Koran Kampus UKDW Edisi Maret 2025

Page 1


UKDW Yogyakarta

@ukdwyogyakarta

UKDW Yogyakarta

Alamat Redaksi:

Kantor Biro IV UKDW

Gedung Hagios Lantai 1

Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D I Yogyakarta

Koran Kampus UKDW korankampus@staff ukdw ac id

B E R I T A U T A M A

UKDW dengan BKD

Berkomunikasi dengan Hati Mencipta Harmoni

UKDW Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru Jalur RPL, Simak Ketentuannya

Saat ini, semakin banyak orang yang sudah memiliki pengalaman

kerja atau pendidikan non-formal dan ingin melanjutkan pendidikan tinggi tanpa harus memulai dari awal. Pemerintah pun telah membuka kesempatan dengan membuka jalur masuk perguruan tinggi dengan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Dimana jalur masuk RPL terbuka bagi mereka yang telah memiliki pengalaman kerja, pendidikan non-formal, atau pernah kuliah tetapi tidak menyelesaikan studinya.

terakhir, transkrip nilai, surat keputusan pengunduran diri atau surat keterangan pindah kuliah dari perguruan tinggi asal, surat berkelakuan baik dari kepolisian, surat rekomendasi atasan, bukti pengalaman kerja, sertifikat pelatihan, dan sertifikat kompetensi.

2. Konsultasi: menghubungi Unit Admisi dan Promosi UKDW untuk menentukan program studi yang sesuai.

3 Pendaftaran dan pembayaran: mengisi formulir aplikasi dan membayar biaya pendaftaran.

4 Seleksi dan verifikasi: tim penilai RPL akan melakukan asesmen/penilaian terhadap dokumen dan pengalaman calon mahasiswa Verifikasi dapat berupa pemanggilan calon untuk wawancara dan/atau tes tertulis untuk membuktikan keahlian yang dimilikinya.

5

IMADM Students Visit UKDW to Explore Christian-Muslim Relations in Indonesia 4

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta resmi membuka pendaftaran mahasiswa baru jalur RPL tahun akademik 2025/2026. Pada tahun akademik ini, pendaftaran Jalur RPL UKDW terbuka bagi calon mahasiswa yang ingin melanjutkan studinya di jenjang Sarjana (S1) untuk Program Studi (Prodi) Akuntansi, Biologi, Informatika, Sistem Informasi, Arsitektur, dan Pendidikan Bahasa Inggris. Adapun jadwal konsultasi dan pendaftaran PMB Jalur RPL dibuka sejak bulan Februari 2025 hingga Juni 2025.

Jalur RPL ini akan memberikan pengakuan atas capaian pembelajaran yang diperoleh dari pendidikan formal, non-formal, informal, dengan pengalaman kerja sebelumnya sebagai dasar untuk melanjutkan studi ke jenjang sarjana. Program ini terbuka bagi lulusan SMA/sederajat yang memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun di bidang yang relevan, serta individu dengan pengalaman kerja atau pendidikan sebelumnya untuk mendapatkan pengakuan akademik, sehingga bisa melanjutkan studi tanpa harus mengulang materi yang sudah dikuasai. Program RPL juga dirancang bagi pekerja profesional yang ingin memperoleh gelar akademik sesuai bidangnya dengan cara yang lebih efisien. Melalui program RPL calon mahasiswa memiliki kesempatan untuk mendapatkan rekognisi kredit mencapai maksimal 70% dari kredit SKS yang harus ditempuh pada prodi tujuan.

Berikut ini merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan jika ingin bergabung dengan UKDW lewat jalur RPL: 1. Persiapan dokumen: daftar riwayat hidup, ijazah pendidikan formal

E5. Keputusan penerimaan: hasil penilaian akan menentukan jumlah SKS yang diakui dan mata kuliah yang harus ditempuh.

Bergabung dengan UKDW melalui jalur RPL memberikan banyak keuntungan seperti penghematan waktu dan biaya Dimana mahasiswa dapat menyelesaikan studi lebih cepat dengan adanya konversi pengalaman kerja atau pendidikan sebelumnya. Program ini memberikan kesempatan bagi para profesional untuk meningkatkan kompetensi akademik sehingga dapat menunjang jenjang karir, peluang promosi, bahkan membuka lebih banyak peluang kerja di dunia kerja dan industri. Pengalaman kerja yang dimiliki pun dapat diakui secara akademik, sehingga memungkinkan mahasiswa untuk fokus pada mata kuliah yang benar-benar dibutuhkan.

Melalui program RPL, UKDW memperkuat komitmennya untuk memperluas akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi Tertarik bergabung dengan UKDW? Manfaatkan pengalaman kerja dan pembelajaran yang telah diperoleh untuk melangkah lebih jauh dan cepat dalam dunia pendidikan dan karier. Informasi terkait pendaftaran bisa dilihat melalui laman https://pmb.ukdw.ac.id atau menghubungi Kantor Admisi dan Promosi UKDW. [mpk]

Mahasiswa Fakultas Bioteknologi Kembangkan Bahan Bakar Alternatif Ramah Lingkungan

nam mahasiswa Fakultas Bioteknologi

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) yang tergabung dalam tim Coffuel berhasil menjadi Silver Medalist dalam ajang Bioinformatics and Synthetic Biology Competition (BIOS) 2024. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Synbio id, komunitas ilmiah pertama di Indonesia yang berfokus pada biologi sintetis dan bioinformatika Synbio id berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat serta membangun jaringan antara peneliti, industri, dan pemerintah guna menghadapi tantangan global di bidang kesehatan, lingkungan, dan energi.

Tim Coffuel yang terdiri atas Otniel Jason Wijaya, Naomi Amadea, Athaya Cinta Tsabita, Alvin Gracio Wijaya, Devon Benedict Christopher, dan Dewi Adelyna Villerin Silalahi berhasil memanfaatkan limbah kopi menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan Otniel selaku ketua tim mengatakan timnya berhasil memodifikasi Yarrowia lipolytica, jenis khamir atau ragi nonkonvensional secara in silico (metode riset

dengan teknologi komputasi), yang menggunakan platform Benchling. Dimana saat ini, penelitian eksperimental dan pengembangan di bidang biologi molekuler sudah melibatkan simulasi komputer (bioinformatics).

“Tim Coffuel berhasil memasukkan beberapa gen penting ke dalam khamir Yarrowia lipolytica sehingga mampu memetabolisme xilosa, jenis gula yang terkandung dalam limbah ampas kopi menjadi lipid atau lemak, kemudian mengasimilasinya untuk diekstrak sebagai microbial fuel dan dimanfaatkan dalam pembuatan biodiesel,” terangnya.

Otniel berharap proyek ini dapat menjadi titik awal perkembangan penelitian bioinformatika dan biologi sintetis, serta menjadi motivasi bagi mahasiswa Fakultas Bioteknologi UKDW dalam berinovasi.

Dr Laurentia Henrieta Permita Sari P , S.Si., selaku Dosen Prodi Biologi sekaligus dosen pembimbing, merasa sangat bangga dan mengapresiasi upaya serta kerja keras yang dilakukan oleh tim Coffuel mulai dari pemilihan ide, penyusunan proposal, hingga

berhasil menjadi Silver Medalist BIOS 2024.

“Sejak awal saya melihat antusiasme dan kegigihan mereka untuk mengikuti kompetisi ini. Bioinformatika apalagi biologi sintetik, masih menjadi bidang yang asing bagi sebagian besar mahasiswa. Namun, hal ini tidak menghalangi mereka, malah memacu semangat tim Coffuel untuk menggali ide untuk mencari solusi dari permasalahan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.

Mita, panggilan akrabnya, menambahkan dengan menjamurnya kedai kopi di Yogyakarta tentu akan menghasilkan limbah ampas kopi yang belum termanfaatkan Melalui simulasi rekayasa genetika secara in silico dapat diketahui potensi pemanfaatan limbah kopi bagi produksi microbial fuel.

“Bahkan ide awal mereka mendapat apresiasi dari panitia sehingga tim ini mendapatkan potongan harga dari biaya pendaftarannya. Harapannya, akan semakin banyak mahasiswa yang tertarik untuk berkompetisi dan berprestasi agar potensi diri baik dalam bidang akademik maupun

profesional makin terasah Saya juga menyampaikan terima kasih pada fakultas dan universitas atas dukungan yang diberikan kepada tim untuk mengikuti kompetisi BIOS 2024 Semoga pencapaian ini dapat menginspirasi mahasiswa lainnya untuk terus berprestasi dan berkontribusi melalui penelitian yang berkualitas,” pungkasnya [ojw, dbc, lhp]

Audiensi
DIY, Bahas Rencana Pembukaan Program RPL
Profil Bulan Ini : Tasya Natalia Pangestika 2

2 Profil Bulan Ini

Perjalanan Tasya Natalia Pangestika:

Berkuliah di UKDW hingga Jadi Seorang Equity Analyst

Ketertarikan akan informasi tentang

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta dan beasiswa Online Scholarship Competition (OSC) 2016 yang diberikan oleh sang ayah ternyata menjadi titik awal kiprah Tasya Natalia Pangestika di dunia bisnis Tidak pernah dilupakannya, bagaimana sang ayah mendorong Tasya untuk mencoba mengikuti seleksi beasiswa OSC, beasiswa penuh dari UKDW yang berkolaborasi dengan Metro TV bersama Avitex, dan melanjutkan studinya di UKDW Yogyakarta.

Menyadari minat pada bisnis dan keinginan untuk memiliki online shop sejak SMK membuat Tasya memilih Program Studi (Prodi) Manajemen, Fakultas Bisnis, UKDW Yogyakarta sebagai tempat melanjutkan studi. Untuk mendukung hal tersebut, dengan sungguh-sungguh, Tasya mengikuti seluruh rangkaian seleksi beasiswa sampai ke babak

Selama berkuliah di Prodi Manajemen UKDW, Tasya mendapatkan banyak sekali pengetahuan, terlebih dalam bidang bisnis dan investasi Ia juga berkesempatan menambah pengalaman terkait dunia saham, investasi, dan ekonomi secara makro maupun mikro dengan praktik secara langsung berinvestasi di pasar modal dan terlibat dalam komunitas pasar modal. Selain itu, selama Tasya berkuliah di UKDW, ia juga bergabung dalam beberapa organisasi dan kepanitiaan seperti Himpunan Mahasiswa Program Studi Manajemen (HMPSM), Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), kepanitiaan event, dan Unit Kemahasiswaan (UKM). Tidak hanya itu, Tasya menambah pengalaman bekerjanya volunteer dan asisten dosen Melalui keterlibatan dalam berbagai organisasi dan

kegiatan ini, Tasya banyak berkenalan dengan orang-orang yang membuka dan menambah jejaringnya di dunia bisnis.

Tidak hanya kegiatan belajar dan kesempatan berorganisasi yang dirasa berkesan bagi Tasya. Ada banyak hal lain yang membuat masa kuliah di UKDW menjadi sulit dilupakan Yang pertama adalah temanteman yang berasal dari berbagai daerah. Hal ini membuat ia sadar bahwa perbedaan ada bukan untuk menghalangi, tetapi bagaimana perbedaan itu saling melengkapi. Tasya juga merasa dengan berdinamika bersama temantemannya, dengan latar belakang yang majemuk, ia banyak belajar melewati berbagai tantangan, menjadi lebih percaya diri, mandiri, dan terbuka terhadap perbedaan budaya Tasya merasa kuliah bukan sepenuhnya tentang nilai bagus dan lulus tepat waktu, melainkan bagaimana kita bisa mengembangkan diri dan memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin. “Pengalaman berkuliah, berorganisasi, dan bergaul dengan teman-teman mengajarkan saya bahwa keluar dari zona nyaman adalah langkah awal menuju kesuksesan,” ujarnya.

Saat ini Tasya menjabat sebagai Equity

Analyst untuk CNBC Indonesia Namun sebelum itu, ia pernah bekerja selama lebih dari dua tahun di Emtrade, sebuah platform edukasi saham Di Emtrade, Tasya mendapatkan pengalaman mengajari saham kepada para member, analisis fundamental dan teknikal untuk mencari peluang investasi, dan trading. Dengan bekal pengalaman dan i l m u t e r s e b u t , T a s y a m e n d a p a t k a n kesempatan untuk bekerja di CNBC

Indonesia sebagai Equity Analyst di divisi research yang fokus pada pembuatan berita tentang pasar, saham, dan lain-lain.

Selama bekerja Tasya merasa ilmu yang didapatkan ketika kuliah di UKDW sangat berguna dan membantu dalam pekerjaannya. Salah satunya adalah ilmu ekonomi makro yang memberikan wawasan tentang bagaimana perputaran ekonomi terjadi Dengan ilmu tersebut, ia dapat menulis bagaimana kondisi ekonomi Indonesia saat ini dalam lingkup makro. Tasya mengangkat hal-hal seperti efek dari tarif Trump, prospek pemangkasan suku bunga the Fed dan Bank

Indonesia, sampai ketidakpastian kebijakan fiskal di Indonesia sendiri. “Untuk tantangan, saat ini lebih kepada kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian, membuat saya sulit menebak harus kemana Namun, hal itu masih bisa diantisipasi dengan perbanyak cash dan lebih banyak belajar lagi agar membuat keputusan yang lebih rasional,” ujarnya.

Bicara soal masa depan, Tasya berencana untuk tetap terlibat di dunia investasi dan pasar modal. Bukan sebagai profesional yang bekerja dalam industri tetapi sebagai investor yang menikmati arus pasar modal saat ini. Ia juga ingin menjadi freelance trader dan membuka peluang bisnis baru. Selain itu, ia juga akan tetap menulis dan melakukan riset sebagai bagian dari strategi investasinya. Tasya yang merasa bangga pernah menjadi bagian dari kampus UKDW, berpesan untuk seluruh civitas academica UKDW bahwa kesempatan berkuliah di UKDW bukan semata-mata untuk mencari ilmu namun juga wadah untuk membentuk karakter, belajar nilai-nilai integritas, dan keterampilan yang berguna dalam dunia kerja.

“Saya masih mengingat dengan jelas bagaimana suasana kampus yang penuh semangat, interaksi dengan dosen-dosen yang inspiratif, serta kebersamaan dengan teman-teman yang kini menjadi keluarga kedua saya Semua pengalaman itu telah membentuk saya menjadi pribadi yang lebih tangguh dan siap menghadapi tantangan di dunia nyata,” ungkapnya.

Ia juga berpesan untuk mahasiswa lain untuk percaya bahwa setiap usaha yang dilakukan sekarang ini akan menjadi bekal berharga di masa depan. Manfaatkan setiap kesempatan untuk berkembang dan berjejaring. Jangan takut untuk keluar dari zona nyaman untuk berkarya dengan penuh dedikasi.

“Terima kasih UKDW atas segala ilmu, pengalaman, dan nilai-nilai yang telah ditanamkan Semoga kampus tercinta ini terus berkembang dan menjadi rumah bagi generasi penerus yang berkualitas, berintegritas, dan siap membawa perubahan positif bagi masyarakat,” pungkasnya [jonathan]

Redaksi menerima tulisan dari warga

final berupa tes dan wawancara di Jakarta. Dan akhirnya, ia berhasil mendapatkan beasiswa tersebut.
Doc. Pribadi

Universitaria

UKDW Tingkatkan Kesadaran Tentang Kekayaan Intelektual di Kalangan Civitas Academica

Dalam era globalisasi dan per-

kembangan teknologi yang pesat, kekayaan intelektual (KI) menjadi elemen strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan daya saing bangsa Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan penelitian memiliki peran sentral dalam menghasilkan karya-karya inovatif yang bernilai tinggi. Oleh karena itu, penting bagi civitas akademika untuk memahami konsep, peraturan, dan mekanisme perlindungan kekayaan intelektual, termasuk hak cipta, desain industri, dan paten.

Menyadari pentingnya hal tersebut, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM RI menyelenggarakan seminar bertajuk “Membangun Kesadaran Kekayaan Intelektual: Pemahaman Hak Cipta, Desain Industri, dan Paten bagi Civitas Academica UKDW” Seminar yang diinisiasi oleh Centre of Entrepreneurship and Innovation (Centrino) ini diselenggarakan pada hari Kamis, 20 Februari 2025 di Ruang Seminar Pdt. Dr.

Harun Hadiwijono UKDW. Dalam sambutannya, Dr Rosa Delima, S.Kom., M.Kom selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Riset UKDW menyampaikan, “Inovasi merupakan bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan tridarma perguruan tinggi, baik di bidang pendidikan, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat Oleh karena itu, perlindungan kekayaan intelektual atas inovasi tersebut menjadi sangat penting”. Lewat kegiatan ini, diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman bagi para peneliti terhadap manfaat luaran inovasi yang berdampak positif bagi universitas kedepannya, khususnya menggenjot luaran paten.

Ruslinda Dwi Wahyuni, S.S., M.Si., LL.M.,

selaku Pemeriksa Desain Industri Madya DJKI Kemenkumham menyampaikan materi tentang hak cipta dan desain industri. Ia juga membahas sistem perlindungan dan strategi pengajuan permohonan hak cipta, serta desain industri dan paten “Minimnya sosialisasi dan edukasi mengenai prosedur pengajuan dan pengelolaan KI menjadi salah satu kendala utama dalam memaksimalkan potensi KI di lingkungan akademik. Hal ini d

pemanfaatan karya intelektual yang dihasilkan oleh civitas academica,” terangnya.

penguatan kompetensi SDM dan edukasi kepada masyarakat, karena masih terdapat kesenjangan pemahaman di kalangan

Bea Cukai Ajak Mahasiswa UKDW untuk Berantas Rokok Ilegal

Menyikapi maraknya peredaran

rokok ilegal, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta bekerjasama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DIY, Bea Cukai Yogyakarta, dan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DIY menggelar sosialisasi rokok ilegal di Ruang Seminar Pdt Dr Harun Hadiwijono pada hari Kamis, 13 Maret 2025 Mengangkat tema “Transformasi Sosial: Peran Mahasiswa dalam Mensosialisasikan Bahaya Rokok Ilegal”, mahasiswa diajak untuk berperan aktif ikut menyebarluaskan informasi melalui program-program yang ada di kampus, sehingga mampu membangun kesadaran yang luas tentang bahaya rokok ilegal Hadir sebagai narasumber, Intania Riza Febrianti selaku Pemeriksa Bea dan Cukai Ahli Pertama serta Brigjen Pol. Andi Fairan, S.I.K., M.S.M. selaku Kepala BNNP DIY.

Intania Riza menyebutkan rokok ilegal adalah rokok yang tidak memenuhi ketentuan

p e r a t u r a n p e r u n d a n g - u n d a n g a n d i Indonesia Rokok ilegal diedarkan tanpa melalui pengawasan dari Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM) dan Bea Cukai, sehingga kandungannya tidak diketahui.

“Setiap rokok legal diuji untuk mengetahui kadar nikotin, tar, serta zat lainnya agar tidak melebihi ambang batas yang ditentukan Rokok ilegal bisa saja mengandung zat berbahaya yang berisiko tinggi bagi kesehatan Selain itu, rokok legal wajib dilekati pita cukai sebagai bukti telah

memenuhi ketentuan di bidang cukai. Roko yang tidak dilekati pita cukai asli atau rokok ilegal dapat merugikan negara karena hal ini merupakan praktik penghindaran pungutan negara,” terangnya.

Intania Riza berharap sosialisasi ini dapat meningkatkan pemahaman dan kepedulian mahasiswa mengenai rokok ilegal, sehingga dapat berpartisipasi secara aktif sebagai agen perubahan untuk menggugah kesadaran masyarakat dan meminimalisir peredaran rokok ilegal.

Selanjutnya, Brigjen Pol Andi Fairan menyampaikan materi terkait bahaya

akademisi, peneliti, dan mahasiswa terkait pentingnya melindungi hasil karya intelektual. Fenomena itu menjadi tantangan bersama, sehingga ada kesamaan pemahaman berkaitan perlindungan kekayaan intelektual.

Sedangkan, Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M Si selaku inventor GeNose yang hadir sebagai narasumber kedua, membagikan pengalaman hilirisasi inovasi dan komersialisasi paten Prof Kuwat yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas MIPA UGM menekankan pentingnya business model innovation dalam menjembatani antara invensi dan industri “Kolaborasi menjadi kata kunci agar inovasi-inovasi yang dihasilkan dapat terserap di sektor hilir dengan optimal,” pungkasnya.

Melalui seminar ini, UKDW menegaskan komitmennya dalam mendorong inovasi dan perlindungan kekayaan intelektual di lingkungan akademik. Edukasi dan sosialisasi berkelanjutan menjadi kunci utama dalam menciptakan ekosistem akademik yang peduli terhadap KI. [amp]

narkotika, dimana Yogyakarta merupakan salah satu kota favorit tujuan wisata dan pendidikan yang menjadi sasaran peredaran gelap narkoba Civitas academica UKDW diharapkan waspada dan berhati-hati, serta harus menjaga kampus dengan baik karena sindikat narkoba bisa memanfaatkan orang dalam untuk berjualan.

“Biasanya ketergantungan narkoba berawal dari keinginan untuk mencoba. Salah satu jenis narkoba yang perlu diwaspadai adalah rokok elektrik, serta liquid vape yang banyak disalahgunakan untuk konsumsi narkotika/psikotropika. Bahkan belum lama i n i , k a m i m e n a n g k a p p e l a k u y a n g menggunakan modus baru yaitu meracik ganja menjadi butter atau selai roti,” ungkapnya. [mpk]

Audiensi UKDW dengan Pemda Sitaro, Jajaki Kerja Sama Tri Dharma Perguruan Tinggi

Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) Yogyakarta melakukan

a u d i e n s i d e n g a n P e m e r i n t a h

Senin, 17 Maret 2025 di Ruang Rapat Sekda Sitaro. Rombongan UKDW yang terdiri atas Pdt Wahju Satria Wibowo, Ph D (Wakil Rektor Bidang Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia, Promosi, dan Jejaring), Pdt. August Corneles Tamawiwy, MST (Dosen Fakultas Teologi), Veronica Tiara Kusuma, S Kom , CPS (Kepala Unit

Admisi dan Promosi), bersama dua orang staf mendapatkan sambutan yang hangat dari

Wakil Bupati Kepulauan Sitaro yang didampingi Sekretaris Daerah, Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda, serta Asisten Administrasi Umum Sekda.

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara pada hari Dalam audiensi tersebut, Pdt. Wahju Satria

Wibowo, Ph D mendapatkan kesempatan untu

ken

n UKDW dan program-program unggulannya kepada Pemkab Kepulauan Sitaro, serta menjajaki k

pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Selain itu, UKDW mendorong peningkatan kualifikasi pendidikan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan menawarkan kerja sama bagi para ASN di Pemkab Kepulauan Sitaro untuk mengambil studi lanjut di UKDW.

Heronimus Makainas (Wakil Bupati Kepulauan Sitaro) menyambut baik program-

program yang ditawarkan oleh UKDW dan berharap Pemkab Kepulauan Sitaro dapat bersinergi dengan UKDW untuk mengembangkan kawasan dan potensi yang ada di Sitaro, sehingga masyarakat dapat lebih sejahtera.

Pertemuan ini menghasilkan beberapa poin penting yang menjadi dasar bagi kemungkinan kolaborasi yang dapat dikembangkan di masa depan antara UKDW dengan Pemkab Kepulauan Sitaro, sehingga dapat menjadi pondasi yang menjanjikan bagi kerja sama strategis di masa mendatang. [mpk]

Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Pribadi

Sebagai tanda dimulainya penghayatan

Masa Pra-Paskah, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) mengadakan Ibadah Rabu Abu pada 5 Maret 2025 di Kapel Duta Wacana. Ibadah ini dihadiri oleh sekitar 120 warga UKDW dan didukung oleh relawan dari Tim Ibadah Kampus (TIK) dan Tim PKK Live, di bawah asuhan LPKKSK (Campus Ministry) UKDW Yang menarik, para relawan dalam ibadah ini tidak hanya berasal dari umat Kristen Protestan, tetapi juga dari Islam dan Hindu. Mereka terlibat aktif dalam berbagai tugas teknis, seperti menyiapkan dekorasi, menangani multimedia (kameramen), serta membantu membawa perlengkapan ibadah Keterlibatan mereka secara sukarela dan dilakukan dengan penuh kesadaran ini memperkuat komitmen mereka untuk melestarikan semangat kebhinnekaan dan menghayatinya dalam persahabatan yang otentik di tengah-tengah mahasiswa UKDW.

Tema ‘Urip iku Urub’ diambil untuk menekankan pada kefanaan manusia yang sejatinya berasal dari debu dan menjadi debu ketika kita nantinya akan menghembuskan nafas terakhir. Nyanyian berjudul ‘Abu ke Abu’ ikut mendukung penghayatan dalam Ibadah Rabu Abu ini. ‘Urip iku Urub’ adalah ungkapan dalam bahasa Jawa yang membawa makna bahwa harfiah ‘hidup itu menyala’, layaknya obor yang menyala dan memberi terang. Ungkapan ini bisa dimaknai dalam konteks Ibadah Rabu Abu sebagai pengingat bagi setiap manusia yang fana untuk melihat

Rabu Abu di UKDW: “Urip Iku Urub”

dan merangkul kefanaannya bukan sebagai keterbatasan baginya untuk membawa manfaat baik bagi kehidupannya sendiri dan kehidupan orang lain yang ada disekitarnya. Pdt Adhika Tri Subowo, M Fil , dalam khotbahnya menyampaikan bahwa pengingat akan kefanaan manusia itu dituangkan dalam Kitab Mazmur dan digambarkan layaknya rumput yang pagi segar tertanam namun ketika di akhir hari akan layu dan lisut. Untuk memperkaya pemaknaan ini, Pdt Adhika menambahkan bahwa dalam falsafah hidup orang Jawa, hidup itu sejatinya seperti seseorang yang sedang melakukan peziarahan di muka bumi ini dan hanya berhenti sejenak untuk melepas dahaganya dengan minum air seteguk. Pdt. Adhika tidak berhenti di situ saja, ia kembali mengingatkan kepada segenap warga UKDW melalui tembang Jawa Dandanggula yang dilantunkannya dengan penuh penghayatan Syair-syair dalam tetembangan yang dinyanyikannya itu ingin menuturkan bahwa seperti layaknya seekor burung yang terbang jauh, sejauh-jauhnya burung itu terbang, suatu ketika dia akan hinggap di sebuah ranting pohon dan tinggal di sana Demikian juga sejauh-jauhnya manusia melangkah atau ‘terbang’ dia akan terus terbang, tapi akan berhenti dan diam di satu tempat dan melanjutkan hidup di situ. Makna terdalam dari tetembangan ini adalah k

keterbatasan hidup manusia, oleh karena itu, sejauh kita bisa mengupayakannya, hidupilah

dan hayatilah kefanaan kita sebagai manusia sebagai bentuk tanggung jawab kita untuk menghidupi pertobatan hidup dalam hidup kita selanjutnya.

Setelah momen hening, Pdt. Adhika dan Pdt. Nani Minarni mengambil dua mangkok gerabah berisi abu yang telah dilarutkan dengan minyak zaitun dan mendoakannya sebelum kemudian menerakannya ke dahi setiap pengunjung dan warga UKDW yang berkenan menerimanya. Abu yang dipersiapkan untuk Ibadah Rabu Abu ini telah disiapkan oleh Tim Ibadah Kampus (TIK) dengan membakar terlebih dahulu dahandahan daun palma yang telah kita pakai di Ibadah Minggu Palmarum tahun 2024 yang lalu Setelah setahun disimpan, rantingranting daun palma kering itu kemudian mereka bakar dan abunya disaring sebelum kemudian dicampur dengan minyak zaitun. Abu dan minyak zaitun yang dipakai juga menyimbolkan kematian Tuhan Yesus Kristus di kayu salib dan sekaligus menjadi pengingat akan kefanaan manusia serta persembahan kehidupan kita kepada Allah sebagai persembahan yang harum di hadapan Allah.

Dalam Ibadah Rabu Abu ini, warga UKDW membawa satu intensi doa utama yaitu memohon rahmat dari Tuhan Allah bagi UKDW serta mendoakan agar di tahun akademik 2025/2026 mendatang, Tuhan mengirimkan gelombang mahasiswa baru yang banyak, sehingga melalui kehadiran

mereka operasional institusi UKDW sebagai Perguruan Tinggi bisa dilanjutkan dan kondisi perekonomian di dalam UKDW bisa terjamin keberlanjutannya. Sebagai bentuk refleksi dan kesungguhan dalam doa, warga UKDW juga diajak untuk menjalani puasa setengah hari guna mendoakan intensi khusus ini. Setelah Ibadah Rabu Abu selesai, segenap warga UKDW diundang untuk menikmati minuman hangat dan jajanan rebusan yang telah disiapkan oleh LPKKSK (Campus Ministry) UKDW. Dukungan dan sambutan warga UKDW dalam Ibadah Rabu Abu ini menjadi penyemangat bagi kami untuk meneruskan pelayanan ini Semoga melalui pelayanan kami, sedikit demi sedikit, impian, ajakan, undangan dan anjuran Tuhan untuk senantiasa menjadi berkat bagi sesama turut menyadarkan kita semua akan kefanaan dan, oleh karena itu, melaksanakan setiap panggilan hidup kita. (Adham)

Audiensi UKDW dengan BKD DIY, Bahas Rencana Pembukaan Program RPL

Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) mengadakan audiensi dengan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk membahas rencana pembukaan Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Pertemuan yang diadakan pada hari Rabu, 26 Februari 2025 di Kantor BKD DIY ini merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepahaman (MoU) antara UKDW dan Pemprov DIY dalam upaya pengembangan kompetensi pegawai melalui pendidikan tinggi.

Dalam audiensi ini, Kepala Pengembangan Pegawai BKD DIY, Hendra Yuandana, menyampaikan bahwa Pemda DIY mendorong peningkatan kualifikasi pendidikan bagi pegawai, terutama melalui program yang memungkinkan mereka tetap bekerja sambil melanjutkan studi. Selain itu, lokasi institusi pendidikan yang tidak jauh dari kantor Pemda

DIY menjadi salah satu pertimbangan dalam pemberian izin belajar.

Rektor UKDW, Dr -Ing Wiyatiningsih, menyampaikan bahwa Program RPL UKDW dapat menjadi solusi bagi ASN yang ingin meningkatkan kompetensi akademik dengan pengakuan terhadap pengalaman kerja mereka. Dengan akreditasi yang dimiliki saat ini, UKDW telah memenuhi persyaratan untuk tugas belajar ASN, sehingga dapat menjadi pilihan strategis bagi pegawai Pemda DIY.

Audiensi ini menjadi langkah awal bagi UKDW dan BKD DIY dalam menjajaki potensi kerja sama lebih lanjut Melalui diskusi ini, kedua pihak membahas regulasi dan teknis pelaksanaan RPL guna memastikan program dapat berjalan sesuai dengan kebijakan nasional dan kebutuhan pegawai di lingkungan Pemprov DIY. [penta]

UKDW & Yayasan Bina Pelayanan Masehi Jajaki Kolaborasi Strategis Tri Dharma Perguruan Tinggi

Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) bersama Yayasan Bina Pelayanan Masehi (YBPM) menggelar pertemuan rintisan kerja sama pada hari Senin, 17 Maret 2025 di Ruang Pdt. Dr. Tasdik UKDW. Pertemuan ini menjadi langkah awal dalam merintis kerja sama strategis di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Hadir dalam pertemuan ini Ketua YBPM Kristian Hartono, S T, M M , Chaplain Yayasan Pdt. Moses David Livingstone, S.Th., Sekretaris Eksekutif YBPM Rudy Sugianto, S.T., serta Kepala Sekolah SMA Masehi Kudus Agung Hadi Prasetyo, S Pd Dari pihak UKDW, turut serta Kepala Biro Kerja Sama dan Relasi Publik (Biro IV) Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati, Wakil Kepala Biro IV Dr. Paulus Widiatmoko, M.A., serta Wakil Kepala Biro Kemahasiswaan, Alumni, dan Pengembangan

Doc. Panitia

Doc. Panitia

Karir (Biro III) Hangudi Widya Hutama, S Kom Diskusi ini berlangsung dinamis, membahas berbagai peluang sinergi antara institusi pendidikan dan yayasan pelayanan. Salah satu topik yang dibahas adalah program beasiswa yang ditawarkan UKDW. Hangudi Widya memaparkan berbagai skema Selain itu, pertemuan ini menjadi wadah

beasiswa yang dapat diakses oleh calon mahasiswa dari sekolah-sekolah di bawah naungan YBPM Diharapkan, inisiatif ini dapat membuka lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan pendidikan berkualitas di UKDW.

eksplorasi berbagai bentuk kolaborasi yang dapat dikembangkan ke depan Beberapa gagasan menarik yang muncul meliputi program pengabdian masyarakat, penelitian bersama, hingga pelatihan-pelatihan bagi siswa dan guru. Semua ini bertujuan untuk memperkuat kontribusi kedua institusi dalam dunia pendidikan dan pelayanan sosial. Dengan adanya pertemuan ini, UKDW dan YBPM optimistis dapat membangun kerja sama yang berkelanjutan dan saling menguntungkan. Kolaborasi ini tidak hanya memperkuat hubungan antar-institusi, tetapi juga membuka jalan bagi inovasi dan p e n g e m b a n g a n p r o

m pendidikan yang lebih berdampak bagi masyarakat luas. Langkah awal ini menjadi pondasi yang menjanjikan bagi kerja sama strategis di masa mendatang. [Lia]

Doc. Pribadi
Doc. Google

5 Universitaria

KBMJ Berpartisipasi dalam Sarkem Fest 2025, Perayaan Budaya Jawa yang Spektakuler

Sarkem Fest 2025 kembali hadir sebagai

perayaan budaya tahunan yang dinantinantikan oleh masyarakat Yogyakarta Tahun ini, event yang berlangsung selama dua hari mulai Jumat, 21 Februari 2025 hingga Sabtu, 22 Februari 2025, mengusung berbagai kegiatan budaya yang meriah dan penuh makna. Keluarga Besar Mahasiswa Jawa (KBMJ) dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) turut serta dalam perayaan ini, mempersembahkan kebudayaan khas Yogyakarta dalam berbagai

Pbentuk acara.

KBMJ UKDW bersama Unit Kegiatan Kesenian Budaya (UKKb) UKDW lainnya turut serta dalam rombongan pawai yang melintasi kawasan bersejarah Yogyakarta. Pawai budaya ini mengawali rangkaian acara Sarkem Fest 2025 Rombongan pawai berangkat dari kawasan Sosrowijayan, kemudian bergerak ke perempatan Sosrowijayan, menuju Stasiun Tugu, lalu menyusuri Malioboro, dan kembali ke titik awal untuk mengikuti prosesi rebutan apem dari gunungan apem yang telah disiapkan.

Dalam pawai ini, warga sekitar dan bregada turut menjadi bagian dari iring-iringan yang mengawal jalannya acara KBMJ berada di

persembahan budaya yang khas. Rombongan KBMJ mengenakan pakaian adat Yogyakarta lengkap dengan dedupaan dan bunga-bunga sebagai simbol penghormatan terhadap budaya leluhur.

P e n a m p i l a n M e m u k

Sarkem Fest 2025

Pada hari Sabtu, 22 Februari 2025 KBMJ UKDW menunjukkan kepiawaiannya dalam seni tari di atas panggung utama Sarkem Fest 2025 yang berlokasi di depan Stasiun Tugu, tepatnya di Hotel Neo Yogyakarta. Dalam kesempatan ini, KBMJ menampilkan dua tarian khas yang sarat akan makna filosofis yaitu Tari Beksan Bolo Kapi untuk penari laki-laki dan Tari Sintren untuk penari perempuan. Tari Beksan Bolo Kapi merupakan tari

tradisional yang menggambarkan semangat kepahlawanan dan kesetiaan para prajurit kepada pemimpinnya Gerakan dalam tarian ini menggambarkan kesiapan, keberanian, serta kehormatan seorang prajurit dalam membela tanah air dan junjungannya Dengan gerakan yang tegas dan penuh wibawa, penari laki-laki dari KBMJ UKDW menampilkan tarian ini sebagai bentuk penghormatan terhadap nilainilai kepahlawanan dalam budaya Jawa. Sedangkan Tari Sintren merupakan tarian khas yang memiliki unsur mistis dan keindahan sekaligus Tari Sintren melambangkan kisah asmara seorang gadis dan kesetiaannya kepada kekasihnya yang berjuang demi cinta. Tarian ini juga mencerminkan perjalanan spiritual dan transformasi seorang perempuan dari kehidupan biasa menuju kehidupan yang lebih luhur Dengan gerakan yang anggun dan lincah, para penari memukau para penonton yang hadir di Sarkem Fest 2025.

Setelah menampilkan tari tradisional, seluruh anggota KBMJ UKDW turut serta dalam flashmob yang menambah semarak suasana Sarkem Fest 2025 Flashmob ini melibatkan semua peserta dan pengunjung yang hadir, menciptakan momen kebersamaan yang meriah dan penuh energi. Acara berlanjut hingga malam hari dengan berbagai kegiatan budaya lainnya. KBMJ UKDW aktif berpartisipasi dalam keseluruhan acara, baik sebagai penampil maupun sebagai bagian dari komunitas yang merayakan keberagaman budaya Jawa.

Sarkem Fest 2025 menjadi ajang bagi KBMJ UKDW untuk menunjukkan kecintaan dan komitmennya dalam melestarikan budaya Jawa. Dengan berbagai persembahan budaya yang ditampilkan, KBMJ tidak hanya memperkenalkan warisan budaya kepada khalayak luas, tetapi juga menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya di tengah arus modernisasi. Kegiatan ini membawa semangat kebersamaan dan kebanggaan akan budaya Jawa kepada generasi muda saat ini. [kbmj gen 6]

Pelantikan Kepengurusan LK/OK, Langkah Transformatif dan Adaptif

engurus Lembaga Kemahasiswaan (LK)

dan Organisasi Kemahasiswaan (OK) Universitas Kristen Duta wacana (UKDW) Periode 2025/2026 resmi dilantik pada hari Kamis, 26 Februari 2025 di Auditorium Koinonia UKDW. Acara yang disiarkan secara langsung lewat kanal Youtube UKDW Yogyakarta ini menandai babak baru dalam perjalanan organisasi, dengan harapan dapat membawa perubahan positif dan kolaborasi yang lebih erat antaranggota.

Acara pelantikan LK/OK UKDW dihadiri oleh Dr. Rosa Delima,S.Kom., M.Kom. (Wakil Rektor Bidang Akademik dan Riset), Dr. Parmonangan Manurung, S.T.,M.T.,IAI (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Alumni, Informasi, dan Inovasi), Mujiono, S E , M Sc (Kepala Biro Kemahasiswaan Alumni dan Pengembangan Karir), Pdt. Nani Minarni S.Si, M.Hum. (Pendeta Universitas), para Wakil Dekan III Fakultas, serta puluhan mahasiswa dan anggota organisasi. Dalam sambutannya, WR 1 dan WR 3 menyampaikan bahwa mahasiswa merupakan generasi penerus yang memiliki peran strategis untuk melakukan perubahan baik bagi

lingkungan terdekat, institusi, maupun bagi masyarakat yang lebih luas. Dimana organisasi bukan hanya sekedar wadah untuk berkumpul tetapi menjadi tempat belajar, berproses, serta m e n g a

kreativitas, serta kepedulian terhadap sesama dan masyarakat luas Keduanya juga menyampaikan apresiasi atas kerja keras ke-

pengurusan sebelumnya dan memberikan pesan motivasi kepada kepengurusan baru untuk terus berkontribusi dalam memajukan kampus dan masyarakat.

“Pertumbuhan karakter merupakan modal penting untuk menempuh tahap selanjutnya setelah lulus dalam dunia perkuliahan, nilai akademik itu penting, tetapi soft skill juga tak kalah penting. Hal ini yang teman-teman bisa dapatkan dalam berorganisasi,” ujar Dr Parmonangan Manurung, S.T.,M.T.,IAI. Ravael Kapugu yang dilantik sebagai Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa dan Christoper Purba yang terpilih sebagai Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa menyatakan komitmennya untuk membawa organisasi dengan integritas yang tinggi, transformatif, dan adaptif ber-dasarkan visi dan misi UKDW dan masingmasing LK/OK. Kami akan memperhatikan halhal seperti kualitas pendidikan, pengabdian masyarakat, serta pengembangan kreatifitas mahasiswa. Ini adalah tanggung jawab besar dan kami siap bekerja sama dengan semua pihak,” tegasnya. [Ravael]

IMADM Students Visit UKDW to Explore Christian-Muslim Relations in Indonesia

YOGYAKARTA – Thirteen students from

the International Master of Arts in D i a c o n i c M

g e m e n t ( I M A D M ) program, organized by the United Evangelical Mission (UEM) in collaboration with the Institute for Diaconal Science and Diaconal Management at Bielefeld University, Germany, visited Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) on Wednesday, February 26, 2025. The students, coming from Rwanda, Cameroon, Namibia, Tanzania, the Democratic Republic of Congo, and Indonesia, explored the dynamics of Christian-Muslim relations in diaconal service in Indonesia Accompanied by two UEM staff members, this visit marked the continuation of discussions on a partnership initiative between UKDW, UEM, and Bielefeld University, following last year’s collaboration.

During the visit, Rev. Dr. Wahyu Nugroho, a lecturer at the Faculty of Theology and Head of the Center for Religious Studies at UKDW, delivered a lecture titled “Christian-Muslim Cooperation in Service Work.” He emphasized Indonesia’s religious diversity, the ChristianMuslim relationship, and the challenges of fostering interfaith harmony. According to him, religion is not just a matter of theology but also a

framework for how communities interact and collaborate.

Dr. Nugroho highlighted the importance of deconstructing and reconstructing perceptions in interfaith relationships and the role of theological education in fostering mutual understanding. He introduced the concept of

pro-existence, where religious communities do not merely coexist but also depend on and support one another for the common good. As an example, he cited a Buddhist community in Central Java that donated land for the construction of a Muslim place of worship—a demonstration of interfaith respect and solidarity.

The IMADM students were also introduced to the Intensive Study Program on Christianity and Islam (SITKI), an initiative that facilitates interfaith discussions, joint research, and humanitarian projects to strengthen religious community ties. One significant outcome of this program is an interfaith-based ecological awareness module, showcasing how religious communities can unite in addressing environmental challenges.

Meanwhile, Prof. Dr. theol. Dennis Solon, one of the group ’ s academic mentors, expressed appreciation for Rev Dr Wahyu Nugroho’s contributions to the program Reflecting on their friendship since 2009 in Germany, he expressed excitement about continuing their academic collaboration in Indonesia.

Beyond the academic discussions, UKDW’s Faculty of Theology leadership and UEM representatives explored future collaboration opportunities, including a planned Trauma Healing training program. This initiative reflects UKDW’s commitment to expanding academic contributions and practical engagement in diaconal service, emphasizing inclusivity and social justice. [Dianti]

doc.Panitia
doc.Pribadi
doc.Panitia
Office of Internasional Affairs
doc.Panitia

Dosen UKDW Teliti Mobilitas Kaum Rentan di Kampung Kota Yogyakarta

Pembangunan infrastruktur suatu wilayah

harus bisa diakses oleh semua kalangan masyarakat Sehingga perencanaan wilayah harus mempertimbangkan area yang inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat, terkhusus kelompok rentan. Kelompok rentan ini terdiri atas perempuan, anak-anak, lansia, difabel, dan kaum marjinal lainnya. Oleh karena itu diperlukan sebuah identifikasi terhadap fasilitas umum untuk acuan melakukan perencanaan wilayah yang inklusif. Tim peneliti dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta yang terdiri dari Dr. Imelda I. Damanik, ST., MA(UD), Yohanes Satyayoga Raniasta, ST., MSc., dan Dra. Jeanny Dhewayani, M A , Ph D , bersama dua orang mahasiswa, lantas melakukan penelitian dengan judul “Konfigurasi Spatial Sosial dan Mobilitas Kaum Rentan di Kampung Kota Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya dengan judul “Konsep Ruang Kaum Rentan di Kampung Suryatmajan” yang dilaksanakan pada tahun 2023.

Tim peneliti mengangkat permasalahan nilainilai sosial, budaya, dan finansial yang memengaruhi proses produksi ruang dimana kaum rentan beraktivitas sehari-hari. Penelitian ini dilakukan di 4 kampung yang memiliki kriteria kelompok rentan paling signifikan yakni Kawasan Kampung Terban, Kawasan Kampung Ngampilan. Kawasan Kampung Pakuncen, dan Kawasan Kampung Jogoyudan.

Pada penelitian ini, digunakan metode analisis Space Syntax untuk memahami bagaimana desain dan konfigurasi ruang mempengaruhi pergerakan dan interaksi orang di dalamnya. Hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk membantu merancang kota yang lebih inklusif.

Contohnya, analisis dapat mengidentifikasi apakah jalur transportasi umum terhubung dengan baik atau malah terfragmentasi, yang dapat mempersulit akses bagi kelompok rentan.

Penerapan Space Syntax dapat memberikan gambaran jelas tentang area yang memiliki akses buruk atau kurang aman, sehingga dapat diperbaiki dengan lebih efektif.

Dr. Imelda selaku ketua peneliti mengatakan hasil dari analisis terlihat bahwa masih banyak

daerah di Kampung Yogyakarta yang perlu ditingkatkan untuk dapat menciptakan mobilitas perkotaan yang inklusif. “Perlu adanya kebijakan yang mendukung perencanaan yang baik, infrastruktur yang memadai, dan sistem transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau bagi semua orang Pembangunan mobilitas perkotaan yang memperhatikan kebutuhan kelompok rentan akan berkontribusi pada terciptanya kota yang lebih adil dan berkelanjutan,”

ungkapnya.

Beberapa rekomendasi yang diberikan adalah perlu dibuatnya desain pemukiman yang meningkatkan mobilitas dan akses dengan memperhatikan densitas atau kepadatan yang teratur dan tertata, penyediaan fasilitas komunitas dekat permukiman, serta penataan jalan kampung yang aman dan nyaman.

Dr Imelda menambahkan dalam perencanaan ini, komunitas dan partisipasi m

memastikan kawasan dirancang sesuai dengan kebutuhan kelompok rentan. “Selain itu, perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang cara-cara yang aman dan efektif dalam menggunakan fasilitas sosial untuk menciptakan keamanan mobilitas. Kelompok rentan perlu juga didorong membentuk jaringan komunitas untuk membantu mereka beradaptasi dengan mobilitas kota,” terangnya.

Dr Imelda juga menekankan pentingnya meningkatkan keamanan dan kenyamanan ruang publik seperti penerangan jalan, pengawasan keamanan, serta ruang isolasi untuk anak-anak dan lansia “Dengan menciptakan ruang yang inklusif, kita dapat membantu kelompok rentan untuk lebih mudah beradaptasi dengan dinamika kehidupan kota. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan dan perencanaan ruang yang berpihak pada kelompok rentan untuk menciptakan kota yang lebih adil dan berkelanjutan. Harapannya, hasil

g terbentuknya place making dan social justice untuk kelompok rentan. [Jonathan]

Dosen UKDW Lestarikan Warisan Budaya melalui Pendekatan Creative Placemaking

Sumbu Filosofi Yogyakarta adalah salah satu

kekayaan budaya yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta dan sudah diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Oleh karena itu, harus ada langkah yang diambil untuk mempertahankan keberlanjutan dari kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta ini. Melihat potensi yang dimiliki oleh DIY, tim dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW)

Y o g y a k a r t a y a n g t e r d i r i a t a s D r - I n g Wiyatiningsih, S.T., M.T., Dra. Agustini Dyah Respati, MBA, bersama dua orang mahasiswa lantas melakukan penelitian yang berjudul “Creative Placemaking Sebuah Pendekatan untuk Merawat Warisan Budaya Dunia Sumbu Filosofi Yogyakarta”.

D r - I n g W i y a t i n i n g s i h , S T , M T menyebutkan lokasi penelitian yang diambil adalah Jalan Margo Utomo, dimulai dari Monumen Tugu hingga Stasiun Tugu. “Tempat ini dipilih dengan mempertimbangkan perkembangan destinasi unggulan Yogyakarta yang menawarkan local experiences, seperti kebudayaan dan gastronomi setempat,” ungkapnya.

Penelitian tersebut bertujuan untuk

menemukan model pemanfaatan ruang publik untuk aktivitas pariwisata dan respon visual bangunan terhadap aktivitas pariwisata di Jalan Margo Utomo, serta sejauh mana respon spasial dan visual tersebut berkontribusi terhadap keberlanjutan warisan budaya dunia Sumbu Filosofi Yogyakarta.

“Ruang publik di sekitar Monumen Tugu direspon oleh pengunjung dan wisatawan sebagai spot favorit, karena adanya Monumen Tugu yang menjadi landmark Yogyakarta Suasana yang berbeda terdapat di area pedestrian di sepanjang jalan dari Monumen Tugu menuju rel kereta api di depan Stasiun Tugu. Area pejalan kaki tersebut dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima dan menjadi tempat singgah pengunjung dan wisatawan sambil menikmati kuliner setempat Tersedianya elemen fisik pendukung seperti bangku taman dan pohon sangat mendukung terjadinya interaksi di ruang publik tersebut. Pada area persimpangan rel kereta api terdapat aktivitas pengunjung yang menikmati kuliner kaki lima sambil mengamati suasana di sekitarnya, terutama datangnya kereta api yang di perlintasan kereta api Ketiga spot di Jalan

Margo Utomo tersebut memiliki karakteristik ruang yang berbeda, sehingga memberikan pengalaman meruang yang berbeda pula bagi wisatawan,” terang Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. Temuan dari penelitian ini adalah pemanfaatan ruang publik di sepanjang Jalan

Margo Utomo sebagai ruang usaha bagi pedagang kaki lima yang direspon baik oleh pengunjung atau wisatawan membentuk pola ruang publik yang interaktif Pada area Monumen Tugu terbentuk pola ruang publik yang unik sebagai akibat dari aktivitas pengunjung dan wisatawan yang fokus pada pengalaman ruang di area landmark Yogyakarta. Pengalaman ruang yang juga dinikmati oleh pengunjung dan wisatawan terdapat di area perlintasan kereta api Stasiun Tugu Sedangkan pedagang kaki lima yang berjualan di area pedestrian, khususnya di depan Hotel Harper, bersifat mendukung aktivitas pariwisata di sepanjang Jalan Margo Utomo “Jika diamati lebih dalam lagi, interaksi yang terjadi di sekitar Hotel Harper mencerminkan keseharian masyarakat lokal yang mungkin menarik bagi pengunjung atau wisatawan,”

tambahnya.

Penelitian ini menunjukkan pemanfaatan ruang publik di Jalan Margo Utomo dengan model creative placemaking yang dicerminkan melalui interaksi sosial dan aktivitas ekonomi pada ruang publik yang melibatkan masyarakat setempat dan pengunjung. Ruang publik yang dibentuk secara kreatif dan partisipatif tersebut berkontribusi terhadap pengembangan pariwisata di salah satu penggal Sumbu Filosofi Yogyakarta Setiap area yang menjadi objek amatan, memiliki keunikannya masing-masing sehingga memberikan pengalaman yang berbeda bagi wisatawan. Fenomena pariwisata di sepanjang Jalan Margo Utomo direspon baik oleh masyarakat sekitar, terlebih dengan adanya pedagang kaki lima yang melihat peluang usaha di kawasan heritage Yogyakarta Hal ini memunculkan hubungan timbal balik antara pedagang dan pembeli yang menjadi citra dan daya tarik tersendiri. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pemanfaatan ruang publik, khususnya di Jalan Margo Utomo, untuk mendukung aktivitas ekonomi kreatif dan pariwisata Kota Yogyakarta. [Jonathan]

doc.Pribadi
doc.Pribadi doc.Pribadi

Prodi Pendidikan Bahasa Inggris

The Influences of Teacher Beliefs on Curriculum Design, Teaching Method, and Teacher Assessment

Teacher beliefs in English language

teaching and learning are the beliefs that every teacher has in the process of teaching and learning in English. Experts argue that these beliefs are parts of the process of understanding how teachers can shape their work, which is important for understanding teaching methods and making decisions in the classroom. Teacher beliefs play a significant role in the effectiveness of their instruction, making it essential for educators to consciously align their beliefs with evidence-based teaching practices to optimize learning outcomes for their students.

Researchers found that teachers' beliefs have a more profound impact on lesson planning and student behavior observation than their knowledge alone. It is essential for teachers to develop beliefs that enhance the quality of their teaching and are supported by effective teaching practices, ultimately leading to positive results. By understanding their own beliefs, teachers can maximize their effectiveness in teaching English, enhance their professional development, and better prepare their students to succeed in the future.

Teacher beliefs significantly influence curriculum design, as they shape how teachers plan lessons, choose content, and deliver instruction. These beliefs reflect their views on education and guide their decisions in creating a curriculum that supports effective teaching and learning. Moreover, understanding the content and how it connects to student behaviour is essential for teachers when designing lessons. Teachers must be confident, knowledgeable, and committed to helping students succeed Moreover, experts also asserted that teachers’ beliefs impact how they make curricular and instructional decisions and that these beliefs contribute to designing student-centered curricula tailored to learners’ needs, skills, and competencies In short, teacher beliefs are central to creating meaningful and effective

Tcurriculum designs that directly influence learning outcomes.

Teaching beliefs have an impact on teaching methods. Teaching methods are approaches that

teachers choose to teach based on values, experience, and the student's learning process.

The teaching method that is trusted by teachers and is most widely used today is the pedagogical

teaching method. However, teacher beliefs have an impact on teaching methods, especially if the methods used are not appropriate. Research demonstrated that student-centered learning methods will be more successful than teachercentered methods because teacher-centered methods will create passive activity between teachers and students Another impact of teachers' beliefs on teaching methods is that teachers, who have a lot of experience, can motivate and encourage their students so that their students are enthusiastic and in line with their beliefs.

Teacher beliefs also have an impact on teacher assessment. Teachers assessed students' skills not to find out their weaknesses, but wanted to k n o w t h e e x t e n t o f t h

u d e n t s ' understanding. Teachers conduct this kind of assessment by providing tasks or questions for students to better understand what they have learned and at the same time reflect together. Assessment requires such as self-reflection for students and teachers to know the abilities and knowledge they have acquired and improve their shortcomings.

In conclusion, teachers’ beliefs about curriculum design, instructional methods, and assessment are deeply interconnected. These beliefs shape curriculum development with the aim of supporting effective teaching and achieving learning objectives Teachers' perceptions can influence both the appeal and implementation of the curriculum, thereby affecting classroom practices Furthermore, teaching methods, often grounded in prevailing pedagogical approaches, significantly impact learning outcomes Assessment, as part of teachers' beliefs, fosters self-reflection and provides insight into student progress through targeted tasks. Understanding and integrating these three components reinforces teachers’ commitment to student success and enhances the overall quality of education.[Exchel]

A Multimodal Discourse Analysis of Tekken Movie Posters

he 2009 live-action film Tekken,

directed by Dwight H. Little, brings the iconic Bandai Namco fighting game to the big screen. The story follows Jin Kazama, a determined martial artist who enters the Iron Fist Tournament to avenge his mother’s death. The name "Tekken" (鉄拳) translates to "Iron Fist", a fitting title for a film centered on brutal, high-stakes battles.

As one of the most beloved fighting games on PlayStation, Tekken has a devoted fanbase. With its transition to film, marketing played a crucial role in drawing audiences, and the movie poster became a key visual hook. A well-designed poster does more than promote a film—it conveys mood, character, and narrative through color, imagery, and typography.

The Power of Visual Storytelling

The Tekken movie poster immediately sets an intense tone. Jin Kazama dominates the center, his face serious and focused, wearing dark red gloves that suggest readiness for battle His muscular build, with a bare torso, emphasizes his strength, while his forward-flowing bangs partially cover his eyes, adding a sense of mystery Surrounding him are other key fighters—Nina Williams, whose tense expression hints at a deeper conflict, and well-known characters like Eddy, Bryan, Yoshimitsu, and Law, all positioned as if moments away from a fierce showdown. Their placement on the poster creates an anticipation of high-stakes encounters.

The dominant red and black tones heighten the urgency and aggression, reinforcing the action-packed nature of the film. Red evokes passion and conflict, making it the perfect choice for a movie centered on combat, while black suggests danger and intensity. These colors work together to set the mood, signaling a thrilling, fast-paced cinematic experience.

Typography also plays a crucial role in shaping expectations. The tagline, "Survival is No Game," positioned at the top of the poster, reinforces the film’s brutal nature. The fragmented and bold lettering echoes the raw energy of the Tekken universe, resembling the game’s high-impact, intense fighting style. It’s not just a slogan—it’s a

warning, emphasizing the unforgiving nature of the battles ahead.

The Role of Multimodal Communication in Posters As theorists Gunther Kress and Theo van Leeuwen suggest, communication extends beyond words. A film poster blends images, text, and symbols to create meaning, engaging viewers on multiple levels. The Tekken poster exemplifies this by using its main character’s stance, facial expressions, and background details to hint at the film’s tone and themes. Jin’s posture exudes determination, reflecting his internal struggle and unwavering drive for vengeance. The other fighters around him add a sense of rivalry, promising intense confrontations In the background, the dark, ominous setting

contributes to the dystopian world in which the story unfolds.

Beyond the central image, the design choices further enhance the film’s identity. The use of layered visual elements invites viewers to engage with the story before they even see it on screen. Every detail, from the placement of supporting characters to the composition’s balance between motion and stillness, builds an atmosphere of tension and anticipation. Even subtle details, like the contrast between warm and cool tones, add depth to the poster’s storytelling.

A Poster That Speaks to Fans

For longtime Tekken players, the poster serves as more than just a marketing tool—it is a bridge between game and film, a visual tribute to the franchise’s enduring appeal. It remains faithful to

the game’s core themes, capturing the essence of intense battles, deep-rooted rivalries, and a survival-of-the-fittest mentality. The way the protagonist is framed, with supporting characters reinforcing the stakes of the upcoming fights, mirrors the dynamic of the original video game.

More than just an advertisement, the Tekken movie poster creates an emotional connection. It resonates with fans who have followed the franchise for years, while also drawing in newcomers intrigued by its fierce energy. The combination of striking visuals, carefully chosen colors, and bold typography turns the poster into an extension of the Tekken experience, ensuring that the excitement of the game is carried into the movie’s promotion.

Conclusion: More Than Just a Movie

Poster

The Tekken movie poster does more than introduce a film—it visually encapsulates its essence Every element, from the intense expressions to the color palette, typography, and composition, works together to tell a story of power, conflict, and survival. The film’s world is brought to life before a single scene is viewed, creating anticipation and drawing audiences into its raw, action-packed atmosphere.

By analyzing the visual and textual elements, it becomes clear that the Tekken poster is designed not only to attract viewers but also to engage them on a deeper level. Through the protagonist’s fierce gaze, the dynamic arrangement of fighters, and the use of shadow and light, the image builds an emotional and cognitive connection Even the tagline contributes to the immersive experience, reinforcing the gravity of the battles that lie ahead.

A great movie poster is more than just an image it’s a promise of what’s to come In Tekken’s case, it delivers a powerful preview of the adrenaline-fueled, action-packed spectacle waiting for viewers. The visual storytelling at play here ensures that, even before stepping into the theater, audiences are already bracing for the fight. [Steven]

Speaking English with an Indonesian Accent: Why Not?

For many English learners in Indonesia,

there is a common fear: speaking with an accent that reveals their cultural background. The pressure to sound like a native speaker, whether American, British, or Australian, often leads to a lack of confidence in speaking. However, is a native-like accent really necessary for effective communication? The truth is, English is a global language, and clarity matters far more than having a specific accent.

The Importance of Intelligibility Over Perfection

As an English learner, I used to be afraid of having a Javanese accent, which made me hesitant to start speaking English. I worried that my pronunciation wouldn’t be good enough and that others might judge me for it. However, after spending time in an international setting, I realized that many people spoke English with their own accents, and it was completely fine. We could still understand one another, and what truly mattered was the message we conveyed and the confidence we had in expressing our ideas.

We embraced our differences and recognized that in a global community, everyone has the right to use English in their own way. Accepting that my accent didn’t have to match Western speakers made me more confident to speak and practice, which ultimately helped me improve my speaking skills.

Accent as a Part of Identity

An accent is more than just pronunciation; it reflects where we come from. English is spoken by people from all over the world, and every country has its own way of speaking. If a French or Japanese speaker can be proud of their accent, why should Indonesians feel embarrassed? Many people become fluent by simply using English,

without worrying too much about their accent. Gamers communicate with international players online, athletes talk to fellow competitors from different countries, and travelers use English in real-life situations. These experiences show that communication is not about sounding native but

connections.

Changing Your Accent

Having an Indonesian accent is completely fine, but ensuring clarity is key. Here are some ways to improve pronunciation while keeping your natural accent:

1. Focus on clarity: Make sure your words are easy to understand.

2. Pay attention to word stress and rhythm: English has a different rhythm from Indonesian, so emphasizing the right words can help.

3 Improve individual sounds: Some English sounds don’t exist in Indonesian, so practicing tricky sounds like /θ/ in “think” or /v/ in “very” can help pronunciation.

4 L i s t e n a n d i m i t a t e g o o d p r onunciation models: Watching movies or listening to speakers, both native and nonnative, can help.

5. Practice speaking regularly: The more you speak, the more confident you’ll become. We can find someone to practice with, or even talk to ourselves as another way to improve.

Encouraging Students to Speak with Confidence

Now, as an English teacher, I always encourage my students to be brave and speak, even if they have their own accent. What truly matters is whether their pronunciation is intelligible, not whether they sound like a native speaker. The key to becoming a good English speaker is confidence, clarity, and ideas. Instead of worrying about having a perfect accent, learners should focus on improving their vocabulary, fluency, and ability to express ideas effectively.

Conclusion

Speaking English with an Indonesian accent is nothing to be ashamed of. It is part of who we are. English belongs to everyone, and as long as we communicate clearly, our accents shouldn’t hold us back. By embracing our accents, we can build confidence and communicate more effectively in any situation. So why not speak English with an Indonesian accent? After all, communication is about connection, not perfection. [Elisabeth]

Bukan K-Pop!

Ini Dia Talchum ( 탈춤 ), Kesenian Tari Legendaris dari Korea Selatan

Sebagian besar dari kita tentu sudah familiar

dengan K-Pop, salah satu bagian dari budaya Korea Selatan yang sangat populer. K-Pop dikenal sebagai industri hiburan yang memadukan tarian modern dan lagu-lagu berenergi tinggi, sering kali dibawakan oleh para idola dengan penampilan yang menarik. Sejak awal tahun 2000-an, K-Pop telah meraih popularitas di berbagai belahan dunia. Namanama seperti PSY, BTS, dan Girl’s Generation menjadi ikon global yang digemari oleh banyak orang. Bahkan, saat ini banyak individu dari berbagai negara yang bercita-cita menjadi bagian dari industri K-Pop di Korea Selatan. Namun, sebelum K-Pop mendominasi dunia hiburan Korea, masyarakat Korea di abad ke-17 juga memiliki bentuk hiburan yang sangat populer, yaitu talchum ( 탈춤). Talchum adalah pertunjukan seni tari tradisional dari Korea Selatan yang dimainkan oleh beberapa orang

dengan mengenakan topeng dan kostum yang beragam disertai dengan tarian, dialog dan lagu. Awal mula kemunculan talchum dipercaya mulai pada abad ke-13 dan berkembang pesat di abad 17-19 pada era Dinasti Joseon. Kesenian talchum awalnya merupakan bagian dari gut yaitu ritual yang dilakukan untuk memohon berkat dan kesejahteraan manusia kepada dewa dalam shamanisme (kepercayaan asli masyarakat Korea) Di samping perannya dalam ritual shamanisme, talchum berkembang menjadi pertunjukan hiburan yang berisi nasihat, cerita kehidupan sehari-hari, sindiran dan kritikan pedas tentang pemerintahan Joseon pada masa itu yang dibungkus dengan humor. Meskipun begitu, kesenian talchum bukanlah tentang konflik yang ada di masyarakat maupun pemerintahan tapi tentang keharmonisan dan kedamaian.

Seperti kesenian tari pada umumnya, talchum

juga diiringi dengan musik selama pertunjukkan berlangsung. Alat musik yang digunakan masih tradisional dan belum modern seperti yang digunakan dalam konser K-Pop Dimainkan oleh kelompok musik petani dengan total 8 jenis alat musik yang terdiri dari geomungo ( 거문고) atau kecapi 6 senar, gayageum ( 가야금) atau kecapi 12 senar, dang-bipa ( 당 비 파 ) janggu ( 장 구 ) atau gendang bentuk jam pasir, buk ( 북) atau gendang besar, sohaegeum ( 소해금) atau rebab 4 senar, piri ( 피리) atau suling, dan taepyeongso ( 태평소) atau terompet. Selain alat musik, panggung juga menjadi elemen penting dalam pementasan talchum Namun, berbeda dengan konser K-Pop yang biasanya digelar di panggung besar dan megah, talchum tidak memerlukan panggung khusus. Pertunjukan ini dapat dilakukan di mana saja, termasuk di lapangan terbuka yang luas. Dulu, para penari sekaligus pencerita dalam

talchum mayoritas adalah laki-laki Namun, seiring perkembangan zaman, wanita juga mulai berpartisipasi dalam seni ini. Bahkan, talchum kini telah diajarkan kepada anak-anak sekolah dasar di Korea Selatan untuk melestarikan budaya tradisional mereka. Dalam per-tunjukannya, talchum menampil kan berbagai karakter, seperti karakter biksu berwajah hitam, biksu kepala, orang muda, orang tua, bangsawan dan masih banyak lagi. Setiap daerah memiliki karakter yang berbedabeda tergantung dari kebudayaan dan kebiasaan di masing-masing daerah. Berbeda dengan tari tradisional Indonesia yang biasanya menggunakan riasan wajah untuk merepresentasikan karakter, dalam talchum para penari menggunakan topeng atau tal ( 탈 ) untuk menunjukkan karakter tertentu Tal yang digunakan memiliki beragam warna seperti merah, hitam dan putih yang menandakan jenis kelamin, usia dan jenis karakternya. Sebagian besar Tal menggambarkan wajah manusia, namun ada juga yang menggambarkan wajah dewa-dewa maupun binatang. Topeng Korea ini dilengkapi dengan kain hitam yang menyatu dengan topengnya untuk menutupi kepala. Ciri khas kesenian talchum dari Korea Utara adalah gerakannya yang lincah dan cepat serta dapat ditandai dengan selendang panjang di tangan. Dalam setiap pementasan, partisipasi penonton juga sangat penting Sorakan dan tawa dari audiens menjadi bagian dari pengalaman pertunjukan, membuat talchum terasa lebih interaktif. Hingga kini, kesenian talchum masih digemari oleh masyarakat Korea Selatan sebagai hiburan atau dalam festival kesenian. Tidak hanya itu, kesenian talchum juga menjadi sarana pelestarian budaya Korea Selatan dengan penggunaan dialek lokal dan lagu-lagu daerah di dalamnya. Meskipun K-Pop telah menjadi fenomena global, masyarakat Korea tetap berupaya melestarikan budaya asli mereka. Kesenian talchum menjadi salah satu cara untuk menjaga warisan budaya sekaligus mempererat rasa kekeluargaan dan identitas nasional mereka. Dengan terus berkembangnya dunia hiburan Korea, harapannya budaya tradisional seperti talchum tetap hidup dan diwariskan ke generasi mendatang. [Kezia]

“Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun Sebelum gununggunung dilahirkan dan bumi serta dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah Engkau mengembalikan manusia kepada debu dan berkata: Kembalilah, hai anak-anak manusia! Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh di waktu pagi, di waktu pagi ia berkembang dan bertumbuh, di waktu petang ia lisut dan layu."

Hidup manusia adalah perjalanan yang singkat dan penuh ketidakpastian Dalam Mazmur 90, Musa mengingatkan kita bahwa manusia hanyalah debu yang suatu saat akan kembali ke asalnya. Rabu Abu menjadi momen refleksi bahwa kita berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu.

Namun, apakah hidup kita hanya sebatas itu? Dalam bahasa Jawa, ada ungkapan "Urip iku urup", yang berarti hidup bukan sekadar ada, tetapi harus membawa terang dan manfaat bagi sesama Sebagai bagian dari UKDW, bagaimana kita memaknai hidup ini dalam kehidupan akademik, pelayanan, dan pengabdian kepada masyarakat? Setidaknya, ada tiga hal penting yang perlu kita renungkan.

1. Hidup Itu Sementara, Tapi Tuhan Kekal

Mazmur 90 menggambarkan betapa singkatnya hidup manusia dibandingkan kekekalan Tuhan. Seribu tahun bagi Tuhan hanyalah seperti satu hari. Namun, sering kali kita terlalu sibuk mengejar target, tugas, dan karier, tanpa menyadari bahwa waktu kita terbatas.

Siraman Rohani

Urip Iku Urup

Rabu Abu mengingatkan kita bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara, tetapi Tuhan tetap kekal. Kesadaran ini mengajak kita untuk tidak hanya fokus pada ambisi pribadi, tetapi juga memikirkan jejak kebaikan yang bisa kita tinggalkan.

Apakah kita sudah menggunakan waktu yang Tuhan berikan dengan bijaksana?

2. Urip Iku Urup – Hidup Harus Memberi Manfaat

Hidup bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa menerangi kehidupan orang lain Seperti lilin yang menyala, hidup kita seharusnya membawa terang, kehangatan, dan manfaat bagi orang lain.

Lalu, bagaimana kita menerapkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari? Dalam dunia pendidikan, baik sebagai mahasiswa, dosen, atau tenaga kependidikan di UKDW, kita diajak untuk tidak hanya mencari ilmu bagi diri s

menggunakannya demi kebaikan bersama, karena ilmu yang tidak dibagikan tidak akan

memberi dampak bagi orang lain Dalam pelayanan, hidup yang bermakna adalah hidup yang penuh kepedulian terhadap sesama, yang dapat diwujudkan melalui pengabdian sosial, pelayanan di gereja, atau sekadar membantu rekan mahasiswa dan kolega. Sementara itu, dalam kepemimpinan, seorang pemimpin sejati bukanlah yang hanya mengejar jabatan atau prestasi, tetapi yang mampu membawa perubahan positif bagi lingkungannya

K e p e m i m p i n a n y a n g s e j a t i a d a l a h kepemimpinan yang didasarkan pada hati untuk melayani dan menjadi teladan bagi orang lain.

mengisi hidup dengan hal-hal yang bermakna. Setiap tugas dan tanggung jawab seharusnya tidak dianggap sebagai beban, melainkan sebagai kesempatan untuk melayani Tuhan dan sesama. Selain itu, hidup bukan hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang hubungan yang kita bangun dengan orang lain, karena relasi yang baik akan memberikan makna lebih dalam pada perjalanan hidup kita. Lebih dari itu, setiap t

meninggalkan jejak bagi orang-orang di sekitar kita. Oleh karena itu, jadilah pribadi yang membawa pengaruh positif, sehingga keberadaan kita dapat memberi manfaat dan inspirasi bagi lingkungan.

Kesimpulan & Refleksi Pribadi: Hidup Sebagai Cahaya

Ungkapan "Urip iku urup" mengingatkan kita bahwa hidup ini fana, tetapi bukan untuk ditakuti. Justru, kesadaran ini mengajak kita untuk memanfaatkan waktu dengan sebaikbaiknya. Hidup kita mungkin singkat, tetapi bisa memiliki dampak besar jika kita memilih untuk menjadi terang bagi sesama.

Sebagai bagian dari UKDW, mari jalani hidup yang penuh makna. Jadilah seperti lilin yang menerangi, membawa cahaya bagi lingkungan sekitar, dan menjadi bagian dari rencana Tuhan di dunia ini. Sebab "urip iku urup"—hidup adalah cahaya yang harus terus menyala.

Menekankan pentingnya internalisasi

ke p e mi mp i nan h o l i s t i k y ang mengintegrasikan visi dan tindakan dalam kebersamaan bagi pengurus Lembaga Kemahasiswaan (LK) dan Organisasi Kemahasiswaan (OK) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, kegiatan LENTERA 2025 – Leadership Inklusif, Empati, Harmoni, dan Kebersamaan diadakan pada tanggal 14-16 Februari 2026 di Dusun Kenalan, Magelang.

Hari pertama LENTERA 2025 diawali dengan antusiasme dan keramahan warga Dusun Kenalan menyambut kedatangan para peserta Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan obrolan santai yang membawa beberapa pemikiran menarik terkait pengalaman bersama warga, termasuk bagaimana nantinya peserta akan merasakan tinggal dan hidup bersama warga selama 3 hari 2 malam.

Mengalami secara langsung kehidupan di desa, menjadi pengalaman yang sangat berarti. Hal-hal sederhana seperti melakukan perjalanan berjalan kaki ke rumah warga, melewati medan yang tidak mudah dilewati, ternyata memberi kesan tersendiri Para peserta, yang sebagian bisa dikatakan “orang kota” tentu tidak memiliki pengalaman hidup di desa pegunungan. Butuh ekstra energi bagi mereka untuk menapaki jalan hidup keseharian warga Kenalan. Di sinilah peserta disadarkan bahwa ada usaha besar yang dilakukan warga, setiap harinya, untuk melalui jalan menanjak Ini memberi gambaran tantangan hidup dan usaha bertahan hidup warga Kenalan, yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan hidup di lereng Gunung Merbabu.

Peserta juga mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang praktik kehidupan komunal Kehidupan komunal warga didasarkan pada prinsip hidup Jawa 'Urip mung mampir ngombe' atau hidup di dunia hanya untuk sejenak berhenti dan melepas dahaga. Kefanaan hidup di dunia membuat

mereka sadar akan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai petani, orang tua, kepala keluarga, anggota masyarakat, dan warga gereja.

Kentalnya hidup komunal warga sangat hangat terwakili dengan aktivitas 'gegeni' Gegeni dari asal kata 'geni' yang artinya 'api' merupakan aktivitas menghangatkan badan dengan mendekatkan diri di depan perapian berupa tungku, api unggun, atau perapian yang lain. Kegiatan ini seringkali dilakukan warga di tempat terhangat di rumah, yaitu dapur Tembok dapur boleh jadi hitam dan kelabu karena efek asap perapian yg menggunakan kayu bakar, namun ruang dapur sederhana menjadi ruang yang memiliki peran penting untuk mempererat ikatan keluarga dimana seluruh anggota keluarga berkumpul dan saling bertukar cerita kehidupan. Tradisi warga mengundang tamu untuk bertukar cerita di dapur pun memiliki makna tersendiri, menandakan terbukanya pintu hati tuan dan nyonya rumah yang bersedia dengan lapang dada berbagi pengalaman hidup terdalam mereka dengan tamunya.

Tidak hanya berdinamika bersama warga, peserta kegiatan juga mendapatkan materi dasar tentang makna acara LENTERA dan Nilai-nilai Kedutawacanaan yang dibawakan oleh Pdt. Nani Minarni, S. Si., M. Hum., Kepala Lembaga Pelayanan Kerohanian, Konseling dan Spiritualitas Kampus (LPKKSK) UKDW serta 'Spiritualitas Pemimpin Pelayan' yang dibawakan oleh Pdt. Adhika Tri Subowo, M. Fil, dosen Fakultas Teologi UKDW. Melalui paparannya, Pdt Nani mengajak p e s e r t a u n t u

kepemimpinan yang didasari oleh Nilai-nilai Kedutawacanaan. Peserta diingatkan bahwa pemimpin yang diharapkan adalah seseorang yang transformatif, pemimpin pelayan (servant leader), dan adaptif. Transformatif artinya bersedia untuk selalu belajar dan berani melakukan upaya-upaya demi membawa perubahan yang signifikan bagi organisasi. Pemimpin pelayan (servant leader)

Jika hidup ini singkat, bagaimana kita bisa menjadikannya lebih bermakna? Mazmur 90:12 berkata, "Ajarlah kami menghitung harihari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." Ini adalah doa agar kita bisa menggunakan waktu yang terbatas ini dengan bijaksana.

3 Mengisi Hidup dengan Hal yang Berharga Kini, saatnya kita bertanya pada diri sendiri: Apakah saya sudah menjadi terang bagi orang lain? Bagaimana saya dapat memaknai kefanaan hidup dalam tanggung jawab saya di UKDW? Jejak kebaikan apa yang ingin saya tinggalkan sebelum kembali kepada Tuhan? Kiranya Tuhan menolong kita untuk hidup dengan penuh makna. Amin. [Pedro]

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat

Lentera 2025: Kepemimpinan Holistik, Membangun Keseimbangan & Kebersamaan yang Inklusif

berarti seorang pemimpin yang karakter kepemimpinannya diilhami oleh kharisma kepemimpinan Tuhan Yesus sendiri kala Ia menjalankan misi-Nya di dunia Sedangkan adaptif berarti pemimpin memahami konteks dan tantangan dari organisasi yang dipimpin tanpa melupakan konteks masyarakat lokal, nasional dan internasional. Organisasi menjadi bagian tak terpisahkan dari diri seorang pemimpin Pandangan ‘think globally, act locally’ menjadi penerapan dari sikap adaptif dari seorang pemimpin.

Di sesi selanjutnya, Pdt. Adhika mengundang peserta untuk memahami spiritualitas pemimpin pelayan yang mendasarkan k e p e m i m p i n a n n y a p a d a t e l a d a n kepemimpinan Kristus “Bagi seorang pemimpin pelayan, sikap lebih banyak mendengar, lebih dulu memahami, dan mampu menyampaikan pendapat dan tanggapan di waktu yang tepat menjadi poin penting Seorang pemimpin pelayan adalah pribadi yang peduli dan memperhatikan kondisi dan kesulitan yang dialami rekan sekerjanya,” ujarnya. Pdt. Adhika juga menekankan bahwa pemimpin pelayan akan selalu memberikan kata atau kalimat apresiatif yang membangun, menghargai dan berempati kepada rekan sekerjanya. Pemimpin pelayan juga merupakan individu persuasif yang mampu memberikan pengaruh dan membawa haluan kerja organisasinya demi menggapai tujuan bersama. Melengkapi pengalaman peserta, salah seorang panitia LENTERA diundang menjadi pembawa firman dalam acara persekutuan wilayah di dusun Kenalan. Acara ini dilakukan d i s a l a h s a t u r u m a h w a r g a d a n mempersekutukan sekitar 20an warga jemaat. Persekutuan wilayah yang dirasa menguatkan tali persaudaraan umat Kristiani di desa Kenalan ini sekaligus menjadi wadah bagi para warga untuk membicarakan persiapan pelayanan mereka dalam Kebaktian Umum di hari Minggu berikutnya. Di hari kedua, peserta diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan di kebun, ladang,

dan sawah bersama warga di lereng Gunung Merbabu. Bersama warga, peserta memanen kentang, memberi pupuk, mencabut gulma, dan membersihkan hasil panen Selesai beraktivitas, mereka menikmati makan siang berupa menu pedesaan di rumah warga Kegiatan hari kedua tidak berhenti di situ. Saat sore hari, peserta kembali diajak untuk menuliskan refleksi pribadi mereka Selanjutnya mereka mengadakan acara sosial dengan membersihkan ruang ibadah dan halaman Gereja Kristen Jawa (GKJ) Kenalan untuk persiapan Kebaktian Minggu Di kesempatan ini, peserta juga menyerahkan beberapa alat kebersihan untuk digunakan di gereja Tidak hanya itu, peserta juga melakukan kegiatan bersama Komisi Remaja dan Pemuda GKJ Kenalan. “Aksi sosial dan kegiatan bersama ini diharapkan mampu mengingatkan para peserta dan panitia akan tugas dan tanggung jawab mereka nantinya di masyarakat Dengan berkegiatan bersama, peserta diajak untuk berbaur, memperluas jejaring, berdinamika bersama Selain itu kegiatan ini juga melatih peserta untuk menjadi pribadi yang adaptif” ujar Adham Khrisna Satria, M A , selaku pendamping kegiatan.

Di hari ketiga, yang sekaligus hari penutupan acara, peserta mengikuti kebaktian Minggu yang dipimpin langsung oleh Pdt Nani Minarni, S Si , M Hum Peserta mengambil bagian sebagai liturgos, pemusik, penyanyi, dan anggota koor. Kegiatan ini tidak diwajibkan bagi peserta yang beragama Islam dan Buddha, tetapi mereka juga diberi kesempatan untuk membantu teknis persiapan Seusai kebaktian, para peserta diminta untuk kembali ke rumah keluarga masing-masing dan mempersiapkan kepulangan. Walaupun kebersamaan dalam acara Lentera ini sangat singkat, hanya 3 hari dan 2 malam, bagi banyak peserta, lokasi dan keramahan penduduk Dusun Kenalan memberikan kesan yang dalam dan membuat para peserta kerasan tinggal di sana. [Adham]

doc.Google

Patricia Fara, sejarawan sains asal Inggris,

menulis beberapa buah pena yang mengeksplorasi hubungan antara sains, politik, dan sosial kemasyarakatan. Salah satu karyanya adalah buku Sex, Botany, and Empire: The Story of Carl Linnaeus and Joseph Banks, yang mengungkap bahwa botani yang sering dipandang sebagai salah satu bidang ilmu murni, sebenarnya tidak demikian adanya.

Fara menuliskan bahwa perkembangan botani berkaitan erat dengan ekspansi kolonial, eksploitasi ekonomi, dan hierarki gender. Melalui kisah dua tokoh penting botani, Carl Linnaeus dan Joseph Banks, Fara berpendapat bahwa perkembangan botani, yang didefinisikan secara sederhana sebagai studi tentang dunia tumbuhan, bukan sekadar didorong oleh rasa ingin tahu secara ilmiah, tetapi juga ditunggangi sebagai sarana untuk membangun dan memperkuat kekuasaan imperial dunia Barat Buku ini menantang pandangan tradisional yang menyatakan bahwa sains dapat berdiri mengambil posisi di luar pengaruh politik dan kekuasaan Sejarah peradaban manusia pada akhirnya menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan sering kali berperan sebagai pelayan kepentingan kekuasaan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi.

Carl Linnaeus (1707–1778) adalah seorang ahli botani, zoologi dan dokter asal Swedia yang paling terkenal karena inisiasi dan capaiannya dalam mengembangkan sistem pengelompokan makhluk hidup Sistem yang popular dengan nama binomial nomenklatur tersebut awalnya menitikberatkan pada pengelompokan tumbuhan. Sistem pengelompokan ala Linnaeus ini kemudian berkembang lebih lanjut dan masih digunakan hingga saat ini dalam klasifikasi organisme Metode yang dikembangkan oleh Linnaeus membawa keteraturan dalam ilmu besar biologi dan memungkinkan penelitian tentang makhluk hidup menjadi lebih sistematis. Namun, Fara mengungkapkan bahwa karya besar Linnaeus tidak berhenti pada klasifikasi dunia tumbuhan. Sistem klasifikasi yang dikembangkan oleh orang yang menganggap dirinya sebagai Adam kedua dan pernah mencoba membangun Taman Eden di kota Upsalla, Swedia juga membantu berbagai kerajaan besar Eropa memburu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi, dan menjadikan botani sebagai aspek penting ekspansi kolonial.

Pojok Alumni

Pe r t a m a k a l i m e m u t u s k a n u n t u k

melanjutkan pendidikan Strata 1 (S1) di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, saya yakin benar bahwa t u j u a n

a u n t u k b e l a j a r d a n menyelesaikan pendidikan dengan baik. Belum jelas bagi saya apa yang sebenarnya ingin saya capai. Selayaknya playdough yang masih kerap berubah bentuk, begitulah tujuan hidup saya kala itu.

Seiring berjalannya waktu, karakter saya mulai terbentuk. Pada masa inilah saya merasa pendewasaan saya berkembang Secara tidak sengaja, apa yang dilakukan mengarahkan saya untuk menjadi seorang tenaga pendidik Ketertarikan ini muncul pertama kali ketika saya mencari pengalaman kerja dengan memberikan

Kelindan Sains dan Kekuasaan dalam Laju Perkembangan Awal Botani

Selain itu, pendekatan Linnaeus menggambarkan penggolongan tumbuhan dengan metafora seksual sempat membuat polaritas pendapat kaum terpelajar Eropa yang sebagian besar masih berpegang pada tradisi keagamaan saat itu. Joseph Banks (1743–1820), ahli botani asal Inggris, memainkan peran besar dalam mewujudkan ambisi ilmiah imperial Kerajaan Inggris dibawah pemerintahan raja George III. Ia menjadi kepala ahli botani dalam ekspedisi pertama Kapten James Cook yang diluncurkan pada tahun 1768-1771 di belahan bumi Pasifik Selatan. Dalam ekspedisi tersebut, ia berhasil mengumpulkan ribuan spesimen tanaman yang tidak terdapat di Eropa. Sepulangnya ke Inggris, Banks menjadi tokoh sentral dalam kebijakan kolonial Inggris terkait pengembangan agrikultur dan eksploitasi sumber daya alam Sebagai presiden Royal Society yang merupakan komunitas kaum terpelajar se-Inggris Raya selama lebih dari 42 tahun, Banks berperan penting dalam mengarsiteki kebijakan pemerintah Inggris dalam pengembangan botani terapan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan memajukan agribisnis Kerajaan Inggris. Warisan karya Banks menunjukkan bahwa penemuan ilmiah tidak terpisahkan dari strategi politik dan ekonomi kerajaan Inggris. Salah satu aspek paling menarik yang tertulis dalam buku ini adalah fakta bahwa dua pendekar botani Linnaeus dan Banks bukan hanya berperan sebagai ilmuwan, tetapi juga aktor dalam sistem politik imperialis. Carl Linnaeus yang terkenal karena kontribusinya dalam klasifikasi tumbuhan (dan organisme lain), ternyata juga berhasrat besar untuk memajukan ekonomi Kerajaan Swedia dan koloninya Ia menugaskan banyak murid ke berbagai penjuru bumi untuk menemukan tumbuhan bernilai ekonomis yang dapat dikembangkan di Swedia dalam rangka membantu meningkatkan ekonomi Swedia Linnaeus berambisi mengumpulkan ragam tumbuhan yang bernilai ekonomis untuk dibudidayakan di wilayah Kerajaan Swedia sehingga kelak kerajaan tersebut mampu memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan tanpa bergantung pada dunia luar Linnaeus mempercayai bahwa tugas ahli botani adalah untuk menemukan dan membudidayakan tumbuhan yang mempunyai nilai guna bagi manusia, akan tetapi tugas tersebut akan berhasil jika dikerjakan oleh ilmuwan berkulit putih dari

Eropa. Ide Linnaeus ini kelak juga disepakati oleh Joseph Bank dan mencerminkan pembenarkan hierarki rasial dalam sistem kolonial. Pemikiran L i n n a e u s i n i p a d a a k h i r n y a t i d a k l a g i menempatkannya sebagai ilmuwan objektif, tetapi juga konseptor ekspansi Eropa ke penjuru dunia.

Mengenai Joseph Banks, Fara menuliskan bahwa pria yang masa mudanya terinspirasi oleh Linnaeus tersebut bukan hanya seorang ahli botani terkemuka Inggris, tetapi juga seorang perancang strategi kolonial Fara mengungkap peran Banks, yang mempopulerkan dirinya sebagai science explorer, dalam membentuk kebijakan pertanian kolonial Inggris memiliki dampak jangka panjang terhadap negara-negara yang dijajah Proyek Banks dalam membawa tumbuhan sukun (Artocarpus altilis) dari Kepulauan di Pasifik Selatan ke koloni Inggris di Karibia Amerika Tengah misalnya, umum dipandang sebagai pencapaian ilmiah Fara menunjukkan bahwa langkah ini sebenarnya merupakan bagian dari kebijakan politik untuk menyediakan sumber pangan murah bagi budak yang dipekerjakan di perkebunan Fakta ini memperlihatkan bahwa kontribusi Banks dalam botani tidak bisa dilepaskan dari ambisi imperialisme Kerajaan Inggris.

Salah satu kekuatan utama buku ini adalah kemampuan Fara dalam menghubungkan ilmu pengetahuan, terutama perkembangan bidang ilmu botani, dengan bidang sosial dan politik saat itu. Fara menulis dengan gaya menarik sehingga topik sejarah sains yang kompleks dapat dipahami oleh pembaca umum Tulisan Fara mampu dengan jelas menunjukkan bahwa proses pengembangan ilmu pengetahuan tidaklah selamanya natural dan netral, tetapi dapat dipengaruhi oleh struktur kekuasaan Dengan menghubungkan botani dengan ekspansi kolonial dan hierarki gender, Fara mengajak pembaca untuk melihat kembali bagaimana penemuan ilmiah sering kali memiliki konsekuensi yang lebih besar dari sekadar kemajuan ilmu pengetahuan.

Buku ini juga memiliki beberapa kelemahan. Dengan jumlah halaman yang terbentang hanya 157, cakupan pembahasan Patricia Fara terasa terbatas karena hanya menyentuh permukaan dari tema besar yang diangkat Pembaca yang mengharapkan biografi mendalam tentang Linnaeus atau Banks mungkin akan kecewa karena buku ini lebih menelisik peran mereka

dalam sejarah kolonial daripada detail kehidupan pribadi atau kontribusi ilmiah mereka. Pun, Fara banyak memfokuskan diri pada Joseph Banks dan bukan Carl Linnaeus. Secara keseluruhan, buku Sex, Botany, and Empire ini adalah produk sastra yang menggugah pemikiran kritis dan menantang anggapan umum bahwa sains bersifat netral yang bebas dari pengaruh apapun Melalui sepenggal cerita tentang kehidupan dan warisan Carl Linnaeus dan Joseph Banks, Patricia Fara menunjukkan bahwa botani bukan melulu tentang klasifikasi tumbuhan, tetapi juga tentang kontrol atas manusia dan daerah jajahan untuk kepentingan ekonomi negara imperial. Meskipun singkat, buku ini berhasil membuka diskusi tentang bagaimana dinamika politik dan kekuasaan yang tersembunyi sering kali menjadi dasar bagi ekspedisi sains dan eksplorasi ilmiah. Buku ini layak dibaca oleh siapapun yang tertarik dengan sejarah sains, kolonialisme, atau politik dalam dunia ilmu pengetahuan (terutama botani) yang sering kali terabaikan. (KMR)

Judul buku :

Penulis : Penerbit : Tahun terbit :

Sex, Botany, and Empire: The Story of Carl Linnaeus and Joseph Bank 2003 Patricia Fara Icon Books Ltd, England

Menjadi Dosen, Perjalanan Belajar yang Terus Berlanjut

kursus pemrograman kepada beberapa adik angkatan. Saat itu, ada rasa puas dan bahagia yang saya rasakan ketika berbagi pengetahuan yang saya miliki. Pengalaman ini membuat saya mantap memutuskan untuk melanjutkan studi di tingkat Strata 2 (S2) dan Strata 3 (S3).

Bagi saya, berkarir di dunia akademik merupakan sebuah keistimewaan Ada rasa bahagia yang muncul ketika apa yang kita bagikan, baik itu pengetahuan ataupun pengalaman, ternyata menjadi inspirasi baik bagi peserta didik. Menjadi pendidik membuat saya belajar tentang bagaimana berkontribusi akan masa depan seseorang secara profesional dengan memberikan pengetahuan, pengalaman, kemampuan analisis, dan kemampuan bekerja profesional Menjadi pendidik juga membuat saya sadar bahwa pendidik membutuhkan proses belajar yang terus-menerus dan berkelanjutan, mengingat ilmu pengetahuan adalah hal yang terus berubah dan berkembang Dengan berproses secara terus menerus melalui karya penelitian, pengabdian, dan pengajaran serta bimbingan peserta didik, kita dilatih untuk berkembang secara profesional dengan penuh tanggung jawab akan tugas yang dibebankan kepada kita. Hal ini, menurut saya, merupakan kesempatan pembekalan diri melalui proses belajar yang dilakukan secara sukarela dan berkelanjutan sepanjang hidup (Lifelong learning).

Disamping itu, berkarir sebagai akademisi, terutama sebagai dosen, membuka kesempatan untuk berkontribusi sesuai dengan bidang pakar yang kita minati Kesempatan menerbitkan karya ilmiah dan mengikuti konferensi membawa kebanggaan tersendiri akan pentingnya kontribusi kita bagi sesama akademisi maupun non-akademisi Dengan tersebarnya komunitas akademisi di seluruh dunia, kita dapat melihat objek penelitian kita

dari perspektif yang berbeda. Interaksi semacam ini menumbuhkan pertukaran ide yang produktif, kolaboratif, serta hasrat untuk maju bersama. Proses yang berkelanjutan ini juga merangsang kemampuan intelektual kita. Kemudian, fleksibilitas dalam melakukan kegiatan Tri Dharma juga merupakan salah satu faktor yang menyenangkan Meskipun jadwal pengajaran sudah ditetapkan, tugas penelitian, penilaian, dan administrasi dapat dilakukan dengan fleksibilitas tertentu. Kebebasan ini saya p a n d a n g s e b a g a i k e m u d a h a n u n t u k menyeimbangkan kehidupan kerja dan pribadi secara sehat dibandingkan dengan karir lain yang memiliki jam kerja yang ketat. Selain itu, melihat pentingnya peran seorang tenaga pendidik, sudah banyak institusi-institusi pendidikan yang memberikan apresiasi dengan jaminan pekerjaan yang pasti, penghasilan yang layak, dan insentifinsentif lainnya.

Walaupun begitu, menjalani hari-hari sebagai dosen bukannya tanpa tantangan Tantangan yang sangat umum adalah beban kerja yang berlebihan Persiapan untuk mengajar, pengembangan materi kuliah, perkuliahan, penelitian dan pengabdian, serta partisipasi dalam konferensi memaksa kita menjadikan manajemen waktu sebagai keterampilan utama untuk bertahan hidup. Terlebih ketika institusi tempat mengajar lebih berfokus pada penelitian, sehingga dosen harus menghasilkan publikasi yang banyak dan mengejar hibah Hal ini seringkali mengorbankan kualitas pengajaran dan administrasi.

Begitu pula dengan persaingan saat memulai karir sebagai dosen saat ini. Mereka yang hanya berbekal gelar kelulusan saja akan kalah dengan mereka yang dilengkapi dengan keterampilan lainnya. Pengalaman pendidikan S2 dan S3 saat ini merupakan hal yang dapat dikatakan wajib bagi seorang dosen Secara tidak langsung

pendidikan lanjut tersebut membiasakan kita d

d e m i k y a n g mempunyai nuansa (i.e., culture) dan regulasi yang berbeda dengan kehidupan non-akademik (i.e., industri).

Salah satu hal baik yang bisa kita dapatkan melalui proses pendidikan tingkat lanjut adalah melatih membangun dan membiasakan kerangka berpikir yang sistematik dalam penyelesaian masalah. Dengan pola pikir seperti ini, penyampaian ilmu pengetahuan lebih terstruktur/sistematik, sehingga mudah diserap oleh peserta didik/mahasiswa. Hal-hal lain yang menurut saya penting untuk dibiasakan adalah memulai menulis artikel ilmiah Penulisan karya ilmiah ini biasanya merupakan hasil dari sebuah penelitian Individu diajak untuk terbiasa menuangkan pemikiran yang kritis dan sistematis. Ini merupakan portfolio yang sangat baik saat baru memulai karir akademik. Ketika ditambah dengan pengalaman berorasi di depan publik (e.g., konferensi) akan menambah rasa percaya diri untuk memasuki dunia akademisi sebagai dosen.

Menjadi dosen merupakan pilihan karir yang sangat mulia, yang menuntut dedikasi, kemampuan akademis, serta antusiasme dalam m e n e l i t i d

n

e n g a j a r D

n

a n mempersiapkan kualifikasi yang dibutuhkan sedini mungkin dan terus meningkatkan keterampilan profesional, akan melancarkan jalan seseorang untuk mendapatkan tempat di dunia akademis sebagai dosen. Keuntungan dari profesi ini tidak hanya dalam hal finansial, tetapi juga memberikan tantangan intelektual, kesempatan untuk membentuk generasi penerus, dan kontribusi berkelanjutan bagi masyarakat luas.

Wisuda September 2008
Alumnus Prodi Informatika, Fakultas Teknologi Informasi UKDW
B. V. Batlajery
doc.Pribadi

EUGENIA VINCELEN SUSANTO GITA WIRANDA PUTRI

AGATHA PUTRI AYU RATNASARI

Magister Filsafat

Daftar Wisudawan UKDW

Sarjana Manajemen (S.M.)

Sarjana Akuntansi (S.Ak.)

Sarjana Arsitektur (S.Ars.)

PRODI AKUNTANSI

Ÿ CAROLUS BOROMEUS SORO DJAWA

PRODI MANAJEMEN PROGRAM MAGISTER

RISNIATI DEVIOKRIANI TODAGA

ANGGY CHRISTINA SERLY

ANTONIUS FELIX SUSANTO (S.Ak.) (S.Ak.)

Ÿ TRI PUTRI BR SEMBIRING

PRODI ARSITEKTUR

PRODI MANAJEMEN PROGRAM MAGISTER

WEDHATAMA WISNUWARDHANA

Ÿ ALMEIDO AMSJON NUBATONIS

Ÿ JUAN ANTONIO KOBE

Ÿ ALDHY EXSELON NDEO

PETRICK STIVENDER MBOEIK

SAMUEL ARIKO DANANG PUTRATIARNO

MUHAMMAD YUSUF LITILOLY

Ÿ WAHYUDI KRISTOBER SUGIHEN

Ÿ BIMATA GOSANADI

Ÿ PRISKIANUS MANEK NAHAK

SATRIAJI HARYO KUMORO

RAFAEL NOVENTINO PARIKESIT

CHRISTINA APRILIA HERAWATI

Ÿ DENNIS TITO LAUNARDY

Ÿ REZHA DAREN KURNIA

Ÿ ANDREAS CARLOS JAUWENA

PRODI INFORMATIKA

Ÿ ELDAD RIZALDI ADIPRATAMA

YOHANES TENNARY RINTO PRADHANA

YOGISWARA A. PRAMUDITA

GABRIEL GIOVANY

Ÿ ALFARIEL AIRAMI TULUS

Ÿ MIKHAEL LOUIS JASTINE WENTHE

Ÿ VEGA NATALIA BUBUNDATU FRANGKI STEFANI SAYA

LIVYA SUSILO

YOHAN PRATAMA

Ÿ CARLOS THE GOODMAN S. SIDEBANY

Ÿ JOSHUA PENTA SOHILAIT

Ÿ YOEL CHRISTY LUMEMBANG

(S.Ars.)

(S.Ars.)

(S.Ars.)

(S.Ars.)

(S.Ars.) (S.Ars.)

(S.Ars.)

IRVAN RIFKIE SANTOSO

LUCIA VISTA HAYUNINGTYAS

JOHANES DE BRITTO HANDITYA G. W.

Ÿ SATRIO AJI UTOMO

Ÿ ADELATUS ARDIAS

Ÿ ENDRICHO ABEDNEGO

IVANA FLORENCIA TANGGARA

MICHELLE S. A. DARMAWAN

DAMIANUS A. SAHASRAKIRANA

Ÿ FERNANDO IEWANDA RUMALUTUR

Ÿ AZRIEL S. NUGROHO HASUDUNGAN

Ÿ MAVERICK MIKOLAS MULYADI

YUSAK SATRIA P. ARRY SUTANTO

SATRIADINATA RATNANTO

JOINER TENNYE ARIEL TOGATOROP

Desain (S.Ds.)

(S.Kom.)

Sarjana Komputer (S.Kom.)

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Ÿ MATTHEW BILL RAHARJO

Ÿ

DEJAN FELIPPE CHRISTARDUS GOA

Ÿ ALDI MILANDO DAMAK MANDUAPESSY

Ÿ ELISABETH YOVITA NATHANIA

Ÿ

Ÿ

Ÿ WILFRED OEWYN VALENT PALANGAN

PRODI MANAJEMEN PROGRAM MAGISTER PRODI DESAIN PRODUK

VERDISA ALANDRA CLARIBEL LOVELDY

ALLIA SWASTI SETYOPUTRI

I KOMANG TRI ADI SATRIAWAN GIRI

Ÿ AGUSTINA DIGA SUMILAT

Ÿ HANIIF AHMAD CANDRAPUTRA

Ÿ NEYSA NATANIA BR. SINGARIMBUN

Ÿ STEFARON BUDHI SANTOSA

PUTU GDE QWAT BAYU LIANDARU

PRODI SISTEM INFORMASI

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.) (S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.) (S.Kom.) (S.Kom.)

(S.Kom.) (S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.) (S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

Ÿ ANGELICA C. WIBOWO SIAUW

Ÿ GRACE NOLANDA PUTRI TIRANDA YONATHAN FABIANO

DAVID HENGKENGBALA

(S.Kom.)

(S.Kom.) (S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.) (S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

Ÿ

SRI AYUNINGSIH ENGGAR KURNIASANDY

Ÿ KEVIN ALFRENALD

Ÿ DEVI INRIANI

Ÿ HELENA PRASEPTIN

YOHANA MARGARETHA SIMANJUNTAK

AUDRY TRYPHOSA MARWINDO CHRISTIAN P. MEGAMA

Ÿ ALBERTUS R. IMANUEL BAWIMBANG

Ÿ GABRIELLA WINDA SYALOMITHA

FRANSISCO BERUTU ASTRID MEILANDA LARUNSEDU

MOSES GINTING

GLORIA STEVALEN

Ÿ AMABEL BELLA CAHYADI

Ÿ JOSEFAL JANUARIO GARUS

Ÿ ELISABET GRAMEDIWILA SERUNI

LISNA APRILIA

I MADE KRISNA MAHARDIKA

ELFARYNE CLARA FIRDAUS

Ÿ LEONARD DANIEL WINARTO

RADEN PASKALIS DANIEL ANDRHE NUGRAHA

YULIUS WISDAM ARYA PRASETYO

JESSICA WIYANTI

KOO, CLARISSA PUTRI

Ÿ DANELLA PATRICIA ALIM

Ÿ GIAN LIONEL SETYAWAN

(S.Ds.) (S.Ds.) (S.Ds.) (S.Ds.) (S.Ds.) (S.Ds.)

IMMANUEL ADITAMA

TIMOTHY HEKSADIO RIHADI

Ÿ ADHITYA BAGAS PANGGALIH

Ÿ NOVA SARI PADATUAN

Ÿ YEHEZKIEL A. DEWANGGA PUTRA

STANLEY S L TORUAN

JASCHA FABIO PETTA

RAFAEL TIMOTHY WAROKKA

Ÿ JEREMY WASISTHA MALON

Ÿ DIMAS AJI SETIAWAN

Ÿ SEPRIONALDI

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

(S.Kom.)

DIAN MEILISA TAMPUBOLON Ÿ EMANUELA CAHYA PARAMITA EMMANUEL RINALDI BATUALLO DANIAL UMBU TARA DAPAMUDANG NANDANA PRADIPA A. ODIROS

LAMBERT M. RONSUMBRE

NESYA SEKAR PALUPI Ÿ NCHO KRISTHOSA

PRODI ARSITEKTUR PROGRAM MAGISTER

CHRISTOPEL HARRY ORLANDO ATE (M.Ars.)

GRACIA ANGELA NALLE

GINA EKARISTI WEDYANANTHI MICHAEL JOAN RAYNALDY

(S.Kom.)

(S.Kom.) (S.Kom.)

Sebagai upaya untuk meningkatkan

kapasitas dan daya saing, UKDW telah mempersiapkan infrastruktur yang lebih maju dan representatif melalui pembangunan Kampus 2 dimana di dalamnya terdapat Rumah Sakit Duta Wacana yang berlokasi di Sedayu, Kabupaten Bantul. Selain itu, UKDW terus memperkuat kerja sama internasional, mendukung pertukaran p e n g e t a h u a n g l o b a l m e l a l u i internasionalisasi, dan menyelenggarakan program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) yang memberi pengakuan akademis atas pengalaman di dunia kerja.

Hal ini disampaikan oleh Rektor UKDW, Dr -Ing Wiyatiningsih, S T , M T dalam sambutannya pada acara Wisuda Sarjana dan Pascasarjana UKDW, yang diadakan di Auditorium Koinonia UKDW pada hari Sabtu, 8 Maret 2025. “UKDW telah menunjukkan

UKDW

Persiapkan Infrastruktur yang Lebih Maju dan Representatif

prestasi membanggakan sebagai salah satu dari 103 Perguruan Tinggi Unggul dari 3.352

Perguruan Tinggi di Indonesia Kami berharap para wisudawan di sini terus m

Kedutawacanaan yang terdiri dari Obedience to God, Walking in Integrity, Striving for Excellence, dan Service to the World sebagai pedoman untuk berkarya dan berkontribusi dalam kehidupan profesional berkelanjutan,” pesannya.

Dr -Ing Wiyatiningsih, S T , M T mengucapkan selamat atas pencapaian para wisudawan dan berharap para wisudawan tidak hanya menjadi agen perubahan yang handal, tetapi juga membawa harapan dan inspirasi “Kami bangga atas keberhasilan yang sudah diraih, dan percaya Anda akan menjadi cahaya harapan bagi masa depan. Selamat melanjutkan perjalanan dengan

semangat baru, dan tetap mengandalkan pada penyertaan kasih Tuhan,” tuturnya.

Pada periode kali ini, UKDW meluluskan 161 mahasiswa yang terdiri dari 152 mahasiswa Program Sarjana dan 9 mahasiswa d

laporannya, Dr. Rosa Delima, S.Kom., M.Kom. selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan R i s e t ( W R 1 ) U K D W Y o g y a k a r t a menyampaikan persentase lulusan program sarjana yang memiliki IPK antara 3,0-4,0 sebesar 86%, sedangkan untuk persentase lulusan program pascasarjana yang memiliki IPK antara 3,5-4,0 sebesar 78%,” ungkapnya.

Selanjutnya, Christina Aprilia Herawati, salah satu wisudawan dari Prodi Arsitektur menyampaikan terima kasih kepada UKDW yang telah menjadi rumah kedua dalam prosesnya menuntut ilmu “Saya sangat bersyukur bisa menerima manfaat dari

beasiswa KIP Kuliah yang diberikan. Hal ini mendorong saya untuk berjuang lebih keras, meningkatkan diri baik dalam hal akademik maupun non akademik. Saya yakin suatu hari nanti dapat membantu orang lain untuk mencapai tujuan mereka, seperti bantuan yang telah saya terima,” tuturnya. Christina Aprilia juga mengucapkan terima kasih kepada para dosen dan staf di Fakultas Arsitektur dan Desain, yang telah membimbing dengan penuh dedikasi dan kesabaran. “Berkat dedikasi Bapak/Ibu, saya bisa menyelesaikan perjalanan akademik ini dengan baik. Semua ilmu maupun nasihat yang telah diberikan menjadi bekal saya yang tak ternilai dan pedoman dalam menghadapi tantangan ke depan nanti,” pungkasnya.

Berkuliah di Prodi Manajemen Fakultas Bisnis UKDW menjadi salah satu kesempatan berharga, setelah saya mendapatkan beasiswa OSC 2016. Beasiswa penuh dari UKDW yang berkolaborasi dengan Metro Tv bersama Avitex. Saya senang belajar bisnis karena sesuai dengan latar belakang saya yang memiliki bisnis online shop kecil-kecilan sejak di bangku SMK. Seiring waktu berjalan, ternyata ilmu di dunia bisnis dan manajemen tak hanya sekadar soal jualan saja. Belajar di Prodi Manajemen UKDW membuka pikiran saya tentang seberapa luas pengetahuan di dalamnya. Apalagi, sepanjang saya berkuliah, tak hanya teori yang didapat, saya juga bisa memahami bagaimana dunia bisnis bekerja. Akhirnya saya menemukan passion lewat satu mata kuliah bernama Investasi yang waktu itu diampu oleh Bu Umi (salah satu Dosen Bisnis UKDW). Dari sinilah saya mulai memfokuskan diri untuk terjun di dunia investasi dan ingin bekerja di bidang ini. Setelah lulus, saya mendapatkan kesempatan untuk bekerja di dunia yang tak jauh dari investasi. Selain untuk bekerja, berbekal ilmu dari berkuliah Manajemen Bisnis di UKDW, saya juga membangun mindset tak hanya sebagai entrepreneur, tetapi juga sebagai investor.

Halo teman-teman muda yang luar biasa!

AnalystCNBCIndonesiaResearch

TasyaNataliaPangestika AlumnusManajemen2017

Selamat atas pencapaian kalian! Wisuda bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan yang lebih menantang. Dunia di luar sana bergerak cepat, dan kalian harus siap untuk terus belajar, beradaptasi, dan tumbuh. Jangan takut untuk mencoba hal baru, keluar dari zona nyaman, dan memulai dari bawah. Jaga integritas, bangun jaringan, dan manfaatkan teknologi dengan bijak. Sukses bukan hanya soal jabatan atau gaji, tapi bagaimana kalian bisa memberikan dampak positif bagi sekitar. Tetap semangat, tetap rendah hati, dan terus maju!

Anne Purba

VP Public Relation PT Kereta Api Indonesia

AlumnusTeknikInformatika2002

doc.Biro4 doc.Biro4

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.