Lampung Post Senin, 28 Desember 2015

Page 1

www.lampost.co

TERUJI TEPERCAYA

l

No. 13672 TAHUN XLl

l Terbit Sejak 1974 l Rp3.000 l senin, 28 desember 2015 l 24 Hlm.

PASAR di Bandar Lampung

Ultimatum Berantas Narkoba MALAM pergantian tahun lazim diiringi berbagai perayaan. Pada momen itu, wahana rekreasi malam berubah menjadi lautan manusia, tak terkecuali muda-mudi yang membanjiri berbagai sudut

Pasar Tamin (Pasar Induk) Pasar Gudanglelang Pasar Kangkung Pasar Pasirgintung Pasar SMEP Pasar Mambo Pasar Tugu Pasar Perumnas Way Halim Bambu Kuning Square Pasar Bawah Ramayana Pasar Koga Pasar Panjang Pasar Tengah Pasar Kemiling

PASAR MODERN

Sumber: Data Pemberitaan

@lampostonline @buraslampost

TAJUK

PASAR TRADISIONAL

Mal Boemi Kedaton Plaza Central Lampung Superstore Chandra Tanjungkarang Superstore Chandra Telukbetung Superstore Chandra Kemiling Simpur Center Bandar Lampung Mal Lampung Plaza Bandar Lampung Gelael Sudirman Giant Ekspres Pagaralam Giant Ekstra Antasari Giant Ekspres Kemiling Giant Ekspres Kedamaian Sogo Branded Store Swalayan Fitrinov Swalayan Cosmo

facebook.com/ lampungpost

n LAMPUNG POST/ZAINUDDIN

bersih-bersih. Kondisi lingkungan Pasar Tugu terlihat tidak dirawat, sumpek, dan kotor, sehingga banyak pedagang yang mengalami penurunan omzet, akibat tempat berdagang mereka yang sepi pengunjung, Minggu (27/12).

Pasar Tugu Semrawut

Tiket Elektronik Bikin Macet Pelabuhan Bakauheni RIBUAN kendaraan yang hendak masuk ke Pelabuhan Bakauheni terjebak kemacetan panjang hingga 5 km di Jalinsum dan Jalinpantim Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan, Minggu (27/12). Sementara lokasi parkir ken­ daraan di sejumlah dermaga Pelabuhan Bakauheni terpantau lengang. Antrean panjang kendaraan yang hendak menyeberang ke Pelabuhan Merak, Banten, itu dimulai dari loket tiket ken­ daraan Pelabuhan Bakauheni. Kemacetan panjang di pintu masuk Pelabuhan Bakauheni ini disebabkan sistem tiket elektronik bagi kendaraan yang dikelola PT Mata Pensil. Setiap kendaraan yang hendak menyeberang ke Pelabuhan Merak didata petugas loket. Pendataan manifes diperkirakan membutuhkan waktu 3 sampai 5 menit per kendaraan. Selain itu, juga khusus kendaraan barang banyak yang mengalami perubahan golongan bertambah besar. Akibatnya, kemacetan semakin parah menyusul arus kendaraan yang hendak menyeberang mengalami peningkatan signifikan pada libur Natal dan Tahun Baru. Manajer Operasional PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bakauheni Heru Purwanto mengatakan pihaknya telah menyiapkan 28 kapal beroperasi setiap hari untuk mengantisipasi lonjakan penumpang. Terkait kemacetan parah di luar Pelabuhan Bakauheni, Heru enggan berkomentar. Kanit Induk IV Polisi Jalan Raya (PJR) Ditlantas Polda Lampung AKP Adit Priyanto mengatakan faktor kemacetan panjang ini karena penerapan sistem tiket elektronik oleh PT Mata Pensil. “Kami lihat tidak semuanya lokasi parkir kendaraan di dalam Pelabuhan Bakauheni penuh oleh kendaraan yang hendak menyeberang ke Merak. Bahkan, areal parkir di Dermaga III dan VI tampak kosong,” ujar Adit. Sejumlah pengemudi mobil pribadi yang ditemui di sela antrean mengeluhkan sistem yang diterapkan petugas di loket tiket penyeberangan Pelabuhan Bakauheni dan Merak. “Saat di Merak begitu juga. Kami diminta identitasnya oleh petugas loket. Sekitar 5 menit kemudian identitas kami dikembalikan. Kalau semua kendaraan diterapkan sistem seperti itu, sudah berapa kendaraan yang mengantre di belakang kami,” ujar Basilius (35), pengemudi yang terjebak kemacetan sekitar 1,5 km dari Pelabuhan Bakauheni. (KRI/D2)

Cinta Laura Main di Film Fantastic Beast. Hlm.16

Sejumlah pasar tradisional di Kota Bandar Lampung yang direnovasi kini justru bermasalah. FEBI HERUMANIKA

K

ONDISI Pasar Tugu, Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung, kondisinya semrawut. Padahal, pengembang Pasar Tugu, PT Prabu Makmur, telah menyelesaikan sebagian besar bangunan baru di lokasi pasar itu. Dari pengamatan wartawan Lampung Post, selain bagian basemen pasar dua lantai itu terlihat gelap, kondisinya juga kotor. Bahkan, bau busuk pun menyengat dari arah bagian pasar yang merupakan lokasi lapak-lapak terbuka itu. Tumpukan sampah hingga se­ perti kubangan berwarna hitam tidak jarang ditemui di lokasi. Selai berbau busuk, pasar tersebut sebagian telah rusak meski belum difungsikan satu tahun. Akibatnya, pedagang yang menem­ pati lapak atau los yang disediakan di pasar itu pun sangat sedikit. Dari 150 los yang ada, terlihat hanya sekitar 25% yang terisi pedagang. Itu pun jarang sekali ada pembeli yang mendatanginya. Kondisi pasar menjelang pagi sedikit ramai pembeli. Namun, sejak pukul 11.00, pasar sepi dari pembeli.

Arif (40), pedagang di Pasar Tugu, saat ditemui di lokasi, menga­takan hampir setiap pedagang mengeluh seringnya mati listrik. Menurutnya, biaya listrik yang ditanggung pihak pengembang terpaksa dibayar penyewa los. “Kalau urusan listrik, keamanan saya tiap hari bayar Rp4.000, sedangkan pembeli yang datang tidak banyak,” katanya, kemarin.

pengembang untuk uang salar dan keamanan sebesar Rp6.000. Padahal, kondisi pasar hampir tidak terurus meski baru dibangun. “Meski kecil seperti ini, saya sudah beli dulu Rp120 juta. Kalau untuk sewa, saya tidak dipungut lagi, tetapi ada uang salar dan keamanan Rp6.000,” katanya.

Hingga awal bulan lalu, kondisi sejumlah pasar di Kota Bandar Lampung hampir tidak terurus hingga kondisinya jorok. Salah satu pasar yang hingga kini belum dilanjutkan adalah Pasar Kemiling. Ada juga Pasar SMEP yang pengembangnya sibuk hanya meng­ urus fondasi serta membersihkan sampah yang terlalu menumpuk di lubang fondasi setelah beberapa bulan terbengkalai. Ada juga pasar sepi peminat, seperti Bambu Kuning Square (BKS) dan Pasar Panjang, yang kondisi lantai duanya belum se­ penuhnya diselesaikan. “Ada sejumlah gedung di pasar ini yang dibeton, sepertinya dibuat sarang walet. Dulu ditumbuhi pohon, tapi sejak masuk koran, pohon besar di atas gedung ditebang,” kata seorang pedagang di Pasar Panjang, Jaja, kemarin. (EBI/R6)

Meski kecil seperti ini, saya sudah beli dulu Rp120 juta. Tetapi, kok ada uang salar dan keamanan Rp6.000 per hari. Padahal, lanjut Arif, setiap tahun dia harus membayar uang sewa los Rp12 juta kepada pihak pengembang ditambah uang salar Rp4.000/hari. Dia berharap pemerintah meninjau lokasi untuk mengetahui keluhan para pedagang yang terus-terusan sepi. “Tolong ditinjau lokasi sini kare­na baunya busuk, sampahnya banyak, listriknya juga masih se­ ring mati,” ujar dia. Keluhan juga diungkapkan Jamino, yang setiap hari harus membayar setoran kepada pihak

Pasar Tradisional

febiherumanika@lampungpost.co.id

kolom pakar

Pasca-Pemilukada: Lebik Baik atau Lebih Buruk? PEMILUKADA serentak di Lampung tanggal 9 Desember yang lalu sudah dilaksanakan dengan sukses. Walaupun secara resmi KPU belum mengumumkan siapa yang menjadi pemenangnya, hasil quick count dan real count sudah dipublikasi di media masa. Dua petahana, yaitu Bandar Lampung dan Lampung Tengah, berhasil merebut kembali takhta kekuasaan. Sementara di enam kabupaten/kota, yaitu Pesawaran, Kota Metro, Lampung Timur, Way Kanan, Lampung Selatan, dan Kabupaten Pesisir Barat, adalah wajah-wajah kepala daerah baru. Mengapa mereka berhasil memenangkan pemilukada, tentu banyak faktor. Namun, nurani rakyat dalam memilih akan ditentukan

n LAMPUNG POST/DOK.

Syarief Makhya Dosen Magis ter Ilmu Pemerintahan Pascasarjana FISIP Unila legacy (warisan) dan tingkat keberhasilannya dalam memimpin. Pemimpin yang tidak berhasil akan dihukum dengan sendirinya oleh rakyat untuk tidak dipilih, sementara pemimpin yang sukses dan memberikan harapan akan

didukung dan dipilih rakyatnya. Kecenderungan rakyat memilih calon kepala daerah memperlihatkan persepsi positif terhadap keberhasilan dalam memimpin berkorelasi positif dengan dukungan dan penentuan pilihan politik rakyat. Artinya, cara-cara memenangkan pemilukada dengan praktik politik uang atau hanya mengandalkan popularitas semata yang selama ini terjadi tidak memberi jaminan akan berhasil memenangkan pemilukada. Karena itu, proses seleksi kepala daerah secara alamiah akan ditentukan kepekaan rakyat dalam menilai moralitas dan pencapaian keberhasilan pemimpinnya.

BERSAMBUNG KE HLM. 12

tempat hiburan. Celakanya, kondisi itu rawan dan patut diwaspadai, utamanya sebagai peluang dan kesempatan kian maraknya peredaran narkoba. Sebab, narkoba dan hiburan malam telanjur menjadi dua hal yang bertalian. Kewaspadaan itu bukan tanpa sebab. Faktanya, pemuda merupakan potensi pasar terbesar penjualan narkoba. Jiwa pemuda yang masih mencari jati diri menjadi rentan sebagai pengguna barang terlarang tersebut. Berdasarkan laporan akhir Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba 2014, jumlah pe­ nyalahgunaan narkoba di negara ini sekitar 3,8 juta sampai 4,1 juta orang. Dari data tersebut, pemakai narkoba setahun terakhir (current users) adalah kelompok usia 10—59 tahun. Jadi, ada sekitar 1 dari 44 sampai 48 orang berusia 10—59 tahun masih atau pernah pakai narkoba pada 2014. Angka tersebut terus meningkat dengan merujuk hasil penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Pusat Penelitian Kesehatan (Puslitkes) UI yang memperkirakan jumlah pengguna narkoba mencapai 5,8 juta jiwa pada 2015. Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2011—2014, tren penyalahgunaan narkoba usia di bawah 17 tahun meningkat hingga 400%. Jumlah anak menjadi pengedar pun meningkat hingga 300%. Genderang perang terhadap narkoba harus terus ditabuh. Terlebih, Indonesia telah menjadi jalur utama dan terbesar peredaran narkoba. Perang ini harus dimenangkan melalui aksi nyata, bukan bualan. Kita mendukung tindakan BNN Provinsi Lampung memberi ultimatum pengusaha hiburan di Bandar Lampung mengantisipasi peredaran narkoba. Sedikitnya 12 pengusaha hiburan telah dipanggil BNN. Ada sanksi keras untuk pelanggaran, yakni berupa rekomendasi pencabutan izin usaha hingga penutupan. Peredaran narkoba di Bumi Ruwa Jurai 2015 tinggi. Sedikitnya ada 35 kasus yang dilaporkan dengan 220 tersangka: 144 tersangka pria dan 76 wanita. Dari sejumlah kasus itu, hanya 8 yang masuk pengadilan dengan 11 tersangka, 7 di antaranya merupakan bandar, sementara 27 kasus dengan 29 tersangka diputus rehabilitasi. Momen Tahun Baru harus menyadarkan kita bahwa sudah saatnya negara ini bersih dari narkoba. Kita semua menginginkan generasi muda kita terbebas dari penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. Karena itu, sudah sepatutnya pula ultimatum BNN Provinsi Lampung tak sekadar menjadi gertakan ber­ umur satu malam, melainkan menjadi deklarasi perang memberantas narkoba sepanjang tahun. n

oasis

Pemimpin dan Harapan Hidup MALAIKAT pencabut nyawa lebih menyukai politikus yang terpilih menjadi pemimpin, baik pemimpin partai, perdana menteri, ataupun presiden, untuk lebih dulu dieksekusi. Begitulah hasil penelitian terbaru yang dilakukan Harvard Medical School, Boston, Amerika Serikat. Dalam studi yang diterbitkan dalam British Medical Journal (BMJ) edisi spesial Natal itu, para peneliti mengamati 279 kematian pemimpin yang terjadi pada kurun 1722 hingga 2015 di 17 negara demokrasi parlementer. Kemudian, para ilmuan membandingkan jumlah itu dengan 261 politikus yang gagal menjabat atau jatuh sebagai runner-up. Hasilnya menunjukkan para politikus terpilih memiliki usia 2,7 tahun lebih pendek dibanding rival mereka yang di posisi kedua dan seterusnya. “Secara substansial, kami bisa mengatakan para politikus yang menjadi pemimpin memiliki usia hidup lebih singkat dibanding mereka yang hanya menempati posisi bawah,” ujar pemimpin penelitian, Anupam Jena. (MI/R6)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.