Buletin Kopkun Corner Edisi 30

Page 1

Media Generasi Baru Koperasi

30.12

EDISI 30|12|13 | VOLUME III

Indonesia dalam Angka 2013 signifikan menyumbang angka itu dari Industri Pengolahan, Pertanian, dan Perdagangan, Hotel dan Restoran masing-masing memberikan kontribusi sebesar 23,11, 15,21 dan 13,88 persen. Ketimpangan Ekonomi. Sayangnya pertumbuhan ekonomi tak banyak me-

M

eski angka pada indeks belum tentu menggambarkan kondisi senyatanya, namun indeks tetap kita butuhkan seperti layaknya snapshoot. Ya, snapshoot tidak bisa memotret secara mendalam. Tapi bisa memberi gambar besar tentang posisi kita saat ini. Dengan cara seperti itu, kita bisa membaca kondisi Indonesia di penghujung tahun 2013 ini. Tetap dengan catatan, bahwa seringkali fenomena mewujud bagai gunung es. Artinya, apa yang terlihat hanyalah puncak, bukan badan gunung es yang boleh jadi, sangat besar. Dengan menginsyafi kelemahannya, maka kita bisa membaca indeks dengan lebih tepat. Tidak terpukau begitu saja saat trennya positif. Sebaliknya, tak cepat pesimis saat trennya negatif. Pada posisi seperti inilah kami rangkumkan kondisi Indonesia melalui beberapa indeks utama. Persepsi Korupsi. masalah korupsi di Indonesia sudah menjadi menu wajib semua media. Dan posisi Indonesia saat ini pada peringkat 114 dari 177 negara dengan skor 32 pada Corruption Perception Index (CPI). Peringkat itu lebih bagus daripada tahun sebelumnya, 118. Bila dibandingkan, Indonesia lebih baik sedikit dibanding Vietnam, 31 dan Timor Leste 30. Pembangunan Manusia. Sedikitnya ada tiga hal yang menyusun: angka harapan hidup, pendidikan dan daya beli masyarakat. Laporan tahun 2013, Indonesia peringkat 124 dari 187 negara dengan skor 0,629. Peringkat itu naik sedikit daripada tahun sebelumnya pada level 121. Namun capaian itu masih rendah dibanding dengan tetangga kita: Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand dan Filipina. Pertumbuhan Ekonomi. Pada kuartal III, ekonomi kita mencapai 5,62 persen dan 5,82 persen sampai bulan September 2013. Angka tersebut menunjukkan tren positif. Sebagai pembanding, pertumbuhan ekonomi Thailand pada tahun yang sama 3,8 persen. Dan sektor yang

rubah struktur sosial-ekonomi masyarakat. Pasalnya, melalui Gini Ratio Index, lima tahun terakhir indeks Gini kita menjauhi angka 0 dan mendekati angka 1. Berturut -turut indeksnya: 0,37; 0,38 ; 0,39 ; 0,40 dan 0,41 untuk tahun 2013. Angka ini menyiratkan bahwa kesenjangan ekonomi masyarakat Indonesia semakin tinggi. Aset Indonesia. Lantas bagaimana kondisi asetaset Indonesia dengan

DAFTAR ISI

makin agresifnya pasar bebas? Pada sektor perbankan investasi asing telah menguasai 50% aset perbankan tanah air. Migas dan batubara telah dikuasai asing sampai 70-75%. Sektor telekomunikasi juga tak indah, 70% aset dikuasai asing. Sedang pada pertambangan emas dan tembaga sudah mencapai 80-85%. Dan sektor pertanian sudah dikuasai asing sebesar 40%. Itulah snapshoot kondisi Indonesia di penghujung 2013 ini. Jadi pertan-

Indonesia dalam Angka 2013

1

Educamp, Kaderisasi 2 Koperasi di Alam Bebas Galeri Educamp Angkatan II/ 2013

3

TTS Berhadiah

4

WTO, Wani Tolak Ora?

5

Berkoperasi, Jangan Sekedar Belajar Bisnis

6

Mengenal Dekade Koperasi 2010

7

yaannya, mau seperti apa Anda dan kita ke depan? []

Bahasa Geografi Kita 8


Page 2

Kopkun Corner Edisi 30|12|13

Educamp, Kaderisasi Koperasi di Alam Bebas

S

eperti Educamp 2012, Educamp tahun ini juga dilaksanakan di alam bebas. Curug Ceheng,

Purwokerto jadi tempat andalan.

“Inovasi baru yang ada di Educamp tahun ini adalah sesi eksposur, turun ke masyarakat berlatih analisa sosial-ekonomi (Ansosek)”

Sedikitnya ada 30 peserta ambil bagian dalam Pendidikan Menengah Koperasi yang diselenggarakan Kopkun tahun ini. Pukul delapan 30 aktivis Peserta sedang mendirikan tenda. Tenda ini sebagai tempat istirahat mereka selama 3 hari 2 malam.

koperasi itu berangkat. “Sekarang kita dirikan tenda”, instruksi Korlap. Tenda pleton kapasitas 40 orang didirikan bersama-sama. Menjadi mudah karena Bapak-bapak dari Korem Sokaraja ikut membantu. “Memang tujuannya untuk membangun kekompakan tim, jadi peserta sendiri yang mendirikan tenda”, terang Aef Nandi, Korlap kegiatan. Hanya butuh waktu dua jam, tenda berdiri. Orientasi medan dan peserta dipandu oleh Katiti, Fasilitator. Masingmasing peserta perkenalkan diri berikut asalnya masing-masing. Tercatat enam koperasi ikuti kegiatan ini. Mulai dari Komite Mahasiswa Kopkun selaku tuan rumah. Kemudian ada Koperasi Mahasiswa (Kopma) IAIN Walisongo, Semarang; Kopma Universitas Tidar Magelang; Kopma UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta; Kopma STAIN Purwokerto; dan Kopma Universitas Muhammadiyah Surakarta. Selepas dibentuk kelompok, mereka diberi jatah bahan makanan. “Ya, Panitia hanya memberikan bahan mentah ke peserta. Mereka akan mengolahnya sendiri”, ujar Yasrul Khoirudin, selaku Ketua Panitia. Bahan mentah yang diberikan seperti: beras, mie instan, ikan asin, sayuran, singkong dan beberapa bumbu dapur. Jika dibilang mewah, telur mentahlah bahan yang paling mewah untuk mereka. Perbedaan menyolok Educamp tahun ini dengan sebelumnya yakni hilangnya sesi outbond. Saat dikonfir-

Panitia sedang mendirikan tenda dom.

masi, Yasrul mengatakan, “Tujuan outbond itu kan untuk membangun kekompakan tim, kerjasama, saling

percaya dan sebagainya. Nah hidup bersama di alam bebas kami pikir sudah memberikan pengalaman itu secara langsung”, terangnya. Inovasi baru yang ada di Edu-

Pilot Project Kopkun sosial-ekonomi (Ansosek). Tujuannya Dampingi agar peserta merasakan pengalaUsaha man batin melakukan Ansosek. Anggota “Dengan waktu terbatas empat jam, camp tahun ini adalah sesi eksposur, turun ke masyarakat berlatih analisa

minimalnya peserta bisa praktik langsung metode Ansosek”, sambung Yasrul. Educamp ini dilaksanakan pada 13-15 Desember 2013. Dalam waktu tiga hari dua malam itu, sedikitnya peserta akan menerima tujuh materi pokok. Materi itu seperti: Logika Dasar Kapitalisme; Sosialisme Demokrasi, Sebuah Pengantar; Koperasi di Antara Negara dan Pasar; Koperasi dan Gerakan Sosial Baru; Potret Koperasi di Indonesia; Entrepreneur dan Manajerial sebagai Jalan Mengembangan Koperasi; dan Menyusun Roadmap Koperasi yang Mandiri. Bila materi-materi tersebut diumpamakan sebagai makanan, maka Panitia juga menyiapkan alat makannya. Sesi awal sebelum masuk materi, peserta diajak brainstorming guna membangun nalar berpikir kritis mereka. “Tujuannya agar mereka menerima materi secara kritis. Bukan asal setuju saja”, terang Ketua Panitia. Hujan tiap hari mengguyur Curug Ceheng. Tentu saja juga membahasi tenda mereka. Namun syukur, sampai penutupan tak ada peserta sakit karena tidur di atas tikar lembab. []


Kopkun Corner Edisi 30|12|13

Page 3

Galeri Educamp Angkatan II/ 2013

Peserta mendirikan tenda

Perkenalan antar peserta

Materi malam hari

Peserta senam pagi

Peserta masak makanan

Makan bersama

Materi siang hari

Diskusi kelompok

Ditemani kopi dan muntul

Peserta dari Kopma UIN beri testimoni

Merubuhkan tenda

Memekikkan semangat

Kompilasi materi Educamp 2013 unduh di: http://www.mediafire.com/download/n3757vb84wgb1ur/Materi+Educamp+2013.rar

Educamp Angkatan III tahun 2014 | Tiga Hari Tanpa Beras dan Minyak! Tertarik ikut? | Syaratnya: anggota koperasi | Pingin jadi anggota? Datang langsung ke Kopkun 2 Lt. 2 pada jam 09.00-15.00 WIB


Page 4

Kopkun Corner Edisi 30|12|13

Teka Teki Silang Berhadiah Pertanyaan Mendatar: 1. Peduli pada orang lain 6. Modus 7. Bodoh (Latin) 8. Bank sentral Amerika 9. Pemimpin Konohagakure 10. Ibu para dewa Menurun: 2. Lumpur Sidoarjo 3. Perantauan 4. Lapisan atmosfer 5. Gagasan pokok 9. Merkuri

Ketentuan: 1. TTS Berhadiah ini terbuka untuk semua orang di wilayah Purwokerto. 2. Jawaban dikirim ke Kopkun dengan menyertakan Nama, No. HP dan struk belanja miminal Rp. 10.000 di Kopkun Swalayan. Atau email ke: kopkun.pwt@gmail.com dengan menyertakan scanan/ foto struk belanja. 3. Jawaban paling lambat tanggal 30 Desember 2013 pukul 17.00 WIB. 4. Tiap bulan akan dipilih satu pemenang yang menjawab dengan benar. 5. Pemenang berhak atas langganan koran selama satu bulan dan merchandise menarik. 6. Pemenang akan dihubungi via telepon.

Syarat dan Ketentuan Lomba Menulis Cerpen Inspiratif Everlasting Women:

1. 2. 3.

Hadiah: 10 naskah yang lolos akan disandingkan dalam satu buku dengan 10 naskah dari 10 penulis pilihan UNSA dan naskah akan diterbitkan oleh De Teens ( Divapress ) . Semua kontributor mendapat royalti penjualan dan 1 buku tanda terbit. 10 hadiah tambahan bagi 10 naskah terpilih dari keluarga “ Ibuku Adalah Segalanya Bagiku � .

1. Tokoh utama dalam cerita adalah seorang Ibu. 2. Cerpen boleh berdasarkan kisah nyata atau hanya fiksi, dengan tema: Bebas. 3. Jika cerpen berdasarkan kisah nyata diberi keterangan di akhir naskah dengan tulisan: Based on true story. 4. Genre: Cerpen Inspiratif. 5. Sudut pandang bercerita (POV): Bebas. 6. Para peserta bersifat umum, tidak dibatasi usia dan juga latar belakang apa pun. 7. Di akhir naskah dilengkapi dengan biodata narasi penulis (secukupnya) ditambah alamat lengkap dan nomor HP. 8. Panjang nasksah 8-10 halaman A4, spasi 2, Margin: Top, Left (4cm), Bottom, Right (3cm). 9. Judul file naskah: Penulis + Judul Naskah 10. Subyek email: #EverlastingWomen 11. Kirim tulisan kamu dalam bentuk attachment file ke: ibukuadalah@gmail.com (badan email biarkan kosong). 12. 1 peserta hanya boleh mengirim 1 tulisan terbaik. 13. Lomba ini dibuka mulai tanggal 1 Desember 2013 dan ditutup pada 31 Januari 2014, pukul 12 siang. (2 bulan). 14. Lama penilaian 1 bulan setelah lomba.


Kopkun Corner Edisi 30|12|13

Page 5

WTO, Wani Tolak Ora? | Oleh: Dodi Faedulloh, S.Sos.

K

onferensi Tingkat Menteri WTO telah usai tanggal 6 Desember 2013 kemarin. Indonesia pun berhasil menjadi “tuan rumah” yang baik. Soal “tuan rumah” yang baik, negeri ini memang jagonya. Ragam perhelatan yang menentukan strategi-strategi akselerasi pertumbuhan kapital yang dilaksanakan lintas organisasi internasional akan berjalan aman sentosa. Hospitalilty sepenuh hati dijamin diberikan kepada para tamu. Bila akhir-akhir ini rezim kerap memberi nasihat pada rakyat untuk berhemat, namun kondisi sebaliknya, kita sulit menemukan pemandangan demikian dalam tubuh pemerintah. Inefesiensi anggaran bukan lagi menjadi problem. Yang penting pesta meriah, dan para tamu senang memilih menu-menu apa saja yang dijual Indonesia. Padahal tak jauh dari tempat perhelatan, di Denpasar Bali, gerakan-gerakan massa dari lapisan masyarakat serta mahasiswa menolak kehadiran WTO. Mereka menuntut Indonesia untuk putus hubungan dengan organisasi yang kerap mengkampanyekan liberalisasi ekonomi ini, bahkan menuntut pembubaran sebagai konsekuensi logis dari tidak ramahnya WTO terhadap perkembangan peradaban manusia. Tentang jejak hitam WTO, dengan mudah bisa kita temukan dari warna-warni tulisan bernuansa kritis yang terhimpun di berbagai literasi. Konteks Indonesia dan koperasinya, kini pasar dalam negeri dikuasai asing pelak menjadi pemandangan sehari-hari, tentunya kondisi ini mempersulit gerakan koperasi dalam zona ekonomi di negeri sendiri. Setelah lama begabung dengan WTO, semakin lama Indonesia semakin tergantung pada produk pangan impor. Sebuah ironi. Cita-cita mewujudkan ideologi ekonomi berbasis koperasi bak jauh panggang dari api. Menimbang Respon Koperasi Koperasi mengajarkan tentang ker-

“Koperasi harusnya bisa bergerak lebih radikal dan tak melulu mengambil posisi nyaman”

jasama, namun bukan tentang kerjasama segilintir pihak yang bertujuan untuk akumulasi dan eksploitasi. Pendidikan dalam koperasi justru menentang keras kebebasan-kebebasan absurd khas neoliberalisme. Karena hakikat koperasi adalah penghargaan setinggitingginya pada manusia, bukan pemujaan pada kapital seperti yang ditawarkan WTO dalam bentuk politik eufisme; stabilitas, kompetisi global, privatisasi dll. Untuk itu koperasi secara jatidiri tidak sejalan dengan garis WTO. Tengoklah agenda liberalisasi ekonomi yang menancap di bumi pertiwi berhasil mengkapling segala bentuk resources untuk diserahkan kepada asing, dan implikasinya koperasi diluluh-lantahkan. Dawam Raharjo berujar ihwal gerakan koperasi yang sejati selalu mendasarkan diri pada kesadaran diri para pendukungnya, terlebih pada kesadaran bekerjasama. Tanpa kerjasama dan semata-mata menyerahkan pada persaingan pasar, hanya akan menimbulkan kerugian. Koperasi sudah saatnya perlu menentukan sikap. Sudah terlalu lama koperasi tidur lelap sambil menunggu kucuran belas kasih negara yang pada praktiknya negara justru selalu berada di pihak pemilik kapital. Akan sungguh cantik bila pada rapat-rapat koperasi, para anggota koperasi bisa duduk dan menentukan agenda bersama. Mendiskusikan siapa musuh utama dan target yang diharapkan. Sudah saatnya koperasi berada di garda depan dalam perubahan sosial. Koperasi harusnya bisa bergerak lebih radikal dan tak melulu mengambil posisi nyaman. []

Anekdot WTO, masuk jurang atau putar arah.

Penulis adalah Kabid. Organisasi Kopkun Periode 2012-2015. Saat ini sedang studi pasca sarjana di MAP FISIP Unsoed.

SIAPIN DIRIMU BUAT MAGANG!

PROGRAM MAGANG LIBURAN SEMESTER (PROMALIS) Pendaftaran Peserta: 1-30 Desember Pelaksanaan: 19 Januari (awal libur semester) Peserta: terbatas untuk 100 mahasiswa

Intansi: Kopkun, BK, KPRI Margono, CU Cikalmas, RRI, Dinas Peternakan, Matahari, Sri Ratu, Suara Merdeka, SatelitPost, BMS TV, Dian Suara, Paduka FM, dll. Biaya: Rp. 45.000 CP: 08387857609 (Dhani) | 089670501780 (Friska)


Kopkun Corner Edisi 30|12|13

Page 6

Berkoperasi, Jangan Sekedar Belajar Bisnis

S

aya merasakan dan menerima hal baru selama ikut Educamp Kopkun ini. Biasanya Pendidikan

Koperasi yang saya ikuti sangat formal:

“Misalnya Kopma, bisa saja mereka melakukan aliansi dengan Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus”

memakai seragam, bersepatu, di dalam gedung. Educamp ini berbeda”, ujar Budi Santoso, peserta asal UIN Sunan Kali Jaga, Yogyakarta. Koperasi itu kumpulan orang. Bukan kumpulan modal. Harusnya juga bukan sekedar bisnis.

Memang betul, Educamp sebagai Pendidikan Menengah Koperasi ini didesain berbeda dengan Pendidikan Koperasi di tempat lain. Sedari awal peserta sudah diajarkan untuk bersikap dan berpikir keluar dari kebiasaan. “Agar mereka memperoleh inspirasiinspirasi baru selepas kegiatan ini”, terang Anis Sa’adah, Ketua Komite Mahasiswa Kopkun. Selain pelaksanaan di alam bebas, materi pun banyak yang berbeda. Paling tidak 90% peserta mengatakan baru menerima materi seperti yang ada di Educamp. Biasanya mereka hanya menerima materimateri tentang entrepreneur, manajemen bisnis, Studi Kelayakan Bisnis dan sebagainya. Sedangkan di Educamp ini, peserta lebih banyak menerima materi makro-ideologi. Materi itu seperti: Logika Dasar Kapitalisme; Sosialisme Demokrasi, Sebuah Pengantar; Koperasi di Antara Negara dan Pasar; dan Koperasi dan Gerakan Sosial Baru; Potret Koperasi di Indonesia. “Itu memang kami sengaja karena melihat saat ini koperasi, pun Koperasi Mahasiswa, sekedar jadi tempat berlatih bisnis atau kewirausahaan. Apa yang mereka lupa adalah sisi gerakan koperasi yang berdimensi makroideologi”, terang Firdaus Putra, M. Organisasi Kopkun. Materi Logika Dasar Kapitalisme, yang disampaikan Ahmad Taqiyudin memberi pemahaman baru kepada mereka mengenai nilai, modus dan cara kerja sistem kapitalisme.

Peserta Educamp unjuk hasil masakan masing-masing kelompok.

“Sebelumnya kami hanya tahu istilah kapitalisme sama dengan sistem eko-

nomi yang menghisap. Namun Mas Taqi memberikan pemahaman utuh apa itu kapitalisme”, ujar seorang peserta. Kemudian materi tentang Sosialisme Demokrasi diberikan agar peserta mengetahui payung ideologi koperasi. Firdaus Putra memulai telisiknya dari sejarah Sosialisme Utopisnya Robert Owen, Sosialisme Ilmiahnya Karl Marx dan berujung pada Sosialisme Demokrasi. Berikutnya materi Koperasi di Antara Negara dan Pasar diberikan agar peserta memahami medan pertarungan koperasi yang bagai ayunan bandul. Darsono, GM Kopkun, mengupas tuntas materinya setebal 20an halaman. Dodi Faedulloh, Kabid. Organisasi Kopkun, membawakan materi Koperasi dan Gerakan Sosial Baru. Ia berpesan perlunya koperasi membangun jaringan strategis dengan gerakan-gerakan sosial di sekitarnya. “Misalnya Kopma, bisa saja mereka melakukan aliansi dengan Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus. Toh tujuannya sama: samasama menolak sistem kapitalisme”, terangnya. Telisik realitas diantarkan oleh Suroto, Ketua AKSES Indonesia, yang bicara soal Potret Koperasi di Indonesia. Tentu saja tak berhenti ada cerita muram, beliau juga menyampaikan kisah sukses koperasi di Indonesia. Sukses dalam artian: besar dan tetap memegang jati diri, nilai dan prinsip koperasi. Bagi sebagian kalangan, materi itu sekedar wacana yang mengawang. Namun sebenarnya itulah sumber inspirasi bagi koperasi. []


Kopkun Corner Edisi 30|12|13

Mengenal Dekade Koperasi 2020

P

asca International Year of Cooperative 2012, saat ini gerakan koperasi dunia fokus pada agenda Dekade Koperasi 2020. Dalam website resminya www.ica.coop, International Cooperative Alliance (ICA), sebagai induk organisasi koperasi dunia menerangkan agenda tersebut. Dekade 2020 merupakan suatu cetak biru bagi gerakan koperasi di dunia sampai tahun 2020 mendatang. Tujuan strategis cetak biru ini sebagai berikut: 1. Pengakuan kepemimpinan koperasi dalam masalah ekonomi, sosial dan kelestarian lingkungan. 2. Menjadikan koperasi sebagai model bisnis yang disukai banyak orang. 3. Membentuk koperasi sebagai perusahaan berkembang secara cepat. Tiga tujuan besar itu diturunkan dalam kerangka program sebagai berikut: 1. Meningkatkan partisipasi pengurus dan anggota koperasi. Partisipasi anggota secara demokratis adalah cara koperasi dalam melakukan bisnis. Dan ini merupakan bagian utama dari apa yang menjadi ciri beda koperasi dengan bisnis yang dimiliki investor. 2. Peran koperasi dalam pembangunan keberlanjutan. Salah satu cara dengan inovasi dalam akuntansi. Saat ini mulai banyak inisiatif dimana bisnis, bisnis sosial dan badan amal didorong untuk membaca kinerja non-keuangan mereka, seperti Triple Bottom Line (TBL), Balance Scorecard Approach, Social Return on Investment (SROI), Social Impact Reporting dan Pengukuran Kesejahteraan. 3. Membangun media kampanye dan untuk menjaga identitas

“Dekade 2020 merupakan suatu cetak biru bagi gerakan koperasi di dunia sampai tahun 2020 mendatang�

koperasi. Tujuannya agar setiap ikon menjadi identitas visual baru koperasi. Dan ikon itu akan digunakan sebagai media kampanye umum dengan kesatuan tujuan. ICA akan menyediakan logo dan tagline tertentu yang digunakan semua koperasi di dunia. 4. Memastikan kerangka hukum yang mendukung bagi pertumbuhan koperasi di suatu negara. ICA akan membangun jaringan internasional bagi dinas pemerintah yang menangani koperasi. Tujuannya untuk memberi pedoman tentang bagaimana menerapkan prinsip koperasi. ICA juga akan memberi asistensi kepada anggota parlemen, legislator dan pembuat kebijakan melalui studi perbandingan hukum di beberapa negara. 5. Menjaga modal koperasi dan menjamin kontrol anggota. Koperasi harus menemukan cara membangun modal yang tepat. Tapi cara itu sejauh mungkin tidak merusak identitas koperasi. Dengan kerangka seperti di atas, pertumbuhan koperasi diharapkan semakin cepat. Di sisi lain, pertumbuhan itu tetap berpijak pada nilai dan prinsip. Slogan “Cooperative Enterprises Build A Better World� bisa menjadi spirit gerakan koperasi secara global. Rancang bangun untuk itu sudah dibuat, diharapkan semua koperasi dapat mengadaptasinya. Dan blueprint selengkapnya bisa diunduh pada: www.ica.coop. []

Page 7


Bahasa Geografi Kita

A

da humor di pelajaran geografi. Suatu siang di Sekolah Dasar, seorang guru memanggil muridnya, “Slamet, coba

tunjuk mana benua Australia?” Slamet maju dan menunjuk pulau Kanguru itu. “Ya, betul”, ujar Si Guru. Guru, “Anak-anak, siapa hayo penemu benua Australia?” Serentak murid

Oleh: Firdaus Putra HC - M. Organisasi Kopkun

menjawab, “Slamet, Bu!”. Ya , itulah humor yang sering beredar. Dan kenyataannya, hal itu sering kita jumpai. Misalnya seorang Guru bertanya, “Siapa penemu benua Amerika”, “Siapa penemu benua Australia” dan seterusnya. Bahkan bila kita sempat googling, ketiklah “penemu benua”, hasilnya satu juta entri. Entri itu menggambarkan bahwa pertanyaan atau pernyataan “penemu benua” sudah kaprah dipakai. Tentu dari SD sampai sekarang. Lalu apa masalahnya? Bukankah “benar” James Cook penemu benua Australia? Atau Columbus penemu benua Amerika—penelitian sejarah terkini menyebut: Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, datang lima abad sebelum Columbus. Ini bukan debat soal siapa “penemu sejati” benuabenua di dunia. Namun mengapa kita gunakan istilah “penemu”, “menemukan” atau “penemuan”. Seolah benua itu tak pernah ada sebelumnya. Faktanya, ada suku Indian sebelum Columbus atau Khaskhas datang. Ada suku Aborigin sebelum Cook ke sana. Ada orang Afrika sebelum bangsa Boer (Belanda) ke sana. Singkatnya benua itu sudah ada dan bertuan. Alhasil bahasa kita, yang menyebut momen itu seba-

REDAKSI

gai “penemuan” sungguh tak berdasar. Justru sebaliknya, bahasa seperti itu menyimpan tabir gelap: mengapa hanya “si penemu” yang berhak mendefinisikan benua

Penanggungjawab: Herliana, SE. Pimpinan Redaksi: Firdaus Putra, S.Sos. Redaksi Pelaksana: Katiti Nursetya Kontributor: Dodi Faedulloh

itu? Seolah keberadaan benua-benua itu ada hanya saat kesadaran bangsa Eropa, melalui penjelajahan samudera, berhasil menjangkaunya. Nalar seperti itu yang disebut sebagai Eurosentrisme atau Orientalisme. Nalar yang menempatkan Eropa/ Barat sebagai pusat peradaban. Dan memberinya hak istimewa untuk mendefinisikan ini-itu. Dan sayangnya, nalar itu merembes ke bahasa Geografi kita. Soal “penemuan” ini juga tak sepenuhnya indah,

apalagi heroik. Sebaliknya, “penemuan” menandai babak menyakitkan bagi pribumi. Tengoklah sejarah apartheid di Afrika, yang muncul setelah Belanda singgah ke sana. Lihatlah pula Perang Sipil di Amerika dan peminggiran Aborigin di Australia. Atau lihatlah sejarah kita, yang mana pasca “ditemukan” Belanda, pribumi jadi inlander. Alih-alih sebagai prestasi gemilang, “penemuan” adalah momen kolonialisme atawa penjajahan. Dan di tengah peristiwa seperti itu, Nelson Madela lahir sebagai pribumi revolusioner. Perjuangan melawan politik rasisme/ apartheid ia lakukan sejak 1952-1991. Ia, berhasil. Mereka, berhasil. Sosok Mandela mengingatkan kita bahwa nalar rasistik adalah salah. Dan sebangun dengan itu, nalar Eurosetrisme/ Orientalisme juga salah. Maka, wajib kita lawan![]

B

anyak yang bertanya bagaimana menjadi anggota Kopkun? Edisi kali ini akan kami beberkan mudahnya menjadi anggota: 1. Mengisi formulir pendaftaran 2. Mengikuti Pengenalan Dasar (wajib) 3. Menyelesaikan administrasi termasuk membayar Simpanan Pokok Rp. 1.000 dan Simpanan Wajib Rp. 10.000. Kelengkapan yang perlu disiapkan: foto kopi KTP/ KTM dan pas foto 4x6/ 3x4 dua lembar. Keuntungan jadi anggota Kopkun: 1. Diskon untuk produk tertentu di Kopkun Swalayan 2. Diskon 20% untuk Sekolah Menulis Storia & Entrepreneur Creativa. 3. Belajar berwirausaha, kepemimpinan dan manajerial. 4. Berpeluang menjadi parttimer dan atau fasilitator 5. Kemanfaatan dalam bentuk sosial-budaya lainnya. Lebih lengkapnya datang langsung ke Kopkun Lt.2. Kami tunggu ya!

Pemasangan Iklan: 08996600388 (Katiti)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.