Berkomunikasi dengan Hati Mencipta Harmoni



Pada
Pdt. Prof. Tabita Kartika Christiani, Ph.D. menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul “Hospitality & Inclusion: Pendidikan Kristiani Inklusi”. Prof. Tabita menyebutkan keramahtamahan berarti memperluas kepada orang asing kualitas kebaikan yang biasanya diperuntukkan bagi teman dan keluarga. Keramahtamahan fokus pada kemampuan seseorang, bukan pada disabilitasnya. Ada hubungan yang setara dalam keramahtamahan dan ada saling bergantung, tidak ada penolong yang lebih tinggi dan yang ditolong lebih rendah. “Para penyandang disabilitas yang merupakan orang asing yang rentan menjadi sumber pengayaan, rekonsiliasi, dan kemitraan bagi masyarakat. Komunitas menjadi lebih inklusif dan saling tergantung, dimana terjadi relasi saling memberi dan menerima,” paparnya.
Lebih lanjut, Prof. Tabita memaparkan selama beberapa tahun terakhir ini UKDW telah menerima mahasiswa penyandang disabilitas. UKDW juga telah beberapa kali menerima hibah dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbud Ristek untuk pengembangan kurikulum dan sarana pembelajaran yang dibutuhkan mahasiswa penyandang disabilitas. Setiap fakultas dan prodi pun sudah mengembangkan berbagai penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang menunjukkan sifat inklusi, baik kepada penyandang disabilitas maupun orang lanjut usia. KKN Tematik dengan tema disabilitas pun sudah diadakan. Kini UKDW memiliki tim perintis Pusat Layanan Inklusi yang bertugas memetakan kebutuhan kesiapan infrastruktur fisik yang mudah diakses dan sivitas akademika untuk menuju universitas inklusi.
Acara dilanjutkan dengan laporan Rektor UKDW yang menyampaikan perkembangan UKDW
kurun waktu 1 November 2021 hingga 31 Oktober 2022. Selama rentang waktu tersebut, UKDW kembali mendapatkan hibah
(PKKM), Kedaireka, dan mengembangkan platform MBKM-BKPTKI. Selain itu, banyak sekali prestasi yang diraih mahasiswa maupun dosen UKDW. “Kita juga bersyukur tahun ini UKDW sudah membuka satu prodi baru yakni Prodi Studi
Di Indonesia hanya ada 3 universitas yang menawarkan program ini,” ungkapnya. [MPK]
melangkah meskipun jalan yang dilalui tidak mudah Perjalanan untuk mendapatkan beasiswa dan belajar di jurusan yang diinginkan tentu membutuhkan banyak usaha dan kerja keras Ego harus melalui tiga tahapan untuk mendapatkan beasiswa, mulai dari tahap seleksi online, tahap seleksi berkas, sampai pada tahap wawancara dan Tes IQ.
Berbekal tekad dan keinginan, Ego berangkat ke Jakarta bersama ayahnya untuk mengikuti tahapan akhir seleksi. “Pengalaman pertama kali menginjakkan kaki di luar pulau adalah hal yang sangat berkesan bagi saya, apalagi di ibu kota negara Indonesia. Rasa takut dan minder selalu terbayang selama mengikuti tes wawancara dan tes IQ. Puji Tuhan saya lolos dan menerima beasiswa S1 di program studi Desain Produk di UKDW,” ujar Ego. Segala perjuangannya pun terbayar manis dengan keberhasilan meraih beasiswa untuk mengenyam pendidikan di jurusan yang dia inginkan.
bersiap dan belajar bersama untuk mengikuti kompetisi IFCC 2022 ini Ego dan teman-teman pengurus di HMDP membuat program mentoring desain sepatu yang dibantu oleh kakak angkatan yang sudah berpengalaman di IFCC dan industri sepatu serta didukung oleh Kaprodi)Desain Produk UKDW, Kristian Oentoro, M.Ds Program mentoring ini dilakukan sejak Maret hingga Juni 2022. “Puji Tuhan saya mampu lolos hingga final di dua kategori lomba dan satu teman kami mampu meraih juara 2,” ungkap Ego.
Ego menerima penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi UKDW karena prestasinya di bidang akademik maupun non akademik. Ia berpendapat bahwa membangun support system yang baik dengan teman, senior, dan dosen akan membuat mahasiswa termotivasi untuk terus belajar, berkembang, dan memberikan yang terbaik Selain itu, kemampuan untuk memetakan prioritas juga tak kalah penting. “Kerjakan dahulu tanggung jawab seperti tugas kuliah dan urusan organisasi, kemudian kerjakan hal-hal lain seperti mengerjakan proyek lomba. Dengan begitu kita tidak melalaikan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa,” ungkap Ego.
Wacana (UKDW)
untuk mengubah masa depannya. Mengubah sikap, gaya hidup, habit, dan keadaan kita untuk sesuatu yang lebih baik merupakan tantangan tersendiri. Tak jarang kita merasa takut untuk mencoba hal baru. Namun, untuk dapat mengubah masa depan atau memulai perjalanan yang baru diperlukan keberanian dalam melangkah.
Berawal dari ketertarikannya di bidang seni dan kreatif, mahasiswa kelahiran Pelimping, Kalimantan Barat yang akrab dipanggil Ego ini mencari tahu lebih dalam tentang Desain Produk UKDW. Ia pun memutuskan untuk mengikuti kompetisi beasiswa di mana ia harus bersaing dengan siswasiswi se-Indonesia dalam mendapatkan beasiswa studi S1. Ego akhirnya keluar sebagai salah satu penerima beasiswa OSC yang mengawali perjalanannya di Desain Produk UKDW.
Ego dibesarkan oleh orang tua yang selalu mendukung dan memberikan motivasi padanya untuk tidak takut
Memasuki tahun pertama, Ego tidak hanya aktif mengikuti perkuliahan di dalam kelas, namun juga berpartisipasi di organisasi kampus, yaitu Himpunan Mahasiswa Desain Produk (HMDP). Saat itu Ego bergabung sebagai koordinator Divisi Keprofesian Dalam kondisi pandemi, diakuinya bahwa dinamika yang terjadi sangat minim Meskipun demikian, Ego memutuskan untuk melanjutkan berorganisasi di HMDP, bahkan ia mengambil peran sebagai ketua. Langkah tersebut diambilnya sebagai bentuk dedikasi pada Prodi Desain Produk dan sesama mahasiswa.
Selain kesibukannya di HMDP UKDW, Ego juga berpartisipasi dalam berbagai kompetisi desain. Beberapa di antaranya adalah Bharatika Creative Design Festival, Indonesia Footwear Design Competition (IFCC), TBIG Youth Change Maker, dan MBKM Wirausaha Desain Kampus Merdeka. Dari beberapa kompetisi yang diikuti, menurut Ego yang paling berkesan adalah saat ia mengikuti IFCC 2022. Kompetisi ini adalah kompetisi desain sepatu tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia di bawah naungan Kemenperin. “Saya menantikannya sejak awal masuk kuliah di tahun 2020, namun karena skill yang saat itu belum memadai, saya menunggu hingga tahun 2022 dan mendaftarkan pada tahun tersebut,” ungkap Ego.
Karena saat itu Ego menjabat sebagai ketua HMDP UKDW, kesempatan yang baik ini ia manfaatkan untuk mengajak teman-teman Desain Produk lainnya agar bisa
Ia juga berbagi tips kepada sesama mahasiswa untuk bisa berkembang dan berprestasi, yaitu dengan mengenali kapasitas dan kemampuan diri dan memanfaatkan sosial media seperti Instagram untuk mendapatkan info-info lomba dan mendapatkan inspirasi dalam berkarya. “Kurangi main game, ganti dengan karya. Dan yang terakhir mengetahui batasan pergaulan agar tidak menjadi lingkungan yang toxic untuk kita berkembang,” tambahnya.
Selama berkuliah di UKDW Ego merasa senang dan nyaman karena dosen-dosen yang baik dan lingkungan yang mendukung Setelah lulus dari UKDW, Ego ingin memperbanyak pengalaman dan mengasah kemampuannya dengan bekerja di sektor usaha yang sesuai dengan bidang keilmuannya Ia juga memiliki cita-cita untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat dalam bidang desain produk, terutama di daerah asalnya, yaitu di Kalimantan.
Ego pun mengungkapkan rasa terima kasih dan harapannya kepada UKDW, “Terima kasih banyak atas apresiasi yang diberikan Wadahi dan dukung setiap mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan yang ingin berkembang di dalam UKDW UKDW berdaya karena mahasiswa, mahasiswa berkarya untuk UKDW. Bisa belajar bisa!” [Maria Graciela]
PENANGGUNG JAWAB : Pdt. Handi Hadiwitanto, Ph.D PIMPINAN REDAKSI : Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati, S.S., M.A. WAKIL PIMPINAN REDAKSI : Meilina Parwa Anti, Lia, Iit Jessica, Putra, dan Vivan REDAKSI KORAN KAMPUS EDITOR LAYOUTER KORAN KAMPUS BISAANDA DAPATKAN SECARA ONLINE MELALUI https://issuu.com/korankampus_ukdwProses berbagi pengetahuan merupakan
bagian besar dari knowledge management yang berimbas pada terciptanya budaya organisasi yang baik dan nantinya mengerucut pada tercapainya peningkatan kapasitas serta kinerja organisasi Khususnya di institusi pendidikan tinggi, budaya berbagi pengetahuan merupakan aktivitas fundamental yang harus dilakukan terus menerus.
Oleh karena itu, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menggelar Diseminasi Doktor pada hari Selasa, 18 Oktober 2022 di Lecture Hall Didaktos dengan sistem blended. Kegiatan yang digelar dalam rangka Dies Natalis ke-60 Duta Wacana ini, memaparkan empat hasil disertasi empat doktor baru yang telah me-nyelesaikan Program S3 baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Forum diseminasi ini akan menjadi wadah yang baik untuk memperkaya pengetahuan sivitas akademika UKDW Sehingga nantinya akan terbuka peluang kolaborasi penelitian di berbagai bidang ilmu dan meningkatkan kualitas pe-nelitian di UKDW supaya semakin berdampak pada perguruan tinggi, mahasiswa, komunitas, maupun dunia industri.
Dalam sambutannya, Dr. Charis Amarantini, M Si selaku Wakil Rektor Bidang Akademik, Riset, dan Inovasi (WR 1) UKDW menyampaikan terima kasih kepada empat doktor baru yang bersedia berbagi ilmu dalam acara diseminasi ini. “Hal ini merupakan kesempatan yang baik, kita semua bisa belajar terhadap perkembangan pengetahuan yang sudah mereka peroleh sampai jenjang doktor Bagi UKDW, tentu menjadi capaian yang luar biasa karena amunisi yang
ditambahkan bagi UKDW semakin banyak Kegiatan ini tidak akan berhenti di sini dan akan terus berlanjut bagi perkembangan ilmu di UKDW Kami akan terus mendorong dosendosen untuk melanjutkan studi dan meraih capaian tertinggi dalam jenjang karir di perguruan tinggi,” tuturnya.
S a l a h s a t u d o k t o r b a r u , D r E l o k Pakaryaningsih, S E , M Si , Dosen Fakultas
Bisnis UKDW, dalam kesempatan ini memaparkan hasil risetnya yang bertajuk “Herding dan Pengaruh Kelompok Referensi di Pasar Simpanan Tunai dan Pasar Saham pada Peristiwa Krisis Keuangan: Studi Atas Teori Prospek dan Teori Penularan Keperilakuan” Dimana penularan keperilakuan ditemukan baik dari kelompok referensi ke pasar simpanan tunai, dari pasar simpanan tunai ke pasar saham, maupun
dari kelompok referensi-pasar simpanan tunai ke pasar saham.
Dalam paparan lainnya, Dr. Rosa Delima, S Kom , M Kom , Dosen Fakultas Teknologi Informasi, menyampaikan mengenai “Model Semi-Otomatis Rekayasa Kebutuhan Perangkat Lunak” Dimana rekayasa kebutuhan merupakan tahapan awal yang penting dalam rekayasa lunak yang dalam prosesnya melibatkan stakeholder, analis sistem, dan evaluator.
Sementara itu, Dr. Freddy Marihot Rotua Nainggolan, S.T., M.T., IAI, doktor baru dari Fakultas Arsitektur dan Desain menyampaikan risetnya yang berjudul “Perjalanan Pengungkapan Teori Becekan: Sistem Nilai Hunian Kepuharjo pada Tatanan Fisik Spasial Hunian Tetap Pagerjurang Akibat Erupsi Gunung Merapi Kabupaten Sleman Yogyakarta”. Dimana hunian tetap tersebut merupakan relokasi hunian baru yang mewadahi lima dusun yang terkena erupsi. Nilai-nilai dalam sistem nilai hunian Kepuharjo ini dihubungkan melalui fungsi-fungsi ruang yang saling melengkapi.
S e d a n g k a n , D r W i n t a T r i d h a t u Satwikasanti, S.Ds., M.Sc., yang juga merupakan doktor baru dari Fakultas Arsitektur dan Desain, memaparkan topik “Exploring the Impact of Independent Running on Physical Activity Levels and Psychosocial Aspects in Children with Vision Impairments (Study Case: Regular Exposure to a Running-Line in a School Setting)”. Penelitian ini memberikan solusi bagi anak dengan gangguan penglihatan supaya dapat berlari secara mandiri dengan konsep produk bantu berupa running line. [MPK]
prinsip hospitality maka inklusivitas menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
Pembicara pertama, Dr. Fransisca Endang Lestariningsih, S Pd , M Hum dari Fakultas Kependidikan dan Humaniora membahas mengenai “Peer-Mentoring untuk Membantu Mahasiswa dengan Gangguan Spektrum Autisme”. Endang membagikan pengalaman di PBI berkaitan dengan inklusivitas yang dilakukan di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Dimana PBI menyediakan mentor sebaya untuk membantu mahasiswa dengan gangguan spektrum autisme.
I
“Peningkatan Kualitas Hidup Lansia Melalui Desain Antarmuka yang Inklusif”. Dijelaskan bahwa inklusivitas juga dipikirkan dari segi teknologi, tidak meminggirkan lansia oleh karena teknologi yang berkembang pesat.
“Hospitality & Inclusion”.
Tema ini terdapat dalam UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, PP No. 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas, serta Permen Ristekdikti No. 46 Tahun 2017 tentang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus di Perguruan Tinggi. Tema ini harus dijadikan sebagai policy di universitas secara keseluruhan, bergandengan dengan
Selanjutnya Dr. Dhira Satwika, M.Sc. dari F a k u l t a s B i o t e k n o l o g i m e n y a m p a i k a n “Inklusivitas sebagai Potensi dan Peluang dalam Bidang Biologi dan Bioteknologi pada Society 5 0” Dhira membawakan inklusivitas pada tataran genom, memperlihatkan bahwa struktur DNA kita sudah mengandung unsur inklusif.
Pembicara ketiga, dr The Maria Meiwati Widagdo, Ph D dari Fakultas Kedokteran menyampaikan “Inklusi Lansia dalam Layanan Kesehatan” Maria bicara bagaimana FK menaruh perhatian pada kaum lansia sebagai bagian dari inklusivitas.
Kemudian dilanjutkan oleh Restyandito, S.Kom., MSIS, Ph.D. dari Fakultas Teknologi
Selain itu, beberapa kegiatan lain seperti Lomba Cipta Himne UKDW, Rector Cup, Cover Lagu Inklusif, Cover Poster Inklusif hingga kunjungan ke Duta Wacana Inspirational People juga diselenggarakan dan dapat diikuti oleh seluruh sivitas akademika UKDW. Bertemakan “Hospitality & Inclusion”, panitia kegiatan Dies Natalis yang terdiri dari berbagai mahasiswa lintas prodi, dosen, dan staf UKDW mengajak seluruh sivitas untuk mendapatkan pengalaman perjumpaan bersama dan saling mengenal.
Novita, sebagai salah satu mahasiswa yang berpartisipasi dalam kegiatan menyampaikan rasa senang atas terselenggaranya rangkaian acara yang juga melibatkan mahasiswa “Di perayaan Dies tahun ini mahasiswa memiliki kesempatan untuk berkompetisi dan mengembangkan bakatnya. Saya senang bisa turut merayakan dengan mengikuti lomba cover lagu,” ujar Novita Menurut Novita, kompetisi menyanyi seperti ini bukan hanya menjadi tempat
Pembicara kelima, Winta Adhitia Guspara, S.T., M.Sn. dari Fakultas Arsitektur dan Desain menyampaikan materinya yang berjudul “Memikirkan Kembali Peran Desain: Merakit Kehidupan dalam Era Post-Human” Winta mengajak kita berpikir baik filosofis maupun ke arah desain sebagai bagian dari sebuah produk yang post human, semua terhubung secara setara Saat desain membuat orang merasa menjadi disable, maka yang salah adalah desain yang dihasilkan.
Diskusi panel diakhiri dengan pemaparan dari Drs. Purnawan Hardiyanto, M.Ec., Dev. dari Fakultas Bisnis yang membahas mengenai “Duta Wacana Menghadapi Tantangan Masa Depan –Reshaping University Strategy” Berbeda dengan pembicara-pembicara sebelumnya, Purnawan mengajak kita untuk berpikir lebih umum berkaitan dengan policy-policy universitas yang pada akhirnya memberikan ruang bagi prodi-prodi berinovasi dengan hospitalitas dan inklusivitas. [MPK]
baginya untuk berbagi berkat melalui bakat Tetapi Novita memiliki kesempatan untuk menyuarakan hal-hal yang kadang sulit untuk dibicarakan. Melalui lagu Tutur batin karya Yura Yunita, Novita ingin bersuara tentang bagaimana menghadapi berbagai permasalahan hidup hingga bisa merayakan segala kekurangan.
Mahasiswa Teologi dalam pengalamannya bernyanyi tidak melulu tentang lagu rohani. Ini menjadi momen belajar yang menarik dan berkaitan dengan hal lain di dalamnya Bagaimana mendengarkan dan menyuarakan suara pihak lain “Kesempatan menarik bagi saya untuk bisa menyuarakan kegelisahan dalam bentuk lagu. Saya berterima kasih karena telah diberi kesempatan untuk ikut meramaikan perayaan Dies Natalis Ke-60 Duta Wacana Semoga dengan segala talenta, kekuatan, dan kekurangan yang kita miliki, kita tetap dapat berbagi berkat bagi sesama,” ujar Novita. [YAP]
Nares mengaku alasannya mengikuti konferensi tersebut adalah untuk menambah pengalaman, mempertajam pemikiran yang kritis, meningkatkan pengetahuan, dan memperluas relasi di Kawasan ASEAN “Lewat konferensi ini saya belajar dari para pakar atau narasumber, sehingga saya bisa mengaplikasikan hasil pemikiran kami untuk memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar,” tuturnya.
Nareswari Nisita, mahasiswa Program
Studi Manajemen Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menjadi salah satu wakil Indonesia dalam ajang ASEAN Youth Conference (AYC) 2022 yang diadakan di Kamboja pada tanggal 7-9 Oktober
Sesuai
2022 lalu Kegiatan yang dilakukan secara blended ini diikuti oleh 180 peserta dari 10 negara anggota ASEAN.
Development Post Covid-19 Pandemic”, AYC fokus pada kontribusi pemuda dalam meng-
implementasikan agenda perdamaian, stabilitas, solidaritas, persatuan, kemakmuran, dan keberlanjutan ASEAN sesuai dengan kepemimpinan Kamboja di ASEAN. Dalam AYC 2022 terdapat tiga topik yang dibahas yakni pilar ekonomi, pilar sosial komunitas, dan pilar keamanan politik.
Sebelumnya, Nares turut serta dalam berbagai kegiatan seperti Y20 dan sejumlah kegiatan kepanitian di UKDW. Dalam AYC ini, Nares mengangkat topik terkait pilar ekonomi negara ASEAN. “Saya memilih topik tersebut, karena memang sangat cocok dengan keadaan yang hampir dialami oleh semua negara Khususnya negara-negara anggota ASEAN, yang selama hampir 3 tahun terkena Covid-19 sehingga kondisi perekonomiannya mengalami penurunan Saya ingin berpartisipasi dalam menyuarakan hak saya untuk mengevaluasi, memperbaiki, dan meningkatkan kualitas perekonomian di negara-negara anggota ASEAN, khususnya Indonesia,” terangnya. [NN]
setiap anggota forum program studi dapat mengirimkan tiga karya terbaik yang dihasilkan selama semester berjalan di tahun ajaran 2021/2022 Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dari setiap anggota Forum Program Studi.
Karya produk “Peternakanku” dari tim Desain Produk UKDW Yogyakarta berhasil mendapatkan penghargaan dengan kategori “Design with Special Purpose/Needs” Karya ini merupakan pengembangan karya desain Mata Kuliah Studio Desain Produk Inklusif, KKN Tematik Inklusif, Desain Sosial, dan Ergonomi Desain ini, dibimbing oleh Winta Adhitia Guspara S.T., M.Sn. selaku dosen pembimbing lapangan serta Dominikus Dwiky Satria Agung selaku asisten pembimbing lapangan.
Pemberian nama “Peternakanku” diambil berdasarkan tema permainan yang memposisikan pemain sebagai pemilik peternakan, dinilai dapat membangun relasi antara pemain dan mainan yang dekat dan memunculkan sense o f b e l o n g i n g F a s e p e n e l i t i a n d a n p erancangannya didasarkan pada metode double diamond design process oleh The UK Design Council dan dilakukan dengan kegiatan studi pustaka, observasi lapangan, dan wawancara kepada narasumber (seperti orang tua murid dan guru di SLB Negeri 1 Bantul). Berikutnya, masuk pada fase perancangan yang meliputi proses
mensketsa cepat, pemilihan sketsa, dan pembuatan purwarupa produk Dengan mempertimbangkan pendapat dari para guru di SLB Negeri 1 Bantul maka dihasilkan Purwarupa dan produk akhir.
“Produk Peternakanku sebagai media olah otot bagi anak dengan cerebral palsy mengakomodasi latihan gerakan ekstremitas atas motorik kasar dan halus dengan fungsi pendukung latihan kognitif dengan proses bermain yang dapat dilakukan secara mandiri oleh anak. Tema permainan peternakan yang dipilih mengakomodasi sistem permainan pelatihan kemampuan asosiatif pencocokan hewan dengan habitat, rekognisi lubang dan pasak, pengaktifan memori otot gerakan menyisir rambut dalam permainan menyisir kuda, rekognisi warna dan pencocokan warna dan interaksi pengguna dan hewan serta aktivitas di peternakan menggembalakan ternak, menyisir kuda, dan mengembalikan telur sebagai unsur afektif produk”, terang Hanna.
Kegiatan ini mendapat dukungan dari mahasiswa UKDW Yogyakarta dari lintas studi dengan adanya kolaborasi antara kegiatan KKN Tematik Inklusif dengan kelas studio Desain Produk Inklusif (DPI) UKDW serta bekerjasama dengan SLB Negeri 1 Bantul. Dukungan tersebut menjadi titik awal latar belakang berjalannya proyek “Peternakanku” Para mahasiswa berkontribusi dalam memberikan sudut pandang
sesuai dengan latar belakang studi dan pengetahuan terkait ilmu Kedokteran dan Informatika.
Ilmu yang diberikan selama kuliah di UKDW sangat mendukung setiap proses dalam mengikuti kompetisi ini Pertama, adalah desain inklusif yang memberikan latihan metode penelitian desain inklusif, praktek observasi lapangan dan penelitian desain inklusif, mengajarkan sekaligus menerapkan the double diamond design process. Kedua, KKN Tematik Inklusif antar lintas jurusan saling bekerja sama mulai dari penelitian, analisis data, pembuatan produk, turut memberi masukan pada pitching produk, dan turut mengadakan usability test dengan guru, murid, dan orangtua murid. Ketiga, adalah Desain Sosial berkaitan dengan teknik pengumpulan data, analisis data, dan reduksi data selama tahap penelitian hingga perancangan produk Dan yang terakhir, adalah Ergonomi Desain diajarkan teknik emphatic map, cara wawancara terkait persepsi, pain point dan harapan pengguna, dan bagaimana menjadi solusi dalam bentuk sebuah desain produk.
Hasil karya mahasiswa-mahasiswa Desain Produk UKDW telah dikurasi dan mengikuti pameran karya dapat dilihat secara virtual melalui website www desproplus com Hanna menyampaikan sebuah pesan bagi para mahasiswa UKDW agar terus bersemangat, “Do your best and God will do the rest”. [Meidianti]
Program inisiasi unit usaha rumah pilah
sampah bagi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Taman Karya Manunggal sebagai upaya penanganan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan Yogyakarta dari skala rumah tangga berhasil mengantarkan tim The Connecting Dots meraih pendanaan program “TBIG Youth Changemaker”.
“TBIG Youth Changemaker” adalah salah satu program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Tower Bersama Infrastructure Tbk sebagai upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dengan melibatkan mahasiswa dalam penerapan ide socio-innovation yang dapat memberi perubahan positif terhadap pengembangan masyarakat dan kemajuan Indonesia.
Menyadari pentingnya kontribusi mahasiswa dalam pengembangan socio-innovation, tim The Connecting Dots yang terdiri dari Tia Naibaho (mahasiswa program studi Manajemen angkatan 2019), Marcelina Jevan (mahasiswa program studi Manajemen angkatan 2019), Hendy Winartho (mahasiswa program studi Akutansi a n g k a t a n 2 0 1 9 ) , d a n G r e g o r i u s L u n s a (mahasiswa program studi Desain Produk angkatan 2020) turut berpartisipasi dalam “TBIG Youth Changemaker”.
Situasi dan kondisi TPA Piyungan Yogyakarta yang masih menjadi polemik dan belum dapat diatasi dengan optimal menjadi latar belakang proyek sosial yang dijalankan oleh keempat mahasiswa ini. Penumpukan sampah diyakini membawa dampak negatif terhadap kualitas kehidupan masyarakat sekitar, khususnya masyarakat kecamatan Piyungan Meski demikian, kondisi ini dapat dijadikan peluang dengan kerja sama dan dukungan berbagai pihak Penanganan dari skala rumah tangga merupakan hal yang penting. Oleh karena itu, The Connecting Dots memberikan kontribusi
untuk
yang memiliki visi searah dengan The Connecting Dots. “Kami memulai dengan pengelolaan dan pengolahan sampah di unit terkecil dulu, yaitu rumah tangga Semoga dari langkah kecil ini nantinya bisa terwujud visi Kabupaten Bantul yaitu Bantul Bebas Sampah 2025," ujar Tia, salah satu anggota The Connecting Dots.
Bersama BUMDes Taman Karya Manunggal Tamantirto, The Connecting Dots mengimplementasikan program budidaya maggot terkait pengelolaan dan pengolahan sampah rumah tangga. Masyarakat diajak berpartisipasi dalam pembuatan biopon, pembangunan kandang lalat bsf, pengelolaan sampah olahan dapur, dan proses branding produk maggot dengan merk "Maggotirto" Selain itu, untuk sampah anorganik, tim menginisiasi pembentukan Sekolah Desa Pengelolaan Limbah Plastik dan Kertas.
Selain itu, tim juga menginisiasi unit usaha baru dibawah BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) berupa Rumah Pilah Sampah Tamantirto yang saat ini sudah disosialisasikan ke pedukuhan yang ada di Kelurahan Tamantirto.
Memperhatikan keberlanjutan program, tim The Connecting Dots membangun sistem pengelolaan unit usaha rumah pilah sampah ini secara keseluruhan dari aspek operasional, pemasaran, dan pengembangan SDM. Program lain bertajuk Sekolah Desa sebagai upaya literasi masyarakat dalam pengelolaan sampah anorganik juga dibentuk Dalam pelaksanaan proyek sosial ini, Tim The Connecting Dots didampingi oleh Sofiet Isa sebagai mentor dari pihak PT.Tower Bersama Group Tbk. [TN]
Tim Connecting Dots dari Universitas
Kristen Duta Wacana (UKDW)
Yogyakarta berhasil meraih Juara 3 dalam kompetisi Business Plan Competition yang diselenggarakan oleh Universitas Katolik Parahyangan yang mengangkat tema “MSMEs 101: Surviving the Triple Disruption Era” yang diselenggarakan pada tanggal 3-16 Oktober 2022 Kegiatan ini terbuka bagi mahasiswa di seluruh Indonesia yang memiliki ketertarikan di bidang kewirausahaan.
Kompetisi berskala nasional ini diikuti oleh 14 tim yang berasal dari berbagai universitas ternama di Indonesia Tim Connecting Dots yang diwakili oleh Tia Naibaho, mahasiswa Fakultas Bisnis 2019
berhasil menjadi Juara 3 dengan berbagai persiapan yang tidak mudah Dengan mengangkat subtema ecopreneur, Tia Naibaho membuat prototipe layanan pengelolaan timbunan sampah organik secara terintegrasi.
“Saya mempersiapkan proposal, pitch deck, prototype, dan mockup produk dengan persiapan yang cukup singkat Namun, setelah melakukan market research, saya yakin proposal yang saya bawakan akan dapat diterima baik oleh ketiga dewan juri. Dengan menjadi juara 3 saya dapat mengevaluasi kinerja saya untuk mencapai kejuaran di kompetisi lainnya,” pungkasnya. (TN)
Ma h a s i s w a D e s a i n P r o d u k
Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta Angkatan 2020, Kristian Zefanya, berhasil meraih Juara Harapan 2 dalam kompetisi Indonesia Packaging (InPack) Design Competition 2022 yang mengangkat tema “Indonesian Reuseable Packaging” Kompetisi desain kemasan tingkat nasional ini diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan Politeknik Negeri Jakarta dengan didukung oleh Dampu Design dan Indonesia Packaging Federation (IPF) Kristian Zefanya terpilih sebagai salah satu dari tujuh nominasi terbaik pada InPack 2022 dan akan diikutsertakan dalam ajang Asia Star Award 2022.
Kristian Zefanya mempersiapkan diri dengan mengembangkan tiga gagasan ide desain kemasan yang dibimbing oleh Kristian Oentoro, M.Ds. selaku Dosen dan Ketua Prodi Desain Produk UKDW Yogyakarta. Setelah mendapat masukan dan menyempurnakan proses ide desain, akhirnya Kristian menghasilkan desain final yang diberi judul Spoontea Spoontea sendiri adalah merek kemasan teh berbentuk sendok, kemasan ini bukan lah kemasan yang sekali pakai saja, namun jika ingin menyeduh teh dapat langsung digunakan dengan sendok ini “Ketemu ide desain berbentuk sendok untuk teh, supaya praktis sendoknya itu mewadahi tehnya juga”, ungkapnya Cara pengunaannya adalah dengan menyiapkan air panas saja, lalu mencelupkan mulut sendok yang memiliki bolongan ke dalam gelas, sari-sari teh nantinya akan terlarut dengan sendirinya lewat lubang-lubang tersebut. Kristian juga membuat model digital yang dilengkapi dengan deskripsi desain kemasan yang dibuat. Hal
ini dilakukan sebelum tahap pengumpulan karya secara online.
Pada tahap semifinal, para finalis diminta untuk membuat prototype dan mengirimkannya ke Politeknik Negeri Jakarta. Berdasarkan hasil penjurian yang dilakukan oleh dewan juri, Kristian meraih Juara Harapan 2. Panitia juga menginformasikan bahwa desain yang dirancang oleh Kristian akan mendapat kesempatan untuk mengikuti kompetisi Asia Star Award dan World
Gusdurian, sebuah kelompok yang
beranggotakan individu, komunitas, atau lembaga yang sama-sama memiliki pemikiran untuk meneruskan perjuangan Gus Dur, kembali mengadakan Temu Nasional (TUNAS) Gusdurian 2022 selama tiga hari pada tanggal 14-16 Oktober 2022.
Setelah mengadakan TUNAS secara online pada tahun-tahun sebelumnya, kali ini, dengan mengangkat penguatan integritas dan peneguhan semangat kebangsaan sebagai tema diskusi, pertemuan diadakan secara langsung di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Jawa Timur.
Kegiatan yang tidak hanya dihadiri oleh Gusdurian tetapi juga para tokoh lintas agama dan toleransi dari luar negeri ini mengajak para Gusdurian untuk lebih menginternalisasikan tema diskusi ke dalam nilai kehidupan pribadi dan berlanjut pada kesadaran kolektif. Hal ini diyakini akan berkontribusi dalam dinamika isu toleransi dan pluralisme.
Berbagai kelas berbagi terkait isu strategis Gusdurian diadakan untuk menampung aspirasi dan inspirasi peserta. Selain itu, juga terdapat forum dimana Gusdurian dapat berdiskusi mengenai isu strategis, tata kelola,
Star Award. Kristian mengungkapkan bahwa ia mendapat banyak masukkan dari dosen pembimbing kompetisi desain. “Terutama saat berinovasi, kita bisa menggabungkan antara masalah yang ada dan inovasi supaya hasil akhirnya dapat memecahkan masalah secara praktis tapi inovatif, serta memberikan kesan yang cerdas dan memudahkan orang untuk menggunakan kemasan tersebut,” jelasnya. [Maria Graciella]
dan resolusi jaringan Gusdurian. Semuanya menjadi wadah untuk bertemu dan mendiskusikan ide dan gagasan beserta pembaharuannya dalam merespon isu kebangsaan. Turut hadir dalam TUNAS 2022 Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur Dalam kesempatan ini, Khofifah menyampaikan bahwa Steve Jobs, Elon Musk, dan Mark Zuckerberg adalah game changer di dunia ini. Sementara dalam dunia toleransi dan pluralisme, Gus Dur adalah game chargernya.
Hari kedua TUNAS 2022 dimeriahkan dengan acara panggung budaya. Ajang unjuk potensi Gusdurian ini berlangsung di Gedung Muzdalifah, Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Jawa Timur. Melibatkan 1300 Gusdurian yang menyuguhkan berbagai pertunjukan kesenian seperti barongsai, musik, tarian, stand-up comedy, dan berbagai keseruan kesenian nusantara lainnya, kegiatan panggung budaya ini menjadi hiburan bagi masyarakat umum yang dapat menyaksikan secara langsung maupun dari siaran daring di kanal Youtube Koordinator Nasional
Jaringan Gusdurian, Alisa Wahid menyebutkan, kekuatan terbesar Gusdurian bukan uang, tapi semangat. “Bisa kita lihat kegiatan panggung budaya berjalan dengan meriah. Kegiatan ini merupakan ruang ekspresi Gusdurian Melalui kegiatan-kegiatan ringan yang dapat dinikimati masyarakat seperti ini kita bisa lebih mudah menyuarakan isu toleransi dan pluralisme,” ujarnya.
TUNAS Gusdurian 2022 juga mengadakan sayembara penulisan esai dengan tema “Menjadi Gusdurian” Salah satu mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Yudha Adi Putra, menjadi salah satu peserta dalam kegiatan sayembara penulisan esai ini. Karya tulis dengan judul “Perjumpaan dengan Pendeta Maria Puspitasari: Refleksi Keteladanan Gus Dur dalam Pandangan Nasrani” masuk ke dalam 30 besar esai terbaik. Yudha Adi Putra, dalam tulisannya merefleksikan bahwa sebagai mahasiswa teologi yang oleh masyarakat Nasrani sering diharapkan untuk menjadi pendeta, bahkan memiliki citra pendeta, perlu untuk me-
ngenali dan memahami konteks. Keberadaan Islam merupakan konteks penting dalam gereja dan umat Kristiani untuk berteologi. Perjumpaan dengan Pendeta Maria Puspitasari menjadi titik balik tersendiri dalam proses pembelajaran Yudha, terutama berkaitan dengan nilai-nilai Gus Dur Pendeta Maria mengajak Yudha untuk melihat kembali dan menjadi peka atas apa yang terjadi di sekitar “Saya mulai memaknai kembali, terutama ketika menjumpai sosok yang menjadi hal penting proses pembelajaran saya. Menjadi mahasiswa teologi, memiliki kesempatan untuk belajar mengenai teologi agama-agama Mahasiswa teologi harus peka terhadap sekitar dan berusaha keras untuk membawa dampak baik bagi sesama Pemahaman akan dinamika dengan agama lain menjadi penting ketika seseorang diharapkan menjadi pemuka agama Pada akhirnya toleransi kehidupan beragamalah yang menjadi tujuan,” katanya. [YAP]
Tahun 2022 merupakan tahun terakhir
kepemimpinan Indonesia dalam G20 yang mendorong inisiatif keterlibatan masyarakat sipil dalam Forum kerja sama internasional tersebut yang melahirkan Civil20 (C20) Dalam forum kerjasama masyarakat sipil itu sendiri telah terbentuk tujuh kelompok kerja yang salah satunya adalah Gender Equality and Disability Working Group (GEDWG) atau Kelompok Kerja Kesetaraan Gender dan Disabilitas.
Mini Talk Show dan Pameran Produk industri rumahan karya kelompok-kelompok perempuan termasuk perempuan dengan disabilitas yang dilaksanakan di Gedung Agape UKDW Yogyakarta pada tanggal 29 September 2022 yang lalu, merupakan kerja sama antara Magister Manajemen Fakultas Bisnis UKDW Yogyakarta dengan Sekretariat C20 yang diwakili oleh Perkumpulan OHANA Yogyakarta sebagai salah satu anggota GEDWG. Sebelum menuju pertemuan puncak C20, secretariat C20 mengadakan aksi lokal di tiga kota diantaranya, Jakarta, Yogyakarta dan terakhir di Bali dengan melibatkan kerja
sama dengan perguruan tinggi setempat Acara yang berlangsung dari pukul 09.0017.00 WIB yang terdiri atas pameran produk dan Mini Talk Show dibuka oleh Dekan Fakultas Bisnis UKDW Yogyakarta, Dr Perminas Pangeran.
Mini Talk Show dilaksanakan pada siang hari tersebut diisi oleh para narasumber yang terdiri atas Winta Tridathu Satwikasanti, S.Ds., M,Sc., Ph.D selaku dosen Prodi Desain Produk FAD UKDW yang menyajikan penelitian tentang aksesibilitas bagi penyandang netra; Yanti Susanti dari ASPPUK Jawa Tengah yang membawakan materi tentang memulai usaha oleh kaum perempuan dengan dampingan organisasi yang menaruh perhatian pada pemberdayaan ekonomi perempuan; serta Kalis Mardiasih, Influencer dan penulis tentang Kesetaraan Gender, serta Ibnu Soekotjo dari CIQAL Yogyakarta yang mewakili organisasi disabilitas. Dialog dihadiri oleh mahasiswa dan peserta umum yang juga dilaksanakan secara hybrid melalui Zoom dan juga tersedia penerjemah Bahasa Isyarat (JBI). Adapun
stand pameran yang terdiri atas beberapa stand, diisi oleh pengusaha perempuan di DIY yang menjadi mitra dampingan anggota GEDWG maupun dampingan Fakultas Bisnis
Universitas Kristen Duta Wacana
(UKDW) Yogyakarta, melalui Unit Mata Kuliah Humaniora (MKH), menyelenggarakan Aksi Nyata sebagai wujud implementasi Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang dilaksanakan melalui Mata Kuliah Wajib Kurikulum Berbasis Proyek (MKWK-BP). Tujuan mendasar dari kegiatan ini adalah mendorong mahasiswa agar dapat mengimplementasi pemahaman tentang topik-topik mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, dan Bahasa Indonesia terkait fasilitas publik dan kesadaran lingkungan Kegiatan ini juga dilandasi oleh paradigma gerakan nasional revolusi mental yang diilhami oleh pemaknaan atas nilai-nilai Pancasila. UKDW, sebagai lembaga pendidikan tinggi, mengemban tugas untuk berpartisipasi dalam GNRM, baik sebagai sivitas akademika maupun sebagai warga negara Indonesia yang wajib menciptakan kebersihan dan kelestarian bumi. Kegiatan ini tentu bertujuan untuk mewujudnyatakan nilai-nilai Revolusi Mental, yakni integritas, gotong royong, dan etos kerja, serta mendorong mahasiswa untuk bisa bekerja sama dengan komunitas serta lembaga kemasyarakatan lainnya
Aksi Nyata ini diwujudkan ke dalam 5 kegiatan yang berbeda. Adapun lima kegiatan Aksi Nyata tersebut adalah Aksi Nyata Bersih Pantai, Aksi Nyata Tanam Pohon, Aksi Nyata Edukasi Kebhinekaan, Aksi Nyata Bersih Rumah Ibadah, dan Aksi Perayaan Sumpah Pemuda Lintasiman. Kelima Aksi Nyata ini dilakukan di sepanjang bulan September dan ditutup dengan perayaan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2022 Seluruh kegiatan mengikutsertakan 48 mahasiswa, 11 dosen, 3 staf unit Humaniora UKDW, dan 2 lembaga mitra.
Aksi Nyata Bersih Pantai dan Tanam Pohon
Aksi Nyata Bersih Pantai dan Tanam Pohon dilakukan pada Minggu, 25 September 2022 dan 2 Oktober 2022 di Pantai Samas, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam melaksanakan kegiatan ini, MKH turut menggandeng ReIspirasi, sebuah komunitas yang melakukan preservasi lingkungan pantai.
Aksi Nyata Bersih Pantai mengajak masyarakat agar berpartisipasi aktif membersihkan dan menjaga kebersihan bumi demi mengurangi masalah limbah padat dan sampah laut. “Di pantai ini, kami menemukan banyak botol kaca, sandal, bola plastik, bungkus kemasan, dan styrofoam,” ujar Vania Natasya, salah satu mahasiswa peserta Aksi Nyata. Kegiatan ini menghasilkan 20 karung berisi sampah dari bibir pantai.
“Dengan melihat kondisi saat melaksanakan bersih-bersih, kesadaran masyarakat akan kebersihan laut dan pantai masih sangat kurang,” kata Vania. Menurutnya, aksi bersih pantai ini sebaiknya dilaksanakan lebih dari satu kali.
Bagi Deny Widyanto, salah satu pendiri dan ketua ReIspirasi, kegiatan membersihkan pantai dari sampah anorganik ini merupakan kegiatan yang hebat karena para mahasiswa mau mengambil tanggung jawab dari perbuatan orang lain.
Kebersihan laut dan pantai tidak hanya baik untuk keindahan, tetapi juga untuk kelangsungan hidup penyu. Sampah plastik sangat berbahaya bagi penyu karena hewan ini tidak bisa membedakan antara sampah dan makanan Plastik yang mengambang sering dikira sebagai ubur-ubur yang bisa disantap.
Selain bersih pantai, kegiatan tanam pohon di tepi pantai juga merupakan upaya untuk menjaga kelestarian bumi agar tetap hijau. Adapun sebanyak 500 bibit pohon yang sudah ditanam terdiri atas pohon nyamplung, ketapang kencana, dan cemara udang.
Keberadaan pohon-pohon di pinggir pantai tidak hanya menjadi perindang, melainkan juga menjadi pencegah abrasi dan pelindung dari gelombang tinggi “Pohonpohon di pinggir pantai sangat berguna untuk memecah angin garam agar tidak langsung mengenai pertanian warga yang ada, seperti tomat dan cabai,” ujar Deny menambahkan.
Aksi Nyata Bersih Pantai dan Menanam Pohon adalah sejalan dengan capaian MKWKBP yakni untuk menjadikan mahasiswa yang tanggap dan aktif untuk merawat alam sebagai penopang lingkungan hidup bermasyarakat Kebersihan dan kelestarian lingkungan pantai ini merupakan salah satu dari sekian banyak aspek yang memiliki urgensi untuk diperhatikan seluruh pihak, tidak hanya warga setempat, tetapi juga lembaga pendidikan, kemasyarakatan dan pemerintah demi kelangsungan hidup bersama.
Aksi Nyata Edukasi Kebhinekaan dilakukan di pada 13 Oktober 2022 dan 15 Oktober 2022 Dalam kegiatan ini, MKH bekerja sama dengan Sumbu Pakarti, sebuah yayasan yang membuka ruang belajar organik bagi anak-anak Aksi Nyata ini dilakukan dengan cara menerjunkan 50 mahasiswa untuk menjadi relawan pengajar anak di berbagai titik di DIY. Adapun 50 mahasiswa tersebut disebar ke empat tempat, yaitu Sanggar Terban, Taman Literasi Terban, Sanggar Winongo, dan SD Bopkri Minggir.
Edukasi Kebhinekaan, dalam Aksi Nyata ini, diwujudukan ke dalam bentuk tema yang berbeda. Di Taman Literasi Terban, misalnya, anak-anak belajar mengenai keberagaman budaya Anak tidak hanya dilatih untuk mengenalkan budayanya masing-masing, tetapi juga menerima, dan menghargai beragam suku yang ada di Indonesia. Mereka juga diajak untuk mengekspresikan budayanya lewat kreasi puisi dan gambar.
Lain halnya di Sanggar Winongo, anakanak belajar tentang permainan tradisional. Mereka mengenal dan melestarikan kearifan
lokal lewat permainan ular naga dan gobak sodor. Melalui dua permainan tersebut, anak dilatih untuk sportif, bekerja sama, dan berpikir strategis dengan cara yang menyenangkan.
Aksi Nyata Edukasi Kebhinekaan ini juga selaras dengan tujuan MKWK-BP, yaitu memberi kepekaan kepada mahasiswa bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam belajar, bertumbuh, dan berkembang melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya didapat melalui proses formal di sekolah, tetapi juga melalui lingkungan yang ramah dan menyenangkan bagi anak. Melalui Aksi Nyata ini, mahasiswa dilibatkan untuk berkontribusi dalam menciptakan generasi yang lebih baik di masa depan.
Aksi Nyata Bersih Rumah Ibadah
Aksi Nyata yang keempat adalah Bersih Rumah Ibadah. Kegiatan ini dilakukan pada 16-22 Oktober 2022. Dalam melaksanakan Aksi Nyata ini, para mahasiswa disebar ke berbagai tempat ibadah di Yogyakarta, yaitu Klenteng Poncowinatan, Masjid Gedhe Mataram, Pura Jagadnatha, dan Vihara Karangdjati.
Aksi Nyata ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah ibadah sebagai fasilitas publik tetapi justru berfokus pada perjumpaan mahasiswa yang mayoritas Kristiani untuk mengunjungi rumah ibadah umat beragama yang berbeda. Dengan kata lain, kegiatan ini memberi kesempatan untuk mahasiswa supaya bisa belajar memahami dan memraktikkan toleransi dengan kerja nyata.
“Kegiatannya sangat seru, karena kami tidak hanya melakukan kegiatan bersihbersih pura, tetapi kami juga sempat berbincang-bincang dan berdiskusi seputar kehidupan beragama di sana bersama dengan Pak Putu. (Kegiatan ini) menjadi pengalaman yang berharga bagi saya karena saya dapat belajar banyak sekali hal-hal baru, mengenai agama Hindu dan memupuk kembali rasa toleransi antarumat beragama,” ujar Yosephine Nurmalita Sari, salah satu mahasiswa peserta MKWK-BP, saat melakukan bersih rumah ibadah di Pura Jagadnatha.
Senada dengan hal tersebut, Latifasya mengatakan bahwa kegiatan bersih rumah ibadah ini mengajarkan toleransi, budaya, dan kebersamaan. Ia menambahkan, banyak ilmu baru yang didapatkan tentang agama Hindu. Aksi nyata ini mengajarkannya untuk saling menjaga, menghormati, dan menghargai sesama bangsa Indonesia sekalipun berbeda agama, budaya, ras, dan lainnya.
Aksi Nyata Perayaan Sumpah Pemuda Lintas Iman dilaksanakan pada 28 Oktober 2022, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, di Kapel UKDW Kegiatan ini merupakan puncak dari rangkaian Aksi Nyata
Gerakan Nasional Revolusi Mental. Acara ini bertujuan untuk merefleksikan aksi-aksi nyata yang telah dilakukan.
Wakil Rektor IV, Pdt. Handi Hadiwitanto, Ph D mengatakan bahwa spirit revolusi mental merupakan konsep yang abstrak, mengingat elemen mental yang ada di dalamnya Hal ini bisa dimaknai ataupun direspons dengan beragam hal. Salah satunya adalah menyentuh aspek nilai dalam hidup.
“Revolusi mental bisa dimaknai dengan mentransformasi nilai-nilai dalam hidup kita. Oleh karenanya, praktik lapangan atau aksi nyata yang diinisiasi oleh teman-teman MKH dan hibah dari GNRM, dapat dilihat sebagai upaya baik dalam mentransformasi nilai ini, “ ujar Pdt. Handi.
Pada acara ini dilakukan penandatangan Implementation Arrangement (IA) dengan kedua mitra aksi nyata kegiatan, yaitu Sumbu Pakarti dan ReIspirasi. Harapannya adalah UKDW dan mitra dapat melanjutkan kerjasama dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Setelah penandatangan IA, tim pelaksana MKWK-BP memberikan apresiasi kepada kedua mitra atas kesempatan kolaborasi yang telah dilakukan.
Acara tersebut juga menghadirkan komunitas Jogja Walking Tour untuk membagikan praktik baik keberagaman masyarakat Menurut Erwin Djunaedi, pendiri komunitas ini, Perayaan Sumpah Pemuda Lintasiman memiliki korelasi yang erat dengan semangat Jogja Walking Tour. Spirit keragaman untuk memaknai sumpah pemuda ini sudah terselip dalam setiap kegiatan kelompok komunitas yang mengusung volunterisme ini.
Jogja Walking Tour membawa semangat kebersamaan dalam menapaki heritage di Jogja. Komunitas yang dibentuk tahun 2018 ini memiliki idealisme untuk membagikan informasi sejarah dengan pendekatan atau metodologi yang tepat dengan cara yang menyenangkan, yaitu storytelling and walking. Dengan berjalan menyusuri warisan di Jogja, ada pengetahuan kebersejarahan yang diceritakan dan direfleksikan. Harapannya, di sepanjang tapak tilas yang dilakukan pada setiap rute, peserta bisa melihat beragam hal dalam aktivitas itu, mulai dari pekerja jalanan, manusia di sekitar, dan lingkungan yang ada di tempat tujuan. Pada akhir sesi, Erwin berharap, spirit kepemudaan bisa dipantik dengan cara “berkomunitas”.
Peringatan Sumpah Pemuda dipilih sebagai momen refleksi bersama atas kegiatan GNRM dengan mengundang komunitas organik yang menjadi mitra Kelima Aksi Nyata Kemanusiaan yang telah dilakukan merupakan wujud refleksi rangkaian praktikum sosial dari pembelajaran MKWKBP, sehingga mahasiswa dapat melihat keutuhan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, Agama, dan Bahasa Indonesia dalam perspektif pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat (Martha Lusiana & Hendra Sigalingging)
Duta Wacana
mewujudkan UKDW sebagai kampus inklusi, Lembaga Pengembangan Akademik dan Inovasi Pembelajaran (LPAIP) bekerja sama dengan Tim Perintis Pusat Layanan Inklusi (PPLI) UKDW menggelar Focus Group Discussion (FGD) Pemangku Kebijakan UKDW pada hari Senin, 7 November 2022 di Ballroom Hotel Grand Ambarrukmo Acara ini dihadiri oleh Rektorat, Dekanat, Kaprodi, Ketua INQA Prodi, Wakil Dekan, dan Pegawai Pendukung Akademik.
Rektor UKDW, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph D menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini. “Saya rasa ini langkah maju, kita sudah mulai mempersiapkan dengan lebih sistematis dan lebih detail. Kita mengantisipasi jika ada mahasiswa yang melamar, kita sudah menunjukan niat baik untuk membuka diri. Bahwa kita adalah kampus yang inklusif sesuai dengan tema dies natalis tahun ini. Mungkin akan ada beberapa mahasiswa dengan disabilitas yang akan kita terima,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Tim PPLI UKDW, Dr Fransisca Endang Lestariningsih, M Hum menyebutkan FGD Pemangku Kebijakan ini merupakan salah satu rangkaian dari timeline yang dibuat oleh Tim PPLI. “Kami harapkan dengan FGD ini, kami akan semakin mempunyai banyak
informasi terkait dengan kesiapan kita menyambut mahasiswa ataupun staf yang akan kita terima, dan mereka adalah seseorang yang butuh perhatian lebih,” terangnya.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Winta Tridhatu Satwikasanti, S.Ds., M.Sc., Dosen Desain Produk UKDW yang concern dalam pengembangan desain produk inklusi sekaligus menjabat sebagai Kepala Centre of Entrepreneurship and Innovation (Centrino) UKDW Winta Tridhatu Satwikasanti menyampaikan materi mengenai “Physical Environmental Assessment” Ia mengingatkan bahwa evaluasi ini bukan untuk menghakimi. “Kami perlu untuk menyamakan persepsi dan pengetahuan. Kami melakukan pendekatan inklusif jadi mengacu pada manusia bukan berpusat atau menitikberatkan pada ketidakbisaan, tetapi lebih merayakan kemanusiaan dan kita mengakomodasi kebutuhan,” tuturnya.
Sedangkan Pdt Prof Tabita Kartika Christiani, Ph.D, Guru Besar UKDW yang concern dalam hal disabilitas memberikan catatan bahwa UKDW membutuhkan kesiapan infrastruktur, fasilitas, peraturan, dosen, PPA dan mahasiswa “Tentu mahasiswa disabilitas yang kita terima nanti tidak berarti ada kemudahan untuk lulus, bukan itu, tetapi akses itu yang harus kita sediakan,” ungkapnya. (Aris)
Tubuh Banyak Anggota". Acara ini diperingati di Auditorium Koinonia UKDW Yogyakarta secara sederhana namun mengesankan Menurut Pendeta Wahyu Satria Wibawa, Ph D sebagai pembawa firman dalam Ibadah Syukur Dies Natalis FK UKDW menyampaikan bahwa FK UKDW yang fokus dalam hal fisik dan jiwa manusia beruntung karena ketika lahir telah memiliki kakak kandung yaitu Fakultas Teologi, yang sudah mapan serta fokus dalam hal rohani manusia Gayung bersambut secara akseleratif dengan kombinasi tim pendiri yang terdiri dari teolog-birokrat ahli strategi dengan dokter Sehingga kedua fakultas tersebut terus bisa bersinergi, bekerja sama, saling melengkapi, dan saling menguatkan. Bahkan kemudian terus berkembang, bersinergi dengan fakultas-fakultas dan mitra-mitra eksternal.
Disadari bahwa hidup bersama dalam keberagaman dan banyaknya anggota dalam sebuah institusi memang tidaklah mudah khususnya di dalam membina kolegialitasnya (bahkan di institusi keagamaan sekalipun). Tepatlah kiranya tema yang diangkat dalam memperingati dan merayakan Dies Natalis ke-13 FK UKDW Yogyakarta ini, yang diambil 1 Korintus 1:10-17. Intinya, jemaat Kristiani di Korintus masih terpecah menjadi banyak golongan atau anggota, berdiri sendiri-sendiri bahkan bersaing serta kolegialitasnya belum teroganisir dengan baik. Sehingga kalau ada masalah mereka
mencari solusi dari luar. Akhirnya Paulus mengingatkan bahwa kita semua walaupun berbeda-beda adalah satu tubuh yakni Yesus Kristus; semestinya bisa menghimpun kekuatan kolegialitas yang solid dari dalam, dengan kekuatan sendiri, fokus pada Yesus Kristus sebagai sumber solusi.
Berdasarkan ilmu kedokteran, satu tubuh fisik manusia terdiri atas banyak organ yang mempunyai peran dan fungsi penting masing-masing, dikendalikan oleh jiwa dan roh yang satu. Analogi kolegialitas anggota tubuh ini, mempermudah pemahaman, karena umumnya orang menganggap "kolegialitasnya mudah, dengan jantung, paru, lever, ginjal, otak merupakan organ vital". Namun anggapan inipun, tidak seluruhnya benar Buktinya, apabila kita tidak bisa kentut, BAB, kencing, semua organ akan menerima dampak negatifnya seperti ungkapan "Satu bagian tubuh sakit, semua bagian ikut sakit; kanker di ujung jari sekalipun dapat menjalar keseluruh bagian tubuh dan mematikan".
Menurut laporan Dekan FK UKDW, dr. The Maria Meiwati Widagdo , Ph D, FK UKDW yang berdiri 13 tahun lalu memiliki banyak bagian sebagai anggota baik di dalam kampus maupun mitra kerja di luar kampus yang beragam Masing-masing terus bertambah bahkan bertambah keberagamannya, antara lain beragam dalam agama, suku, dan asal mahasiswa yang merata dari Sabang sampai Merauke. Dengan kondisi tersebut dilaporkan bahwa FK UKDW terus berkembang dalam kemajuan semua aspek, baik kuantitas maupun kualitas Semua disatukan kolegialitasnya oleh visi misi FK UKDW.
Rektor UKDW, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph D , dalam sambutannya mengatakan, "Sampai saat ini FK UKDW telah meluluskan 520 alumni dokter dengan wilayah pengabdian merata di seluruh Indonesia Sebagai kesaksian, saat FK UKDW mengadakan retret dan acara kekeluargaan di Bali, rombongan FK UKDW dikunjungi oleh empat dokter lulusan FK UKDW".
Saat Henry berobat di Salatiga, ia juga dirawat oleh dokter lulusan FK UKDW Henry menyampaikan kesannya, "Inilah buah-buah berkah FK UKDW yang sangat manis Mengapresiasi, bangga, dan bersyukur atas begitu cepat dan besarnya prestasi FK UKDW walau masih berumur 13 tahun".
Hal ini juga dikuatkan sambutan Ketua Yayasan, "Saya harus menyampaikan rasa syukur, bangga, dan terimakasih kepada FK UKDW meskipun umurnya masih 13 tahun setingkat anak remaja, namun prestasinya sudah seperti orang dewasa yang matang". Ketua Yayasan menginformasikan bahwa saat ini tengah digodok oleh Kementerian Hukum dan HAM tentang standar pendidikan dan pelayanan dokter yang perlu diantisipasi Sebagai penutup sambutan Ketua Yayasan mengingatkan supaya sejarah FK UKDW tidak dilupakan.
Di dalam hal ini, penulis menekankan bahwa hakikat memperingati HUT ke-13 FK UKDW adalah bersyukur telah dilahirkan 13 tahun yang lalu, bersyukur telah tumbuh berkembang selama 13 tahun dengan keberhasilanya Mewujudkan rasa syukur tersebut dengan tekad untuk terus berkembang lebih baik.
Penulis, yang ikut mendirikan FK UKDW bersama Rektor saat itu Pdt Dr Budyanto, Warek 1 Djohan, MEM, Ph D, Direktur RS BETHESDA Dr. Nugroho Hadi Sp.OG dan teman tim inovator pendidikan FK UGM Dr. E. Suryadi (kombinasi TeologBirokrat dengan Dokter), disertai semangat segera mendapatkan izin bak meruntuhkan Tembok Yerikho, dikabulkan mendapatkan izin pada 14 Oktober 2009 Selanjutnya, dengan semangat yang masih membara memutuskan untuk memulai pendidikan dokter pada tanggal 12 November 2009. Maka selama satu bulan FK UKDW menyiapkan materi kuliah, buku-buku modul tutorial petujuk praktikum laboratorium, keterampilan medik, tenaga pendidik-tutor, dan seleksi mahasiswa baru.
Pendidikan khusus istimewa dan penuh semangat tersebut disertai "harap harap cemas untuk kelulusannya" yang dimotori oleh penulis, dr. E. Suryadi, dr. Ivana, dan dibantu oleh beberapa karyawan FK UKDW, di bawah Koordinator Dekan saat itu Prof. dr. Jonatan Willy Siagian, Sp.PA yang belum berdomisili di Yogyakarta. Puncak kelegaan pertama adalah lulusan angkatan pertama tersebut yang tepat waktu dengan hasil prosentase dan IP lulusan, termasuk 10 besar ranking nasional. Puji Tuhan, kelegaan ini berlanjut karena diteruskan oleh angkatan angkatan berikutnya sampai saat ini.
Semuanya merasa bangga, bersyukur, dan terobati atas begitu cepat majunya FK UKDW secara holistik yang tercermin dalam laporan Dekan dan suasana Dies yang mengesankan Penulis menyampaikan bahwa sejak persiapan memperoleh izin, memulai pendidikan, dan pelaksanaannya hingga saat ini, setiap langkah seperti nasehat St Paulus "dipersatukan dalam mengandalkan Sang idola Sejati yaitu Yesus Kristus" Semuanya menyadari sebagai manusia rohani (Man God) di atas manusia duniawi yang penuh iman bahwa pertumbuhan dan perkembangan setiap usaha adalah berkat dari Tuhan Dirasakan semakin banyak anggota dengan keberagamannya, kolegialitasnya semakin solid karena dijiwai dan dipersatukan Kristus. Hal ini penting sebagai kekuatan untuk menghadapi tantangan bahkan masalah dari manapun, intern maupun ekstern (J B Soebroto)
pengembangan pendidikan dan pembelajaran untuk meningkatkan mutu dan keunggulan pendidikan maka dibuatlah sharing praktik baik pelaksanaan pembelajaran ilmu eksakta. Ilmu eksakta merupakan bidang ilmu mengenai hal-hal yang bersifat konkrit atau
baik oleh dosen pertama yaitu Katon Wijana, S Kom , M T dari Fakultas Teknologi Informasi Katon Wijana menggunakan metode pembelajaran aktif dan kreatif “Setiap 20 menit harus ada perubahan suasana supaya mahasiswa bisa pikirannya disegarkan kembali sehingga mereka bisa siap untuk menerima pengetahuan yang diberikan,” terangnya.
Dosen kedua yang membagikan praktik baik adalah Catarina Aprilia Ariestanti, STP., M.Sc dari Fakultas Bioteknologi. Catarina Aprilia Ariestanti menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam mata kuliah yang diampunya “Saya mencoba menerapkan bagaimana mata kuliah bisa memenuhi pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,” ungkapnya.
Selanjutnya acara dilanjutkan dengan sharing dari dosen ketiga yaitu Christian Nindyaputra Octarino, S T , M Sc dari Fakultas Arsitektur dan Desain. Christian Nindyaputra Octarino mengungkapkan bahwa penting untuk membangkitkan minat belajar melalui metode-metode interaktif yang mendorong mahasiswa aktif dalam berproses dan berkembang. “Kami mengawali dengan game Jenga karena semester ini sudah masuk lagi, disaat online kami menggunakan game yang terdapat di smart-
phone dan tentunya pemilihan game tidak sembarang, tidak sekedar rame-rame saja tetapi yang bisa mendukung konten perkuliahan,” tuturnya.
Praktik baik terakhir dibagikan oleh dosen keempat yaitu dr Lucas Nando Nugraha, M Biomed dari Fakultas Kedokteran Lucas Nando Nugraha mengungkapkan bahwa menjadi fleksibel dengan mempertahankan kualitas dan tujuan sehingga semua dapat belajar dengan baik “Kita membuat bagaimana kontenkonten yang kita berikan terkait dengan pengetahuan itu dapat memicu anak, saya tidak mengatakan install ilmu tetapi memicu anak untuk belajar sehingga sesuai dengan permintaan pasar,” terangnya.
Acara ditutup dengan closing remarks oleh Dr Charis Amarantini, M Si selaku Wakil Rektor Bidang Akademik, Riset dan Inovasi UKDW Yogyakarta. Ia menyampaikan apresiasi atas hasil praktik baik dari keempat dosen “Tetap semangat dan bahagia selalu bagi kita karena salah satu kekayaan spiritualitas hidup seorang dosen adalah bagaimana ketika apa yang kita sampaikan kita deliver ke mahasiswa itu benar-benar mendatangkan respon dan manfaat yang baik bagi mahasiswa,” pesannya. (Aris)
Seturut semangat pedagogi pem-
belajaran yang terus berkembang dan inovatif, maka penggunaan model pembelajaraan berupa Project-Based Learning (PjBL) menjadi “ menu ” yang hampir selalu ada di setiap matakuliah. PjBL sendiri merupakan metode pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. PjBL merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik Mahasiswa secara konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan Model pembelajaran berbasis PjBL membutuhkan HOT (High Order Thinking) yang diakomodasi melalui Taksonomi Bloom Level 4 yaitu kemampuan analisis dan sintesis, mengevaluasi, dan men-create Secara khusus, kemampuan
mencipta atau create mahasiswa harus dapat dicapai dalam model pembelajaran PjBL. Sebagai upaya meningkatkan standar acuan pelaksanaan PjBL, Lembaga Pengembangan Akademik dan Inovasi Pembelajaran (LPAIP) mengadakan Kompetisi Pelaksanaan Project-Based Learning untuk seluruh pegawai akademik UKDW. Kegiatan ini diselenggarakan pada hari Kamis, 27 Oktober 2022 dengan peserta dr Daniel Chriswinanto Adityo Nugroho, MPH., Anesti Budi Ermerawati, S.Pd., M.Hum., Christine Novita Dewi, S.E., M.Acc, Ak., dan Dr. Rosa Delima, M.Kom. Adapun sebagai dewan juri diambilkan dari dosen internal UKDW, yaitu Dr. Dhira Satwika, M.Sc. dari Prodi Biologi, Paulus Widiatmoko, M A dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, dan Rossalina Christanti, S.E., M.Acc dari Prodi Akuntansi.
Dalam kompetisi ini, dr Daniel Chriswinanto menyampaikan topik perkuliahan Pemanfaatan Teknologi di Bidang Kedokteran, Anesti Budi Ermerawati menyampaikan topik perkuliahan Extensive Reading, Christine Novita Dewi me-
nyampaikan topik perkuliahan Pengauditan II, Dr. Rosa Delima menyampaikan topik perkuliahan Sistem Pakar Kesemuanya dikemas secara apik bagi mahasiswa untuk dapat mengikuti pembelajarannya dengan metode PjBL.
Dari hasil penilaian Dewan Juri, Christine Novita Dewi keluar sebagai Juara 1, Anesti Budi Ermerawati sebagai Juara 2, Dr. Rosa Delima sebagai Juara 3, dan dr. Daniel Chriswinanto sebagai Juara Harapan
mengenalkan dan mendampingi para calon dosen tentang nilai-nilai yang dihidupi di UKDW, 5) mengenalkan peningkatan jabatan fungsional dosen oleh PSDM, dan 5) mengenalkan dan mendampingi para calon dosen tentang peraturan-peraturan Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Duta Wacana (PTKDW) dan UKDW.
I),
Nomor
26 – 30 jelas mengatur tentang standar dosen dan tenaga kependidikan, di antaranya adalah kegiatan pokok dosen (bidang pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat) dan kegiatan penunjang Namun pada kenyataannya tidak semua calon dosen memahami sepenuhnya tugas-tugas tersebut. Para calon dosen tersebut juga tidak semuanya memiliki latar belakang pedagogi pembelajaran (teknik instruksional) sehingga sangat diperlukan pelatihan tentang metodologi pembelajaran dan perkembangan peserta didik.
Lembaga Pengembangan Akademik dan Inovasi Pembelajaran (LPAIP), di bawah
Yogyakarta
KERTI (Sistem
Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional) Menurut Ketua LPAIP, Dr. Fransisca Endang Lestariningsih, pelatihan ini bertujuan 1) memberikan pelatihan dan pendampingan tentang metodologi pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan perkembangan peserta didik, 2) mengenalkan sistem pembelajaran di UKDW, 3) memberikan pendampingan dalam bentuk observasi kelas dan evaluasi 360 derajat, 4)
Pada tahun 2022 ini, SIPEKERTI telah memasuki Batch #3 dan dilaksanakan secara luring selama 2 (dua) minggu, 17 - 28 Oktober 2022, dengan jumlah peserta 12 (dua belas) dosen baru. Peserta adalah dosen-dosen baru yang berasal dari semua program studi di UKDW, yaitu Dielanova Wynni Yuanita, S.E., M Sc , Yordan Kristanto Dewangga, S T , M.Ars., Pristanto Silalahi, S.E.,M.S.E., Maria Kinanthi Sakti Ning Hapsari, S.Ars., M.Ars., dr. Johan Kurniawan,M Biomed,SpKJ, dr Adhi Setradian Anto Maria, dr. Patricia Dissy Andrea, dr. Putri Permata Sari, dr. Chinthia Liliany, Servatia Mayang Setyowati, S.Pd., M.Sc, Pdt. Dr. Frans Setyadi Manurung, M.Th., dan Devina Widiningsih, M.Th.
Materi SIPEKERTI diajarkan oleh para pakar di bidang kependidikan baik dari internal UKDW maupun dari universitas lain yang telah bekerja sama dalam SIPEKERTI ini, yaitu Universitas Sanata Dharma dan Universitas Negeri Yogyakarta. Etika Profesi disampaikan oleh Restyandito, S.Kom., MSIS., Ph.D. Materi
tentang Peserta Didik disampaikan oleh Dr. Tjipto Susana. Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D. mengenalkan tentang Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum. Metodologi Pembelajaran dan Manajemen Kelas diberikan oleh Dr Fransisca Endang Lestariningsih Lemmuela Alvita K , M Hum mengajak peserta untuk mengenal dan mempraktekkan Ragam Media Pembelajaran, sedangkan materi tentang Blended Learning disampaikan oleh Andian Ari Anggraeni, ST., M.Sc. Merancang Asesmen dan Melakukan Evaluasi disampaikan Prof. Dr. Heri Retnowati. Drs. Mega Wati, M.Pd. dan Prof. Tabita Kartika Christiani, Ph.D membimbing peserta dalam Pembuatan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan Merancang Lesson Plan (RPP). SIPEKERTI UKDW juga mengenalkan kepada peserta tentang nilai-nilai kedutawacanaan dan peraturan-peraturan yayasan PTKDW. Materi ini diberikan oleh Pdt. Stefanus Christian Haryono, MACF., Ph.D., Ir. Mariam Handayani, dan Dr. Rosa Delima.
Salah satu peserta SIPEKERTI, dr. Chinthia Liliany, menyatakan bahwa pelatihan ini mengembangkan kemampuan pedagogis, “Wawasan akan metode dan karakter belajar masing-masing orang dapat berbeda. Kita harus jeli dalam menentukan metode pembelajaran. Agar apa yang akan ditransfer ke mahasiswa dapat ditangkap dengan baik”.(FEL)
The freshmen’s midterm test started last
week on October 17 - 20, 2022. There were six subjects such as vocabulary, grammar, listening, interactional speech, Christian education, and last but not least extensive reading which has the most fun but also challenging feeling. Each of the tests was onsite except for Christian education. Not only a written test but there was also a role-play and presentation test Yet, the presentation was not like other presentations that present material on the subject or something. This one was more like telling a story or sharing something fun but wrapped in a presentation.
I am quite sure that many of you are wondering if there are any interesting things in the Extensive Reading subject. Moreover, I think you are also wondering how can Pecha Kucha presentation be related to this subject. Basically, Pecha Kucha means chit-chat in Japanese. Unlike other presentations, Pecha Kucha uses images rather than reading text from slide to slide in the presentation. Pecha Kucha presentations use twenty slides and allow only twenty seconds of oral presentation per slide. That keeps the total presentation time to just six minutes and forty seconds.
Students had five weeks in total to prepare for the midterm test. In the first week, they were introduced to the Pecha Kucha by seeing examples and watching some videos about Pecha Kucha presentations, then each student presented the five elements of the plot
of their favorite book and wrote the three most favorite books that their friends shared. In the second week, they were split up into five groups. Every group has three members and every member will present 6-7 slides. Each group should present elements of the plot from one chosen favorite book and they also added more fun content like their favorite scene, author’s profile, general meaning for each element, and others.
Before arranging and designing the presentation, they had to outline the twenty slides in each group’s worksheet until the lecturer approved the outline so that they could jump into the next step which is writing the script. In the script part, they were writing
down what they were going to say on every slide The final part was designing a PowerPoint presentation. Each slide has one primary image and keeps the slide text to a minimum The presenter needs to put the automatic changer by setting it as long as twenty seconds for one slide.
In the third week, every group had to consult their progress with the lecturer. Some of them who did not finish all the things that needed to be done got back to produce their project afterward. In the following week, they had the last consultation, when every group had to finish their project already The consultation was conducted online via zoom meeting.
In the last week, the groups did a rehearsal with the lecture to correct some mistakes or any other things that could be improved in the final presentation. Not only can the lecturer give commentary and suggestions, but the other students also can watch and give commentary for other groups to improve more. This Pecha Kucha thing needs a lot of practice along with the timer so that they manage the changing slides and speech perfectly in time.
During the midterm test, each group presented Pecha Kucha well with their properties and expressions. The video can be watched on YouTube Channel Prodi PBI UKDW.
“I learned a lot from this kind of presentation as it improved my confidence, speaking skills, and also time management skills. That was my first time doing that kind of presentation and I admit that it was quite hard. Yet, when you enjoy the progress, I'll make sure you’ll make it until the presentation,” said one of the students, Queen “I’ve never known this kind of presentation before. I felt excited when I was going to present my Pecha Kucha because I presented something that I found interesting and I like doing storytelling. From the minute I know that my reading activity leads me to many new things that make me happy!” said another student, Angel. (Agnes Valentina)
successfully conducted
Toraja BKP - PM is one of the MBKM programs conducted by the ELED UKDW in collaboration with English education at the Universitas Kristen Indonesia Toraja (UKI Toraja). Five ELED students batch 2020 along with the Head of ELED and one lecturer departed from Yogyakarta on 11 October 2021. They arrived in Makale, Tana Toraja on the next day and were warmly welcomed by the deans, the heads of study programs, lecturers,
and students of UKI Toraja. UKDW students joined a campus tour and experienced taking lectures offline in class with friends from UKI Toraja. UKDW students got the chance to learn about UKI Toraja and Toraja culture while they also shared about Yogyakarta, which is known as the City of Education.
Besides getting the opportunity to study offline in the classroom, UKDW students and lecturers also experience firsthand the unique culture in Toraja Students and lecturers participated in one of the Toraja cultures, namely the funeral ceremony of the Toraja people or called Rambu Solo. They enjoyed the traditional Ma'pasilaga Tedong tradition,
the tradition carried out before the traditional ceremony of tens of buffalo before the race would line up in the field. They also saw firsthand the process of Tedong Silaga or buffalo fighting. It is one of the traditions of the Toraja death ceremony with a unique buffalo that is very expensive, ranging from tens of millions, hundreds, or even billions of rupiahs. Tedong Silaga tradition is carried out to comfort grieving families.
The Expert Lecture (EL) was the closing activity of our two-week stay in Tana Toraja. Lecturers from UKDW as the keynote speakers presenting an exciting material entitled "Writing made Easy." Both the lecturers and
five students from UKDW participated in the talent show at the closing of the EL. They performed musical poetry by bringing a poem using their respective regional languages, including Dayak, Batak Toba, Javanese, Toraja, and in the end, Indonesian. The ELED 2020 students were very grateful and happy to come to Tana Toraja to see and learn about the uniqueness of Toraja culture and meet friends in Toraja. Students and lecturers returned to Yogyakarta on 26 October 2022, bringing good memories of the uniqueness of Toraja culture. Melo tongan! It was fascinating! (Helena Maria)
Pada kesempatan kali ini, saya akan
membahas frasa (kata-kata) bahasa Inggris yang sering digunakan oleh orang Indonesia, yang sayangnya, kurang tepat Karena itu, penting untuk menggunakannya secara akurat supaya kita terdengar lebih “terpercaya” bagi lawan bicara kita.
1. Discuss about
SALAH: We must discuss about the problem really soon. (Kita harus berdiskusi tentang masalah ini secepatnya).
Banyak orang Indonesia menambahkan “about” setelah kata “discuss.” Bahkan, kesalahan ini juga dilakukan oleh siswa yang sudah mahir berbahasa Inggris sekalipun Seharusnya, “discuss” tidak boleh ditambah “about”, melainkan “discuss” harus langsung diikuti oleh “sesuatu” (kata benda) yang didiskusikan.
BENAR: We must discuss the problem really soon.
2. Thanks before
SALAH: Please help me watch my son. Thanks before (Tolong bantu saya jaga anak saya. Terima kasih sebelumnya).
Thanks before merupakan ungkapan bahasa Inggris yang tidak natural / tidak ada di dalam bahasa Inggris. Menurut saya, asal kata “Thanks before” ini merupakan terjemahan langsung dari bahasa Indonesia (thanks = terima kasih, before =sebelum),
namun sayangnya tidak tepat. Apabila ingin bilang “terima kasih sebelumnya,” Anda bisa menggunakan “Thanks in advance.”
BENAR: Please help me watch my son. Thanks in advance.
SALAH:”Thanks God, I passed the exam ” (Syukurlah/Puji Tuhan saya lulus ujian)
Orang Indonesia sering mengatakan “Thanks God.” Padahal, penggunaan -s pada “thanks” ini tidaklah perlu, malah akan salah! Yang benar adalah “Thank God.” Kenapa bisa begitu? Ada 2 alasan Pertama, kita tidak ngomong “Thanks, God!” dengan Tuhan langsung kan? Kita ngomongnya dengan orang lain (lawan bicara kita), jadi aneh sekali kalau kita bilang “Thanks, God.” padahal kita sedang bicara dengan orang lain. Mungkin bisa saja “Thanks, God” digunakan saat kita berdoa. Kedua, “Thank God” merupakan versi “singkat” dari “I thank God.” yang digunakan untuk mengungkapkan syukur kita.
BENAR: Thank God, I passed the exam.
SALAH: Hi Ma’am Lina, may I ask about the assignment? (Hai Bu Lina, bolehkah saya bertanya tentang tugasnya?)
Ma’am ini sangat sering digunakan oleh siswa ke guru bahasa Inggris (yang sudah terlihat “dewasa” atau terlihat “sudah menikah”). Padahal, penggunaan “Ma’am” di
sini tidak tepat. Tentu saja “Ma’am” boleh dipakai, tapi tidak boleh diikuti oleh nama. Jadi, “Ma’am” harus berdiri sendiri. Apabila mau menambahkan nama, kalau memang wanita tersebut sudah menikah, panggilannya Mrs. + nama keluarga suami. Kalau belum menikah atau kita tidak tahu/ragu soal statusnya, lebih baik gunakan Ms. + Nama Panggilan.
BENAR: Hi Ms. Lina, may I ask about the assignment?
BENAR: Hi Ma’am, may I ask about the assignment?
SALAH: Good Morning, Sir Smith (Selamat pagi, Pak Smith)
Ini sama saja seperti poin yang sebelumnya saya bahas (Ma’am), namun untuk penyebutan seorang pria. “Sir” haruslah berdiri sendiri, tidak boleh diikuti nama sama sekali Kalau diikuti nama, artinya sangat beda. Sir yang diikuti oleh nama (contoh: Sir Isaac Newton) adalah gelar bangsawan yang diberikan oleh Inggris Jadi, tidak boleh sembarangan pakai Sir+Nama ya. Sebenarnya, kita bisa pakai Sir, hanya saja tidak boleh ada nama. Kalau mau panggil seorang pria pakai nama, boleh, tetapi harus pakai Mr (dibaca Mister) dan diikuti oleh nama belakangnya Eits, tetapi Mister juga tidak boleh berdiri sendiri ya (seperti “Hello, Mister! How are you?” ini adalah salah besar).
BENAR: Good morning, Sir.
BENAR: Good morning, Mr. Smith.
S A L A H : Y o u g o t t h e j o b ?
Congratulation! (Kamu dapat pekerjaannya? Selamat!
Kalau di poin ketiga saya membahas kata-kata “thank” yang kelebihan -s, ini malah kekurangan -s hehehe Kita tidak boleh bilang “Congratulation” untuk memberi selamat kepada seseorang Kenapa? Karena memang ucapan selamat tidak biasanya digunakan dalam bentuk tunggal Ucapan selamat dalam bahasa Inggris harus diubah jadi bentuk jamak. Jadi, yang benar adalah “congratulations” dengan -s, tidak boleh tidak.
B E N A R : Y o u g o t t h e j o b ?
Congratulations!
Demikian penjelasan saya mengenai kesalahan penggunaan bahasa Inggris yang sering terjadi. Semoga bisa membantu kalian belajar bahasa Inggris, ya. (Maria Caroline)
Pada bulan November, Pusat
a c a n a ( U K D W )
o g y a k a r t a melaksanakan kegiatan pengamatan sejawat untuk kelas-kelas Introduction to College English (ICE). Dalam kegiatan ini, dosendosen dari program studi Pendidikan Bahasa Inggris dan tim Curriculum Development dari PPB melaksanakan observasi atau pengamatan kelas pada lebih dari 40 kelas. Tujuan dari pelaksanaan observasi kelas ini adalah untuk memberikan gambaran kinerja dalam praktik pelaksanaan kegiatan pembelajaran kelas-kelas ICE dan untuk memberikan umpan balik bagi dosen demi peningkatan kualitas pengajaran, serta sebagai alat evaluatif untuk mendokumentasikan bukti kinerja untuk Teacher Development Program (TDP).
Dalam pelaksanaan observasi kelas ini, saya mendapatkan kesempatan untuk diobservasi oleh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) UKDW Yogyakarta sebanyak tiga kali dan melakukan observasi pada tiga kelas ICE. Ada banyak manfaat yang saya dapatkan selama proses observasi kelas ini, baik saat menjadi observer maupun saat menjadi dosen kelas yang diobservasi. Berikut adalah beberapa catatan dan refleksi yang saya lakukan.
Sebelum melakukan observasi kelas, dosen kelas wajib membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dan menyampaikannya kepada observer. Dalam aspek ini, saya belajar cukup banyak baik saat membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas-kelas saya maupun saat mengamati RPP dosen lain. Misalnya bagaimana memilih kegiatan yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan bagaimana mengalokasikan beragam kegiatan tersebut dengan tepat sesuai dengan jam pembelajaran.
Meskipun memiliki tujuan pembelajaran yang sama, RPP dosen satu dengan yang lain bisa sangat bervariasi Hal ini tentunya bergantung pada karakter kelas atau peserta didik, gaya mengajar dosen, dan kreativitas dosen. Dalam hal ini, observasi menjadi salah satu sarana agar para dosen bisa mengamati beragam karakter kelas dan mendapat inspirasi dari kreativitas dosen dalam menyampaikan materi pembelajaran,
misalnya untuk kegiatan warming-up atau lead in Setiap dosen memiliki ciri dan pendekatan yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan karakter kelas Dosen hendaknya memahami bahwa peserta didik memiliki multiple intelligences Oleh karena itu, dosen hendaknya merengkuh semua peserta didik dengan melakukan beragam a k t i v i t a s y a n g m e n c a k u p m u l t i p l e intelligences tersebut, agar semua peserta didik dapat menikmati proses pembelajaran yang bermakna. Kegiatan warming-up atau lead-in biasanya menggunakan gabungan dari beberapa elemen yang membuat peserta didik aktif bergerak, mendengarkan, melihat, ataupun berpendapat Dengan demikian, para peserta didik menjadi termotivasi untuk belajar dan mendapatkan semangat baru untuk masuk dalam kegiatan utama.
Dengan materi yang sama, kegiatan pembelajaran pun bisa bermacam-macam, sehingga dosen tidak terpaku pada materi dan bebas mengembangkan materi sesuai dengan kreativitasnya dan sesuai dengan karakteristik peserta didik. Misalnya untuk kelas dengan peserta didik yang suka menggambar, maka Gallery Walk bisa dijadikan pilihan agar peserta didik semakin termotivasi untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Peserta didik diminta untuk membaca suatu bacaan lalu meng-
ekspresikannya dalam bentuk gambar/visual lalu mempresentasikannya secara bergantian dalam Gallery Walk Sementara itu, untuk kelas yang cukup aktif berbicara, metode Jigsaw bisa diterapkan. Peserta didik diminta membaca satu bagian dari bacaan lalu menyampaikannya dengan kelompok lain dan seterusnya sampai semua bagian bacaan tersampaikan. Dengan demikian semua peserta didik berkesempatan untuk berbicara dan bisa mengasah keterampilan speaking mereka.
Dosen hendaknya juga menghubungkan materi dengan hal yang kekinian, karena peserta didik cenderung tertarik pada hal-hal baru. Pembelajaran Bahasa Inggris pada kelas ICE tidak terpaku pada materi, yang utama justru penggunaan bahasa itu sendiri. Dengan demikian, apapun program studinya, penggunaan bahasa tersebut tetap bisa diterapkan.
Kelas ICE merupakan kelas yang unik karena mahasiswa di dalam kelas tersebut memiliki beragam latar belakang baik kemampuan berbahasa, budaya, maupun program studi yang berbeda-beda Oleh karena itu, dalam menyampaikan materi dan memilih kegiatan kelas, perlu dilakukan pengelolaan kelas yang baik. Dalam arti, dosen harus mampu memahami karakteristik peserta didik, termasuk program studi mereka. Dengan demikian, kegiatan kelas dan
penyesuaian materi bisa dihubungkan dengan program studi mereka agar mereka semakin termotivasi dan menyadari bahwa pembelajaran Bahasa Inggris di ICE bisa diterapkan pada semua program studi.
Memasukkan unsur program studi dalam proses pembelajaran tidak terbatas pada materi saja namun bisa juga dilakukan dalam hal kecil, seperti pembentukan kelompok. Misalnya untuk prodi Informatika dan Sistem Informasi, dosen bisa memberikan kertas-kertas kecil dengan beberapa kategori yang berbeda seperti nama-nama ecommerce, e-wallet, aplikasi online untuk booking tiket, bahasa pemrograman, dan lain-lain. Lalu peserta didik diminta untuk mencari anggota lain dengan kategori yang sama dan menjadi satu kelompok yang sama. Meskipun termasuk kegiatan sederhana, harapannya peserta didik lebih termotivasi dan semakin menikmati proses pembelajaran. Perbedaan program studi juga terkadang menimbulkan gap antar peserta didik, dalam arti peserta didik akan cenderung duduk dengan peserta didik dari program studi yang sama Dalam hal ini dosen juga perlu menjembatani hal tersebut misalnya dengan mencampur atau mengelompokkan peserta didik agar berbaur dengan program studi lain.
Selain kegiatan kelas dan pengelolaan kelas, umpan balik juga merupakan faktor penting dalam pembelajaran Dalam observasi, saya belajar banyak bagaimana para dosen memberikan umpan balik terhadap peserta didik, salah satunya adalah penggunaan pilihan kata untuk memberikan feedback yang tidak hanya terbatas pada good dan very good, namun bisa lebih bervariasi seperti excellent, awesome, impressive, dan lain-lain. Selain bisa belajar kosakata baru, peserta didik pun akan lebih termotivasi dan merasa lebih dihargai.
Akhir kata, pengamatan sejawat ini sangat memberikan pencerahan dan inspirasi bagi para dosen, karena kami bisa saling berbagi, bertukar pikiran, dan memberikan masukan satu sama lain Observasi tidak hanya sebatas tentang penilaian, tetapi lebih dari itu, observasi merupakan proses pembelajaran bagi dosen dan dari dosen. (Agatha Pepy Yerinta)
tahunnya Permasalahan sampah plastik tersebut menjadi keresahan saya karena dampaknya terhadap kelestarian lingkungan hidup Kegelisahan tersebut memberikan pengaruh terhadap pandangan saya serta merespon penggunaan plastik untuk berbagai keperluan.
transformasi penggunaan plastik. Keberadaan transformasi tersebut menjadi bahasan menarik dalam presidensi G-20 sebagai wujud keseriusan dalam merespon banyaknya persoalan lingkungan hidup karena sampah plastik.
Tak bisa dipungkiri, penggunaan plastik
di Indonesia sangat tinggi. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022, sampah plastik yang ada di laut Indonesia mencapai 6,8 juta ton per tahun. Selama masa mudik 2022 saja, diperkirakan terdapat 35 juta kilogram sampah plastik, seperti diungkapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan plastik sudah menjadi konsumsi wajib untuk banyak keperluan. Data dari Making Ocean Plastic Free (2017) menyebutkan bahwa rata-rata terdapat sekitar 182,7 miliar kantong plastik yang dipakai di Indonesia setiap tahunnya
Berdasarkan jumlah tersebut, diperkirakan bobot total sampah kantong plastik di Indonesia mencapai 1 278 900 ton setiap
Penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari seolah tidak bisa dihindari Bentuk kebiasaan sederhana, seperti belanja, hampir selalu menggunakan plastik untuk membungkus maupun membawa barang belanjaan. Pemakaian plastik tentunya tidak hanya ketika belanja, ada banyak keperluan hidup yang memakai plastik, bahkan bisa dibilang masyarakat tidak bisa lepas dari plastik. Munculnya isu ekologis akibat dari sampah plastik tersebut menjadi suatu kegelisahan komunal Menanggapi hal tersebut, saat ini mulai dilakukan berbagai upaya untuk mengurangi penggunaan plastik. Misalnya, belanja dengan berbasis pemakaian ulang kantong kain maupun tumbuhnya gerakan tidak memakai sedotan plastik Tentunya kita sama-sama ingin meminimalisir penggunaan plastik dalam berbagai bidang Untuk itu, perlu ada
Transformasi dalam merespon sampah plastik dapat dilakukan melalui berbagai inovasi sederhana terhadap kebiasaan seharihari Kebiasaan penggunaan plastik harus diubah Salah satu inovasi yang dapat dikembangkan dalam merespon persoalan sampah plastik adalah penggunaan bungkus daun serta pemanfaatan tas kain untuk berbelanja Tentu inovasi dan kreasi sederhana seperti itu akan membawa dampak yang baik jika banyak orang mau menerapkannya dan membuatnya menjadi suatu kebiasaan. Penggunaan bahan-bahan yang dapat diproses secara alami untuk menggantikan plastik juga dapat menjadi solusi dalam merespon persoalan banyaknya sampah plastik. Kita dapat meninjau kembali urgensi penggunaan plastik. Ketika dapat digantikan dengan bahan yang mudah terurai, maka penggunaan plastik dapat dikurangi. Penggunaan bahan yang bersifat ramah
lingkungan seperti daun serta pemakaian ulang kantong kain ketika belanja dapat menjadi transformasi sederhana dengan manfaat besar. Hal ini akan berdampak pada kelestarian lingkungan dengan menurunnya penggunaan sampah plastik, terutama yang bersumber dari bungkus-bungkus sekali pakai. Pemakaian bahan dengan sifat mudah terurai dapat membantu menjaga kesuburan tanah sehingga kelestarian lingkungan pun turut terjaga Dalam konteks kehidupan sehari-hari, kita perlu memperhatikan kebiasaan-kebiasaan dalam memakai plastik dengan kesadaran untuk bijaksana dalam menggunakannya Kita memiliki banyak potensi bahan sebagai pengganti plastik, termasuk untuk memenuhi kebutuhan membungkus makanan dan berbelanja. Ini merupakan bentuk transformasi yang dapat dilakukan dalam merespon banyaknya sampah plastik. Kita memang belum bisa lepas dan masih sering membutuhkan plastik. Akan tetapi, kita juga perlu bijaksana dalam memakainya. Kelestarian lingkungan tetap yang utama. (Yudha Adi Putra)
Tanggal 31 Oktober 2022, gereja-gereja
d a n i n s t i t u s i - i n s t i t u s i K r i s t e n (Protestan) memperingati hari reformasi Protestan ke-505 tahun. Tak terasa gereja Protestan telah menapaki lima abad lima tahun perziarahannya dalam lingkup gereja universal Segala macam dinamika kehidupan beriman dan bermasyarakat sebagai bagian dari hidup bergereja telah dilalui dengan penuh lika-liku. Dimulai dari para reformator yang melakukan upaya reformasi terhadap ajaran dan praktik gereja Katolik di abad pertengahan, gereja terus berupaya untuk hidup dalam terang Alkitab. Reformasi gereja tidak hanya berhenti pada saat Luther menempelkan 95 tesisnya. Dengan semboyan “Ecclesia reformata et semper reformanda” , gereja terus mereformasi diri agar semakin sejalan dengan ajaran Alkitab. Hasilnya bisa jadi positif, bisa juga negatif. Gereja membenahi diri dengan mengoreksi ajaran dan praktik. Tetapi ada pula yang berakhir pada konflik yang berujung pada pemisahan diri dan membentuk gereja baru.
Bagi kampus kita, tanggal 31 Oktober menjadi tanggal yang istimewa sebab tanggal inilah yang menjadi awal berdirinya kampus
Duta Wacana (yang berawal dari STT Duta Wacana). Bagi saya, ini merupakan sebuah momen yang sangat baik bagi segenap sivitas akademika untuk merefleksikan ulang peziarahan akademis kita: bagaimana dengan kehidupan kampus kita? Apakah kehidupan kampus kita juga telah ikut direformasi? Atau jangan-jangan kita menganggap kehidupan kampus tidak perlu direformasi?
Konstitusi negara kita memberikan kebebasan yang seluas-luasnya bagi setiap orang untuk berserikat, berkumpul, dan berpendapat. Kebebasan ini juga dijamin oleh undang-undang yang menjadi turunannya. Oleh karena itu, masyarakat dari kelompok manapun (termasuk mahasiswa) bebas dalam mengekspresikan pemikiran dan gagasannya, berbeda dengan kondisi pada masa orde baru. Dalam kurun beberapa tahun terakhir saja, BEM dari perguruan-perguruan tinggi ternama menyampaikan kritik dan aspirasi kepada pemerintah dengan bebas, baik melalui aksi demo di jalan-jalan maupun melalui media sosial. Bahkan presiden juga mempersilahkan para mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi dan kritiknya kepada pemerintah secara terbuka. Pemerintah dan
rakyat Indonesia percaya bahwa mahasiswa merupakan kelompok yang akan membawa perubahan di negeri ini dengan pemikiran dan analisis yang tajam dan kritis. Namun yang menjadi pertanyaan, benarkah demikian?
Dengan kebebasan dan fasilitas yang disediakan untuk beraspirasi, mahasiswa diharapkan menjadi generasi yang mampu membawa perubahan bagi bangsa ini. Sejarah memperlihatkan adanya peran besar dari mahasiswa dalam dinamika sejarah, salah satu yang signifikan ialah reformasi 1998. Namun saya sedikit pesimis apakah mahasiswa masih mampu membawa perubahan di negeri ini. Saya mengambil contoh tentang politik identitas. Bangsa ini sempat nyaris kehilangan persatuan akibat politik identitas yang digunakan untuk memenangkan kursi jabatan. Masalahnya adalah, politik identitas s u d ah mas u k ke d al am p e rp o l it i kan mahasiswa, entah disadari atau tidak Demikian pula dengan kebiasaan-kebiasaan dalam belajar. Di kampus, akan ditemukan mahasiswa yang sangat fokus terhadap kegiatan-kegiatan sampai mengabaikan perkuliahan. Pola pikir yang tidak kritis dan dipengaruhi oleh ideologi-ideologi tertentu juga masuk dalam agenda reformasi bagi
Tidak dapat dipungkiri kemajuan
teknologi saat ini berlangsung sangat pesat. Kemajuan teknologi memberikan banyak kemudahan bagi penggunanya. Namun di sisi lain, hal ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindak kejahatan. Isu perlindungan data pribadi tengah hangat diperbincangkan di Indonesia akhir-akhir ini Pemerintah pun menghimbau agar masyarakat melindungi data pribadinya Kesadaran dalam diri masyarakat terhadap pentingnya privasi data pribadi juga perlu ditingkatkan, karena pada dasarnya hal tersebut dimulai dari diri sendiri Berikut adalah tips melindungi data pribadi di internet.
1. Gunakan password yang sulit ditebak Tidak sedikit orang membuat password dengan menggunakan data pribadi mereka seperti tanggal lahir, nama orang tua, nama anak, dan lain sebagainya agar mudah untuk diingat Namun dengan begitu password menjadi mudah untuk ditebak Gunakan password dengan kombinasi huruf, angka dan karakter unik agar tidak mudah ditebak orang lain Mengganti password secara berkala juga merupakan salah satu cara yang
2. Jangan klik tautan (link) mencurigakan
Saat ini banyak tautan yang mengatasnamakan instansi atau organisasi. Tautan tersebut dapat mengarahkan pengguna ke halaman login palsu sebagai jebakan untuk mencuri data pribadi. Periksa kembali alamat (domain) situs dan jangan asal memberikan data pribadi di situs yang tidak terpercaya.
3. Pastikan data terenkripsi
Setiap situs memiliki sistem keamanan enkripsi untuk memastikan data terkode saat dikirimkan lewat situs website. Biasanya situs yang memiliki keamanan enkripsi data bisa diketahui dengan alamat situs yang diawali dengan https Contohnya seperti Secure HTTP atau yang disebut dengan HTTPS dan sertifikasi SSL. Selain itu, keamanan juga bisa dilihat dengan adanya logo gembok di kiri atas sebelah tautan situs.
karena bisa disalahgunakan. Biasanya pelaku kejahatan menggunakan access point palsu yang jika seseorang login maka data pribadinya akan dapat dengan mudah dicuri. Hindari access point yang berpotensi meminta username, password, dan informasi pribadi lainnya.
5. Bersihkan cookies secara berkala Cookies adalah file teks kecil yang disimpan pada perangkat. Cookies biasanya berisi informasi yang terkait dengan penjelajahan website dan perangkat. Situs menggunakan cookies untuk membantu pengguna agar tetap masuk di situs tersebut. Cookies memang mempermudah aktivitas browsing, namun cookies ini juga memungkinkan pelaku kejahatan dapat melacak aktivitas pengguna.
6. Gunakan mode incognito ketika berselancar di internet
kehidupan akademis kampus. Mengapa ini semua harus direformasi? Bagi saya, sebutan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa bukanlah sebutan yang relevan Jika sebutan itu tetap dipertahankan, mahasiswa akan memilih jalan meneruskan apa yang sudah ada dibandingkan melakukan terobosan baru yang membawa perubahan Lalu, apa bedanya mahasiswa dengan oknum-oknum aparat negara yang memiliki etos kerja dan karakter yang buruk? Oleh karena itu, mahasiswa harus direformasi menjadi generasi pembawa perubahan, sehingga mahasiswa terpacu untuk membawa perubahan yang jauh lebih baik bagi bangsa ini dengan pola pikir yang kritis dan progresif Selamat memaknai reformasi! (Mathew Joseph)
Itulah beberapa tips yang dapat dilakukan sebagai cara melindungi data pribadi di internet. Menjaga keamanan di dunia digital sangatlah penting karena dampak yang ditimbulkan dari pencurian data pribadi sama besarnya dengan dampak yang terjadi saat barang-barang kita dicuri oleh orang lain. (Eben Haezer)
4.
Berhati-hati saat menggunakan jaringan Wi-Fi gratis
Berhati-hatilah saat menggunakan jaringan Wi-Fi gratis yang ada di ruang publik
Gunakan mode incognito ketika berselancar di internet. Pada mode ini perekaman data akan dimatikan ketika sedang berselancar. Browser tidak akan merekam alamat situs yang telah dikunjungi, username, password, cache, dan cookies dari situs web yang dikunjungi.
Kita mengingat tanggal 10 November
sebagai hari Pahlawan, waktu untuk kembali mengenang jasa-jasa pahlawan Indonesia. Dilansir dari liputan6.com, di depan Balai Kota Malang dan beberapa titik-titik lainnya, ramai dari Arema FC mengadakan doa bersama 40 hari tragedi Kanjuruhan. Tentunya kita pernah mendengar tragedi yang terjadi pada 01 Oktober 2022 tersebut, sungguh memilukan bagi dunia persepakbolaan Indonesia. Di kota Malang sekali banyak baliho atau spanduk yang dipasang dipinggir-pinggir jalan dengan slogan #USUTTUNTAS dimana-mana Saya pernah mendengar cerita seorang jemaat ketika berbicara mengenai kejadian Kanjuruhan ini. Ada seorang anak kecil yang menangis ketika pulang sekolah, lalu anak itu bertanya kepada ibunya apakah ayahnya adalah seorang pembunuh? Rupanya selama perjalanan dari sekolah ke rumah, anak kecil itu membaca tulisan “polisi pembunuh” pada spanduk dan baliho yang terdapat di pinggir jalan Dan pekerjaan ayah dari anak tersebut adalah polisi. Anak tersebut menangis dengan keras, karena mengasumsikan ayahnya sebagai seorang polisi ternyata pembunuh di tragedi Kanjuruhan Sungguh sangat menyedihkan mendengar cerita ini, hal ini terjadi karena mengasumsikan semua polisi adalah pembunuh atau penyebab ratusan kematian dalam tragedi Kanjuruhan, yang sebenarnya diakibatkan oleh beberapa oknum tertentu saja.
Kemudian pertanyaan yang timbul dalam pikiran saya, apakah dengan melabeli dan menggeneralisasi seluruh polisi sebagai pembunuh, meneriakkan dengan lantang slogan #USUTTUNTAS, bahkan melakukan demo di beberapa jalan protokol kota Malang dapat membuat kita merasa menjadi pahlawan dalam tragedi Kanjuruhan? Apakah dengan melakukan hal tersebut kita telah ikut mengambil bagian dalam menyuarakan kebenaran? Sebenarnya apa arti pahlawan, apa arti menyuarakan kebenaran? Menurut KBBI definisi dari pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran Berbicara mengenai kepahlawanan identik dengan siapa atau orang atau sosok yang menjadi pahlawan tersebut. Dan melupakan bahwa yang perlu ditekankan ketika berbicara mengenai pahlawan adalah nilai atau sesuatu hal yang diperjuangkan oleh sosok tersebut. Pertanyaannya, kebenaran seperti apa yang ingin disuarakan dan diperjuangkan?
Pendalaman Alkitab: Dalam Keterdiamannya Yesus Menyuarakan Kebisuan Perempuan Itu
Hal yang sama rupanya juga dilakukan oleh beberapa ahli Taurat dan orang-orang Farisi dalam perikop perempuan yang berzinah tertulis dalam Yoh. 7:53-8:11. Pagi hari ketika Yesus berada di Bait Allah untuk mengajar, mereka (Ahli Taurat dan orang-orang Farisi ) datang sambil membawa seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah (Ay. 3). Kemudian ahli Taurat dan orang-orang Farisi menanyakan kepada Yesus tentang pendapatNya mengenai peristiwa tersebut dan kaitannya dalam Hukum Taurat Namun Yesus mengetahui bahwa
Dengan semakin berkembangnya zaman,
hidup menjadi semakin mudah dan semakin banyak pilihan yang bisa kita ambil. Namun realitanya, tidak selalu demikian. Seringkali banyaknya pilihan malah membuat kita kebingungan bahkan mengambil pilihan yang salah Inilah yang disebut sebagai “Paradoks Pilihan”.
Banyak contoh dalam kehidupan kita di mana terlalu banyak pilihan malah membuat kita lumpuh untuk menentukan pilihan. Dari sesuatu yang remeh seperti varian rasa es krim, sampai yang kompleks dan membawa dampak besar pada kehidupan, seperti memilih jurusan kuliah ataupun pasangan ideal. Paradoks pilihan ini semakin diperparah dengan hadirnya dunia digital. Dengan semakin luasnya akses kita pada berbagai pilihan dalam hidup, kita menjadi semakin bingung ketika hendak menentukan pilihan, atau malah menyesali pilihan kita karena melihat adanya pilihan yang lebih baik kemudian.
Kalau begitu, bagaimana mencegah kita untuk jatuh pada paradoks pilihan? Kita tidak bisa mencegah arus informasi datang pada kita. Dan di sisi lain, waktu yang kita punya untuk mengambil dan menentukan pilihan semakin menipis (apalagi jika pilihan tersebut merupakan
- Yohanes 8:1-11 -
pertanyaan tersebut diungkapkan bukan untuk meminta pendapat dari Yesus, melainkan untuk menjebak Yesus (Ay 6) Mereka sedang menempatkan Yesus pada kedua pilihan antara iya dan tidak, antara melepaskan atau menghukumnya Yesus mengerti bahwa jika diriNya mengatakan “ya” dan dihukum menurut ketentuan Taurat maka Yesus akan berhadapan dengan penguasa Romawi (secara yuridis yang memegang kekuasaan), sedangkan jika mengatakan “tidak” maka Yesus telah melanggar dan tidak melakukan hukum Taurat yang artinya ketaatanNya sebagai guru Yahudi dipertanyakan.
Yesus mengetahui bahwa seorang perempuan yang melakukan perzinahan, dalam Hukum Taurat hendaklah dirinya dirajam oleh batu sampai dengan meninggal. Seperti yang tertulis dalam Imamat 20:10 “Bila seorang lakilaki berzinah dengan isteri orang lain, yakni berzinah dengan istri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu” (Bdk. Ulangan 22:22-24; Keluaran 20:14; Ulangan 5:18; juga Matius 5:27). Rupanya Yesus tidak hanya melihat peristiwa tersebut sebagai sebuah jebakan untukNya, melainkan melihat perempuan tersebut sebagai korban. Perempuan tersebut benar melakukan sebuah dosa sehingga dia bisa disebut pelaku dosa, tapi dosa yang perempuan tersebut lakukan digunakan oleh ahli Taurat dan orang-orang Farisi untuk menjebak Yesus, dan Yesus menyadari hal ini. Perempuan itu diam karena dirinya berada dalam kekuasaan patriarki yang mendiskriminasikan dirinya, sehingga dosa yang dia lakukan digunakan sebagai objek untuk kepentingan pribadi politis para ahli Taurat dan orang-orang Farisi untuk menjebak Yesus
Tokoh perempuan dalam perikop ini digambarkan sebagai perempuan yang bisu padahal perempuan tersebut bisa bersuara (bdk. Ay. 10 dan 11), ada kemungkinan perempuan itu tidak diberi kesempatan untuk menyuarakan apa yang menjadi kebenarannya. Yang perlu digaris bawahi bahwa perempuan tersebut mengalami revictimasi, yaitu situasi dimana seseorang korban tindakan kekerasan/kejahatan dijadikan korban kembali akibat perilaku diskriminatif. Perilaku diskriminatif tersebut dilakukan oleh situasi sosial masyarakat pada saat tersebut yang masih kental dengan patriarki juga kepentingan politis para ahli Taurat dan orang-orang Farisi.
Melihat situasi ini, tindakan yang dilakukan Yesus pertama kali adalah diam, menunduk, dan menulis di tanah (ay. 6) Rupanya keterdiaman Yesus adalah bentuk perlawanan Yesus tehadap kekuasaan yang mendominasi dan mendiskriminasi perempuan tersebut. Yesus tidak melawan kekerasan dengan kekerasan, melainkan dengan diam, menunduk dan menulis di tanah. Ketika Yesus menunduk dan menulis di tanah sebanyak dua kali, tindakan tersebut dapat dimaknai sebagai sebuah kritik dan kembali
mengingatkan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, serta orang banyak di sana yang masih didominasi patriarki untuk menyadari kembali diri mereka, apakah tindakan yang mereka lakukan benar atau tidak. Seperti pada ayat 7b “ Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Ucapan ini dimaksudkan agar setiap orang yang berada disana merenungkan kembali tindakan mereka. Sikap diam Yesus ini menolong perempuan yang “bisu” karena dibungkam tersebut menjadi kembali bersuara. Yesus tidak memilih untuk menghakimi perempuan tersebut Dalam situasi tersebut, Yesus tidak merespon dengan pilihan “ya” atau “tidak”, menghukum atau melepaskan, melainkan Yesus mendorong setiap orang yang berada disana untuk merenungkan kembali tindakannya. Keterdiaman Yesus adalah sebuah rentang waktu dimana mereka didorong untuk merefleksikan keberadaan dirinya sebagai manusia yang berdosa, bagaimana mungkin manusia yang berdosa mengadili manusia yang berdosa lainnya?
Refleksi : Oudeis Kurie (Tidak ada, Tuhan) “Hai perempuan, dimanakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Perempuan tersebut menjawab “Tidak ada, Tuhan ” (Ay 10) Tindakan Yesus ini mengubah kaidah hukum menjadi kaidah moral. Yang seharusnya berakhir pada hukuman mampu diubahkan menjadi sebuah pertobatan. Mengapa hal ini terjadi? Karena Yesus mendorong orang banyak itu untuk memiliki belas kasih terhadap perempuan yang kedapatan melalukan zinah Belas kasihanlah yang ditegakkan oleh Yesus itu sendiri dalam melawan kekerasan pada perempuan tersebut juga budaya yang menjebak masyarakat waktu itu. Geisler dalam bukunya Etika Kristen : Pilihan dan Isu Kontemporer menuliskan bahwa belas kasihanlah yang menjadi nilai kebenaran kekristenan itu sendiri, bahwa belas kasihan adalah tindakan praktis dari kebenaran Alkitab (Bdk. Lukas 6:37).
Allah itu satu natur, tetapi Dia mempunyai banyak sifat moral. Di dalam moral Allah tidak dapat diatur oleh apa dan siapapun juga, Ia tidak melanggar kesucianNya dan juga hukum yang telah ditetapkanNya Yesus menggunakan kuasaNya bukan untuk menghukum, melainkan mengampuni dan juga memberikan penghiburan kepada perempuan tersebut dari kekerasan dan kejahatan yang dialami Ungkapan “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (Ay. 11) Yesus menunjukkan keberpihakanNya terhadap perempuan tersebut, Yesus membebaskannya dari situasi dan kondisi yang menindasnya, dan menempatkan kembali perempuan sebagai subjek yang otonom. Istilah menghukun disini menggunakan katakrinein yang artinya lebih mengungkapkan segi menghukum secara resmi daripada yang biasa Ia gunakan krinein Tanpa
lifetime choice atau pilihan sekali seumur hidup). Berikut ini, penulis mencoba merangkum apaapa saja yang perlu dilakukan untuk menghadapi atau menghindari paradoks pilihan.
1. Pasang kriteria-kriteria tertentu yang sifatnya konkret namun fleksibel
Seringkali ketika kita berandai-andai akan pilihan-pilihan dalam hidup, kita menetapkan pilihan berdasarkan satu konsep yang abstrak dan terlalu luas misalnya baik, enak, terbuka, buruk, dsb. Ini tentu sah-sah saja jika masih dalam tahap berandai-andai Yang sering menjadi masalah adalah ketika tiba saatnya menentukan. Kita menjadi kebingungan karena realita menyediakan berbagai pilihan dari konsep-konsep abstrak.
Misalnya saja ketika memilih pasangan, kita kebingungan menentukan mana yang baik, karena masing-masing orang memiliki sifat dan perilaku baiknya masing-masing. Namun ketika kita mencoba menetapkan kriteria kita pada sesuatu yang konkret, pilihan akan semakin mengerucut. Misalnya saja kebaikan yang ingin kita miliki dari adalah sifat sering mengingatkan, kita tinggal mengeliminasi calon-calon di sekitar kita yang tidak terlalu sering mengingatkan kita.
Akan tetapi, mengkonkretkan kriteria
tidak cukup. Dalam banyak kasus, pilihan yang konkret tidaklah cukup untuk kita mengeliminasi pilihan kita menjadi yang paling cocok. Itulah mengapa kita juga perlu bersikap fleksibel. Kita membuka kemungkin-an bahwa kriteria yang kita tetapkan mungkin saja berubah dan menyesuaikan pada pilihan yang kita ambil.
2. Sadari bahwa tidak ada pilihan yang sempurna
Sebagai manusia yang tidak sempurna, tentu saja tidak mungkin kita dapat mengambil pilihan yang 100% sempurna. Pasti akan ada kekurangan baik yang kita sadari sebelum memilih maupun yang muncul kemudian. Terima itu sebagai bagian dari kehidupan, tak perlu disesali jika memang tak bisa diubah.
3 Menyadari betul kekurangan dan kelebihan dari pilihan yang sudah diambil Masih berlanjut dari poin di atas, ada kurang dan lebih dari setiap pilihan. Setelah kita mempelajarinya, kita jika perlu menaruh kesadaran bahwa kekurangan dan kelebihan yang ada akan muncul seiring waktu. Maka, tetapkan pilihan kita pada pilihan yang setidak-tidaknya kekurangannya dapat kita terima dan hadapi. Jangan kita mengambil pilihan yang tidak bisa
saksi yang melawan dia, maka tidak ada perkara, pada ayat 11 menekankan bahwa pengampunan disusul dengan suatu perintah.
Dalam perikop ini nilai kebenaran seperti apa yang harus diperjuangkan? Iya, Yesus ingin mengajarkan bahwa belas kasihanlah yang harusnya menjadi landasan orang dalam menjalani kehidupan beragama Lembaga agama tidaklah selalu menjadi pihak yang menghukum pelaku dosa berdasarkan hukumhukumnya, karena perihal hukuman dosa adalah area kedaulatan Allah itu sendiri. Yesus ingin memperjuangkan nilai dan kebenaran dari kasih, bahwa ketika berhadapan dengan pelaku dosa kasihlah yang harus diutamakan, kasihlah yang harus diperjuangkan. Mengapa? Karena hanya dengan kasih, pelaku dosa tersebut menemukan kemerdekaan dari jerat dosa, sehingga berbalik dan bertobat, mengampuni diri karena menjadi pelaku dosa (manusia tidak bisa sempurna, manusia tidak bisa benar-benar lepas dari dosa). Karena kasihlah, pelaku dosa mengalami rekonsiliasi diri dan berujung pada pemulihan dirinya Dia bisa membebaskan dirinya, memerdekakan dirinya dari jerat dosa. Lembaga dan pemimpin agama harusnya mendorong pelaku dosa pada pemulihan dirinya bukan malah berujung pada kekerasan hingga kematian.
Penutup: Kasih adalah Kebenaran yang Harus Disuarakan
Armada Riyanto mengungkapkan bahwa manusia tidak diciptakan Tuhan untuk menghidupi kekerasan melainkan cinta. Filosof Blaise Pascal juga mengungkapkan bahwa kekerasan tidak pernah menjadi bukti akan kebenaran Naasnya kita hidup dalam pemikiran dimana kekerasan dianggap sebagai hal yang wajar dan telah menjadi budaya Padahal kekerasan tidaklah dibenarkan dalam bentuk apapun Perempuan yang kedapatan berzinah itu tidak hanya mengalami kekerasan fisik, melainkan kekerasan verbal/lisan, juga kekerasan secara emosional Tulisan “Polisi Pembunuh” yang tersebar hampir diseluruh kota Malang adalah wujud kekerasan verbal dan dapat mengakibatkan kekerasan emosional bagi yang mengalaminya. Artinya sebagai manusia yang sama-sama melakukan dosa tidaklah kita berhak mengadili sesama manusia lain yang melakukan dosa (akan tetapi jika itu menjadi fakta bahwa kejahatan telah terjadi wajiblah dihukum menurut hukum yang berlaku, yaitu institusi hukum dan perundang-undangan).
Mari dalam menghayati hari dan jasa Pahlawan, kiranya kita tahu bahwa yang perlu ditegakkan dalam menyuarakan kebenaran adalah kasih itu sendiri. Menjelang masa-masa Advent, yaitu mempersiapkan kembali kedatangan Kristus kiranya kita tetap teguh hidup dalam kasih dan setia melakukannya dalam kehidupan kita sehari-hari. “Akan tetapi, saya percaya. Cinta itu sesuatu yang miskin suara. Cinta itu perihal keheningan. Mata yang beradu pandang di sela-sela kesibukan Lengan yang saling merangkul, menghadirkan kenyamanan ” - Adjie Santosoputro Tuhan Yesus memberkati. (Metty)
hadapi kekurangannya, untuk kemudian kita sesali dan keluhkan.
4. Tetapkan pilihan betul-betul dari diri sendiri
Banyak faktor yang menentukan dan p e r l u d i p e r t i m b a n g k a n s e b e l u m k i t a mengambil pilihan. Faktor-faktor tersebut bisa muncul dari luar diri maupun dari dalam diri sendiri Maka dari itu, hendaknya kita menetapkan pilihan betul-betul dari diri kita sendiri. Jikapun ada pengaruh dari luar, cukup jadikan hal tersebut sebagai saran karena belum tentu orang lain memahami pilihan ataupun pertimbangan yang kita lakukan. Memunculkan pilihan benar-benar dari diri sendiri pun akan menghindarkan kita dari menyalahkan orang lain atas pilihan kita.
Misalnya saja dalam menentukan jurusan kuliah, saran orang tua tentu adalah hal yang baik untuk didengar. Namun pada akhirnya, kitalah yang akan menjalaninya dan bukan orang tua kita. Jangan kita kemudian hidup dalam penyesalan dan terus menerus menyalahkan orang tua ketika kita salah jurusan hanya karena kita tidak mau bersikap mandiri dalam menentukan jurusan kita. (Moshe)
“… Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu. (Ay. 7b)”