi = Kelonggaran Budaya Pengamat budaya dari Universitas Melbourne, Philip Marsh (2009), berpendapat betapa budaya-budaya yang ada di Indonesia sangatlah longgar, kalau tidak mau dikatakan lelet. Hal ini bisa terlihat misalnya dari budaya dalam berbahasa, hampir menjadi kebiasaan bangsa Indonesia tatkala membuat janji jarang sekali menyebutkan jam, yang sering disebut adalah patokan masa, yakni pagi, siang, sore, dan juga malam. Hal itu juga bisa dideteksi dari nomenklatur psikolingusitik, yakni psikologi dalam berbahasa. Maksudnya

jika dibandingkan dengan gramatikal bahasa Inggris yang mempunyai tenses (dimensi waktu) yang komplet dan detail, sedangkan di kita hanya mengenal tadi, sekarang, dan nanti. Hal itu sangat penting karena menyangkut waktu. Jika penghargaan kita terhadap waktu sangat rendah, bisa dipastikan kiamatlah pola hidup dan kehidupan kita. Karena kebisaan kita yang longgar itu, sampai saat ini kita tak mampu serta tak bisa beranjak dari jargon berbohong itu dosa yang notabene merupakan doktrin Agama, sedangkan di luar sana sudah dari beberapa dekade yang lalu melesat jauh dengan jargon terlambat itu dosa. Terlambat itulah budaya kita hari ini, terlambat dalam pelbagai aspek. Terlambat dalam pengentasan kemiskinan, terlambat dalam pembangunan kemanusaiaan, terlambat dalam menangani korupsi, terlambat membangun iklim berpolitik yang santun, serta terlambat untuk tidak terlambat itu sendiri. Lahirlah Codot-Codot Dengan kelonggoran sistem serta budaya yang sedemikian rupa itu, tak bisa dihindari lagi hari ini kita mejumpai kelahiran codot-codot yang menggerogoti bahkan cenderung menikmati kegelapan bernegara kita. Codot-codot itu hidup dan berkembang biak sedemikian rupa di tengah hiruk pikuk runyamnya masalah bernegara kita.

Kelahiran codot-codot itu merupakan anak sah dari kebobrokan serta kerancuan sistem bernegara yang selama ini kita bangun. Kegagalan dalam membangun pemerintahan, sistem ekonomi, politik, dan pendidikan yang baik memaksa kita untuk mau tidak mau harus menimang bayi-bayi codot yang mestinya sama sekali tidak kita harapkan. Codot, sebagimana kita ketahui adalah sejenis hewan yang mempunyai kemampuan untuk melihat di kegelapan. Kebalikannya ia tak akan bisa melihat tatkala ada cahaya yang benderang di kala siang. Codot inilah idiomatik yang pas untuk menggambarkan para koruptor yang lahir dari kegelapan sistem bernegara kita. Codot-codot tersebut betapa pun selamanya akan terus bisa hidup dalam kegelapan, mencari buruan dan makanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Codot seperti inilah yang dilukiskan oleh Albert Wend (2003) dalam sebuah bukunya yang berjudul Codot di Pohon Kebebasan. Maka, untuk saat ini, tugas kita adalah tidak lain serta tidak bukan membuat cahaya untuk menerangi pohon kita. Pohon adalah pengibaratan bagi negara kita, ia harus kita pertegak dengan sistem (cahaya) yang ketat yang serius agar terhidar dari codot-codot yang notabene mempunyai habitat di kegelapan. Wallahualam bissawab.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.