UKDW Yogyakarta

@ukdwyogyakarta
UKDW Yogyakarta
Alamat Redaksi:
Kantor Biro IV UKDW
Gedung Hagios Lantai 1
Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D I Yogyakarta


Koran Kampus UKDW korankampus@staff ukdw ac id
UKDW Yogyakarta
@ukdwyogyakarta
UKDW Yogyakarta
Alamat Redaksi:
Kantor Biro IV UKDW
Gedung Hagios Lantai 1
Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D I Yogyakarta
Koran Kampus UKDW korankampus@staff ukdw ac id
BagiUKDWDiTahunUlar
FEBRUARI 2025
Tim mahasiswa Program Studi (Prodi)
Informatika Fakultas Teknologi Informasi (FTI) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta berhasil meraih Juara 2 dalam ajang SPARK Telkomsel 2025 – Datathon Competition Scientific Performance And Research Knowledge (SPARK) Telkomsel 2025 –Datathon Competition merupakan kompetisi yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Elektroteknik Institut Teknologi Bandung (HME ITB) dengan dukungan dari Ikatan Alumni Elektro ITB (IAE ITB), PT Bangunindo Teknusa Jaya, Google, dan Telkomsel.
Kompetisi ini diikuti oleh 768 peserta yang terbagi dalam 218 kelompok dari 41 universitas swasta dan 53 universitas negeri yang tersebar dari seluruh indonesia. Hadir sebagai wadah inovasi teknologi yang mendorong pengembangan solusi berbasis teknologi digital, khususnya di bidang kecerdasan buatan, dengan fokus pada penyelesaian permasalahan umum melalui
pemanfaatan data secara optimal. Ajang ini tidak hanya mencari teknologi yang canggih, tetapi juga menitikberatkan pada solusi yang mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat serta mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia.
Tim mahasiswa UKDW yang berhasil menjadi Juara 2 dalam ajang tersebut mengembangkan sebuah aplikasi untuk membantu meningkatkan efisiensi dan akurasi kerja tenaga pengkodean ICD-10 di Indonesia. Sebuah sistem penggolongan penyakit dan masalah kesehatan yang disusun berdasarkan sistem kategori Adapun tim tersebut terdiri dari Nicholas Tanugroho, Andi Putrayana, dan Angela Sekar Widelia. Nicholas menyebutkan saat ini, Indonesia menghadapi tantangan berupa kekurangan SDM pengkodean ICD-10, hasil pengkodean yang kurang lengkap, serta kurangnya pedoman dalam penggunaan istilah medis terutama ICD-10 ini.
Padahal, kode ICD-10 memegang peranan penting dalam proses klaim BPJS Kesehatan dan rujukan pasien ke spesialis. Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menargetkan pelatihan bagi 1800 tenaga pengkodean klinis pada tahun 2025 ini.
“Oleh karena itu, kami mengembangkan solusi berbasis artificial intelligence (AI) yang inovatif dan implementatif untuk membantu usaha pemerintah dalam mengatasi masalah tenaga pengkodean klinis. Dalam pengembangan solusi ini, peserta juga diwajibkan untuk memanfaatkan platform Bliv yang dikembangkan oleh PT Bangunindo Teknusa Jaya dan Vertex AI oleh Google Cloud,” terangnya.
Andi mengatakan kompetisi tersebut diawali dengan pengumpulan proposal ide pada tanggal 17 Desember 2024 hingga 9 Januari 2025. Delapan tim terbaik yang lolos ke babak final mendapatkan kesempatan untuk menghadiri sesi mentoring oleh PT Bangunindo Teknusa Jaya dan Google Cloud Indonesia untuk mendukung implementasi dalam pengerjaan karya peserta. Babak final dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2025 di Aula Timur ITB, yang mencakup presentasi final dan pameran hasil karya masingmasing peserta.
Angela menambahkan selain berkompetisi dan memperdalam ilmu di bidang machine learning, tim FTI UKDW juga mendapat pengalaman berharga yang tak terlupakan dan serta kesempatan untuk memperluas jaringan profesional “Kami berharap pengalaman ini dapat mendorong antusiasme mahasiswa UKDW untuk lebih aktif terlibat dalam kompetisi di masa depan, sekaligus meningkatkan citra universitas sebagai institusi yang mendukung pengembangan inovasi teknologi dan kompetensi mahasiswa,” pungkasnya. [angela]
Universitas Kristen Duta Wacana
(UKDW) Yogyakarta cukup banyak melakukan kolaborasi dengan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta untuk menggarap kawasan Kotabaru maupun melakukan kajian-kajian untuk mendukung kegiatan pariwisata di Kota Yogyakarta Hal ini disampaikan oleh Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph D selaku Wakil Rektor Bidang Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia, Promosi, dan Jejaring (WR 4) UKDW dalam acara Talkshow Tour De Kotabaru #4 yang diadakan pada hari Sabtu, 8 Februari 2025 di Halaman McD Sudirman, Yogyakarta. Pdt Wahju Satria Wibowo, Ph D menyebutkan pada akhir tahun lalu, UKDW melalui Pusat Studi Disabilitas dan Desain Inklusif (PSDDI) berkolaborasi dengan Pusat Desain Nasional Indonesia (PDIN) melakukan assessment terhadap kawasan pedestrian hingga area penyebrangan, khususnya penggal Jalan Jendral Sudirman.
“Lewat kegiatan bertajuk Step Out, kami ingin melihat sejauh mana ruang publik di Kotabaru dapat diakses teman-teman disabilitas. PSDDI mengajak komunitas teman-
teman disabilitas untuk menelusuri jalan guna mendapat masukan terkait ketersediaan aksesibilitas yang memadai. Melalui kolaborasi ini, diharapkan dapat mewujudkan ruang publik yang nyaman dan aman bagi semua orang,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D. juga menyebutkan jika kawasan Kotabaru menjadi salah satu ikon wisata yang ada di Yogyakarta karena memiliki sejarah dan banyak warisan budaya. “Kotabaru nuansa sejarah yang sangat kental
Talkshow Tour De Kotabaru #4 menjadi salah satu rangkaian acara yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta yang bertujuan untuk mengembangkan Kotabaru sebagai destinasi wisata alternatif, guna mengurangi kepadatan wisata di Malioboro dan memperkenalkan potensi unik kawasan tersebut. Turut hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut Yurnelis Piliang, S.I.P., M.P.A (Kepala Bidang Daya Tarik Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta) dan Eko Bimantoro (Direktur Utama Grha Eklin Group). [hosea] bahkan menjadi kawasan heritage (cagar budaya). Sejak zaman dahulu, masyarakat Kotabaru sudah mengajarkan toleransi agama yang sangat tinggi. Ketika Gereja HKBP dan Masjid Syuhada berada di satu j a l a n , m a s y a r a k a t t i d a k m e mpermasalahkan hal tersebut. Selain itu, Kotabaru juga menawarkan berbagai wisata budaya dan beragam kuliner yang khas,” katanya.
Meraih potensi terbaik telah menjadi bagian dari
prinsip hidup Agung Kurniawan. Namun, kondisi ekonomi keluarga sempat menjadi penghalang dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia memiliki keinginan besar untuk kuliah, tetapi di sisi lain, ia khawatir akan menjadi beban bagi keluarganya Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya ia memilih melanjutkan studi di Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta Keputusan ini tidaklah mudah, tetapi pengalaman sebelumnya saat mengikuti kompetisi akuntansi di kampus tersebut memberinya keyakinan Suasana akademik yang mendukung dan dosen yang inspiratif memperkuat keputusannya untuk menempuh pendidikan di UKDW. Selama menjalani kuliah, materi yang Agung terima tidak hanya berfokus pada angka dan laporan keuangan.
Ia juga dibekali dengan berbagai soft skills yang sangat penting dalam dunia kerja, seperti kemampuan berkomunikasi, bekerja dalam tim, dan memecahkan masalah. Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah keterlibatannya dalam proyek kerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), dan beberapa kementerian dalam penyelenggaraan kompetisi bagi Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dan mahasiswa. Melalui proyek tersebut, ia belajar tentang pentingnya integritas, etika profesi, dan tanggung jawab sosial, yang membentuknya menjadi calon akuntan profesional yang tidak hanya kompeten, tetapi juga berkarakter kuat.
Prodi Akuntansi di UKDW menjadi tempat yang tepat bagi Agung untuk belajar dan berkembang. Ia menyadari bahwa setiap institusi pendidikan selalu memiliki ruang untuk inovasi Agung berharap agar kurikulum dan metode pembelajaran di UKDW terus diperbarui agar semakin relevan dengan perkembangan dunia kerja yang semakin dinamis.
Menjadi lulusan terbaik adalah pencapaian luar biasa bagi Agung. Prestasi ini merupakan hasil dari kerja keras, dedikasi, dan dukungan dari berbagai pihak, baik keluarga, teman, maupun dosen Ia merasa bangga karena berhasil mencapai tujuan akademiknya dan membuktikan bahwa ketekunan dan semangat juang dapat mengatasi berbagai tantangan.
Keberhasilan perjalanan akademik Agung juga tidak lepas dari program beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Beasiswa ini menjadi penopang utama dalam kelanjutan pendidikannya, sehingga ia dapat fokus sepenuhnya pada perkuliahan tanpa terbebani oleh biaya. Dengan adanya bantuan ini, ia merasa sangat bersyukur dan semakin termotivasi untuk terus meraih prestasi.
Untuk menjaga prestasi akademik, Agung selalu menerapkan disiplin tinggi dalam belajar. Ia aktif dalam perkuliahan, mengerjakan tugas dengan sungguhsungguh, serta berusaha menjaga keseimbangan antara akademik dan kegiatan non akademik. Prinsip inilah yang membantunya untuk tetap konsisten dalam pencapaiannya.
Setelah lulus, Agung memiliki cita-cita untuk bekerja di perusahaan multinasional. Ia ingin mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya selama kuliah untuk memberikan kontribusi nyata dalam dunia industri. Prospek
karier di bidang akuntansi sangat cerah, dan ia berkomitmen untuk terus mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai pelatihan dan sertifikasi profesi guna menghadapi tantangan di masa depan.
Dalam lima tahun ke depan, Agung berharap dapat menjadi akuntan yang kompeten dan bereputasi baik. Selain itu, ia juga berencana untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi guna memperdalam wawasan dan keahliannya di bidang akuntansi Baginya, pendidikan adalah investasi jangka panjang yang akan membuka lebih banyak peluang di masa depan.
Selain ambisi dalam karier, Agung juga memiliki kepedulian terhadap masyarakat, terutama dalam sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Ia ingin berbagi pengetahuan tentang pentingnya akuntansi dalam kehidupan sehari-hari dan membantu pelaku usaha kecil dalam mengelola keuangan mereka dengan lebih baik Pengalamannya dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di salah satu UMKM Kota Semarang serta penelitian tentang fintech di UNS semakin membuka matanya akan peran akuntansi dalam keberlangsungan bisnis Oleh karena itu, ia ingin mengembangkan program pendampingan bagi pelaku UMKM untuk membantu mereka dalam menyusun laporan keuangan, menganalisis kinerja usaha, dan membuat keputusan bisnis yang lebih baik.
Sebagai pesan kepada mahasiswa lain, Agung menekankan pentingnya untuk tidak menyerah dalam mengejar mimpi. Ia mengajak mereka untuk memanfaatkan setiap kesempatan belajar dan berkembang, menjalin hubungan yang baik dengan dosen dan temanteman, serta selalu percaya pada diri sendiri. Baginya, keterbatasan bukanlah halangan, melainkan tantangan yang harus dihadapi dengan tekad dan usaha yang kuat. Kisah perjalanan Agung Kurniawan menjadi bukti bahwa dengan kerja keras, semangat, dan dukungan yang tepat, seseorang dapat meraih impian mereka Dari seorang mahasiswa yang sempat ragu akan masa depannya, ia berhasil menjadi lulusan terbaik yang siap menapaki karier cemerlang di dunia akuntansi. [vio]
Universitas Kristen Duta Wacana
(UKDW) Yogyakarta menerima kunjungan studi banding dari Institut Widya Pratama (IWIMA) Pekalongan. Pertemuan ini dilaksanakan di Ruang Seminar Pdt. Dr. Tasdik pada hari Kamis, 30 Januari 2025. Studi banding ini membahas mengenai cara membangun jejaring yang mendukung pemberian beasiswa, pengelolaan promosi, penguatan SDM, serta cara membangun kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian, dan publikasi.
Rektor UKDW, Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S T , M T , merasa terhormat bisa menerima kunjungan dari IWIMA Pekalongan Harapannya dalam pertemuan ini kedua belah pihak dapat berbagi informasi dan belajar bersama untuk terus mengembangkan diri, serta mendapatkan manfaat yang baik.
“Saat ini UKDW sedang proses mengembangkan Kampus 2 di Sedayu, yang dimulai dengan pembangunan rumah sakit untuk memfasilitasi Fakultas Kedokteran. Kami ingin berkembang dan meningkatkan kapasitas jumlah mahasiswa dengan menyiapkan Kampus 2. Kami juga memiliki ruang terbaru yaitu ruang tutorial untuk memfasilitasi kegiatan yang berlangsung secara hybrid,” terangnya.
Rektor IWIMA, Dr Paminto Agung Christianto M.Kom., menyampaikan terima kasih karena UKDW sudah berkenan menerima kunjungan dari IWIMA. “Salah satu alasan kami ke UKDW adalah
karena saya alumnus dari Fakultas Teknologi Informasi UKDW Kami melihat UKDW sudah berkembang pesat, sehingga kami perlu belajar mengembangkan diri. Harapannya, lewat kegiatan studi banding ini kami dapat memperoleh inspirasi dan ide baru untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengembangan SDM di IWIMA,” tuturnya.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut,
UKDW
sebagai perwakilan dari UKDW yakni Wakil Rektor Bidang Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia, Promosi, dan Jejaring, Kepala Biro Kerjasama dan Relasi Publik, Kepala Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia, Wakil Kepala Biro PSDM, Wakil Kepala Biro Kemahasiswaan, Alumni, dan Pengembangan Karir, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Sekretari LPPM
Sedangkan Rektor IWIMA didampingi oleh Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, Kepala Bidang Kerjasama, serta Kepala Bidang Peningkatan Karir Dosen dan Tenaga Kependidikan. Dalam kesempatan tersebut, Kepala LPPM UKDW, Dr. Freddy Marihot Rotua Nainggolan, S T , M A menyampaikan UKDW memiliki dua pusat studi multidisiplin terkait Disabilitas dan Desain Inklusif, serta kebencanaan. Pusat studi ini merupakan wadah yang memfasilitasi kolaborasi lintas disiplin, serta menggabungkan kekuatan dari berbagai bidang ilmu guna menjawab tantangan kompleks zaman ini. “Tahun ini, kami berencana meresmikan dua pusat studi multidisiplin lagi terkait konflik dan perdamaian, serta metaverse. Sedangkan pusat studi yang bersifat monodisiplin dikelola oleh fakultas,” terangnya.
LPPM UKDW juga terus mendorong pencapaian SINTA skor, yang menjadi standar akreditasi untuk pengajuan hibah. “Beberapa waktu yang lalu, UKDW berhasil meraih klaster utama pada klasterisasi perguruan tinggi, didasarkan pada hasil olahan data kinerja perguruan tinggi berbasis SINTA dalam periode tahun 2021 hingga 2023,” ungkapnya [MPK]
Universitas Kristen Duta Wacana
(UKDW) dan Gereja Kristen Sumba (GKS) resmi menjalin
k e r j a s a m a d e n g a n d i l a k u k a n n y a penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada tanggal 18 Februari 2025 di Kantor Sinode GKS Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya antara kedua institusi. Gereja Kristen Sumba, yang memiliki Yayasan Pendidikan Masehi di Sumba, telah lama bergerak di bidang pendidikan dengan berbagai program yang bermanfaat bagi masyarakat setempat Penandatanganan
MoU ini diharapkan dapat memperkuat hubungan dan kolaborasi antara UKDW d a n G K S d a l a m m e n g e m b a n g k a n program-program pendidikan yang inovatif dan relevan.
Acara penandatanganan MoU ini dihadiri oleh Wakil Rektor IV UKDW, Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D. dan Ketua Sinode GKS Pdt Marlin Lomi, S Th beserta beberapa perwakilan dari kedua institusi. Dalam sambutannya, Pdt. Wahju menyampaikan harapannya bahwa kerjasama ini akan membawa dampak positif bagi pengembangan pendidikan di Sumba.
“Gereja Kristen Sumba merupakan salah satu pendukung UKDW, karena itu sudah s e h a r u s n y a k e d u a i n s t i t u s i m engembangkan kerja sama lebih erat
Semoga kerja sama ini membawa pengembangan bagi layanan GKS di dunia pendidikan dasar dan menengah di Sumba,” katanya.
Pdt. Marlin Lomi, S.Th. selaku Ketua Sinode GKS juga menekankan pentingnya kerjasama ini dalam sambutannya. “Kami menyampaikan terima kasih banyak atas penandatanganan MoU UKDW dan Sinode GKS Dimana GKS sebagai salah satu Sinode Gereja pendukung UKDW berharap agar melalui MoU ini kerja sama UKDW dan Sinode melalui beberapa bidang pengembangan yang telah disepakati dapat diwujudkan terutama pengembangan SDM dan kualitas pendidikan di pulau Sumba. UKDW adalah salah satu perguruan tinggi kristen yang berkualitas dan menjadi tujuan studi anak-anak Sumba dan selama ini telah banyak anak-anak Sumba yang menjadi alumni serta para alumni juga telah berkontribusi dalam pembangunan dan pe-ngembangan Sumba bahkan Gereja Kristen Sumba Kiranya kerja sama ini
dapat dikembangkan dengan baik sesuai dengan kebutuhan baik UKDW maupun GKS ke depan,” ujarnya GKS juga berterima kasih karena UKDW juga membuka ruang kerja sama dengan Yayasan Pendidikan Masehi di Sumba dalam upaya penguatan kapasitas para guru dan juga para pelayan GKS. Adapun beberapa program kerjasama yang akan dilakukan diantaranya kolaborasi dalam pengembangan kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat dan pasar kerja, pemberian beasiswa untuk siswa-siswi dari Sumba yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi di UKDW serta pelatihan dan workshop yang fokus pada pengembangan keterampilan dan pemberdayaan masyarakat.
Selain acara penandatanganan MoU, UKDW juga melakukan penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara beberapa Fakultas di UKDW diantaranya Fakultas Bisnis, Fakultas Kependidikan dan Humaniora, dan Fakultas Teologi, dengan Yayasan Pendidikan Masehi di Sumba Cabang Sumba Tengah Kerjasama ini nantinya akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa UKDW. Dalam rangkaian kegiatan di Sumba, UKDW juga melakukan kunjungan ke beberapa sekolah di Sumba. Kunjungan ini bertujuan untuk memperkenalkan UKDW kepada siswa-siswi di Sumba dan menawarkan beasiswa bagi mereka yang berminat melanjutkan pendidikan tinggi di UKDW Selama kunjungan, perwakilan UKDW memberikan informasi tentang berbagai program studi yang ditawarkan, fasilitas yang tersedia, serta peluang beasiswa yang bisa diakses oleh siswa-siswi Sumba. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa-siswi Sumba untuk melanjutkan pendidikan tinggi di UKDW.
Melalui berbagi pengetahuan dan sumber daya, kedua institusi berupaya untuk meningkatkan standar pendidikan yang ditawarkan. Termasuk pengembangan kurikulum, pelatihan guru, dan peningkatan fasilitas pendidikan. Selain itu, programprogram bersama akan dirancang untuk
mengembangkan sumber daya manusia di Sumba, termasuk pelatihan keterampilan dan pemberdayaan masyarakat Kerjasama ini juga bertujuan untuk meningkatkan akses pendidikan bagi masyarakat Sumba, terutama bagi mereka yang kurang mampu.
Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi kedua belah pihak, serta mendorong pembangunan pendidikan dan sumber daya manusia di Sumba Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, UKDW dan Gereja Kristen Sumba berkomitmen untuk terus berkontribusi pada kemajuan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. [Lia]
Pada tanggal 20 Februari 2025,
Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dan Orang Tua Grup secara resmi menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dalam sebuah acara yang dihadiri oleh para pimpinan beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Bertempat d i H o t e l A r u s s S e m a r a n g , p enandatanganan MoU ini menandai dimulainya kerjasama strategis yang bertujuan untuk membimbing mahasiswa dan alumni UKDW yang segera memasuki dunia pekerjaan, serta menyediakan tenaga kerja berkualitas bagi Orang Tua Grup.
MoU ini memiliki beberapa tujuan utama, yaitu membimbing mahasiswa dan alumni UKDW agar siap dalam memperoleh pekerjaan, sehingga dapat
mempersingkat masa tunggu untuk mendapatkan pekerjaan impian sesuai dengan bidangnya. Selain itu, MoU ini juga bertujuan meningkatkan peluang lulusan UKDW agar lebih siap dan dapat diserap langsung oleh dunia kerja, serta menyediakan tenaga kerja yang terpercaya bagi Orang Tua Grup. Kerjasama yang dijalin antara UKDW dan Orang Tua Grup mencakup berbagai program dan kegiatan, seperti Campus Hiring dan OT Job Fair di mana mahasiswa UKDW diundang khusus untuk menghadiri OT Job Fair yang diselenggarakan oleh Orang Tua Grup. Selain itu, kerjasama ini juga melibatkan rekomendasi lulusan terbaik UKDW sebagai sumber kandidat magang dan pekerja. Mahasiswa UKDW juga mendapatkan kesempatan untuk
melakukan visitasi ke perusahaan atau pabrik Orang Tua Grup. Rektor UKDW Dr -Ing Wiyatiningsih, S T , M T menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan langkah penting dalam mendukung kesiapan kerja mahasiswa dan alumni UKDW. “Kami berharap MoU ini dapat memberikan manfaat besar bagi mahasiswa dan alumni kami dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja. Kerja sama dengan Orang Tua Grup akan membuka banyak peluang dan membantu mempersingkat masa tunggu mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Kerja sama UKDW dengan Orang Tua Grup juga berperan penting dalam mendekatkan dunia akademik dengan dunia industri, yang sangat diperlukan bagi lulusan UKDW agar lebih siap untuk berkompetisi di dunia kerja.” ujarnya.
Sementara itu, Chief of Human Energy Officer OT Grup Yosua JAP L H menyatakan bahwa kerjasama ini juga bermanfaat bagi perusahaan dalam memperoleh tenaga kerja berkualitas. “Kami dari praktisi bisnis sangat ingin berbagi, seperti yang kita tahu, generasi muda saat ini perlu dibekali kemampuan, personality, dan intelektualnya sehingga bisa masuk di dunia bisnis karena ada banyak tantangan yang akan dihadapi. Semoga di momen ini kita bisa saling berbagi insight sehingga kami dari praktisi bisa mengakomodir dan mendukung kebutuhan universitas dalam hal penerapan ilmu di dunia bisnis,” jelasnya.
Dalam acara tersebut, UKDW mendapatkan penghargaan peringkat ke-7 dari 10 besar dalam kategori alumni terbanyak
Belum lama setelah meraih ke-
suksesan di 3rd Soegijapranata International Choir Competition, Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Duta Voice UKDW kembali menorehkan prestasi gemilang dengan meraih dua medali emas dalam ajang Festival Swara Saraswati II 2025 yang diselenggarakan pada tanggal 12-16 Februari 2025. Festival Swara Saraswati II merupakan salah satu kompetisi paduan suara, solo vokal dan komposisi/aransemen yang diselenggarakan Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Vocalista Harmonic Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Kompetisi ini bersifat terbuka dan ikuti oleh berbagai grup paduan suara dari penjuru negeri.
Dalam kompetisi ini, team Duta Voice yang terdiri dari 34 penyanyi dan 1 konduktor berkompetisi dalam dua kategori, yaitu Paduan Suara Dewasa Campuran dan Paduan Suara Lagu Rakyat.
Pada kategori Paduan Suara Dewasa Campuran, Duta Voice membawakan tiga lagu, yaitu Ave Maria (arr Joseph Rheinberger), I Love You (comp. McCook), dan Fajar dan Senja (comp. Ken Steven). Sementara itu, pada kategori Paduan Suara Lagu Rakyat, mereka menampilkan lagu Montor-Montor Cilik (arr Poedji Soesila) dan Cik Cik Periuk (arr. Bagus S. Utomo). Dengan interpretasi artistik yang menarik dan harmonisasi yang memukau, Duta Voice berhasil meraih dua medali emas dalam kedua kategori pada ajang tersebut.
Keberhasilan ini tidak serta merta didapatkan begitu saja, namun merupakan
yang bekerja di Orang Tua Grup. Penghargaan ini mencerminkan prestasi dan kontribusi alumni UKDW dalam industri tersebut, serta menunjukkan kualitas pendidikan dan pembinaan yang diberikan oleh UKDW Penandatanganan MoU antara UKDW dan Orang Tua Grup ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi kedua belah pihak, serta meningkatkan kesiapan kerja dan kualitas tenaga kerja lulusan UKDW Dengan adanya berbagai program dan kegiatan yang disepakati, kerjasama ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi mahasiswa, alumni, dan perusahaan. [Lia]
hasil dari proses yang dilalui selama kurang lebih tiga bulan latihan intensif yang dimulai sejak bulan Desember 2024. Latihan diadakan lima kali dalam seminggu, dengan memanfaatkan masa libur semester untuk memastikan kesiapan vokal dan musikalitas tim Para anggota harus mengorbankan waktu istirahat dan liburan mereka untuk latihan yang panjang dan melelahkan. Selain itu, tantangan lainnya juga termasuk menjaga stamina, menyelaraskan interpretasi lagu, serta mengatasi kendala-kendala teknis selama latihan.
Selain aspek musikal, tim juga melakukan berbagai persiapan seperti usaha
dana guna mendukung keberangkatan dan kebutuhan kompetisi. Untuk itu, mereka mengadakan berbagai usaha dana serta konser pra-kompetisi sebagai bentuk uji coba dan persiapan mental sebelum berkompetisi di ajang sebenarnya.
“Selama di DV, Squad lomba untuk FSS ini cukup berkontribusi dengan baik, walaupun banyak hambatan ketika latihan seperti tempat latihan, sempat latihan secara online dan kendala libur panjang. Squad lomba FSS ini juga punya banyak potensi yang hebat. Harapan kedepannya semoga DV Semakin bersinar dan mengudara, meskipun banyak tantangan baru semoga tidak menyurutkan semangat
setiap anggotanya untuk berkembang, sing from your heart and God be bless you!” ujar Romadon Nur Huda atau yang akrab disapa Kak Adon selaku Pelatih PSM Duta Voice.
“Harapannya buat teman-teman DV tidak kapok dengan proses yang dilalui dan juga tidak puas dengan hasil yang telah diperoleh sampai disini saja tapi justru terus semangat untuk berkompetisi dan memberikan yang terbaik bagi almamater Duta Wacana” ujar Putri Mangampa, selaku ketua PSM Duta Voice. Prestasi ini semakin mengukuhkan Duta Voice UKDW sebagai salah satu paduan suara mahasiswa (PSM) yang terus menunjukkan kualitas dan dedikasinya dalam dunia paduan suara Dengan pencapaian ini, mereka berharap dapat terus mengharumkan nama universitas dan melangkah ke kompetisi yang lebih tinggi di tingkat nasional maupun internasional. [putri]
Pelaku UMKM merupakan salah satu
penggerak perekonomian negara, n a m u n b e l a k a n g a n i n i m e r e k a mengalami banyak kendala Semenjak pandemi Covid-19 terjadi penurunan kinerja perekonomian dunia yang juga berpengaruh ke perekonomian Indonesia Selain itu, kemajuan teknologi yang pesat mengharuskan para pelaku ekonomi untuk dapat kreatif dan inovatif dalam menggunakan teknologi. Dalam hal ini, pelaku UMKM yang tidak dapat mengantisipasi perubahanperubahan yang terjadi akan mengalami kemunduran.
Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta sebagai salah satu institusi pendidikan, memiliki kewajiban untuk
berkontribusi pada permasalahan yang terjadi di masyarakat dengan melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, sebagai salah satu wujud dari tridharma perguruan tinggi Dalam hal ini, tim pengabdian masyarakat yang terdiri dari Budi Sutedjo Dharma Oetomo, S Kom , MM (Dosen Prodi Sistem Informasi), Dr. Singgih Santoso, MM (Dosen Prodi Magister Manajemen), serta Safitrie Liena Pusung (mahasiswa Prodi Sistem Informasi) berusaha untuk meningkatkan kinerja perekonomian Indonesia melalui pelaku UMKM yang mengalami kesulitan berdagang.
Bekerjasama dengan Koperasi Konsumen Griya Jatirasa dan Rumah Adiluhung yang berlokasi di Karanggayam CT VIII, Depok,
Sleman, tim PKM UKDW sepakat mengadakan pelatihan ‘Kewirausahaan Pembuatan P r o g r a m P r o m o s i P r o d u k B e r b a s i s WhatsApp’. Budi Sutedjo menyebutkan para pelaku UMKM yang tergabung dalam Koperasi Konsumen Griya Jati Rasa dan Rumah Adiluhung, terdiri dari orang-orang yang sederhana yang tidak mengenyam pendidikan hingga di perguruan tinggi dan kurang familiar dalam menggunakan teknologi informasi “Namun, umumnya mereka memiliki smartphone yang dapat digunakan untuk mengoperasikan WhatsApp dan memiliki relasi yang cukup banyak. Selain itu, modal kerja yang mereka miliki sangat terbatas, sehingga upaya-upaya yang dilakukan masih sangat terbatas,” ungkapnya.
Adapun materi yang ditekankan dalam pelatihan ini adalah cara menggunakan telepon pintar dan aplikasi WhatsApp yang sudah familiar bagi para pelaku UMKM sebagai media pemasaran dan penjualan Tema-tema yang disampaikan meliputi pendayagunaan WhatsApp, pemasaran produk UMKM, promosi melalui WhatsApp, membangun komunitas dengan WhatsApp, dan copywriting Budi Sutedjo juga memperkenalkan aplikasi kecerdasan buatan Suno com untuk pembuatan lagu y a n
mempromosikan produk dan aplikasi kecerdasan buatan ChatGPT 4 0 untuk mencari inspirasi desain sekaligus membuat desain kaos.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan berlangsung efektif, dimana peserta dan pemateri terlibat aktif dalam pelatihan. Banyak peserta yang memanfaatkan kesempatan untuk tanya jawab dan berkonsultasi mengenai upaya yang sudah dilakukan untuk meningkatkan usaha mereka. Konsultasi dua arah ini memberikan banyak masukan dan cara pandang baru kepada peserta dan juga para pemateri yang mendapatkan banyak wawasan baru tentang model pemasaran dari para pelaku UMKM. Keberhasilan pelatihan ini diperkuat dengan permintaan keberlanjutan dari pelatihan yang sudah dilangsungkan Para mitra m
selanjutnya adalah pelatihan pengoperasian dan eksplorasi Aplikasi Android Semar Jatirasa Mobile untuk pemasaran dan penjualan produk bagi pelaku UMKM anggota Koperasi Konsumen Griya Jatirasa dan Rumah Adiluhung. [jonathan]
Sekolah Lintas Iman (SLI), program kerja
sama antara Institut Dialog Antariman di Indonesia (Institut DIAN/Interfidei) dengan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), UIN Sunan Kalijaga, dan Universitas Sanata Dharma (USD) kembali digelar dengan mengangkat tema “Peran Orang Muda Lintas I m a n d a l a m M e m b a n g u n B u d a y a d a n Keterampilan Mengelola Sampah di Yogyakarta yang (Tidak) Istimewa”. Kegiatan yang dibuka pada hari Sabtu, 15 Februari 2025 di Smart Room Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga ini menandai komitmen bersama dalam memperkuat dialog antariman serta aksi nyata dalam pengelolaan lingkungan, khususnya sampah.
Romo Y.B. Prasetyantha, MSF menyampaikan kilas balik perjalanan Sekolah Lintas Iman yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2009/2010 dengan tema Filantropi dalam
Agama-Agama. Dalam perkembangannya, SLI telah mengangkat berbagai isu sosial, termasuk kepedulian terhadap kaum difabel pada 2015 serta penyelenggaraan daring selama 2020-2022 akibat pandemi. Dengan tema yang diangkat tahun ini, Sekolah Lintas Iman diharapkan dapat menjadi ruang refleksi dan aksi bagi generasi muda dalam mengatasi permasalahan lingkungan, khususnya sampah di Yogyakarta. Melalui pembelajaran lintas agama, program ini tidak hanya membangun pemahaman yang lebih luas, tetapi juga mengajak peserta untuk berkontribusi dalam solusi nyata, membangun masyarakat yang lebih inklusif dan peduli terhadap lingkungan. Dalam kesempatan tersebut, dilakukan
Perjanjian Kerja Sama tentang Konsorsium Kerjasama Penyelenggaraan Sekolah Lintas
Iman Tahun 2025 – 2029 oleh Ir. Yosep Adi
Prasetyo (Ketua Badan Pengurus Institut
DIAN/Interfidei), Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M T (Rektor UKDW), Prof Noorhaidi, S Ag , M A , M Phil , Ph D (Rektor UIN Sunan Kalijaga), dan Albertus Bagus Laksana, S.J., S.S., Ph.D. (Rektor USD).
Selain itu, juga dilaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Pdt. A. Elga Joan Sarapung (Direktur Institut DIAN/Interfidei), Pdt. Prof. Robert Setio, Ph.D. (Dekan Fakultas Teologi UKDW), Dr Robby Habiba Abror, S.Ag., M.Hum. (Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga), dan Prof. Dr. C.B. Mulyatno, Pr. (Dekan Fakultas Teologi USD).
Keempat institusi ini sepakat mengembangkan pola kehidupan dialogis lintas iman melalui kegiatan kongkrit perkuliahan, memfasilitasi para mahasiswa untuk mempraktikkan kehidupan dialogis lintas iman, dan ambil bagian dalam tanggung jawab mempersiapkan caloncalon cendekiawan yang berwawasan pluralisme
dan multikultur. Dengan berlangsungnya penandatanganan ini, Sekolah Lintas Iman XVI resmi dibuka dan siap menjadi wadah bagi generasi muda dalam memperkuat peran mereka dalam membangun budaya sadar lingkungan di Yogyakarta. Dalam sambutannya, Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. selaku Rektor UKDW menekankan tema yang diusung dalam Sekolah Lintas Iman tahun ini sangat relevan dengan kondisi saat ini d a n d i b u t u h k a n d a l a m p e m b a n g u n a n berkelanjutan. “Pengelolaan sampah adalah isu yang harus kita hadapi bersama, dan peran orang muda lintas iman sangat diperlukan dalam menciptakan budaya peduli lingkungan,” ujarnya. [putri]
Dalam upaya untuk meningkatkan
kemandirian dan kesejahteraan warga binaan pemasyarakatan pada Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Y o g y a k a r t a m e n g a d a k a n p e l a t i h a n keterampilan pembuatan tempe dan pengolahan pangan bahan dasar tempe Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan baru bagi peserta agar mereka dapat berwirausaha dan mendukung kelangsungan hidup mereka setelah bebas dari lembaga pemasyarakatan. Pelatihan yang diselenggarakan pada bulan Februari ini melibatkan sejumlah dosen dari Fakultas Bioteknologi UKDW, di antaranya Tri Yahya Budiarso, S.Si., M.P., Dr. Charis Amarantini, M Si , Dwi Aditiyarini, S Si , M Biotech , M.Sc., Catarina Aprilia Ariestanti, STP, M.Sc., Dina Clarissa Kurniawan, S.T.P., M.Biotech., dan Bintang Efrata Aprilia, S.Pi., M.Sc. Pelatihan ini tidak hanya memberikan pengetahuan teoritis, tetapi juga memberikan praktik langsung di lapangan Peserta diajarkan dari awal hingga akhir proses pembuatan tempe, mulai dari pemilihan bahan baku, proses fermentasi, hingga pengemasan produk akhir. Selain itu, peserta juga diajarkan tentang pengolahan pangan bahan dasar tempe agar produk yang dihasilkan aman konsumsi dan berkualitas, dan kewirausahaan yang berkelanjutan Ketua Program Studi Biologi UKDW, Dwi Aditiyarini, S Si , M Biotech , M Sc menyampaikan, “Kami sangat senang mendapat kesempatan untuk memberikan
pelatihan bagi para warga binaan Kami berharap keterampilan kehidupan (life skills) dalam pelatihan ini menjadi bekal berharga bagi warga binaan untuk reintegrasi sosial. Pelatihan ini merupakan wujud komitmen Fakultas Bioteknologi UKDW dalam menjawab tantangan ketahanan pangan, mendorong prinsip pembangunan berkelanjutan serta mereflesikan peran strategis
Tim
Adoc.Pribadi
pendidikan tinggi dalam menciptakan dampak nyata bagi peningkatan kesejahteraan sosial”. S e m e n t a r a i t u , K
Yogyakarta, Porman Siregar, menyampaikan apresiasi terhadap kerja sama ini Porman menegaskan bahwa program pelatihan keterampilan seperti ini menjadi bagian dari upaya pembinaan yang bertujuan agar warga binaan dapat memiliki keahlian yang berguna
setelah mereka bebas ”Kami berharap pelatihan ini dapat membuka wawasan dan memberikan keterampilan yang dapat menjadi bekal bagi WBP dalam membangun kehidupan yang lebih baik Pembuatan tempe bukan hanya sekadar keterampilan memasak, tetapi juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai peluang usaha,” ujarnya.
Selain penyampaian materi, dalam kesempatan ini juga dilakukan serah terima peralatan pembuatan tempe dari Fakultas Bioteknologi UKDW kepada Lapas Narkotika Yogyakarta Bantuan ini berupa alat-alat produksi yang akan digunakan dalam sesi praktik pembuatan tempe di tahap selanjutnya.
Dengan adanya pelatihan ini, di-harapkan warga binaan tidak hanya mendapatkan keterampilan, tetapi juga termotivasi untuk menjalani kehidupan yang lebih produktif setelah menyelesaikan masa pidana mereka. Fakultas Bioteknologi UKDW terus berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan. Dengan visi untuk menjadi program studi yang unggul dan terpercaya, fakultas ini terus berupaya untuk melahirkan generasi profesional yang tidak hanya berbakat dalam bidang bioteknologi, tetapi juga memiliki rasa tanggung jawab sosial dan lingkungan. [lia]
Dosen UKDW Buka Peluang Kreasi Cipta pada Anak-anak dengan
n a k - a n a k d e n g a n D i s a b i l i t a s
Intelektual perlu memiliki kebutuhan
d u k u n g a n d a n i n t e r a k s i y a n g mendalam dengan orang tua mereka, terutama dalam proses memahami diri sendiri dan membangun kemandirian Walaupun demikian, masih ditemukan interaksi orang tua dan anak yang kurang, karena penerimaan orang tua yang masih rendah terhadap kapabilitas anak. Dengan pemahaman dan interaksi yang masih rendah, anak-anak dengan Disabilitas Intelektual akan lebih bergantung pada orang lain di fase dewasa.
Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta sebagai institusi pendidikan, memiliki peranan penting untuk berkontribusi pada penyelesaian masalah di masyarakat melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat, sebagai salah satu wujud dari tridharma perguruan tinggi. UKDW berupaya membagikan pengetahuan, metode, maupun sebagai katalis peningkatan jejaring antara pemangku kepentingan. Hal ini seiring dengan komitmen UKDW sebagai Sustainable Entrepreneurial Research University (SERU) yang mengusung inklusivitas.
Oleh karena itu tim dosen UKDW yang terdiri dari Winta Tridhatu S., S.Ds.,M.Sc., Ph.D., Winta Adhitia Guspara, ST.,M.Sn., dr. Yustina Nuke Ardiyan, M.Biomed., bersama dua orang mahasiswa, berupaya menggali cara untuk meningkatkan aktualisasi diri anak-anak dengan Disabilitas Intelektual dan melibatkan orang tua melalui kegiatan art therapy Batik Umpluk Dalam pelaksanaannya, tim dari UKDW ini berkolaborasi dengan Yayasan Insani Down Syndrome Indonesia (YIDSI) dan SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Batik Umpluk sendiri diciptakan oleh guru Rombongan Belajar (rombel) Tata Busana beserta praktisi batik dan dilindungi hak cipta Kehadiran akademisi UKDW adalah mengembangkan kreasi Batik Umpluk yang terinspirasi dari estetika Yogyakarta sesuai kebutuhan mitra.
Ketua Tim Pengabdi, Winta Tridhatu, menyampaikan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi anak dengan Disabilitas Intelektual agar bisa mengaktualisasikan diri mereka dan membangun koneksi antara anak dan orang tua “Dari hasil evaluasi yang didapatkan, terapi seni Batik Umpluk memiliki potensi sebagai metode yang efektif untuk meningkatkan koneksi antara orang tua dengan anak-anak Disabilitas Intelektual,” terangnya.
Adapun pelaksanaan kegiatan terbagi menjadi 3 tahapan yakni membangun koneksi (rasa), pengenalan metode dan alat (cara) dan karsa cipta (kreasi) Aktivitas kreasi Batik Umpluk memiliki pembekalan dan prosedur yang cukup mudah untuk diikuti oleh orang tua maupun anak yang belum pernah
melakukannya Pengembangan motif yang dilakukan secara mandiri terinspirasi dari beberapa istilah khas Yogyakarta, seperti Golong Gilig, Gandeng Renteng, Pala Gumantung, Pala Kasimpar, Gugur Gunung, dan Holopis Kontul Baris. Salah satu guru SLB Negeri Pembina Yogyakarta menyatakan sangat terbantu karena orang tua bisa melihat kapabilitas motorik dan kognitif dari anak-anak mereka. Hal ini sangat penting agar keahlian yang telah diberikan guru di sekolah dapat dipantau dan diteruskan oleh orang tua “Keberhasilan proses pengabdian ini menginisiasi kedua mitra dan para orang tua (partisipan) untuk membentuk Koperasi Batik Umpluk. Sehingga strategi keberlanjutan untuk kemandirian anak – anak dengan Disabilitas Intelektual dapat dilakukan,” imbuh Winta Tridhatu.
Selain itu juga diadakan penyuluhan pertolongan pertama pada luka bakar, setelah menganalisa resiko dari kegiatan membatik serta minimnya pengetahuan tentang resiko kegiatan membatik dan penanganan yang harus dilakukan “Kegiatan terapi seni Batik Umpluk telah dipresentasikan pada Sendimas ke-9 di Semarang akhir tahun lalu dan mendapatkan apresiasi Best Paper. Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan keseimbangan mental, kepercayaan diri dan kemandirian, terutama bagi anak-anak dengan Disabilitas Intelektual, serta membuka pikiran akan peluang kreasi cipta yang dapat ditingkatkan ke level kewirausahaan,” pungkas Winta Tridhatu. [Mei]
Dalam beberapa tahun terakhir,
kesehatan mental menjadi topik yang
s e m a k i n b a n y a k d i b i c a r a k a n , terutama di kalangan Gen Z. Generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an ini tumbuh di era digital, di mana kesadaran akan kesehatan mental lebih luas dibanding generasi sebelumnya. Namun, bagi sebagian orang tua yang berasal dari Generasi X atau Baby Boomers, isu ini sering kali masih dianggap tabu atau kurang mendapat perhatian yang cukup.
Gen Z lebih terbuka dalam membahas kesehatan mental, baik di lingkungan kampus, media sosial, maupun komunitas mereka. Mereka lebih sadar akan pentingnya self-care, terapi psikologis, serta pentingnya membangun lingkungan yang mendukung kesejahteraan mental. Di sisi lain, banyak orang tua yang dibesarkan dengan pola pikir bahwa kesehatan mental bukanlah hal utama yang perlu dikhawatirkan Istilah seperti "gampang baper" atau "kurang bersyukur" sering kali masih terdengar dalam diskusi keluarga, yang menunjukkan adanya kesenjangan pemahaman antara generasi
Gen Z menghadapi tekanan yang berbeda dari generasi sebelumnya Tuntutan akademik yang semakin tinggi, persaingan di dunia kerja yang ketat, serta paparan media sosial yang konstan sering kali memperburuk
kecemasan dan stres Menurut berbagai penelitian, Gen Z memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya, sebagian karena tekanan dari lingkungan sosial yang terus
berkembang.
Meskipun terdapat perbedaan pandangan, orang tua memiliki peran penting dalam mendukung kesehatan mental anak-anak mereka. Salah satu langkah utama yang dapat
pemahaman tentang pentingnya kesehatan mental Orang tua bisa mulai dengan
menghindari stigma terhadap terapi atau konseling, serta membangun komunikasi yang lebih terbuka dengan anak. Selain itu, mendukung anak dengan memberikan ruang untuk beristirahat dari tekanan akademik dan media sosial juga dapat membantu Memahami bahwa setiap generasi memiliki
memberikan dukungan emosional tanpa syarat, adalah bentuk cinta yang sangat berarti bagi anak-anak.
Untuk mengatasi kesenjangan ini, perlu ada komunikasi yang lebih baik antara Gen Z dan orang tua. Kampus dan komunitas juga bisa mengambil peran dengan menyediakan forum diskusi, seminar, atau program edukasi yang melibatkan orang tua dan anak guna membangun pemahaman bersama Kesehatan mental bukanlah tren, melainkan kebutuhan yang harus diperhatikan oleh semua generasi. Dengan saling memahami dan menerima perbedaan pandangan, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat, suportif, dan bebas stigma bagi semua. [Michelle Angelina Tjandra Mulyadi]
Tingginya jumlah perokok di Asia
menjadi salah satu masalah kesehatan yang terus memprihatinkan. Meskipun berbagai upaya pencegahan dan kampanye anti-merokok telah dilakukan, angka perokok di beberapa negara Asia masih menunjukkan tren yang meningkat Fenomena semakin tingginya jumlah perokok tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga memengaruhi sistem kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Dilansir dari https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/ dalam rangka memperingati hari kanker Internasional yang dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2025, World Health Organization (WHO) merilis data yang menyatakan bahwa ada sekitar 20 juta kasus kanker baru di seluruh dunia, dengan kasus kematian 9,7 juta jiwa. Data tersebut diambil berdasarkan riset yang dilakukan oleh
International Agency for Research on Cancer (IARC) di 185 negara Data tersebut juga menunjukkan angka kematian akibat kanker pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita Sebagian besar kematian ini disebabkan oleh kanker paru-paru, dimana kasus kematiannya mencapai 12,5% Tentunya hal ini berkaitan erat dengan tingginya penggunaan rokok, terutama di kalangan Asia. Mengapa jumlah perokok di Asia begitu tinggi?Menurut salah satu Jurnal Psikologi yang dipublikasikan di portal Jurnal Universitas Gadjah Mada (UGM), perilaku merokok disebabkan oleh paparan atau perkenalan dengan rokok di usia yang relatif muda. Banyak anak yang melihat orang-orang di sekitarnya merokok. Secara tidak langsung anak-anak “belajar” bagaimana cara merokok.
Lingkungan, terutama keluarga sangat berpengaruh terhadap kebiasaan merokok ketika anak beranjak dewasa Ketika anak melihat orang terdekat merokok, maka mereka akan beranggapan bahwa tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Bahwa mereka boleh melakukan hal yang sama. Inilah yang terjadi terus menerus pada generasi berikutnya. Hal ini sangat berkaitan dengan budaya dan kebiasaan sosial. Di banyak negara Asia, merokok sering dianggap sebagai bagian dari budaya atau gaya hidup yang diterima dalam masyarakat. Bahkan di beberapa negara di Asia, merokok dipandang sebagai simbol status atau keberanian, terutama di kalangan pria.
Faktor lain yang juga berpengaruh adalah maraknya iklan dan promosi produk rokok.
M e s k i p u n b a n y a k n e g a r a A s i a t e l a h memberlakukan regulasi ketat terhadap iklan
rokok, di masa lalu promosi rokok sangat gencar dan berpengaruh, menciptakan persepsi positif tentang merokok. Beberapa perusahaan rokok juga menggunakan strategi pemasaran yang menarik, seperti sponsor acara atau pembagian sampel gratis, untuk memperluas pasar mereka. Selain itu harus diakui bahwa di beberapa negara Asia, terutama di pedesaan atau wilayah dengan akses terbatas ke informasi kesehatan, tingkat kesadaran akan bahaya merokok masih rendah Banyak orang belum sepenuhnya memahami dampak kesehatan jangka panjang yang ditimbulkan oleh rokok, seperti penyakit jantung, kanker paru-paru, dan gangguan pernapasan. Berbicara tentang akses produk, dibandingkan dengan negara-negara di benua lain, harga rokok di beberapa negara Asia relatif lebih terjangkau, dan distribusinya sangat mudah dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat. Akses yang mudah ini memungkinkan banyak orang, termasuk anak muda, untuk mulai merokok sejak usia dini Terkait hal ini, penting untuk memberlakukan kebijakan secara efektif Meskipun beberapa negara Asia telah menerapkan kebijakan anti-merokok, seperti kenaikan pajak rokok atau larangan merokok di tempat umum, implementasinya sering kali kurang tegas. Penegakan hukum yang lemah dan kurangnya pengawasan menyebabkan kebijakan ini kurang efektif dalam mengurangi jumlah perokok. Merokok atau tidak memang menjadi pilihan bagi setiap pribadi, tetapi alangkah lebih baik apabila semua komponen masyarakat bergerak bersama untuk setidaknya menurunkan jumlah perokok di lingkungannya Memulai dari diri sendiri tentunya bisa menjadi langkah awal yang baik. Kita bisa memberikan lingkungan yang tepat agar kebiasaan tersebut tidak berlanjut ke generasi selanjutnya.
“Sebuah kebiasaan bisa timbul karena kita terbiasa. Tidak mudah merubah kebiasaan yang sudah berlangsung sejak lama.” [Rizki Nurjanah]
Online machine translation tools have
become an essential aid for students
t a c k l i n g f o r e i g n l a n g u a g e assignments. Among the most widely used is Google Translate, offering quick and accessible translations. While these tools can be beneficial, their overuse poses significant
drawbacks, particularly in language mastery and cognitive development.
One major issue with online machine translation is its low accuracy. These tools operate on algorithms that often fail to grasp the nuances and context of a sentence Students who rely solely on machine
translations without verifying accuracy risk submitting work that contains awkward phrasing or outright errors For example, translating the Indonesian phrase "Saya mau makan ayam nanti siang" into English using Google Translate results in "I want to eat chicken later in the afternoon," an unnaturalsounding sentence better expressed as "I want to eat chicken for lunch." Blindly copying and pasting translations can lead to incoherent or even misleading interpretations.
Beyond accuracy concerns, excessive dependence on machine translation stifles creativity and language exploration. By leaning too heavily on these tools, students miss out on learning idiomatic expressions and the flexibility of linguistic structures. They fail to expand their vocabulary and struggle with sentence formation, ultimately inhibiting their ability to communicate effectively in a foreign language. Over time, this reliance can erode originality and independent thinking, as students opt for quick, automated solutions instead of crafting their own expressions. Furthermore, regular use of machine translation diminishes the authenticity of students' work. Poorly translated sentences may lack originality, and the absence of natural
“Kampus
The Kampus Mengajar program offers
college students the opportunity to teach at elementary, junior high, and vocational schools, fostering both their personal and professional growth. Organized under the Merdeka Belajar - Kampus Merdeka initiative, the program is open to students from all disciplines, particularly those in education It aims to enhance learning quality in underserved 3T areas (tertinggal, terdepan, terluar), while also honing participants' soft skills such as leadership, emotional maturity, and social sensitivity. In addition to hands-on teaching experience, students receive living stipends and academic credit recognition of up to 20 credits.
Agnes Valentina, known as Valent, an alumna of Kampus Mengajar Batch 8 from the English Language Education Department at UKDW, shared her four-month experience in the program. For her, the initiative was not j u s t a n e d u c a t i o n a l e n d e a v o r b u t a transformative experience.
“This program not only gave me the chance to teach and collaborate with teachers but also
to develop initiatives that improve students' literacy and numeracy skills Given Indonesia's struggles in these areas, we worked on programs to address these gaps,” said Valent, who completed the program in December 2024.
Alongside two peers from different universities, Valent spearheaded initiatives focused on literacy, numeracy, and digital adaptation One notable project was the creation of an anthology of short stories written by students. The project began with a
unprofessional. Additionally, frequent errors from literal translations can deter students from experimenting with more nuanced or poetic language. As a result, their work may fail to reflect their actual comprehension and language proficiency.
i n e translation provides a convenient way to understand foreign languages, it should be used as a supplementary tool rather than a primary resource Over-reliance on such tools can hinder language learning, preventing students from fully engaging with the intricacies of a new language. Instead of blindly copy-pasting translated text, students should use these platforms as a stepping stone to enhance their understanding while actively refining their language skills.
Ultimately, despite the convenience of online machine translation tools, they should not replace genuine language learning Students should prioritize developing their linguistic abilities through practice and contextual learning rather than shortcuts that compromise accuracy and originality. In the long run, mastering a language authentically offers far greater benefits than relying on automated translations.
learning session titled "What is a Short Story?" for 7th to 9th graders. Afterward, students were encouraged to write their own stories on the theme of tolerance. Valent and her team selected the top five stories from each class, compiling them into an anthology that also featured contributions from teachers and mentors.
“Kampus Mengajar offers experiences beyond what university coursework can provide. It enhanced my understanding of children's nature, classroom management, and emotional control especially when dealing with junior high school students who are in a critical phase of self-discovery.”
Valent encourages all Indonesian college students to join the program, emphasizing its value in developing real-world teaching skills and making a tangible impact on education. As partners to teachers, students in Kampus Mengajar not only gain hands-on experience but also become agents of change in Indonesian education.
For those eager to learn while making a difference, Kampus Mengajar is a unique and rewarding opportunity! [Agnes Valentina]
Apakah kamu pecinta drama Korea (K-
Drama)? Sudah pernah nonton KDrama berjudul Deep-Rooted Tree? Drama tersebut bercerita tentang kasus serial killer pada masa Joseon dengan latar belakang sejarah tentang pembuatan Hangeul atau aksara Korea. Bagi yang sudah bisa membaca Hangeul ataupun yang sudah pernah belajar bahasa Korea, tahu tidak siapa pembuat Hangeul? Ya, Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong.
Sebelum kehadiran Hangeul, rakyat Korea terutama kaum bangsawan dan terpelajar (hanya laki-laki) menggunakan aksara Tionghoa (Hanja) sebagai sistem penulisan mereka. Raja Sejong memperhatikan bahwa selain rumit, Hanja juga tidak bisa dipergunakan untuk mengungkapkan semua kata atau ungkapan asli Korea. Oleh karena itu, beliau membuat huruf dan sistem penulisan yang lebih sederhana yang disebut
Hunminjeongeum (suara yang tepat untuk diajarkan kepada rakyat) Hangeul atau Hunminjeongeum ditetapkan sebagai sistem penulisan resmi Korea pada tanggal 9 Oktober 1446, yang kemudian diperingati sebagai Hari Aksara Korea setiap tahunnya. Meski dibuat dengan seksama dan demi kemajuan rakyat, Hangeul sempat ditolak oleh para bangsawan yang tentu saja merasa tersaingi atau takut kehilangan kekuasaan mereka. Barulah pada abad ke-19, Hangeul secara resmi mulai diajarkan di sekolahsekolah Istilah Hangeul sendiri baru diperkenalkan/dibuat pada tahun 1912 oleh seorang ahli bahasa bernama Ju Si-gyeong dimana kata Han memiliki arti hebat/agung dan geul berarti aksara/tulisan. Oleh karena itu secara harfiah, Hangeul dapat diterjemahkan sebagai “Aksara Agung” atau lebih tepatnya “aksara unik yang tidak ada duanya” (a unique script with no equal in the world).
Aksara Hangeul, pada awalnya terdapat 28 huruf termasuk 17 konsonan yang dibuat berdasarkan bentuk organ tubuh yang menghasilkan suara seperti mulut, lidah, bagian dalam mulut dan kerongkongan, serta 11 vokal yang menirukan langit, bumi, manusia. Seiring berjalannya waktu, Hangeul modern yang dipergunakan sekarang berkembang menjadi 19 konsonan dan 21 vokal Bagaimana menurut kamu, hebat sekali ya Raja Sejong itu? Karena berbagai pencapaian yang beliau lakukan selama pemerintahannya, termasuk pembuatan Hangeul, Raja Sejong pun memperoleh sebutan Yang Agung (King Sejong the Great) Jika tertarik untuk mengetahui cerita tentang terbentuknya Hangeul atau tentang Raja Sejong, kamu bisa coba lihat youtube: 100 Icons of Korean Culture Ep86 King Sejong atau King Sejong the Great | Sejong | Hangeul | Stories for Kids.
Setelah sedikit berbagi latar belakang terciptanya Hangeul, mari kita belajar sedikit tentang cara menulis dan membaca nya ya.
Meskipun, Hangeul terlihat seperti huruf selayaknya aksara Latin, tetapi cara penulisannya lebih menyerupai aksara Tionghoa atau Jepang, yaitu berdasarkan suku kata. Setiap suku kata terdiri paling sedikit 1 konsonan dan 1 vokal. Apabila kata dimulai dengan vokal, maka agar vokal itu bisa berbunyi huruf ‘ㅇ’harus menempel di depan huruf vokal tersebut. Misal kata ‘saya (jeo)’ → 저;‘a’ → 아. Selain itu kamu juga harus memperhatikan arah penulisan, setiap garis horizontal dimulai dari kanan ke kiri, dan untuk garis vertikal dimulai dari atas ke bawah. (Tia Hendio)
Merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional: Menghargai Keberagaman Bahasa dan Budaya
Setiap tahun pada tanggal 21 Februari,
dunia merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional Hari peringatan ini diinisiasi oleh UNESCO pada tahun 1999 dengan tujuan untuk mempromosikan keberagaman bahasa dan budaya di seluruh dunia Bahasa ibu, yang sering disebut sebagai bahasa pertama seseorang, adalah bagian integral dari identitas budaya dan pribadi. Di tengah globalisasi yang semakin pesat, penting untuk mengakui dan melestarikan bahasa ibu sebagai warisan tak ternilai yang memperkaya kehidupan kita.
Hari Bahasa Ibu Internasional pertama kali diperingati pada tahun 2000. Peringatan ini didasarkan pada peristiwa tragis yang terjadi di Dhaka, Bangladesh, pada tanggal 21 Februari 1952. Saat itu, beberapa mahasiswa yang memprotes pemaksaan bahasa Urdu sebagai satu-satunya bahasa resmi Pakistan ditembak mati oleh polisi. Peristiwa tersebut dikenal sebagai Gerakan Bahasa Bengali dan menjadi simbol perjuangan untuk hak-hak linguistik.
Bahasa ibu bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sarana untuk menyampaikan nilai-nilai budaya, tradisi, dan identitas Bahasa ini adalah jendela untuk memahami cara berpikir, sejarah, dan kebiasaan suatu komunitas Ketika seorang anak belajar bahasa ibu, mereka tidak hanya belajar katakata, tetapi juga memahami bagaimana masyarakat mereka berinteraksi dengan dunia di sekitarnya.
Bahasa ibu juga memainkan peran penting dalam pendidikan. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang belajar dalam bahasa ibu mereka pada tahun-tahun awal pendidikan memiliki hasil belajar yang lebih baik Mereka lebih mampu memahami konsep-konsep dasar dan memiliki kesempatan lebih besar untuk berkembang secara akademis. Sayangnya, banyak bahasa ibu di seluruh dunia terancam punah Menurut UNESCO, hampir 40% dari sekitar 7.000 bahasa yang ada di dunia saat ini dalam kondisi terancam punah Faktor-faktor seperti urbanisasi, migrasi, dan dominasi bahasa-bahasa mayoritas sering kali
menyebabkan bahasa-bahasa minoritas ditinggalkan. Ketika sebuah bahasa punah, dunia kehilangan lebih dari sekadar kata-kata. Kita kehilangan cara unik dalam memandang dunia, pengetahuan tradisional, serta warisan budaya yang tak tergantikan Untuk melestarikan bahasa ibu, diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, komunitas, dan lembaga
pendidikan. Program pendidikan bilingual, dokumentasi bahasa, serta pengakuan resmi terhadap bahasa-bahasa minoritas adalah beberapa langkah penting yang dapat diambil Selain itu, teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung pelestarian bahasa, seperti melalui aplikasi belajar bahasa dan proyek digitalisasi naskah-naskah kuno.
Hari Bahasa Ibu Internasional adalah
momentum penting untuk merayakan keberagaman bahasa dan budaya di dunia. Melalui peringatan ini, kita diingatkan akan pentingnya melestarikan bahasa ibu sebagai ba
n menghargai dan melestarikan bahasa ibu, kita turut menjaga warisan budaya yang kaya dan memperkaya kehidupan generasi mendatang. [Lia]
Libur Natal, Tahun Baru, dan libur
semester telah usai. Aktivitas akademik di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) kembali berjalan seiring dimulainya semester genap tahun ajaran 2024/2025 Mengawali semester baru ini, UKDW menggelar Ibadah Pembukaan Semester dengan nuansa khas Tionghoa, menandai perayaan Tahun Baru Imlek.
bligo, gula batu, dan hio, yang tidak hanya melengkapi suasana tetapi juga merepresentasikan harapan akan berkah dan kesejahteraan Terinspirasi dari keahlian sang kakek, empat bingkai kaligrafi hasil karyanya turut dipajang dalam ibadah. Kaligrafi ini merepresentasikan nilai-nilai Kedutawacanaan dalam bahasa Mandarin, menambah dimensi intelektual dalam pemaknaan spiritual di UKDW.
Menurut Aulia, alumni Fakultas Bioteknologi sekaligus pionir berdirinya UKKR Konghucu di UKDW, acara ini bukan sekadar ruang bagi tradisi Tionghoa, tetapi juga sebagai ekspresi iman dan kepercayaan yang diwarisinya turun-temurun. Ia mengusulkan pementasan drama singkat "Kisah Kue Bulan", sebuah legenda populer yang biasa diceritakan dalam perayaan Imlek Selain berperan sebagai perias pemeran utama, Chang E dan Hou Yi, serta memainkan tokoh antagonis yang ingin merebut ramuan keabadian, Aulia juga turut memberikan masukan dalam penyediaan perlengkapan ibadah.
Perayaan ini semakin kaya makna dengan berbagai persembahan khas Imlek, seperti jeruk shantang, kue kranjang, manisan buah
Pdt. Nani Minarni (Ketua LPKKSK UKDW) mengajak warga UKDW menjadikan keempat kaligrafi tersebut sebagai pengingat untuk lebih memahami dan menginternalisasi nilainilai Kedutawacanaan. Ia juga mengundang seluruh warga untuk berkumpul setiap Senin terakhir tiap bulan guna berdiskusi lebih mendalam dan terarah mengenai penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan seharihari.
Sedikitnya 100 warga UKDW hadir dalam ibadah yang berlangsung di Kapel Duta Wacana. Dekorasi bernuansa merah menyala mencerminkan semarak dan kegembiraan Imlek, sebuah perayaan yang dirayakan umat Konghucu di seluruh Indonesia. Tim PKK Live dan Tim Ibadah Kampus (TIK) dari Campus Ministry UKDW turut menggandeng mahasiswa dari Ikatan Mahasiswa Tionghoa (IMT), UKKR Konghucu, serta Persekutuan Mahasiswa Teologi GKI (PMT GKI) untuk mempersiapkan acara ini dengan matang. Dalam khotbah bertajuk Visi Allah bagi UKDW yang disampaikan oleh Pdt. (Em.) Prof. Yahya Wijaya, Ph.D., refleksi tentang Tahun Ular dikaitkan dengan simbolisme ular dalam Alkitab Dalam budaya Tionghoa maupun Alkitab, ular memiliki karakter ambivalen Dalam tradisi Tionghoa, ular sering dianggap licin dan berbisa, tetapi juga melambangkan kebijaksanaan dan wibawa. Sementara itu, dalam Alkitab, ular muncul sebagai simbol godaan dan hukuman, tetapi juga sebagai alat Tuhan yang membawa penyembuhan, seperti dalam kisah Musa di padang gurun. Kedua perspektif ini mengajarkan kita untuk waspada terhadap "bisa" ular yang dapat menyesatkan, tetapi sekaligus belajar dari kecerdikannya dalam menghadapi tantangan hidup.
Pdt. Yahya Wijaya menyoroti kisah ular
tembaga yang dibuat Musa di padang gurun s
menjalankan tugas panggilannya sebagai lembaga pendidikan Kristen UKDW diundang untuk menjadi agen pemulihan melalui penyadaran dan pertobatan. “Seperti ular yang ukurannya bervariasi dan kerap diabaikan, lembaga pendidikan Kristen harus tetap bertahan dengan kecerdikan dan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan zaman,” ungkapnya.
Lebih lanjut, beliau menekankan bahwa prinsip cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati sebagaimana disampaikan oleh Yesus dalam Injil Matius, menjadi pedoman bagi UKDW dalam membangun kehidupan bersama yang lebih baik. Dengan kecerdikan, ketulusan, serta komitmen terhadap kualitas dan etika, UKDW diharapkan terus bertransformasi dan berani menunjukkan
perannya dalam mewartakan keselamatan serta memulihkan kehidupan bersama Institusi Kristen harus mengasah etos ini agar dapat bertahan dan berkembang di tengah dinamika zaman yang terus berubah. Penutupan acara yang ditandai dengan sesi perkenalan staf baru dan kebersamaan dalam menikmati makanan khas Imlek kue mangkok dan kue ku, menjadi simbol bahwa kebersamaan dan transformasi adalah bagian dari perjalanan UKDW. Momentum ini tidak hanya memperkaya makna perayaan, tetapi juga memperkuat komitmen komunitas akademik UKDW dalam menjalankan visi dan panggilannya Dengan semangat kebijaksanaan dan ketulusan, UKDW terus bergerak maju, menghadapi tantangan, dan mewujudkan kehidupan bersama yang lebih baik bagi semua. [Adham-Campus Ministry UKDW]
"Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu."
Keluaran 20:12
Tahun Baru Imlek merupakan salah satu
perayaan terbesar bagi masyarakat Tionghoa, termasuk bagi banyak mahasiswa di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Lebih dari sekadar momen budaya, Imlek juga bisa menjadi waktu penuh makna rohani bagi kita sebagai orang percaya Dalam renungan ini, kita akan membahas dua aspek penting dari perayaan Imlek yang dapat dipahami dalam terang iman Kristen: keluarga sebagai berkat Tuhan dan bagaimana kita dapat menghidupi nilainilai Kristiani dalam perayaan ini. Sebagai mahasiswa, kita sering terjebak dalam kesibukan akademik, organisasi, serta tuntutan sosial yang tinggi. Hal ini sering kali membuat kita kurang memerhatikan hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar Imlek dapat menjadi kesempatan bagi kita untuk merenungkan kembali pentingnya keluarga dan bagaimana kita bisa menunjukkan kasih serta rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari.
D i t e n g a h a r u s m o d e r n i s a s i d a n individualisme, banyak mahasiswa yang mulai menjauh dari nilai-nilai kekeluargaan. Kesibukan di kampus, pergaulan, dan bahkan teknologi membuat komunikasi dengan orang tua dan saudara menjadi lebih jarang. Padahal, dalam iman Kristen, keluarga adalah institusi pertama yang Tuhan berikan bagi manusia. Dalam Keluaran 20:12, Tuhan memberikan perintah untuk menghormati orang tua. Ini bukan hanya sekadar ajakan moral, tetapi sebuah perintah yang membawa janji berkat dan umur panjang Sebagai mahasiswa, bagaimana kita bisa menghormati orang tua? Mungkin kita berpikir bahwa kita belum mampu memberikan sesuatu yang besar secara materi. Namun, menghormati orang tua tidak selalu berbicara tentang uang atau harta Tindakan kecil
seperti menyapa mereka lewat telepon, menanyakan kabar, atau mendoakan mereka
s e t i a p h a r i s u d a h m e n j a d i b e n t u k penghormatan yang berharga. Sering kali kita
l u p a b a h w a o r a n g t u a t i d a k s e l a l u mengharapkan hadiah mahal, tetapi mereka merindukan perhatian dan kasih sayang dari anak-anak mereka.
Selain itu, Imlek juga menjadi waktu yang tepat untuk memulihkan relasi dalam keluarga. Jika ada kesalahpahaman dengan orang tua atau saudara, inilah saatnya untuk berdamai. Jangan biarkan kesalahpahaman kecil merusak hubungan yang telah dibangun bertahun-tahun Dalam Kolose 3:13 dikatakan, "Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian " Pengampunan adalah bentuk nyata dari kasih Kristus dalam kehidupan kita. Selain kepada orang tua, kita juga diajak untuk menghormati dan mengasihi anggota keluarga lainnya. Saudara kandung, kakek, nenek, serta sanak saudara adalah bagian dari berkat yang Tuhan berikan. Dalam tradisi Imlek, berkumpul bersama keluarga adalah hal yang sangat penting. Ini mengajarkan kita bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk hidup dalam komunitas dan bukan untuk berjalan sendiri. Sebagai mahasiswa Kristen, kita juga ditantang untuk tidak hanya melihat Imlek sebagai perayaan budaya, tetapi sebagai kesempatan untuk mempraktikkan nilai-nilai Kristiani Salah satu aspek penting dalam tradisi Imlek adalah berbagi, baik dalam bentuk makanan, angpao, maupun doa Dalam 2 Korintus 9:7, tertulis: "Hendaklah masing-masing memberikan menurut
kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati
atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita " Berbagi bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang kasih Dalam konteks mahasiswa, kita bisa berbagi waktu dan perhatian kepada teman-teman yang mungkin merayakan Imlek jauh dari keluarganya Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk pulang dan berkumpul bersama keluarga, terutama bagi mereka yang merantau Kita bisa mengirim doa, memberikan kata-kata penyemangat, atau bahkan berkumpul bersama untuk saling menguatkan. Nilai ini mencerminkan kasih Kristus yang mengajarkan kita untuk peduli dan menjadi terang bagi sesama (Matius 5:16).
Dalam Imlek, banyak simbol yang b e r k a i t a n d e n g a n h a r a p a n a k a n keberuntungan dan kesuksesan. Namun, kita diingatkan bahwa berkat sejati bukan berasal dari simbol atau ritual, melainkan dari Tuhan. Sebagai mahasiswa UKDW, kita dipanggil untuk mencari dahulu Kerajaan Allah dan hidup dalam integritas, bukan hanya mengejar keberhasilan duniawi. Di zaman modern ini, banyak orang percaya bahwa kesuksesan hanya bisa diraih dengan kerja keras dan usaha manusia. Memang benar bahwa usaha sangat penting, tetapi kita tidak boleh melupakan peran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita Dalam Amsal 16:3 dikatakan, "Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah rencanamu " Kita diajak untuk bersandar pada Tuhan dalam segala sesuatu yang kita lakukan, termasuk dalam studi, pekerjaan, dan kehidupan pribadi.
Setelah merenungkan semua ini, mari kita bertanya kepada diri sendiri:
Ÿ Bagaimana hubungan
saya dengan keluarga? Apakah saya sudah cukup
Ÿ Bagaimana saya dapat menerapkan nilainilai Kristiani dalam kehidupan seharihari sebagai mahasiswa? Kita diajak untuk menjadikan Imlek sebagai momen refleksi dan pembaruan. Jika selama ini kita kurang memperhatikan keluarga, inilah saatnya untuk memperbaiki. Jika kita masih ragu-ragu dalam iman, inilah saatnya untuk kembali kepada Tuhan. Tahun baru bukan hanya tentang kalender yang berganti, tetapi juga kesempatan untuk memperbarui hati dan pikiran kita dalam Kristus Sebagai umat Kristen, kita dapat memaknai Imlek sebagai momen untuk bersyukur, menghargai keluarga, dan mengandalkan Tuhan sebagai sumber berkat. Dalam dunia yang semakin sibuk dan individualistis, mari kita menjadi teladan dalam mengutamakan keluarga dan menunjukkan kasih kepada sesama. Kita juga dipanggil untuk hidup dalam iman yang t e g u h , t i d a k b e r g a n t u n g p a d a keberuntungan, tetapi mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita. Sebagai mahasiswa UKDW, mari kita jadikan Imlek sebagai kesempatan untuk bertumbuh dalam iman, memperkuat hubungan dengan keluarga, dan berbagi kasih kepada orang-orang di sekitar kita Biarlah tahun yang baru ini menjadi awal untuk semakin bertumbuh dalam iman dan menjadi saluran berkat bagi sesama. Selamat Tahun Baru Imlek! Tuhan memberkati. (PedroTIK) menghargai dan berkomunikasi dengan mereka?
Ÿ Dalam perayaan Imlek, bagaimana saya dapat membagikan kasih Kristus kepada keluarga dan teman-teman? Apakah saya lebih mengandalkan keberuntungan atau mengandalkan Tuhan dalam perjalanan hidup saya?
Mengangkat tema "Jangan Menoleh
ke Belakang" (Lukas 9:57-62), pada tanggal 12 Februari 2025, Lembaga Pelayanan Kerohanian, Konseling dan Spiritualitas Kampus Universitas Kristen Duta Wacana (LPKKSK UKDW) bekerjasama dengan Tim Doa dengan Nyanyian dari Taizé (Tim DNTZ) UKDW dan Tim Ibadah Kampus (TIK) UKDW mengadakan acara Doa Meditatif dengan menggunakan nyanyiannyanyian dari Taizé Dalam acara yang dihadiri oleh pengurus Tim DNTZ, pengurus TIK, Suster Kongregasi ADM Kotabaru dan FCJ Gejayan, para tamu undangan, serta mahasiswa UKDW ini juga dilakukan pelantikan dan pemberkatan bagi pengurus baru Tim DNTZ UKDW dan TIK untuk periode 2025.
Dibuka dengan salam pembukaan dan nyanyian-nyanyian dari Taizé, acara dilanjutkan dengan pembacaan Mazmur dan lagu Alleuia 1. Pdt.Nani Minarni mengawali sesi refleksi singkat dengan membacakan bahan bacaan utama. Dalam renungannya, Pdt. Nani Minarni menekankan pentingnya komitmen dan pengorbanan dalam mengikut Yesus Tuhan Yesus mengatakan bahwa "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk
Kerajaan Allah" (Lukas 9:62) Pesan ini mengingatkan kita untuk tidak terikat pada masa lalu atau hal-hal yang dapat menghalangi perjalanan iman kita. Mengikut Yesus
menuntut kesediaan untuk meninggalkan kenyamanan dan hubungan yang mungkin menghambat komitmen penuh kita kepadaNya.
Setelah melakukan refleksi, peserta diajak memasuki sesi doa umat. Nyanyian "JÉSUS MA JOIE", lagu yang diterjemahkan oleh para Pemerhati DNTZ di Indonesia, guna menambah perbendaharaan nyanyiannyanyian dari Taizé, diperkenalkan perdana menggunakan bahasa Indonesia dalam ibadah ini.
Di penghujung acara, peserta kembali diingatkan tentang makna penting pelantikan dan pemberkatan ini bagi Pengurus Tim DNTZ UKDW dan Tim Ibadah Kampus di tahun 2025 Refleksi dalam ibadah ini menjadi pengingat akan pentingnya dedikasi dan komitmen dalam pelayanan Seperti dalam doa meditatif Taizé yang menekankan kesederhanaan dan kedamaian melalui nyanyian repetitif dan meditasi, pengurus diharapkan dapat menciptakan suasana ibadah yang mendukung kontemplasi dan kedekatan dengan Tuhan Dengan tidak menoleh ke belakang, pengurus diajak untuk fokus pada panggilan pelayanan mereka, meninggalkan hal-hal yang dapat menghambat, dan terus maju dalam membangun komunitas yang mendukung pertumbuhan rohani. (Pedro-TIK)
Identitas Buku:
Judul : Seni Mencintai
Penulis : Erich Fromm
Penerbit : Basa Basi
Tahun Terbit : 2018 (Terjemahan dari The Art of Loving, 1956)
Jumlah Halaman: 188
Dimensi : 14 x 20 cm
Jenis Sampul : Soft Cover
Siapa itu Erich Fromm ?
Erich Fromm adalah seorang psikoanalisis, filsuf, dan sosiolog asal Jerman yang banyak membahas aspek psikologi sosial dan humanisme dalam karyanya Selama perjalanan hidupnya, ia banyak menghasilkan karya, diantaranya Escape from Freedom (1941), Man for Himself (1947), Psychoanalysis an Religion (1950), The Sane Society (1955), The Art of Loving (1956), Marx’s Concept of Man (1961), The Heart of
Man (1964), The Anatomy of Human Destructiveness (1973), To Have or Be (1976), dan For the Love of Live (1986). Dalam Seni Mencintai, ia menyoroti bahwa cinta bukan hanya perasaan spontan, melainkan k e t e r a m p i l a n y a n g m e m b u t u h k a n pemahaman dan latihan.
Apa itu Cinta?
Cinta adalah pengalaman manusia yang paling kompleks dan mendalam Sejak dahulu, banyak filsuf, teolog, dan psikolog berusaha memahami maknanya. Salah satu buku klasik yang membahas cinta secara mendalam adalah Seni Mencintai karya Erich Fromm. Buku ini merupakan terjemahan dari The Art of Loving, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1956 dan tetap relevan hingga saat ini.
Dalam buku ini, Fromm mengajukan gagasan bahwa cinta sejati bukan sekadar perasaan spontan yang datang dengan sendirinya, melainkan sebuah seni yang harus dipelajari, dipraktikkan, dan dikembangkan Ia membandingkan cinta dengan keterampilan seperti melukis atau bermain musik, yang membutuhkan latihan dan pemahaman mendalam. Banyak orang menganggap cinta sebagai sesuatu yang alami, padahal menurut Fromm, cinta adalah hasil dari usaha dan dedikasi yang berkelanjutan.
Fromm menjelaskan bahwa cinta yang sejati memiliki beberapa komponen utama, di antaranya kasih sayang, pengorbanan, kebebasan, dan keterikatan Kasih sayang dalam cinta tidak hanya tentang menerima, tetapi juga memberi dan merawat pasangan dengan tulus Pengorbanan dalam cinta bukan berarti kehilangan jati diri, melainkan sebuah bentuk kepedulian yang tulus Kebebasan menjadi aspek penting karena cinta sejati tidak boleh menjadi alat untuk menguasai atau mengekang, melainkan memberi ruang bagi pasangan untuk bertumbuh. Selain itu, keterikatan yang sehat dalam cinta hanya dapat terbentuk melalui komunikasi yang terbuka dan jujur.
Dalam bukunya, Fromm juga membedakan dua jenis cinta, yaitu cinta narsistik dan cinta produktif. Menurut Fromm, cinta
kekanak-kanakan mengikuti prinsip: "Aku mencintai karena aku dicintai”. Cinta yang dewasa mengikuti prinsip: "Aku dicintai karena aku mencintai” Cinta yang belum dewasa berkata: "Aku mencintaimu karena aku membutuhkanmu”. Cinta yang dewasa berkata: "Aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu. Cinta narsistik lebih berfokus pada kepuasan diri sendiri, sementara cinta produktif melibatkan memberi dan melayani pasangan dengan tulus Menurut Fromm, hanya cinta produktif yang bisa membawa kebahagiaan sejati dalam hubungan. Ia juga mengkritik pandangan konsumerisme dalam hubungan manusia, di mana pasangan sering diperlakukan seperti barang yang bisa diganti d a n d i b u a n g S
membutuhkan komitmen dan kesetiaan yang mendalam.
Membaca Seni Mencintai bukanlah pengalaman yang mudah bagi mereka yang mencari petunjuk instan dalam mencintai. Buku ini ingin menegaskan bahwa cinta bukan sekadar perasaan yang datang begitu saja, melainkan sebuah proses yang menuntut kedewasaan, kerendahan hati, keberanian, keyakinan, dan disiplin. Bagi mereka yang ingin memahami cinta secara lebih mendalam, buku ini memberikan wawasan berharga bahwa cinta sejati hanya bisa diraih jika seseorang mau mengembangkan kepribadian yang matang dan produktif. Seni Mencintai bukan sekadar buku tentang cinta, tetapi juga panduan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam mencintai sesama dan dunia di sekeliling kita. Dalam pandangan Fromm, apa yang diberikan seseorang kepada orang lain? Ia memberikan dirinya sendiri, dari hal-hal yang paling berharga yang dimilikinya, ia memberikan hidupnya. Ini tidak berarti bahwa ia mengorbankan hidupnya untuk orang lain—tetapi ia memberikan kepadanya apa yang masih hidup dalam dirinya; ia memberikan kepadanya kegembiraannya, ketertarikannya, pemahamannya, pengetahuannya, humornya, kesedihan-nya dari semua ekspresi dan manifestasi dari apa yang masih hidup dalam dirinya Dengan memberikan hidupnya seperti itu, ia mem-
perkaya orang lain, ia meningkatkan rasa hidup orang lain dengan meningkatkan rasa hidup dirinya sendiri. Ia tidak memberi untuk menerima; memberi itu sendiri adalah kegembiraan yang luar biasa. Namun dalam memberi, ia tidak dapat tidak menghidupkan sesuatu dalam diri orang lain, dan apa yang dihidupkan ini terpantul kembali kepadanya.
Kelebihan dan Kekurangan Buku
✔Kelebihan:
Ÿ Memberikan pemahaman yang mendalam tentang makna cinta.
Ÿ Menawarkan perspektif psikologi yang kuat dan relevan hingga saat ini.
Ÿ Mengajak pembaca untuk merefleksikan bagaimana mereka mencintai.
✘Kekurangan:
Ÿ Menggunakan pendekatan filosofis yang mungkin terasa berat bagi pembaca awam.
Ÿ Tidak memberikan panduan praktis tentang bagaimana menerapkan konsep cinta dalam kehidupan seharihari.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Membaca buku ini bisa menjadi pengalaman yang mengecewakan bagi mereka yang mengharapkan petunjuk mudah dalam seni mencintai. Fromm menegaskan bahwa cinta bukanlah sekadar perasaan yang datang dengan sendirinya, melainkan sebuah usaha yang memerlukan kedewasaan, keberanian, dan disiplin Tanpa kesiapan untuk berkembang secara pribadi, seseorang tidak akan mampu mencapai cinta yang sejati. Buku ini sangat direkomendasikan bagi mereka yang ingin memahami cinta lebih dari sekadar emosi atau romansa belaka Seni Mencintai cocok untuk pembaca yang tertarik pada filsafat, psikologi, dan refleksi diri, serta bagi mereka yang ingin membangun hubungan yang lebih dalam dan bermakna. (Yudha Adi Putra)
Nine students from Universitas Kristen
Duta Wacana (UKDW) have been accepted into the Asian Christian Universities and Colleges Association (ACUCA) Micro Degree Program (MDP) Winter 2025. Launched in 2022, the ACUCA MDP equips students with advanced knowledge, leadership skills, and a global perspective through innovative online courses led by expert faculty from across Asia.
Held from January 27 to February 14, 2025, the Winter term provided UKDW students with specialized academic coursework designed to supplement their education with unique learning experiences unavailable at their home institutions Each student, selected through a nomination and selection process, participated in one course, engaging in rigorous studies, interactive discussions, and cross-cultural exchanges with peers from various Asian countries.
The ACUCA MDP was established in the
summer of 2022 with unanimous approval from the Executive Committee (EXCO) to fulfill the core objectives outlined in the ACUCA Constitution and By-Laws: fostering Christian character, enhancing the quality of education across member institutions, and ensuring relevance in a rapidly evolving society. Additionally, the program aims to equip students with credentials that enhance employability while serving as a platform for
specialized micro-degree courses. Through this initiative, participants expanded their academic perspectives and deepened their understanding of leadership, ethical decisionmaking, and cultural diversity in an interconnected world.
Among those who took part in the program are Giovanka Teviano Harry Premono (Informatics), Josephine Nauli Simanjuntak (Divinity Studies), Yeheskiel Yunus Tame
dyawardhani (Product Design), Andreas Kelvin (Management), Tirsa Deby Budiman (English Language Education), Mikha Rafael Raditya Suryanto (Management), Yosafat Febby Aleno Yahya (English Language Education), and Pemberian (Master’s Program – Divinity Studies) Their participation in courses such as AI Ethics and Christian Leadership, Cross-Cultural Management in ASEAN, Forgiveness and Reconciliation: Psychological and Christian Approaches, and GEN Z CAN LEAD enriched their academic journeys and equipped them with valuable skills for their future endeavors.
“Participating in ACUCA MDP 2025 was an incredibly valuable experience The discussions on forgiveness and reconciliation gave me a deeper understanding of their significance in both personal and social life. I also enjoyed connecting with friends from different countries, exchanging perspectives, and learning together in a supportive
Universitas Kristen Duta Wacana
( U K D W ) s t r e n g t h e n e d i t s commitment to internationalization with a strategic workshop on February 17, 2025. The event, held at UKDW’s Rev. Harun Hadiwijono Seminar Room, aimed to streamline the university’s global engagement efforts and foster deeper cooperation between its departments.
UKDW Rector Dr -Ing Wiyatiningsih opened the session by emphasizing the university’s vision for internationalization She highlighted its crucial role in academic collaboration and in strengthening UKDW’s global standing She also expressed appreciation for the leadership and dedication of the faculty members who participated in the workshop, recognizing their contributions to a d v a n c i n g t h e u n i v e r s i t y ’ s i n t e rnationalization efforts. "Through this workshop, we aim to develop strategies that will further our international engagement and foster a globally connected academic community," she added.
The workshop, attended by university and faculty leadership, sought to raise awareness
about the importance of internationalization within the UKDW community, identify key challenges and opportunities in global engagement, and foster collaboration across university departments to strengthen internationalization efforts.
A keynote session featuring Dr. Dian Sari Utami, Director of Partnerships and International Affairs at Universitas Islam Indonesia, was a key highlight of the event. Dr Utami shared valuable insights into effective strategies for university internationalization She emphasized a holistic approach, which includes developing globally oriented curricula, offering bilingual or English-taught courses, and fostering sustainable partnerships to enhance student and staff mobility.
In addition, Dr. Utami underscored the importance of strong leadership commitment and collective effort across departments to She also proposed dedicated systems to track and manage international partnerships. These systems ensure that activities are welldocumented, monitored, and aligned with the university’s global goals.
overcome challenges She shared concrete examples from Universitas Islam Indonesia, including faculty training abroad, student exchange programs, and collaborative research partnerships, which have significantly bolstered their internationalization efforts.
The session continued with a dynamic discussion, moderated by Paulus Widiatmoko, M.A., where attendees explored the practical c
nationalization at UKDW. A key theme was
infrastructure, particularly streamlining university websites and internal systems to provide real-time, accessible information for both internal stakeholders and external partners.
The discussion also addressed the complexities of establishing international partnerships Participants recognized the challenge of demonstrating the university’s capacity, safety, and academic standards to potential global collaborators There was broad agreement on the importance of formalizing partnerships through clear
environment. This program not only enriched my knowledge but also encouraged personal reflection on how to practice forgiveness in everyday life,” said Yosafat, one of the participants.
With the conclusion of ACUCA MDP Winter 2025, UKDW continues to encourage students to engage in global academic initiatives. Future editions of the program will provide aspiring students with opportunities to enhance their education through international collaboration and interdisciplinary learning.
Congratulations to all UKDW students who participated in ACUCA MDP Winter 2025. Their dedication and enthusiasm mark a significant milestone in their academic and professional growth. [drr]
agreements, such as Memoranda of Understanding (MOUs) and Implementation Agreements (Ias), to ensure long-term, mutually beneficial cooperation.
The session continued with a discussion led by Dr. Rosa Delima, Vice Rector for Academic Affairs and Research of UKDW, on developing actionable steps for the university’s internationalization strategy. Dr. Lucia Dwi Krisnawati moderated the session, where faculty leaders shared insights on aligning their departmental goals with the university’s global vision.
As UKDW continues to advance its internationalization efforts, the workshop served as a significant step toward strengthening its global presence. Through meaningful discussions, innovative strategies, and expert insights, UKDW is laying the groundwork for a more globally connected academic community This initiative reinforces UKDW’s commitment to building sustainable international collaborations and enhancing its role on the global stage. [drr]